Sunday 15 April 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 5

Sun-woo berteriak histeris, meraba setiap jalan yang dilaluinya dan membuat kehebohan di rumah sakit. Jang-il diam mematung melihat semuanya. Matanya berkaca-kaca menyaksikan Sun-woo yang tak bisa melihat. Sun-woo berjalan melewatinya begitu saja.

Tapi tiba-tiba Sun-woo memeluk Jang-il sangat erat dan mengira Jang-il adalah dokter, itu membuat Jang-il kaget setengah mati. Jang-il diam saja, Sun-woo kembali berteriak meminta lampunya dihidupkan. Beberapa dokter dan perawat datang mengamankan Sun-woo. Sun-woo berteriak meronta, Jang-il hanya melihatnya saja.

Sun-woo diikat di tempat tidur, kaki dan tangannya diikat (diikat seperti pasien rumah sakit jiwa kalau lagi ngamuk) Jang-il mengintip melalui celah pintu kamar, ia tak tahan melihatnya dan segera pergi dari sana.
Soo-mi melihat Jang-il yang terlihat cemas mengetahui Sun-woo sudah sadar. Ia melihatnya dari lantai atas rumah sakit.
Jang-il melihat ayahnya tengah berbelanja di pasar. Ia tak ingin bicara dengan ayahnya dan berlalu begitu saja tapi ayah Jang-il melihatnya. Ayah Jang-il heran apa yang dilakukan putranya di Busan, bukankah seharusnya di Seoul kenapa tak menghubunginya dulu.

Jang-il diam saja dan itu membuat ayahnya heran. Ayahnya penasaran apa Jang-il mengetahui sesuatu. Jang-il berkata dengan suara lirih kalau Sun-woo sudah sadar. Ayah Jang-il sudah mengetahui hal itu, ia berpesan agar Jang-il tak menemui Sun-woo.

Jang-il pamit ia harus ke Seoul dan berangkat kuliah. Ayah Jang-il berniat menahan putranya pergi, tapi tatapan mata Jang-il seperti marah. Ayah Jang-il mengerti dan berpesan Jang-il jangan memikirkan apapun fokus belajar saja dan Jangan pernah berkunjung ke Busan biar ia saja yang mengunjungi Jang-il di Seoul.
Jang-il kembali ke Seoul menggunakan kereta, pikirannya berkecamuk. “Aku tak akan pernah kembali.” gumamnya.

Dan inilah scene pertama Lee Bo Young.
Ada seorang wanita penyandang tuna netra akan menyebrang jalan. Han Ji-won membantu menyetop mobil dan menyebrangkan wanita itu. Si wanita tuna netra berterima kasih pada Ji-won.
Sun-woo terlihat lebih tenang. Soo-mi menghampirinya dengan membawa seikat bunga. Sun-woo membuka matanya, ia melihat bunga yang dibawa Soo-mi dan segera bangun. Ia menerima bunga pemberian Soo-mi dan menciuminya, “Aku menyukainya.” sahut Sun-woo penuh senyuman.

Soo-mi mencari vas untuk menaruh bunganya. Sun-woo menunjukan vas bunga ada di depannya. Soo-mi langusng menaruh bunganya di vas, ia bertanya dimana ia harus meletakan bunga itu.
Sun-woo menawarkan diri akan menaruhnya, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke sisi jendela akan menaruh vas bunga disana. Tapi Sun-woo menaruhnya terlalu ke pinggir dan jatuhlah vas bunga itu. prang..... vasnya pecah.
Sun-woo tersadar dan ternyata itu hanya mimpi. Ia mengedipakan matanya berkali-kali.
“Ada apa denganmu? Apa kau mimpi buruk?” tanya Soo-mi. Sun-woo mencoba melapaskan diri dari ikatan tapi sulit. Sun-woo bertanya dimana bunganya, Soo-mi tak mengerti. Ia akan memanggil petugas untuk melepas ikatannya.

Sun-woo berusaha melepaskan diri dan kembali berteriak, “Dimana bunganya dimana aku sekarang? Apa tak ada orang di sampingku? Ada apa dengan mataku? Aku bisa merasakan mataku bergerak, aku bisa melihat dalam mimpiku. Tapi kenapa aku tak bisa melihat ketika aku sadar?” Sun-woo terus memanggil nama Soo-mi.
Sun-woo duduk menatap jendela kamar, sementara pasien di sebelahnya tertawa terpingkal-pingkal menonton Mr Bean, tapi Sun-woo diam saja.

Geum-jool datang dan bertanya bagaimana perasaan Sun-woo hari ini. Sun-woo memandang Geum-jool, “Apa kau memakai kalung untuk menarik perhatian? Itu menyilaukan.”
Dan ternyata Geum-jool memang memakai kalung. Ia beralasan ingin terlihat lebih menarik. Geum-jool meminta Sun-woo ganti baju karena Sun-woo akan keluar dari rumah sakit.
Geum-joo mengambilkan baju yang akan dipakai Sun-woo, ia memberikannya ke tangan Sun-woo, Sun-woo langsung memakainya. Geum-jool berseru kalau Sun-woo harus melepasnya lagi karena Sun-woo terbalik memakainya. Sun-woo langsung mengerti dan segera melepas dan memakainya kembali. Geum-jool menawarkan apa Sun-woo mau memakai kacamata tapi Sun-woo menolak memakainya.
Geum-jool memapah Sun-woo pulang ke rumah. Ia membantu menghitung anak tangga. Sun-woo berkata kalau ia sudah tahu dan bisa sendiri. Ia meminta Geum-jool tak perlu memeganginya.

Geum-jool memberi tahu kalau Soo-mi dan ayah Soo-mi tengah pergi berbelanja karena di rumah tak ada yang bisa dimakan. Sun-woo menabrak sesuatu dan hampir terjatuh Geum-jool memeganginya. Tapi Sun-woo tak mau bergantung pada orang lain ia menyarankan agar Geum-jool menyingkir.
Geum-jool meminta Sun-woo menunggu, ia akan memanggil Soo-mi. Sun-woo meraba memasuki rumahnya, ia meraba setiap bagian rumah dan kamarnya. Sampai di meja belajarnya ia menyenggol foto dirinya bersama ayahnya. Wajah Sun-woo terlihat sedih, kemudian ia duduk melamun.

Terdengar olehnya sebuah suara, “Sun-woo apa kau sudah di rumah?”
“Siapa itu?” tanya Sun-woo.
“Ini aku, Ayah Jang-il. Aku ke rumah sakit, mereka bilang kau sudah keluar. Aku membawakanmu kue beras.”
Sun-woo keluar menemui ayah Jang-il. Sun-woo berjalan pelan tapi ia malah menjauhi ayah Jang-il. Ayah Jang-il heran melihatnya. Sun-woo berusaha menebak dimana ayah Jang-il berdiri.

“Apa yang kau lakukan?” tanya ayah Jang-il. Sun-woo mendengarnya ternyata ayah Jang-il berada tepat di sebelahnya. Sun-woo menengok ke arah sumber suara dan berkata kalau ia baik-baik saja.
Ayah Jang-il berkata kalau Jang-il sangat mengkhawatirkan Sun-woo.
Sun-woo sedikit heran, “Jang-il?”
“Apa kau ingat?” tanya ayah Jang-il.

Sun-woo berusaha mengingat dan berkata kalau Jang-il itu teman sekelasnya. Sun-woo tanya bagaimana ayah Jang-il tahu rumahnya, apa Jang-il yang memberi tahu. Ayah Jang-il mengatakan kalau mereka bertetangga jadi ia tahu dimana rumah Sun-woo, ia bahkan pernah membawakan ayam untuk Sun-woo.

Sun-woo kembali berusaha mengingat kejadian dimana ayah Jang-il masuk ke rumahnya begitu saja dan mengatakan kalau ayah Jang-il membawakan ayam untuk Sun-woo.
Sun-woo merasakan sakit di kepalanya. Melihat itu ayah Jang-il khawatir, ia menyarankan agar Sun-woo berobat. Sun-woo berkata kalau ia akan pergi berobat dengan ayahnya.
“Ayah?” ayah Jang-il sedikit terkejut.
Sun-woo sadar kalau ayahnya meninggal ketika ia kecil, “Aku lupa semuanya setelah terluka.”

Ayah Jang-il gemetaran mengatahui Sun-woo tak mengingat apapun, ia pamit dan meminta Sun-woo istirahat. Sun-woo mendengar ayah Jang-il menangis dan bertanya apa ayah Jang-il menangis. Ayah Jang-il tak menjawab ia hanya mengatakan kalau kue berasnya ia letakan di dekat pintu. Ia langsung pergi.
Sun-woo berfikir keras, “Kenapa kau menangis?”
Ayah Jang-il pulang dengan langkah gontai sambil sesekali ia sesenggukan, “Aku akan membayar semua kesalahanku. Kumohon biarkan Jang-il sendiri.”
Jang-il melakukan presentasi. Ia mengatakan kalau pengadilan pusat di Amerika hanya memberikan izin bunuh diri ketika pasien menjelaskan bahwa itu keinginan mereka. Ini menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan. Hal ini menyatakan bahwa jelas pasien yang menginginkan itu. Tanpa bukti yang mendukung, walaupun wali mereka ingin menghentikan pengobatan dan pengadilan pusat memutuskan bahwa hukum di negara tersebut untuk tidak bisa menyetujui.

“Aku percaya bahwa mereka menikmati hidup seorang manusia, walaupun kondisi seseorang tak membaik dan memutuskan untuk menghentikan hidup. Seseorang tidak boleh diijinkan, aku juga setuju jika ini berlaku di negara kita.”

(huft.... dia sendiri berusaha menghentikan hidup sun-woo)


(Kasus seperti ini juga pernah ada di Indonesia, lupa tahun berapa tapi saat itu di berita ramai kalau si pasien menginginkan dirinya suntik mati (Euthanasia) karena kemungkinan sulit sembuh dari penyakitnya)
Sun-woo meraba-raba ia akan ke dapur untuk mengambil minum. Ia membuka kulkas dan mengambil air mineral yang ada di sana. Tapi ia salah mengambil entah yang diambil apa, tapi ia langsung memuntahkan cairan itu. Ia hampir saja keracunan. Sun-woo segera meminum air keran untuk menghilangkan kadar racunnya. Terdengar suara seseorang bicara di luar.
Ternyata yang di luar itu Soo-mi, ayah Soo-mi dan juga Geum-jool. Ayah Soo-mi berkata walaupun Sun-woo sudah keluar dari rumah sakit ia tetap saja khawatir. Dokter mengatakan kalau Sun-woo masih memiliki kesempatan untuk bisa melihat lagi setelah operasi tapi peluangnya sangat kecil dan biayanya mahal.

Soo-mi berkata operasi atau tidak Sun-woo harus tetap pergi ke Seoul. Ayahnya mengatakan kalau disana Sun-woo tak memiliki siapapun, bagaimana bisa Sun-woo disana tanpa keluarga. Soo-mi bertanya apa ayahnya ingin Sun-woo seperti ini terus sampai meninggal, Sun-woo harus mencari jalan keluar.

Geum-jool ikut bicara ia tak tahu hal apa yang terakhir Sun-woo ingat, Sun-woo bahkan tak tahu bagaimana dia bisa terluka. Sun-woo juga berfikir kalau ayahnya meninggal ketika dia masih kecil.

Ayah Soo-mi mendesah ia tak tahu apa ini pertanda baik. Geum-jool tak mengerti maksudnya. Ayah Soo-mi tak mengatakan apapun, ia hanya berkata kalau Sun-woo memiliki tabungan dan asuransi, ketika Sun-woo mendapatkan itu ia hampir menitikan air mata.

Geum-jool mengambil bungkusan kue beras yang dibawa ayah Jang-il. Ia heran karena tadi ketika ia meninggalkan Sun-woo bungkusan itu tak ada. Soo-mi menebak pasti seseorang yang membawanya. Soo-mi langsung berteriak bertanya pada Sun-woo apa ada seseorang yang datang. Sun-woo tak menjawab. Soo-mi menebak pasti ahjumma yang di bawah.

Geum-jool ngomel karena disaat seperti sekarang ini kenapa Jang-il tak datang. Soo-mi berkata kalau Jang-il datang. Geum-jool tanya kapan. Soo-mi menjelaskan kalau Jang-il datang ketika Sun-woo terus berteriak dan panik. Sun-woo tak menyadari kedatangan Jang-il. Soo-mi mengira kemungkinan Jang-il tak bisa menyapa Sun-woo karena waktu itu sangat kacau.
Di dalam rumah Sun-woo mendengarkan apa yang dikatakan Soo-mi. Ia mengingat kejadian ketika tiba-tiba ia memeluk seseorang yang ia anggap dokter. Ia sadar ternyata itu Jang-il.

“Jang-il kenapa kau melakukan itu? Kita ini teman. Kenapa kau mencoba membunuhku?” Sun-woo bertanya dalam hati.
(Yeah Sun-woo ga amnesia dia ingat semuanya)
Jang-il menerima telepon dari Soo-mi. Jang-il tanya dari mana Soo-mi tahu nomor telepon apartemennya, Soo-mi mengatakan kalau Sun-woo memiliki catatannya.

Jang-il tanya ada apa Soo-mi menghubunginya. Soo-mi berkata bukankah Jang-il melihat Sun-woo, ia mengatakan kalau Sun-woo tak bisa melihat. Ia merasa kalau Sun-woo tidak seharusnya tinggal sendirian, tak ada pusat rehabilitasi di Busan. Sun-woo harus pergi ke kota besar. Ia tanya apa Jang-il tahu dimana tempat pusat rehabilitasi di Seoul. Jang-il tak tahu tempat seperti itu. Soo-mi tak masalah ia hanya ingin bertanya saja.

Jang-il penasaran dan bertanya bagaimana keadaan Sun-woo. Soo-mi menjawab kalau ingatan Sun-woo tak stabil, “Dia mengingat namamu tapi dia tak ingat berapa lama dia sudah berteman denganmu.”
“Dia ingat namaku?”
“Ya. Dia hanya ingat kalau kalian dekat.” Kata Soo-mi. “Lee Jang-il, jangan merasa sedih karena Sun-woo terluka. Dalam hidup ada beberapa hal yang tak bisa dihindari. Kita tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan semua itu. Menyalahkan dirimu untuk hal yang berada diluar jangkauanmu adalah hal yang bodoh. Kau harus tetap melanjutkan hidupmu, jangan menyakiti dirimu sendiri dengan semua itu.”
(Oh oh apa maksud perkataan Soo-mi ini ya?)
Sun-woo tiduran di depan rumahnya menikmati sinar pagi yang hangat. Geum-jool setia menemaninya. Ia bertanya apa Sun-woo ingat dengan pondok yang Sun-woo bangun dengan ayah Sun-woo di hutan, karena pemilik tanah itu menginginkan agar itu diselesaikan. Pemilik pondok itu merasa kasihan karena Sun-woo terluka. Ia ingin Sun-woo mengatakan padanya apakah pondok itu akan dihancurkan atau dibiarkan. Ia akan menjaganya untuk Sun-woo.
Geum-jool memapah Sun-woo menuju hutan di puncak, ia senang Sun-woo masih mengingat tempat ini. Ia juga ingat kalau ia pernah berkelahi dengan Sun-woo di tempat ini.

Sun-woo berhenti, ia teringat ucapan ayahnya sebelum meninggal bahwa ayahnya memintanya datang tepat dihari ulang tahunnya. Geum-jool heran dan bertanya ada apa. Sun-woo mengatakan kalau waktu itu ia janjian bertemu ayahnya di tempat ini, ia ingat itu. (Jika ada yang membaca tulisan ini selain di www.anishuchie.blogspot.com maka tulisan ini sudah dicopas tanpa sepengetahuan penulis)

Sun-woo langsung melepaskan diri dari pegangan Geum-jool. Ia berlari, Geum-jool berteriak kalau itu akan berbahaya. Sun-woo tersandung, ia terjatuh dan bayangan ketika ia menabrak tubuh ayahnya yang tergantung pun terlintas.
Sun-woo menengok ke belakang seperti ketika ia menemukan tubuh ayahnya. Ia juga mengingat ketika ayah Jang-il bertanya kapan ia akan pergi ke kantor polisi dan juga hilangnya surat palsu yang ditulis ayah Jang-il yang akan ia jadikan bukti.

Jang-il yang tadinya siap membantu, berubah pikiran dan memintanya melupakan kematian ayahnya. Jang-il berlutut memohon agar Sun-woo jangan memasukan petisi ke kantor polisi. Jang-il mengaku kalau ia lah yang sudah membunuh ayah Sun-woo. Sun-woo mengingat semuanya, ia juga ingat ketika Jang-il memukul kepalanya dengan kayu.

Geum-jool panik dan mengkhawatirkan Sun-woo. Sun-woo langsung menjerit histeris tak karuan (kayak orang kesurupan)
Presdir Jin mendapat laporan dari Sekertaris Cha kalau Moon Tae-joo tengah mencari seoarng anak dan membatalkan semua jadwalnya ke Eropa. Sekertaris Cha tak bisa mengatakan lebih banyak lagi karena informasinya memang sedikit.

Ayah Jang-il membersihkan mobil Presdir Jin. Presdir berkata kalau ia akan lebih sering tinggal di Seoul. Ia meminta ayah Jang-il untuk menjaga rumahnya. Presdir menanyakan kuliah Jang-il, ayah Jang-il berkata kalau putranya bisa melakukannya dengan baik.
Presdir dan Sekertaris Cha di dalam mobil menuju Seoul tapi laju mobil Presdir Jin terhenti. Ia melihat Sun-woo yang tampak kepayahan dipapah Geum-jool.

Geum-jool membantu Sun-woo naik ke taksi, belum sempat Geum-jool membuka pintu taksi, eh si supir taksi langsung ngibrit menjalankan mobilnya. Presdir Jin iba melihatnya dan terus memandang Sun-woo.

Flash Back
Saat-saat indah Jin No-sik bersama Eun Hye. Keduanya penuh senyuman jalan-jalan di pantai. Keduanya juga bermain piano bersama. Moon Tae-joo datang. Jin No-sik mengenalkan Eun Hye pada Tae-joo.
Tae-joo dan Eun Hye pun semakin dekat dan itu membuat Jin No-sik cemburu.
Eun Hye memberi tahu Tae-joo kalau dirinya tengah mengandung. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tae-joo berniat memberitahu Jin No-sik. Tapi Eun Hye melarang, ia menangis dan langsung bersandar dalam pelukan Tae-joo.
Dan ternyata Jin No-sik melihatnya. Ia lemas melihat tunangannya dalam pelukan temannya sendiri.
Flash Back End.
Presdir Jin berdiri menatap laut, Sekertaris Cha mengingatkan kalau udara sangat dingin.
“Sekertaris Cha, kapan hal yang paling menyakitkan dalam hidupmu?” Tanya Presdir Jin.
“Aku tak tahu. Bagaimana dengan anda?”
“Tidak ada. Aku baru saja menghapus semua itu dari ingatanku. Semua itu hanya membuatku sedih.” Jelas Presdir Jin.
Sun-woo mengurung diri di rumah, Geum-jool menggedor pintu rumah Sun-woo. Ia khawatir Sun-woo akan berbuat yang macam-macam. Soo-mi datang membawa palu meminta Geum-jool minggir. Soo-mi langsung membuka pintu dengan palu yang dibawanya.

Pintu terbuka Sun-woo hanya duduk diam. Soo-mi marah karena makanan yang ia bawakan sama sekali tak disentuh Sun-woo. Ia kesal dan melempar makanannya. Ia marah apa Sun-woo mau mati kelaparan.

Geum-jool mengingatkan kalau Sun-woo itu pria yang kuat, kalau Sun-woo seperti ini, itu bukan Sun-woo yang ia kenal.
Ayah Soo-mi datang dan bertanya pada Geum-jool apa yang terjadi dengan Sun-woo. Geum-jool menjawab kalau Sun-woo bersikap aneh sejak pulang dari puncak. Geum jool penasaran apa Ayah Soo-mi benar-benar seorang Shaman, “Bukankah paman bisa meramalkan hal ini terjadi? Paman seharusnya bisa membuat dia menghindari ini.”

Ayah Soo-mi mengingatkan kalau setiap orang itu akan masuk ke dalam masalah yang besar sekali seumur hidupnya.
Geum-jool : “Setiap orang bisa mengalami kecelakaan itu.”
Ayah Soo-mi : “Sun-woo mengalaminya lebih cepat dibandingkan yang lain. Setiap orang akan mengalaminya. Tunggulah beberapa tahun lagi dan kau akan memahaminya. Kau akan tersakiti 3 kali karena perempuan.”

Geum-jool meminta ayah Soo-mi jangan bicara yang bukan-bukan. Ayah Soo-mi juga mengatakan kalau nanti ketika Geum-jool berusia 40 tahun, Geum-jool akan menderita sebuah penyakit. Geum-jool berteriak kesal.

Melihat kondisi Sun-woo yang seperti itu, Soo-mi berniat menghubungi Jang-il dan menyuruhnya datang, “Jika sahabatnya datang dan menenangkannya dia pasti akan lebih baik.”
Ayah Soo-mi melihat Sun-woo terbaring dengan tubuh tertutup selimut, “Apa kau mau mati? Bagus kalau begitu, kenapa kau hidup? Kau memiliki tangan dan kaki yang baik. Kau itu tidak apa-apa dan seseorang yang kau cintai datang sepanjang hari menjaga dirimu. Kenapa kau hidup? Kau mungkin merasa lebih baik mati. Tapi kau tak ingat sedang menulis gugatan? Bukankah kau bilang kematian ayahmu tak wajar dan kau jatuh ke jurang dan menjadi buta. Apa itu benar-benar kecelakaan?” Ayah Soo-mi membuka selimut yang menutupi tubuh Sun-woo.
Sun-woo duduk, “Bagaimana kalau itu bukan kecelakaan? Apa paman mengetahui sesuatu? Apa paman tahu kenapa aku celaka?”

Ayah Soo-mi : “Kau yang mengalaminya saja tidak tahu, bagaimana aku bisa tahu? Anggap saja itu sebuah kecelakaan. Kau tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hidupmu bahkan api yang padam bisa menyala kembali. Tak ada bunga yang tumbuh disemua musim, semuanya pasti layu. Ketika kau berfikir ini sudah selesai keajaiban bisa saja terjadi. Selama kau tak menyerah itu bisa saja terjadi.”

(wow saya suka dengan ucapan si shaman ini)

Kemudian Ayah Soo-mi berbisik, “Kau hanya perlu berpura-pura kalau kau tak ingat.” Ayah Soo-mi meraba wajah Sun-woo, ia ingin memastikan apa Sun-woo benar-benar tak bisa melihat, Sun woo diam saja.

Sun-woo menyuruh ayah Soo-mi keluar. Ayah Soo-mi berkata walaupun sekarang Sun-woo tak bisa melakukan apa-apa itu tak berarti Sun-woo tak bisa melakukan apa-apa selamanya.
“Kubilang keluar!” bentak Sun-woo keras. Ayah Soo-mi terperanjat mendengar teriakan Sun-woo, “Ketika ingatanmu kembali kau harus mengambil semua yang sudah direbut darimu!”

Ayah Soo-mi keluar tapi ia masih penasaran dan mengintip di pintu, ia melihat Sun-woo diam saja tak bergerak sedikitpun.
Istri Presdir Jin (Ma Hee-jung) tengah mencoba baju dengan putrinya, Park Yoon-joo. ia meminta pendapat putrinya tapi Yoon-joo tak suka dengan baju pilihan ibunya.
Istri Presdir Jin berbincang dengan seorang nyonya-nyonya, si Nyonya menawarkan investasi, istri Presdir Jin sepertinya tertarik.

Sun-woo duduk di depan meja belajar dan menatap foto ayahnya. Ia akan keluar tapi ia tersandung meja kecil yang ada disana dan itu membuatnya terjatuh. Ia memegang kakinya yang kesakitan.
Geum-jool membantu Sun-woo mencuci baju, ia meminta Sun-woo memberikan semua bajunya untuk ia cuci dan Sun-woo tak perlu malu. Sun-woo berkata Jang-il seharusnya khawatir. Geum-joo terkejut dengan apa yang dikatakan Sun-woo, “Apa kau ingat Jang-il?”
“Tentu saja aku mengingatnya dia adalah sahabatku.”
“Apa kau ingat bagaimana dia masuk di universitas jurusan hukum?”
“Benarkah? Sangat mengagumkan. Aku seharusnya menulis surat untuk Jang-il.”
Geum-jool membantu Sun-woo menuliskan surat untuk Jang-il.

“Bagaimana kabarmu Jang-il? Aku sangat baik. Aku menulis surat untukmu karena kau pasti khawatir, sangat khawatir. Aku terluka, jadi aku tak bisa menelepomu untuk waktu yang lama. Keadaanku baik, jadi kau tak perlu khawatir padaku. Oh ya... aku dengar kau berhasil masuk ke universitas hukum, selamat. Nanti kau akan menjadi orang yang sukses. Jaga dirimu, aku akan menulis lagi untukmu.”

Sun-woo meminta Geum-jool segera mengirimkannya sebelum kantor pos tutup. Geum-jool mengerti dan segera pergi.
“Oh ya aku lupa kalimat penting.” sambung Sun-woo. Tapi Geum-jool sudah pergi.

“Jang-il aku ingat semuanya. Sepertinya aku tahu kenapa kau melakukan itu. Aku tak bisa memaafkanmu bahkan sampai aku mati. Aku tidak akan memaafkanmu.”
Di kampus, Jang-il melihat Ji-won. Ia memanggilnya, Jang-il heran dengan raut wajah Ji-won yang terlihat marah. Ji-won cemberut karena salah mata kuliah sudah membuatnya gila, ia ketahuan ngabsenin orang. Hahaha.

Jang-il tertawa mendengarnya. Ji-won berkata dosen menyuruhnya membuat laporan kalau tidak ia akan mendapat nilai F dan sekarang ia harus ke kantor Kesejahteraan untuk membuat laporannya. (kenapa ga Z sekalian hahaha)

Ji-won heran kenapa akhir-akhir ini Jang-il tak terlihat di perpustakaan.
“Apa kau mencariku?”
“Tidak juga.”
“Aku ada di perpustakaan hukum. Aku ada tugas kelompok. Apa kau merindukanku?”
“Tidak juga. Tapi aku mengecek setiap orang yang mabuk dan muntah di jalanan.”

Keduanya tersenyum dan pergi dengan tugas masing-masing. Langkah Jang-il terhenti, ia melihat ada info pemutaran film. Ia berniat mengajak Ji-won nonton.
Ji-won mendapatkan surat dari Jang-il, setelah dibuka isinya tiket nonton (wuah mau haha) Ada pesan yang ditulis Jang-il, “Jam 6 setiap kamis. Semoga kau ada waktu, setidaknya setiap dua bulan sekali.”
Apa Ji-won datang? Jang-il duduk sendiri nonton film tak ada Ji-won di sampingnya. Ia menunggu sampai film pun habis tapi Ji-won tak datang. Tentu saja ia kecewa. Jang-il meninggalkan minuman kaleng yang ia siapkan untuk Ji-won.

Jang-il berada di perpustakaan, temannya datang dan memberi tahu kalau Jang-il mendapat kiriman surat. Jang-il langsung lari untuk mengambilnya, ia tersenyum sumringah berharap ada balasan surat dari Ji-won. Tapi setelah membaca siapa pengirimnya senyumnya jadi hilang. Surat dari Sun-woo yang ditulis oleh Geum-jool.
“Bagaimana kabarmu Jang-il? .....”
Selanjutnya ada tambahan yang ditulis Geum-jool, “Lee Jang-il aku yang menulis surat ini. Sun-woo bicara dan aku yang menulis untuknya. Dia masih mengingatmu. Sun-woo tetap merasa kau adalah sahabatnya. Datanglah ketika kau sempat!”
Jang-il meremas suratnya.
Ma Hee-jung menyiapkan teh untuk Presdir Jin. Ia bertanya pada suaminya apa Presdir Jin tertarik dengan bisnis tambang karena ada seorang bernama Mr Ko yang berinvestasi tambang di Indonesia dan mendapat banyak keuntungan. Presdir Jin akan melakukan bisnis itu dan ia juga akan membuka galery untuk istrinya.

“Ada pebisnis Korea bernama Moon Tae-joo, aku dengar dia luar biasa dibidangnya kita seharusnya mendekatinya, juga berinvestasi padanya.” sambung Ma Hee-jung

Presdir tak suka mendengarnya ia meminta istrinya berhenti bicara tentang bisnis. Istrinya tanya kenapa yang lain melewatkan ini karena mereka tak dekat dengan sumbernya, “Aku dengar kalau dia memiliki insting bisnis yang bagus.”
Presdir Jin marah dan membuang gelas tehnya. Ia berkata kalau yang istrinya dengar tentang Moon Tae-joo itu hanya omong kosong.

Ma Hee-jung shock melihat suaminya marah, “Kenapa kau melempar teh china itu? kau melakukan seakan semuanya tak berharga. Apa kau tahu betapa sulitnya aku mendapatkan semua ini? Kau boleh membuang gelasnya.”

Presdir Jin jadi serba salah, ia minta maaf. Ia akan membelikan yang baru. (ah kok takluk di depan perempuan kayak gini)
Han Ji-won belajar sambil mengasuh anak kecil, yang namanya anak kecil pasti banyak maunya. Gendong lah, kuda-kudaan lah haha... Ji-won sabar menghadapinya.

Di perpustakaan Ji-won kelelahan. Ia duduk bersandar pada rak banyak buku yang harus ia rapikan dan menaruhnya kembali ke tempat semula.
Jang-il ke perpustaaan dan membantu Ji-won merapikan buku-buku. Ia menatanya di tiap rak. Ji-won berjalan melewati Jang-il yang tengah merapikan buku-buku. Mulanya ia tak menyadari tapi ia melihat disana ada tas Jang-il, ia pun mencari keberadaan Jang-il. Ji-won melihat Jang-il tengah membereskan buku-buku. Ia merasa terharu Jang-il membantunya.
Jang-il nonton film lagi dan berharap Ji-won datang. Ia sudah merasa kalau Ji-won tak akan datang tapi ia salah, Ji-won datang dan langsung duduk di sampingnya. Jang-il terkejut melihat kedatangan Ji-won. Keduanya tersenyum dan menikmati film. Tapi lama kelamaan Ji-won pun ngantuk dan tertidur. Kepalanya perlahan langsung bersandar di bahu Jang-il. Sampai film habis Ji-won masih terlelap, Jang-il tak berani membangunkannya.
(adegan ini diiringi lagu ost yang part 1)
Soo-mi di kamarnya dan teringat ucapan Geum-jool. Geum-jool menebak kalau Jang-il sangat sibuk. “Kita sudah menulis surat memintanya datang ke sini, bahkan dia juga tidak menelepon.”

Soo-mi memandang lukisan Jang-il yang dibuatnya dulu, “Aku sendiri yang akan menemuinya. Aku akan memintanya datang demi Sun-woo.”
Film lain pun diputar, Ji-won terbangun.
“Apa tidurmu nyenyak?” tanya Jang-il.
Ji-won panik, ia menyentuh mulutnya kali aja dia ngiler hahaha.... Jang-il terkekeh, tenang aja loe ga ngeces kok hahaha.... begitulah kira-kira kata Jang-il.
Ji-won menatap layar film dan terheran-heran kok filmnya berubah. Jang-il tertawa.
Soo-mi naik kereta menuju Seoul. Sesampai di Seoul ia tersenyum sumringah akan bertemu dengan Jang-il. Soo-mi langsung menemui Jang-il. Ia mengatakan kalau ia tengah mengunjungi galery dan sekalian menemui Jang-il, ada sesuatu yang harus ia sampaikan.

Jang-il melihat jam tangannya, Soo-mi tanya apa Jang-il sibuk. Jang-il meminta Soo-mi segera mengatakannya.
“Disini? Aku ingin bicara di tempat yang lebih tenang.” kata Soo-mi.
“Aku harus pergi. Apa yang mau kau katakan?”

Soo-mi mengerti dan segera mengatakan maksud kedatangannya. Ia menyampaikan kalau ia ingin Jang-il menemui Sun-woo. Jika seorang sahabat datang menghiburnya, itu pasti akan membantu penyembuhannya. Jang-il merasa kalau Sun-woo sudah lebih baik karena Sun-woo sudah mengiriminya surat.

“Kalau dia sudah bisa menulis surat. Kenapa kau tak datang menemuinya? Jika kau tinggal beberapa hari dengannya itu akan sangat membantu memulihkan ingatannya.” Ucap Soo-mi.

Jang-il berjanji akan mengusahakannya. Soo-mi tersenyum dan berterima kasih. Soo-mi mengajak Jang-il minum teh, tapi Jang-il menolak ia harus pergi. Soo-mi kecewa ajakanya ditolak.
Jang-il menemui Ji-won dan mengajak makan bersamanya. Pemandangan keakraban ini disaksikan oleh Soo-mi.
Geum-jool tidur di luar, Soo-mi datang ia melihat Sun-woo tengah melakukan latihan menggunakan pedang kayu.
(inget adegan Kim Yu-shin latihan ini di QSD sampai pedang kayunya banyak yang rusak n batunya terbelah di QSD Episode 26. Makasih banyak buat Irfa yang bersedia download dadakan QSD episode 26 hanya untuk capture piku ini-Big hug dari saya hehe)
Sun-woo mendengar ada yang datang dan bertanya siapa. Soo-mi tersenyum dan berkata sepertinya Sun-woo sudah lebih baik.

Soo-mi mengajak Sun-woo pergi ke Seoul, “Kami tidak bisa selamanya di sisimu. Yang kau inginkan sekarang adalah melihat lagi. Kapan kau tak bisa mendapatkan yang kau inginkan, kau harus melakukan yang kau mau. Ketika kau melakukan itu kau akan mendapat jawabannya. Bagiku itu adalah seni.”
“Baik ayo pergi.” Sun-woo setuju. “Aku harus mencari jalan juga, ayo pergi ke Seoul!”
“Benarkah? Kau membuat keputusan yang tepat, terima kasih!” Soo-mi langsung memeluk Sun-woo.

Dan bruk... Geum-jool jatuh dari tempat tidur, ia merasakan sakit di badannya. Soo-mi mengatakan pada Geum-jool kalau ia dan Sun-woo besok akan ke Seoul untuk mencari tempat tinggal Sun-woo. Geum-jool tak yakin karena mereka semua tak ada yang tahu tentang seluk beluk Seoul.

Soo-mi mengerti dan mengajak semua pergi bersama, “Kita akan tinggal di motel dan kemudian mencari tempat tinggal.”
“Jang-il kan tinggal di Seoul.” sahut Sun-woo.
“Lalu kenapa?” tanya Soo-mi.
“Tanyakan pada Jang-il. Tanya padanya apa kita bisa tinggal dengannya sampai kita bisa mencari tempat tinggal.” Sun-woo mengusulkan.
Jang-il menerima telepon dari Soo-mi dan terkejut mendengar rencana mereka akan tinggal di apartemennya.
“Tentu saja dia bisa tinggal disini.” ucap Jang-il yang sepertinya tak suka. “Beritahu dia untuk tinggal sampai dia bisa menemukan tempat tinggal baru. Tak perlu khawatir.”
Hari mereka akan ke Seoul pun tiba. Sun-woo ingin melihat rumahnya untuk yang terakhir kali. Soo-mi menjelaskan kalau gerbangnya berwarna biru tapi cat-nya sudah mulai memudar dan juga ada tulisan tidak menerima koran.

Soo-mi meminta Sun-woo agar berhati-hati ketika jalan karena mereka akan menuruni tangga. Ia mengatakan kalau puncak juga bisa terlihat dari sini dan sangat indah.
Sun-woo melirik ke arah sebelah, disana ada kenangannya bersama Soo-mi. Ketika ia berusaha melihat lukisan yang dibuat Soo-mi.
Di tampat yang sama juga ada kenangannya bersama Jang-il, ia mengajarkan Jang-il teknik berkelahi ala Bruce Lee dan Jang-il menirunya.
Di tempat itu pula kenangan bersama ayahnya ada, ayahnya goyang-goyang tak karuan membuat Sun-woo tertawa dan keduanya pun tertawa bersama.
Han Ji-won membacakan sebuah cerita dengan penuh perasaan. Dan suara Ji-won ini mengiringi perjalanan Sun-woo ke Seoul.

“Ketika pertama melihatmu aku seperti orang yang mati. Jika aku hidup kembali itu semua untukmu. Aku mengulang kembali keinginan dan perasaan yang berhubungan denganmu. Aku tak menyembunyikan apapun darimu. Jika perasaanmu padaku telah berubah, aku hanya berharap kalau itu yang terbaik. Dan aku akan kembali pada tempatku.”

Mahasiswa yang lain memberikan tepuk tangan untuknya. Ji-won tersenyum malu.

Sun-woo dan yang lain sampai di Seoul. Tapi masih terdengar cerita yang dibacakan Ji-won tadi.

“Tapi jika kau tak berubah aku akan menjaga cinta kita dan selalu menjadikanmu yang pertama. Walaupun kau mengizinkannya aku tak akan melihat pria lain. Aku juga mencintaimu. 16 januari 1846, Elizabeth Brown.”
Jang-il melihat kedatangan mereka dan merasa enggan untuk membukakan pintu. Tapi ia pun membukanya juga. Yang pertama dilihatnya adalah Sun-woo. Jang-il langsung menyapa seraya tersenyum dan memeluk Sun-woo.
“Apa kau benar-benar Lee Jang-il?” Tanya Sun-woo.
Jang-il melepas pelukannya, “Benar bodoh. Apa kau tak bisa mengenali suaraku?”
Sun-woo meraba wajah Jang-il, “Lihat dirimu. Kau terlihat lebih baik.”

Soo-mi dan Geum-jool pun masuk. Soo-mi menyahut kalau ia menyukai tempat tinggal Jang-il. Jang-il menunjukan kamar yang akan dipakai Soo-mi. Ia bertanya pada Geum-jool apa Geum-jool mau tidur dengan Sun-woo atau di ruang tamu.

Sun-woo berkata kalau ia ingin tidur di ruang tamu supaya lebih mudah ke kamar mandi. Jang-il meminta mereka istirahat dan bicara besok saja.

Soo-mi memberi tahu kalau mereka akan cepat mencari tempat tinggal karena Sun-woo takut jika terlalu lama akan merepotkan Jang-il. Jang-il bilang tak apa-apa karena ini demi teman. Sun-woo mengucapkan terima kasih. Jang-il berucap kalau Sun-woo tak perlu berterima kasih.

Geum-jool ingat bukankah Sun-woo bilang tadi haus, apa sekarang Sun-woo mau minum. Sun-woo tak ingin merepotkan yang lain ia berniat mengambilnya sendiri. Oh oh tapi ia tersandung dan jatuh. Jang-il hanya melihatnya saja tak membantu membangunkan Sun-woo. (ughhhh)

Jang-il di kamarnya dan membaca buku tapi ia tak bisa konsentrasi belajar. Ia keluar kamar dan melihat Sun-woo yang tertidur di kursi tamu.
Sun-woo langsung bangun dan menyadari kalau yang keluar kamar itu Jang-il, “Kau belum tidur?”
Jang-il sedikit terkejut karena ia mengira Sun-woo sudah terlelap, “Ya besok aku ada ujian. Kenapa kau belum tidur?”
“Aku lelah, tapi aku tak bisa tidur.” kata Sun-woo.
“Mungkin itu karena kau masih merasa asing. Apa kau mau minum susu?”
Sun-woo menolak tapi Jang-il tetap membuatkan susu untuknya. Jang-il menyodorkan gelas yang berisi susu, “Minumlah!” Sun-woo diam saja, Jang-il mendekatkan gelas itu hingga menyentuh tangan Sun-woo.
Sun-woo tak mengambilnya dan malah bertanya apa si rentenir itu tak datang lagi. Jang-il menjawab kalau itu tak akan terjadi lagi dan Sun-woo tak perlu khawatir.

“Kapan terakhir kali kita bertemu?” tanya Sun-woo seolah mengorek rahasia Jang-il.
“Kau tak ingat?”
“Dimana kita terakhir bertemu?” tanya Sun-woo lagi.
“Bukankah di restouran BBQ di pasar. Aku ingat kita makan daging panggang dan minum soju.” jawab Jang-il.
“Apa kita juga minum bersama?” tanya Sun-woo.
“Apa kau tak mengingatnya?”
“Tidak. Aku ingat akan membayar sekolahmu. Maaf karena aku tak bisa membantumu dan malah menyusahkanmu.”

Jang-il meminta Sun-woo tak usah mengatakan itu minum saja susunya. Sun-woo mengambil dan segera meminumnya tapi susu itu terasa ada hawa panas, ia pun tak segera meminumnya dan akan meminumnya kalau sudah dingin.
Jang-il masih penasaran apa benar Sun-woo hilang ingatan, “Kau tidak ingat kenapa kau bisa terluka?”
“Yang kuingat.... hari itu sangatlah dingin. Hanya itu yang bisa kuingat.” Kata Sun-woo. “Jang-il, apa waktu itu aku bilang mau pergi ke kantor polisi?”
“Aku tak tahu.” jawab Jang-il bohong.
“Mereka bilang aku kecelakaan ketika aku bilang mau pergi ke kantor polisi. Kurasa mereka membodohiku.”

Jang-il berusaha menutupi kebenaran dengan mengatakan tak apa-apa, tak ada yang membodohi Sun-woo dan Sun-woo tak usah khawatir lebih baik tidur saja.

Jang-il tak mau bicara lebih banyak lagi ia langsung bergegas kembali ke kamarnya dan mematikan lampu. Ternyata Soo-mi mendengar percakapan keduanya.
Moon Tae-joo dalam perjalanan ke Korea. Sekertarisnya bertanya seperti apa anak yang tengah mereka cari.
“Dia mirip sepertiku. Dia tampan. Aku akan membawa anakku ke Amerika. Aku akan membuatnya menjadi pria hebat di dunia.” Jelas Moon Tae-joo.
Soo-mi membaca pesan yang ditinggalkan Jang-il, “Aku harus pergi untuk ujian. Maaf, pergilah makan malam yang enak!”

Soo-mi memberi tahu sepertinya Jang-il pergi pagi-pagi. Sun-woo bangun dan berkata kalau ia juga mendengarnya. Geum-jool sibuk menyiapkan sarapan.

(Ya ampun ini orang tangan yang satu bawa nampan, tangan yang satu bawa piring, mulutnya menggigit bungkus roti tawar haha)
Karena tak ada si pemilik rumah, Soo-mi memberanikan diri masuk ke kamar Jang-il. Ia melihat di meja belajar tertata rapi buku-buku kuliah Jang-il. Ia menyentuh lembut kursinya.

Soo-mi keluar dari kamar Jang-il dan berkata sepertinya apartemen Jang-il harganya sangat mahal. Ia bertanya pada Geum-jool kira-kira berapa harganya.
Geum-jool mengatakan kalau Jang-il kuliah di Seoul karena mendapatkan beasiswa dari Presdir Jin. Sun-woo mendengarkan dengan seksama apa yang Soo-mi dan Geum-jool bicarakan. Tapi Soo-mi merasa kalau Presdir Jin tak mungkin memberikan Jang-il apartemen.

Sun-woo tanya apa apartemennya bagus. Geum-jool menjawab kalau apartemennya sangat besar dan terlihat baru. Soo-mi menambahkan kalau apartemen ini termasuk tempat tinggal yang mahal di Seoul. Geum-jool jadi bertanya-tanya apa ayah Jang-il meminjam uang lagi dan juga bagaimana dia mengembalikan semua pinjamannya. Si rentenir itu juga tak pernah datang ke sekolah lagi setelah itu. Mendengar semua yang dikatakan Geum-jool, Sun- woo jadi berfikir keras.
Soo-mi dan Geum-jool mengantar Sun-woo ke panti rehabilitasi.
Di sana juga ada Han Ji-won tengah melakukan rekaman untuk membuat novel dalam bentuk audio.

Soo-mi dan Geum-jool meninggalkan Sun-woo sampai di depan mereka ada keperluan, Sun-woo masuk sendiri. Ia berjalan meraba-raba dan diam menunggu Soo-mi dan Geum-jool datang.
Han Ji-won sampai dimana Sun-woo berada, ia melihat pemuda itu dan mengacuhkannya begitu saja. Tapi ia berfikir keras sepertinya ia kenal dengan pemuda itu, dimana ia mengenalnya.

Kemudian Han Ji-won ingat, malam ketika ia memecahkan kaca mobil milik Presdir Jin. Di dalam mobil itu ada seorang pemuda, ia ingat dengan tatapan matanya. Pemuda itu mengucapkan terima kasih padanya.

Ji-won tersenyum senang bisa bertemu lagi dengan pemuda itu yang tak lain adalah Sun-woo. Ia langsung kembali ke tempat dimana Sun-woo berada.
“Apa kabar?” Sapa Ji-won.
Sun-woo menoleh ke belakang mencari sumber suara.
“Kau tak ingat padaku?” Tanya Ji-won.
Keduanya bertatapan cukup lama. Ji-won cemas apa ia salah mengenali orang.
“Apa kau bicara padaku?” Sun-woo bertanya balik.

Sinopsis Episode 6 >

21 comments:

  1. BY onnie..
    huah! aktingnya menggugah semua..

    Lee Jun Hyuk kyknya punya cita2 jd pengacara ya..
    stlh CH masa ngambil peran pengacara lg di EM..

    tapi karakternya beda yaa..yg satu angel yg satu evil..

    ekspresi Sun Woo waktu bilang aku lupa mengatakan sesuatu yang penting, daebaaakk!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget Nisa Bo Young aktingnya mantap, pas dia lagi rekaman novel juga sangat menjiwai..

      mungkin cita2 pengacara Lee Jun Hyuk ga kesampaian jadi cita2nya tercapai lewat drama2nya haha....

      inilah kenapa aku lebih milih drama ini buat di tonton n di recaps akting semua pemainnya OK ga hanya menjual tampang hehehe...

      Delete
    2. hem, kayaknya udah gak diraguin lagi kemampuan akting mereka ^^

      Delete
  2. hwaiting nisa.....
    tunggu kasetnya beredar aja dech.... (nasib g bisa download drama baru)T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. ok deh, selamat menanti DVD nya sampai bulan mei ya hehe....

      Delete
  3. makin seru aja nih, jd ga sabar tunggu kelanjutannya di blog kak apni . . .
    Kak anis, sinop feast of the god-nya di lanjutin ya? Di tunggu loh. Semangat kak.


    ~meyshia~

    ReplyDelete
    Replies
    1. meisha sabar menunggu Feast Of The gods ya.... lagi dalam proses hehe...

      Delete
  4. waahh bangsa indonesia yg tercinta, disebut lagi oleh istri presdir Jin, mau investasi ke indonesia?? gmn klo investasi ke Lapindo ajah??

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahah nevi emng kayaknya yang buat skrip penah keindonesia.. mereka tahu negara kita kaya..

      Delete
  5. pas nonton episode ini,, aku kaget ternyata emng bener sun woo tahu segalannya.. tidak tidak lupa ingatan.. Jang Ill mati kau

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau aku awalnya ngira si Sun woo bakalan amnesia tapi ga buta, eh malah penulis scenario n sutradara berkata lain... hihi...

      mohon2 sama penulis scenario n sutradara endingnya jang il jangan dibikin metong ah... haha....

      Delete
    2. metong mbak anis??? haha :D

      Delete
  6. Oh,, jadi karena ada adegan Sun Woo latihan pake pedang kayu di episode ini ya Nis,,, sama-sama Nis, seneng kok bisa bantu,,

    Huah,, jadi Sun Woo inget segalanya ya,, Jang Il mungkin memang jahat, tapi kok aku malah kasian sama dia ya? (efek pemerannya Lee Joon Hyuk nih kayaknya,,,)

    Lee Bo Young keren,, seperti biasanya,, makin lama makin suka aja nih ma Eonni satu ini,, Hmm,, mungkin dia akan jadi aktris terfavorite-ku di tahun 2012 nih,,

    Uhm Tae Woong? No Comment deh,, akting dia disini emang tak perlu diragukan lagi,,, always,, Daebak,,

    makasih Anis dan Apni yang sudah meluangkan waktu kalian menulis sinopsis drama ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha iya gara-gara adegan itu trims ya Fa, jadi ngrepotin hihi...

      semoga ga nolak kalau nanti diminta bantuan lagi :D :D

      Delete
    2. Selama itu masih dalam batas kemampuanku,, aku sih seneng-seneng aja bisa bantu,,

      Delete
    3. cieeeeeeeh so sweet nih mbak irfa ma mbak anis ^^

      Delete
  7. si jang il masih kuliah to mbak? kuliah s2 ya? hehe
    geum jool pas gede banyak diekspos ya? ^^
    maksud perkataan soo mi itu, dia menenagkan jang il mbak, aih sakit nih cinta bertepuk satu tangan :P
    and i love that words too mbak anis, thanks to share >,<
    mbak anis kejem nih, nilai F aja udah jelek masa nilai z? -.- btw, jadi inget timmy turner ckck
    hehe habis istrinya nakutin...
    eh gak nyangka drama ini ada sisi sweetnya, sukaaaaaa pas neng jiwon baca itu xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya dira Jang-il di episode ini masih kuliah. Jeda antara pemukulan di tebing sama sadarnya sun woo itu 2 tahun.

      Delete
    2. hehe, maap maap mbak ^^"
      makasih....

      Delete
  8. Blognya bu Apni g bs dbuka lagi ya??
    Kblog mana yg nulis TEM? Ada yg tw toh???

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya Blog nya apni udah terhapus. Kurang tahu ya siapa lagi yang pernah nulis sinop TEM, kalau english ada tuh di dramabeans.

      Delete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.