Tuesday 5 June 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 20 -End-


Sinopsis The Equator Man Episode 20 -End-
Jang-il yang masih marah menemui Sun-woo dan mengatakan kalau ayahnya sudah meninggal. Sun-woo bersikap tenang dan berkata kalau ayahnya juga meninggal. Jang-il naik pitam dan membanting buku-buku yang ada di meja Sun-woo.
“Apa kau senang sekarang? Apa kau puas?” bentak Jang-il.
Sun-woo tetap bersikap tenang dan berkata kalau Jang-il selalu bersikap egois, “Pikirkan bagaimana yang aku rasakan 15 tahun lalu.”
Jang-il mencibir, “Kau seperti ayahmu, ayah kandungmu. Semua ini terjadi karena ayahmu. Ayahmu dan kau sudah membunuh ayahku.”
Ji-won mendengar keributan ia meminta Jang-il tenang. Bukannya bicara lebih tenang Jang-il malah membentak Ji-won agar diam. Sun-woo meminta Jang-il keluar.

Jang-il : “Kenapa? Haruskah kau meludahi peti mati ayahku kalau kau mau mengakhiri dendammu?”
Sun-woo habis kesabaran dan membentak agar Jang-il segera keluar.
Jang-il : “Kau dan ayahmu, kalian semua iblis.”
Jang-il keluar dari kediaman Sun-woo. Sun-woo mengepalkan tangannya kesal kenapa ia harus menjadi putra kandung Jin No-sik.
Untuk menghilangkan kegalauannya Sun-woo minum-minum. Ia mengajak Ji-won untuk minum bersamanya tapi Ji-won menolak dan meminta Sun-woo berhenti minum karena sudah mabuk.

Sun-woo berkata kalau ia sudah selesai dengan balas dendamnya. Kini ia merasa lega. “Bisnis Jin No-sik hancur, ayah Lee Jang-il meninggal, Jang-il kehilangan pekerjannya, aku menghancurkan lukisan Soo-mi. Aku mendapatkan semua yang kuinginkan.”
Ji-won : “Apa kau harus melakukannya?”
Sun-woo : “Aku harus melakukannya tapi aku tak merasa sebaik yang aku pikirkan.”
Ji-won ingin tahu apa yang Jang-il bicarakan tadi. Sun-woo menggeleng tak tahu, ia tak mau mengatakannya atau mungkin belum siap mengatakannya. Tubuh Sun-woo lemas karena terlalu mabuk dan menyandarkan kepalanya ke kaki Ji-won. Ia pun terlelap.
Jin No-sik menelepon Jang-il (sepertinya dia sudah berada di Thailand) Jang-il ternyata menggunakan uang kiriman Jin No-sik untuk pemakaman ayahnya padahal mungkin uang itu seharusnya Jang-il gunakan untuk menyusul Jin No-sik ke Thailand. Jin No-sik meminta Jang-il segera melakukan sesuatu untuknya, bantu ia untuk mendapatkan kembali resortnya.
Setelah selesai bicara dengan Jin No-sik, Jang-il memandang foto mendiang ayahnya ia harus melakukan sesuatu setelah 49 hari ayahnya meninggal.
Sun-woo mengunjungi rumah abu Lee Young-bae. Disana ia memberikan penghormatan dan berdoa. Ada pesan yang sepertinya ditinggalkan Jang-il. Sun-woo diminta datang ke resepsionis ada titipan Jang-il untuknya.
Jang-il menuju suatu tempat, “Kim Sun-woo kau sudah datang menemui ayahku. Kau teman yang tercinta tapi kau juga orang yang paling kubenci. Sejak kapan kita menjadi musuh? Aku mempunyai mimpi, mimpi kita di kelas yang sama bersama. Tapi itu hanya mimpi. Kita tak bisa kembali. Aku akan mengakhirinya sekali dan untuk selamanya. Karena kau, aku menyadari ada teman selain persaingan di dunia ini. Maaf kalau aku membunuhmu, jangan memaafkan aku.”

Surat yang ditinggalkan Jang-il di resepsionis untuk Sun-woo. Sun-woo menangis membacanya.
Pemandangan langitnya antara Episode 1 dengan Episode 20 lain ya.

Dan kita akan diperlihatkan dimana awal dari drama ini dimulai. Ya mereka ke Thailand. Sun-woo menyusul Jang-il.
Sun-woo mengendarai mobil menatap penuh kekhawatiran.

Jang-il menyusuri jalanan rumah penduduk, ia sampai disebuah bangunan yang tak terurus. Disana berkumpul anggota gengster yang menjual senjata ilegal. Ia memilih sejata yang ia inginkan dan segara membayarnya.

Jang-il menyelipkan pistolnya dibalik punggungnya. Sesuai panggilan Jin No-sik yang menyuruhnya datang, ia pun menemui Jin No-sik.
Sun-woo memasuki sebuah rumah. Ia tak mendapati siapapun ada disana. Ia menemukan sebuah surat, ia tampak mengerutkan keningnya.
Jin No-sik duduk di serambi resortnya menikmati pemandangan matahari tenggelam. Jang-il baru saja sampai disana.
“Matahari terbenam. Bukankah indah.” seru Jin No-sik. “Aku menyukai tempat ini.”
“Ini bukan lagi milik anda.” sanggah Jang-il karena memang resort itu bukan lagi milik Jin No-sik.
“Aku rasa aku sudah mengatakannya padamu untuk mendapatkannya kembali. Aku akan mendapatkan kembali satu persatu. Aku tak pernah menyerah.” Ujar Jin No-sik.
Jang-il mengambil pistol dari balik tubuhnya dan mengarahkannya pada Jin No-sik, “Aku menulis wasiat milikku dan millikmu. Jadi kau tak perlu khawatir.” (apa surat yang ditemukan Sun-woo tadi surat Jin No-sik yang ditulis Jang-il)

Jin No-sik berkata apa Jang-il lupa kalau keberhasilan Jang-il itu karena dirinya. Jang-il menyahut kalau ia tak tahu keberhasilannya ini penuh dengan bergelimang darah.

Jin No-sik : “Kalau kau tahu kau tak akan mengambilnya kan?”
“Selamat jalan Presdir Jin No-sik.” Jang-il siap menembakan pistolnya. Tapi tiba-tiba Sun-woo datang. Jang-il tak peduli ia tetap mengarahkan pistol ke Jin No-sik.
“Aku senang kau disini Sun-woo. Kau harus melihatnya.” Jang-il mulai menitikkan air mata.
“Jang-il, ayo kita hentikan,” kata Sun-woo.
Jang-il tertawa, “Betapa bagusnya kalau Kim Sun-woo menjadi anakmu.” air mata Jang-il mengalir, “Maafkan aku.”
Jin No-sik : “Kau bodoh seperti ayahmu.”
Mendengar mendiang ayahnya dihina, Jang-il siap menembak. Jin No-sik panik. Sun-woo langsung meraih tangan Jang-il agar tak diarahkan pada Jin No-sik.
Langkah Jang-il sempoyongan ia mengarahkan pistolnya ke Sun-woo. Sun-woo tak melawan, tangan Jang-il gemetaran. Sun-woo menatapnya penuh harap agar Jang-il menghentikan semua ini. Tatapan mata Jang-il berubah menjadi sendu. Ia berusaha menguatkan dirinya untuk yakin akan menembak Sun-woo, tapi hatinya menolak.
Jang-il pun mengarahkan pistol ke kepalanya sendiri. Sun-woo terkejut ia tak bisa membiarkan Jang-il berbuat nekat dalam keterpurukan. Jang-il membulatkan tekad akan mengakhiri hidupnya.

Sun-woo segera merebut pistolnya menjatuhkan Jang-il dan terdengarlah suara tembakan.
Siapakah yang terkena tembakan,
Jang-il? Bukan. karena ia sendiri juga terkejut.
Jin No-sik, timah panas itu mengenai lengannya.
Sun-woo berhasil mengamankan pistolnya. Ia mengarahkan pistolnya ke atas dan menembakkan semua pelurunya hingga habis tak bersisa.
Sun-woo menoleh ke arah Jin dan terkejut melihat ayah kandungnya ini terkena tembakan. Ia pun segera menolongnya.
Sun-woo menggendong ayahnya dan berkata kalau ambulans akan segera datang (mobilmu mana Sun-woo) Jin No-sik diam dalam gendongan Sun-woo.
“Apa anda baik-baik saja?” tanya Sun-woo.
“Aku baik-baik saja.” ucap Jin No-sik lirih. “Kenapa kau melakukan ini padaku?”
“Apa maksud anda?” tanya Sun-woo.
“Kenapa kau menolongku?”
“Anda terluka.”
“Kim Sun-woo?” Panggil Jin No-sik
“Ya?” Sun-woo merespon panggilan Jin.
“Sun-woo-ya” Panggilan Jin No-sik membuat Sun-woo menghentikan jalannya. “Apa kau putraku?”
“Bukan,”
“Sun-woo-ya?”
“Aku bukan putra anda,”
Jin No-sik menangis dalam punggung Sun-woo. hiks hiks...
Jang-il berdiam diri di kamar mandi membasahi seluruh tubuhnya hingga ia menggigil kedinginan.
Jang-il menuangkan minuman untuknya, terdengar di luar pintu diketuk dan seseorang memanggilnya. Itu Sun-woo. Sun-woo panik takut Jang-il berbuat nekat lagi. Tapi setelah melihat Jang-il baik-baik saja ia pun bernafas lega. Sun-woo mengajak Jang-il kembali ke Korea besok.
Jang-il berkata kalau Sun-woo sudah merusak semuanya. Sun-woo meminta Jang-il berhenti bertindak bodoh.
“Apa Jin No-sik ayahmu yang sebenarnya?”
“Bukan. Bahkan kalau dia ayah kandungku, itu tak ada hubungannya denganku.”

Jang-il minta Sun-woo memperhatikan saja, ia membalas dendam untuk mantan ayah Sun-woo juga. Sun-woo tanya bagaimana kalau Jin meninggal apa Jang-il pikir Jang-il akan merasa lebih baik setelahnya. Jang-il tanya dimana Jin No-sik sekarang. Sun-woo menjawab tak tahu.

Jang-il : “Apa kau menyembunyikannya disuatu tempat? Apa kau pikir aku tak akan menemukannya? Aku jaksa Lee Jang-il.”
Jang-il kemudian diam menatap ke depan.
Sun-woo menatap heran, “Jang-il.. Jang-il?”
Jang-il : “Diam. Aku sedang bicara.”
Sun-woo tambah heran, “Jang-il?”
Jang-il membentak, “Aku bilang diam. Apa kau tak lihat, aku sedang bicara dengan ayahku? Aku sedang bicara dengan ayahku.” (saya nulisnya malem2 ikutan merinding nih)
Sun-woo mentapnya cemas. “Ayo kita pulang besok aku akan membawamu.”
Jang-il diam menatap lurus. Ia berada di dunianya yang katanya sedang bicara dengan ayahnya.
Sun-woo sabar menunggui Jang-il yang terlelap di ranjang dengan tangan memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan. Sun-woo menatapnya prihatin.
Sun-woo di mobilnya bersama Han Ji-won. Sepertinya dia sudah kembali ke Korea. Ji-won tanya bagaimana keadaan Jang-il. Sun-woo menjawab kalau kondisi Jang-il sudah membaik. Ji-won berkata kalau Jin No-sik akan segera ditangkap, semua yang disuap akan bersaksi melawannya.
Kesehatan Choi Kwang-chun sudah semakin membaik. Ia duduk di kursi roda. Soo-mi menemani ayahnya menikmati udara segar. Soo-mi melihat kalau ayahnya sudah harus memotong rambut. Kwang-chun mengusulkan bagaimana kalau ia menjadi guru seni di pedesaan karena ia sudah tak menyukai suasana Seoul. Ia akan hidup tenang di pedesaan dan Soo-mi bisa kembali ke Amerika kalau Soo-mi mau.

Geum-jool lari tergesa-gesa menemui Soo-mi dan Kwang-chun. Dengan nafas yang terengah-engah ia menyampaikan kalau Jang-il stres. Dia sudah tak waras, Sun-woo merawatnya di rumah sakit.

Kwang-chun marah untuk apa Sun-woo merawatnya. Biarkan saja dia mati kelaparan di jalanan. Geum-jool meralat kalau Sun-woo hanya membayar tagihan rumah sakitnya dia tak merawatnya.
Kwang-chun : “Kenapa kau mengatakan kondisinya pada kami? Apa kau menginginkan kami mengunjunginya?”
Geum-jool : “Aku hanya memberitahu. Dia mungkin brengsek tapi sekarang dia tak punya siapa-siapa.”
Kwang-chun : “Biarkan saja dia mati. Dia akan membunuh orang dari belakang saat dia sembuh.”
Geum-jool : “Aku rasa dia tak akan sembuh.”
Soo-mi menduga kalau Sun-woo pasti senang dan pasti merasa menang. Geum-jool berkata kalau Sun-woo tak terlihat seperti itu, ia bertanta apa Soo-mi tak mau pergi menjenguk Jang-il. Tentu saja Soo-mi akan kesana. Tapi ayahnya melarang kenapa pergi kesana.
Soo-mi : “Orang yang memandang rendah aku sekarang gila. Aku harus melihatnya,”
Soo-mi menjenguk Jang-il di rumah sakit. Jang-il tampak sehat, ia berada di ruang rawatnya tengah membaca sebuah buku.
“Apa kau sedang membaca?” tanya Soo-mi.
“Ya,” jawab Jang-il menutup bukunya dan tak lupa ia menyelipkan pembatas dimana ia membacanya tadi. Jang-il tersenyum melihat kedatangan Soo-mi.
“Kau terlihat baik,” seru Soo-mi.
“Ya. Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jang-il seraya tersenyum.
“Tidak ada. Aku hanya ingin menjengukmu, aku dengar kau sakit.” ucap Soo-mi.
“Aku tak sakit, aku akan segera keluar.” Jang-il tersenyum malu-malu.

Soo-mi senang mendengarnya dan berpesan agar Jang-il bisa menjaga diri. Soo-mi akan keluar dari ruang rawat tapi tiba-tiba Jang-il bertanya, “Kapan? Kapan kita akan pergi ke Haemiri?” (itu tempat janjian kencan keduanya 15 tahun lalu tapi Jang-il membatalkannya ketika ia tahu kalau ayah Soo-mi itu pekerjaannya peramal)
Jin No-sik sudah berada di kediamannya. Ia tampak melamun. Ma Hee-jung dan Yoon-joo sudah merapikan barang-barang mereka, keduanya akan pergi.
Jin No-sik ingin mendengar lagu klasik kesukaannya. Yoon-joo menurut ia memutar lagu yang diminta Jin No-sik. Jin mendengarnya sambil menikmati minuman.
Ma Hee-jung minta maaf. Selama ia berada disisi Jin No-sik ia merasa bahagia dan juga kesepian. Ia sebenarnya tak ingin kalau semuanya berakhir seperti ini. Jin No-sik meminta lebih baik pergi saja ia tak ingin mendengar apapun.
Ma Hee-jung : “Kau hanya tahu cara menginjak-injak orang. Kau tidak tahu tentang pengorbanan untuk orang lain.”
Jin No-sik : “Aku tak butuh saran,”
Ma Hee-jung pergi, “Hiduplah dengan baik bersama Eun Hye.”
Yoon-joo pamitan dengan ayah tirinya, ia berjanji akan sering berkunjung.
Dan tinggallah Jin No-sik sendirian menikmati minuman ditemani lagu kesukaannya. Tiba-tiba beberapa polisi datang membawa surat penangkapan untuk Jin No-sik karena tuduhan penggelapan, manipulasi saham dan penyuapan. Polisi menyuruh anak buahnya menggeledah dan membawa Jin No-sik. Tapi Jin meminta menunggu sebentar ia ingin menikmati lagunya sampai akhir.
Jang-il duduk di bangku taman rumah sakit. Sun-woo yang akan masuk ke ruang rawat tak jadi karena ia melihat Jang-il duduk sendirian disana. Ia menghampiri Jang-il di depan meja tergeletak buku-buku yang dibaca Jang-il.
“Jang-il ah!” panggil Sun-woo. Jang-il menoleh sambil tersenyum, Sun-woo yang ia lihat adalah Sun-woo remaja (kyaaa Lee Hyun Woo)
Sun-woo duduk disamping Jang-il dan langusng memeluknya. Ketika Sun-woo melepas pelukannya Jang-il pun berubah menjadi Siwan. (Jang-il remaja)
“Kenapa kau lama?” tanya Jang-il.
Sun-woo minta maaf.
Jang-il melihat wajah Sun-woo, “Apa kau berkelahi lagi? apa kau terluka?”
Sun-woo tertawa, “Tidak. Hey apa kau pernah melihat aku memukul?”
Jang-il tersenyum dan mengajak Sun-woo belajar bersama.
Jang-il berkata kalau Sun-woo sudah menyelesaikan semua dengan benar. Sun-woo berujar itu semua karena Jang-il yang mengajarkan padanya dengan baik.

Peran dewasa pun muncul lagi. Sun-woo menemani Jang-il yang terus berada dalam dunianya, belajar dan belajar. Sun-woo melirik ke arah Jang-il yang tampak serius menulis. Ia prihatin melihat kondisi kawannya ini.
Jang-il teringat sesuatu. Ia minta Sun-woo mengatakan pada ayah Sun-woo (Kim Kyung-pil) untuk tak pergi kesana. Sun-woo tanya pergi kemana.
Jang-il : “Katakan padanya untuk tak pergi ke vila Presdir Jin. Dia tak boleh kesana.”
Sun-woo memandang sedih dan bertanya kenapa.
Jang-il : “Aku tak ingat. Dia tak boleh kesana. Katakan pada ayahmu. Katakan jangan pergi kesana.”
Sun-woo mengangguk sedih dan berkata kalau ia akan mengatakannya.
“Jang-il ah!” panggil Sun-woo.
“Ya,” Jang-il remaja yang merespon panggilan Sun-woo.
Sun-woo remaja berkata kalau ayahnya tak akan pergi ke villa presdir Jin. Jadi jangan khawartir tak akan terjadi apa-apa.

Tapi wajah Jang-il masih menunjukkan kecemasan. Ia minta maaf karena dirinya, Sun-woo mendapatkan masalah tapi ia tak bisa ingat apapun. Sun-woo tersenyum meyakinkan kalau tidak terjadi apa-apa. Jang-il menitikan air mata dan melanjutkan belajarnya.
Sun-woo memandang Jang-il yang pandangannya terus kosong. Sun-woo tampak sedih memikirkan kondisi Jang-il yang seperti sekarang ini.
Di penjara Jin No-sik mendapatkan surat dari Moon Tae-joo isinya tentang hasil tes DNA Jin No-sik dengan Sun-woo dan hasilnya Kim Sun-woo putra kandung Jin No-sik. “Berhentilah menjadi ayah yang buruk bagi Sun-woo dan juga percayalah pada Eun Hye.”
Jang-il duduk di bangku taman rumah sakit sendirian, Sun-woo datang menjenguknya dan membawakan kue kesukaan Jang-il.
Jang-il : “Sun-woo, terima kasih!”
Sun-woo : “Untuk apa?”
Jang-il : “Untuk memaafkanku. Aku bisa ingat sekarang, dimulai dari hari kau menemukan ayahmu di gunung saat ulang tahunmu. Semuanya. Sebenarnya selama ini aku ingin berlutut di depanmu dan minta maaf padamu tapi aku tak bisa. Kalau aku jadi kau, kalau aku harus melalui hal yang sama aku tak akan pernah bisa memaafkan diriku.”
Sun-woo : “Aku memafkanmu dan juga aku bersalah padamu.”
Jang-il berkata kalau ia harus segera keluar dari rumah sakit ini. Ia harus mencari pekerjaan dan juga harus memulai semuanya dari awal. Sun-woo membenarkan dan mengajak Jang-il segera memulainya dari awal lagi.
Jang-il : “Sun-woo, apa kau bisa membawaku kesana?”
Jang-il dan Sun-woo ke kampung halaman mereka di Busan. Jang-il menghirup udara segar Busan yang lama tak ia kunjungi. Jang-il berjalan penuh senyuman.
Ia berandai-andai ingin seperti dulu, ketika ia mabuk pada saat perayaan diterima kuliah. Jang-il yang bersemangat penuh senyuman meminta Sun-woo mengajaknya kesana.
“Kemana?” tanya Sun-woo.
“Tempat dimana kau menebar abu ayahmu. Aku ingin pergi kesana dan minta maaf padanya.” Ucap Jang-il.
Sun-woo dan Jang-il pergi ke tebing di tepi laut dimana Sun-woo menaburkan abu ayahnya. Tempat yang sama dimana Jang-il memukul dan manjatuhkannya ke laut.
Jang-il melakukan penghormatan untuk Kim Kyung-pil. Setelah selesai Sun-woo mengajak Jang-il pulang.
Jang-il melihat sekeliling, ia malihat sebuah jembatan. “Siapa itu?” tanya Jang-il.
“Dimana?” Sun-woo tak melihat siapapun. “Kau terlihat lelah. Ayo pulang.”
“Tidak. Ayo kita pergi kesana!” Ajak Jang-il.
Keduanya menyusuri bebatuan tebing. Jang-il berhenti, Sun-woo mengajaknya pulang. Jang-il melihat sekeliling dan meminta tinggal disana sebentar saja.
Jang-il : “Setelah hari itu tempat ini selalu hadir dalam mimpi burukku. Hari ini aku akan... aku akan mengatasi tempat ini.”
Jang-il menoleh ia melihat bayangan dirinya membawa kayu akan memukul Sun-woo.
“Tidak.” Jang-il gemetaran ketakutan. “Sun-woo, menghindarlah!” Jang-il akan mendekat ke bayangannya tapi Sun-woo menahan, “Ada apa denganmu? Ayo pulang!”
Jang-il minta 5 menit lagi. Ia masih ingin berada disana. “Sun-woo, maafkan aku. Setelah hari itu aku tak pernah tersenyum dengan tulus. Aku juga tak bisa tidur dengan nyenyak,”
Sun-woo tahu itu dan meminta Jang-il melupakannya.
Jang-il kembali memandang sekeliling tebing. Ia tersenyum melihat bayangan Sun-woo berdiri di tepi tebing yang menoleh dan tersenyum padanya.
Sun-woo remaja mendekat ke arah Jang-il.
Jang-il : “Maukah kau memaafkanku!”
Sun-woo tersenyum, “Aku sudah memaafkanmu!”
Keduanya tersenyum haru.
“Sun-woo!” terdengar panggilan Jang-il remaja dan ini menjadi bayangan Sun-woo. Sun-woo menoleh.
Jang-il mendekat ke arah Sun-woo, “Sun-woo maafkan aku. Kumohon maafkan aku.”
Mata Sun-woo berkaca-kaca, “Aku sudah memafkanmu. Maafkan aku Jang-il.”
Keduanya saling mengucap maaf dengan bayangan masa lalu mereka. Argh nangis nih.

Sun-woo mengajak Jang-il pulang. Jang-il tersenyum dan setuju untuk pulang. Sun-woo jalan di depan Jang-il. Ia mengajak sahabatnya ini makan, tapi Jang-il minta ia yang akan mentraktir. Sun-woo setuju.
Tiba-tiba Jang-il menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang dan melihat bayangan dirinya memukul Sun-woo, menyeret hingga ke tepi tebing dan juga menjatuhkannya. Jang-il gemetaran. Ia ketakutan dan segera berlari ke arah dirinya dulu menceburkan Sun-woo.
Dan Byur... Sun-woo terkejut. Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Tak ada Jang-il di belakangnya. Ia mulai panik dan ketakutan.
Sun-woo berlari ke tepi tebing dan berteriak memanggil nama Jang-il. Jang-il, Jang-il, Jang-il.
Jang-il jatuh ke dalam laut yang semakin dalam. Dalam bayangannya ia berada di ruangan bersama Soo-mi.
“Kau melukis banyak Haemiri kan? Aku seharusnya membawamu kesana sebelumnya. Maafkan aku!” Jang-il tersenyum. Soo-mi membalas senyum Jang-il.
Sun-woo menceburkan diri ke laut. Ia berusaha menggapai Jang-il yang semakin tenggelam jauh ke dasar.

Sun-woo memeriksakan matanya ke dokter. Dokter mengatakan kalau kebutaan mata Sun-woo terjadi karena efek dari stres psikologis dan emosional. Sun-woo tanya apa itu akan segera sembuh. Dokter menjawab mungkin sembuh mungkin juga tidak.

Sun-woo berjalan menggunakan tongkat. Ia tak dapat melihat dengan jelas. Ia duduk di bangku taman sendirian. Ia tampak mengedip-ngedipkan matanya.

Ji-won datang dan langsung duduk di sampingnya. Ji-won mengatakan bukankah ia sudah berpesan Sun-woo tak boleh keluar sendirian kalau ia sedang bekerja. “Hanya aku satu-satunya matamu.”

Han Ji-won membacakan novel untuk Sun-woo. Sun-woo diam mendengarkan. Ji-won menatap Sun-woo dan terbayang dalam ingatannya masa lalunya bersama Sun-woo.

Sun-woo ingin mengatakan sesuatu tapi ia berat mengatakannya. Ji-won tanya apa ada hal yang buruk. Sun-woo bingung harus mengatakannya dari mana. Akhirnya ia berkata kalau keranjang bunganya akan segera ia kirimkan.

Ji-won mengira kalau Sun-woo akan bicara tentang diri Sun-woo. Sun-woo diam. Ji-won bertanya apa itu yang ingin Sun-woo katakan. Ji-won merengut memotret wajahnya sendiri dan meminta Sun-woo melihat ekspresi wajahnya nanti. Sun-woo berkata kalau kemungkinan ia tak akan bisa melihat lagi. Ji-won tak ingin Sun-woo bicara seperti itu.

Sun-woo : “Tinggalkan aku sebelum aku bergantung padamu. Itu yang terbaik untukku,”
Ji-won : “Kim Sun-woo yang aku cintai adalah orang yang tak bisa melihat. Dia tidak kaya seperti sekarang, dia juga bukan David Kim yang kuliah dari Universitas. Tak masalah bagiku kalau tak bisa melihat lagi. Kenapa kau mengatakan itu?”
Sun-woo : “Karena aku bukan orang yang dulu.”
Ji-won : “Bagiku kau masih orang yang sama,”

Sun-woo minta maaf. Ji-won tanya kenapa Sun-woo minta maaf. Sun-woo diam berat untuknya mengungkapkan kata-kata yang harus ia sampaikan.
“Apa Jang-il baik-baik saja?” Sun-woo mengalihkan pembicaraan.

Ji-won diam tak menjawab. Sun-woo berkata kalau ia akan pergi dengan Geum-jool. Ji-won ingin tahu Sun-woo akan pergi kemana. Sun-woo tak mengatakannya, ia akan memberi tahu nanti saat ia kembali. Ji-won mengerti ia pun segera pergi untuk kembali bekerja.

Ji-won sepertinya enggan untuk pergi, ia berbalik untuk menatap Sun-woo yang tetap duduk diam. Ji-won duduk kembali di sebelah Sun-woo dan cup... ia mencium pipi Sun-woo.

Sun-woo berkunjung ke rutan tempat ayahnya di penjara. Ia mengenakan kacamata hitam. Jin No-sik keluar menemui orang yang mengunjunginya. Ia terkejut kalau ternyata orang itu Sun-woo.

“Kau pasti punya alasan untuk datang kesini.” Kata Jin No-sik.
“Aku datang untuk berkunjung,” sahut Sun-woo.

Jin No-sik meminta Sun-woo membuka kacamata. Sun-woo tak mau ia beralasan kalau matanya sedikit sakit.
Jin No-sik : “Apa kau merasa lebih baik setelah melihatku seperti ini?”
Sun-woo diam.
Jin No-sik : “Kalau kau tak mengatakan apapun aku aka kembali. Jangan pernah datang menemuiku seperti ini lagi.”

Jin No-sik akan kembali ke dalam tapi tangan Sun-woo meraba menggapai tangannya dan menahan agar ia tak pergi. Jin terkejut melihatnya, ia mengamati Sun-woo yang memakai kacamata hitam dengan wajah tampak sedih.
Penjaga bilang kalau waktu berkunjung sudah habis. Jin No-sik melepas pegangan tangan Sun-woo. Ia akan kembali ke sel-nya tapi ia penasaran dan terkejut di sebelah Sun-woo ada tongkat. Ia pun mulai berfikir terjadi sesuatu yang buruk terhadap mata Sun-woo.

Jin No-sik mendekat ke arah Sun-woo yang hanya duduk diam. Ia membuka kacamata Sun-woo dan terlihat mata Sun-woo yang berkaca-kaca memancarkan kesedihan.

Jin tak kuasa memandangnya, tangisnya pecah dan ia pun langsung memeluk putranya yang selama ini ia anggap sebagai musuh.
Sun-woo melepas pelukan ayahnya, samar-samar ia bisa melihat wajah sang ayah.

Ji-won menunggu Sun-woo di taman. Ia terkejut melihat Sun-woo berjalan tak menggunakan tongkat. Ia senang Sun-woo bisa melihat lagi. Tapi Sun-woo berkata kalau penglihatannya samar-samar. Ji-won tahu itu bukankah ia sudah bilang kalau Sun-woo pasti bisa sembuh.
Sun-woo akan mengatakan kemana ia pergi tadi. ia bicara jujur kalau tadi ia pergi mengunjungi Jin No-sik. Ji-won jelas terkejut dan bertanya kenapa Sun-woo menemui dia. Sun-woo diam ia kembali ragu untuk mengatakannya.

“Kenapa kau ragu-ragu mengatakannya?” Ji won berfikir, “Tidak mungkin. Itu bukan kan?”
“Itu benar. Dia ayah kandungku,” Sun-woo minta maaaf.
“Sudah berapa lama kau tahu?”
“Aku baru tahu belakangan ini. Tapi aku tak bisa mengatakan ini padamu.”
“Jangan pernah memberitahuku lagi. Aku akan pura-pura tak mendengarnya.”
“Apa kau menganggap dia sebagai ayahmu? Beri aku waktu.” Ji-won jelas kecewa.

Sun-woo mengerti, ia merasa kalau Jin No-sik bukan ayahnya tapi ia tak bisa memperlakukan dia sebagai orang lain.
“Jadi beri aku waktu,” ucap Ji-won memotong ucapan Sun-woo.
“Mungkin aku tak pantas mendapatkan cintamu. Tanganku penuh dengan darah. Aku tak bisa mengatasinya dan aku menjadi buta,”

Ji-won minta Sun-woo mengatasinya dan jangan berkata hal-hal yang bodoh.
Sun-woo : “Aku hanya mengutuk Jin. Jang-il, Bukyung chemical dan ayahku, semuanya dihancurkan oleh dia. Aku membencinya tapi disaat yang sama aku merasa terbebani.”

“Beri aku waktu, aku tak tahu berapa lama.” Ji-won mengatakannya lagi. Ia minta Sun-woo memberinya waktu untuk memikirkan semuanya. Ia masih belum bisa menerima Jin No-sik adalah ayah kandung Sun-woo. Ji-won meninggalkan Sun-woo seorang diri di taman.

Sun-woo dan Ji-won berpisah. Sun-woo meninggalkan surat untuk Ji-won.
“Hemingway, aku rasa aku tak akan menulis seperti ini lagi. Bahkan kalau kau berpura-pura bahagia bersamaku. Aku tahu itu akan sulit karena terkenang mendiang ayahmu. Aku juga tahu kau tak akan bisa meninggalkanku. Aku akan pergi. Kali ini aku tak akan memintamu menungguku. Aku tak bisa mengatakan aku akan menunggumu. Cobalah mengerti.
Ji-won mengunjungi kediaman Sun-woo yang sepi dan tertata rapi. Sun-woo sudah pergi.

Ji-won mengenang masa lalunya ketika ia berbicara lantang di panggung meminta dukungan untuk perusahaan ayahnya sehingga bisa menjadi perusahaan yang hebat. “Ayah apa yang harus kulakukan. Aku tak bisa memaafkan Jin No-sik tapi aku juga tak bisa meningggalkan Kim Sun-woo!”

Soo-mi menikmati kegiatan melukisnya. Terngiang dalam ingatannya Jang-il bertanya kapan ke Haemiri. Jang-il berjanji akan mengajaknya ke Haemiri bersama. Soo-mi melamun di tepi jendela, ayahnya datang kemudian keduanya berada di taman.

Soo-mi mempertanyakan kenapa tak ada hal yang berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Ayahnya berkata bukankah Soo-mi sudah menjadi pelukis yang diinginkan dari dulu. Soo-mi meralatnya semua hal kecuali melukis.
Ayahnya minta Soo-mi bersyukur saja atas semua yang dimiliki, ‘Kau tidak bisa memilih hari dimana kau dilahirkan atau hari dimana kau meninggal. Awal dan akhir hidupmu itu bukan milikmu tak ada yang seperti kau rencanakan.”

Ji-won kembali ke rutinitasnya yang dulu. Ia kembali menjadi sukarelawan di pusat rehabilitasi. Ia berada di perpustakaan tengan merapikan buku-buku. Ia mendengar seorang penyandang tuna netra berjalan ke arahnya. Ia bertanya apa mencari buku audio. Si penyandang tuna netra membenarkan, Ji-won menawarkan mengantarnya.

Ji-won memapah wanita itu dan teringat ketika dirinya membantu Sun-woo menuruni tangga ketika ia pertama kali bertemu Sun-woo di pusat rehabilitasi. Ia menitikkan air mata mengingat semua kenangannya.

Selain merapikan buku-buku di perpustakaan Ji-won juga melakukan rekaman novel audio. “Sebentar lagi matahari terbenam. Dia akan mengerjakan pekerjaan sehari-hari saat dia keluar. Tapi semua sudah berubah, Santiago bukan lagi oasis. Oasis tak lagi seperti dulu.”

Ji-won duduk menyendiri mengamati ponselnya yang berfisi foto-fotonya dengan Sun-woo. (Kapan foto ini diambil pose fotonya lucu2)

Kim Sun-woo berada si suatu tempat. Di wilayah equator. “Hemingway ini satu-satunya jalan. Aku pergi ke khatulistiwa lagi. Waktu yang aku habiskan denganmu adalah waktu yang berharga dalam hidupku.”

Ji-won mengunjungi kediaman Sun-woo yang peralatannya tertutup rapi dengan kain putih. Sepi tak ada siapapun disana. Ji-won menemukan buku teknik memijat yang pernah ia tempel stiker hati di sampul depannya.
“Oasis tempat yang kosong baginya mulai hari itu padang pasir hanya berarti satu hal baginya harapan untuk kembali, angin yang membawa ciuman padanya. Menyentuh wajahnya dan berkata kalau dia masih hidup. Dia hidup dan menunggu seorang pemberani untuk kembali padanya,”
Beberapa waktu kemudian.

Han Ji-won memutuskan untuk menemui Sun-woo. Jalur yang dilalui Ji-won untuk sampai ke tempat Sun-woo sangat jah. Ketika ia sudah sampai dibandara, ia harus melanjutkan perjalanan menggukan bus. Setetlah itu menuju perbukitan.

Ji-won sampai dimana tempat Sun-woo tinggal. Sebuah tenda sederhana, Ji-won tersenyum karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan pria yang dicintainya. Tapi Ji-won kecewa karena disana ia tak bertemu dengan Sun-woo. Rumah tenda itu kosong tak ada siapapun. Ia jelas sedih airmatanya pun menetes tak kuasa menahan kesedihannya.
Ji-won memutuskan untuk kembali pulang.

Ji-won sampai di bandara dan Sun-woo pun ada di bandara juga. Tapi keduanya tak saling melihat. Keduanya berselisih jalan.

Sun-woo sampai di rumah tendanya (ohw dia bertelanjang dada) Ternyata rumah tendanya cukup menyenangkan. Ia bisa menyetel musik dan mendengarkan lagu moon river.

Sun-woo mengambil foto Ji-won yang ia simpan dan meletakkan di sampaing foto dirinya bersama Kim Kyung-pil. Sun-woo menyadari sesuatu, ada yang lain pada bingkai fotonya. Disana ada stiker hati yang baiasanya ditempelkan Han Ji-won.

Sun-woo duduk santai di depan rumah tendanya menikmati alunan lagu moon river sambil meminum minumannya. Terdengar langkah seseorang datang, ia mengira itu Koon tapi itu Han Ji-won yang memutuskan untuk kembali ke tempat Sun-woo.


Ji-won berdiri diam. Sun-woo tak menyangka kalau Ji-won akan datang menemuinya.
“Kau tak sedang menungguku kan?” tanya Ji-won.
“Tidak.” Jawab Sun-woo seolah mengacuhkannya.
“Haruskah aku kembali?”
“Begitu?”
Ji-won kecewa Sun-woo tak menyambut senang kedatangannya, ia memutuskan untuk pulang saja.

“Apa kau bisa kembali pulang?”
“Tidak.” Ji-won hampir menangis.
“Kalau begitu jangan pergi. Tetaplah bersamaku selamanya. Aku mencintaimu.”

Sun-woo langsung memeluk Ji-won erat-erat. Kali ini ia tak akan melepaskan Ji-won lagi. Sun-woo melepas pelukannya dan ia pun menciumnya. Kemudian memeluk Ji-won lagi.


Ji-won meraba punggung Sun-woo berusaha membaca apa yang tertulis disana. “Aku membaca punggungmu,”
“Apa katnya?” tanya Sun-woo.
“Aku sudah menunggumu.” Ucap Ji-won.
Ji-won meminta Sun-woo gantian membaca punggungnya. Sun-woo menuruti dan meraba punggung Ji-won, “Aku selalu mencintaimu. Aku akan pergi kemanapun, denganmu.”
Keduanya memeluk erat, melepas pelukan dan kembali Sun-woo mencium wanita yang dicintainya.


--- T A M A T ---

COMMENT :


Dari awal aku sudah mengira kalau bakalan ada yang kehilangan nyawa. Tapi yang jadi pertanyaan. Jang-il bagaimana, meninggal atau tidak.
Setelah scene di tebing dan menceburkan diri ke laut tak ada lagi scene untuknya. Bagaimana dengan pertanyaan Sun-woo. “apa Jang-il baik-baik saja?” ini pertanyaan yang masih ambigu. Masih ada beberapa maksud dibalik pertanyaan ini.

Mungkin Jang-il masih hidup dan tengah melakukan perawatan psikologis. Atau juga pertanyaan ini ditujukan untuk alam lain. Apakah Jang-il baik-baik saja di alam sana, mungkin ini juga bisa jadi. Karena pertanyaan Sun-woo ini tak ada respon dari Ji-won.

Tapi kalau menurutku, aku lebih condong ke alasan yang ke dua. Sun-woo mempertanyakan keadaan Jang-il di alam sana. tapi apapun yang terjadi pada Jang-il kita semua senang akhirnya dia menyadari kesalahannya dan meminta maaf secara tulus. Sumpah adegan permintaan maaf Jang-il bikin merinding. Apalagi Jang-il bilang kalau setelah peristiwa itu dia tak pernah tersenyum secara tulus dan di episode ini dia bisa tersenyum lebar.

Jin No-sik, wow akhirnya dia juga menyadari kesalahpahamannya pada Moon Tae-joo. tapi kenapa Moon Tae-joo tak keluar di episode ini. Kemana dia. Adegan Sun-woo menggendong ayah kandungnya ketika terluka benar-benar menyentuh, aku sempet nangis dan juga tangisku ditambah ketika Jin-Nosik memeluk putranya sewaktu menjenguknya di penjara.

Soo-mi, dia bahagia dengan ayahnya. Dandanannya pun tak lagi menor hehe, aku suka dandanan yang seperti ini. Apalagi ketika Jang-il membayangkan dirinya berada dalam satu ruangan dengan Soo-mi, senyum Soo-mi sangat manis.

Sun-woo dan Ji-won, romance-nya hanya sebagai pemanis saja, itu menurutku. Tak ada romance antara dua orang ini di drama juga tak masalah. Akan lebih menegangkan kalau Ji-won membenci Sun-woo ketika ia tahu kalau Jin No-sik ayah kandung Sun-woo. dan tentu saja yang kuinginkan Ji-won membalas dendam pada Sun-woo.

Takut episodenya tambah panjang? Ga juga? 20 episode cukup untuk balas dendam Ji-won asalkan rahasia Sun-woo putra Jin No-sik hadir di episode 16 atau 17. Wahahah pasti tambah menegangkan. Dan lagi keluarganya Han Ji-won mana dia.. ga kelihatan bukankah ibu dan adik2nya masih ada.

Wahahaha komennya panjang, mungkin ada yang mau menambahkan komentar tentang drama ini... monggo...

14 comments:

  1. ahh Jang Il sedih juga liat akhir hidupnya , walaupun dy jahat rasa bersalahnya muncul juga :(
    tinggal 1 part lagi

    hayoo Anis habis ini mau bikin proyek sinopsis apalagi ???

    ReplyDelete
  2. ya ALLOH... bagus bgt niy drama.....

    ReplyDelete
  3. terharu dgn cerita nya mba anis,,, keren bgt kayanya lihat adegan Sun Woo menembak pistol kearah atas pasti keren tuch hehehe :D

    cerita ini bner2 keren,sejahat2 nya ayah tp dia tetap ayah kandung kita, terharu lihatnya n sedih lihat scene Sun Woo gendong ayah nya, terus sang sang ayah menangis di pundak nya pasti adegan ini mengharukan bgt yach.

    aplg adegan Sun Woo yg selalu nemenin Jang IL, dia tulus bgt sm sahabat nya tp kasihan ya jang il nya hnya mengingat msa2 mereka kecil... pokoknya scene yg berdua sama jang il sedih bgt, berharap jang il nya hidup mereka bisa mulai dari awal lg... :(

    Thanks yach mba anis lanjutkan eps 20 part 2 nya aq tunggu...
    N aq tunggu jg sinop terbaru nya ? hehehe :D

    semangat yach

    ReplyDelete
  4. Yah, setidaknya ending drama ini lebih melegakkan daripada ending Rooftop Prince.
    Semua drama yang direcap Anis unnie, sungguh menyentuh, mulai dari Can You Hear My Heart dan sekarang The Equator Man.
    Selalu beda dari blog lain.
    Pertahankan ciri khasnya!

    ReplyDelete
  5. drama yang keren 3 drama tamat dengan Happy End... walau happy nya berbeda2...
    tapi drama ini keren aplg dilaht dr segi persahatan Sun Wo N jang IL, terus dr segi keluarga hubungan antra Sun WO dgn Ayah nya...

    thanks mba Anis
    aq tunggu sinop selanjutnya...? mau nulis sinop apa mba Anis?

    SEMANGAT YACH... :D

    ReplyDelete
  6. blogwalking ^^
    udah dapet kasetnya cuma ragu2 buat nonton jd liat sekilas dluw...penasaran karena ratingnya selalu bersaing ma 2drama laennya.

    ReplyDelete
  7. Akhirnya nemu sinopsis film EM disini, penasaran dgn rating film ini yg tinggi. Pengen nonton tapi takut gak ok, makanya mau baca sinopsisnya dulu.

    Anis, thanks kerja kerasnya untuk terjemahin sinop ini.

    ReplyDelete
  8. Hay hay....
    aq bAru smpet bACa ni sinOpNya...
    ia percintaAn ji won dan Sun wo kok kesannya biasa aja ya?
    gak ada gregetnya gitu, gak ada tantangan yang besar yg mreka lalui krn hubungan mereka, justru karakter cewek lbh kuat karakternya soo mi
    aku rasa walau gak ada ji won d drama ini ,critanya bAkal tetep bagus...

    thnk sinopnya ...

    ReplyDelete
  9. Menurut aku sih, justru keberadaan Ji-won adalah penyeimbang dalam drama ini. Ji-won membuktikan bahwa dengan kerja keras "melakukan 3 pekerjaan", dia bisa membiayai kuliahnya dan menghidupi keluarganya. Kalau Ji-won bisa, kenapa Jang il tidak (juga kenapa kita tidak). Tanpa Ji won, drama ini hanya akan berkutat pada masalah "revenge". Ji wonlah yang mengajarkan bahwa hidup dengan baik adalah pembalasan dendam terbaik. Ji-won pula yang mengajarkan cara memaafkan, ketulusan mencintai, juga kesetiaan.

    Thanks sinopsisnya Mbak
    -Rhi-

    ReplyDelete
  10. keren banget drmanya ..bener2 terharu.. thanks banget buat anis yang udah mau terjemahin drama ini..
    tapi masih bingung dengan peran terakhir Jang Il ? apa yang sebenarnya terjadi pada Jang Il ? apakah ada kepastiannya tentang Jang Il yg mati ato tengah menjalani perawatan psikologis.. huaahhh, penasaran T_T

    ReplyDelete
  11. keren banget drama ini.. sampe terharu dibuatnya.. thanks banget buat anis yang udah terjemahin drama ini.. tapi aku masih bingung dengan peran Jang Il pada bagian terakhir. apa yang sebenarnya terjadi? apakah ada kepastian tentang Jang Il yang mati atau tengah menjalani perawatan psikologis? penasaran banget huhu :(
    mohon balasannya :)

    ReplyDelete
  12. Yg q tangkep, sosok jin no sik itu ibarat setan dan young bae itu budak setan yg smcm mnta pertolongan ke setan dan kena batunya, trs mati. Sebel bgt sm org macam jinnosik ini.

    ReplyDelete
  13. Eps 20 keren!!

    (Akhirnya rambutmu diturunkan juga Joon Hyuk oppa) ><

    ReplyDelete
  14. Awalnya cuman nonton drama ini buat liat hyun woo-ya.. karena lagi ga sempet lanjutin nton, tapi uda terlanjur penasaran, akhirnya aku baca sinopsis kelanjutannya, makasih bgt ya admin, uda ngobatin penasaran aku..

    Dan baru sadar, ternyata lee hyun woo uda dua kali peranin uhm tae woong muda.. di The Great Queen Seondok sama drama ini, hyun woo keren bgt >,< <3

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.