Monday 12 August 2013

Sinopsis The Queen's Classroom Episode 16 Part 1

Anak-anak tak dapat membendung air mata mereka usai mendengarkan nasehat berharga dari Guru Ma. Guru Ma yang sudah tak berhak mengajar siswa kelas 6-3 bersiap keluar dari kelas. Walaupun berat ia memantapkan langkahnya untuk keluar dari kelas itu.

Di lorong kelas enam Guru Ma berpapasan dengan ibu kepala sekolah.
Guru Ma dan ibu kepala sekolah bicara berdua. Ibu kepsek berkata kalau ada kepala SD swasta yang ia kenal, disana siswa-siswanya cerdas dan mereka mencari guru yang memiliki kemampuan seperti Guru Ma.

Guru Ma berterima kasih atas perhatian ibu kepsek tapi ia menolaknya. Ibu kepsek berkata kalau mereka (dewan pendidkan) bilang Guru Ma dilarang mengajar selama setahun tapi kenyatannya akan sulit bagi Guru Ma untuk kembali mengajar di SD negeri setelah larangan itu berakhir.
Tapi Guru Ma tak ingin ke SD swasta, ia hanya ingin mengajar di SD negeri. Ia ingin mengajar disuatu kelas dimana anak yang berbeda kemampuannya bisa belajar bersama-sama. Ia merasa disanalah ia harus mengajar.

Ibu kepsek : “Hari ini kau kembali ke sekolah pasti karena kau masih memiliki hal yang ingin disampaikan pada siswa kelas 6-3?”

Guru Ma menunduk tanda mengiyakan.

Ibu kepsek : “Kalau begitu sekarang apa kau sudah selesai mengajar?”

Guru Ma menjawab ya dengan mantap. Ibu kepsek pun tak bisa memaksa lagi karena akhirnya Guru Ma memilih untuk pergi. Guru Ma sangat yakin kalau mereka (siswa kelas 6-3) akan melakukannya dengan baik tanpa dirinya. Karena anak-anak itu, mereka tidak sendiri.
Di kelas, anak-anak masih menunduk sedih atas perpisahan mereka dengan Guru Ma.
Eun Soo : “Sekarang, apa yang akan kita lakukan?”
Hyuk Pil : “Sampai guru kembali, apa kita harus bolos sekolah?”
Dong Jin : “Kalau bukan Guru Ma yang mengajar, maka itu tak akan terjadi.”
Han Gook : “Apa kita harus menolak hadir ke sekolah secara resmi?”
Dong Goo : “Benar. Kelas kita tidak akan menerima siapapun kecuali Guru Ma.”

Mereka mengangguk dan beres-beres tas akan bolos sekolah.

Ha Na : “Jadi apa kalian berpikir untuk membolos sekolah?”
Dong Goo bilang bukan begitu. Ha Na tak bisa membiarkan teman-temannya seperti ini, “Teman-teman apa kita akan lari begitu saja? Perkataan Guru Ma yang tadi, apa kalian sudah melupakannya? Dia bilang kita jangan lari dari apa yang seharusnya kita lakukan.” Anak-anak terdiam.
Guru Ma merapikan buku-buku yang ada di meja kerjanya. Meja kerja yang sekarang bukan menjadi tempatnya lagi. Guru-guru menatapnya dengan tatapan iba. Sebelum pergi Guru Ma memberi hormat sebagai salam perpisahan pada mereka. Setelah itu Guru Ma keluar dari ruang guru.

Karena masih banyak pertanyaan yang mengganjal di hati Guru Yang keluar mengejar Guru Ma. Ia memanggil Guru Ma. Guru Ma berhenti dan menoleh ke arah Guru Yang.
Guru Yang : “Setelah setahun, setelah hukuman larangan selesai, anda akan kembali kan Guru Ma? Anda tidak berhenti menjadi guru, kan?”

Guru Ma : “Tentu saja tidak.”

Guru Yang tersenyum lega. “Aku ada pertanyaan yang ingin kutanyakan dari dulu. Kenapa anda memilih ‘mengajar’ sebagai tujuan anda?”

Guru Ma : “Guru yang apa kau masih ... (belum mengerti)”

Guru Yang menyela, “Aku tahu jawabanmu tidak akan bisa menjadi jawabanku. Aku juga akan mencari jawabanku sendiri. Pertanyaan ini akan membantuku mencari jawabanku sendiri.”

Guru Ma pun menjawabnya, “Karena anak-anak menciptakan keajaiban. Guru hanya pembimbing, anak-anak yang mencari jalannya sendiri. Merubah hidup mereka dan dunia mereka untuk menjadi yang lebih baik.”

Guru Yang mengangguk mengerti, “Jadi Guru Ma, tidak penting bagi anda mau disebut sebagai guru yang baik atau tidak. Karena bagi seorang guru, daripada memikirkan anggapan itu, dia lebih mementingkan anak-anak.”

Guru Ma : “Itu sebabnya aku selalu mengatakan padamu, waktu yang kau habiskan untuk hal yang tak berguna lebih baik kau gunakan untuk mengurus kelas sendiri.”

Setelah mengatakan itu Guru Ma berlalu dari sana. Guru Yang tersenyum setelah mendapatkan nasehat yang berharga dari seniornya.
Guru Jung kembali membuka buka kumpulan berkas yang dibuat Guru Ma. Wakasek masuk ke ruang guru, ia mengatakan sehubungan dengan tindakan pendisplinan Guru Ma, setelah pihak sekolah menyelesaikan proses laporan maka kasus ini akan selesai. Ia harap para guru berkonsentrasi pada kelas masing-masing seperti biasanya.
Guru Jung menyerahkan pada wakasek berkas milik kelas 6-3 yang dibacanya tadi. Ia mengatakan kalau itu berkas kelas 6-3 yang dibuat Guru Ma sebelum dia pergi. Wakasek membuka dan membacanya.
Guru Jung : “Kurasa dia membuat itu untuk guru penggantinya. Ini menjadi berkas anda sekarang wakasek. Awalnya kami pikir dia keterlaluan. Menjadi guru adalah tugas yang sangat sulit, dia selalu percaya pada dirinya sendiri. Kami dulu berpikir kalau itu hanya dibuat-buat. Tapi setelah melihat dia menyusunnya di dalam berkas ini. Dari apa yang anak-anak katakan, jujur kami merasa malu.” 
Wakasek tampak terdiam membaca berkas yang disusun Guru Ma terkait perkembangan siswa kelas 6-3. Ia sepertinya tampak berpikir, hmm mungkin memikirkan apakah tidakannya pada Guru Ma selama ini sudah salah.
Di pintu keluar Guru Ma berpapasan dengan ibu Na Ri yang baru saja tiba. Keduanya saling menyapa. Ibu Na Ri mengatakan kalau hari ini ia ada pertemuan anggota dewan sekolah. Ia merasa lega karena bisa mengucapkan salam perpisahan pada Guru Ma.

Ibu Na Ri menawarkan kalau Guru Ma mau mengajar di tempat lain ia bisa membantu. “Seperti yang sudah kuduga, meskipun anda dihukum, anda tidak akan berubah. Tapi apa anda tahu Guru Ma kalau harapan khayalan yang anda impikan, bisakah itu akan benar-benar terwujud di dunia nyata? Pemenang di dunia nyata selalu berada di pihakku.”
Guru Ma : “Benarkah begitu?”
Ibu Na Ri : “Bukankah anda sudah tahu ini?”
Guru Ma : “Lalu kenapa anda takut sekali padaku?”

Ibu Na Ri terkejut.
Guru Ma : “Kalau harapanku hanya mimpi kosong belaka, lalu kenapa anda berusaha keras untuk mengusirku?”

Ibu Na Ri terdiam terkejut Guru Ma mengetahui kalau ia yang berusaha menyingkirkan Guru Ma dari sekolah.

Guru Ma : “Ibu Na Ri, bukankah anda juga tahu bahwa terkadang harapan bisa menjadi kenyataan.” 

Guru Ma pun mohon diri. Ia pergi dari sana. Ibu Na Ri menatapnya kesal.
Wakasek masuk ke kelas 6-3. Yeah anak-anak ini sepertinya mendengarkan apa yang Ha Na katakan. Mereka tak jadi membolos walaupun Guru Ma sudah tak mengajar mereka lagi. Wakasek berkata kalau apa yang terjadi hari ini, ia merasa tak akan ada masalah lagi. Karena semua masalah sudah selesai ia berharap anak-anak kembali konsentrasi untuk belajar.

Wakasek melihat jadwal pelajaran. Belum sempat wakasek membaca jadwal pelajaran, Bo Mi memberi tahu kalau sekarang pelajaran matematika dan mereka baru sampai di halaman 82. Suara wakasek terdengar lebih rendah, “Begitukah? Baiklah kalau begitu. Kita mulai kelasnya, siapa yang ingin menyelesaikan soalnya? Siapapun yang bisa angkat tangan!”
Semua mengangkat tangan, mereka menunjukan kalau mereka akan serius belajar walaupun bukan dengan Guru Ma. Wakasek tampak terkejut melihat kesungguhan siswa kelas 6-3.
Pulang mengajar wakasek dan Guru Goo pergi minum soju bersama. Ketika minum seperti ini keduanya menanggalkan jabatan wakasek dan guru kelas. Keduanya sudah mulai mabuk tapi masih sadar.

Wakasek : “Kenapa kau hidup seperti itu?”
Guru Goo tak mengerti, “Apa? kenapa?”

Wakasek : “Apa menjadi guru biasa sebuah dosa? Kau harus mengatakan apa yang harus kau katakan. Kau, kenapa muncul di depanku, kau selalu mengendus-endus seperti anjing kelaparan.” 

Guru Goo : “Hyung, kau orang yang selalu berada di jalan keberhasilan. Kau bahkan menjadi wakil kepala, tapi apa yang kau lakukan hanya mengkhawatirkan departemen pendidikan dan memastikan wali murid bahagia?”
Wakasek : “Ini karena itu adalah sekolah.”
Guru Goo : “Hyung, ada gosip kau akan mendapatkan posisi yang bagus di depertemen pendidikan.” 

Wakasek tertawa, “Posisi bagus? Aku harus mengambilnya selagi itu posisi bagus. Bukankah hidup itu untuk meraih apapun yang kau mampu? Hei... Ja Song, dimana kau bisa mencari jabatan yang bagus sebagai guru?”

Guru Goo : “Kau itu guru apa, kau pegawai pemerintah. Ah benar, belakangan ini kau akhirnya mengajar. Kenapa, apa itu membuatmu ingin mati?”

Wakasek : “Aku sungguh ingin mati. Ini membuatku ingin mati, karena aku menyukainya.” 

Keduanya tertawa dalam mabuk.
Ibu Na Ri sampai di rumah. Ia menerima telepon mengatakan kalau pengacara sudah bekerja keras terhadap kasus Guru Ma. “Tapi tentang petisi yang kita ajukan tolong pastikan itu tidak tersebar dari kami.”

Ibu Na Ri duduk santai melepas lelah. Tapi tiba-tiba ia terkejut karena tak jauh dari sana Na Ri berdiri menatapnya tajam. Ya, Na Ri mendengar apa yang ibunya bicarakan tadi. Ibu Na Ri tak menyangka kalau putrinya ada di rumah. Kalau ia tahu Na Ri di rumah ia akan mengajak Na Ri untuk pergi berbelanja. Ia sudah membelikan banyak pakaian untuk Na Ri.

Na Ri yang kecewa meletakan gelas ke meja dengan kasar membuat ibunya tersentak kaget. Na Ri menghampiri ibunya.
Na Ri : “Apa itu perbuatan ibu? orang yang melaporkan Guru Ma ke dewan pendidikan, apa itu ibu?” 

Ibu Na Ri diam. Na Ri benar-benar kecewa pada ibunya. Ibu Na Ri meyakinkan kalau yang ia lakukan ini semuanya untuk Na Ri. Na Ri tak mengerti kenapa ibu selalu memutuskan sendiri tanpa meminta pendapatnya. Ibu Na Ri berkata itu karena Na Ri masih kecil.

Na Ri : “Tak peduli seberapa kecilnya aku, kalau melibatkan masalah antara aku dan guru kelasku, bukankah setidaknya ibu menanyakan keinginanku?”
Ibu Na Ri tak ingin membahas ini, ia sudah lelah. Ia akan masuk ke kamar tapi Na Ri mencegatnya. Na Ri bertanya kenapa, apa ibunya merasa bersalah setelah mengusir Guru Ma. ibu Na Ri heran kenapa putrinya seperti ini, mana Na Ri yang selalu mendengarkan perkataan ibunya.
Na Ri yang emosi meninggikan suaranya, “Benar. Sampai sekarang aku selalu melakukan apa yang ibu inginkan, berusaha keras memenuhi harapan ibu. Mulai sekarang, kalau aku tak mau sesuatu aku akan mengatakannya pada ibu. Aku juga akan mencari apa yang benar-benar ingin kulakukan.”

Ibu Na Ri terkejut dengan sikap putrinya yang berani bicara keras padanya.
Ha Na berada di bar Nyonya Oh bersama Dong Goo. Keduanya tampak menunduk sedih. Ha Na berkata kalau mulai besok mereka tak akan pernah lagi melihat Guru Ma.

Ha Na bertanya bukankah tadi Dong Goo ingin mengatakan sesuatu kenapa belum mengatakannya. Dong Goo berkata kalau kemarin malam tempat yang mereka datangi untuk mencari Guru Ma, apa Guru Ma menunggu Rosa disana. Ha Na mengangguk, kurasa begitu.

Dong Goo : “Kau, apa kau juga melihat Rosa?”
Ha Na : “Kurasa begitu. Ketika kelas bersama orang tua kurasa dia datang sebentar.”
Dong Goo berusaha untuk tersenyum melupakan, “Tapi dia pergi lagi.” Ha Na memberi tahu kalau saat Rosa melihat Dong Goo, dia menangis. Dong Goo tak ingin membahasnya ia harap Ha Ma menarahasiakan ini dari Nyonya Oh.

Ha Na khawatir, apa Dong Goo baik-baik saja. Dong Goo kembali bersikap seperti dirinya yang ceria, “Rosa sudah pergi dan Miss Rosa juga telah menghilang dan Oh Dong Goo akan tetap menjadi Oh Dong Goo, aku hanya harus hidup lebih baik.”
Di sabtu pagi hari yang cerah Dong Goo, Bo Mi dan Seo Hyun berkumpul di tepi sungai di bawah jembatan. Bo Mi kesal, sekarang ini sabtu pagi dan mereka tidak ke sekolah, “Apa kita harus berkumpul untuk melihat Oh Dong Go?” (hahaha)

Dong Goo bilang kalau mereka berkumpul bukan untuk itu. Tak lama kemudian Ha Na pun datang.
Ha Na datang sambil membawa kumbang yang ia pelihara. Ha Na menyerahkan kumbang Ha Na 2 pada Dong Goo. Dong Goo meminta ketiga temannya untuk mengatakan sampai jumpa pada Ha Na 2. Seo Hyun menebak apa Dong Goo akan melepaskan kumbang itu. Dong Goo berkata kalau kumbang ini sudah dewasa dan mereka harus melepaskannya.

Dong Goo : “Tidak peduli dia itu orang atau serangga, saat harus berpisah, kita harus mengambil jalan kita masing-masing.” (huwaaa)
Mereka pun melepaskan kumbang itu ke alam bebas. Seo Hyun heran kenapa kumbang itu tidak berjalan cepat. Ha Na menebak sepertinya kumbang itu tidak ingin berpisah dengan mereka. Dong Goo berkeyakinan kalau kumbang itu akan baik-baik saja mereka lepas disini. Mereka melambaikan tangan sebagai tanda salam perpisahan pada Ha Na 2 si kumbang tanduk.

Suara Bo Mi : “Kami juga berpisah dengan si kumbang Ha Na 2 setelah kami berpisah dengan Guru Ma.”
Bo Mi di toko ibunya tengah menggambar beraneka macam buah-buahan, “Namun hal aneh mulai terjadi.” suara hati Bo Mi lagi.
Bo Mi melihat ibunya menegur marah salah satu pegawai toko. “Tn Park sudah berapa kali kubilang padamu untuk merapikan kotak ini!” terdengar suara ibu Bo Mi mengomel memarahi pegawainya. Tn Park minta maaf ia akan segera membereskannya. Ibu mengumpat kesal, “Ya Tuhan. Sudah tidak pintar, selalu lambat pula. Benar-benar tak berguna.” 
Bo Mi menunduk melihat ibunya menggerutu kesal karena sikap pegawai di tokonya. Bo Mi pun menyadari kalau ia juga seperti itu, tidak pintar dalam akademik dan lambat. Ia mengingat ucapan Guru Ma padanya.
Guru Ma : “Meskipun kau dekat dengan teman-temanmu yang sekarang, tapi akankah anak-anak di kelompok 6 tahan denganmu? Kau yang tidak ada harapan, kau yang tidak berguna.”
Kembali ke toko, Bo Mi tersenyum, “Ibu. Tidak ada orang yang tidak berguna di dunia ini. Aku tak pandai olahraga dan aku juga tak bagus dalam belajar. Tapi karena aku bisa sedikit menggambar, aku bisa membantu ibu seperti ini. Park ahjussi punya kepribadian yang baik dan dia tersenyum lebar pada pelanggan, bukankah ibu tahu itu?”

Ibu Bo Mi tersenyum, menyadari kalau ucapan putrinya ini benar. (ah ya ampun sebuah kalimat mutiara lagi)
Bo Mi menatap gambar yang ia buat. Sebuah gambar karakter nenek sihir yang terbang dengan sapu terbangnya.

Suara Bo Mi : “Di saat Guru Ma muncul, meskipun dia selalu berkata kasar dan memarahi kami. Kami menemukan jawaban kami sendiri dan mewujudkannya.”
Bo Mi memasukan gambar yang ia buat ke dalam amplop yang ia tujukan ke sebuah alamat. Ia pun memasukan amplop itu ke kotak pos. (Hmm apakah Bo Mi mengirim contoh gambarnya ke penerbit komik-sepertinya begitu)
Seo Hyun ikut makan siang dengan ibunya dan seorang dokter pria, dokter Yoo. Seo Hyun tak lekas makan, ia masih serius membaca bukunya. Dokter Yoo bertanya pada Seo Hyun buku apa itu, apa itu buku yang menyenangkan. Seo Hyun menjawab sambil tetap membaca kalau ia sedang membaca ‘Macbeth’ nenek sihir yang mengutuk masa depan dengan cara mengerikan. (karangan shakespeare... saya mendadak googling buku apa itu Macbeth hihi)
Ibu Seo Hyun mengingatkan putrinya bahwa tidak baik membaca buku ketika sedang makan. Dokter Yoo tanya apa Seo Hyun merasa tidak nyaman makan bersama dengannya. Seo Hyun bilang tidak, ia akan segera makan.
Seo Hyun dan ibunya berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ibu Seo Hyun bertanya apa Seo Hyun merasa tidak nyaman makan bersama Dokter Yoo. Seo Hyun bilang tidak.

Ibu Seo Hyun : “Kalau kau tak menyukainya. Ibu akan ....”

“Aku suka Yoo ahjussi!” ucap Seo Hyun menyela ibunya. “Ibu bisa berkencan dengannya kok.” Seo Hyun tersenyum mengizinkan ibunya menjalin hubungan dengan seorang pria. Ibu Seo Hyun terkejut dengan keputusan putrinya.

Seo Hyun menatap keluar jendela mobil, ia mengingat ucapan Guru Ma padanya.
Guru Ma : “Karena kau tidak seperti anak lain, kau memiliki kemampuan dan berhati dingin. Aku akan membantumu hidup seperti yang kau inginkan.”
Seo Hyun tersenyum memandang ibunya. “Aku, telah menemukan hidup yang aku inginkan. Jadi kuharap ibu juga begitu.” Keduanya tersenyum.
Nyonya Oh menemani Dong Goo belajar. Hasilnya Dong Goo masih mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, ia hanya mendapatkan nilai 15.

Nyonya Oh : “Oh Dong Goo, kalau kau menjawabnya secara acak, aku bertaruh kau akan mendapatkan nilai yang bagus.”
Dong Goo : “Aku bahkan mendapatkan nilai 40 ketika melempar jawaban dengan karet penghapus.” 

Nyonya Oh : “Kalau begitu, lempar saja penghapusnya.”

Dong Goo : “Kalau seperti itu, berarti penghapuslah yang menyelesaikan soalku. Tapi kali ini, aku menyelesaikannya sendiri dan menjawab tiga soal dengan benar.”

Nyonya Oh heran, “Tapi kenapa belakangan ini kau belajar?”

Hmmm Dong Goo mengingat ucapan Guru Ma.
Guru Ma : “Belajar itu sulit dan bermain itu menyenangkan. Anak yang stres karena ditekan ibunya akan iri padamu. Tapi beberapa tahun kemudian saat mereka dewasa, akankah mereka masih iri padamu?”
Dong Goo : “Dia bilang kalau aku belajar aku bisa bermain bersama teman-temanku.”

Nyonya Oh tersenyum dan ditempat itu ternyata ada Do Jin yang sedang berkunjung. Do Jin sekarang lebih sering bersama Dong Goo. Do Jin menunjukan koktail buatannya.

Nyonya Oh : “Oh My Prince Do Jin, apa aku boleh mencicipinya?” (hehe)
Do Jin mengocok koktail buatannya dan menuangnya ke gelas. Dong Goo heran bukankah Do Jin hebat dalam belajar kenapa mempelajari itu. Do Jin bilang ini menyenangkan, “Bukankah Guru Ma bilang kita harus melakukan apa yang kita inginkan. Kau belajar dan aku membuat koktail.”
Dong Goo mencoba meminum koktail buatan Do Jin. Do Jin penasaran bagaimana rasanya. Dong Goo meringis, “Kurasa koktail ini bukan untukku.” Do Jin penasaran dan mencobanya. Ia tersenyum, “menurutku ini enak kok.”
Na Ri berada di sebuah tempat (lapangan apa taman ya haha) mengumumkan pada pengunjung kalau semua anak itu berhak pendapatkan pendidikan, hak bermain, hak pergi ke restouran dan hak mengemukakan pendapatnya sendiri. Jadilah harapan anak anak hanya dengan 1000 won. (hmm sepertinya Na Ri menjadi aktivis dalam hal masalah sosial ya. Dimana sumbangan yang didapat akan disumbangkan untuk kehidupan orang-orang yang kurang beruntung)
Ha Na menemui Na Ri. Ia bertanya apa Na Ri kesulitan melakukan ini. Na Ri menjawab tidak, yang ia lakukan ini bukan apa-apa karena masih banyak orang yang mengalami kesulitan.

Ha Na memuji Na Ri sangat mengagumkan, “Tapi apa ibumu masih tidak mengijinkannya?” Na Ri berkata kalau ia dan ibunya terus bertengkar, karena ibunya pikir ini tak ada gunanya. Ha Na juga mendengar dari ibunya kalau ibu Na Ri sangat marah.

Na Ri : “Hei bukankah menurutmu ini salah satu jalan menuju pemimpin dunia seperti yang dikatakan ibuku?”

Keduanya tertawa.
Ibu berada di rumah ia sibuk dengan sampel beberapa kosmetik. Ia sedang menyiapkan diri untuk wawancara di perusahaan kosmetik. Ha Na ada disana menyampaikan pada ibunya kalau Na Ri baik-baik saja tapi hubungan Na Ri dengan ibunya tidak baik. “Apa belakangan ini ibu bertemu dengan ibunya Na Ri?” Ibu bilang tidak karena belakangan ini ia jarang mengikuti pertemuan dengan ibu-ibu.
Ibu khawatir dengan wawancara besok, “Apa besok ibu bisa melakukannya dengan baik? bagaimana kalau ibu mempermalukan diri sendiri? apa ibu harus mencari lagi? ibu Eun Joong bilang mencari pekerjaan itu sangat susah,”

Ha Na teringat ucapan Guru Ma.
Guru Ma : “Pikir dan nilailah sendiri. Bertanggung jawablah atas pilihanmu. Meski sekarang jawabannya salah, bahkan kalau kau akan kehilangan hal yang paling berharga sekarang, kau tak boleh takut.”
Ha Na tersenyum, “Ibu. Ini pilihan ibu, ini yang ibu inginkan. Kalau memang gagal, lalu kenapa? bukankah ibu bisa melakukannya lagi.”

“Benarkah begitu?” Ibu mendapat dorongan semangat dari putrinya. Ha Na mengangguk tersenyum. 
Hari dimana ibu melakukan wawancara di perusahaan kosmetik pun tiba. Wajah ibu jelas sekali kalau dia gugup tapi ia berusaha menyemangati dan menenangkan dirinya. Sebelum wawancara peserta diminta untuk memperhatikan produk kosmetik dan ditugaskan untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan produk kemudian tulis juga bagaimana akan memperbaiki kekurangan itu. Ibu dan peserta lain mencoba produk kosmetik dan menuliskan hasil temuannya.

Ketika wawancara pegawai menanyakan apa motivasi dan visi ibu ketika melamar menjadi penguji produk kosmetik di perusahaan ini.
Ibu : “Aku melamar karena ini posisi yang membutuhkan pengalaman, tapi sudah 10 tahun yang lalu. Tapi selama waktu itu, daripada tren kecantikan aku lebih memperhatikan tentang tren akademik. Anak-anakku sudah besar dan aku menyadari kalau aku hanya hidup sebagai ibu atau istri. Aku melamar karena aku ingin menjalankan hidupku sendiri. Meskipun penuaan tidak bisa dihindari, aku merasa wanita masih harus mengurus diri sendiri dan tetap cantik. Kalau aku bisa bekerja disini aku ingin membuat produk make up yang disukai ibu-ibu.”
Ha Na yang sedang belajar di kamar menerima telepon dari ibunya. Ia tersenyum gembira mendengar kalau ibunya diterima bekerja di perusahaan kosmetik.

Suara Ha Na : “Apa ini benar-benar keajaiban sihir Guru Ma?”
Kim Tae Sung, dia pun ingin mewujudkan impiannya. Ia berlatih menjadi pembaca berita. Tapi karena masih baru berlatih banyak perkataan yang masih salah.
“Hei apa kau akan menjadi reporter yang seperti itu?”

Tae Sung : “Samchoon, bisakah aku mencoba sekali lagi?”

“Kenapa tiba-tiba ingin melakukan ini? Kakak ipar bilang (ayah Tae Sung) kau harus masuk ke sekolah kesehatan.”

Tae Sung : “Aku sudah membujuk ayahku kalau aku mau menjadi reporter yang melaporkan setiap masalah di masyarakat. Dia awalnya menentang tapi dia mendengarkan pendapatku dan menyuruhku berusaha dengan keras.”

Huwaaaa Tae Sung fighting....
Di tempat audisi idol dimana Hwang Soo Jin ikut sebagai peserta. Kang Min Jae memperhatikan penampilan Soo Jin, “Kau punya bentuk tubuh yang bagus. Haruskah aku menambahkan bling-bling lagi di bagian bawah?” Min Jae tampak berfikir agar penampilan Soo Jin terlihat sempurna.

Soo Jin memperhatikan penampilannya, “Aku lebih suka kalau kau merendahkan bagian pinggangku.”

Min Jae : “Hari ini hanya pra eliminasi, kalau kau lolos tahap dua, aku akan memperbaikinya.”
Ji Min yang juga ada disana berkata kalau ia mendengar ayah Min Jae juga seorang desainer. Min Jae membenarkan tapi pakaian ayahnya itu agak memalukan. (hahaha)

Huwaaaa Kang Min Jae jadi desainer kereeeeennnn.
Ga Eul, Jung Soo dan Han Gook juga datang memberi semangat pada Soo Jin. Ga Eul memberi tahu kalau sekarang giliran Soo Jin tampil. Mereka pun bersorak semangat.

Suara Ha Na : “Semuanya berusaha keras mengejar mimpi mereka.”
Soo Jin pun tampil memukau dengan dance-nya di depan juri (pemeran Hwang Soo Jin ini benar-benar sudah debut sebagai anggota GB lho tapi grupnya lagi hiatus)
Di tempat lain dimana ada seleksi pemain sepakbola. Yeon Hoo yang akan mengikuti seleksi gugup, tegang hehehe.
Hyuk Pil menyemangati, “Masa depan sepakbola Korea Selatan ada padamu. Kurasa Timnas Korea Selatan butuh gelandang serang sepertimu.”
Seok Hwan : “Hei bicarakan itu setelah masuk SMP. Apa kau tak lihat kalau dia gugup, jangan membuatnya tegang. Yeon Hoo kau pasti bisa, Fighting ya!”

“Ya ya fighting!” Yeon Hoo berusaha menghilangkan kegugupannya.
Ibu Bit Na membawa putrinya ke dokter gigi. Sambil memeriksakan gigi putrinya ia ingin melepas behel yang ada di gigi Bit Na. Ia menyadari kalau putrinya ini masih muda, jadi dia harus memakai itu, tapi untuk foto kelulusan dia harus melepas behel. Bit Na bilang tidak usah karena Bit Na yang dikenal teman-temannya di kelas enam adalah Bit Na yang giginya ada behel-nya, ia akan berfoto kelulusan seperti itu. hehe.
Lee Dong Jin dan Park Kyung Hyun bermain game bersama. Kyung Hyun tanya apa Dong Jin benar mau menjadi polisi. Dong Jin membenarkan karena mimpinya ingin membawa pistol kemana-mana. 

Kyung Hyun : “Kalau begitu bukankah lebih baik masuk tentara saja? tapi tembakanmu itu kan jarang kena sasaran.”
Dong Jin mengeluh, “Hwa Jung bilang dia tidak suka tentara.”

Kyung Hyun kaget, “Apa dia menyukaimu?”

Dong Jin menjawab lirih, “tidak.”

Kyung Kyun : “Menjadi game developer saja bersamaku!”

Wakakakaka kasihan Dong Jin kayaknya dia ditolak sama Hwa Jung deh.
Di tempat les In Bo sibuk melatih listening-nya. Sun Young melepas perlahan headset yang menutupi telinga In Bo.
In Bo terkejut, Sun Young tersenyum dan memasangkan earphone ke telinga In Bo. Ia ingin In Bo mendengarkan musik yang ia dengar. Keduanya tersenyum.
Hwa Jung yang ada di belakang mereka cuma bisa tertawa tak menyangka kalau mereka berdua akan terang-terangan ber-sweetu-sweetu-an seperti ini hahaha.
Hwa Jung punya ide, ia memotret apa yang kedua temannya ini lakukan.  Mendengar suara cekrek kamera Sun Young dan In Bo menoleh terkejut. “Apa yang kau lakukan?” protes Sun Young. “Kenapa kau memotret?” tanya In Bo.
Hwa Jung menunjukan foto hasil jepretannya, “Bagus kan? Bagi kalian ini sebuah kenangan cinta. Tapi bagiku, ini adalah kupon gratis makan selama sebulan. Bagaimana kalau ibu kalian mengetahui ini ya?” (wakakaka)

Sun Young kesal, “Kau ini tega sekali.”

“Ah aku lapar sekali. Aku mau makan kimbab dan ddeokbokki.” ucap Hwa Jung ingin ditraktir makan sebagai tutup mulut. Memanfaatkan foto itu untuk traktiran makan dari In Bo dan Sun Young hahaha.
Jung Soo dan Han Gook ada di perpustakaan. Han Gook tanya apa Jung Soo benar-benar putus dengan pacar Jung Soo. Jung Soo berkata kalau ia harus belajar, “Kau mau belajar juga kan? Berhentilah pacaran!”
“Aku akan berhenti pacaran. Aku akan belajar.” ucap Han Gook dengan nada malas.
“Han Gook...!” panggil seorang wanita yang ternyata Lee Da In. Da In terkejut melihat Jung Soo juga ada disana. Han Gook tersenyum senang Da In sudah datang. Ia memberikan minuman kaleng pada Da In.

Da In tanya apa Han Gook membawa catatan dan yang lainnya. Ia memuji ini akan hebat sekali kalau mereka bisa belajar bersama. Han Gook tersenyum sumringah.
Jung Soo melongo kaget, “Hei kau. Apa kau....?”

Han Gook menatap tak enak pada Jung Soo yang sekarang jomblo. (wakakakaka)
Jung Sang Taek mengajak Pi Eun Soo nonton film. Sang Taek menawarkan bagaimana kalau keduanya nonton film melodrama. Eun Soo tak suka, “Apa kau percaya cinta untuk selamanya? melihat orang tuaku, aku tak percaya hal itu.”

Sang Taek : “Lalu kenapa?”

Eun Soo : “Kita nonton film robot saja. Film yang banyak melibatkan tentang menyelamatkan bumi dan banyak aksinya.” (wakakaka)
Sang Taek menarik nafas panjang (masa nonton film robot). “Apa kau tak mau?” tanya Eun Soo. 
Keduanya pun nonton film bersama. Dan eit... lihat keduanya berjalan bergandengan cie cie cie....hahaha

Suara Ha Na : “Anggaplah diriku berharga dan hidup bahagia hari ini bersama teman-teman. 25 kebahagiaan mulai terbentuk. Namun, kurasa keajaiban Guru Ma tidak hanya terjadi pada kami.” 

Guru Yang belajar taekwondo dengan serius. Justin yang menjadi pembimbingnya. Guru Yang tampak ada kemajuan.
Keduanya istirahat melepas lelah. Justin membantu membukakan tutup minuman. Ia memuji kalau Guru Yang sudah banyak berkembang bagus, konsentrasinya juga lebih baik dari sebelumnya.

Guru Yang : “Itu karena aku sudah memutuskan untuk tidak perlu mencemaskan hal yang tidak penting. Malah sebaliknya, aku ingin menjadi kuat. Karena aku tahu kalau aku tidak menjadi kuat, aku tidak bisa melindungi anak-anak.”
“Kau terlihat hebat belakangan ini, Guru Yang.” puji Justin agak kikuk.

Guru Yang berkata kalau ia berhutang banyak pada Guru Ma. Kesempatan bertemu dengan seseorang seperti Guru Ma, ia merasa itu hal yang paling menguntungkan dalam hidupnya.

“Takdirlah yang mempertemukan.” Justin melirik malu-malu.

Guru Yang masih belum menyadarinya, ia malah berkata kalau dirinya penasaran apa Guru Ma baik-baik saja.
Justin : “Guru Yang, apa yang Guru Ma katakan saat kelas terakhirnya, setelah mendengar itu darimu, kurasa aku telah memikirkannya dan ...”

Guru Yang menyela, “Ah itu, jangan lari dari tanggung jawabmu dan nikmati kebahagiaan yang menjadi milikmu sepenuhnya. Itu ucapan yang mengagumkan.”

“Iya..” ucap Justin tak tahu lagi harus mengungkapkannya bagaimana. Ia pun mengumpulkan seluruh keberaniannya, “Guru Yang ada yang ingin kukatakan padamu.”

Guru Yang : “Apa?”
Justin menatap Guru Yang, “Bagiku kau adalah takdir yang sudah digariskan.” (#gubrak hahhaa)

Guru Yang terkejut terdiam mendengar ungkapan hati Justin padanya. Justin tersenyum menatap wanita yang ada di depannya.

Bersambung di part 2

Wekekekeke nulis episode 16 part 1 ini selain terharu yang mengharu biru juga cekikikan terus ga berhenti.

Senang melihat anak-anak berusaha mewujudkan impian mereka.

Untuk kalian yang memiliki impian, ayo berusaha keras untuk mencapai itu. Jangan takut gagal. Seperti kata Guru Ma, tidak apa-apa kalau kita mengalami kegagalan. Kalau kita berusaha sebaik mungkin maka kita akan menemukan jati diri kita.

14 comments:

  1. Ayo, mbak! Tinggal 1 sinopsis lagi! Ganbatte dan Terimakasih, ya, Mbak!^^

    ReplyDelete
  2. Yg terakhir di share hari ini dong... Tanggung bgt nihhh..... Masih mau bacaaa.... Pleasee..pleaseee..pleaseee

    ReplyDelete
  3. semangat kakak...tinggal 1 part lagi :D

    ReplyDelete
  4. Smangat mb, tinggal 1 part lagi,

    ~rahma

    ReplyDelete
  5. Wahh... Seneng banget sm k-drama ini... Menyentuh n pastix memberikan pembelajaran...
    Mantapppp dehhhh....
    Di tunggu kelanjutanx mba'...

    ReplyDelete
  6. tidak rela rasanya drama ini selesai.
    semanagt yeah, tinggal 1 part lagi.

    ReplyDelete
  7. 1 lagi,. Semngat yaaaaahhhhh ^^

    ReplyDelete
  8. Waktu tahu Soo Jin anggota GG aku langsung cari >.< penggemar setia k-pop :D ternyata dulu dia anggota Sweety (aku gatau) , lalu ke GP Basic tapi hiatus (aku tahu GP Basic, nama groupnya aja.. lagunya gatau), lalu dia direkomendasiin ke D-Unit sama Woo Ji Hoo oppa alias Zico leader Block B oppa >.< JNey juga pernah duet bareng GD&TOP and dia adalah rapper :D
    aku suka yang rapper rapper >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ga begitu update K Pop, jadi kurang tahu banyak... Trims sudah berbagi informasi...

      Delete
  9. Pas nonton epi trakhir tuh belum apa2 udah "hwaaaaaaa... T.T" duluan.. apalagi pas perpisahan pas anak-anak nyampein perasaan mreka ke guru Ma, kyaaaaaa >,< ga bisa nahan tangis,, sesegukan ga jelas pokoknya.. untungnya nontonnya sendirian, jd bisa puas2in nangis...

    Pokoknya siapin tisu yg banyak klo mo nonton epi 16.. Trust me, it'll be needed!!
    Dita

    ReplyDelete
  10. Kereeeeeeen, mengharu biru bacanyaa :')

    ReplyDelete
  11. Walaupun cuma drama tapi cerita nya bagus buat kehidupan sehari2 ^^ emang ceritanya realita kehidupan sehari2 sih.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.