Saturday 6 July 2013

Sinopsis The Queen's Classroom Episode 6 Part 2

Na Ri mentraktir Bo Mi makan di restouran. Bo Mi melihat sekeliling, sepertinya ia belum pernah ke restoran seperti ini, ia tak langsung makan. Na Ri menyuruhnya lekas makan, ia sengaja membelikan makanan ini untuk Bo Mi.

Bo Mi masih tak mengerti kenapa tiba-tiba Na Ri mengajaknya makan seperti ini. Ia bicara lirih yang tak begitu jelas didengar Na Ri. “Kenapa kau membelikan ini untukku?” tanya Bo Mi.

Na Ri tersenyum, “Aku ingin berteman denganmu.”

“Denganku? Kenapa?” Bo Mi juga melihat ke arah Sun Young dan Hwa Jung.

Na Ri : “Kenapa? apa perlu alasan untuk berteman? Cepat makanlah!”
Bo Mi berada di kamar mandi membasuh tangan. Ia melamun berusaha berfikir kenapa Na Ri tiba-tiba ingin berteman dengannya. Bo Mi mengangkat wajahnya melihat ke kaca cermin. Ia tersentak kaget begitu melihat Na Ri ada di belakangnya. Ia langsung menunduk ketakutan. Na Ri bergumam kalau Bo Mi itu selalu ketakutan.
Na Ri pun membasuh tangannya. Bo Mi akan pergi dari kamar mandi tapi langkahnya terhenti karena Na Ri memanggilnya. “Kau sangat patuh pada Guru Ma. Aku melihatnya. Gambar yang kau buat.” 

Bo Mi kembali terkejut. Na Ri menatapnya, “Kalau kau sudah tahu, apa kau akan mengatakannya?” 
“Apa?” Bo Mi pura-pura tak mengerti, ia berusaha menutupi keterkejutannya. “Kolam renang.” Sahut Na Ri membuat tubuh Bo Mi menegang. Bo Mi terbata-bata mengatakan kalau ia tak melihat apa-apa.

Na Ri tersenyum menilai pilihan Bo Mi itu bijak. “Kalau kau menjaga rahasia, kita akan berteman selamanya.” kata Na Ri sambil menepuk pundak Bo Mi membuat tubuh Bo Mi semakin menegang. Dengan nada lembut tapi mengancam Na Ri berkata bukankah Bo Mi tak ingin seperti Ha Na. Na Ri keluar kamar mandi lebih dulu. Ultimatum Na Ri membuat Bo Mi ketakutan.
Ha Na berada disuatu tempat mencari alamat seseorang. Ia celingukan mencari dimana alamat yang dicarinya. Ia menggunakan bantuan GPS dari ponselnya.
Ha Na sepertinya menemukan tempat yang ia cari, Rainbow Bar. Ia masuk ke sana menyapa ramah tapi tempat itu sepi, tak ada sahutan siapapun.
“Selamat datang, Selamat datang di bar kami. Aku bisa membuatkanmu apapun, tamuku tersayang.” Tiba-tiba muncul seorang pria tua dengan logat kemayu.
Si kakek itu heran karena tamu yang datang seorang anak perempuan, ia pun bertanya siapa Ha Na. Ha Na memperkanalkan namanya. Si kakek heran dan berkata sambil melucu. Ia bertanya apa Ha Na mau minum. Ha Na bilang kalau ia tidak minum alkohol. Kakek berkata kalau ia bisa membuatnya tanpa alkohool. Ha Na bilang tidak usah. Si kakek heran kenapa ekspresi Ha Na seperti itu.

Ha Na mengatakan kalau ia datang ke tempat ini untuk menemui temannya, tapi sepertinya ia sudah salah tempat, Ha Na pun permisi.

Kakek teringat sesuatu, “Teman? Apa mungkin kau Shim Ha Na laaaa.. (si Kakek ngomong kayak logatnya Dong Go) apa mau mencari Oh Dong Goo?”

Ha Na mengiyakan, “Kalau begitu apa anda kakeknya Dong Goo?”
Si kakek terdiam cemberut disebut kakek. “Bukan kakeknya, tapi aku hanya orang yang dekat dengannya. Jadi kau benar Shim Ha Na, aku sudah banyak mendengar tentang kau dari Dong Goo.”

Ha Na ingin tahu memangnya apa yang sudah Dong Goo katakan. Kakek berkata kalau Dong Goo mengatakan padanya bahwa Ha Na mengakuinya di depan kelas. Kakek melihat kalau Ha Na ini tipe orang yang kuat. “Ya ampun, wajahmu manis sekali!”
Ha Na kesal Dong Goo sudah menafsirkan hal itu yang bukan-bukan. Ia berusaha tertawa dan menggerutu, “Dasar Oh Dong Goo, aku akan mambuat dia memohon ampun padaku.”
“Nyonya Oh, aku lapar!” sahut Dong Goo keluar dari dalam dengan wajah malas. “Ayo kita membuat sesuatu untuk dimakan. Bagaimana kalau daging tonkatsu?” Dong Goo melihat disana ada Ha Na, “Kenapa kau ada disini?” Ha Na tak tahu menjelaskannya bagaimana.

(ternyata yang disebut Nyonya Oh itu Kakek yang merawat Dong Goo hahaha. Cara bicaranya memang kemayu hihihi)
Keduanya bicara di luar, lebih tepatnya di lapangan kecil tepi sungai. Dong Goo memeperlihatkan ijazah pemberian Guru Ma. Ha Na yang belum tahu bertanya, apa ini. Dong Goo mengatakan kalau itu adalah ijazah resmi yang bisa mengeluarkan dirinya dari sekolah.
Ha Na tak mengerti apa Guru Ma benar-benar menyuruh Dong Goo untuk berhenti sekolah. Dong Goo bilang tentu saja, “Aku mendukung Guru Ma sepenuh hati, aku salut padanya.” ucap Dong Goo sambil bertepuk tangan.

Ha Na benar-benar tak mengerti, “Apa kau waras sekarang? apa kau pergi ke sekolah demi selembar kertas?” Dong Goo mengiyakan, tentu saja.

Ha Na : “Lalu kenapa kau masih datang ke sekolah? Aku mendengarnya dari kepala sekolah.”
Dong Goo berkata kalau ia datang ke sekolah untuk melihat Ha Na. Ha Na terkejut tak bisa berkata-kata. Dong Goo memandang Ha Na, “Oh lihat wajahmu memerah!” sahut Dong Goo meledek hehehe.

Ha Na terbata-bata bertanya kenapa Dong Goo datang ke sekolah untuk melihatnya. Ia menegaskan kalau ia ini tak peduli pada Dong Goo. Dong Goo tertawa, “Apa ini. Apa mungkin kau berfikir kalau aku ini menyukaimu dan apa itu sebabnya kau berfikir kalau itu alasan aku datang untuk melihatmu?” 

Ha Na : “Lalu kenapa kau datang?”

Dong Goo balik bertanya, “Apa menurutmu pembuat masalah seperti dirimu itu ada dimana-mana? Sedikit membosankan kalau melihatnya secara langsung.”
Dong Goo bicara dengan bonekanya. Dong Goo menyarankan kalau Ha Na merasa khawatir lebih baik katakan saja yang sejujurnya. Ia bicara dengan bonekanya, “Apa kau pikir dia diperlakukan seperti orang yang dijahili? Benar, kan? Wajahnya tampak sangat muram.”

Dong Goo beralih bicara pada Ha Na, “Katakan padaku, aku Oh Dong Goo dan Miss Rosa akan menyelesaikan masalahmu.”
Ha Na kesal karena Dong Goo mengungkit hal itu, “Bukankah sudah kubilang itu tidak benar. Apa kau ini masih anak-anak?”

Ha Na merebut Miss Rosa dan melemparnya ke sungai. Dong Goo terlihat marah, “Apa yang kau lakukan? Miss Rosa tak bisa berenang.”

Ha Na juga marah, “Berhenti merengek, berhenti menjadi kekaanak-kanakan dengan boneka.”

Dong Goo : “Apa?”
Ha Na : “Kapan kau akan dewasa? Aku tak peduli apa yang kau lakukan. Mencarimu sebagai teman akulah yang bodoh. Kau pengecut yang selalu melarikan diri.”

Dong Goo : “Pengecut apanya? Kenapa tak mengatakan yang sejujurnya, kau datang karena butuh teman, itu karena kau sulit sekali menjadi orang yang dikucilkan.”

Ha Na meninggikan suara, “Sudah kukatakan aku tidak dikucilkan. Aku tak butuh teman sepertimu jadi kau tak perlu kembali ke sekolah. Sudah berakhir, kita tak usah bertemu lagi!”

Ha Na yang marah berlalu dari sana. Dong Goo hanya bisa diam melihat kearah sungai dimana bonekanya dibuang oleh Ha Na.
Keesokan harinya Ha Na berangkat ke sekolah sendirian. Ha Na sampai di kelas dan kembali tak melihat meja dan kursinya. Ia bisa menebak kalau ini perbuatan teman-temannya.
Bo Mi menghampiri Ha Na, ia tahu dimana meja dan kursi Ha Na disembunyikan. Ia harap Ha Na ikut dengannya. Ia akan menunjukan tempatnya. Ha Na tersenyum berterima kasih.
Bo Mi membawa Ha Na menuju suatu tempat. Ha Na berjalan di belakang mengikuti Bo Mi. Tak ada sedikut pun rasa curiga dalam diri Ha Na terhadap Bo Mi.
Bo Mi membuka pintu gudang, di ruangan itu numpuk bebarapa meja dan kursi yang tidak terpakai. Ha Na menemukan dimana meja dan kursinya. Bo Mi menutup pintu gudang, suasanya gudang pun gelap gulita. “Bo Mi kenapa kau menutup pintunya, jadi gelap nih, aku tak bisa melihat.”
Bo Mi berjalan perlahan dan menyalakan lampu. Lampu menyala, sinarnya menyilaukan mata Ha Na. Tapi tiba-tiba... Byur.... ada air yang jatuh dari atas mengenai Ha Na. Ha Na basah kuyup.
Disusul kemudian suara gelak tawa terbahak-bahak. Ha Na melihat sekeliling, di ruangan itu banyak teman-teman menertawakan dirinya yang basah kuyup diguyur sengaja oleh mereka. Ha Na yang semula terdiam bingung akhirnya mengerti kalau ini tingkah kejahilan teman-temannya.

“Apa kau jatuh ke kolam renang lagi?” seru Soo Jin sambil tertawa terbahak-bahak.

“Apa diluar hujan?” Sun Young tak bisa menahan tawa. Na Ri tertawa mengejek.
“Hei... pencurinya itu kau!” seru Lee Dong Jin menunjuk Ha Na.
Mereka yeng tertawa terbahak-bahak mengeluarkan ponsel untuk memotret Ha Na yang basah kuyup. Ha Na terdiam sedih sekaligus marah diperlakukan seperti ini. Ia tak menyangka teman-temannya tega melakukan ini padanya.
Ha Na akan lari keluar, di pintu Bo Mi berdiri menunduk diam. Ha Na menatap tak menyangka kalau Bo Mi ikut membohonginya seperti ini. Ha Na segera lari keluar. Mereka masih tertawa-tawa, Bo Mi sedih melihatnya. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Dengan tubuh basah kuyup Ha Na lari keluar gedung sekolah. Di pintu ia berpapasan dengan Seo Hyun. Seo Hyun menatap heran kenapa Ha Na basah seperti ini. Mata Ha Na sudah berkaca-kaca, ia tak mengatakan apapun. Ia langsung lari berlalu dari hadapan Seo Hyun. Seo Hyun yang terkejut tampak khawatir.

Ha Na yang menangis terus lari. Ia sepertinya tak akan masuk kelas hari ini. Tiba-tiba langkahnya terhenti.
Guru Ma berdiri di depannya tersenyum dingin menatapnya, “Apa kau ingin melarikan diri? kemana kau akan pergi ketika kau tak punya teman?”

Ha Na menunduk menangis.

Guru Ma : “Teman-temanmu yang berharga. Benar, kau sudah mengerti. Sulit sekali kalau kita tak memiliki teman.”

Ha Na yang menangis mengangkat wajahnya menatap Guru Ma.
Guru Ma : “Sekarang, apa yang akan kau lakukan? apa kau ingin aku memberikanmu saran?”

Ha Na kembali menunduk sambil menangis. Guru Ma mendekat, “Kalau kau kehilangan teman lama, maka kau harus mencari teman baru. Berhentilah dan menyerahlah.” Guru Ma menyentuh pundak Ha Na, “Kalau kau berada di pihakku, kau tak akan lagi seperti ini.”
Ha Na terus menangis, “Bu Guru, semua ini terjadi karena Ibu. Ibu salah dan aku benar. Karena ibu aku kehilangan teman-temanku dan aku sekarang benci ke sekolah.”

Ha Na menepis tangan Guru Ma. Tapi dengan cepat Guru Ma menahan tangan Ha Na.
Guru Ma : “Jangan menangis, berhentilah menanis. Kalau kau merasa ini tak adil maka segera perbaiki sendiri. Bertarunglah sampai akhir. Tidak ada air mata ataupun melarikan diri.”

Guru Ma melepas tangan Ha Na dan berlalu meninggalkan Ha Na yang menangis seorang diri.
Ha Na pergi ke tempat pemaianan yang pernah ia datangi bersama Dong Goo dan Bo Mi. Ia mengingat kebersamaannya yang menyenangkan bersama mereka. Ha Na sedih mengingat kenangannya sekarang ia sendiri.
Terdengar suara ramai di tempat sebelah, Ha Na tertarik untuk melihatnya. Ada seorang kakek bermain tembak-tembakan. Itu Kakek Oh alias Nyonya Oh. Pengunjung lain terkagum-kagum melihat kemampuan menembak kakek. Ha Na terkejut melihat yang menembak itu Kakeknya Dong Goo. Kakek Oh selesai menembak dan terkejut melihat Ha Na ada disana. (lucu logat kemayunya si kakek)
Keduanya pun bicara sambil meminum minuman. Kakek Oh ingin tahu bagaimana rasanya membolos sekolah apa Ha Na merasa lebih baik. Ha Na menunduk tak tahu harus menjawab apa. Kakek menebak sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Dong Goo dan Ha Na. Ia mengatakan kalau sejak kemarin Dong Goo terlihat sangat frustasi, dia kehilangan boneka pemberian ibunya. Kalau yang dibicarakan boneka Ha Na tentu saja tahu, “Bukankah itu Miss Rosa?”
Kakek Oh berkata kalau Rosa itu nama Ibu Dong Goo. “Pelanggan bar selalu bilang Miss Rosa. Rosa-ya.”

Ha Na jadi merasa bersalah dan menyesal sudah membuang boneka Dong Goo ke sungai, “Bagi Dong Goo apa boneka itu seperti ibunya?” Kakek berkata ya bisa dibilang begitu, “Dia itu anak yang kesepian kalau dia tak memiliki boneka itu dia akan tambah kesepian.” Mendengar itu Ha Na semakin merasa bersalah. Ia menyadari kelau kemarin dirinya sudah keterlaluan.
Dong Goo sampai di tempat bermainnya, di lapangan kecil dekat sungai. Ia melihat disana ada tas yang dikenalnya. Tas milik Ha Na. Ia celingukan mencari si pemilik tas. Dong Goo melihat Ha Na di sungai, “Apa yang kau lakukan?” tanya Dong Goo. Ha Na mendongakan wajahnya, “Apa maksudmu sedang apa? aku mencari Miss Rosa.”
Dong Goo menyuruh Ha Na lupakan saja, tak usah dicari karena sudah saatnya ia mengucapkan selamat tinggal pada Miss Rosa. “Aku, Oh Dong Goo tak akan terus bergantung pada orang yang sudah pergi.”

Ha Na : “Aku, Shim Ha Na, tak akan melepaskan hal yang berharga dari dirimu dengan mudah.” 

Dong Goo pun akan turun ke sungai, ia heran kenapa sekarang Ha Na berusaha keras. Lebih baik hidup saja seperti yang Ha Na inginkan. Ikuti saja perintah nenek sihir itu. Ha Na berkata kalau ia melakukannya karena hal ini sangat berharga.

“Apa itu? teman?” Tebak Dong Goo.

“Bukan. aku.” jawab Ha Na. “Tahun terakhirku di Sekolah Dasar hanya sekali seumur hidup. Seperti kau yang berhenti sekolah, aku tak mau seperti itu. Aku akan melindungi tahun terakhirku yang berharga,”

Dong Goo : “Jadi, kalau kau harus melindungi dirimu sendiri, kenapa kau selalu melindungi teman-temanmu?”
Ha Na : “Kalau sendirian itu akan sepi sekali. Meskipun Guru Ma mengatakan hal buruk tentang orang tuamu tapi kau masih baik-baik saja karena memiliki Nyonya Oh. Apa kau bisa hidup senang sendirian? Kalau semua mengikuti perkataan Guru Ma, maka semuanya akan merasa kesepian. Bahkan kalau nilai mereka bagus orang tuanya memuji mereka dan memperlakukan mereka dengan baik, tapi orang yang kesepian tak akan pernah bahagia. Aku, bahkan kalaupun aku sendirian, aku tak akan membiarkan teman-temanku kesepian.”
Ha Na terus berusaha mencari Miss Rosa dan ketemu. Miss Rosa-nya belepotan kena lumpur. Ha Na tersenyum bahagia, Dong Goo juga ikut tersenyum senang.
Ha Na mencuci Miss Rosa hingga bersih. Ia memberikan itu kembali pada pemiliknya. Dong Goo berterima kasih. Keduanya terlihat kikuk hehehe.
Dong Goo mengerti semua perkataan Ha Na. Ia pun berjanji tak akan bolos sekolah lagi. “Aku takakan menyerah dan akan mempertahankan tahun ke-enam-ku bersamamu. Seperti yang Nenek sihir itu ajarkan, ayo kita melawan dia. Kalau kita bertarung sampai titik darah penghabisan, kesempatan menang akan lebih besar.” Keduanya tersenyum.
Dong Goo berbaring terlentang di tanah. Ha Na heran apa yang Dong Goo lakukan. Dong Goo meminta Ha Na berbaring di sampingnya. Ha Na semakin heran, apa Dong Goo mau melakukan sesuatu yang aneh lagi.
Dong Goo duduk menilai pikirannya Ha Na saja yang aneh, “Kakekku mengajarkan ini, dia mempelajari ini dari tinju. Saat ada hal yang sulit datang dalah hidup, maka berbaringlah dan berhitung dalam hati. Hitunglah dari satu sampai delapan, dan saat hitungan ke delapan, berdiri dan teriakan ‘delapan’ lalu semangat petinju akan naik lagi.”
Dong Goo tiduran lagi, Ha Na ikutan tiduran di samping Dong Goo. Ia tak mengerti bukankah Dong Goo bilang kalau kakek itu seorang pelawak. Dong Goo berkata kalau yang pasti ia ketahui Kakek Oh itu pemilik sebuah bar, “Pandangannya adalah pelawak, petinju dan penyanyi, semua ini...”

“Apa hal yang kau percayai dan yang tidak kau percayai?” tebak Ha Na menyela penjelasan Dong Goo. Dong Goo mengiyakan dan keduanya kembali tertawa.

Keduanya pun mulai berhitung. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan” tepat hitungan delapan keduanya langsung berdiri dan memasang ancang-ancang tinju.
Keduanya saling berhadapan mengepalkan tangan dan menatap tajam. Tiba-tiba, ‘chi’ Dong Goo langusng memperagakan gaya imut milik Ha Na sambil nyengir. Ha Na tertawa. Keduanya pun bersenda gurau bermain tinju.
Bo Mi berada di perpustakaan membuka gambar-gambar miliknya. Ia tampak melamun menatap keluar jendela. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara seseorang yang dikenalnya. Na Ri cs ke perpustakaan. Bo Mi segera sembunyi.
Mereka bertiga mencari buku fiksi tentang sejarah. Sambil mencari buku Sun Young bertanya kenapa Na Ri mengajak anak yang kesepian itu untuk bergabung bersama mereka (maksudnya si Bo Mi) Na Ri berkata itu karena Bo Mi akan berguna suatu saat nanti.
Sun Young ingin tahu memangnya mau Na Ri gunakan untuk apa anak itu. Na Ri berkata kalau ia akan menggunakan Bo Mi untuk menyerang dan bertahan. Bo Mi bersembunyi tak jauh dari mereka mendengarkan apa yang ketiganya perbincangkan. Sun Young tak mengerti apa maksud Na Ri dengan bertahan.
Na Ri meminta kedua temannya berfikir, “Bagaimana kalau guru tahu kita yang membuatnya dikucilkan. Mereka pasti akan mencari tahu siapa yang memulainya.” Sun Young paham maksud Na Ri, “Meletakan dia di depan dan menunjuk dia kalau kita ketahuan?” Na Ri membenarkan.

Hwa Jung : “Lalu kalau menyerangnya bagaimana?”

Na Ri : “Kenapa kau tanyakan itu? bahkan setelah melihat sikap anak itu, mereka bilang orang yang kesepian akan berteman dengan orang yang baru kesepian. Mereka akan melakukan itu.”

(Ah sepertinya Na Ri khawatir kalau Bo MI akan kembali pada Ha Na dan menceritakan perihal gambar itu)

Hwa Jung berkata bukankah Ha Na sudah berkorban banyak untuk Bo MI. Na Ri menilai kalau Bo Mi sudah bersikap lebih pintar dan bijak karena hanya dengan begitu Bo Mi akan bisa bertahan hidup. Setelah menemukan buku yang dicari, mereka pun pergi dari perpustakaan.
Bo Mi mendengar kalau dia ternyata hanya dimanfaatkan saja. Ia tentu saja sedih dan merasa bersalah pada Ha Na. Apalagi Ha Na selama ini selalu membantu dan membelanya. Tapi sekarang ia malah membalas dengan menyakiti Ha Na. Bo Mi menangis menyesali perbuatannya pada Ha Na.
Bo Mi menamui Guru Ma di kelas. Kelas tampak sepi, hanya ada Guru Ma saja. Ia mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin ia tunjukan pada Guru Ma.
Keesokan harinya Ha Na berangkat sekolah dengan suasana hati gembira. Tak ada raut wajah cemas terpancar di wajahnya. Senyum ceria menghiasi wajahnya. Di jalan ia bertemu dengan Dong Goo. Keduanya pun berlari berangkat sekolah sama-sama. Keduanya balapan lari sambil bersanda gurau. 
Keduanya sampai di pintu gerbang. Dong Goo menoleh ke arah Ha Na, “Apa kau sudah siap Shim Ha Na?” Ha Na menoleh ke arah Dong Goo, ia tersenyum mengangguk.

Keduanya pun lari menuju sekolah, tak perlu mencemaskan apa yang akan terjadi disana. Kalau pun terjadi sesuatu, keduanya harus menghadapinya dengan senyuman.
Dong Goo dan Ha Na ke gudang penyimpanan meja - kursi. Ya meja dan kursi mereka ada disini. Keduanya mengeluarkan meja kursi dan akan membawanya ke kelas.
Ha Na dan Dong Goo tersenyum riang menggotong meja dan kursi masing-masing menuju kelas. Malah keduanya membawa itu sambil bercanda. Guru Ma memperhatikan keduanya dari belakang. Ketika lelah menggotong Ha Na dan Dong Goo mendorong mejanya.
Brak.... pintu kelas 6-3 dibuka. Semua siswa menatap ke arah pintu. Dong Goo dan Ha Na masuk menggotong meja kursi, tak lupa keduanya juga mengenakan jas hujan. Takut kalau-kalau kejadian Ha Na diguyur air terulang. Keduanya hanya mengantisipasi supaya baju tak basah hehe.

Dong Goo dan Ha Na menyapa gembira teman-temannya dan berkelakar kalau di kelas ini ternyata tidak hujan. Teman-temannya merasa heran dengan sikap keduanya. Bo Mi dan Seo Hyun tersenyum melihat Ha Na dan Dong Goo tampak ceria tak ada masalah.
Setelah membereskan meja kursi, Ha Na dan Dong Goo membuka loker milik Ha Na. Sesuai prediksi di loker itu pasti ada sampahnya lagi. Keduanya sudah menyiapkan tempat sampah untuk menampung sampahnya. Keduanya tak marah ataupun kesal malah tersenyum dan itu membuat teman sekelas terbengong-bengong.

Alarm di ponsel Seok Hwan sudah berbunyi, “10 detik lagi sebelum kedatangan Guru Ma.” Mereka pun cepat-cepat duduk di tempat masing-masing tak terkecuali Ha Na dan Dong Goo.
Ha Na menoleh ke samping dimana Bo Mi duduk. Bo Mi yang semula tersenyum melihat memalingkan wajahnya. Ia merasa tak enak pada Ha Na yang sudah baik padanya.
Ha Na memimpin memberi salam pada Guru Ma. Guru Ma terlihat terkejut melihat kedatangan Dong Goo (padahal dia sudah tahu ya) Dong Goo langsung berdiri dan maju menghampiri Guru Ma sambil membawa ijazah-nya.
Dong Goo menyerahkan kembali ijazah itu, “Aku mengembalikan ini. Pergi ke sekolah hanya untuk selembar kertas kurasa salah.” Dong Goo kembali ke tempat duduknya. Ha Na tersenyum melihat apa yang Dong Goo lakukan.
Ha Na masih berdiri, “Bu Guru. Mulai sekarang aku tak akan melarikan diri lagi.”
Guru Ma mendengarkan tapi tak menanggapi. Ia berkata pada seluruh siswa, “Karena sebentar lagi ada liburan semester apa kalian pikir bisa bertahan sampai saat itu bahwa kalian sudah merasa bebas.”

Guru Ma pun menjelaskan pada semuanya perihal kegiatan selama liburan. Untuk kelas 6-3 tak ada yang namanya liburan musim panas. Anak-anak terkejut saling berpandangan. Guru Ma mengatakan selama liburan musim panas mereka akan sekolah seperti biasanya. Ahhh anak-anak mengeluh, mereka benar-benar tak bisa me-refresh otak. Guru Ma hanya tersenyum melihat anak dirinya mengeluh.
Na Ri menemui Guru Ma disebuah ruangan, “Apa ibu memanggilku?” tanya Na Ri takut-takut. Guru Ma berkata kalau ia khawatir dengan keadaan kelas karena ketua kelas keduanya sudah kembali lagi. Dengan suara bergetar tegang Na Ri membenarkan ucapan Guru Ma.
Guru Ma : “Go Na Ri, bersediakah kau secara pribadi memberitahuku siapa saja yang bertindak bodoh?”

“Apa?” Na Ri terkejut, “Apa ibu memintaku untuk menjadi mata-mata?”

Guru Ma mendekat ke arah Na Ri yang menunduk tegang, “Aku sudah tahu sejak awal kalau kau yang membuat Ha Na dikucilkan dengan cara menjahilinya. Dan aku juga tahu kalau dirimu-lah yang mencuri dompet Soo Jin.”
Na Ri terkejut diam dengan mata membesar menatap Guru Ma. Guru Ma tersenyum penuh ancaman. 

Bersambung di episode 7

Komentar anishuchie :

Na Ri ternyata menggunakan Bo MI yang kesepian sebagai ancaman. Dia berusaha menjauhkan Bo Mi dari Ha Na dengan cara berbohong bersedia menjadi teman Bo Mi, asalkan Bo MI tak mengatakan perihal apa yang Bo Mi ketahui pada orang lain. Bo Mi yang takut mengambil tindakan kalau ia tak melihat apapun di kamar mandi waktu itu. Padahal Bo Mi merasa bersalah banget ketika mengajak Ha Na ke gudang yang pada akhirnya membuat Ha Na dipermalukan.

Pada akhirnya Bo Mi pun sadar kalau Na Ri hanya memanfaatkannya saja. Ia menyadari kalau Ha Na-lah yang berteman tulus dengannya. Ia pun mengambil keputusan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Guru Ma. Kayaknya sebelum Bo MI laporan Guru Ma sudah tahu, tapi ia menunggu apa ada anak yang melaporkan itu. hahah nebak doank.

Ikut nangis liat Ha Na nangis di depan Guru Ma, menyalahkan kalau ini semua karena Guru Ma. Ha Na bener-bener nangis, aktingnya bener-bener keren.

Liburan semester ternyata anak-anak ini tak merasakan liburan. Mereka akan tetap sekolah, haduh Bu Guru emang di rumah ga ada kerjaan atau mengunjungi sanak family ya. Hehe. Mudik gitu.

14 comments:

  1. Sumve. .nae ska ama ni drama.
    Ska ama karakter Ha Na + Dong Gu yg optimis + ceria...^^ Ini lah persahabatan yg sesungguhnya kkk~

    ReplyDelete
  2. sepertinya dugaan sya bnar klo guru ma melakukan semua agar bo mi sadar siapa teman yg tulus kepadanya dgn cra guru ma memperlihatkan app chat na ri dan timbulan masalah yg baru hingga bo mi mnyadari klo teman yg tulus kepadanya ya cuma ha na

    knp langsung ke ep 7 kan penasaran mksd guru ma kpd na ri ?

    ReplyDelete
  3. S̤̥̈̊Ñ”̲̣̥Ñ”̲̣̣̣̥♍ªªªηgªª†̥ .....buat mb anis, ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  4. seneng ya kl pny sahabat kyk dong goo n seo hyun...
    setia kawan...

    ReplyDelete
  5. Cepet ya? lanjutan sinopsisnya., pengin liat lnjtnnya nih

    ReplyDelete
  6. Lanjut mbak,,,,, terima kasih
    Semangat :)

    ReplyDelete
  7. lanjutkaaan.
    kayaknya guru ma keras di depan utk buat anak lbh kuat... tp ya keterlaluan jg siiih

    ReplyDelete
  8. tebak2 kl papa hana selingkuh dgn ibu nari. krn kok tumben ibu na ri simpati ke ibu nya hana ttg kondisi kakak ha na yg sakit.

    ReplyDelete
  9. makasih ya mb anis.. ditunggu episode slnjutnya.. ga sabar nunggu saat mrk rekonsiliasi...^^

    ReplyDelete
  10. paling suka kalo seo hyun dan dong goo datang untuk membantu ha na. lanjutkan!!

    ReplyDelete
  11. Aku suka sama drama ini :)

    ReplyDelete
  12. pasti senang kalo memiliki sahabat seperti dong goo yg selalu ceria jadi iri T_T ... Aku suka banget sama drama ini .. ditunggu episode selanjutnya ...

    ReplyDelete
  13. pasti nangis kalo liat ha na dijahili sm teman2nya apalagi sm go na ri bikin emosi jiwa aja itu anak

    ReplyDelete
  14. d drama ini kok pemainny pada chubby semua y? hha

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.