Friday 5 July 2013

Sinopsis The Queen's Classroom Episode 6 Part 1

Ha Na berusaha menggapai pakaiannya yang ada di kolam renang. Tapi karena pakaian itu terlalu ke tengah kolam ia tak bisa menggapainya. Ditambah lagi kaki kanannya terkilir, jatuhlah ia ke dalam kolam.

Ha Na tenggelam dan pada saat itu ada seseorang yang menggapai tubuhnya. Dia Guru Ma. Mata Ha Na membesar terkejut begitu tahu siapa yang menolongnya.

Guru Ma menatap marah, “Apa kau masih berfikir kalau aku salah dan kau benar?” Ha Na yang terkejut hanya bisa diam sambil mengatur nafasnya.
Guru Ma membawa Ha Na ke ruang UKS. Ia mengobati kaki Ha Na terkilir. Ha Na diam memperhatikan. Guru Ma mengatakan pada seseorang yang ada disana bahwa hari ini tak ada penutupan kelas (maksudnya apa ya, apa piket di akhir kelas)
Ternyata Guru Ma mengatakan itu pada Bo Mi yang juga ada di ruang UKS. Bo Mi mengerti dan segera keluar dari ruang UKS Hmm sepertinya Bo Mi yang melaporkan pada Guru Ma kalau Ha Na ada di kolam renang.
Tepat setelah Bo Mi keluar, wakil kepala sekolah dan pelatih renang datang tergesa-gesa begitu mendengar ada siswa yang tenggelam. Wakasek yang khawatir bertanya pada Guru Ma bagaimana keadaan Ha Na. Guru Ma mengatakan kalau kaki Ha Na terkilir tapi Ha Na baik-baik saja kok. Pelatih renang bersyukur Ha Na tak apa-apa.

Wakasek yang masih panik dan cemas memarahi Pelatih Choi, bukankah ia sudah bilang Pelatih Choi harus mengutamakan yang namanya keselamatan. “Berapa kali kubilang padamu tentang keselamatan?” Bentak wakasek. Pelatih Choi minta maaf.

Wakasek bertanya pada Guru Ma apa permasalahan di kelas 6-3 belum selesai. Bukankah ini disebabkan karena ada yang menjahili Ha Na. Guru Ma bertanya pada Ha Na benarkah begitu. Wakasek meminta Ha Na mengatakan yang sebenarnya.
Bo Mi belum pergi ia menguping di luar. Ia sedikit membuka jendela supaya bisa mendengar apa mereka bicarakan. Ia berkata dalam hati kalau bicara dengan Guru pun akan sama saja.
Ha Na mengatakan kalau ia tergelincir. Mendengar jawaban Ha Na, Bo Mi berkata dalam hati kalau jawaban yang ia berikan juga sama.

Wakasek tak percaya apa Ha Na benar-benar tergelincir. Ha Na mengiyakan dan itu karena kecerobohannya. Guru Ma diam mendengar jawaban Ha Na.
Bo Mi menutup jendela, ia berdiri mematung di depan ruang UKS, “Kenapa kita tak menerima bantuan? Karena itu tak akan membantu.” batin Bo Mi.
Bo Mi ternyata melihat siapa yang memotret Soo Jin ketika sedang membilas usai berenang. Dia Go Na Ri. Na Ri sembunyi memotret Soo Jin. Saat itu Bo Mi tepat berada di belakang Na Ri melihat semuanya. Ia yang terkejut hanya bisa diam.

Bo Mi berada di ruang perpustakaan. Ia menggambar apa yang dilihatnya ketika itu.
Soo Jin dan teman-teman yang sedang membilas tubuh.
Na Ri memotret diam-diam.
Na Ri menunjukan foto itu pada Soo Jin.
Soo Jin tampak marah.
Na Ri tersenyum licik.
Ha Na dikurung di lemari.
Na Ri bicara berdua dengan Ha Na mengatakan kalau ia dan Ha Na sudah tak berteman lagi.
Bo Mi melihat semuanya tapi dalam hati ia mengatakan kalau ia tak melihat apa-apa. Bo Mi terus menggambar penuh emosi apa yang dilihatnya. Hingga kejadian Ha Na terjebur ke kolam pun ia melihatnya.

Suara Bo Mi : “Gadis malang. Tapi, ini bukan waktunya untuk kehilangan harapan. Karena neraka hari ini akan terus berlanjut hingga esok dan seterusnya.”
Sarapan di rumah Ha Na tampak melamun. Ibu marah-marah karena Ha Na selalu sulit dibangunkan ketika pagi hari. Ibu terus ngomel bukankah Ha Na sudah kelas 6 jadi harus bisa bangun tidur sendiri. “Mau sampai kapan ibu harus membangunkanmu?” Ibu menyiapkan bekal makan untuk Ha Yoon.
Ha Yoon memeriksa ponsel Ha Na, “Tapi apa ini benar-benar jatuh?” Ha Yoon tak percaya ponsel itu jatuh. Ha Na tak menjawab, dia masih melamun.

Ayah ikut bergabung dengan mereka di meja makan, ia menyapa putri-putrinya. Ayah bertanya apa kaki Ha Na sudah sembuh. Ha Yoon menyenggol adiknya. Ha Na kaget dan berkata kalau kakinya sudah agak baikkan.
Ibu mengingatkan ayah kalau mau pulang ke rumah setelah minum-minum mending tak usah pulang. Ayah menyindir kenapa pagi-pagi ucapan ibu sudah manis sekali. Ayah membela diri, ia tak minum untuk bersenang-senang melainkan karena bekerja. Ibu kesal, kalau minum itu pekerjaan ayah kenapa harus berangkat kerja di pagi hari, bukankah seharusnya berangkat malam dan minum sepanjang malam.

Ayah juga kesal karena pagi-pagi sudah ribut seperti ini. Ia meninggikan suara, “Siapa yang mengatakan itu?” Suara ibu juga tak kalah tinggi, kenapa suaminya berteriak seperti itu. Ayah menggerutu kesal karena pagi-pagi sudah kena sial. Ia pun mengajak Ha Yoon berangkat bersamanya. Ha Yoon menyusul ayahnya.
Ibu mencium sesuatu, “Apa ayahmu memakai parfum?” Ha Na mencoba mencium aroma parfum.
Di ruang guru. Guru Goo memberikan daftar nilai yang didapat siswa. Ia mengatakan kalau kelas Guru Ma mendapatkan nilai rata-rata paling tinggi. Guru Ma diam saja.
Guru Jung berkata pada Guru Ma, ia mendengar ada anak yang terluka di kolam renang. Guru Ma berkata kalau lukanya tidak parah. Guru Jung juga mendengar kalau pakaian anak itu dilemparkan ke kolam renang, bukankah anak itu pasti dijahili.
Guru Yang terkejut dengan sikap Guru Ma, bukankah Guru ma seharusnya melakukan wawancara perorangan terhadap siswa dan mencari keterangan yang lebih detail. Guru Ma menilai itu tak ada gunanya. Guru Jung tak mengerti bagaimana mungkin Guru Ma tidak peduli terhadap masalah ini, menurutnya Guru Ma harus menemukan pelakunya sebelum masalah ini semakin parah.
Guru Goo yang sedang memainkan ponselnya menilai apa yang disampaikan Guru Jung itu masuk akal, lebih baik Guru Ma itu bertindak lebih cepat. Guru Ma malah bertanya apa dengan guru bertindak lebih cepat masalah akan terselesaikan. Guru Goo membenarkan ucapan Guru Ma. Guru Yang ingin tahu apa yang akan Guru Ma lakukan untuk menangani masalah ini, kalau Guru Ma menghukum semua siswa akankah mereka berhenti menjahili temannya.
Guru Ma : “Kalau aku menemukan siswa yang jahil dan menghukum mereka. ‘ah aku benar-benar bersalah’ tapi akankah mereka menyesal dan berhenti menjahili seseorang? bukankah mereka akan tetap jahil secara diam-diam karena marah? ‘selama tidak terjadi di depanku, itu tidak apa’. Sikap beberapa guru lah yang membuat kejahilan bertambah parah. Apa kau sungguh tak paham?”

Guru Yang tak bisa berkata apa-apa. Guru Jung ingin menyampaikan pendapat tapi wakil kepala sekolah masuk ke ruangan itu. Guru Goo buru-buru menyimpan ponselnya.
Wakil kepala sekolah bertanya pada guru-guru kelas 6 apa mereka sudah memeriksa nilainya. Guru Goo bilang sudah.

Wakasek menatap Guru Yang dan menyindir nilai kelas 6-2 bagus sekali. Nilai dengan rata-rata kelas yang paling kecil. “Walaupun ini hanya SD tapi orang tua akan senang kalau nilai anak mereka naik. Tak ada orang tua yang suka nilai buruk.”

Wakasek beralih ke Guru Ma, kalau kita tidak memasukan nilai kelas 6-3 nya Guru Ma maka nilai rata-rata kita dibawah nilai rata-rata nasional. Itu sangat rendah sekali.
Suara wakasek meninggi.”Kalau kita terus ada tes yang sesuai standar, nilai kita ini bukan hanya rendah tapi malah akan merangkak ke lantai.” Semua guru menunduk diam.

Wakasek berharap Guru Ma melanjutkan kinerja bagus ini. Sedangkan guru lainnya harus membuat program perencanaan secara detail untuk menaikan nilai kelas dan program itu harus diserahkan padanya. “Mari kita bekerja keras, mengerti?” bentak wakasek. (hahaha suara kerasnya Jaksa Kwon keluar)
Ha Na berangkat ke sekolah dengan langkah tertatih-tatih menahan sakit. Dong Goo melihat dari sebrang sungai, ia tak berangkat sekolah. Ia bicara pada Miss Rosa, “Kalau dia tak lari dia akan terlambat. Tidakkah itu jalannya aneh? Apa dia terluka?” Dong Goo merasa aneh dengan cara berjalan Ha Na. Dong Goo mengeluh, “apa peduliku?”
Ha Na sampai di kelasnya. Semua teman tak menyapanya. Mereka melirik ke arah Ha Na yang berjalan menuju lokernya. Eh lihat itu lihat itu. Sun Young tampak menghitung.
Ha Na membuka lokernya pelan dan bral... setumpuk sampah keluar dari lokernya. Gelak tawa teman-teman menyambut dirinya yang terkejut melihat sampah.
Ha Na berbalik menatap teman-temannya yang tertawa gembira dan saling tos dengan keberhasilan rencana mereka. Na Ri tersenyum sinis.
Alarm ponsel Yoon Seok Hwan bunyi menandakan kalau Guru Ma sebentar lagi datang. Anak-anak pun bergegas duduk rapi di tempatnya masing-masing. Ha Na yang kebingungan mau diapakan sampah ini akhirnya memasukan sampah itu kembali ke lokernya. Bel tanda masuk pun bunyi.
Tepat saat itu Guru Ma masuk kelas. Guru Ma heran melihat Ha Na, “Shim Ha Na apa yang kau lakukan disana?” Ha Na segera menutup lokernya, ia minta maaf dan duduk di tempatnya.
Guru Ma mengumumkan kalau nilai ujian kemarin sudah keluar. Ia akan memberikan hasilnya. Pi Eun Soo mengangkat tangan bertanya, bukankah seharusnya mereka melihat nilai di website sekolah. 
Guru Ma berkata kalau yang akan ia berikan ini nilai siswa yang sebenarnya. Ada peringkat kelas, peringkat sekolah dan prediksi peringkat nasional. Anak-anak mengeluh takut kalau nilai yang didapat tak sesuai harapan.
Kim Min Jae : “Bukankah dilarang memberi peringkat di sekolah dasar?”
Jung Sang Taek : “Bukankah ujian yang diadakan hanya untuk menguji kemampuan kita?”
Guru Ma mengingatkan siswanya jangan menjadi lemah begitu, “Berhenti bersikap kekanak-kanakkan. Apa ujian itu untuk menguji apa yang kalian tahu dan apa yang kalian tidak tahu? Bukan itu. Yang namanya ujian tidak dilaksanakan karena kami tertarik pada kemampuan kalian. Untuk menilai kalian dan membandingkan kemampuan kalian, itulah gunanya.”
Guru Ma menuju meja Seo Hyun dan menyerahkan nilainya. Seo Hyun menempati peringkat pertama.
Guru Ma berkeliling diantara siswanya menuju meja lain, “Di negara kita tidak penting kalau kalian merasa bertanggung jawab untuk diri sendiri atau tidak. Kalau ujian kalian baik maka kalian bisa menjadi dokter.”

Guru Ma menyerahkan nilai pada Tae Sung yang menduduki peringkat dua.
Guru Ma : “Tentu saja kalian juga tidak perlu merasakan keadilan. Kalau ujian kalian baik, kalian juga bisa jadi penilai untuk yang lain.”
Guru Ma menyarahkan daftar nilai pada Na Ri yang menempati peringkat tiga. Guru Ma memuji nilai ujian Na Ri membaik.
Guru Ma : “Jadi untuk mendapatkan yang kalian mau, raihlah nilai yang bagus dan tingkatkan kemampuan kalian, bukan apa yang kalian tahu. Tapi nilai ujian kalian adalah kemampuan kalian yang sebenarnya.”
Peringkat empat Choi Bit Na. Peringkat lima Son In Bo. (itu lagi itu lagi ya hehehe)

Guru Ma menyuruh anak-anak memperlihatkan nilai ini ke orang tua masing-masing dan harus di tanda tangani. Guru Ma memerintahkan Ha Na membagikan sisanya.
Karena kakinya masih sakit Ha Na berjalan pelan. Ketika ia akan menerima lembaran nilai itu Guru Ma melepaskannya begitu saja. Jatuhlah kertas-kertas itu berserakan ke lantai. Semua terkejut, Ha Na mengumpulkan kembali kertas-kertas nilai itu.
Guru Ma menyuruh mereka meletakan meja dan kursi Dong Goo ke gudang. Mereka menoleh ke tempat duduk Dong Goo yang kosong. Guru Ma mengatkan kalau Dong Goo tak akan datang ke sekolah lagi.

Ha Na yang sedang jongkok mengumpulkan lembar demi lembar kertas nilai menatap Guru Ma. Guru Ma membalas tatapan Ha Na, “Apa? apa kau sedih karena temanmu pergi? Tak perlu khawatir aku tak akan menyuruhmu melakukan semua tugas ketua kelas.”
Guru Ma menatap semua siswanya, “Berdasarkan urutan nilai, ketua kelas yang baru adalah Eun Bo mi dan Shim Ha Na. Kalianlah yang melakukan tugas harian.” Bo Mi yang terkejut hanya bisa menerima dalam diam.
Saatnya anak-anak pulang sekolah. Ibu kepala sekolah sibuk dengan tanaman-tanamannya. Ia heran kenapa ada banyak serangga di tanamannya.
“Ibu kepala sekolah..!” panggil Dong Goo yang tiba-tiba muncul mengagetkan ibu kepsek. Ibu kepsek yang kaget menanyakan apa yang Dong Hoo lakukan disana.

“Apa ibu melihat nenek sihir Ma?” Tanya Dong Goo sambil sembunyi.

Ibu kepsek heran, ”Nenek sihir Ma? Oh Guru kelasmu ya?”

Dong Goo heran bagaimana ibu kepsek tahu kalau itu julukan Guru Ma. Ibu kepsek mengatakan kalau Guru Ma tak ada disini.
Dong Goo pun keluar dari persembunyiannya dan menghampiri ibu kepsek. Ibu kepsek menatap curiga, ia ingin tahu julukan apa yang Dong Goo berikan untuknya. Dong Goo bilang tak ada. Ibu kepsek menilai mungkin ini karena ia tidak memiliki kepribadian yang kuat jadi ia tak punya julukan yang diberikan anak-anak ditambah lagi ia bukan guru.

Ibu kepsek heran kenapa Dong Goo datang ke sekolah sekarang. Dong Goo berkata kalau ada yang harus ia lakukan di sekolah. Ia melihat sekeliling dan merasa sudah terlambat. Ibu kepsek mengatakan kalau Dong Goo bukan lagi terlambat tapi sudah dianggap tak masuk sekolah. Dong Goo bilang kalau ia bukan terlambat datang untuk belajar tapi ia sudah terlambat untuk bersih-bersih. Dong Goo pun permisi harus segera bersih-bersih. Ibu kepsek terbengong-bengong melihatnya.
Dong Goo mengendap-endap sembunyi menuju kelasnya. Ia tak ingin terlihat siapapun, apalagi Guru Ma. Ia mengintip di balik tembok dan melihat teman-temannya sudah ada yang pulang.
Dong Goo melihat keempat temannya sedang bermain, gunting batu kertas. Kim Min Jae (yang pake baju merah) Lee Dong Jin (yang kurus) Yoon Seok Hwan (yang pake kacamata selain In Bo) dan Park Kyung Hyun (yang pake kaos oranye)

Kyung Hyun kalah suit, ia tak tahu harus bagaimana melakukannya. Yang lain menyuruh cepat pergi. Dong Goo mengintip dari balik tembok.
Ha Na menyapu kelas sedangkan Bo Mi membereskan meja kursi. Sesekali Bo Mi melirik Ha Na yang sedang menyapu. Ha Na tampak menahan sakit di kakinya.
“Shim Ha Na!” panggil Kyung Hyun. Ia mendekat ke arah Ha Na. Kyung Hyun berkata kalau ia ingin mengakui sesuatu. Ia menunduk sambil mendekat. “Aku...” Ha Na spontan mundur, ia tak tahu apa yang akan Kyung Hyun lakukan padanya.
 
Kyung Hyun mengangkat tangan kanannya perlahan dan yaaattttt dia menjambak rambut Ha Na. Setelah melakukan itu Kyung Hyun langsung kabur. Di luar kelas anak-anak yang tadi main suit sudah menunggunya dengan perasaan senang bukan kepalang.
Ha Na meringis kesakitan. Bo Mi yang kaget bukan main berteriak marah, “Hei aku akan menulis nama kalian semua.” Ia langsung mengambil buku catatannya dan menuliskan nama temannya yang berbuat jahil. Mereka berempat pun pergi.

“Anak-anak yang mengganggu anak lain. Kim Min Jae, Park Kyung Hyun. Benarkan? Aku akan menulis nama mereka disini.” kata Bo Mi sambil menulis di buku catatannya. Ha Na terharu berterima kasih karena Bo Mi sudah membelanya.
 
Bo Mi langsung tersadar dan terdiam. Ia meletakan bukunya kembali ke meja. Ia kembali bersikap dingin, “Hei Shim Ha Na, aku tekankah sekali lagi, hanya karena kita ketua kelas terendah bukan berarti aku temanmu. Jadi tak perlu bersikap perlebihan.”

Ha Na tersenyum terharu, ia tahu itu. Bo Mi dengan galaknya menyuruh Ha Na cepat membersihkan kelas. Ia kesal karena sekarang Dong Goo tak ada yang menyebabkan dirinya manjadi ketua kelas terendah. Ucapan Bo Mi tak membuat Ha Na sedih, ia malah senang karena Bo Mi masih memiliki sedikit perhatian padanya. Ha Na kembali melanjutkan menyapunya.
Dong Goo memperhatikan keduanya dari luar kelas. Ia sedih dan kesal melihat Ha Na diperlakukan seperti itu. Dong Goo pun pergi dari sana tak jadi membantu bersih-bersih.
Lee Dong Jin dan Park Kyung Hyun memberikan makanan untuk itik di sungai. (kayaknya tuh yang dikasih keripik deh hahaha)
“Hey teman-teman!” panggil seseorang. Dong Jin dan Kyung Hyun menoleh. Itu Dong Goo. Dong Goo lari ke arah keduanya.
Langkah lari Dong Goo semakin cepat, menubruk keduanya dan mendorong hingga ketiganya tercebur ke sungai. Anak-anak lain yang lewat melihat lebih dekat.

Dong Jin dan Kyung Hyun marah, apa yang Dong Goo lakukan. Mereka bertiga akan berdiri, tapi Dong Goo berpura-pura akan terjatuh. Ia pun mendorong mereka lagi biar lebih basah.
 “Ah kau ini pakaian kami basah nih,”

“Bagaimana kami bisa pulang kalau seperti ini?”

Anak-anak yang nonton menertawakan mereka.
Dong Goo keluar dari sungai, ia marah pada keduanya. “Ini memalukan, bukan?” Kyung Hyun kesal, apa Dong Goo sedang bermain-main dengannya. Dong Goo bilang kalau ia sedang tak bermain-main. “Jadi aku peringatkan pada kalian, jangan pernah bercanda seperti itu. Aku akan keluar dimanapun kalian berada dan ini tidak lagi main-main.”

Kyung Hyun dan Dong Jin jengkel bukan main. Dong Goo menilai keduanya hanya anak SD yang pengecut, “Apa kalian paham?”
Karena Na Ri menempati peringkat tiga, ibu Na Ri mwntraktir ibu-ibu lain beserta anak-anak mereka makan malam di restouran. ibu Ha Na dan Ha Na juga ikut diundang. Ibu-ibu memberikan selamat tapi ibu Na Ri menilai kalau ini hanya nilai SD jadi apa yang harus dibanggakan.

Ha Na menunduk diam merasa tak nyaman dengan tatapan tajam ketiga temannya. Terdengar ibu Hwa Jung memberikan semangat untuk anaknya supaya nilainya lebih meningkat lagi dan ia bisa mentraktir teman-teman Hwa Jung.
Ibu Sun Young juga ikut senang karena nilai anak-anak mereka membaik. Jika dibandingkan kelas lain nilai rata-rata kelas 6-3 yang paling tinggi.

Ibu Hwa Jung : “Aku mulai sangat menyukai guru kelas kita.”

Ibu Na Ri : “Kurasa guru kita tahu apa yang para ibu inginkan.”
Ibu Ha Na mengeluh karena hanya Ha Na yang nilainya turun. Ia pun berpesan pada putrinya agar memperbaiki nilai di ujian akhir nanti. Ha Na menunduk diam. Na Ri tersenyum dan menjelaskan pada ibu Ha Na kalau kondisi Ha Na belakangan ini tidak begitu baik. Menurut ibu Ha Na yang namanya kondisi juga kemampuan.
Hwa Jung menilai Ha Na hanya mengalami nasib sial saja jadi nilainya buruk deh. Sun Young membenarkan dilain kesempatan kalau Ha Na menunjukan nilai yang sesungguhnya pasti nilainya akan naik. Ibu Ha Na tak menyangka kalau teman-teman hana ini menyemangati putrinya.

Ibu Na Ri memperhatikan kalau Ha Na sepertinya terkenal diantara teman-teman karena memiliki kepribadian yang kuat. Tapi ibu Ha Na malah mengkhawatirkan putrinya yang terlalu mencemaskan teman-temannya.

Ketiga anak ini tersenyum palsu di depan ibu-ibu. Tapi di depan Ha Na mereka menatap dingin bin sinis bin judes.
Pelayan datang membawakan pesanan sup dan salad. Na Ri melihat pesanan salad Ha Na tidak datang. Ia tersenyum mengajak Ha Na makan salad yang ada bersama. Ha Na tahu kalau itu hanya ucapan manis di bibir saja. ia menatap tajam Na Ri. Na Ri membalas tatapan Ha Na, “Kenapa ekspresimu seperti itu? kau seharusnya tersenyum dan makan.”
Na Ri mendekat kepalanya bicara lirih, keduanya saling menatap. “Tak ada yang memihakmu disini. Apa kau mau dipermalukan di depan ibumu?” ucapan Na Ri membuat Ha Na menunduk menahan kesal. Ha Na melihat ibunya tertawa-tawa, ia tak mungkin melakukan sesuatu yang bisa membuat Na Ri melancarkan ancamannya.
Sebelum berangkat sekolah, Ha Na membereskan buku-buku sekolahnya. Ia melihat wadah yang dulunya tempat menaruh ulat. Ulat itu sudah berubah menjadi kepompong. Tapi Ha Na tak tahu, ia heran kenapa ulat itu diam saja dan menebak ulat itu mati (padahal udah jadi kepompong hehe).
Ibu kepala sekolah sibuk menyemprot tanaman dengan pestisida. Tak jauh dari sana Ha Na mengali tanah untuk menguburkan peliharaan yang mati. ibu kepala sekolah menghampiri Ha Na, ia menanyakan apa yang Ha Na lakukan di kebun. Ibu kepsek berkata kalau pagi ini bukan pagi yang bagus untuk dirinya karena harus melawan serangga.

“Apa ibu menyemprot dengan pestisida?” tanya Ha Na. Ibu kepsek membenarkan tapi itu bukan pestisida kimia melainkan organik.
Ibu kepsek ingin tahu apa yang Ha Na lakukan. Ha Na mengatakan kalau hewan peliharaannya mati jadi ia mau menguburkannya disini. Ibu kepsek melihat kepompong yang dibawa Ha Na, “Ini sih bukan mati. Dia hanya tidur.”

Ha Na terkejut, “Tidak mati?”

Ibu Kepsek : “Tentu saja tidak. Kau harus menguburnya di bawah tanah. Dia akan terbuka dan keluar dari tanah.”

Ibu kepsek berpesan saat kepompong kumbang itu berubah menjadi kumbang bunga ia harap Ha Na tunjukan itu padanya. Ha Na heran karena menurutnya ini hanya akan menjadi kumbang tanah. Bu kepsek bilang kalau saat ini kita tak bisa memastikan kumbang apa itu. Bisa jadi itu kumbang tanah, kumbang bunga atau mungkin kumbang tanduk atau bahkan kumbang tanduk yang panjang. Kalau itu manjadi kumbang yang tanduknya panjang itu akan menjadi hewan langka. Ha Na bisa masuk berita. Dan kalau Ha Na diwawancara, Ha Na harus membicarakan pembicaraan kita ya ya ya. Ha Na tertawa mengangguk.
Ibu kepsek menilai hobi Ha Na ini sungguh aneh untuk anak gadis seumuran Ha Na bermain dengan serangga. Ha Na mengatakan kalau kepompong ini milik Dong Goo. “Tapi anak itu ya ampun......”

“Ada apa dengan anak itu? kalian punya hubungan apa?” tanya ibu kepsek. Ha Na terkejut, kami tak ada hubungan apapun,

Ibu kepsek : "katakan pada Dong Goo untuk membantuku juga bukan hanya membanaumu. Ha Na tak enak menyampaikannya, ia pun memberi tahu ibu kepsek kalau dari yang ia dengar Dong Goo tak berangkat ke sekolah lagi.”

Ibu Kepsek : “Dia bilang dia datang ke sekolah bukan untuk belajar tapi untuk bersih-bersih dan membantumu. Dia mengatakan semuanya padaku.”

Ha Na terkejut, “Apa Oh Dong Goo datang ke sekolah?" Ibu kepsek memberi tahu kalau Dong Goo bertemu dengannya kemarin. Ha Na terdiam.
Yoo Seok Hwan mengintip keluar kelas untuk memastikan kalau ini masih aman. Ia dan kedua temannya, Lee Dong Jin dan Park Kyung Hyun cepat-cepat menggotong meja dan kursi Ha Na keluar.
Tanpa sengaja ketiganya menyenggol meja Bo Mi dan membuat buku dan alat tulis milik Bo Mi jatuh. Mereka membiarkannya. Na Ri yang melihat mereka bertiga menggotong meja dan kursi hanya tersenyum membiarkan.
Na Ri melihat buku milik Bo Mi yang ada di lantai. Ia mengambil buku itu dan melihat gambar Bo Mi. Na Ri melihat satu-persatu gambar Bo Mi dimana itu merupakan karakter kartun Ha Na. ia tersenyum sinis.

Tapi ketika ia membuka gambar berikutnya betapa tercengangnya Na Ri melihat itu adalah gambar dirinya ketika memotret Soo Jin di kamar mandi. Ia pun tahu kalau Bo Mi melihat dan mengetahui semuanya. ia mulai cemas dan panik.
Pi Eun Soo mengatakan pada Ha Na yang baru datang kalau meja dan kursi Ha Na tak ada. Na Ri tersentak kaget melihat Ha Na sudah sampai di kelas. Ia segera menyembunyikan buku gambar Bo Mi. Ha Na terdiam sedih karena perlakukan teman-temannya. Ia segera keluar untuk mencari meja dan kursinya.
Ketiga anak cowok iseng ini membawa meja dan kursi Ha Na. Kemana ya, kayaknya toilet. Ketika sampai di depan pintu toilet ketiganya dikejutkan oleh kedatangan Seo Hyun.

Seo Hyun merekam apa yang ketiganya lakukan menggunakan ponsel. Seo Hyun mengancam, kalau wajah ketiganya terekam jelas di ponselnya. Mereka ketakutan dan pergi begitu saja meninggalkan meja kursi.
Ha Na berpapasan dengan ketiga anak itu. Ia melihat Seo Hyun berdiri di dekat meja dan kursinya. Ia berterima kasih. Seo Hyun berkata kalau hanya ini yang bisa ia lakukan untuk membantu Ha Na.
Anak-anak bersiap pulang, Na Ri dan kedua temannya menunggu seseorang. Na Ri menunggu Bo Mi dekat pintu keluar. Ketika Bo Mi lewat Na Ri memanggilnya, “Bolehkah aku bicara denganmu sebentar?” Bo Mi diam terkejut penuh tanda tanya kenapa Na Ri mengajaknya bicara.
Guru Yang dan Guru Jung bersiap akan pulang juga. Keduanya berpapasan dengan Justin yang kayaknya lagi jogging di sore hari hehe. Guru Jung berkelakar kalau otot Justin itu bagai seni hahaha. Justin senyum-senyum aja. Ia pun bertanya apa Guru Ma akan pulang terlambat lagi.
Guru Jung : “Ah perawan tua itu. Dia itu tak punya sesuatu yang dilakukan kalaupun dia pulang. Aku ingin menjodohkan dia dengan sesorang, tapi kepribadiannya itu terlalu kuat. Aku tak mau disalahkan karena bermulut besar.”

Justin tak tahu harus mengatakannya bagaimana, ia pun bicara lirih pada kedua guru wanita ini. “Guru Ma itu bukan perawan tua. Dia itu sudah menikah.”

Guru Jung dan Guru Yang terkejut, “Ya ampun. Benarkah? Apa dia bercerai? Kenapa?”

Justin tertawa, “Ya begitulah.”
Justin beralih ke Guru Yang, ia bertanya apa hari sabtu tidak apa-apa. Guru Yang setuju, kali ini ia yang akan mentraktir Justin makan ayam dan minum bir. Guru Jung terheran-heran apa yang akan keduanya lakukan hingga harus makan dan minum bersama. Justin mengingatkan kalau Guru Yang sendiri yang berjanji, Lihat langit dan bumi saksinya. Justin pun berlalu.
Guru Jung menatap curiga, ia meminta Guru Yang mengatakan yang sebenarnya. Guru Yang mengerti maksud Guru Jung. Ia pun menjelaskan kalau yang dilakukannya minggu kemarin dengan Justin hanya mengendarai sepeda dan ketika itu Justin membelikannya ayam dan bir.

Guru Jung menilai itu namanya kencan. Guru Yang menampik bukan seperti itu kok. Guru Jung mencibir apa maksud Guru Yang itu bukan kencan, Guru Yang tak perlu menyembunyikan itu. Guru Yang meyakinkan kalau itu bukan kencan lagi pula ada orang lain yang Justin sukai.

Guru Jung terkejut, “Jangan-jangan.... apa dia itu gay?” (hahaha) Guru yang tertawa, bukan begitu.

Guru Yang melihat sekeliling dan berbisik pada Guru Jung, “Guru Ma.” Guru Jung makin terkejut. Guru Yang berkata kalau Justin terus-menerus menanyakan Guru Ma ketika keduanya bersepeda. Guru Jung benar-benar tak mengerti selera Justin. Guru Yang tanya kenapa bukankah Guru Ma juga cantik.
Guru Jung menggerutu, “Apa Guru Ma itu tipe yang disukai cowok Amerika?” (hahaha) Guru Yang terkekeh.

Bersambung di part 2

Komentar :

Bo Mi sepertinya merasa kalau apa yang Ha Na alami juga dialami olehnya. Ketika diganggu anak lain, yang bisa mereka lakukan hanya diam dan berbohong kalau itu terjadi karena kecerobohan mereka.

Ini seperti yang kebanyakan terjadi dimana-mana. Ketika ada anak melaporkan kalau mereka dijahili temannya Guru langsung menindak kalau memang kejadian itu di sekolah. Si pelaku bilang kalau ga akan lagi-lagi mengulanginya. Tapi di luar jam sekolah si pelaku melakukannya lagi, apalagi setelah si korban melaporkan. Jadi si korban lebih memilih diam daripada dia lebih parah menjadi bulan-bulanan si pelaku. Yup, drama ini benar-benar seperti mengangkat sesuatu di kehidupan nyata, itu yang saya suka.

Benarkan, Na Ri yang memotret dan dia kembali memfitnah Ha Na supaya teman sekelas membenci Ha Na. Tapi Bo Mi melihat semuanya, tapi Bo Mi hanya bisa diam. Dia tidak berani melaporkannya. Dalam hati Bo Mi sepertinya dia merasa kasihan pada Ha Na.

Kepedulian Dong Goo pada Ha Na semakin dia tunjukan. Walaupun dia malas belajar tapi dia merasa kasihan kalau Ha Na harus melakukan piket sendirian. Teman mana yang tidak marah kalau temannya dikerjai kayak gitu dan pembalasan Dong Goo ke anak nakal itu bikin ketawa hahaha. Di episode ini Dong Goo seperti menjadi seorang pahlawan hahaha.

Pengen mengomentari Wakasek hehehe. Wakasek mana coba yang ga jengkel melihat nilai rata-rata ujian yang jelek. Ditambah lagi kepala sekolah yang sudah ga mau tahu menahu, makin repot deh wakasek hahaha. Dia pun akhirnya meminta program rencana yang akan para guru lakukan untuk menaikan nilai rata-rata tiap kelas. Ayo maju terus pak, hehehe.

Apa beneran ya Justin naksir Guru Ma hahaha. Guru Ma sudah menikah? Dengan siapa? Mana suaminya? Apa sudah punya anak? Misteri lagi kan....!!!!

12 comments:

  1. berarti ga ada yang kakinya hana kena pecahan kaca itu yaaa,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga ada mbak, diganti kaki terkilir hehe....

      Delete
  2. eonni fighting sinopsisnya, aku juga ngikutin ni drama.
    temanya keren tentang anak sd gituu.
    oh iya eonni boleh link sinopsis ini ga ?

    ReplyDelete
  3. Na Ri makin jahat aja...untuk menutupi kesalahannya dia melakukan kejahatan. Dan untuk menutupi kejahatannya itu dia melakukan lebih banyak lagi kejahatan lainya....yang pada akhirnya membuat dia semakin terperosok oleh perbuatannya sendiri.

    ReplyDelete
  4. Part 2.... Part 2.... Gak sabarrr.... >.<

    ReplyDelete
  5. ga terasa air mata netes.. sy tau guru Ma sedang mengajar murid2nya utk mjd pribadi yg kuat spt dirinya. agar tdk mudah dijatuhkan org lain di kemudian hari, inilah masa2 sulit yg hrs mrk lewati. gomawo sinopsisnya mb anis, tetap semangat sampai episode terakhir ^^. ohya drama ini di korea sdh sampai episode brp? ep. terakhir 16 kan ya?

    ReplyDelete
  6. Daebakkk.........ditunggu part 2 nya

    ReplyDelete
  7. Terima kasih mbak. Ditunggu kelanjutannya :)
    semangat ^_•

    ReplyDelete
  8. jgn2 nanti na ri dkk mw jahilin bo mi lagi gr2 gmbr yg dia bt...
    hah..... msh kecil aja dh kyk gitu kelakuannya apalagi dh gede??

    ReplyDelete
  9. Ditunggu part 2 nya ya... :D

    ~Melin~

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.