Sang Chul bergegas ke hotel tempatnya menginap. Ia tak ingin Han Gyul menemukan cincin itu. Ia masuk ke lift dan ketika pintu tertutup tangan seseorang menahan pintu itu mengacungkan kertas yang berisi tanda tangan warga kompleks.
Bok Nyeo datang membawa data-data yang berisi tanda tangan warga kompleks untuk petisi yang akan warga sampaikan. Sang Chul jelas ga punya waktu ngurusin hal seperti itu sekarang. Ia bergegas ke kamarnya, Bok Nyeo mengikuti majikannya.
Tapi terlambat ketika ia sampai di depan kamarnya, ia melihat pintu kamarnya sudah terbuka. Han Gyul sudah ada di dalam kamarnya dan memegang kotak yang berisi cincin pasangan itu. Sang Chul tak bisa berkata-kata untuk menjelaskannya.
Han Gyul : “Kenapa? Apa ayah akan melamar Yoon Song Hwa? Ayah pasti bersyukur kami mengusirmu. Kapan pernikahannya? Apa ayah akan mengirim undangannya pada kami?”
Sang Chul berkata kalau ini bukan seperti yang Han Gyul pikirkan. Han Gyul tak percaya, “Lalu apa? ayah, kau jangan berbohong.” Han Gyul membanting kontak berisi cincin itu. Bok Nyeo sudah ada di dalam kamar itu.
Bok Nyeo kembali meminta tanda tangan majikannya.
Han Gyul yang marah dan kecewa akan pergi dari sana tapi Sang Chul menahannya, “Bukankah kau datang kesini karena sesuatu terjadi di rumah?”
Han Gyul menarik paksa tangannya, ia sudah kehilangan mood untuk menceitakan apa yang terjadi di rumah. Lebih baik ayahnya urus saja pacar ayah itu. Han Gyul pergi dari sana, Sang Chul mengejarnya. Bok Nyeo memungut dua cincin yang berserakan di lantai. Ia memasukan cincin itu kembali ke tempatnya.
Di lobi hotel Sang Chul menandatangani petisi yang diajukan warga kompleks rumahnya. Ia merasa sepertinya kedatangan Han Gyul kesini karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Ia ingin tahu bagaimana keadaan anak-anak di rumah.
Bok Nyeo menceritakan setiap detail kejadian di rumah, “Han Gyul pulang larut malam setiap hari. Doo Gyul menyuruhku membunuh tetangga wanita kita karena dia tahu anda meninggalkan rumah....”
Sang Chul kaget, “Menyuruh membunuh? Lalu apa lagi?”
Bok Nyeo : “Saat saya akan melakukan perintahnya, dia bilang kalau dia bercanda. Se Gyul menyerah masuk ke SMP Internasional dan Hye Gyul...”
“Apa kau bilang?” Sang Chul menyela. “Apa dia menyerah pada SMP Internasionalnya?”
Bok Nyeo membenarkan. Sang Chul mneghela nafas, “Itu karena aku tak pergi ke pertemuan dengan gurunya, kan?”
Bok Nyeo bilang bukan itu merupakan keputusan Se Gyul sendiri.
Bok Nyeo memberikan kotak cincin milik Sang Chul yang tadi ia bereskan. Sang Chul tak tahu harus mengatakan apa, ia mengaku kalau sejujurnya ia berniat melamar Song Hwa tapi sekarang sepertinya tak ada gunanya. Ia sekarang sudah menyakiti perasaan Han Gyul lagi. Ia harap Bok Nyeo memberi tahu Han Gyul kalau ia sudah putus dengan Song Hwa. Tapi Sang Chul meralat lebih baik tidak usah mengatakannya karena Han Gyul tak akan percaya dan menganggapnya bohong.
Bok Nyeo bertanya apa ia harus mengatakan apa yang Sang Chul katakan tadi. Sang Chul melarang Bok Nyeo mengatakan apapun. Bok Nyeo mengerti, ia pun kembali ke rumah.
Di rumah, Doo Gyul membuka internet untuk mencari tahu siapa itu Park Bok Nyeo. Ia berharap menemukan artikel tentang pembantu misterisusnya itu.
‘Bok Nyeo tidak membunuh suami yang mengkhianatinya. Tapi dia meninggal...’
Doo Gyul merasa kalau ia tak perlu mengetahui artikel seperti itu. Ia pun mencari artikel lainnya. Ia menemukan sebuah halaman yang berjudul ‘kemolekan nona Bok Nyeo’
Doo Gyul penasaran, alamat web itu pun ia klik dan itu sebuah video wanita bule yang lagi joget-joget seksoy wakakaka.
Doo Gyul benar-benar tak menyangka dan tak tahu kalau itu sebuah video yang seperti itu. Tapi lama-kelamaan ia menikmati tontonannya juga hahaha.
Tapi tanpa Doo Gyul sadari Bok Nyeo sudah ada di kamar memperhatikan Doo Gyul yang lagi nonton video joget.
Ketika Doo Gyul menoleh ke samping, huwaaaaaaa ia kaget bukan main Bok Nyeo menatapnya tajam.
Doo Gyul jadi gugup bin salah tingkah. Ia pun bingung bagaimana menutup halaman video itu.
Sama seperti pikiran pendeknya Kim Do Jin yang ketahuan lihat foto seksoy-nya Seo Yi Soo, Doo Gyul langsung menutup laptop tanpa mematikannya dulu. Tapi naas karena terburu-buru kedubrak.... laptopnya jatuh deh ke lantai.
(bener-bener ngingetin saya sama Kim Do Jin wakakakaka. Untung aja di sebelahnya Doo Gyul ga ada kopi, kalau ada kopi kan pasti tuh laptop disiram pake kopi wakakaka)
Doo Gyul tanya apa Bok Nyeo melihat apa yang ia tonton barusan. Bok Nyeo yang masih menatap Doo Gyul menjawab kalau ia melihatnya. Doo Gyul berusaha meyakinkan kalau ia tak bermaksud menonton video itu. Ia beralasan kalau dirinya sedang browsing mencari sesuatu.
Bok Nyeo meletakan seragam basket Doo Gyul dan mengambil laptop yang terjatuh itu dan diletakkan kembali ke meja. Bok Nyeo tak mengomentari apa yang Doo Gyul lihat. Ia keluar dari kamar Doo Gyul.
Doo Gyul kesal pada dirinya sendiri, kenapa ia harus menonton video itu dan kenapa juga harus ketahuan. Hahaha.
Han Gyul yang hatinya diliputi kemarahan karena perilaku ayahnya berjalan seorang diri menuju rumahnya. Karena menemukan cincin itu kemarahan pada ayahnya pun semakin bertambah.
Bok Nyeo menemani Hye Gyul bermain, hmmm apa ya namanya karet gelang gitu. Keduanya bergantian membuat berbagai macam bentuk dan menebaknya.
Se Gyul membawa laptop yang tadi Doo Gyul tak sengaja jatuhkan. “Hye Gyul, apa kau memainkan laptop ini?” tanya Se Gyul. Hye Gyul menjawab tidak, ia tak pernah mengutak-atik laptop Se Gyul.
Se Gyul baralih bertanya pada Bok Nyeo, apa Bok Nyeo tahu siapa yang menjatuhkan laptopnya. Bok Nyeo menoleh menatap Se Gyul akan menjawab pertanyaan itu.
Tapi buru-buru Doo Gyul menghampiri mereka untuk mencegah Bok Nyeo menjawabnya. Ia ingin ikut permainan karet Bok Nyeo dan Hye Gyul.
Tapi buru-buru Doo Gyul menghampiri mereka untuk mencegah Bok Nyeo menjawabnya. Ia ingin ikut permainan karet Bok Nyeo dan Hye Gyul.
Sekali lagi Se Gyul bertanya apa Bok Nyeo tahu siapa yang menjatuhkan laptopnya. Doo Gyul mengajak Se Gyul mengikuti permainan karet ini, “Sini ikut. Ini sudah lama tak kita mainkan.”
“Saya tahu!” jawab Bok Nyeo membuat Doo Gyul terdiam. “Doo Gyul sedang menonton video porno di laptop anda. Saya masuk ke kamarnya untuk meletakan pakaian olahraganya. Dia mencoba menyembunyikannya dan dia menjatuhkannya. Itu sebabnya kenapa layarnya rusak.”
Doo Gyul membanting karet permainannya, ia kesal karena Bok Nyeo mengatakan semuanya. Hye Gyul sewot karena Doo Gyul merusak permainannya.
Doo Gyul berusaha membela diri kalau ia tak bermaksud menonton video itu.
Han Gyul yang baru sampai di rumah mendengar semuanya. Ia tak menyangka Doo Gyul menonton video porno.
Doo Gyul merasa dipojokkan. Ia menarik kakaknya menjauh dari sana, ia menjelaskan kalau ia tak bermaksud menonton itu.
Han Gyul yang lagi emosi tak mau mendengar penjelasan apapun, “Kau bicara tentang kejadian pembakaran dan pembunuhan tapi sekarang kau merusak laptop karena menonton video porno. Orang yang paling berbahaya di rumah ini adalah kau.”
Doo Gyul terus berusaha menjelaskan, itu tidak seperti yang Han Gyul pikirkan. “Aku sedang mencari tahu tentang Park Bok Nyeo di internet dan video itu yang muncul.”
Se Gyul menyindir itu alasan yang bagus. Han Gyul merasa kalau Doo Gyul lebih buruk dari ayah mereka karena Doo Gyul terus saja membuat alasan untuk pembenaran diri. Doo Gyul benar-benar tak tahu harus menjelaskannya bagaimana, “Ini semua karena wanita itu. Aku berusaha untuk melakukan sesuatu karena aku merasa khawatir.”
Han Gyul berkata kalau ia sudah pergi menemui ayahnya sesuai keinginan Doo Gyul. Tapi apa Doo Gyul tahu apa yang ia lihat disana. Doo Gyul ingin tahu apa yang Han Gyul lihat. Han Gyul ingin sekali mengatakannya tapi ia tak sanggup mengatakan itu pada adik-adiknya. Doo Gyul memaksa, “Katakan padaku apa yang kau lihat?”
Han Gyul yang hari ini dua kali kecewa dengan dua pria keluarganya merasa tak ada gunanya bicara dengan pria menyedihkan seperti Doo Gyul. Ia pun masuk ke kamarnya. Se Gyul mengeluhkan laptopnya yang rusak, “Aku harus menyelesaikan tugas sekolahku!”
Doo Gyul mencari Bok Nyeo di kamar Hye Gyul tapi disana tak ada. Ia hanya melihat Hye Gyul sedang bermain dengan boneka sendirian.
Bok Nyeo ternyata sedang mengepel, ia meminta Doo Gyul minggir. Doo Gyul yang benar-benar kesal menilai pasti Bok Nyeo menertawakan dirinya.
“Saya tidak menertawakan anda!” ucap Bok Nyeo sambil tetap mengepel.
Doo Gyul ingin Bok Nyeo lebih baik tertawakan saja dirinya di depannya, jangan menyembunyikan perasaan Bok Nyeo.
Karena ucapannya tak direspon Doo Gyul merebut alat pel yang ada di tangan Bok Nyeo. “Tertawalah!” perintah doo gyul. Tapi Bok Nyeo tetap diam.
Doo Gyul : “Apa kau tak bisa tersenyum? Ini tak masuk akal. Tersenyumlah. Kau bilang kau akan melakukan apapun yang diperintahkan padamu? Kenapa kau tak tersenyum? Kau seharusnya bilang, ‘apa itu perintah? Saya akan melakukan perintah anda’ Ah, apa kau mengabaikannya karena itu perintah dariku?”
Bok Nyeo : “Saya minta maaf, tapi saya tak bisa melakukan perintah itu. Jika saya harus tersenyum, saya akan berhenti bekerja.”
Doo Gyul tak takut dengan ancaman Bok Nyeo, “Kau pikir aku akan takut jika kau mengatakan kau berhenti? Aku tak peduli kau berhenti atau tidak.” Doo Gyul membanting alat pel kemudian pergi dari sana. Bok Nyeo mengambil alat pel itu dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Di sekolah, Doo Gyul latihan basket dengan tim basket sekolahnya. Ia melatih lemparan bolanya. Ketika konsentrasinya penuh, bola berhasil ia masukan ke keranjang. Tapi konsentrasinya buyar ketika mengingat surat kaleng itu. Alhasil lemparan bolanya pun tak masuk. Doo Gyul mencoba sekali lagi lemparannya tapi ia malah teringat pada video porno itu. Lemparan bolanya pun gagal lagi.
Doo Gyul menoleh ke anggota tim basket lain yang tengah bersitirahat. Ketika ia akan memasukkan kembali bola ke keranjang, ia mendengar gelak tawa anggota timnya. Doo Gyul tak suka anggota timnya hanya berleha-leha seperti itu, ia menghampiri dan menegur mereka. “Hei kalian semua kemari!” Mereka pun bergegas berbaris.
Mereka takut karena Doo Gyul itu sepertinya senior mereka.
“Bukankah sekarang waktunya istirahat?” kata salah satu dari mereka.
Doo Gyul berkata kalau sekarang tak ada yang namanya istirahat, 2 hari lagi mereka akan ada pertandingan. Apa kalian semua lupa. Doo Gyul pun menghukum mereka melakukan push up sebanyak 100 kali. Junior Doo Gyul segera melaksanakan hukuman mereka.
Dua teman Doo Gyul menegur apa yang Doo Gyul lakukan pada junior mereka, keduanya heran kenapa Doo Gyul begitu. Doo Gyul berkata kalau mereka (juniornya) tak bisa seperti itu selamanya.
“Tapi siapa kau memerintah seperti itu? Kau itu bukan kapten.” Sahut teman yang satunya.
Doo Gyul : “Apa? siapa aku? aku mencoba membuat mereka bermain lebih baik di pertandingan.”
Menurut temannya, Doo Gyul sudah bertindak berlebihan. Ia tahu apa yang Doo Gyul coba lakukan itu baik tapi Doo Gyul tak bisa bertindak keterlaluan begitu. Doo Gyul tak terima dibilang keterlaluan. Ia hanya mengkhawatirkan pertandingan yang sudah di depan mata.
Tapi menurut temannya bukan itu yang menjadi alasan Doo Gyul bertindak kelewatan menghukum anak-anak, “Kau hanya melampiaskan amarahmu pada mereka.” suara teman Doo Gyul terdengar meninggi.
Teman Doo Gyul itu mencibir, “Kudengar ayahmu meninggalkan rumahmu, aku tahu kalau kau bertingkah seperti ini pasti karena hal itu.”
Doo Gyul tak suka ada yang mengungkit masalah keluarganya. Ia mencengkeram baju temannya, “Dari mana kau mendengar itu? siapa yang bilang begitu?”
“Ahjumma yang tinggal di sebelah rumahmu yang mengatakannya. Semua orang tahu kalau keluargamu berantakan.”
Doo Gyul semakin tak terima keluarganya dibilang berantakan. Ia benar-benar marah, Doo Gyul yang kalap memukul temannya. Teman Doo Gyul yang dipukul juga tak terima diperlakukan kasar begitu. Terjadilah perkelahian diantara keduanya. Mereka yang ada disana berusaha melerai.
“Hei kalian berhenti!” teriak pelatih melihat keributan anak-anak.
Pelatih memarahi Doo Gyul, “Siapa yang mengajarimu berkelahi di lapangan basket? Kau kukeluarkan dari tim. Kemasi barang-barangmu dan keluar dari sini!”
Doo Gyul menatap marah temannya yang sudah menjadikannya dikeluarkan dari tim. Ia pun keluar dari tim basketnya.
Doo Gyul melampiaskan kemarahannya dengan bermain game, tapi ia kalah terus. Mesin permainan tiba-tiba error, tambah marah-lah si Doo Gyul. Ia memukul dan menendang-nendang mesin permainan itu.
Kedua teman Doo Gyul yang tadi ada di tempat itu melihat Doo Gyul yang lagi ngamuk tak karuan. Salah satu dari mereka mencemaskan Doo Gyul, “Apa kau baik-baik saja?”
Tapi teman Doo Gyul yang satunya malah kembali memancing kemarahannya, “Apa sekarang kau melampiaskan kemarahanmu pada mesin permainan?”
Doo Gyul yang sudah emosi, kemarahannya mencapai ubun-ubun disindir begitu. Dan bug bug tanpa babibu Doo Gyul memukul temannya itu. Teman yang satunya berusaha melerai.
Doo Gyul pun diamankan di kantor polisi. Polisi meminta Doo Gyul menghubungi orang tua tapi Doo Gyul malah memanggil Bok Nyeo. Doo Gyul berkata pada pak polisi kalau ia tak punya orang tua. Ia tak peduli pak polisi mau memakasukannya ke penjara atau tidak.
Polisi bertanya pada Bok Nyeo apa Doo Gyul benar tak punya orang tua. Bok Nyeo berkata kalau ayah Doo Gyul akan segera datang.
Tak lama kemudian Sang Chul pun tiba di kantor polisi. Ia mengatakan pada polisi kalau ia ayahnya Eun Doo Gyul. Polisi mengatakan kalau ia sudah menyuruh Doo Gyul menghubungi wali tapi Doo Gyul malah menelepon pembantu. Ia tak bisa melepaskan Doo Gyul kecuali orang tuanya yang datang.
Sang Chul minta maaf atas tindakan putranya.
Polisi berkata kalau keluarga korban tidak meminta pertanggung jawaban. Tapi ia harap Sang Chul bisa menerapkan disiplin agar hal ini tak terjadi lagi. Doo Gyul menyela kalau apa yang pak polisi sampaikan pada ayahnya itu tak akan ada gunanya, “Karena dia bukan ayahku.” Sang Chul berjanji pada polisi kalau ia akan mendisiplinkan putranya.
Ketiganya keluar dari kantor polisi, Doo Gyul yang emosinya lagi labil berjalan paling depan. Sang Chul tak memarahi putranya atas kejadian ini, ia malah minta maaf. Ia menyadari kalau ini semua terjadi karena dirinya yang tak becus menjadi seorang ayah yang baik.
Doo Gyul yang jengkel berkata kalau ini bukan karena hal itu, ia mengambil seragam basketnya dan membuang itu ke tempat sampah. Sang Chul mencemaskan putranya, apa yang terjadi, kenapa dibuang. Doo Gyul berkata kalau ia tak bermain basket lagi.
Sang Chul : “Bukankah kau menyukai basket?”
Doo Gyul : “Aku melakukannya karena tak ada lagi yang bisa kulakukan. Ada sesuatu yang ingin kulakukan selain basket.”
Doo Gyul masuk ke sebuah minimarket, Sang Chul dan Bok Nyeo mengikutinya. Doo Gyul menunjuk barang yang ingin ia beli, rokok. Sang Chul terkejut Doo Gyul ingin merokok.
Doo Gyul : “Kenapa? apa ayah tak mau membelikan itu untukku?”
Sang Chul : “Berhentilah bicara omong kosong. Kau ini masih kecil.”
Doo Gyul : “Kenapa anak kecil tak boleh menghisap rokok?”
Sang Chul tak tahu harus menjelaskannya bagaimana, ia menoleh ke Bok Nyeo yang berdiri di sampingnya.
Bok Nyeo pun menjelaskan kenapa anak-anak dilarang merokok, “Merokok saat anda di bawah umur akan menghambat pertumbuhan dan tidak baik untuk otak anda. Ini juga akan membuat anda menjadi manusia yang menyedihkan yang berpura-pura menjadi orang dewasa ketika belum saatnya.”
Tapi Doo Gyul tak peduli itu, ia menyadari kalau dirinya tak pintar. Doo Gyul keluar dari minimarket. Sang Chul dan Bok Nyeo menyusulnya.
Doo Gyul sampai rumah masih dengan emosinya yang panas. Ia membanting tas yang dibawanya. Han Gyul dan saudara-saudara lain yang tahu Doo Gyul tadi di kantor polisi bertanya apa yang terjadi.
Bok Nyeo menjelaskan kalau polisi membebaskan Doo Gyul dan menyuruh ayahnya untuk mendisiplinkan dia.
Han Gyul tak mengerti apa yang Doo Gyul pikirkan sampai berbuat seperti itu. Doo Gyul yang masih emosi menyuruh Noona-nya lebih baik diam. Ia mengatakan kalau ini bukanlah kesalahannya.
Doo Gyul membuka kulkas, ia mengambil bir kaleng milik ayahnya. Si kecil Hye Gyul tahu kalau itu minuman ayahnya yang tidak diperuntukan buat anak-anak, “Oppa, apa yang kau lakukan? itu kan punya ayah.”
Han Gyul meminta adiknya berhenti melakukan tindakan yang aneh-aneh. Doo Gyul tanya memangnya kenapa, bukankah minuman ini tak akan ada yang meminumnya. Akan buang-buang uang jika tak diminum.
Han Gyul berusaha merebut minuman yang sudah Doo Gyul buka. Keduanya tarik-tarikan, tumpahlah bir itu.
Se Gyul ikut kesal dengan tingkah aneh Doo Gyul, “Hyung ada apa denganmu? Berhentilah bersikap sok dewasa.”
Doo Gyul meninggikan suaranya, “Apa? memangnya apa yang kulakukan? Apa kalian tahu bagaimana perasaanku?” Doo Gyul naik menuju kamarnya.
Pekarjaan Bok Nyeo hari ini selesai, ia pun pulang seperti biasanya. Tapi ada seorang pria yang sembunyi menunggunya. Pria misterius itu diam-diam mengikuti Bok Nyeo dari belakang. Bok Nyeo sepertinya tahu kalau ada yang mengikutinya, tapi ia tetap berjalan tenang.
Antara pria itu dan Bok Nyeo berjalan bersebrangan jalan. Tatkala ada sebuah mobil yang melintas tiba-tiba Bok Nyeo menghilang dari pandangan pria itu. Pria misterus itu celingukan mencari keberadaan Bok Nyeo.
Doo Gyul pulang ke rumah dan main game sepuasnya, tapi seperti biasa dia kalah terus. Bok Nyeo ada disana lagi beres-beres rumah. Doo Gyul melirik ke arah Bok Nyeo dan tepat saat itu Bok Nyeo juga menatap ke arah Doo Gyul.
Bok Nyeo : “Tidak. Apa ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk anda?”
Doo Gyul : “Main game bersamaku!”
Bok Nyeo pun bermain game bersama Doo Gyul. Tapi Doo Gyul kalah hahaha. Dia minta sekali lagi mainnya, tapi selanjutnya dia kalah lagi, kalah lagi dan kalah lagi. Dari semula ia yang duduk santai sampai berdiri tegang tetap saja Bok Nyeo yang menang.
Doo Gyul bener-bener esmosi, “Jangan main ini. Kita main permainan lain.” Bok Nyeo tentu saja siap.
Doo Gyul menantang Bok Nyeo bermain basket. Ketika Doo Gyul akan memasukan bola ke keranjang tapi Bok Nyeo menepis dan merebut bolanya. Doo Gyul terkejut tak menyangka.
Ketika Doo Gyul men-driblle bola tiba-tiba Bok Nyeo merebut bola itu dari tangan Doo Gyul dengan mudahnya dan melemparkan bola itu dengan mudah juga ke keranjang, masuk. Doo Gyul melongo hahaha.
Doo Gyul berusaha menghalangi tapi Bok Nyeo dengan lincah bisa lepas dari pengawalan Doo Gyul dan berhasil kembali memasukan bola ke keranjang. Doo Gyul benar-benar tak menyangka Bok Nyeo mahir bermain basket.
Bok Nyeo terbang.... Doo Gyul kalah telak hahaha
(apa Choi Ji Woo mahir main basket, itu stuntman haha. Kelihatan banget bedanya)
Bok Nyeo yang bisa apa saja membuat Doo Gyul semakin mencurigainya. “Apa menyenangkan buatmu telah mempermainkanku?” Bok Nyeo yang tengah mengupas wortel berkata kalau itu tak menyenangkan.
Doo Gyul : “Aku tak bisa menjelaskannya karena aku tak pintar. Tapi aku tahu kalau kau itu berbahaya. Kau tak pernah tersenyum dan kau bisa semuanya. Ahjumma, siapa sebenarnya dirimu?”
Doo Gyul menegang menunggu apa yang akan Bok Nyeo katakan.
“Akan membuat makan malam. Apa ada sesuatu yang anda ingin saya lakukan?” ucap Bok Nyeo menunggu perintah Doo Gyul.
“Ya ada sesuatu.” Sahut Doo Gyul. Doo Gyul ragu mengatakannya, “Bisakah kau melakukan itu juga?”
Bok Nyeo bertanya apa maksud Doo Gyul dengan itu.
Doo Gyul tak tahu harus mengatakannya bagaimana, tiba-tiba ia jadi gagap hehe, “Ya itu... hanya ada kita berdua di rumah ini.”
Doo Gyul mencibir, “Kau jangan pura-pura tak mengerti apa itu. Jadi sekarang kau tak bisa kan. Kau bilang kau akan melakukan semua yang kuperintahkan. Kau tak bisa tersenyum dan kau tak bisa melakukan itu juga? kau hanya berbuat sesukamu.”
Doo Gyul akan pergi tapi langkahnya terhenti karena Bok Nyeo bertanya, “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan dulu?” Bok Nyeo jelas mengerti apa yang Doo Gyul perintahkan.
Mendengar tantangan dari Bok Nyeo yang siap sedia melakukan perintahnya mata Doo Gyul membesar terkejut, ia berbalik badan. Doo Gyul gelagapan, “Apa kau pikir aku akan takut jika kau melakukan itu? coba lakukan saja!”
Bok Nyeo mendekat ke arah Doo Gyul. Tapi Doo Gyul mundur ketakutan. Bok Nyeo melepas celemeknya. Perlahan ia juga melepas kancing bajunya.
Doo Gyul jelas semakin takut, “Ahjumma apa kau gila?” Teriak Doo Gyul mundur ketakutan lari ngibrit dari sana menabrak semua yang dilaluinya. Hingga Han Gyul yang baru pulang sekolah pun kaget.
Doo Gyul di taman bermain sendirian, mengingat tindakan gila Bok Nyeo tadi dan itu semakin membuatnya juga ikutan gila.
Doo Gyul yang menyusuri jalanan malam memegang perutnya yang keroncongan. Ia memandang dari luar ke dalam restouran dimana satu keluarga makan bersama. Doo Gyul yang kelaparan merindukan saat-saat bahagia makan bersama keluarga.
Ibu Eo Jin menatap keluar jendela, ia merasa heran apa dia tidak datang lagi malam ini. Suaminya juga heran apa yang istrinya lakukan, apa menunggu seseorang.
Ibu Eo Jin : “Pria yang mencurigakan itu.”
“Maksudmu penguntit itu?” ayah Eo Jin menebak kalau penguntit itu pasti tampan hingga membuat istrinya penasaran seperti ini. Ibu Eo Jin bilang kalau ia hanya penasaran. “Kenapa dia menaruh surat di kotak surat orang lain?”
Ayah Eo Jin : “Kalau aku bertemu dia, haruskah aku menanyakan itu padanya? meminta dan mengirimkanmu surat juga.”
Ibu Eo Jin : “Apa kau sudah gila?”
Ibu Eo Jin jinjit-jinjit melihat keluar lewat teropongnya. Ia melihat kembali pria misterius itu berdiri di depan kotak surat. “Dia datang lagi, dia datang lagi!” seru ibu Eo Jin. Ayah Eo Jin yang lagi baca koran menyuruh istrinya lebih baik segera keluar dan minta surat itu. Ibu Eo Jin melihat pria itu meletakan surat lagi ke kotak surat dan pergi. Ayah Eo Jin menyarankan lebih baik istrinya segera keluar untuk melihat apa isi surat itu.
Ibu Eo Jin : “Kenapa aku harus membaca surat orang lain? Itu tidak sopan.”
Ayah Eo Jin : “Kesopanan itu selalu kalah oleh sifat rasa ingin tahumu.”
Ibu Eo Jin pun lari-lari kecil keluar hahaha.
Doo Gyul sampai di depan rumahnya. Ia terkejut melihat seseorang berada di depan kotak surat rumahnya. “Apa yang anda lakukan disini?” Doo Gyul merebut surat yang ada di tangan ibu Eo Jin.
Doo Gyul membaca isi surat itu, pembantumu seorang pembunuh. Ibu Eo Jin yang belum sempat melihat isi suratnya berusaha melihat untuk membaca. “Ahjumma apa itu kau?” Doo Gyul menuduh ibu Eo Jin yang mengirim surat kaleng.
“Tidak.” ucap ibu Eo Jin menyangkal. Doo Gyul tak percaya karena buktinya sudah ada, ia menemukan surat itu dari tangan ibu Eo Jin, “Apa kau tahu betapa aku mengkhawatirkan ini?”
Ibu Eo Jin menjelaskan kalau Doo Gyul sudah salah paham padanya. Ia tak melakukannya, ia bahkan tak tahu apa yang ditulis di surat itu. Doo Gyul tetap tak percaya, “Kau sengaja melakukan ini supaya bisa menyingkirkan pembantu kami.”
Ibu Eo Jin bersikeras mengatakan kalau ia tak melakukannya, “Aku mengawasi rumahmu dan ada orang yang ...”
Doo Gyul : “Kau mengawasi kami?”
Ibu Eo Jin berusaha menjelaskan kalau itu tak sengaja ia lakukan lagi pula yang mengirim surat itu bukan dirinya. Ia yang kesal dituduh macam-macam meninggikan suaranya kalau bukan dia yang mengirim surat itu. Ibu Eo Jin yang kesal pun segera pulang ke rumahnya.
Pria misterius itu masih tak jauh dari sana. Ia bersembunyi di balik tembok. Ia menyeringai puas mengetahui di rumah mana Bok Nyeo bekerja sebagai pembantu. Doo Gyul yang marah merobek-robek surat itu.
Bok Nyeo keluar rumah bersiap akan pulang. Karena sudah mengetahui dimana Bok Nyeo bekerja, pria misterius itu pergi dari sana.
Bok Nyeo menyapa Doo Gyul yang sudah pulang ke rumah. Doo Gyul agak tak enak hati pada Bok Nyeo terkait kejadian tadi siang dan surat kaleng tanpa nama itu. Bok Nyeo pamit akan pualng kalau memang tak ada lagi yang Doo Gyul inginkan darinya. Doo Gyul minta maaf tentang kejadian sebelumnya. “Aku mendapatkan surat aneh dan ternyata ahjumma tetangga sebelah yang melakukan itu.”
Doo Gyul menatap benci rumah ibu Eo Jin, “Tolong kau hancurkan rumah itu!”
“Apa itu perintah?” tanya Bok Nyeo.
“Apa? Iya....!” jawab Doo Gyul.
Bok Nyeo melihat jam tangannya, karena ini masih berada di jam kerjanya ia pun akan melaksanakan perintah Doo Gyul. Bok Nyeo melepas topi dan mengikat rambutnya. “Jadi, apa yang anda ingin saya lakukan?”
Doo Gyul : “Ratakan rumah itu!”
Bok Nyeo : “Saya memerlukan buldoser untuk itu.”
Doo Gyul : “Kalau begitu ledakan!”
Bok Nyeo : “Saya butuh dinamit. Dimana saya bisa mendapatkannya?”
Bok Nyeo menatap Doo Gyul seperti berharap Doo Gyul berubah pikiran supaya lebih baik. Doo Gyul heran dengan tatapan Bok Nyeo. “Apa kau pikir kalau aku ini keterlaluan? Robot seperti dirimu tidak akan mengerti bagaimana perasaanku.”
Bok Nyeo : “Saya tahu.”
Doo Gyul tak mengerti. Bok Nyeo membawa tas-nya menuju rumah ibu Eo Jin. Doo Gyul mengikutinya.
Bok Nyeo mengeluarkan pilox dan menuliskan sesuatu di dinding rumah keluarga Eo Jin. Doo Gyul khawatir dengan tindakan Bok Nyeo, “Apa yang kau lakukan? apa yang kau tulis?” Bok Nyeo diam dan terus menulis di dinding.
Aku ingin melindungi keluargaku
Itulah yang Bok Nyeo tulis di dinding rumah keluarga Eo Jin. Doo Gyul tak mengerti apa maksudnya itu. Doo Gyul membaca kembali tulisan itu dan meresapinya. Ia pun mengerti kalau tulisan itu adalah hal yang ia lakukan selama ini. Ia sedang berusaha melindungi keluarganya. Doo Gyul tersenyum tipis menatap Bok Nyeo.
Ibu Eo Jin melongok dari jendela rumahnya dan berteriak terkejut melihat dinding rumahnya di corat-coret. “Hei bagaimana kau bisa menulis itu di dinding rumahku?” Teriaknya keluar rumah yang kakinya hanya pakai kaos kaki saja. “Apa kau gila?”
Bok Nyeo cuek. Ia malah kembali menuliskan tanda seru di akhir kalimat itu hahaha. Dan itu membuat ibu Eo Jin semakin berteriak marah. Doo Gyul mesam-mesem puas.
Sang Chul tiba di rumahnya karena mendapat kabar bahwa Doo Gyul dan Bok Nyeo membuat masalah hingga polisi datang ke rumah mereka. Sang Chul yang berlari akan masuk ke rumah membaca sekilas tulisan yang ada di dinding rumah keluarga Eo Jin.
Di dalam rumah sudah ada polisi dan ibu Eo Jin. Pak Polisi mengingatkan Sang Chul bukankah seharusnya Sang Chul mendisiplinkan anak agar tak membuat masalah lagi. Sang Chul minta maaf.
Polisi : “Dia (ibu Eo Jin) mengatakan kalau pembantumu melakukannya karena anakmu yang menyuruhnya. Apa yang terjadi?”
Sang Chul berkata kalau pembantunya itu tipe orang yang akan melakukan apapun yang diperintahkan.
Ibu Eo Jin malas mendengar penjelasan mereka, ia minta pak polisi segera menangkap Doo Gyul. Ia mengeluhkan kalau semua orang di dalam keluarga ini tidak normal. “Ayah yang meninggalkan rumah dan putri tertua yang masih belum pulang ke rmah sampai selarut ini dan anak laki-laki yang tidak menghormati orang dewasa. Aku tak akan bisa tidur jika mereka tinggal di sebelah rumahku.”
“Ahjumma kau yang mengirimkan surat ancaman itu.” tuduh Doo Gyul.
Ibu Eo Jin : “Aku sudah bilang itu bukan aku. Kapan aku mengirimkan surat ancaman? Apa kau punya bukti?”
Ibu Eo Jin meminta pak polisi segera menangkap Doo Gyul sekarang. Menurut ibu Eo Jin, Sang Chul seharusnya merasa malu, ibu Han Gyul akan sedih kalau melihat ini. Doo Gyul tak terima ibunya disebut-sebut, “Ahjumma siapa kau bicara seperti itu tentang ibuku? Kau selalu bicara tentang etika tapi kau sendiri menjadi tukang gosip.”
Ibu Eo Jin mengingatkan kalau Doo Gyul terus-terusan bicara sembarangan, ia akan membawa ini ke jalur hukum. Polisi meminta ibu Eo Jin tenang, “Bukankah anda tetangga mereka. Jadi maklumi saja, lagi pula dia masih dibawah umur.”
Ibu Eo Jin : “Kenapa aku harus melakukan iu? Kau harus menangkap anak itu supaya masayarakat disini lebih baik. Apa yang kau lakukan bawa dia sekarang!”
Pak Polisi pun akan membawa Doo Gyul ke kantor polisi, tapi Sang Chul menahannya. Ia minta maaf pada ibu Eo Jin dan mengakui kalau ini semua karena kesalahannya. “Jika kau tak bisa memaafkannya, lampiaskan saja kemarahanmu padaku sebagai gantinya. Aku mohon. Anakku bukan anak nakal. Dia mungkin bertindak seperti itu untuk melindungi keluarganya karena orang tuanya tidak ada. Dia sensitif karena masih dalam masa puber. Tapi dia memiliki hati yang hangat untuk siapapun. Bahkan istriku pernah bilang, ketika istriku sakit dia satu-satunya yang merawatnya sepanjang malam, dan mengganti kompresnya. Aku akan membersihkan dindingmu dan mengembalikannya seperi semula. Jadi tolong maafkan Doo Gyul sekali ini saja.”
Doo Gyul terharu melihat ayahnya mengucapkan itu dan memohonkan ampunan untuknya.
Ibu Eo Jin berkata kalau seharusnya Sang Chul jangan memanjakan anak-anak seperti itu. “Jika aku membiarkan kejadian mengerikan ini begitu saja, dia mungkin akan melakukan kejahatan yang lebih buruk dari ini. Tapi kecuali kau berlutut dan minta maaf aku akan.....”
Tanpa pikir panjang lagi Sang Chul segera berlutut sesuai keinginan ibu eo jin. Mereka terkejut melihat apa yang Sang Chul lakukan, apalagi Doo Gyul. Sang Chul yang berlutut memohon ibu Eo Jin memaafkan mereka sekali ini saja.
Bok Nyeo bergegas pergi dari ruang tamu dan ketika kembali ia membawa sebuah tongkat dan menatap tajam ke arah ibu Eo Jin.
Mereka kaget melihat Bok Nyeo berjalan ke arah ibu Eo Jin membawa tongkat itu. Mereka cemas Bok Nyeo akan melakukan tindakan yang aneh lagi.
Bok Nyeo mengacungkan tongkat itu ke arah ibu Eo Jin sebagai ancaman.
Yayaya pukul aja tuh orang....
Bersambung ke episode 6
Ibu Eo Jin menatap keluar jendela, ia merasa heran apa dia tidak datang lagi malam ini. Suaminya juga heran apa yang istrinya lakukan, apa menunggu seseorang.
Ibu Eo Jin : “Pria yang mencurigakan itu.”
“Maksudmu penguntit itu?” ayah Eo Jin menebak kalau penguntit itu pasti tampan hingga membuat istrinya penasaran seperti ini. Ibu Eo Jin bilang kalau ia hanya penasaran. “Kenapa dia menaruh surat di kotak surat orang lain?”
Ayah Eo Jin : “Kalau aku bertemu dia, haruskah aku menanyakan itu padanya? meminta dan mengirimkanmu surat juga.”
Ibu Eo Jin : “Apa kau sudah gila?”
Ibu Eo Jin jinjit-jinjit melihat keluar lewat teropongnya. Ia melihat kembali pria misterius itu berdiri di depan kotak surat. “Dia datang lagi, dia datang lagi!” seru ibu Eo Jin. Ayah Eo Jin yang lagi baca koran menyuruh istrinya lebih baik segera keluar dan minta surat itu. Ibu Eo Jin melihat pria itu meletakan surat lagi ke kotak surat dan pergi. Ayah Eo Jin menyarankan lebih baik istrinya segera keluar untuk melihat apa isi surat itu.
Ibu Eo Jin : “Kenapa aku harus membaca surat orang lain? Itu tidak sopan.”
Ayah Eo Jin : “Kesopanan itu selalu kalah oleh sifat rasa ingin tahumu.”
Ibu Eo Jin pun lari-lari kecil keluar hahaha.
Doo Gyul sampai di depan rumahnya. Ia terkejut melihat seseorang berada di depan kotak surat rumahnya. “Apa yang anda lakukan disini?” Doo Gyul merebut surat yang ada di tangan ibu Eo Jin.
Doo Gyul membaca isi surat itu, pembantumu seorang pembunuh. Ibu Eo Jin yang belum sempat melihat isi suratnya berusaha melihat untuk membaca. “Ahjumma apa itu kau?” Doo Gyul menuduh ibu Eo Jin yang mengirim surat kaleng.
“Tidak.” ucap ibu Eo Jin menyangkal. Doo Gyul tak percaya karena buktinya sudah ada, ia menemukan surat itu dari tangan ibu Eo Jin, “Apa kau tahu betapa aku mengkhawatirkan ini?”
Ibu Eo Jin menjelaskan kalau Doo Gyul sudah salah paham padanya. Ia tak melakukannya, ia bahkan tak tahu apa yang ditulis di surat itu. Doo Gyul tetap tak percaya, “Kau sengaja melakukan ini supaya bisa menyingkirkan pembantu kami.”
Ibu Eo Jin bersikeras mengatakan kalau ia tak melakukannya, “Aku mengawasi rumahmu dan ada orang yang ...”
Doo Gyul : “Kau mengawasi kami?”
Ibu Eo Jin berusaha menjelaskan kalau itu tak sengaja ia lakukan lagi pula yang mengirim surat itu bukan dirinya. Ia yang kesal dituduh macam-macam meninggikan suaranya kalau bukan dia yang mengirim surat itu. Ibu Eo Jin yang kesal pun segera pulang ke rumahnya.
Pria misterius itu masih tak jauh dari sana. Ia bersembunyi di balik tembok. Ia menyeringai puas mengetahui di rumah mana Bok Nyeo bekerja sebagai pembantu. Doo Gyul yang marah merobek-robek surat itu.
Bok Nyeo keluar rumah bersiap akan pulang. Karena sudah mengetahui dimana Bok Nyeo bekerja, pria misterius itu pergi dari sana.
Bok Nyeo menyapa Doo Gyul yang sudah pulang ke rumah. Doo Gyul agak tak enak hati pada Bok Nyeo terkait kejadian tadi siang dan surat kaleng tanpa nama itu. Bok Nyeo pamit akan pualng kalau memang tak ada lagi yang Doo Gyul inginkan darinya. Doo Gyul minta maaf tentang kejadian sebelumnya. “Aku mendapatkan surat aneh dan ternyata ahjumma tetangga sebelah yang melakukan itu.”
Doo Gyul menatap benci rumah ibu Eo Jin, “Tolong kau hancurkan rumah itu!”
“Apa itu perintah?” tanya Bok Nyeo.
“Apa? Iya....!” jawab Doo Gyul.
Bok Nyeo melihat jam tangannya, karena ini masih berada di jam kerjanya ia pun akan melaksanakan perintah Doo Gyul. Bok Nyeo melepas topi dan mengikat rambutnya. “Jadi, apa yang anda ingin saya lakukan?”
Doo Gyul : “Ratakan rumah itu!”
Bok Nyeo : “Saya memerlukan buldoser untuk itu.”
Doo Gyul : “Kalau begitu ledakan!”
Bok Nyeo : “Saya butuh dinamit. Dimana saya bisa mendapatkannya?”
Doo Gyul berfikir mau diapain tuh rumah, ia bingung sendiri. “Bagaimana aku harus menghancurkan rumah itu untuk membuatku merasa lebih baik?”
Bok Nyeo menatap Doo Gyul seperti berharap Doo Gyul berubah pikiran supaya lebih baik. Doo Gyul heran dengan tatapan Bok Nyeo. “Apa kau pikir kalau aku ini keterlaluan? Robot seperti dirimu tidak akan mengerti bagaimana perasaanku.”
Bok Nyeo : “Saya tahu.”
Doo Gyul tak mengerti. Bok Nyeo membawa tas-nya menuju rumah ibu Eo Jin. Doo Gyul mengikutinya.
Bok Nyeo mengeluarkan pilox dan menuliskan sesuatu di dinding rumah keluarga Eo Jin. Doo Gyul khawatir dengan tindakan Bok Nyeo, “Apa yang kau lakukan? apa yang kau tulis?” Bok Nyeo diam dan terus menulis di dinding.
Aku ingin melindungi keluargaku
Itulah yang Bok Nyeo tulis di dinding rumah keluarga Eo Jin. Doo Gyul tak mengerti apa maksudnya itu. Doo Gyul membaca kembali tulisan itu dan meresapinya. Ia pun mengerti kalau tulisan itu adalah hal yang ia lakukan selama ini. Ia sedang berusaha melindungi keluarganya. Doo Gyul tersenyum tipis menatap Bok Nyeo.
Ibu Eo Jin melongok dari jendela rumahnya dan berteriak terkejut melihat dinding rumahnya di corat-coret. “Hei bagaimana kau bisa menulis itu di dinding rumahku?” Teriaknya keluar rumah yang kakinya hanya pakai kaos kaki saja. “Apa kau gila?”
Bok Nyeo cuek. Ia malah kembali menuliskan tanda seru di akhir kalimat itu hahaha. Dan itu membuat ibu Eo Jin semakin berteriak marah. Doo Gyul mesam-mesem puas.
Sang Chul tiba di rumahnya karena mendapat kabar bahwa Doo Gyul dan Bok Nyeo membuat masalah hingga polisi datang ke rumah mereka. Sang Chul yang berlari akan masuk ke rumah membaca sekilas tulisan yang ada di dinding rumah keluarga Eo Jin.
Di dalam rumah sudah ada polisi dan ibu Eo Jin. Pak Polisi mengingatkan Sang Chul bukankah seharusnya Sang Chul mendisiplinkan anak agar tak membuat masalah lagi. Sang Chul minta maaf.
Polisi : “Dia (ibu Eo Jin) mengatakan kalau pembantumu melakukannya karena anakmu yang menyuruhnya. Apa yang terjadi?”
Sang Chul berkata kalau pembantunya itu tipe orang yang akan melakukan apapun yang diperintahkan.
Ibu Eo Jin malas mendengar penjelasan mereka, ia minta pak polisi segera menangkap Doo Gyul. Ia mengeluhkan kalau semua orang di dalam keluarga ini tidak normal. “Ayah yang meninggalkan rumah dan putri tertua yang masih belum pulang ke rmah sampai selarut ini dan anak laki-laki yang tidak menghormati orang dewasa. Aku tak akan bisa tidur jika mereka tinggal di sebelah rumahku.”
“Ahjumma kau yang mengirimkan surat ancaman itu.” tuduh Doo Gyul.
Ibu Eo Jin : “Aku sudah bilang itu bukan aku. Kapan aku mengirimkan surat ancaman? Apa kau punya bukti?”
Ibu Eo Jin meminta pak polisi segera menangkap Doo Gyul sekarang. Menurut ibu Eo Jin, Sang Chul seharusnya merasa malu, ibu Han Gyul akan sedih kalau melihat ini. Doo Gyul tak terima ibunya disebut-sebut, “Ahjumma siapa kau bicara seperti itu tentang ibuku? Kau selalu bicara tentang etika tapi kau sendiri menjadi tukang gosip.”
Ibu Eo Jin mengingatkan kalau Doo Gyul terus-terusan bicara sembarangan, ia akan membawa ini ke jalur hukum. Polisi meminta ibu Eo Jin tenang, “Bukankah anda tetangga mereka. Jadi maklumi saja, lagi pula dia masih dibawah umur.”
Ibu Eo Jin : “Kenapa aku harus melakukan iu? Kau harus menangkap anak itu supaya masayarakat disini lebih baik. Apa yang kau lakukan bawa dia sekarang!”
Pak Polisi pun akan membawa Doo Gyul ke kantor polisi, tapi Sang Chul menahannya. Ia minta maaf pada ibu Eo Jin dan mengakui kalau ini semua karena kesalahannya. “Jika kau tak bisa memaafkannya, lampiaskan saja kemarahanmu padaku sebagai gantinya. Aku mohon. Anakku bukan anak nakal. Dia mungkin bertindak seperti itu untuk melindungi keluarganya karena orang tuanya tidak ada. Dia sensitif karena masih dalam masa puber. Tapi dia memiliki hati yang hangat untuk siapapun. Bahkan istriku pernah bilang, ketika istriku sakit dia satu-satunya yang merawatnya sepanjang malam, dan mengganti kompresnya. Aku akan membersihkan dindingmu dan mengembalikannya seperi semula. Jadi tolong maafkan Doo Gyul sekali ini saja.”
Doo Gyul terharu melihat ayahnya mengucapkan itu dan memohonkan ampunan untuknya.
Ibu Eo Jin berkata kalau seharusnya Sang Chul jangan memanjakan anak-anak seperti itu. “Jika aku membiarkan kejadian mengerikan ini begitu saja, dia mungkin akan melakukan kejahatan yang lebih buruk dari ini. Tapi kecuali kau berlutut dan minta maaf aku akan.....”
Tanpa pikir panjang lagi Sang Chul segera berlutut sesuai keinginan ibu eo jin. Mereka terkejut melihat apa yang Sang Chul lakukan, apalagi Doo Gyul. Sang Chul yang berlutut memohon ibu Eo Jin memaafkan mereka sekali ini saja.
Bok Nyeo bergegas pergi dari ruang tamu dan ketika kembali ia membawa sebuah tongkat dan menatap tajam ke arah ibu Eo Jin.
Mereka kaget melihat Bok Nyeo berjalan ke arah ibu Eo Jin membawa tongkat itu. Mereka cemas Bok Nyeo akan melakukan tindakan yang aneh lagi.
Bok Nyeo mengacungkan tongkat itu ke arah ibu Eo Jin sebagai ancaman.
Yayaya pukul aja tuh orang....
Bersambung ke episode 6
hahahaaha bok nyeo itu kocak ya.... makin penasaran ma identitasnya....
ReplyDeletebtw ini berapa ep ya mbak?
menurut rencana sih 20 episode.
DeleteAhh.. Terharu dnger Sangchul bilng kek gituu.... Ditunggu klnjutan nya ^^
ReplyDeleteΰδαн berdecak kagum karena choi ji woo jago main basket pake terbang lagi, eh ternyata stuntman..jadi ngakak sendiri..semangat terus Ɣªª bu..
ReplyDeletedrma ini makin lama makin kocak ya.. lumayan bgt nglepas stress
ReplyDeleteSebenernya baru nntn Eps 1 di s- one. Langsung tertarik, dan tnyata udh smpe eps. 5. Thanks bgt buuat sinopsisnya! Jd ga perlu streaming, ato nunggu epsnya di tv.. Hahaha thanks"! :D
ReplyDelete