Wednesday 24 October 2012

Sinopsis May Queen Episode 9

Hae Joo berlari sampai ke tepi tebing batu karang ketika ia dikejar-kejar rentenir. Ia terpojok. Bos rentenir yang sudah lelah mengejar meminta Hae Joo berhenti membuat frustasi dan ikut dengannya.

Tentu saja Hae Joo tak mau ditangkap. Ia menatap tebing laut curam yang ada di depannya dan berdoa, “Ayah tolong selamatkan aku!” Hae Joo pun menceburkan diri ke laut. Bos rentenir akan menangkapnya tapi sayang ia tak bisa menggapainya.
Bos rentenir menatap cemas tapi Hae Joo tak juga muncul ke permukaan. Tubuh Hae Joo semakin tenggelam ke dasar laut, matanya terpejam.
Terdengar suara ayahnya, “Hae Joo tak peduli betapa beratnya dunia. Tak peduli betapa kuat ombak yang menarpa, selama kau mengingat perasaan ini kau bisa melewati semuanya. apa kau mengerti? Saat kau menutup matamu, meskipun semua gelap dan kau tak bisa melihat apapun bukan berarti tak ada cahaya di dunia ini. Jadi janganlah gentar, paham?”
Di dalam air tiba-tiba Hae Joo membuka mata. Ia melihat sekeliling dan segera berenang ke permukaan. Hae Joo sudah berada di permukaan ia berusaha mengatur nafasnya. Ia melihat sekeliling laut malam yang gelap dan ketika ia berbalik dilihatnya lampu kota yang terang. Ia tersenyum dan segera berenang kesana.
15 tahun kemudian. Di provinsi Gu Jae disebuah pabrik pengelasan. Terlihat kesibukan beberapa pekerja yang tengah mengelas.
“Teknisi Chun!” panggil seseorang sambil menepuk. Seseorang yang dipanggil teknisi Chun segera membuka penutup wajah dan bertanya ada apa. Yeah itu Hae Joo.

Bos Hae Joo yang memanggil itu meminta Hae Joo ikut dengannya. Tapi Hae Joo kesal karena ia sudah sangat sibuk kenapa dipanggil. Bos mengajak Hae Joo menemui pekerja lain yang baru saja selesai mengelas.
Bos bilang kalau pekerja ini bilang padanya dia sedikit paham tentang pengelasan makanya ia izinkan pekerja itu untuk mengelas tapi dia malah merusaknya.
Hae Joo memeriksa hasil las pekerja itu dengan cara menepuk dan mendengarkan suaranya, “Saat kau mengetes UT hasilnya hanya 20 Mhz kan?” tebak Hae Joo.
Pekerja itu heran darimana Hae Joo tahu. Ini jelas membuat Hae Joo kesal karena ia harus melakukan pengelasan dari awal lagi. Ia menyuruh pekerja itu mengambil mesin gouging agar ia bisa mengulangnya.
Ok inilah aksi Hae Joo. Sebelum mengelas ia harus membuka hasil pengelasan yang salah dulu baru kemudian mengelasnya ulang dan tentu saja hasilnya bagus hehe, Bos memuji kemampuan Hae Joo.
Hae Joo berkata kalau ia mengerti semua ini, “Kalau kau tak bisa melihat keretakan tapi kalau kau memastikan untuk melelehkan jarak antara pengelasan terakhir maka tidak akan ada kerusakan. Dan juga ketika mengelas pastikan kalau sambungan selang sudah benar-benar tersambung. Kau tahu kalau pelindung tidak dilakukan dengan baik itu bisa menimbulkan kantong gas.” jelas Hae Joo.

Bos mengumpat pekerja yang tak becus itu, “Kalau kau mau dipanggil sebagai teknisi kelas A maka kau harus memanggil teknisi Chun sebagai dewa pengelas.”

Hae Joo kesal dengan bos-nya yang bisanya cuma ngomong doank, ia minta gajinya juga dinaikkan. Si Bos berkata lembut apa Hae Joo pikir ia memiliki kekuasaan menaikkan gaji tapi sebagai ganti karena Hae Joo bisa menyelsaikan pengelasan ia akan mentaraktir Hae Joo.

Hae Joo malas dan meminta lupakan saja. Karena ia harus keluar sebentar ia minta tolong agar pekerjaannya diselesaikan. Si bos heran kemana Hae Joo akan pergi bukannya akan makan siang. Hae Joo tersenyum dan berkata kalau ia akan segera kembali.
Hae Joo mengendarai motor besarnya menuju suatu tempat. Ia tersenyum menatap jalanan yang dilaluinya.
Hae Joo sampai disebuah pasar, ia akan mengambil pesanan ikannya. Sambil membawa pesanannya Hae Joo mengambil beberapa kepiting sebagai bonus. Hae Joo berkata kalau ia ini pelanggan tetap jadi ia berhak menerimanya. Bibi penjual tentu saja kesal apa Hae Joo tak tahu berapa harga kepiting itu.
Hae Joo memeluk dan memberikan sebuah kecupan pada si Bibi penjual sebagai imbalan atas diambilnya beberapa kepiting. Ia tersenyum dan mendoakan semoga dagangan si Bibi laris.
Hae Joo kembali mengendarai motornya menuju rumah. Hae Joo berhenti dan melihat ada sebuah mobil yang terparkir di tempat ibunya berjualan. ia menatap heran. Ia pun melanjutkan perjalannya menuju rumah yang tak begitu jauh dari tempat mobil itu terparkir.
Di dalam rumah Hae Joo melihat ibunya tiduran di lantai, ia langsung berteriak membangunkan ibunya, “Omma..” hingga membuat ibu terkejut.

Ibu mengeluh kenapa Hae Joo teriak-teriak. Hae Joo heran kenapa ibunya masih bisa tidur di siang hari seperti ini apa ibunya tak bekerja. Ibu berkata bagaimana mungkin ia bekerja di siang hari ia sudah kelelahan setengah mati karena bekerja sampai subuh. Ibu menyuruh Hae Joo membiarkan saja ikan-ikan itu lebih baik makan saja dulu.
Sang Tae keluar dari kamar dan minta makan pada ibunya. Hae Joo heran melihat kakaknya ada di rumah apa kakaknya ini tak pergi bekerja. Sang Tae mencari alasan kalau ia mampir ke rumah untuk makan siang. Tapi Hae Joo jelas tak percaya karena tampang kakaknya ini menunjukan kalau dia baru saja bangun tidur.
Ketika keduanya makan Hae Joo mengkritik pekerjaan kakaknya, bagaimana kakaknya bisa memiliki pelanggan kalau cara berjualannya saja seperti ini. “Kau bahkan akan kesulitan mendapatkan satu pelanggan meski kau sudah berkeliling sampai sepatumu terbakar.”

Sang Tae melihat makanan yang ada dan mengeluh apa hanya ini lauk yang disediakan ibunya.

Hae Joo ingin tahu apa kakaknya berhasil menjadi sales asuransi. Ia bertanya kakaknya tidak sedang menyombongkan diri dan akan keluar dari pekerjaan setelah satu bulan kan. Sang Tae kesal adiknya sangat cerewet, “Aku ini kakakmu kenapa kau terus menerus menggangguku?”
Ibu heran melihat Hae Joo yang tak segera makan bukankah Hae Joo akan kembali ke pabrik. Hae Joo pun akan memakan nasinya tapi ia teringat dengan mobil yang ia lihat tadi. Ia heran kenapa orang-orang memarkir mobil di tempat jualan orang, ia menyuruh kakaknya menghubungi polisi agar mobil itu diderek. 

Ibu dan Sang Tae bertatapan. Sang Tae berkata kalau mobil itu miliknya. Hae Joo jelas kaget. Ibu membela Sang Tae dan berkata kalau ia yang membeli mobil memangnya kenapa. Hae Joo meninggikan suaranya, “Ibu!” Ibu terkejut mendengar suara Hae Joo yang tinggi, “Gadis ini. Aku tak tuli jadi berhenti berteriak.”
Hae Joo jelas marah kenapa kakaknya membutuhkan mobil. Ibu berkata bukankah Sang Tae ini seorang salasman. Sang Tae bertanya apa Hae Joo ingin dirinya berlari dengan kaki ketika bekerja, bukankah kalau ia dengan tampannya menyetir diatas mobil akan bisa berkeliling bekerja lebih jauh.
Hae Joo memeriksa kondisi mobil dan ia pun bertambah kesal. Ia ingin tahu berapa yang mereka membayar mobil ini. Ibu berusaha mengingat-ingat, berapa ya?

Hae Joo yang sudah kesal kembali meninggikan suara memberi tahu kalau mesin mobilnya sudah rusak bahkan kilometernya sudah 100rb km. Tapi Sang Tae berkata kalau kilometernya belum sampai 50rb.
Hae Joo memberi tahu kalau odometernya sudah dipalsukan, ia berteriak lagi apa kakaknya ingin melihatnya menjadi gila. Ibu berusaha menengahi dan berkata bukankah Hae Joo kemana-mana naik motor kenapa meributkan tentang ia yang membeli mobil untuk Sang Tae.

Sang Tae meminta ibunya tak bicara lagi karena menurutnya Hae Joo sudah sangat marah. Hae Joo berkata kalau motornya itu ia membeli onderdilnya satu persatu dan merakitnya sendiri jadi bagaimana mungkin itu dibandingkan dengan mobil rongsokan ini. Ibu bilang kalau begitu rakitkan juga mobil untuk Sang Tae. Sang Tae mengangguk setuju. Hae Joo menutup mobil keras dan menatap marah ibu dan kakaknya.
Tepat saat itu Hae Joo menerima SMS. Ia terkejut dan bergegas ke rumah membuat ibunya terheran-heran. Sang Tae yang tak tahu kenapa Hae Joo tergesa-gesa ia tak mempedulikannya yang penting ia lega karena Hae Joo tak marah-marah lagi. Tapi Sang Tae malah mendapat tabokan dari ibunya, “Dasar brengsek bukankah sudah kubilang jangan percaya pada orang itu.”
Hae Joo ke kemar dan mengecek pesan yang masuk di laptopnya untuk memastikan. Surat lamaran Hae Joo diterima di perusahaan Cheon Ji dan ia harus mengikuti interview terakhir di kantor Pusat Departemen Kelautan. Hae Joo senang bukan main, ia memandang foto ayahnya. “Ayah aku berhasil.”
Beberapa mobil berhenti di depan kantor sebuah perusahaan dan keluarlah beberapa orang dari kejaksaan salah satunya Park Chang Hee. Tapi pegawai perusahaan itu menghalangi petugas kejaksaan. Terjadilah keributan diantara mereka. Salah satu petugas kejaksaan mengingatkan kalau mereka ikut campur dalam perintah pencarian dan penyitaan mereka akan ditangkap karena dianggap melawan hukum. Tapi pegawai perusahaan tak mengizinkan petugas kejaksaan masuk.
Chang Hee menatap sekeliling ia menemukan tabung pemadan kebakaran. Ia mengambil dan melemparkannya ke pintu kaca. Yang Chang Hee lakukan membuat mereka semua terdiam.
Pimpinan perusahaan pun keluar dan marah-marah. Chang Hee mengenalkan diri sebagai utusan dari Satuan Investigasi Spesial Ulsan. “Bukankah anda sudah melihat surat penggilan yang aku kirimkan? Karena tak ada tanggapan makanya kami langsung kemari.”

Salah satu dari mereka berkata bukankah tindakan Chang Hee ini terlalu berlebihan, “Apa kau tak tahu kalau seorang jaksa melakukan pengrusakan terhadap properti orang lain itu berarti melanggar peraturan prosedur kriminal.”
Dengan santai Chang Hee berkata kalau begitu ia bersedia dituntut. Tapi sebagai gantinya mereka harus mematuhi hukum pasal 119 bab 1-1 tentang pelanggaran menghalangi petugas yang melaksanakan surat perintah.

Sepertinya ancaman Chang Hee mempan, mereka meminta daftarnya. Mereka membaca dokumen yang dibawa Chang Hee dan terkejut. Mereka menilai kalau Chang Hee sudah gila karena hal ini sama saja dengan melarang mereka menjalankan bisnis.

Chang Hee kembali mengingatkan maka dari itu mereka harus datang lebih awal karena ini juga menyulitkan dirinya. Mereka jelas tak mau dipanggil ke kejaksaan untuk apa mereka kesana. Chang Hee menantang apa mereka mau ia datang membawa surat penangkapan. Apakah ia juga harus mengizinkan wartawan mengambil foto saat mereka diborgol. Kalau itu keinginan mereka akan ia lakukan. Chang Hee memberi mereka waktu 5 detik ia mengajak petugas kejaksaan yang lain pergi.
Tapi sebelum Chang Hee pergi mereka memanggil Chang Hee, sepertinya berubah pikiran. Chang Hee berbalik menatap tajam.
Di sebuah rumah mewah di tepi pantai laut Ulsan (sumpeh nih rumah keren banget di tepi laut, gede lagi) dan itu ternyata rumah kediaman Presdir Jang Do Hyun.
Chang Hee masuk ke halaman rumah itu. Ia dan ayahnya ternyata masih tinggal bersama keluarga Presdir Jang. Chang Hee bertanya apa Presdir sudah pulang. Penjaga disana mengatakan kalau Presdir Jang belum sampai. Park Gi Chul keluar dari rumah menyapa putranya.
Gi Chul dan Chang Hee masuk ke kediaman mereka. Gi Chul menanyakan apa Chang Hee pulang lebih awal karena ingin menemui Presidr Jang. Chang Hee menjawab ya tapi sekarang ia ingin mandi dulu. Tapi Gi Chul menahannya ia mengambilkan tonik untuk putranya. Gi Chul mengatakan kalau ia pergi jauh-jauh ke Gyeongju untuk mendapatkan resep dari dokter tradisional terkenal. Katanya ini suplemen terbaik untuk tubuh disaat musim panas. Ia merasa sepertinya Presdir Jang juga meminumnya.
Chang Hee merasa kalau tonik ini lebih baik untuk ayahnya. Gi Chul memaksa karena ia sengaja membawakan ini untuk putranya. Chang Hee menerima dan meminumnya
(hmm... kok sama kayak tonik yang diminum Om Jung Rok ya)

Selesai meminum tonik Chang Hee segera mandi, Park Gi Chul meminum sisa tonik yang diminum putranya.
Gi Chul mendengar ponsel Chang Hee berbunyi, ia mengambilnya dari saku jas putranya. Ada SMS masuk, Gi Chul berseru kalau itu SMS dari atasan Chang Hee. Chang Hee belum sempat mandi dan segera keluar membaca SMS yang dikirim padanya. Ia membaca pesannya menjauh dari ayahnya dan berkata kalau ini masalah pekerjaan.
Chang Hee berada di luar rumah melihat sekeliling. Ia menelepon seseorang yang barusan mengirim SMS padanya, ternyata itu bukanlah atasannya melainkan Hae Joo. Hae Joo sedang berada di pabrik pengelasan bertanya apa Chang Hee sibuk.

Hae Joo merasa kalau meneleponnya adalah hal yang sulit Chang Hee lakukan sampai harus sembunyi-sembunyi dan memakai nama atasan segala, “Apa atasanmu yang mulia ini yang harus mengirim SMS terlebih dahulu?”

Chang Hee tertawa geli mendengarnya. Ia kemudian menanyakan ada masalah apa. Hae Joo memberi tahu kalau sepertinya ia akan ke Ulsan. Chang Hee heran dan bertanya kenapa datang ke Ulsan. Hae Joo menjawab itu karena ia merindukan Chang Hee.
Hae Joo tertawa dan bilang cuma bercanda karena hal yang sebenarnya adalah kemungkinan ia akan mendapatkan pekerjaan di Ulsan. Chang Hee menebak apa Hae Joo diterima di perusahaan pembangunan kapal Cheon Ji.

Hae Joo berkata kalau ia hanya perlu melalui interview terakhir. Pada mulanya Hae Joo berfikir kalau ia akan langsung ditolak saat putaran pertama surat lamaran tapi sepertinya pihak perusahaan melihat orang yang memiliki bakat sesungguhnya. Hae Joo merasa kalau ia pergi ke Ulsan ia bisa menemui Chang Hee dan menurutnya itu kabar yang bagus.

“Oh begitu,” sahut Chang Hee lemah. Hae Joo mendengar suara Chang Hee yang terdengar aneh, “Apa kakak tak suka aku datang?” tanya Hae Joo. Chang Hee bilang bukan itu ia suka Hae Joo datang. Bos Hae Joo memanggilnya. Hae Joo menyudahi teleponnya dengan Chang Hee dan berjanji akan mengirimi Chang Hee SMS.

Apa Chang Hee tak suka Hae Joo datang ke Ulsan, bukan. Tapi ia merasa khawatir.
Anggota keluarga Presdir Jang sampai dirumah, Chang Hee yang pegawai Presdir Jang bersiap menyambutnya. (ada 3 mobil nih, mobil Presdir Jang yang di depan, mobil kedua Geum Hee dan In Hwa n mobil terakhir Il Moon)

Keluar dari mobil Geum Hee langsung menggandeng Il Moon. Chang Hee menyapa dan memberi hormat pada Presdir Jang. Presdir Jang menyebut Chang Hee dengan sebutan Jaksa Park. Chang Hee menanyakan bagaimana mereka berempat bisa datang secara bersamaan. Geum Hee mengatakan kalau mereka mampir ke restouran In Hwa untuk makan siang kalau saja ia tahu Chang Hee pulang lebih awal mereka seharusnya makan bersama karena sangat sulit bertemu dengan Chang Hee walaupun tinggal di rumah yang sama.
In Hwa menyahut apa Chang Hee ini tak berlebihan kenapa tak datang ke restourannya, “Kami memintamu membawa rekan kerjamu tapi kau tak mengundang satu pun.” Apa Chang Hee tak menyukainya. Chang Hee minta maaf dan beralasan itu karena ia sibuk. In Hwa menggerutu, “Memangnya siapa yang tidak sibuk?”
Presdir Jang mengajak keluarganya masuk dan lihat tatapan dingin Il Moon ke Chang Hee. (wow...) Chang Hee mengikuti mereka masuk ke rumah.
Presdir Jang, Chang Hee dan Il Moon mendiskusikan beberapa masalah. Presdir berkata kalau ia mendengar Chang Hee menangkap Presdir Ko dari perusahaan kapal perdagangan Bae Yang. Chang Hee mengiyakan. Presdir ingin tahu apa Presdir Ko akan ditahan. Chang Hee menjelaskan kalau tindak kriminal Presdir Ko cukup parah jadi kemungkinan dia akan ditahan.
Presdir Jang berpesan agar Chang Hee jangan terlalu keras pada Presdir Ko karena hal ini bisa berdampak buruk pada perekonomian karena Presdir Ko adalah orang yang ia butuhkan. Cheng Hee mengerti. Presdir berkata kalau ia merasa lebih percaya diri karena Chang Hee ada di belakangnya.
Kemudian Presdir beralih menatap putranya, ia juga akan senang sekali kalau anak ini (Il Moon) bisa mengikuti setengah saja dari jejak Chang Hee. Il Moon jelas bete dirinya dibanding-bandingkan dengan Chang Hee.

Presdir Jang teringat sesuatu dan bertanya pada Chang Hee apa mengenal detektif yang bernama Bae Yoon Seong. Chang Hee menjawab kalau ia mengenalnya karena dia teman sekelasnya ketika kuliah. Presdir Jang mendengar kalau Detektif Bae Yoon Seong akan datang ke perusahaan minggu depan, “Katanya tentang ladang minyak di Indonesia, tapi si brengsek ini (menunjuk ke Il Moon) terlalu membesar-besarkan. Dia bahkan ditemani oleh menteri tapi setelah diteliti lebih jauh ternyata tidak ada keuntungan sama sekali.”

Il Moon berkata kalau hal itu belum waktunya untuk memutuskan karena ladang minyak biasanya...

Belum sempat Il Moon selesai menjelaskan tapi Presdir Jang membentak menyuruh putranya diam, “Apa kau tahu berapa banyak uang yang kita habiskan disana selama 3 tahun? Dan berapa banyak uang negara yang sudah dihabiskan? Kenapa kau menciptakan situasi yang tak bisa kau atasi. Apa perlu aku menghajar pantatmu untuk itu?”
Geum Hee dan In Hwa datang, Geum Hee mengingatkan suaminya bukankah mereka sudah sepakat tidak akan membicarakan masalah pekerjaan kantor selama berada di rumah. Geum Hee dan In Hwa berlalu dari sana.

Presdir Jang menanyakan pada putranya apa kepala pengawas kapal bicara sesuatu. Il Moon menebak apa yang sedang dibicarakan ayahnya ini tentang Ryan Kang. Il Moon memberi tahu kalau Ryan Kang itu orangnya sedikit pemilih ia sedang mengatasinya dan yakin tak akan ada masalah.
Mendengar nama Ryan Kang di sebut In Hwa menghentikan langkahnya. Ia kembali mendekat dan bertanya pada kakaknya siapa yang kakaknya bilang tadi. “Ryan Kang, kenapa?” tanya Il Moon. In Hwa bilang bukan apa-apa.

Chang Hee menyahut sepertinya Presdir Jang mendapatkan pesanan untuk pembangunan kapal baru. Presdir Jang mengatakan kalau ini adalah kapal pengebor yang harganya 900 juta dolas AS sebuah kapal yang dipesan oleh Noble Co dari Huston Amerika.

Presdir menggerutu bukannya pemilik kapal yang datang malah mengirimkan kepala pengawas. Presdir Jang mendengar kalau kepala pengawas ini memiliki gelar doktor. Gelar teknik Perkapalan dan teknik kelautan dari MIT. Ia merasa kalau pemuda ini sangat hebat. In Hwa tersenyum-senyum mendengarnya karena ia tahu siapa pemuda yang dimaksud.

(MIT : Massachusetts Institute of Technology. Institut Teknologi Massachusetts adalah institusi riset swasta dan universitas yang terletak di kota Cambridge, Massachusetts tepat di seberang Sungai Charles dari distrik Back Bay di Boston, Amerika Serikat. MIT memiliki 5 sekolah dan satu kolese, mencakup 32 departemen yang mengkhususkan diri pada sains dan penelitian teknologi. salah satu alumni yang ternama adalah mantan Sekjen PBB Kofi Annan)
Dan inilah kepala pengawas yang dimaksud, Ryan Kang alias Kang San (wowowo Kim Jae Won Oppa. Sepertinya San mencoba menyembunyikan identitas ya)
Kang San berada di kapal pesiar bersama beberapa wanita berbikini. Salah satu wanita menawarkan apa San tak minum segelas wine. San menolak, “No. Thank you.” Karena ia menyetir jadi ia tak boleh minum. San melihat jam tangannya.
Wanita lain yang berada di sebalah San mencoba merayu. Wanita itu mendekat sambil menyentuh tubuh dan memuji bahu San sungguh.... San kaget dan berteriak jangan menyentuhnya membuat wanita itu terperanjat.
“Jangan sentuh, kau bisa membuat kulit sempurnaku tergores!” Sahut San alian Ryan Kang. Wanita itu bicara manja, “Kakak kau ini manis sekali apa kau malu? Ya ampun, kau ini pria sejati.”
San membuka sedikit kaca matanya dan menatap wanita yang barusan, “Haluanmu terlalu banyak direparasi (haluan=wajah, maksudnya wajahnya banyak dioperasi) dan buritanmu terlalu lemah (buritan=pinggul) ruang mesinnya sepertinya tak masalah tapi sepertinya kau memasukan sesuatu yang tidak seharusnya ke geladakmu (geladak=dada, haha)
“Kau ini bicara apa?” wanita itu tak mengerti.
“Bahkan otakmu sangat transparan,” sahut San.

San akan mengubah laju jalur kapalnya. Para wanita ini ingin tahu apa San akan kembali. Bukankah ini belum lama sejak mereka berganti pakaian menggunakan bikini. Apa San tak menyukai mereka. San bilang kalau ia menyukainya, menyukai bikininya saja. Jadi sebaiknya tetap dipakai.
San memakai jaketnya (sumpeh suka sama jaketnya San) dan mengajak para wanita ini pergi. Mereka ingin tahu apa San mau mengajak mereka jalan-jalan, kemana. Mereka kegirangan San akan mengajak jalan-jalan. Mereka terus ngoceh ingin tahu kemana San akan mengajak mereka, apa mobil San mempunyai atap terbuka.
San menyetir mobil menuju perusahaan Cheon Ji. Mereka berada di mobil yang atapnya terbuka. Para wanita ini ribut melambaikan tangan kesana kemari kepada para pekerja. San cuma senyum-senyum geleng-geleng. Hehe.
Lee Bong Hee ternyata bekerja juga di Cheon Ji. Ia tengah berdiskusi dengan salah satu pegawai yang juga Team Leader, Jo Min Kyung. Ia menanyakan bagaimana dengan perkiraan pengeluarannya. Min Kyung mengatakan kalau ia memerintahkan mereka untuk melakukan sesuai yang tertulis.
Tepat saat itu San dan beberapa wanita cantik masuk ke ruangan itu. San melihat-lihat ruangan dan memuji mereka sudah bekerja keras. Bong Hee menebak apa anda Ryan Kang. San melihat ke arah wanita yang datang bersamanya dan berkata kalau Direktur Jang Il Moon mengirimkan beberapa hadiah jadi ia pikir ia harus menyapanya, “Apa Direktur Jang Il Moon ada di ruangannya?” Bong Hee berkata kalau Il Moon tak berada di tempat. San melempar gulungan kertas ke meja, ia minta tolong agar menyampaikan itu pada Il Moon. Bong Hee mengambil dan membukanya.
San menjelaskan kalau general layout (tata letak) dan cross sectional diagram dari bagian tengah kapal sangat berbeda dengan design awal, apa Bong Hee tahu tentang itu. Bong Hee berkata kalau ia tak mengerti cara membaca Blue Print (rancangan/design lengkap) ia menatap marah pada Min Kyung dan bertanya apa yang dikatakan San tadi benar. Min Kyung membenarkan ini karena Dir Jang Il Moon yang memerintahkannya.
San : “Kalau kau mau bekerja seperti ini, semuanya akan menjadi sulit. Kami sudah menghabiskan 900 juta dollas AS. Tapi dia mengabaikan dasar Blue Print dan menggunakan metode ini?”

Bong Hee berusaha tersenyum tapi ia tak enak hati. San menatap wanita-wanita yang datang bersamanya dan berkata kalau ia akan mengembalikan hadiah yang diberikan direktur Jang padanya tanpa ia gunakan. Ia menolak karena mereka memiliki banyak kecacatan. Haha. 

San mengingatkan kalau semua hal terus-menerus seperti ini perlu diingat bahwa kapal pengebor seharga 900 juta dollar juga bisa dikembalikan secepatnya.
San akan pergi tapi ia kembali melirik wanita-wanita itu dan kembali bicara dengan Bong Hee, “Tolong katakan padanya (Il Moon) untuk meningkatkan cita rasanya dalam kecantikan!” (Hahaha, cita rasa Il Moon terhadap perempuan menurut San buruk, ini terbukti hadiah yang Il Moon berikan padanya tak ada yang cantik menurutnya. Hahaha)

Bong Hee tertawa-tawa kesal dan berkata jangan khawatir. Tapi sesaat kemudian ia mengumpat Il Moon, dasar anak ini. Ia membentak pada Min Kyung agar segera menghubungi Il Moon. Teriakan Bong Hee membuat wanita berbikini takut. Bong Hee menyuruh mereka segera keluar.
Pulang kerja Hae Joo menuju warung ibunya. Hae Joo menanyakan apa hari ini ada banyak pelanggan. Ibunya bilang apa Hae Joo tidak lihat, ada banyak angin yang artinya warung ibunya sepi. Hae Joo menyuruh ibunya pulang lebih dulu biar ia yang disini karena ibunya perlu membuatkan makan malam untuk Young Joo dan Jin Joo.
Ibu teringat sesuatu dan bertanya tak bisakah ia membelikan Sang Tae mobil. Ibu mengatakan kalau usia Sang Tae sudah cukup untuk menikah tapi karena dia bekerja tanpa mobil jadi tak ada wanita yang mau mendekatinya. Sekarang ini siapa sih yang tak punya mobil? Kata Ibu. Hae Joo sepertinya masih tak setuju. Ibu kembali berkata kalau dengan mobil penderitaan Hae Joo akan berkurang, “Kau tak bisa makan siang karena kau selalu menyetir. Dengan begitu aku bisa menyuruh dia yang melakukannya.”
Hae Joo bertanya berapa penghasilan ibunya hari ini. Ia ingin melihatnya. Ibu mengeluarkan uang yang didapatnya. Hae Joo menghitung jumlahnya dan berkata, “Lihat Bu. Meskipun kau berjualan sampai subuh, setelah kita membeli bahan dasar sisanya bahkan tak cukup untuk hidup. Uang yang kuhasilkan hampir tak bisa menutupi rumah, les Young Joo dan hutang-hutang kakak. Tapi kenapa ibu malah mau membeli mobil? Dari mana kita mendapatkan uangnya?”
Jin Joo datang membawa sesuatu yang berat dibawa. Hae Joo tanya apa itu. Jin Joo mengatakan kalau ini kaldu untuk mie. Hae Joo kesal bukankah ia meminta ibunya berhenti menyuruh Jin Joo melakukan ini. Ibu berkata kalau ia tak menyuruh Jin Joo yang melakukannya sendiri. Ia pun bicara jujur kalau kaldu buatan Jin Joo lebih enak daripada buatannya.

Hae Joo tak peduli kaldu siapa yang enak, bagaimana bisa ibunya menyuruh Jin Joo melakukan ini. Jin Joo menenangkan kakaknya, hanya hari ini saja kok jadi kakaknya jangan marah. Hae Joo bertanya pada adiknya apa Young Joo sudah pulang. Jin Joo menjawab belum. Hae Joo heran bukankah les-nya sudah selesai.

Jin Joo : “Les apa? Dia tadi pergi ke laundry dengan make up tebal.”
Hae Joo jelas kaget, Ibu memberi kode agar Jin Joo diam. Hae Joo berfikir dimana Young Joo berada, tapi setalah ia menyadari kemana anak itu pergi ia kesal bukan main. Dasar anak ini.
Hae Joo memacu sepeda motornya cepat menyusuri jalanan malam.
Di sebuah klub malam. Kang San alias Ryan Kang tengah minum bersama rekannya. Tiba-tiba ada seorang wanita asing yang mendekat ke tempatnya mencoba menggoda. Tapi San hanya melihatnya saja, tersenyum, tak tertarik hehe. Wanita itu pergi dan menari di lantai dansa.

Seorang pelayan datang membawakan minuman ke meja San tapi San berkata kalau ia tak memesannya. Pelayan menunjukan seorang wanita yang memesankan minuman itu. Wanita itu melambaikan tangan pada San. San membalasnya dengan senyuman.
Dan seorang wanita muda menari seksi di lantai dansa sambil terus menatap San. Ya wanita muda ini adalah Young Joo.

Young Joo menari semakin atraktif hingga membuat pengunjung berseru dan pandangan San pun beralih menatap si penari. San memperhatikan Young Joo yang terus menari seksi untuk mencari perhatian. Young Joo mendekat ke meja San sambil menari. Teman San terpukau melihatnya tapi tidak dengan San, ia menatapnya biasa saja. Hae Joo sampai di depan sebuah klub malam. Ya dia menyusul adiknya.
Young Joo menarik dasi San mengajaknya menari di lantai dansa. San berbisik ke telinga Young Joo dan menebak kalau Young Joo ini pasti wanita yang dikirim Cheon Ji (wanita yang dikirim Il Moon gitu)

Young Joo jelas tak mengerti apa maksudnya. San merasa kalau Cheon Ji sudah merubah spek mereka. Ia mengakui kalau Young Joo ini terlihat lebih segar. Young Joo semakin mendekat untuk menggoda, “Jadi apa kau menyadari kecantikanku?”

Hae Joo sampai disana dan celingukan mencari keberadaan adiknya. Matanya tertuju ke satu arah, ia melihat Young Joo tengah menari dengan seorang pria. Tapi pria itu aliasa si Kang San tak ikut menari.
Hae Joo langsung menghampiri keduanya dan menarik dasi San secara paksa. San jelas terkejut, “Apa-apaan ini. Lepaskan!”
Hae Joo menatap marah San, “Apa hidupmu berharga? Kalau kau ingin tetap hidup tidak seharusnya kau melakukan ini. Beraninya kau menggoda anak kecil?”

San tercekik karena dasinya ditarik oleh Hae Joo. Ia meronta dan melepaskan diri. “Hei kau ini apa? Preman?”

Hae Joo : “Benar. Aku kakak preman anak ini. Dan kau menyentuh anak-anak di usia sepertimu, apa kau penjahat?”

San heran dan menatap Young Joo, “Hei kau apa masih dibawah umur?”
Young Joo mengelak dan berkata kalau ia anak kuliahan. Hae Joo jelas marah dan menarik Young Joo agar segera keluar dari tempat itu. Ia menarik rambut Young Joo dan bral.. lepaslah wig yang dikenakan Young joo. hahaha tertawalah pengunjung disana.
Hae Joo yang masih marah kembali menarik rambut adiknya tapi San menahan tangan Hae Joo, “Katanya dia itu adikmu. Apa kau benar-benar preman? Orang dewasa boleh datang kesini untuk bermain. Kenapa kau kasar sekali?”
Hae Joo yang sudah kesal menarik tangan San, mengangkat tubuh, dan menjatuhkannya ke lantai. Bukan hanya itu, Hae Joo juga mengambil es batu dan menumpahkan ke wajah San ketika San tergeletak di lantai. Haha.

(gaya menjatuhkannya udah mirip sama atlit judo ketika menjatuhkan lawan haha. Kalau ngomongin judo jadi inget sama Park Ji Heon n Yoo Sang Bong hahaha)

Hae Joo memandang ke setiap pengunjung, “Aku tak tahu siapa pemilik tempat ini. Tapi aku peringatkan dengan jelas, kalau kalian mengijinkan adikku masuk ke tempat ini sekali lagi akan kubakar tempat ini, mengerti?” Hae Joo kembali menarik Young Joo keluar. San berusaha bangun.
Di luar gedung klub malam Young Joo meronta meminta dilepaskan, bajunya jangan ditarik seperti itu. Ia memberi tahu kalau baju ini ia pinjam dari tempat laundry dan harganya sangat mahal. Kalau sampai sobek kakaknya harus membayar sebesar gaji kakaknya selama sebulan.

Hae Joo jelas tak mau mengorbankan gajinya hanya untuk membayar ganti rugi baju. Ia melepaskan cengkeramannya tapi ternyata itu hanya tipuan Young Joo. Ketika kakaknya lengah Young Joo langsung lari.
Hae Joo lari mengejarnya tapi ia menabrak seorang wanita, In Hwa. In Hwa berteriak marah. Tapi ia terkejut ketika melihat Hae Joo memiting tangan Young Joo.

In Hwa tak menyangka ternyata ada wanita seperti itu. Hae Joo menahan tangan adiknya seperti seorang polisi menahan tangan penjahat. Young Joo mengerang kesakitan meminta dilepaskan. In Hwa heran apa-apan itu, tempat apa ini?
San memegangi tangannya yang kesakitan dan membersihkan diri karena dijatuhkan tadi. Seorang wanita datang mengulurkan sapu tangan, San mengangkat wajah dan melihat kalau wanita itu adalah wanita yang memesankan minuman untuknya. San berbicara dalam bahasa inggris berterima kasih tapi ia juga punya sapu tangan kok.

“Bukankah kau Ryan Kang? Orang yang memesan kapal pengebor.” Tebak wanita itu.
“Apa aku mengenalmu? Tanya San.

Wanita itu memberi tahu kalau ia juga kepala pengawas pemilik kapal yang menangani kapal ING. San terkesan bertemu dengan seseorang yang berprofesi sama. Keduanya pun berkenalan.
“San Oppa.” sapa In Hwa. San menoleh dan melotot terkejut melihat In Hwa ada disana. In Hwa menatap wanita yang barusan bicara dengan San dan menyuruhnya pergi.

Wanita itu bingung tak mengerti bahasa Korea. In Hwa pun bicara dalam bahasa inggris menyuruh wanita itu pergi karena San itu miliknya.

Wanita itu tersenyum dan berkata sepertinya Ryan Kang ini sangat terkenal. Ia pun permisi, “See you later!”

“Ya, See You.” ucap San hehe.
San heran bagaimana bisa In Hwa menemukan dirinya disini. In Hwa mengatakan kalau ia seperti hantu yang bisa mengikuti San sejak masih kecil. San menghela nafas kesal. In Hwa menanyakan apa rencana San selanjutnya ia mendengar kalau San sudah kembali sejak sebulan yang lalu tapi kenapa ada di tempat ini. San mengeluh kesal, “Kau ini benar-benar mirip hantu,” In Hwa mengajak San pergi dari klub malam.
In Hwa menarik tangan San sampai diluar gedung klub malam. San melepaskannya dan bertanya apa yang ingin In Hwa bicarakan dengannya. In Hwa berkata kalau keduanya memiliki banyak hal untuk dibicarakan. 

San : “Ah keterlaluan. Aku sangat senang karena tak bertemu denganmu. Kau sungguh membuatku takut.” 

In Hwa : “Meski kau merasa begitu, kau tetap datang sebagai kepala pengawas pemilik kapal ke perusahaan ayahku kan?”

San menatap tajam ia ingin tahu apa In Hwa memberi tahu keluarga In Hwa kalau ia ini Ryan Kang. In Hwa berkata apa ia ini terlihat bodoh, ia sudah besar sekarang mana mungkin ia melakukan itu, “Kenyataan bahwa hidup kakekmu berantakan karena ayahku, bagaimana mungkin aku memberi tahu mereka.”
“Kalau begitu, kenapa kau masih saja seperti ini padaku?” ucap San.

In Hwa menggandeng lengan San, “Memangnya kenapa? Ini mirip seperti Romeo and Juliet.”
“Aku tak mau mati seperti Romeo. Pergi sana.” San berusaha melepaskan diri tapi In Hwa kembali menghalangi dan bertanya San mau kemana. San kesal dan berkata kalau ia mau pulang. In Hwa menawarkan akan mengantarkan San pulang, bukankah San sekarang mabuk.
San tertawa, In Hwa juga ikut tertawa. Tapi tiba-tiba San berhenti tertawa dan menatap tajam, “Hei menurutku kau sekarang sedang mencoba mencari tahu diamna aku tinggal dan mencoba merayuku. Tapi tak perlu. Itu tak akan berhasil padaku, mengerti?”

San langsung lari memanggil Sek Kim (Sekertarisnya Kakek) Sek Kim datang dengan mobil dan San langsung membuka pintu mobil.
“Selamat tinggal Juliet. Oppa akan menghilang. Cup.” San masuk ke mobil setelah ia memberikan kiss bye pada In Hwa. In Hwa mencoba mengejar tapi mobilnya sudah melaju. Ia kesal bukan main.
Di dalam mobil San melamun, Sek Kim bertanya San ingin pergi kemana. San tak menjawab. Mobil berhenti disebuah tempat. San memberi tanda kalau Sek Kim tak usah mengikutinya lebih baik pulang saja. San menemui kakeknya.
Kakek berada dibekas pabrik galangan kapal miliknya yang sekarang berantakan. Ia mencoba merintis kembali usahanya dari nol. San bergumam kenapa dimalam selarut ini kakeknya harus berada di tempat yang menyedihkan ini.

Dengan suara yang berat kakek bertanya untuk apa San datang kesini. San melihat kalau disana hanya ada minuman saja kenapa kakeknya tak memesan cemilan untuk menemani minum paling tidak kakek bisa memintanya membelikan sesuatu. Kakek mengabaikan apa yang San katakan ia makan mie-nya. San sudah kesal dan meminta kakeknya berhenti bersikap keras kepala lebih baik tinggal bersamanya. Kalau seperti ini terus kakek bisa sakit.
Kakek : “Kalau manusia yang sudah kehilangan perusahannya hidup di dalam rumah yang hangat dengan perut kenyang lalu siapa yang akan mendapatkan perusahannya kembali?”
San : “Apa kakek menjadikanku anak yang tak tahu balas budi?”

Kakek minta San jangan bicara sembarangan dan juga jangan lagi datang kesini. Bagaimana kalau ada yang melihat San menemuinya.

San memberi tahu kalau jati dirinya sebagai Ryan Kang sudah ketahuan. Kakek terkejut apa mereka (keluarga Presdir Jang) mengenali San. San mengatakan kalau putri Presdir Jang yang bernama In Hwa mengenalinya sejak ia belajar di Amerika.

Kakek meminta San berhenti bicara, “Bagaimana kau bisa bekerja kalau begini.”
San : “Kakek, aku tak punya tujuan mengasah pisau-ku diam-diam. Karena dia mengalahkanmu dengan cara kotor maka aku akan mengalahkannya dengan caraku. Dengan cara yang adil dan terang-terangan. Aku akan membangun ulang perusahaan pembangunan kapal Hae Poong.”

Kakek : “Apa kau pikir Jang Do Hyun adalah orang yang sama seperti sebelumnya? Apa yang bisa kau lakukan?”

San tertawa, “Siapa yang tahu? Sebuah cara pasti akan muncul,”
Kakek terbatuk-batuk. San kesal melihat kakeknya tak bisa menjaga kesehatan, “Pada saat aku menadapatkan Hae Poong kembali bisa-bisa kau sudah mati.”

San mengelus-elus punggung kakek. Kakek terus terbatuk-batuk, san bersikeras mengajak kakek tinggal bersamanya. Tapi kakek berkata kalau ia baik-baik saja. Sampai ia menadapatkan Hae Poong kembali tempat inilah rumahnya. Kakek menyingkirkan tangan San dan kembali terbatuk-batuk.
San pulang ke rumahnya. Ia menatap potongan surat kabar yang memberitakan Presdir Jang dan Cheon Ji Grup.

Presdir Jang Do Hyun mengambil alih perusahaan pembangunan kapal Hae Poong.

Presdir Jang Do Hyun dan pengeboran minyak.

Cheon Ji memperoleh kapal pengeboran domestik pertama.

Presdir Jang Do Hyun menandatangani 6 hak pengeboran dan eksplorasi.
San duduk ditempat kerjanya menyalakan laptop dan teringat satu hal. Ia membuka laci dan mengambil bando ungu milik Hae Joo. San tersenyum mengingat hari dimana ia berpisah dengan Hae Joo. Sangat jelas selama 15 tahun ini ia sangat merindukan Hae Joo. San menyimpan kembali bando-nya dan kembali menatap layar laptop.
Apa yang dilihatnya? Sebuah rancangan baling-baling kapal. Ia terlihat tampak serius.
Hae Joo memarahi adiknya. Young Joo berlutut tapi ia tak mau pergi ke tempat les lagi. Ia juga tak mau kuliah karena percuma saja kuliah apa yang akan dilakukannya ketika lulus kuliah nanti bahkan kakaknya (Sang Tae) yang sudah lulus kuliah pun hidupnya masih saja seperti ini. Sang Tae tak terima dibilang seperti itu.
Hae Joo bertanya apa yang akan Young Joo lakukan kalau tak kuliah. Apa Young Joo tak melihat dirinya yang sama sekali tak pernah masuk bangku kuliah. Apa Young Joo ingin hidup seperti dirinya, “Apa kau mau mengelas dan dilumuri minyak saat bekerja dengan cuaca yang panas?”
Young Joo : “Siapa bilang aku akan hidup sepertimu? Meskipun aku tak kuliah, selama aku menemukan pria baik aku akan memiliki hidup yang nyaman. Apa kau tak tahu kalau hidup seorang wanita itu tergantung pada pria yang dia temui.”

Hae Joo : “Jadi apa itu sebabnya kau pergi ke klub malam yang penuh dengan orang asing? Untuk menggoda dan berdansa?”

Young Joo : “Apa salahnya? Aku juga ingin hidup di rumah yang nyaman. Aku sudah muak dengan rumah kecil ini.” Hae Joo yang sudah kesal meninggikan suaranya, “Apa kau tak mau menutup mulutmu?”
Young Joo berdiri menantang kakaknya, “Benar aku tak mau hidup gembel seperti kakak. Aku akan mendapatkan pria asing kalau aku tak bisa mendapatkan pria Korea. Dengan menari dan menjual tubuhku, aku bisa mendapatkan pria seperti itu dan hidup dengan layak.”
Plok... Hae Joo mendorong kepala adiknya, “Apa katamu? Katakan sekali lagi!”

Jin Joo meminta kakaknya berhenti memarahi Young Joo. Tapi Hae Joo sudah emosi dengan sikap Young Joo. Apa Young Joo pikir ia membesarkan Young Joo untuk mendengar kata-kata seperti itu.

Young Joo ikut meninggikan suara sambil menangis, “Siapa bilang kau yang membesarkan aku? Kakak selalu saja bilang begitu.” Ibu datang dan terkejut melihat keributan diantara anak-anaknya.
Hae Joo masih memarahi Young Joo, “Apa kau pikir kau akan diperlakukan sebagai manusia kalau kau tak belajar? Aku sungguh-sungguh ingin kuliah. Tapi karena kau dan kakak, aku tak bisa sekolah. Aku ingin setidaknya lulus dari SMA tapi aku tak bisa karena aku terlalu sibuk mencari uang. Aku bahkan tak bisa melakukannya.”

Hae Joo melampiaskan emosinya dengan membuang barang-barang. Sang Tae jelas marah melihat emosi Hae Joo yang tak terkendali. Ia memarahi Hae Joo meminta berhenti meributkan tentang sekolah Hae Joo yang hanya sampai SMP.
Sang Tae : “Kau, jangan mentang-mentang kau menghasilkan sedikit uang apa kau tak melihat aku sebagai kakakmu? Kenapa kau berteriak-teriak? Siapa yang anak sulung di rumah ini? Kenapa kau selalu ribut-ribut?”
Hae Joo : “Kakak, bagaimana mungkin kau anak sulung? Setelah kakak lulus kuliah, kau bahkan belum membawa uang sepeserpun ke rumah ini. Kau tak pernah membawa uang sedikitpun. Apa kakak tahu berapa banyak uang yang kakak habiskan?”
“Anak ini? Kau mau mati ya?” Sang Tae akan memukul Hae Joo tapi ibu menahannya.

Ibu berkata kalau mereka semua bersaudara kenapa melakukan ini. Sang Tae mengadu pada ibunya kalau cara bicara Hae Joo tak sopan. Menurutnya Hae Joo itu tak tahu siapa yang posisinya diatas siapa yang dibawah (siapa kakak siapa adik gitu)

Ibu kesal dengan Sang Tae dan menaboki putranya. Ia juga meminta Hae Joo berhenti marah-marah, “Kalau ayahmu melihat ini dia pasti senang sekali.”

Hae Joo menahan kesal dan akan pergi dari sana. ibunya bertanya Hae Joo mau kemana. Hae Joo tak menjawab ia malah bertanya bukankah ibunya ini seharusnya berjualan. Bagaimana bisa ibunya meninggalkan tempat jualan.
Untuk menghilangkan semua kemarahannya Hae Joo minum Soju di warung ibunya. ibu menyusul dan berkata kalau tak ada yang salah dengan ucapan Sang Tae. Ia berharap Hae Joo berhenti meributkan tentang Hae Joo yang tak sekolah sampai SMA.

Ibu : “Apa yang kau jalani selama ini apa kau pikir kami tak ada yang tahu? Kau bukan satu-satunya. Setelah kematian ayahmu, menjaga kalian semua terasa sangat berat.”

(sekeluarga tahu perjuangan dan pengorbanan Hae Joo jadi tak perlu diungkapkan)
Hae Joo : “Ibu, aku tak memintamu untuk menyadari betapa sulitnya ini untukku. Tapi ini karena terasa tidak adil. Aku sungguh ingin kuliah. Kalau aku belajar lebih banyak, aku bisa mendapatkan posisi pekerjaan yang bagus. Kalau saja seperti itu, kita bisa hidup nyaman saat ini. Tapi ibu bilang kakak yang harus masuk kuliah. Ibu tak mengizinkanku untuk sekolah. Kenapa ibu melakukan itu? aku tanya, kenapa ibu melakukan itu?”
Ibu tak tahu harus bicara apa karena ia juga tak tahu kalau akhirnya akan seperti ini. Hae Joo menangis ia merasa meskipun tubuhnya tercabik, kalau saja ia yang mencoba mereka pasti sudah hidup nyaman. Tapi itu tak terjadi, ia merasa ini sungguh tak adil. Maka dari itu ia ingin Young Joo dan Jin Joo bisa menyelesaikan sekolahnya tapi tak ada yang mengerti perasaannya. Kapan mereka bisa hidup nyaman seperti orang lain.
Hae Joo kembali menuangkan soju-nya. Ibu merebut gelas kenapa Hae Joo meminum minuman yang seharusnya mereka jual. Tapi Hae Joo kembali merebutnya, lalu bagaimana dengan ibunya kenapa meminum juga. Ibu bilang kalau ia akan minum sampai mati, keduanya tarik menarik gelas. Tiba-tiba ada pelanggan datang. Hae Joo langsung melayaninya. Ibu menarik nafas panjang.
Hae Joo merapikan meja dan kursi warung. Disana ibu terduduk tertidur karena kelelahan. Hae Joo membangunkan ibu pelan mengajak masuk ke rumah. Ibu terbangun dan bertanya jam berapa sekarang. Hae Joo menjawab jam 4 pagi. Ibu bergumam kalau Hae Joo juga harus tidur.
Di kamar Hae Joo membetulkan letak selimut adik-adiknya. Young Joo dan Jin Joo tertidur pulas.
Hae Joo ke meja belajarnya dan mempelajari tentang design kapal. Ia menguap tapi terus berusaha agar tetap terjaga. Hae Joo juga membetulkan letak selimut ibunya. Setelah itu Hae Joo mencuci beras dan memasaknya di rice cooker.

Pagi harinya (wah udah terang aja nih ya. Hae Joo sepertinya ga tidur nih) Hae Joo semangat mengawali hari-harinya. Ia kembali mengendarai motornya menuju pabrik.
Di kantor kejaksaan. Chang Hee tengah mengintrogasi salah seorang presdir perusahaan. Presdir itu bertanya apa yang harus dilakukannya supaya ia tak dipenjara. Chang Hee menyarankan agar Presdir membayar semua pajak yang belum dibayar dan bayar kembali kerugian perusahaan yang disebabkan dengan uang sendiri dan serahkan semua properti pribadi untuk perusahaan. Maka ia akan meniadakan kasus penyelundupannya. Presdir itu tanya apa itu sudah cukup.

Chang Hee : “Presdir, kau memesan kapal dari perusahaan pembangunan kapal Cina kali ini apa kau perlu melakukan hal itu? kenapa kau tak membantu perusahaan kapal dalam negeri sendiri?”
Presdir kini tahu jadi itu masalahnya, ia diserang karena membatalkan kontrak dengan perusahaan pembangunan kapal Cheon Ji. “Apa Presdir Jang Do Hyun yang menyuruhmu Jaksa Park?”

Chang Hee berkata kalau ia hanya memberi saran. Ia tanya apa yang akan Presdir itu lakukan.
Presdir Jang memarahi Il Moon karena tindakan ceroboh Il Moon terhadap rancangan Ryan Kang. Presdir Jang menggebrak meja memarahi putranya. “Ada uang sebesar 900 juta dolar disini. Itu 1 triliun won. Tapi untuk kepala pengawas yang memesan kapal itu kau menggunakan cara yang biasa digunakan penjahat kampung disini. Apa kau ini kontraktor kacangan yang menangani seperak dua perak?”
Il Moon menunduk minya maaf, “Tapi apapun yang aku lakukan dia sangat negatif terhadap kita jadi untuk mengurangi sedikit biaya......”

Presdir Jang menyela itulah makanya ia bilang kalau Il Moon itu tak bisa menangani ini. “Kau perlu mengikuti jejakku tapi kenapa kau sangat dangkal? Setiap kali aku melihatmu, aku khawatir tentang apa yang akan terjadi pada grup ini.”
Ponsel Presdir Jang berbunyi, Chang Hee menghubunginya. Ia tersenyum senang, tapi tidak dengan Il Moon, ia kesal melihatnya. Chang Hee memberi tahu kalau ia sudah melakukan permintaan Presdir Jang. Tapi ia meminta Presdir Jang menghubungi atasannya karena kalau tidak wakil kepala tak akan menerima tentang masalah ini. Presdir Jang mengerti ia akan melakukannya.

Siapakah wakil ketua jaksa yang tak menyetujui kalau Chang Hee melepas seorang kriminal begitu saja, dia adalah Yoon Jung Woo.
Chang Hee menghadap wakil ketua jaksa. Jung Woo menanyakan apa Chang Hee mendakwa seseorang tanpa melakukan penahanan. Chang Hee mengiyakan. Jung Woo berkata kalau yang ia tahu ada banyak bukti untuk menahan Presdir itu atas dakwaan kriminal yang serius. Chang Hee berkata kalau Presdir itu setuju untuk membayar kompensasi dan membayar semua pajak.
Tapi menurut Jung Woo kalau dia melakukan tindak kriminal seharusnya dia ditahan. Bagaimana mungkin Chang Hee membiarkan dia lolos begitu saja. “Jaksa Park apa kau ini politisi?” Jung Woo berkata kalau ia tak bisa bekerja seperti itu. Ia meminta Chang Hee menambahkan hukuman penjara pada Presdir itu. Chang Hee minta maaf dan mengatakan kalau Jaksa kepala sudah memerintahkan hal ini.

Jung Woo terkejut dan langsung berdiri marah, “Apa katamu? Siapa yang menangani kasus ini? Park Chang Hee, apa kau melangkahi kepalaku dan langsung pergi ke jaksa kepala?” Chang Hee menunduk diam, ia tahu kalau ia sudah berbuat salah.
Ada tamu yang datang menemui Jung Woo, Lee Bong Hee. Melihat ada Chang Hee, Bong Hee menyapa dan tersenyum, tapi ia heran dengan raut wajah Chang Hee dan Jung Woo yang tampak serius. Ia ingin tahu ada apa. Tapi pertanyaan Bong Hee diabaikan begitu saja.

Jung Woo bertanya pada Chang Hee apa masalahnya sampai Chang Hee melakukan tindakan itu tak biasanya Chang Hee bekerja seperti ini. Chang Hee tak mengatakan alasannya, kalau Jung Woo ingin tahu lebih baik tanyakan saja pada jaksa kepala. Chang Hee permisi.

Bong Hee masih penasaran ada apa, kenapa suasananya jadi seperti itu. Jung Woo berkata kalau ini masalah internal. Jung Woo heran bagaimana Bong Hee bisa masuk kantor orang seenaknya. Bong Hee menyahut kalau Jung Woo ini sungguh menakutkan.
“Baik. Baik. Aku datang sesuka hatiku jadi tangkap aku saja.” sahut Bong Hee. hehe. Jung Woo tak ingin bicara ngelantur lebih baik Bong Hee bicara langsung saja. Bong Hee bergumam Jung Woo ini kasar sekali. Ia pun langsung ke pokok pembicaraan. Ia mendengar kalau Jung Woo menyewakan kamar. Jung Woo tanya kenapa. Bong Hee balik bertanya kenapa Jung Woo menyewakan kamarnya.

Jung Woo bingung kamar Bong Hee yang mana, bukankah itu rumahnya. “Kau itu hanya tidur disana tanpa persetujuan pemilik. Kau punya rumah bagus tapi kenapa kau terus saja tinggal secara ilegal di rumahku?”

“Apa ini cara bicara seorang jaksa? Aku mengantarkan kimchi dan lauk pauk setiap waktu karena kau sangat menyedihkan tapi sekarang kau malah mendepakku. Ya ampun aku tak terima ini.” kata Bong Hee tertawa-tawa.
Bong Hee mengingatkan kalau Jung Woo berani menyewakan kamarnya ia akan langsung pergi ke kamar Jung Woo dan tidur satu ranjang dengan Jung Woo.

Jung Woo melotot kaget.

“Apa jangan-jangan kau melakukan ini karena kau ingin berbagi tempat tidur denganku?” Bong Hee kembali tertawa. Tapi sesaat kemudian terdiam dan berkata kalau ia bukan wanita gampangan.

Jung Woo kesal dengan ocehan Bong Hee sementara ia sendiri banyak pekerjaan. Ia menyuruh Bong Hee pergi. Bong Hee juga kesal dan berkata Jung Woo jangan pernah menyuruhnya pergi karena ia juga akan pergi kalau ia mau.
Hae Joo bersiap akan ke Ulsan untuk interview-nya di perusahaan Cheon Ji. Ia mengenakan make up. Young Joo masuk ke kamar memberikan baju agar bisa dipakai kakaknya untuk interview nanti. Hae Joo tersenyum dan mencoba meletakan baju itu di badannya. Ia tersenyum senang ternyata Young Joo perhatian padanya.
Chang Hee menunggu kedatangan Hae Joo di terminal Ulsan. Melihat Hae Joo turun dari bus Chang Hee malambaikan tangan. Hae Joo memanggil dan berlari menghampirinya. Tapi naas bagi Hae Joo karena ia memakai sepatu hak tinggi dan tak terbiasa mengenakannya ia pun terjatuh hehe. Chang Hee segera berlari ke arah Hae Joo.
Apa yang terjadi dengan sepatunya, hoho ternyata hak-nya patah. Hae Joo jelas saja kesal, tapi Chang Hee tersenyum geli. Hae Joo tambah kesal karena Chang Hee tertawa. Chang Hee belum bisa menghilangkan tawanya karena ia merasa aneh Hae Joo mengenakan sepatu ber-hak tinggi.

Hae Joo merasakan sakit dipergelangan kakinya. Chang Hee tanya apa itu sakit sekali. Chang Hee memijatnya lembut. Tiba-tiba Hae Joo mengerang lembut kesakitan dan itu membuat keduanya tersenyum.
Chang Hee mengajak Hae Joo membeli sepatu baru. Chang Hee merasa kalau sepatu ini cantik. Hae Joo juga demikian tapi bukankah sepatu ini mahal, bukankah ia juga tak sering memakai sepatu hak tinggi. Chang Hee berkata kalau Hae Joo bisa memakai sepatu itu saat bertemu dengannya.

Hae Joo berkata kalau kata orang jangan memberi sepatu karena orangnya bisa melarikan diri, apa tidak apa-apa Chang Hee memberikan sepatu untuknya. Chang Hee tertawa coba saja Hae Joo lari sampai ke ujung dunia karena ia ini orang yang ahli menangkap tersangka. (lah itu di AGD tukeran sepatu haha)
Bukan hanya sepatu Chang Hee juga memilihkan baju untuk Hae Joo. Ia menyuruh Hae Joo mencobanya. Tapi Hae Joo merasa Chang Hee tak perlu membelikannya baju. Chang Hee berkata kalau ia ini jaksa terkenal yang mampu membelikan Hae Joo sebuah baju. Hae Joo merasa tak enak tapi ia mencobanya.
Ketika Hae Joo berada di ruang ganti untuk mencoba baju, ponsel Chang Hee berdering. Ayahnya yang menelpon. Tapi Chang Hee tak menjawabnya.
Park Gi Chul ternyata tengah makan malam bersama keluarga Presdir Jang di restouran yang dikelola In Hwa. Ia menghubungi putranya agar bisa makan malam bersama. Presdir Jang bertanya apa Jaksa Park sibuk. Gi Chul mengiyakan dan berkata putranya sedikit sibuk. (aih lihat gayanya Park Gi Chul udah kayak orang kaya aja. Di depan orang mencoba merapikan baju)

Geum Hee berkata kalau sudah lama sekali sejak mereka terakhir kali makan bersama. Gi Chul tersenyum sambil melahap makanannya. In Hwa bertanya pada Gi Chul bukankah baru pertama kali Gi Chul makan di restourannya, ia ingin tahu bagaimana pendapat Gi Chul dengan makanan di restourannya. Gi Chul memuji makanannya enak dan tampilannya pun cantik. Gi Chul kagum In Hwa sangat hebat karena bisa berfikir untuk membuka restouran seperti ini.
In Hwa berkata kalau belakangan ini ia sedang menikmati penghasilannya. Presdir Jang mengingatkan putrinya agar melakukan bisnis sewajarnya, karena orang-orang akan bergosip mengenai keluarga mereka kalau orang kaya ceroboh menanamkan modal bisnis seperti tangan gurita. In Hwa menyahut kalau ia lebih suka diibaratkan dengan kaki lipan daripada tangan gurita.

In Hwa permisi ia akan mengambilkan wine. Presdir Jang jelas tak mengerti bukankah putrinya ini memiliki cukup uang kenapa dia masih ingin menjalankan bisnis. Tapi menurut Geum Hee tindakan In Hwa ini mengagumkan karena In Hwa ingin memperoleh uang dengan tangannya sendiri. Geum Hee berfikir kalau In Hwa itu masih anak-anak. Ia menatap Gi Chul dan bertanya bukankah putrinya ini mengagumkan. Gi Chul bingung dengan pertanyaan Geum Hee dan menjawab seadanya, ya dia hebat.
Geum Hee : “Aku ingin bertanya sungguh-sungguh bagaimana menurutmu kalau In Hwa dengan Chang Hee?”

Ok mereka yang tengah makan pun terkejut dengan usul Geum Hee yang ingin menjodohkan In Hwa dengan Chang Hee. Geum Hee melihat tatapan mata mereka yang menatapnya penuh tanda tanya, kenapa mereka menatapnya seperti itu.
Il Moon tertawa, walaupun itu hanya candaan ia minta ibunya jangan bercanda seperti itu. Tapi Geum Hee bilang kalau ia tak bercanda. Ia tak menyukai keluarga kaya atau politisi. Tapi itu membuat Il Moon marah dan menggertakan sendok ke meja. Ia jelas tak setuju.
Presdir Jang heran dengan kemarahan putranya. Il Moon meminta ayahnya mengatakan sesuatu tentang ini. Presdir Jang bingung ia harus bicara apa. Ia tak boleh langsung menolak usul istrinya begitu saja karena ia tak mau melihat istrinya ia kecewakan. Ia pun berkata kalau Jaksa Park bukan pilihan yang buruk katanya dengan nada suara dan raut wajah tak rela. Geum Hee tentu saja senang mendengarnya. Ternyata suaminya juga berfikiran sama dengannya. Tapi Presdir Jang yang tak setuju berusaha bersikap tenang.
Bagaimana dengan Park Gi Chul, ia jelas terkejut tak menyangka. Tapi ia tersenyum senang dibalik makanan yang dikunyahnya.
Usai belanja Chang Hee menemani Hae Joo makan daging di sebuah restouran. Hae Joo makan lahap karena sudah lama sekali ia tak makan daging dan daging disini rasanya enak. Hae Joo menanyakan kenapa Chang Hee tak makan. Chang Hee bilang kalau ia sudah makan dengan rekan kerjanya jadi Hae Joo saja makan yang banyak.
Sambil menatap Hae Joo yang makan lahap Chang Hee menyeka rambut Hae Joo, ia menatapnya penuh cinta. Chang Hee merasa khawatir dengan tempat kerja yang akan Hae Joo datangi. Karena tempat itu Il Moon yang memegangnya, ia bertanya-tanya apa mungkin Il Moon mengingat Hae Joo. Tapi Hae Joo meragukannya karena itu sudah lama sekali bagaimana dia bisa ingat.

Hae Joo penasaran apa mungkin Chang Hee khawatir tentang hubungan keduanya. Ia meminta Chang Hee tak perlu khawatir ia berjanji tak akan bicara apa-apa tentang itu. tapi menurut Chang Hee justru ia tak suka menyembunyikannya. Ia merasa lebih baik kalau ayahnya diberitahu. Hae Joo menolak karena menurutnya sekarang belum waktunya Chang Hee memberitahukan hubungan keduanya pada ayah Chang Hee. Bagaimana bisa ia menemui ayah Chang Hee dengan kondisi seperti ini.
Chang Hee : “Memangnya apa yang salah denganmu?”
Hae Joo : “Kakak, kau ini jaksa dan aku tak bisa mneyelesaikan sekolahku sampai tuntas.”

Chang Hee mengingatkan bukankah ia pernah bilang kalau hal itu tak penting. Tapi tidak bagi Hae Joo itu adalah hal yang penting bagi dirinya dan juga penting untuk ayah Chang Hee.

Chang Hee bertanya berapa lama lagi keduanya akan bertemu diam-diam begini. Hae Joo minta maaf dan meminta Chang Hee menunggu sebentar lagi. Kalau ia diterima bekerja maka ia akan menjadi lebih terhormat dan Chang Hee bisa memberitahukannya pada ayah Chang Hee.

Chang Hee tersenyum dan menyuruh Hae Joo makan lebih banyak. Hae Joo berkata kalau ia sudah kenyang karena dari tadi ia makan sendirian. Chang Hee pun mengajak Hae Joo ke kamar hotelnya untuk istirahat.
Hae Joo kagum melihat kamar yang begitu luas dan bagus. Ia menatap keluar kamar melalui jendela kamar dan memuji kalau ia bisa melihat seluruh kota dari kamar. Ia menyuruh Chang Hee duduk tapi Chang Hee harus pergi, Chang Hee berfikir kalau Hae Joo pasti lelah dan butuh istirahat tapi Hae Joo bilang ia sama sekali tak lelah, apa Chang Hee tak tahu kalau dirinya itu terbuat dari baja. Chang Hee bersikap kikuk dan akan tinggal sebentar.
Hae Joo melihat tempat tidur yang luas. Ia langsung duduk di tepi ranjang dan merasakan empuknya tempat tidur. Ia mengajak Chang Hee duduk di sampingnya dan keduanya pun enjot-enjotan haha. Keduanya tertawa. Keduanya diam dan berpandangan, Chang Hee kembali merasa kikuk dan minta izin akan menelpon sebentar.
Hae Joo merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dan merasakan nyamannya. Ia bergumam kalau ia tak tahu apa yang akan terjadi besok, yang penting ia akan tetap bersama Chang Hee.
Chang Hee menghubungi ayahnya. Ayahnya bertanya Chang Hee ada dimana. Chang Hee tak mengatakannya dan balik bertanya ada apa ayahnya menghubunginya tadi. Gi Chul meminta putranya cepat pulang kalau memang sudah tak terlalu sibuk karena ada yang ingin ia sampaikan. Chang Hee mengerti dan akan segera pulang.
Chang Hee akan pamit pada Hae Joo tapi ia melihat wanita ini sudah tertidur pulas. Chang Hee duduk di tepi ranjang menggenggam tangan, menyeka lembut rambut dan mengecup pipi Hae Joo.
Chang Hee akan pergi tapi ia kembali berbalik menatap Hae Joo, “Benar. Saat bersamamu aku sangat bahagia sampai rasanya aku bisa mati.”
Park Gi Chul menunggu kepulangan putranya di depan pintu gerbang. Ia tersenyum-senyum tak sabar. Melihat mobil putranya datang ia segera membukakan pintu. Gi Chul menanyakan kemana saja Chang Hee pergi karena ia menelepon kantor dan orang kantor bilang Chang Hee pulang lebih awal. Chang Hee tak menjawab dan balik bertanya ada apa.

Gi Chul : “Chang Hee, Nyonya ingin agar kau dan In Hwa menikah.”
Chang Hee : “Apa?”
Gi Chul : “Bukan hanya Nyonya, Presdir juga menyetujuinya.”
Chang Hee menilai ayahnya bicara omong kosong. Tapi Gi Chul meyakinkan kalau hal ini bukan omong kosong. Ia melihat kalau hal ini sebuah harapan bagi keduanya. Chang Hee meminta ayahnya jangan bicara hal-hal yang keterlaluan begitu. Chang Hee berjalan masuk ke rumah Gi Chul mengejarnya.
Tak jauh dari sana Il Moon mengamati keduanya dengan wajah tak suka.
Il Moon masuk ke rumah dan mengambil air minum. Ia meminumnya, ia kesal dengan rencana perjodohan adiknya dengan Chang Hee, ia jelas tak setuju. Ia marah dan menggertakan gelasnya beberapa kali sampai airnya tumpah.
Geum Hee yang mendengar itu menghampirinya dan bertanya kenapa, apa terjadi sesuatu antara Il Moon dengan ayahnya. Ia harap Il Moon mengerti karena yang dilakukan seorang ayah itu agar menjadikan putranya lebih baik.

Il Moon menatap tajam, “Apa kau tulus? Apa ibu berfikir kalau In Hwa dan Chang Hee akan cocok bila bersama?”

Geum Hee tak mengerti kenapa Il Moon bicara seperti itu tentang Chang Hee. Il Moon berkata kalau anak itu (Chang Hee) adalah anak pembantu. Tapi menurut Geum Hee jaman sekarang tak ada yang peduli tentang status sosial.

Il Moon : “Kalau In Hwa putri kandung Ibu, apa ibu akan tetap memberikannya pada orang seperti itu?”
Mata Geum Hee membesar mendengar Il Moon berkata kalau ia bukan ibu kandung anak-anak di rumah ini. Ia tak menyangka ternyata Il Moon sudah tahu. Il Moon meninggalkan Geum Hee yang masih terkejut.

Geum Hee lemas karena selama ini yang ia tahu anak-anaknya mengetahui bahwa ia adalah ibu kandung mereka. Tapi Il Moon sudah tahu semuanya. Hae Joo datang ke kantor Cheon Ji akan memenuhi panggilan interview. Ia mengenakan baju dan sepatu yang dibelikan oleh Chang Hee.
Wahaha Kim Jae Won cakep cin.
Kang San berada di galangan kapal mengamati proses pembuatan kapal pengebor. Ia kesal karena itu tak sesuai dengan Blue Print. Ia menggulung kertas rancangan dan naik motor besarnya menuju kantor.
Hae Joo masuk ke ruang interview, ia menarik nafas agar lebih tenang. Dan ternyata yang meng-interview Hae Joo adalah Il Moon yang ditemani beberapa staf Cheon Ji yang lain. Tampak disana ada Team Leader Jo Min Kyung. Hae Joo memperkenalkan namanya penuh senyuman. (hmm saat memperkenalkan begini apa Il Moon ga sadar ya kalau itu Hae Joo)

Il Moon membaca biodata Hae Joo yang ternyata hanya lulusan SMP. Hae Joo berkata kalau ia putus sekolah ketika SMA.
Il Moon menatap staf-nya, bagaimana bisa memberikan pekerjaan ini pada orang yang hanya lulusan SMP. Staf Il Moon mengatakan kalau Hae Joo ini mendapatkan nilai tertinggi ketika test praktek. Min Kyung menambahkan kalau Hae Joo memiliki 10 lisensi dalam berbagai bidang teknik.

“Apa kita sedang mencari teknisi? Kita sedang mencari orang yang berhubungan dengan design dan pabrik.” Ucap Il Moon.
Hae Joo berkata kalau ia juga paham tentang Blue Print. Ia memiliki sertifikat dan bisa mengoperasikan software Unix. Ia mengaku kalau ia tak belajar secara formal jadi ia tak bisa membuat Blue Print tapi ia bisa mengerti dan berdiskusi dengan mereka. Ia bisa di tes tentang itu.
Disela-sela interview Kang San alias Ryan Kang masuk ke ruangan. Ia ingin bicara dengan Dir Jang Il Moon. Il Moon mengenali San sebagai Ryan Kang dan berkata kalau saat ini ia sedang melakukan interview. San berkata kalau sekarang bukan waktunya melakukan interview. Ia kecewa karena Il Moon tak mengikuti Blue Print dan dasar-dasarnya. Dan juga kenapa Il Moon tak menggunakan pipa yang sudah Il Moon setujui sebelumnya. “Apa kau meremehkanku?”
San melempar berkas rancangan hingga membuatnya berhamburan kesana kemari. Hae Joo memunguti kertas itu satu demi satu dan memberikannya kepada San.
Keduanya bertemu pandang dan terkejut. Hae Joo ingat kalau pria yang di depannya ini pernah berurusan dengannya di klub malam. Mata keduanya membesar tak menyangka kalau keduanya dipertemukan kembali.

May Queen Episode 10 >

Komentar :

Kim Jae Won Oppa, akhirnya diriku bisa melihat aktingmu lagi. Seperti kebanyakan drama yang diawali dengan karakter remaja. Konfliknya naik turun. Ini episode awal karakter dewasa muncul dan menurutku ada perubahan dari seorang Hae Joo. kenapa dulu Hae Joo memanggil ibu dengan sebutan Eomoni tapi sekarang dengan sebutan Omma. Menurutku ‘Omma’ lebih cocok karena ini akan menggambarkan keakraban mereka. Dan sebutan ‘Eomoni’ akan sangat cocok untuk Geum Hee kelak.

Menurutku sedikit keterlaluan ketika Hae Joo mengungkapkan tentang pengorbanannya tidak melanjutkan pendidikan demi mencari uang untuk keluarganya. Seperti yang Ibu katakan tanpa Hae Joo ungkapkan pun mereka sekeluarga tahu pengorbanan Hae Joo. Ya ini bisa dimaklumi karena Hae Joo kecewa, kakaknya yang kuliah sampai sekarang hanya begitu-begitu saja sementara Young Joo tidak ingin kuliah. Ya yang namanya pengorbanan tak perlu diungkapkan mereka juga akan tahu dengan sendirinya.

Suka sama karakter Jang Il Moon hihi tatapan tajam matanya wuih. Sedangkan San Oppa oh so cute, perubahan wajahnya sangat mengesankan, setiap saat ekspresi wajahnya selalu berubah haha.

3 comments:

  1. lanjutin ya mba anis.............

    ReplyDelete
  2. seru.... mau lanjutannya lagi dong... selalu ditunggu ya sinop may queennya... gomawo.. ^^v

    ReplyDelete
  3. kapan lanjutinnya mba anis?

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.