Sunday, 14 October 2012

Sinopsis May Queen Episode 8

Sang Tae yang tak sabaran ingin segera makan menumpahkan semua nasi yang mereka buat. Ibu jelas marah karena itu satu-satunya makanan terakhir yang mereka punya. Hae Joo juga memarahi kakaknya.

Melihat nasinya yang akan mereka makan sudah kotor Young Joo menangis keras, Sang Tae dan Ibu pun demikian. Ketiganya menangis kelaparan. Mata Hae Joo berkaca-kaca meminta mereka jangan menangis.

Tepat saat itu Bong Hee datang mencari mereka. Bong Hee heran kenapa mereka berlima ada disini dalam keadaan seperti ini. Hae Joo balik bertanya kenapa Bibi Bong Hee juga ada disini.

Awalnya Bong Hee kesal karena dipanggil Bibi, tapi kemudian ia berkata kalau ia melihat gerobak di atas jembatan. Ia bertanya apa yang terjadi. Hae Joo terdiam dan menatap keluarganya yang masih menangis.
Bong Hee membawa keluarga Hae Joo ke rumah Presdir Jang. Park Gi Chul yang tengah membersihkan kursi taman terkejut melihat kedatangan mereka. Bong Hee membantu menarik gerobaknya, ia mengeluh kesal kenapa harus menarik gerobak.
Hae Joo menyapa Park Gi Chul. Gi Chul heran kenapa Hae Joo ada disini. Belum sempat Hae Joo menjawab Bong Hee bertanya pada Gi Chul apa kakaknya ada di rumah. Gi Chul mengangguk pelan, Bong Hee langsung ke dalam rumah menemui kakaknya.
Geum Hee terkejut mendengar kabar tentang Jung Woo yang ditahan pihak kepolisian. Bong Hee menjelaskan kalau ini terjadi karena Jung Woo melawan tim penggusur, dia ditangkap karena dianggap sebagai pemimpin warga. Bong Hee meminta kakaknya bertanggung jawab karena ini semua terjadi karena perbuatan kakak iparnya. Geum Hee mengerti ia akan berusaha semampunya.

Bong Hee mengatakan kalau ada orang lain juga yang perlu menjadi tanggung jawab Geum Hee. Geum Hee tak mengerti apa maksudnya. In Hwa datang menyapa Bong Hee.
Ketiganya langsung keluar setelah mengetahui siapa yang datang. Geum Hee menarik adiknya dan berbisik bertanya apa yang terjadi. Geum Hee berkata setengah berbisik ia mengatakan kalau ia membawa keluarga Hae Joo kesini karena keluarga itu tak punya tempat tinggal.

Geum Hee sepertinya tak setuju kenapa adiknya malah membawa mereka ke rumahnya. Bong Hee balik bertanya lalu apa yang harus ia lakukan mereka tak mendapatkan uang kompensasi sepeser pun dan sekarang mereka tak punya tempat tinggal. Bong Hee berseru kalau belum lama ini ayah Hae Joo meninggal dan sekarang si ibu baru saja melahirkan bayi. Suara Bong Hee sepertinya memprovokasi agar kakaknya menerima keluarga ini tinggal.

In Hwa membenarkan, ia bertanya apa Hae Joo mempunyai adik kecil baru. Hae Joo menjawab ya pelan.
Suara ibu memelas dan berkata kalau ia sudah kelaparan dan pusing. Sekarang ia sudah tak kuat berdiri, bayinya juga sudah kelelahan dan terus menangis bahkan sekarang bayinya sama sekali tak menangis. Ibu jongkok menangisi nasib keluarganya.
In Hwa iba melihat kondisi keluarga Hae Joo dan meminta ibunya membiarkan keluarga ini tinggal di rumah mereka. Tapi Geum Hee tak setuju bagaimana mungkin ia membiarkan mereka semua tinggal di rumahnya. Hae Joo menunduk tak enak hati.

Bong Hee berkata bukankah ia sudah bilang kalau ini semua terjadi karena kakak iparnya. Dan sebelum ditangkap Jung Woo meminta padanya agar menjaga keluarga Hae Joo.
Chang Hee yang sudah berada disana meminta keluarga Hae Joo untuk sementara tinggal di rumahnya. Park Gi Chul tak setuju usul putranya. Chang Hee berkata kalau ia dan ayahnya untuk sementara akan menggunakan ruang tamu jadi keluarga Hae Joo bisa istirahat di kamar.
Ibu langsung berdiri dan menyambutnya dengan senang hati. Ia menyuruh anak-anaknya membawa barang-barang mereka. Tapi Hae Joo tak setuju karena ini terlalu berlebihan. Ia merasa kalau keluarganya tidak tahu malu kalau langsung menerima ajakan seperti ini. Tapi ibu tak peduli apa sekarang waktunya mereka merasa malu karena ia sendiri sudah kelelahan. Ia menyuruh anak-anaknya segera memindahkan barang-barang yang mereka bawa. Ibu segera menuju kediaman Park Gi Chul. Sang Tae manarik gerobak, Chang Hee membantu mendorongnya. Hae Joo terdiam merasa tak enak hati.
Petugas kejaksaan datang ke kantor Hae Poong grup. Mereka menunjukan surat perintah penahanan terhadap Kakek atas tuduhan manipulasi saham, penghindaran dan penggelapan pajak. Kakek dan San yang berada disana terkejut dengan semua ini.
Kakek langsung diborgol, San cemas. Tapi kakek berkata cucunya tak perlu khawatir karena ia akan segera keluar.
Geum Hee ke kantor suaminya dengan wajah marah. Presdir Jang heran kenapa istrinya jauh-jauh datang ke kantor. Geum Hee langsung menanyakan apa suaminya tahu kalau Jung Woo Samchoon ditangkap. Ia menyuruh suaminya membantu Jung Woo keluar.

Presdir Jang heran kenapa istrinya melakukan ini karena masalah ini tak ada hubungan dengannya. Geum Hee berkata kalau masalah ini ada karena suaminya mencoba membangun galangan kapal. Presdir Jang menegaskan bukankah ia sudah mengatakannya kalau hal itu merupakan kesalahan yang dilakukan oleh pegawainya, bukankah itu sebabnya ia membayar perkebunan dengan harga yang tinggi dari harga pasar dan itu juga kerugian besar bagi Chun Ji Grup, apa lagi yang istrinya ingin ia lakukan.

Geum Hee : “Keluarkan Jung Woo Samchoon dari tahanan!”

Presdir Jang meyakinkan kalau masalah ini hanya antara kepolisian dengan Jung Woo. Geum Hee meninggikan suaranya dan berkata kalau suaminya ini memiliki kekuatan (kedudukan) untuk membebaskan Jung Woo. Melihat kemarahan istrinya Presdir Jang mengerti ia akan membantu mengeluarkan Jung Woo dari tahanan.

Ada satu lagi permintaan Geum Hee, “Siapkan rumah untuk keluarga Hae Joo karena mereka ada di rumah kita sekarang!” Presdir Jang kaget mendengarnya.
Malam harinya, Hae Joo menjemur selimut. Tiba-tiba ada tangan yang membantunya. Siapa? Chang Hee. Hae Joo tersenyum melihatnya. Chang Hee menanyakan kenapa Hae Joo menjemur cucian disini bukankah bisa meletakan cucian di sebelah sana. Hae Joo berkata kalau yang di sebelah sana mungkin Chang Hee akan menggunakannya jadi kalau ia menggunakan tempat jemuran itu juga itu namanya tak tahu malu.
Chang Hee menawarkan biar jemurannya ia yang mengerjakan dan Hae Joo diam saja. Hae Joo merasa tak enak dan minta maaf karena Chang Hee harus memberikan kamar untuk keluarganya.

“Untukku, aku merasa senang kalau kau disini!” Ucap Chang Hee.
“Kenapa?” tanya Hae Joo.
“Ya suka aja!” kata Chang Hee tersenyum.
“Sebenarnya, aku juga gitu!” sahut Hae Joo.
Keduanya tersenyum.
Hae Joo akan menjamur selimut yang lain, Chang Hee menawarkan itu dilakukan bersama karena akan sulit kalau dilakukan sendirian. Hae Joo heran kenapa Chang Hee pintar melakukan pekerjaan rumah tangga, Chang Hee bilang kalau ia selalu membantu ayahnya mengerjakan pekerjaan rumah. 

Keduanya mengibas-ibaskan selimut, sebagai pengganti memeras airnya kali ya.
Tapi Chang Hee mengibasnya terlalu keras, spontan Hae Joo sempoyongan dan tertarik ke arah Chang Hee.
Dan bruk... Hae Joo tepat mendarat ke tubuh Chang Hee. Posisi keduanya seperti sedang berpelukan. Keduanya terdiam.
Keduanya melepas pelukan dan terdiam sejenak.
“Pemandangan apa ini?” tiba-tiba Il Moon datang. “Park Chang Hee apa kau berkencan dengan gadis pengemis ini sekarang?”

Hae Joo tak terima Il Moon terus menyebutnya sebagai pengemis, “Sudah kubilang aku bukan pengemis.”

Il Moon mencibir, “Lihat saja dirimu. Kau tak punya rumah, kau menumpang hidup di rumah orang dan makan makanan mereka. Itu namanya pengemis, memangnya apa lagi?”

Hae Joo menahan marah, karena semua yanng dikatakan Il Moon ada benarnya.
Chang Hee maju meminta Il Moon menghentikan ucapan Il Moon yang buruk tentang Hae Joo, “Kalau kau marah, marahlah padaku. Jangan lampiaskan frustasimu pada orang yang salah.”

Il Moon : “Wah wah lihat ini, kalian berdua terlihat mencurigakan. Sepertinya kau benar-benar suka padanya. Apa kau sedang berusaha bersikap sopan?”

Chang Hee diam menatap kesal.
“Hey bocah kenapa diam saja?” ucap Il Moon sambil memukul-mukul wajah Chang Hee berkali-kali. Pukulan remehan dari Il Moon, “Apa perkataanku bukan kata-kata untukmu, hah?”
Hae Joo sebal dengan tingkah sok Il Moon. Ia celingukan dan menemukan sapu lidi. Ia mengambil dan memukulkannya pada Il Moon berkali-kali.

Il Moon jelas terkejut tiba-tiba Hae Joo memukulkan sapu padanya, “Apa kau sudah gila?”

“Ya. Aku benar-benar sudah gila!” ucap Hae Joo menantang. “Kenapa kau membuat masalah pada orang yang tak melakukan apa apa padamu? Bahkan cacing dan kodok pun akan berontak dan melompat ketika ada yang mempermainkan mereka. Kenapa kau malah pergi kesana kemari dan memukul orang.”

Hae Joo memukul-mukulkan sapunya beberapa kali ke arah Il Moon. “Mungkin kau juga perlu merasakannya jadi kau akan tahu bagaimana buruknya diperlakukan begitu.”

“Apa yang kalian lakukan?” tiba-tiba Geum Hee datang dan bertanya. Hae Joo terkejut ia tak menyangka Geum Hee akan ada disana dan melihat perbuatannya pada Il Moon, ia pun cemas.
Hae Joo hanya bisa menunduk ketika Geum Hee memarahinya karena lancang sudah memukul-mukul Il Moon dengan sapu. Ia kesal karena awalnya ia berfikir Hae Joo itu baik tapi sekarang ia tahu kalau Hae Joo itu gadis yang buruk. Beraninya Hae Joo mengayunkan sapu pada orang.

Hae Joo minta maaf, tapi Il Moon duluan yang memulai masalah. Geum Hee kesal dan menyuruh Hae Joo diam. “kau ini berani atau kau tak tahu apa-apa? Apa kau tak sadar kedudukanmu?”
Geum Hee melihat pakaian yang dikenakan Hae Joo, “Ada apa dengan bajumu? Apa yang kau lakukan pada baju yang kubelikan dan kenapa kau malah memakai baju kumal ini?”

Hae Joo tak tahu mengatakannya bagaimana. Ia terbata-bata mengatakan kalau baju pemberian Geum Hee sudah ia jual.

Geum Hee tak menyangka ternyata Hae Joo menjual baju pemberiannya, “Apa kau gadis yang mudah menjual baju yang diberikan orang dengan sepenuh hati?” Hae Joo berkata bukan itu alasannya.

Geum Hee tak mau mendengar alasan Hae Joo, ia menyuruh hae joo pergi karena ia dan hae joo tak akan menghabiskan wakti bersama dimasa depan. Hae Joo mengerti ia pun akan pergi tapi ia bebalik lagi untuk menatap Guem Hee tapi Geum Hee sebal melihatnya. Hae Joo sadar kalau keluarganya sudah menyusahkan keluarga Geum Hee.
Ibu, Hae Joo, Young Joo dan si kecil Jin Joo tidur di kamar Chang Hee. “Ibu tak bisa tidur ia menghela nafas panjang.
Hae Joo berbalik badang menatap ibunya dan bertanya apa ibunya tak bisa tidur. ibu mengatakan kalau ia tak bisa tidur karena ia tak tahu apa yang harus dilakukankannya mulai saat ini. Hae Joo meminta ibunya tak usah khawatir karena keadaan sekarang sudah jauh lebih baik dari pada ketika mereka menarik gerobak. Ibu terdiam pikirannya tak tentu ia hanya bisa menatap langit langit kamar.

Hae Joo : “Ibu, ayah pernah bilang padaku meskipun kau tak bisa melihat apapun karena diliputi kegelapan itu berarti dunia tak ada cahaya. Jadi jangan gentar. Itu yang ayah katakan.”
Ibu mengumpat pelan, “Manusia brengsek itu dia pergi setelah bicara bagus.”

Hae Joo berjanji pada ibunya kalau ia akan melakukan yang terbaik. Ia sungguh-sungguh akan melakukannya bahkan kalau ia harus putus sekolah pun ia tak akan membuat Young Joo dan Jin Joo kelaparan. Jadi ibunya tak perlu khawatir.

“Hey, perempuan kenapa kau harus putus sekolah? Kalau kau ingin memberi makan adikmu kau harus tetap sekolah. Apa kau pikir kau akan bisa mendapatkan pekerjaan kalau kau tak lulus sekolah?” (bener bu, yang lulus sekolah aja belum tentu punya pekerjaan)

Ibu minta Hae Joo berhenti bicara omong kosong dan lebih baik tidur saja. Hae Joo mengerti ia berbalik badan memunggungi ibunya dan tertidur sambil memeluk Young Joo.
Ibu memiringkan tubuhnya menatap Hae Joo yang tiduran memunggungi dirinya, tatapan matanya menjadi sendu dan ingin mengusap kepala Hae Joo dengan penuh kasih. Tapi ia mengurungkan niatnya. Ibu menitikan air mata, ia menangis betapa Hae Joo memiliki hati yang begitu tulus.
Bong Hee berdiri di depan kantor polisi sambil membawa tahu. Ia menunggu Jung Woo keluar dari kantor polisi. Jung Woo pun keluar dan Bong Hee langsung berteriak memanggil namanya sambil berlari ke arah jung woo.
Dan oh no... Bong Hee langsung memeluk Jung Woo, sebuah pelukan atau kita menyebutnya seperti gendong haha (kalau menurut saya ini pelukannya seperti orang naik kelapa deh hahaha) Bong Hee memeluk Jung Woo sangat erat. Jung Woo meronta, “Apa yang kau lakukan, lepaskan aku? Sungguh memalukan.”
Bong Hee khawatir, apa Jung Woo tak terluka. Apa di dalam sana Jung Woo dipukul. Jung Woo berkata apa ia ditangkap karena gerakan pemberontakan kemerdekaan untuk apa ia dipukuli, “Kalau orang melihat kita mereka akan berfikir aku dibebaskan setelah ditahan 10 tahun.

Bong Hee memegang leher Jung Woo, seperti mencekik namun pelan dan berkata itu karena ia khawatir pada Jung Woo. Jung Woo ingin tahu dari mana Bong Hee tahu kalau ia akan dibebaskan. Bong Hee mengira-ngira sepertinya kakaknya sudah memohon pada kakak iparnya, dia memberi tahuku kalau kau akan dibebaskan.
Bong Hee mengeluarkan tahu yang ia bawa. Ia meminta Jung Woo memakannya sebagai tanda membuang sial setelah Jung Woo keluar dari penjara (tradisi korea kalau keluar dari penjara suruh makan tahu katanya buat buang sial hehe)

Jung Woo heran kenapa ia harus makan tahu padahal ia hanya dibebaskan setelah diinterogasi selama sehari. Menurutnya itu tak perlu jadi lebih baik Bong Hee saja yang makan. Bong Hee kesal ia sengaja membeli tahu ini karena ia mempedulikan Jung Woo. “Kalau kubilang makan kau harus makan!” kata Bong Hee menyodorkan tahu ke mulut Jung Woo secara paksa.
“Enak kan? Bagaimana?” tanya Bong Hee sambil tertawa dan Jung Woo pun menyodorkan tahu ke mulut Bong Hee. Hehe.
Jung Woo dan Bong Hee ke rumah Hae Joo. Kondisi rumah disana berantakan. Jung Woo bertanya apa keluarga Hae Joo ada di rumah Kakak Bong Hee. Bong Hee membenarkan, keluarga Hae Joo tak bisa melakukan apapun mereka sudah kehilangan rumah dan tak mendapatkan biaya kompensasi. Bong Hee ingin tahu apa yang akan Jung Woo lakukan sekarang, bukankah rumah Jung Woo sudah hancur. Jung Woo menyarankan lebih baik sekarang Bong Hee pergi saja karena ia memiliki banyak tempat tinggal di desa ini.
Bong Hee : “Hei bodoh, maksudku kenapa kau harus tinggal disini disaat desanya akan menghilang sebentar lagi.”

Jung Woo berkata karena ia sudah memulai maka ia harus bertanggung jawab sampai akhir. Ia berharap setidaknya ia bisa membantu warga saat mereka pindahan. Bong Hee ingin tahu setelah itu apa yang akan Jung Woo lakukan. Jung Woo berkata kalau ia akan kembali ke kuil lagi.

“Tidak boleh!” bentak Bong Hee mengagetkan Jung Woo. Bong Hee berbata-bata memelankan suaranya, “Itu... kau bahkan belum menikah tapi menjadi biksu itu sedikit.....”

Jung Woo tertawa dan berpesan agar Bong Hee menjaga Hae Joo baik-baik. Bong Hee heran kenapa Jung Woo sangat perhatian pada keluarga itu. Untuk Jung Woo mereka itu siapa, bukankah Jung Woo sendiri tak bisa menangani urusan sendiri dengan benar.

Jung Woo : “Jadi kau tak usah ikut campur lagi. Kenapa kau harus hidup tak layak karena aku? Pergilah ke keluargamu!” (jadi jangan ngikutin Jung Woo terus gitu)
Bong Hee : “Aku tak mau.”
Jung Woo : “Kenapa tidak?”
Bong Hee : “Seberapa tak layak hidupmu aku harus melihatnya sampai akhir. Kau tahu temperamenku kan?”

Bong Hee akan pergi Jung Woo bertanya mau kemana. Bong Hee berkata bukankah Jung Woo mengatakan mau membantu orang-orang pindahan, jadi ayo cepat. Jung Woo tersenyum tapi itu membuat Bong Hee kesal, “Jangan tertawa aku membencimu!” larang Bong Hee. Bong Hee kesal tapi itu membuat Jung Woo kembali tertawa.
Di ruang interogasi kakek berusaha menghubungi beberapa kenalan untuk membantunya keluar dari tahanan. Ia meminta tolong pada salah satu pejabat, Senator Kim. Ia mengatakan kalau kasus manipulasi saham dan penggelapan pajak hanya rumor tapi sambungan telepon dengan Senator Kim terputus.

Dua jaksa yang menginterogasi Kakek hanya tersenyum-senyum saja melihat Kakek yang kewalahan. Kakek kembali menghubungi kenalannya, tapi kembali teleponnya tak terhubung. Sepertinya mereka yang akan dihubungi kakek sudah menjauh meninggalkannya. (Dan sepertinya kenalan kakek ini sudah dipengaruhi agar tak membantu kakek deh)

“Presdir Kang aku rasa sudah cukup!” ucap si Jaksa. Ia mengatakan kalau kakek datang kesini merupakan bagian dari investigasi tapi sekarang kakek malah terus-terusan memegang telepon selama dua hari satu malam. Kakek mengerti ia ingin tahu siapa yang ada di belakang semua ini. Jaksa bilang tak ada siapapun. Kakek tak percaya ia menebak kalau ini semua ulah Presdir Jang tapi ia tak yakin Presdir Jang akan melakukan permainan besar ini. (Melibatkan kejaksaan, media bahkan rekan kerja kakek)

Kakek ingin tahu siapa yang menyuruh kejaksaan untuk menangkapnya apa ini perintah dari NIS? (CIA-nya Korea -Cenrtal Intelligence Agency-Badan Intelelijen pusat) Blue house? (gedung kepresidenan KorSel kalau di Amerika Serikat gedung putih)
Jaksa berkata kalau yang namanya pertanyaan itu seharusnya diajukan oleh pihak kejaksaan bukan kakek. Mereka pun memulai pertanyaan dari masalah penghindaran pajak. Kakek mengerti ia menyuruh pihak kejaksaan untuk menghubungi Presdir Jang. Perkebunan pir itu ia akan menyerahkannya pada Presdir Jang jadi ia berharap kejaksaan mengatakan itu pada Presdir Jang.

Dan plak..... Tiba-tiba salah satu jaksa memukul kepala Kakek dengan map dokumen. (Mungkin dia sudah kesal campur marah kali ya atau memang sengaja. Tapi kesel juga lihatnya masa ga ada sopan santunnya sama orang yang lebih tua)

Kakek berdiri marah. Ia jelas emosi diperlakukan seperti itu, “Dasar brengsek. Apa kau sudah gila?”

Jaksa itu juga tak kalah marah, “Dasar si brengsek tua ini kau belum sadar juga.” Ia mendudukan kakek dengan paksa. “Kau ini seorang kriminal yang paling kejam dan jahat yang menggerogoti perekonomian nasional. Kau seorang kriminal.”

Kakek geram, “Apa kau sudah gila? Panggil pengacaraku. Minta pemimpinmu untuk datang!” Jaksa yang marah pada kekek mencibir, “Lihat dirimu!”

plok plok ia memukul wajah kakek bolak-balik, “Kenapa kau tak mencoba menghubungi saja dirimu sendiri? Bukankah sudah cukup banyak panggilan telepon yang kau buat?” Plak si jaksa memukul keras wajah kakek.

Jaksa yang satu menyuruh temannya tenang bagaimana pun kakek Kang ini tetap orang tua. Ia menyampaikan pada kakek kalau tuduhan yang diarahkan ke kakek ini bisa membuat kakek ditahan selama 10 tahun, “Anda sudah melakukan banyak hal jadi anda tahu jelas tentang hukum penjara seumur hidup. Kalau anda mendapatkan 10 tahun orang seperti anda tak akan bertahan lama.”

(Kakek kan udah tua jadi ga akan sanggup menjalani hukuman 10 tahu menurutnya kake akan meninggal di penjara dengan kondisi kakek yang udah tua)
Kekak yang sudah marah berusaha menahan emosinya, “Beraninya, dasar brengsek!” Jaksa berkata kalau pikiran kakek masih normal kenapa bertingkah seperti ini. Ia memberi tahu kalau masa kejayaan kakek sekarang sudah selesai, “Sekarang kau harus memikirkan tentang masa depan cucumu.” Kakek mengerti. Ia bertanya apa yang Presdir Jang inginkan darinya.
Presdir Jang menerima telepon dari seseorang (hmm dari phak kejaksaan kah?) Ia mengucapkan terima kasih dan tak akan melupakan bantuan yang ia dapatkan kali ini.

Usai menerima telepon Presdir Jang menatap keluar melalui jendela dan bergumam, “Benar. Satu era akhirnya berakhir seperti ini.”

(saya sumpahin deh era-nya Presdir Jang akan berakhir lebih buruk daripada kakek Kang)
San dan Sekertaris menjemput kakek di kantor kejaksaan atau apa ini polisi ya (kalau dibilang kantor kejaksaan ini mirip sama kantor polisi tempat ditahannya Jung Woo, ga tahu deh haha)

Kakek keluar dari gedung dengan langkah lemah, ia merasakan pusing. San yang melihatnya khawatir dan langsung menghampiri Kakek. San yang mencemaskan Kakek bertanya apa baik-baik saja. Kakek tak menjawab.
Sekertaris bertanya Kakek mau pergi ke rumah sakit mana. Kakek bilang tak perlu dan berkata kalau ia tak sakit. Kakek mengajak keduanya pergi.
Kakek mengajak San bicara sambil memandang galangan kapal miliknya. Kakek menyarankan San sebaiknya pergi ke Amerika. San jelas terkejut karena ini hal yang tiba-tiba. Kakek berkata kalau San harus belajar di Amerika sampai San mendapatkan gelar doktor.

San tak mengerti kakek sudah dibebaskan dari interogasi tapi apa kakeknya kehilangan pikiran ketika disana. Kenapa menyuruhnya melakukan ini secara tiba-tiba. Kekek kesal, “Dasar anak ini, apa kau tak paham maksudku?”
Kakek mengatakan kalau hari ini perusahannya akan dihancurkan. San tercengang mendengarnya. Kakek menjelaskan kalau ia memulai semuanya dari menjadi seorang pengelas dan mendirikan perusahaan dengan perjuangan keras. Tapi galangan kapal ini akan diambil alih oleh orang.

Kakek : “Sekarang aku sudah tua dan tak berdaya. Kau yang harus bertempur menggantikan aku. Jadi kau harus mengambilnya kembali. Kau harus pergi ke Amerika dan bertempur dengan orang-orang disana dan kalahkan mereka. Setelah itu baru kita memiliki sedikit harapan.”

San mengerti, ia pun bertanya kapan ia harus pergi. Kakek berkata kalau ia akan mengatur semua persiapannya jadi san harus segera pergi hari ini juga. San ingin tahu apa orang yang membuat kakeknya seperti ini adalah Presdir Jang. Apa presdir Jang yang mengambil alih perusahaan kakek.

Kakek hanya menarik nafas dan berkata kalau ia kalah dalam pertempuran kali ini. Si brengsek itu ternyata jauh lebih menakutkan daripada yang ia kira. Kakek berpesan ketika San kembali nanti galangan kapal ini akan diperluas jauh lebih besar, “Menurutmu apa kau bisa mengalahkan dia?”

Dengan penuh keyakinan San mengatakan kalau galangan kapal ini diperluas bukankah akan lebih bagus untuk kita. Karena ia berjanji akan mengambil kembali bagian yang diiperluas itu untuk kakeknya. Kakek tersenyum menepuk pundak San, ia menggantungkan semua harapan pada cucunya. (San kini tanggung jawabmu besar, kau harus mengambil kembali galangan kapal milik kakek)
San berkunjung ke rumah Presdir Jang tapi bukan untuk menemui keluarga Presdir Jang. Di gerbang rumah ia berpapasan dengan Il Moon. San akan berlalu mengabaikan tapi Il Moon menepuk pundaknya. “Hey Kang San lama tak bertemu.” sahut Il Moon. “Anak ini, kenapa kau sibuk sekali?”

San menatap tangan Il Moon yang menyentuh pundaknya, “Kau sedang apa? Apa kau tak mau melepaskan tanganmu?”
Il Moon tersenyum dan melepas tangan dari pundak San. Ia kemudian membersihkan baju San yang tadi ia sentuh. San menatap kesal tapi ia mencoba menahan diri. Il Moon berkata ia membaca di koran kalau Kakek Kang ditangkap.

San mengepalkan tangan tapi ia berusaha menguasai emosinya. Il Moon bertanya kenapa San datang ke rumahnya apa kedatangan San untuk minta tolong pada ayahnya. San tak menanggapinya ia malah bertanya apa benar Hae Joo sekarang tinggal disini.

Il Moon mendesah, “Ya ampun pengemis itu ternyata terkenal sekali.” Il Moon memandang remeh dan berkata kalau saat ini sepertinya Hae Joo memang cocok untuk San.
ok San pun tak bisa mengendalikan emosinya. Ia langsung memukul wajah Il Moon, “Kau mau mati ya?” 

Ujung bibir Il Moon berdarah tapi ia tak marah. Ia malah tersenyum remeh. Ia memuji pukulan San sangat bagus dan itu cukup untuk disombongkan. “Tapi bagaimana ya? Pukulan hanya akan dianggap sebagai pukulan ketika kau memiliki kedudukan yang bagus. Kalau kau tak cukup baik, kau mungkin bisa satu sel tahanan dengan kakekmu di penjara.”
“Dasar brengsek!” San akan memukul lagi tapi tepat saat itu Hae Joo datang. Hae Joo bertanya apa yang dilakukan San disini. San pun mengurungkan niatnya memukul Il Moon. Il Moon melihat keduanya secara bergantian, “Coba lihat kalian serasi sekali.”

Il Moon berlalu, Hae Joo menatapnya sebal. Hae Joo bertanya apa San bertengkar dengan anak kasar itu. San tak menjawab ia mengambil barang bawaannya dan menarik Hae Joo. Ia ingin bicara sebentar.
Hae Joo menarik tangannya, ia heran kenapa San menarik tangan seorang gadis seperti ini. San berkata kalau ia akan pergi ke Amerika. Hae Joo tak mengerti kenapa ke Amerika.
San memberikan bingkisan yang ia bawa. Hae Joo tanya apa ini. San berkata kalau ia tak bisa memenuhi janjinya untuk menunjukan proses pembangunan kapal pada Hae Joo dan sebagai gantinya ia memberikan sebuah miniatur kapal pada Hae Joo.

Hae Joo mengamati bentuk miniatur kapal yang bentuknya terlihat tak biasa. San menjelaskan kalau ini miniatur kapal pengeboran dan ia yang membuatnya. “Ini adalah Kapal yang memompa minyak dari laut dan merupakan kapal termahal di dunia. Ini adalah kapal impian itu sebabnya ini disebut dream ship.”

Hae Joo ingin tahu seberapa mahal sampai San menyebutkan kalau ini kapal mahal. San mengira-ngira mungkin sekitar 500 Milyar won (500 juta USD) Hae Joo tercengang. Ia curigaSan sedang tak berbohong padanya kan. San berkata bukankah Hae Joo menyukai kapal jadi kenapa Hae Joo tak membangun kapal yang seperti ini.

Hae Joo : “Apa kau gila? Bagaimana mungkin ia membuat kapal seharga 500 milyar won.”

“kenapa tidak.” Sahut San. Bukankah Hae Joo pintar memperbaiki sepeda dan juga pandai mengelas. Hae Joo menilai kalau mengerjakan hal itu dan membuat kapal adalah hal yang berbeda. San memberi tahu kalau kakeknya memulai semuanya ketika ia masih menjadi pengelas.

Hae Joo tak percaya, benarkah?
San mengangguk tersenyum. Hae Joo merasa tak enak San sudah memberikan hadiah yang berharga padanya tapi ia tak memberikan apapun untuk San. San melepas bando ungu yang tengah dipakai Hae Joo. San berkata kalau ini juga cukup. Hae Joo tak yakin apa bando-nya cukup sebagai hadiah darinya untuk San. Ia merasa kalau ia sudah merugikan bisnis San.
San merasa kebersamaannya dengan Hae Joo tak akan lama, ia harus segera berangkat. Ia pun langsung menarik Hae Joo ke pelukannya. Hae Joo jelas tersentak kaget karena San memeluknya secara tiba-tiba. Ia meronta minta dilepaskan tapi San memeluknya erat.

“Aku tak akan bertemu lagi denganmu dalam waktu yang sangat lama. Jaga dirimu.”
Chang Hae melintas dan melihat keduanya. Hae Joo melihat kalau Chang Hee ada disana, ia segera melepas pelukan San.

Hae Joo seolah bersikap tak peduli dengan kepergian San, “Kau mau pergi ke Amerika atau ke bulan apa hubungannya denganku?” San tersenyum.
Hae Joo berlalu dari sana dan ketika sampai di depan Chang Hee ia berhenti sebentar kemudian segera pergi sambil membawa hadiah yang ia terima dari San.
Apa Hae Joo benar-benar tak peduli San akan pergi. Tidak. Ia berbalik menatap ke belakang. Dengan tatapan sedih ia bertanya-tanya apa ia tak akan bisa menemui San untuk waktu yang sangat lama. Ia menatap miniatur kapal pengeboran hadiah dari San kemudian mengelus kepalanya tempat ia menyematkan bandonya.

Ia pun teringat awal pertemuannya dengan San di bengkel las. Kemudian San yang membantunya ketika menjual ikan lumpur dan juga kenangan ketika San mengajaknya ke galangan kapal. Hae Joo tersenyum mengingat semua kenangannya bersama San.
San dan Chang Hee bicara berdua. Chang Hee terkejut mendengar kalau San akan ke Amerika. Ia heran kenapa San ke sana. San berkata kalau itu semua perintah kakeknya dan kemungkinan sampai ia lulus kuliah pun ia tak bisa menemui Chang Hee. Chang Hee bertanya apa selama itu.

San merasa kalau Chang Hee pasti menyukai ia tak ada disini dan Chang Hee bisa mendapatkan Hae Joo. Chang Hee sedang tak ingin bercanda jadi ia berharap San jangan bicara begitu.

“Kalau begitu ayo kita bicara serius!” ajak San. “Chang Hee, bukankah kita ini teman? Sebagai temanmu aku memiliki sebuah permintaan.”
“Apa itu?” tanya Chang Hee.
“Keluarlah dari rumah ini.” pinta San. “Aku tak menyuruhmu untuk segera pindah keluar. Karena kau pintar kau bisa tetap sukses dengan berbagai cara. Saat kau sukses keluarlah dari rumah ini dan jangan lagi melihat ke belakang.”
Chang Hee : “Kenapa?”
San : “Karena rumah ini dan aku akan menjadi musuh. Aku tak ingin membuatmu menjadi musuhku.”

Chang Hee masih tak mengerti dengan permintaan San.
Kakek menanda tangani pengalihan Hae Poong Grup pada Presdir Jang. Kakek menatap sinis Presdir Jang, “Apa kau senang?”
Presdir Jang berterima kasih jadi ia berharap kakek tak usah bersedih bukankah tak lama lagi kakek akan pensiun jadi anggap saja ini sebagai pensiun dini. Presdir Jang memberi saran sebaiknya kakek menghabiskan sisa hidup dengan bersantai. Kakek menatap marah atas sindiran Presdir Jang.
Kakek menatap galangan kapal miliknya yang sudah berubah kepemilikan dan kemungkinan nanti Presdir Jang akan memperluas wilayah galangan kapal. Kakek menatap sedih karena hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun hilang sekekita. Perusahaan yang ia rintis dari bawah harus ia serahkan dengan cara yang kotor.
Kakek menjerit sekeras-kerasnya meluapkan emosinya. Sesaat kemudian ia menangis tersedu-sedu karena harus melepaskan hasil jerih payahnya. San melihat kakek begitu sedih dan kehilangan. Ia pun bertekad kalau ia akan mengambil kembali apa yang menjadi milik kakeknya.
San langsung ke bandara bersama sekertaris kakek. Terdengar suara In Hwa memanggilnya. In Hwa menyusul San ke bandara. San heran bagaimana In Hwa bisa ke bandara. In Hwa berkata kalau ia mendengar kabar San mau ke amerika dari Chang Hee, “Apa kau benar-benar akan ke Amerika? Apa kau akan ke Amerika dan tidak kembali lagi sampai lulus kuliah?” San membenarkan.

In Hwa menangis dan bertanya kenapa. “Aku pergi karena aku bosan padamu yang selalu mengikutiku kemana-mana.” seru San bercanda sambil tersenyum.
“Kakak?”
“Aku hanya bercanda.” sahut San.
San berpesan selama ia tak ada ia berharap In Hwa tumbuh dengan baik dan temukan pria yang baik pula. “Sepertinya aku juga akan merindukanmu.” sahut San sambil mengelus kepala In Hwa. In Hwa berkata kalau ia juga akan pergi ke Amerika mengikuti San.

“Kalau begitu aku akan lari ke Afrika.” seru San kembali bercanda.
In Hwa menangis. San menyentuh kedua bahu In Hwa dan berkata dengan berlalunya waktu In Hwa pasti akan melupakan dirinya, dan kita....

San tak melanjutkan ucapannya ia berpesan agar In Hwa menjaga diri. San meninggalkan In Hwa sendirian yang terus menangis dan memanggilnya.
San duduk di ruang tunggu sambil memainkan bando milik Hae Joo. tekadnya sudah bulat ia harus mempelajari semuanya, belajar lebih baik untuk mengambil kembali apa yang menjadi milik keluarganya. (bye Park Ji Bin)
Hari-hari Hae Joo di kediaman keluarga Presdir Jang ia jalani dengan baik. Ia tentu saja tak ingin hanya makan dan numpang tempat tinggal gratis. Ia harus melakukan sesuatu. Ia pun membantu pekerjaan rumah di kediaman keluarga In Hwa. Mencuci piring dan membersihkan semuanya. Sampai ruang kerja Presir Jang pun ia bersihkan.
Ketika ia akan sedang membersihkan ruang kerja Presdir Jang ia tercengang karena disana banyak miniatur kapal. Semua jenis kapal yang dibuat di galangan kapal ada disini. Ia pun melihat dengan teliti sebuah miniatur kapal. Tapi suara Presdir Jang mengagetkannya, apa yang dilakukan Hae Joo di ruang kerjanya. Hae Joo berkata kalau ia sedang membersihkan ruangan.
Presdir Jang mengambil miniatur kapal yang ada di tangan Hae Joo dan mengingatkan kalau Hae Joo dilarang menyentuh barang-barang yang ada di ruang kerjanya. Hae Joo mengerti ia minta maaf.
Hae Joo penasaran dan bertanya apa miniatur kapal yang barusan itu kapal pengebor. Presdir Jang sedikit terkejut karena Hae Joo tahu tentang kapal pengebor. Hae Joo berkata kalau itu adalah kapal yang bisa memompa minyak dari dalam laut.

Presdir memuji ternyata Hae Joo tahu juga tentang hal ini. Hae Joo ingin tahu apa Presdir Jang akan membuat kapal seperti ini. Presdir Jang tak menjawabnya. Hae Joo berkata kalau ia mendengarnya di desa, bukankah desa digusur karena Presdir Jang ingin membangun lokasi pembangunan kapal disana.

Presdir Jang : “Jadi kenapa? Apa kau juga marah karena kau diusir karena aku?”

Hae Joo bilang tidak karena rumah itu bukan milik keluarganya jadi keluarganya tak memiliki hak untuk marah.

“Lalu?” tanya Presdir Jang.

Hae Joo berkata kalau ia hanya berfikir bagaimana caranya membangun kapal yang sangat mahal seperti itu. Presdir Jang bertanya apa Hae Joo ingin membuat kapal, Hae Joo mengiyakan. Presdir Jang menyampaikan kalau yang harus Hae Joo lakukan pertama kali adalah banyak belajar. Hae Joo tanya seberapa banyak ia belajar.

“Setelah kau lulus universitas, kau setidaknya harus belajar ke luar negeri.” Ucap Presdir Jang. Presdir Jang merasa kalau hal ini sepertinya bukan sesuatu yang bisa Hae Joo impikan. Hae Joo mengerti ia sendiri juga sadar kalau membuat kapal yang seperti itu sangat mahal.
In Hwa datang dan heran apa yang Hae Joo lakukan di ruang kerja ayahnya. Hae Joo berkata kalau ia tengah membersihkan ruangan. In Hwa kembali heran kenapa Hae Joo melalukan pekerjaan seperti itu bukankah lebih baik menyuruh Bibi pembantu saja untuk melakukannya. Ia meminta Hae Joo turun ke lantai 1 karena ibunya menyuruhnya memberikan sebuah baju untuk Hae Joo.
Hae Joo mencoba gaun cantik dan itu pas di badannya. Tapi sepertinya Hae Joo merasa tak nyaman mengenakannya. In Hwa memuji kalau Hae Joo terlihat cantik ketika memakai baju ini. “Baju yang cantik memberimu sayap. Lihat ini, karena kau di rumah kami kau bisa mengenakan pakaian seperti ini juga. Bukankah kau seharusnya berterima kasih?”

Hae Joo mengaku kalau baju ini kurang nyaman baginya jadi ia tak ingin mengenakannya. In Hwa sewot kalau ia bilang pakai ya Hae Joo harus pakai jangan cerewet.
In Hwa meminta pendapat ayahnya mengenai Hae Joo, bukankah Hae Joo terlihat cantik. Presdir Jang membenarkan. In Hwa meminta Hae Joo berputar, Hae Joo bingung kenapa harus berputar. In Hwa berkata kalau saat Hae Joo mengenakan baju ini Hae Joo harus berputar.

In Hwa menunjukan caranya berputar dengan lemah gemulai bak seorang penari balet. Hae Joo mengikuti gaya In Hwa tapi ia berputar sangat kaku seperti robot hahaha. Dan itu membuat Presdir Jang tertawa.
In Hwa meminta Hae Joo mengangkat rambut karena ia merasa kalau untuk model baju seperti ini dengan rambut diangkat pasti akan jauh terlihat lebih baik. In Hwa mengangkat rambut Hae Joo dan terlihatlah luka yang ada di leher belakang Hae Joo. Presdir Jang melihatnya dan terkejut. Ia pun teringat dengan si kecil Yoo Jin yang memiliki luka yang sama seperti Hae Joo.
In Hwa melihat kalau rambut Hae Joo lebih terlihat cantik kalau tergerai. Ia pun menggeraikan rambut Hae joo.
Presdir Jang keluar rumah tapi masih penasaran dengan luka di leher belakang Hae Joo. Kenapa luka itu bisa mirip dengan luka si kecil Yoo Jin bahkan tempatnya pun sama. Ia mulai berfikir yang bukan-bukan.
Presdir Jang melihat ibu keluar dari kediaman Park Gi Chul. Park Gi Chul juga keluar dari rumahnya. Presdir Jang akan bertanya pada ibu tapi Park Gi Chul langsung memotong menanyakan apa keperluan Presdir Jang. Presdir Jang meminta ibu menjawab pertanyaannya dengan jujur, “Hae Joo, apa dia putri kandungmu?”
Park Gi Chul tersentak kaget apalagi ibu ia tak mengerti kenapa Presdir Jang tiba-tiba bertanya seperti itu. Presdir kembali bertanya apa ada kemungkinan kalau ibu ini dulu mengadopsi Hae Joo. Park Gi Chul khawatir dan bertanya kenapa Presdir bertanya begitu.

Presdir menatap Gi Chul dan berkata bahwa ia tak bertanya pada Gi Chul jadi ia minta Gi Chul diam saja. Presdir Jang kembali bertanya apa Hae Joo benar-benar putri kandung ibu, apa ada kemungkinan ibu mengangkatnya menjadi anak.
Ibu : “Anda bicara apa? Omong kosong apa ini? Kenapa tiba-tiba? Kata siapa Hae Joo bukan putriku? Aku melahirkannya setelah mengadung. Apa anda menganaggap remeh kami karena kami orang miskin?”

Presdir Jang tak enak hati sudah bertanya lancang. Ia berkata bukan itu maksudnya. Ibu berkata kalau itu pikiran yang tak masuk akal, apa Presdir Jang tak melihat kalau wajah Hae Joo itu mirip dirinya. Bahkan kalau ia dan Hae Joo berada di pasar orang-orang bisa mengenali keduanya sangat mirip. Kalau ada orang yang mendengar mereka akan salah paham, omong kosong apa ini.

Park Gi chul melirik cemas ke arah ibu, ia tak menyangka kalau ibu akan mengatakan hal yang sebaliknya karena ia berfikir kalau ibu akan mengatakan hal yang sebenarnya. Presidr Jang minta maaf karena sudah salah sangka, ia mengajak Park Gi Chul bicara dengannya. Gi Chul mengikuti Presdir Jang. Ibu menatap bingung bagaimana Presdir Jang bisa tahu kalau Hae Joo itu bukan putrinya.
Presdir Jang ingin tahu apa yang sedang Gi Chul pikirkan sekarang. Gi Chul tak mengerti apa maksud pertanyaan Presdir Jang. Presdir Jang bertanya kenapa Gi Chul membawa keluarga Hae Joo ke rumahnya. 

Gi Chul berkata kalau Geum Hee yang memintanya untuk menerima keluarga Hae Joo sampai mereka memiliki tempat tinggal sendiri. Presdir jelas tak suka, apa Gi Chul sudah lupa bukankah Gi Chul bilang kalau Chun Hong Chul yang sudah membunuh Yoo Jin tapi kenapa Gi Chul membawa keluarga itu masuk ke rumah ini. Ia menilai kalau otak Gi Chul sangat tumpul tak bisa digunakan untuk berfikir. Ia bertanya apa Gi Chul tak merasa terganggu dengan kehadiran mereka, ia menyuruh Gi Chul agar mengirim mereka ke suatu tempat dengan segera.

Gi Chul bingung kalau itu ia lakukan apa yang harus ia katakan pada Geum Hee. Presdir Jang berkata kalau ia akan bepergian dengan istrinya jadi ia berharap Gi Chul bisa mengatasi masalah ini sendiri. “Karena kau yang membuat kekacauan maka kau yang bertanggung jawab. Harus malam ini, mengerti.

Gi Chul mengerti ia akan melakukannya. Setelah Presdir Jang pergi Gi Chul memutar otak apa yang harus ia lakukan agar keluarga Hae Joo cepat pergi dari rumah ini.
Gi Chul sampai di rumahnya. Ia berfikir keras langkah apa yang harus ia ambil, bagaimana caranya membuat keluarga Hae Joo pergi dari sini. Gi Chul mendapatkan ide. Gi Chul membuka selembar kertas. Sebuah kertas yang ia ambil dari baju Hong Chul. Nomor rekening dan nomor telepon rentenir.

Ia pun membuka amplop uang yang kemarin akan ia berikan pada Hong Chul tapi belum ia berikan. Ia akan menggunakan uang itu untuk membayar si rentenir. Gi Chul pun segera menghubungi si rentenir.

Malamnya si bos rentenir dan anak buahnya pun datang ke kediaman keluarga Presdir Jang.
Hae Joo kembali ke rumah Chang Hee usai mencoba baju baru pemberian keluarga In Hwa. Ia bahkan masih memakainya ketika kembali. Hae Joo meminta pendapat Chang Hee bagaimana penampilannya. Chang Hee terpesona ia melongo. Hae Joo heran dan bertanya apa ia terlihat aneh. Chang Hee berkata kalau Hae Joo terlihat cantik.
Melihat ibunya diam saja Hae Joo berkata pada ibunya kalau ia akan segera melepas baju ini karena ibunya tak suka ia menerima hadiah dari orang lain. Tapi ibu malah berkata kenapa bajunya mau dilepaskan karena menurutnya itu bagus untuk Hae Joo.

Sang Tae yang sedang asyik makan apel berkata bukankah waktu itu ibunya mengamuk ketika Hae Joo memakai baju pemberian ibunya In Hwa dan baju seperti itu tak pantas untuk keluarganya. Ia heran kenapa ibunya jadi berubah sikap seperti ini.
Dan brak... Tiba-tiba si bos rentenir dan anak buahnya masuk. “Aigoo. Bibi, lama tak bertemu. Tidak bayar hutang tapi bisa hidup nyaman begini.”

Mereka terkejut, Ibu cemas dan mengatakan kalau ini bukan rumahnya. Tapi menurut bos rentenir tetap saja ibu harus membayar kembali hutangnya. Ia bertanya kapan terakhir kali ibu membayar bunganya. Ibu terbata-bata mengatakan kalau suaminya sudah meninggal. Tapi menurut bos rentenir yang namanya hutang itu warisan karena ia tak bisa ke neraka menyusul Hong Chul untuk menangih hutang.

Bos rentenir akan menyentuh Hae Joo tapi tangan Chang Hee menepisnya. Chang Hee marah apa yang mereka lakukan di rumah orang. Anak buah bos rentenir maju menghadapi Chang Hee, “Kau diam saja. Kau tak ada urusannya dengan kami.”

Chang Hee menggertak, “Sebelum aku menelepn polisi keluar dari rumah ini sekarang.” Chang Hee pun akan menepon polisi tapi anak buah bos rentenir menariknya.
Hae Joo maju ia tak terima Chang Hee diperlakukan secara kasar, ia menatap tajam para rentenir. “Jangan menyentuh kakak ini, aku tak akan tinggal diam kalau kalian menyentuhnya!”

Si bos rentenir mencibir, “Oh mengerikan sekali. Kau tak bisa tinggal diam, kalau begitu apa yang harus kami lakukan?”

Apa Hae Joo seberani itu, sepertinya tidak. Ia sendiri juga ketakutan. Tepat saat itu Park Gi Chul datang dan pura-pura terkejut, siapa kalian?
Ok mereka pun berbicara dengan kepala dingin. Gi Chul bertanya apa keluarga Hong Chul berhutang sebanyak itu. Bos rentenir membenarkan, ia memandang ibu dan memberi saran bagaimana kalau ibu jual saja salah satu putri ibu. Ibu diam saja tak tahu harus bagaimana.

Park Gi Chul berkata kalau ia yang akan membayarnya. Ia akan membayar semua hutang keluarga Hong Chul tapi sebagai gantinya bos rentenir jangan lagi mengganggu keluarga ini. Si Bos rentenir tentu saja senang. Ibu yang terkejut tak yakin apa benar Gi Chul akan membayarkan hutang keluarganya kenapa Gi Chul melakukan ini. Gi Chul berkata kalau Hong Chul meninggal karena dirinya. Kalau saja Hong Chul tak datang ke Ulsan untuk mencarinya Hong Chul pasti tak akan tertimpa musibah. Tapi ibu menilai ini terlalu berlebihan karena hutangnya tak sedikit.

Gi Chul mengajukan permohonan pada ibu, ia akan membayar semua hutangnya asalkan ibu dan keluarga meningggalkan Ulsan dan kembali ke Hae Nam. Hae Joo dan Chang Hee terkejut dengan usul Gi Chul.
Park Gi Chul berjanji kalau ia akan membayar semua hutang. Ia pun bertanya pada rentenir kalau hutangnya sudah diluasi bukankah tak ada masalah bagi keluarga Hae Joo untuk kembali ke rumah mereka yang ada di Hae Nam. Bos rentenir bilang tentu saja.

Gi Chul memohon agar ibu segera kembali ke Hae Nam karena sejujurnya keberadaan keluarga Hae Joo di Ulsan itu membuatnya merasa tak nyaman. Kalau tidak ia harus minta tolong lagi pada Presdir tapi ia sudah banyak berhutang budi pada Presdir Jang katanya sambil menatap anak-anak. Ibu kembali bertanya apa Gi Chul benar-benar akan membayarkan semua hutang itu. Gi Chul mengangguk.
Gi Chul pun membayar si rentenir di luar. Ia mengingatkan kalau mereka harus memegang janji kesepakatan. Bos rentenir mengerti jadi Gi Chul tak perlu khawatir pastikan saja sisa uangnya segera di transfer. Ia mengajak anak buahnya pergi.
Gi Chul akan kembali ke rumahnya. Ia berpapasan dengan Chang Hee dan Hae Joo. Gi Chul bertanya kenapa mereka berdua ada disini.

Hae Joo berterima kasih dan merasa berhutang budi atas bantuan Park Gi Chul. Ia sadar bukankah keadaan ekonomi Gi Chul sendiri sudah cukup sulit tapi Gi Chul sudah mengambil alih hutang keluarganya yang cukup besar. Ia tak tahu bagaimana caranya membalas budi kebaikan Gi Chul.  

Chang Hee juga minta maaf pada ayahnya karena selama ini ia sudah salah paham terhadap ayahnya. Ia tak menyangka kalau ayahnya akan bertindak sebaik ini. Gi Chul tak ingin bicara apa-apa lagi ia menyuruh kedua anak ini cepat tidur.
Gi Chul berlalu, tiba-tiba Chang Hee menggenggam tangan Hae Joo memberikan sesuatu. Gi Chul berbalik dan kedua anak ini segera melepas genggaman tangan mereka. Gi Chul menyuruh putranya cepat masuk dan tidur. Chang Hee mengerti ia mengikuti ayahnya.

Setelah kedua ayah dan anak ini pergi Hae Joo membuka tangannya. Ia ingin tahu apa yang Chang Hee berikan padanya, sebuah surat. (Hmm jari Hae Joo cantik ya. Sebagai orang yang miskin terlalu cantik memiliki jemari seperti itu)
Keesokan harinya, keluarga Hae Joo pun bersiap akan kembali ke Hae Nam. In Hwa sedih melihatnya. Ia tak ingin berpisah dengan Hae Joo. Ia mengatakan kalau ibunya akan mencarikan tempat tinggal untuk keluarga Hae Joo di Ulsan tapi pada akhirnya Hae Joo tetap tak mendengarkan apa perkataannya. Ia meminta ibu Hae Joo untuk mempertimbangkan kepindahan ini lagi. Tapi ibu juga merasa sudah tak betah tinggal di Ulsan. Ibu segara naik ke mobil.

In Hwa sebenarnya tak ingin membiarkan Hae Joo pergi, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa. Pokoknya Hae Joo harus sering berkunjung ke rumahnya saat liburan musim dingin nanti dan sering-seringlah Hae Joo meneleponnya. Hae Joo mengerti ia akan melakukannya bukankah ia sudah bilang berkali-kali kalau ia akan melakukan itu.

In Hwa menangis karena semua orang yang ia sayangi pergi satu persaru, “Kak San tak lagi disini dan sekarang kau juga.” Gi Chul menyuruh Hae Joo cepat naik ke mobil. Sebelum pergi Hae Joo mengucapkan terima kasih pada Gi Chul untuk semuanya. Hae Joo pun segera naik ke mobil bak terbuka ia duduk di bagian belakang bersama Sang Tae.

Hae Joo melihat sekeliling tapi tak ada orang yang ia cari, Chang Hee. Perlahan mobil pun berjalan meninggalkan kediaman keluarga Presdir Jang. Hae Joo dan In Hwa melambaikan tangan.
Hae Joo melihat Chang Hee berdiri memandangnya dari kejauhan, tatapan mata Chang Hee sedih karena ia harus berpisah dengan Hae Joo.
Hae Joo pun membaca surat yang ditulis Chang Hee untuknya.

Hae Joo, sampai bertemu lagi. Dimanapun kau berada kau harus menghubungiku. Kalau kau khawatir tentang ayahku, kau bisa mengirimkan surat ke sekolahku. Untuk orang sepertiku yang hanya memiliki kepedihan dan kegelapan, kaulah satu-satunya yang pertama kali mengajarkanku untuk tersenyum dan melihat cahaya dalam hidupku. Karena kau, aku tahu kalau dunia tak selalu tanpa harapan. Aku juga menemukan tujuan hidupku dan mengapa aku harus melalui semua badai dalam hidupku.

Kau ingat perkataanku kan? Mimpi bahwa kau ingin memiliki sebuah kapal kecil. Aku juga mengingat apa yang pernah aku katakan. Mimpiku adalah bahwa suatu hari aku ingin memiliki sebuah galangan kapal besar. Jangan pernah melupakan mimpi itu karena kau percaya pada dirimu maka aku juga akan percaya pada diriku. Saat malam gelap pergi maka cahaya terang akan datang. Sampai bertemu lagi, jaga dirimu baik-baik

Hae Joo tersenyum membaca surat Chang Hee.
Sang Tae penasaran apa yang sedang Hae Joo baca. Hae Joo segera menyimpan suratnya dan berkata bukan apa-apa.
Mobil yang dinaiki Hae Joo melintasi tepi pantai laut Ulsan. Hae Joo meminta supir untuk berhenti sebentar. Hae Joo langsung turun dan berlari menuju tebing karang tempat ia menaburkan abu ayahnya.
“Ayah aku akan pergi. Aku akan kembali ke kampung halaman kita. Meskipun aku pergi, Ayah jangan bersedih. Suatu hari aku pasti kembali dan menemuimu lagi. Aku akan menjaga keluarga kita baik-baik dan akan tetap manjadi kuat dan berani. Jadi ayah jangan khawatirkan tentang itu. Ayah aku pasti kembali. Jadi tolong baik-baik disini. Ayah, aku mencintaimu.”

Hae Joo tersenyum menitikan air mata.
Presdir Jang kembali setelah bepergian dengan istrinya. Keduanya berpapasan dengan Bibi pembantu yang terus ngomel sambil membawa kardus besar. Ia ngomel karena keluarga Hae Joo meninggalkan barang-barang yang tak berguna begitu saja. Geum Hee tanya apa yang dibawa pembantunya.

Bibi pembantu memberi tahu kalau keluarga Hae Joo sudah pergi tapi mereka seenaknya saja pergi tanpa membersihkan sampah dan meninggalkan semua ini di taman. Geum Hee merasa kalau mereka mungkin terburu-buru jadi barang-barang itu lebih baik dibuang saja.
Geum Hee akan ke rumah tapi ia melihat sesuatu di dalam kardus itu. Baju rajutan kuning. Geum Hee yang penasaran pun mengambilnya. Tangannya gemetaran, “Baju ini apa ini dibuang oleh keluarga Hae Joo?”

Bibi pembantu mengiyakan, Presdir Jang melihatnya dan terkejut kalau baju itu ternyata masih ada. Geum Hee langsung menangis menyebut nama Yoo Jin. Ia bertanya pada bibi pembantu dimana Park Gi Chul.

Bibi pembantu tak mengerti kenapa majikannya menangis seperti ini karena sebuah baju yang ditinggalkan keluarga Hae Joo. Geum Hee tak sabar dan membentak menyuruh bibi pembantu memanggilkan Park Gi Chul.
Di dalam rumah dengan tangan gemetaran Geum Hee bertanya pada Gi Chul bagaimana baju ini bisa ada disini. Kenapa baju Yoo Jin ada ditumpukkan sampah keluarga Hae Joo. Park Gi Chul tak tahu harus menjelaskannya bagaimana.

Presdir Jang berkata kalau istrinya pasti sudah salah. Bukankah kejadian itu sudah lama sekali bagaimana mungkin baju ini.....

Geum Hee meyakinkan kalau baju ini ia sendiri yang merajutnya. Ia sendiri yang memakaikan baju ini pada Yoo Jin dan motif kapal ini juga ia yang merajutnya. Ia ingin Park Gi Chul mengatakan sesuatu tentang baju ini kenapa baju ini bisa ada pada keluarga Hae Joo.

Park Gi Chul terbata-bata mengatakan kalau ia tak tahu. Geum Hee menebak apa mungkin kalau Yoo Jin masih hidup. “Apa mungkin... kalau anak itu... Hae Joo itu Yoo Jin?” Park Gi Chul menyangkal tak mungkin. Geum Hee bertanya bagaimana Gi Chul bisa yakin kalau itu bukan Hae Joo karena menurutnya mungkin saja keluarga itu mengadopsi Hae Joo.

Gi Chul terus menyangkal kalau itu tak benar karena beberapa kali ia menemui ibu Hae Joo di Hae Nam ketika sedang hamil. Ia tak mengerti bagaimana Geum Hee bisa berfikir hal yang tak masuk akal seperti itu. Presdir Jang membenarkan, istrinya hanya terlalu berlebihan.

Geum Hee manangis marah kalau begitu bagaimana baju ini tiba-tiba ada bersama mereka.

Presdir Jang bukan tipe pria yang mengabaikan hal ini begitu saja, ia jelas ingin terlihat peduli pada Yoo Jin di depan Geum Hee. Ia ingin terlihat sebagai pria baik di depan wanitanya. Ia tanya bukankah Gi Chul tahu tempat tinggal Hae Joo yang di Hae Nam, ia menyuruh Gi Chul kesana dan mencari tahu kenapa mereka bisa memiliki baju ini.

Gi Chul mengerti ia akan melaksanakan tugasnya tapi Geum Hee tak ingin Gi Chul pergi sendiri, ia juga ingin memastikannya sendiri. Ia ingin ikut ke Hae Nam.
Gi Chul segera kembali ke rumahnya dan merubah rencana. Ia menghubungi bos rentenir dan menyuruh kalau mereka tak boleh berada di Hae Nam. “Dengarkan aku baik-baik anak yang dipanggil Hae Joo itu dia sama sekali tak boleh berada di Hae Nam.”
Park Gi Chul, Geum Hee dan Presdir Jang menuju Hae Nam. Ketika sampai disana mereka tak menemukan satu pun anggota keluarga Hae Joo. Rumah itu terlihat berantakan tak terurus. Geum Hee pun bertanya apa benar ini rumahnya. Apa mereka benar mengatakan kalau akan kembali kesini. Gi Chul mengiyakan.

“Kalau begitu kenapa mereka tak ada disni? Kemana mereka pergi?” Geum Hee panik.
Dan ternyata para rentenir itu menyekap mereka di gudang. Hae Joo tak mengerti dan berkata kalau ini tak adil bukankah mereka berjanji akan mengantar keluarganya kembali ke rumah di Hae Nam.

Bos rentenir berkata kalau ia ini bukan tipe orang yang menepati janji. Ibu juga tak mengerti kenapa mereka melakukan ini padanya. Apa yang mereka inginkan. Bos rentenir berkata kalau tak ada yang ia inginkan jadi diam saja dan tenang disini.

Mereka pun keluar mengunci Hae Joo dan yang lain. Hae Joo menggedor pintu meminta dikeluarkan.
Anak buah si bos rentenir bertanya apa yang harus mereka lakukan sekarang. Si bos bilang kalau sesuai perjanjian mereka akan mengirim anak perempuan yang besar itu ke pulau. Anak buahnya kembali bertanya bagaimana dengan yang lain, si bos menyuruh anak buahnya yang mengurus ia sendiri sudah pusing.
Hae Joo terus berteriak dan menggedor pintu. Sang Tae menyuruh adiknya jangan begitu bagaimana kalau mereka masuk dan menyiksa. Hae Joo tak peduli pokoknya pintu terbuka dulu.

Ibu melihat sekeliling ruangan dengan cemas. Young Joo menangis ketakutan. Melihat adiknya menangis Hae Joo langsung memeluknya dan menghibur mengatakan anggap saja Young Joo sedang bermain petak umpet.
Geum Hee masih menunggu di depan rumah Hae Joo yang di Hae Nam. Ia menunggu tak sabar dan cemas. Presdir Jang mengajak istrinya lebih baik pulang saja karena di rumah anak-anak menunggu mereka. Tapi Geum Hee tak mau ia harus memastikannya lebih dulu kenapa keluarga Hae Joo bisa menyimpan baju itu. 

Presdir Jang berkata kalau tak ada yang bisa menjamin kalau baju itu Geum Hee yang merajutnya karena menurutnya kuning adalah warna yang umum dan motif kapal semua orang juga bisa membuatnya. Tapi 

Geum Hee meyakinkan kalau baju ini ia sendiri yang merajutnya meskipun itu sudah bertahun-tahun ia masih bisa mengingatnya dengan jelas. Ia bahkan melihat baju ini dalam mimpinya maka dari itu ia harus menemui Hae Joo. Presdir Jang tak tahu lagi harus menyangkalnya bagaimana ia melirik ke Gi Chul agar mengatakan sesuatu.
Gi Chul berkata mungkin saja baju itu untuk adiknya Hae Joo yang bernama Jin Joo, ibunya mungkin menemukan baju itu disuatu tempat. Karena mereka tak punya uang Ibu Hae Joo pernah bilang kalau dia sering mengambil baju bekas. Geum Hee berkata kalau begitu ia harus menemui ibunya. Ia harus bertanya dimana Ibu Hae Joo menemukan baju ini.
Hae Joo sekeluarga yang masih disekap di gudang mereka berusaha untuk keluar. Hae Joo dan ibu menggali bagian bawah pintu. Setelah dirasa cukup ibu mendorong batu penyanggal dengan kakinya. Tapi ibu merasa kalau lubang ini tak cukup untuk mereka keluar.
Hae Joo mendapatkan ide, ia memanggil Young Joo, “Young Joo bisakah kau keluar dari lubang ini? Karena kau kecil aku rasa kau bisa melakukannya.”

Ibu membenarkan Young Joo pasti bisa keluar melalui lubang itu. Young Joo menurut ia menunduk berusaha keluar melalui celah kecil. Ibu terus memberi Young Joo semangat untuk keluar, “Bagus sekali Young Joo. Sedikit lagi. Anak pintar.”

Dan Young Joo pun berhasil keluar.
Young Joo berdiri di atas batu berusaha membuka kunci pintu tapi apa daya ia tak bisa menggapainya.
Ibu menyuruh Young Joo mencari sesuatu yang bisa dinaiki. Young Joo celingukan dan menemukan sebuah balok kayu. Ia pun menariknya sekuat tenaga dan menaruhnya tepat di atas batu.
Young Joo kemudian berdiri di atasnya dan kembali berusaha membuka kunci pintu (ceroboh banget si rentenir masa ngunci pintu cuma pakai kawat yang dikaitkan ga pakai gembok yang terkunci haha) Young Joo pun berhasil membukanya.
Hae Joo langsung memeluk adiknya dan memuji kalau Young Joo sudah berhasil menyelamatkan mereka semua. Young Joo tersenyum senang.

Ibu bilang sudah tak ada waktu lagi mereka harus bergegas pergi sebalum para panjahat itu kembali. Sang Tae tanya bagaimana dengan-barang bawaan mereka. Ibu bilang itu tak penting ia mengajak anak-anaknya segera meninggalkan tempat ini sebelum mereka datang.
Tapi Hae Joo teringat sesuatu ia kembali ke dalam gudang untuk mengambil sesuatu. Ibu berteriak apa yang Hae Joo lakukan kenapa kembali ke dalam. Hae Joo ternyata mengambil miniatur kapal pemberian San. Ibu berteriak kesal kenapa disaat genting seperti ini Hae Joo membawa benda itu.
Mereka akan pergi tapi mereka melihat para rentenir itu kembali. Mereka pun sembunyi.
Bos renternir heran kenapa pintu gudangnya terbuka. Mereka pun segera masuk untuk melihatnya dan ternyata tawanan mereka sudah tak ada. Hae Joo menitipkan kapal miliknya pada ibu. Ia mengintip melihat keadaan sekeliling.

Anak buah bos rentenir memberi tahu bos-nya kalau mereka semua melarikan diri. Bos jelas marah ia menyuruh anak buahnya menangkap anak perempuan yang besar (Hae Joo) yang lainnya ia tak peduli. Ia menyuruh anak buahnya cepat.
Sang Tae bertanya apa yang harus mereka lakukan. Young Joo merengek ketakutan. Hae Joo punya ide tapi ini cukup berbahaya, ia ingin menyelamatkan keluarganya. Oleh karena itu ia akan memancing penjahat itu agar mengejarnya sementara itu ibu dan yang lain lari meyelamatkan diri. “Ibu aku tak tahu ini dimana, tapi ayo berjanji untuk bertemu di terminal bus antar kota nanti.”
Hae Joo akan pergi tapi ibu tak mengizinkannya. Hae Joo meminta ibunya tak perlu khawatir bukankah ibunya tahu kalau ia sangat cepat. Tapi ibu cemas ia tak ingin terjadi apa-apa pada Hae Joo. Hae Joo berpesan pada kakaknya agar menjaga adik-adik dengan baik. Sang Tae mengangguk mengerti.
Hae Joo pun segera berlari dan berteriak memanggil si rentenir untuk mengalihkan perhatian agar keluarganya bisa melarikan diri. Hae Joo berlari sekencang mungkin, mereka mengejarnya. Ibu menangis cemas melihatnya.
Sampai malam hari Geum Hee masih berada di Hae Nam. Kini ia berada di terminal bus berusaha mencari Hae Joo. Ia bertanya pada orang-orang apa mengenal Hae Joo tapi tak ada yang tahu. Ia berputar-putar bertanya kesana kemari dengan kepanikannya.
Ibu dan yang lainnya pun berada di terminal (ga tahu terminal mana) mereka cemas menunggu kedatangan Hae Joo. Mereka khawatir kenapa Hae Joo belum juga datang.
Ternyata Hae Joo tertangkap. Hae Joo dipanggul dibawa ke sebuah dermaga. Hae Joo ingin tahu kemana mereka akan membawanya pergi. Bos rentenir berkata kalau lebih baik Hae Joo tak tahu kemana mereka akan membawa Hae Joo. Hae Joo panik dan meronta ia memukul-mukul orang yang memanggulnya.
Hae Joo dinaikan ke sebuah kapal kecil (kayak kapal nelayan) Hae Joo tak mengerti kenapa Bos rentenir melakukan ini padanya. Ia mengatakan kalau adiknya masih sangat kecil dan keluarganya membutuhkan dirinya. Kalau bos rentenir melakukan hal ini karena hutang ayahnya ia berjanji pasti akan melunasinya. Hae Joo memohon agar ia dilepaskan. Tapi bos rentenir tak mau tahu ia menyuruh Hae Joo berhenti bicara.
Hae Joo melawan dan menggigit lengan si bos. Bos rentenir berteriak kesakitan. Hae Joo mencoba lari ia mendorong salah satu anak buah bos rentenir hingga tercebur. Hae Joo segera lari cepat. Mereka pun mengejar Hae Joo.
Hae Joo terus berlari menghindari kejaran hingga ke tepi tebing batu karang. Tapi kini ia terpojok karena di depannya tebing laut. Bos rentenir meminta Hae Joo berhenti membuat masalah dan menyerah padanya. Tapi Hae Joo tak mau ikut dengan mereka, ia menatap bawah tebing dengan air laut yang dalam.
“Ayah tolong selamatkan aku!” Ucap Hae Joo penuh harap. Dengan penuh keyakinan dan tekad yang bulat karena tak mau ditangkap oleh si rentenir Hae Joo pun melompat ke laut. Bos rentenir akan menggapainya tapi tak sampai karena Hae Joo sudah terlanjur menjatuhkan diri ke laut.
Si bos cemas ia tak melihat tubuh Hae Joo keluar dari laut. Tubuh Hae Joo pun semakin lama semakin tenggelam ke dasar laut.


Ok ternyata sampai disini saja untuk karakter remajanya. Di episode mendatang kita akan bertemu dengan karakter dewasanya. Good Job buat semua pemain remaja. Mereka aktor dan aktris berbakat. Seo Young Joo (Jang Il Moon) huwaaaaa Noona ini pasti merindukan aktingmu. Noona akan menunggu dengan sabar link download movie-mu ckckck.

Hahaha nulisnya lama ya. Lagi repot ckckck. Saya ingin menulisnya dengan sepenuh hati jadi ga mau buru-buru.

1 comment:

  1. makasih un, udah ngasih sinopsis my queen. ane penasaran ma drama ini soalnya ada bang jae won yang gantengnya kagak bisa di ampunin, tapi males banget buat download, soalnya episodenya lumayan nguras memori kompi ane. hehehe
    di tunggu episode selanjutnya ya un, soalnya abang jae udah muncul ya???

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.