Kita akan kembali ke tahun 2002 dimana tahun itu ramai dengan pergelatan akbar World Cup 2002 Korea – Japan. (lho kok kenapa?) Karena disaat yang bersamaan Lee Jung Rok melamar Park Min Suk hehe. Ketiga kawannya ditugaskan untuk mengantar mahar.
(aduh ga ngerti sama tradisi pernikahan Korea Selatan yang pasti ada pihak yang seperti menjual mahar trus ada pihak yang menyiapkan amplop untuk membelinya haha ga ngerti ah, ini yang saya tonton di Wonderful life)Rombongan pengantar mahar berjalan beriringan sambil berteriak ‘dijual mahar pernikahan’ ala suporter sepakbola. Lengkap dengan kostum dan bendera Korea Selatan.
Suara Yoon : “Tak peduli apapun kata orang, Jung Rok adalah juaranya menghambur-hamburkan uang. Gambaran seorang playboy yang mengemudi mobil mewah.”
“Bulan Juni itu bersamaan dengan kegembiraan yang menyertai demam Piala Dunia Korea - Jepang, dia menjadi orang pertama diantara kami yang memasuki kuburan kehidupan yaitu pernikahan.”
Rombongan sampai di depan rumah mempelai wanita. Ketiga sohib Jung Rok meneriakan mahar. Tapi tak seorang pun keluar dari rumah itu.
Yoon membawa sepasang bebek-bebekan dan lampion, Tae San membawa sesuatu yang digendongnya sambil mengenakan cumi-cumi kering di kepalanya.
(haha jadi ingat sama cumi-cumi kering yang dipasang di mobil Do Jin) (di Wonderful Life juga ada cumi2 seperti itu, apa itu salah satu tradisi juga ya)
Ketiganya heran apa yang dilakukan teman-teman mempelai wanita sampai tak ada yang menyambut kedatangan rombongan mereka. Kenapa mereka tak keluar tanya Tae San.
Do Jin mempertanyakan apakah dengan cara seperti ini akan berhasil. Yoon menyela lebih baik Do Jin lakukan saja saat pernikahan Do Jin nanti. Ketiganya kembali mencoba berteriak agar yang di dalam segera menyambut mereka.
Kemudian pintu gerbang terbuka dan muncullah 3 wanita yang tentu saja sebaya dengan Min Suk mengenakan perhiasan yang berkilauan.
Katiga pria ini melongo. Do Jin bertanya pada temannya, berapa banyak gedung yang dimilikinya (gedung yang dimiliki Min Suk)
Yoon menjawab sangat sulit untuk menghitungnya satu-satu. Do Jin harus menghitungnya blok demi blok. (satu blok kira-kira berapa gedung ya haha)
Tae San menambahkan kalau gedung kantor itu disewakan lebih murah sedikit perusahaan kita tak akan bangkrut.
“Kau juga harus membuka biro hukummu.” sahut Do Jin.
“Tentu saja.” ucap Yoon.
Ketiga wanita itu tentu saja senang melihat ketiga teman Jung Rok yang tampan-tampan dan mengajak ketiganya masuk karena mereka sudah menyiapkan minuman di dalam. Salah satu wanita ini menawarkan apa ketiga pria ini ingin dinyanyikan sebuah lagu.
Tae San bersikap seimut mungkin, “Aigoo jangan seperti itu,” katanya.
“Kamilah yang seharusnya menyanyi untuk kalian!” sahut Do Jin. Ia melirik kerah Yoon, ‘Tunggu apa lagi? mereka sudah menunggu.”
Dan Yoon pun menyanyi sambil berjoget. (hahaha ketawa lagi liat tingkah konyol Yoon)
Suara Yoon : “Walaupun tak tercatat dalam Buku Rekor Dunia. Tapi malam itu, proses mengantarkan mahar pernikahan yang kami lakukan adalah yang tersingkat dalam sejarah, membantu Jung Rok memasuki peti matinya. Yang menyedihkan adalah sejarah itu berlanjut hingga ke upacara pernikahannya.”
Waktunya berfoto pernikahan. Jung Rok tersenyum-senyum kegirangan, ia melihat istrinya menampilkan wajah cemberut, “Sayang keriputmu akan kelihatan. Smile!”
Min Suk mendelik galak, tampang Jung Rok jadi ciut hehe. Tapi kemudian tersenyum lagi dan siap berfoto bersama tamu undangan.
Suara Yoon lagi, “Belum pernah terjadi dalam sebuah pernikahan. Teman mempelai pria lebih muda dan tampan daripada teman mempelai wanita.”
“Waktu itu ataupun sekarang pernikahan Jung Rok, kecuali bagi yang menikah, itu adalah berkah bagi semua orang.”
Terutama berkah bagi ketiga teman Jung Rok karena bisa berdiri diantara wanita-wanita cantik ketika berfoto dan ketiganya tersenyum sambil memandangi wanita-wanita cantik haha.
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 7
Yi Soo berada di kamarnya melamun dengan sepatu merah yang berada di pangkuannya. Terbayang dalam ingatannya dimana Do Jin menciumnya untuk menghilangkan ingatannya tentang pelukan Tae San.
Yi Soo berendam di kamar mandi. Disana penuh dengan bayangan gelembung-gelembung (saya menyebut ini gelembung cinta, cocok ga ya) Yi Soo membuka matanya perlahan dan menyentuh bibirnya.
Selesai mandi pun Yi Soo masih tampak melamun, “Pria brengsek, apa yang dilakukannya padaku?”
Yi Soo membersihkan wajahnya setengah melamun. Ia bertanya-tanya apa ketika itu ia terlambat mendorong Do Jin. Apa mungkin Do Jin berfikir kalau ia menikmati ciuman itu. Kalau seperti ini ia bisa gila. Yi Soo berusaha tak mempedulikannya karena pada saat itu mulutnya tertutup jadi tak apa-apa.
Yi Soo membuka laci tempat ia menyimpan pakaian dalamnya, “Mana celana dalamku yang gambar kucing? Apa masih kucuci? Ciuman apa itu tak ada pendahuluannya? Brengsek. Ciuman itu hanya seperti mendepositokan uang di bank. Sekali sebulan dan jangka waktunya tetap.”
Yi Soo melepas handuk piyama dan memakai pakaian dalamnya, “Kalau begitu tak ada bedanya dengan berciuman saat misa di gereja. Berat badan ini, kenapa turunnya selalu berawal dari bagian dada duluan ya?” hahaha....
Di kamar Yi Soo jas Do Jin tergantung rapi. Di jas itu pena milik Do Jin ada disana.
Esok harinya, Do Jin terbangun karena suara alarm jam. Matanya masih terpejam tapi ia sudah bangun, “Rabu 18 april.” Gumamnya.
Do Jin melirik jam yang ada di sebelah tempat tidurnya dan ternyata yang ia gumamkan itu salah, sekarang 19 april hari kamis.
Untuk memastikan ia melihat jam di ponsel dan ternyata benar kamis 19 april. Tatapannya berubah bingung.
Ia ke tempat penyimpanan pakaian berusaha mencari penanya diantara semua pakaian dan jas yang tergantung tapi ia tak menemukannya. Do Jin sangat gelisah dan berusaha mengingat dimana ia menyimpannya.
Do Jin melihat Yoon sedang menyiapkan sarapan lengkap dengan celemek. Do Jin bertanya jam berapa ia pulang kemarin. Yoon menjawab bukankah mereka berdua pulang bersama. Do Jin bertanya lagi, ia dan Yoon bertemu dimana. Yoon menjawab di bar-nya Jung Rok. Do Jin terus bertanya apa ia mabuk, Yoon menjawab tidak terlalu mabuk.
Yoon heran, “Jangan-jangan kau...”
Do Jin : “Benar. Setelah satu setengah tahun.”
Yoon menghela nafas panjang. Do Jin bertanya lagi apa ia kemarin mengalami kejadian yang buruk. Yoon berkata sepertinya Tae San yang mengalami kejadian buruk. Do Jin langsung cemas, kalau masalah Tae San apa berhubungan dengan perusahaan.
Yoon menjelaskan kalau kemarin ia mendengar Tae San memeluk Guru Seo. Do Jin kaget, kenapa. Yoon berkata kalau Do Jin juga melihat kejadian itu.
Do Jin : “Aku melihatnya tapi tak terjadi apa-apa pada Im Tae San?
Yoon minta lebih baik Do Jin mendengar saja recorder Do Jin. Itu dia masalahnya, Do Jin mengatakan kalau recorder itu tak ada padanya. Ia bertanya pada Yoon kemarin ia memakai baju apa. Yoon mengatakan kalau Do Jin ke bar hanya mengenakan kaos (seingetku kemeja) Yoon menyarankan lebih baik Do Jin menemui Tae San dulu.
Di Hwa Dam mereka tengah rapat, Manajer Choi memaparkan rancangannya. Sikap Tae San agak lain ia lebih banyak diam dan melamun. Tentu saja ia memikirkan ucapan Se Ra yang mengatakan kalau Yi Soo menyukainya. Ia manghela nafas panjang.
Karena melihat salah satu atasannya tak memperhatikan apa yang ia sampaikan manajer Choi terdiam. Do Jin memperhatikan kegalauan Tae San yang terus berulang kali menarik nafas panjang. Bahkan semua orang juga memperhatikannya. Tae San minta maaf tak bisa mengikuti rapat dengan baik, ia minta rapatnya dilanjutkan nanti sore saja. Ia mengajak Do Jin bicara di luar.
Tae San minta maaf ia tak bisa berkonsentrasi. Do Jin berkata kalau ia juga sama. Do Jin ingin bicara tentang kejadian kemarin tapi Tae San memotong ucapannya, ia ingin bicara lebih dulu.
Tae San bertanya-tanya apa perlu ia minta maaf pada Do Jin. Ia mengaku kalau kemarin ia sudah melakukan kesalahan pada Yi Soo. Tapi ia tak yakin apakah ia juga bersalah pada Do Jin. “Hubungan apa yang kau jalin dengan Yi Soo?”
Do Jin : “Melihat reaksiku kemarin, menurutmu hubungan apa yang kujalin dengannya?”
Tae San berkata kalau ia serius bertanya.
Do Jin : “Aku bertanya padamu apa yang terjadi kemarin? Kenapa kau memeluk Guru Seo? Apa yang terjadi setelah itu? sedih atau senang?”
“Kau bicara apa?” Kemudian Tae San menyadari sesuatu, “Jangan katakan kalau kau...”
Do Jin : “Benar. Kelihatannya kambuh lagi.”
Tae San bertanya apa Do Jin tak mendengarkan recorder. Do Jin memberi tahu kalau recordernya hilang dan jas nya juga hilang. Tae San berkata kalau kemarin ia melihat Yi Soo memakainya. Tae San mengajak Do Jin periksa ke rumah sakit. Tapi Do Jin berkata kalau ia harus menemukan recordernya dulu.
Do Jin menanyakan apa Tae San melihat sepasang sepatu, karena seingatnya ia membawa itu ke kantor tapi ia tak bisa menemukannya dan sepatu itu cukup cantik. Tae San memberi tahu kalau sepatu itu juga ada pada Yi Soo.
Do Jin : “Kenapa banyak sekali yang kuberikan padanya? Memangnya dia melakukan sesuatu yang menawan?”
Pegawai Do Jin datang membawakan kunci mobilnya, ia sudah mencuci Betty dan barang-barang Do Jin sudah ada di bagasi. Do Jin pamit harus mendapatkan kembali recordernya, ia mengatakan kalau hari ini ia izin sakit tak masuk kerja.
Do Jin di depan sekolah Yi Soo. Ia berdiri bersandar pada mobilnya. Kim Dong Hyub cs melihat Do Jin dan menghampirinya. Do Jin jelas mengenali keempatnya sebagai siswa preman yang pernah memalak dirinya.
Dong Hyub bertanya-tanya Do Jin datang ke sekolahnya bukan untuk balas dendam padanya kan. Do Jin berkata tidak, ia datang karena ada urusan yang lebih penting.
“Apa ini mobilmu?” tanya Dong Hyub sambil menendang ban Betty. Do Jin menahan kesal dan berkata Dong Hyub boleh saja memancing kemarahannya tapi kalau Dong Hyub menyentuh sehelai saja rambut mobilnya jangan harap ia akan berdamai dengan Dong Hyub.
Dong Hyub tertawa sambil menatap mobil Do Jin, “Jadi kau istri si ahjussi ini.” Ketiga teman Dong Hyub tertawa.
Dong Hyub tanya apa Do Jin punya uang. Do Jin kembali kesal, “Apa kau tak pindah sekolah? Haruskah kau lulus dari sekolah ini?”
“Hei Kim Dong Hyub!” terdengar suara keras Yi Soo. Dong Hyub tersenyum dan berkata kalau ia cuma bercanda kenapa Do Jin terlihat cemas. Ia mengajak ketiga temannya pergi.
Guru Park yang berdiri di samping Yi Soo bertanya-tanya siapakah pria yang bagaikan karya seni itu. Apa dia sedang menunggu seseorang.
Do Jin melambaikan tangan pada Yi Soo. Yi Soo jelas terkejut. Guru Park juga kaget ternyata pria itu menunggu Yi Soo, “Siapa dia? Apa dia pacarmu?” tanya Guru Park ingin tahu. Yi Soo menghampiri Do Jin. Guru Park memandang Do Jin penuh kekaguman.
Yi Soo terbata-bata bertanya kenapa Do Jin datang ke sekolahnya. Do Jin berkata bukankah ia sudah bilang jawab teleponnya kenapa Yi Soo tak menjawabnya. Yi Soo beralasan kalau ia sedang berada di sekolah jadi ia tak bisa menjawabnya. Do Jin bergumam kalau itu cuma alasan saja, ia bertanya apa Yi Soo ada janji. Yi Soo menjawab tak ada.
Do Jin menyuruh Yi Soo masuk ke mobilnya. Ia bahkan membukakan dan menutup pintu mobil untuk Yi Soo. Itu membuat Guru Park tak percaya melihatnya. Guru Park berkata pada guru di sebelahnya, “Kau lihat. Dia bahkan menutupkan pintu untuknya, Omo sangat tinggi dan tampan, juga sangat sopan.”
Tak ada pembicaraan di dalam mobil seolah tak terjadi apa-apa. Dalam hati Yi Soo bertanya-tanya sambil melirik ke arah Do Jin, “Kenapa dia diam saja?”
Yi Soo memberanikan diri memulai percakapan. Ia bertanya Do Jin akan membawanya kemana. Do Jin menjawab ke rumah. Yi Soo kaget kenapa harus pergi ke rumah Do Jin. Ia kesal kenapa Do Jin tak pernah menanyakan pendapatnya dan hanya melakukan apa yang Do Jin sukai.
Do Jin berkata bukankah Yi Soo bilang kalau Yi Soo tak ada janji. Memangnya Yi Soo mau pergi ke suatu tempat. Yi Soo menebak apa sekarang mereka menuju rumahnya. Do Jin menjawab ya dan bertanya bukankah jasnya apa pada Yi Soo.
Yi Soo ingat itu dan menanyakan apa Do Jin menjemputnya hanya untuk mengambil jas. Do Jin balik bertanya memangnya Yi Soo pikir untuk apa ia menjemput Yi Soo, “Jangan-jangan kali ini juga kau mencuri jas-ku?” Sepertinya Yi Soo mengira kalau keduanya sedang berkencan. Ia bilang lain kali saja keduanya berkencan karena hari ini kondisinya tak memungkinkan.
Yi Soo menyela bukan itu maksudnya. Yi Soo bertanya apa tak ada yang ingin Do Jin sampaikan padanya. Do Jin balik bertanya memangnya ada yang perlu ia sampaikan pada Yi Soo. Pembicaraan keduanya terpotong karena Do Jin menerima telepon dari anak buahnya.
Sesampai di rumah, Yi Soo mengembalikan jas milik Do Jin. Do Jin langsung mencari penanya yang masih terpasang di saku jasnya.
Do Jin tanya apa jas-nya hangat. Yi Soo diam. Do Jin berkata kalau begitu ia akan menganggap Yi Soo merasa hangat.
Yi Soo jelas heran dengan sikap Do Jin yang seolah-olah kemarin tak terjadi apa-apa. Ia bertanya haruskah ia juga berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa, seperti Do Jin yang berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa.
Kini Do Jin yang bingung dan bertanya apa kemarin telah terjadi sesuatu diantara keduanya. Yi Soo tak habis pikir ternyata Do Jin melupakannya begitu saja. Ia tak pernah menyangka kalau reaksi Do Jin akan seperti ini. Yi Soo berkata kalau kemarin hanya kecelakaan dan tak terjadi apa-apa. Seharusnya ia yang pura-pura bodoh bukan Do Jin. Sekarang ia merasa benar-benar konyol.
Do Jin minta Yi Soo melanjutkannya karena ia ingin tahu apa yang terjadi. Yi Soo sadar dan tahu diri kalau ia itu kuno tapi baginya itu adalah masalah besar.
“Apa kemarin kita tidur bersama?” tanya Do Jin bingung.
Ponsel Yi Soo berdering tapi Yi Soo tak segera menjawabnya. Do Jin menebak itu dari Tae San dan segera menjawabnya.
Do Jin mengatakan pada Tae San kalau ia tengah bersama Yi Soo. Ia berkata kalau ia tak terlalu yakin, tapi yang pasti sekarang ia terlihat seperti orang bodoh di depan Yi Soo. Ia juga memberi tahu kalau ia sudah menemukan penanya dan ia akan mendengarkannya sepulang dari rumah Yi Soo.
Do Jin mohon diri, ia akan menyelesaikan pembicaraan ini besok. Yi Soo mengunci pintu dengan kekesalannya. Ia kemudian bingung dengan sesuatu, “Pena? Mendengarkan?”
Do Jin mendengarkan rekaman penanya di kantor. Di sana ada Tae San yang gelisah menunggu reaksi Do Jin.
Suara Tae San di rekaman, ‘Apa yang kau bicarakan dengan laki laki asing? Wah hari ini kau terasa berbeda.’
“Kau terasa berbeda?” Do Jin tak paham.
Tae San meminta Do Jin mendengarkan dulu sampai selesai. Do Jin lanjut mendengarkan recordernya. Sambil mengerjakan pekerjaannya sesekali Tae San melirik untuk melihat reaksi Do Jin.
Suara Do Jin, ‘Kalau masih terlalu nyata, ayo lakukan ini saja.’
Do Jin tercengang bingung, Tae San yang melihat ekspresi Do Jin langsung tanya kenapa, apa Do Jin melakukan sesuatu yang salah. Do Jin berkata kalau ia melakukan sesuatu yang salah hari ini. Tapi kemarin, menurutnya terasa sangat menarik (tapi Do Jin masih belum ingat apa yang dilakukannya kemarin) Do Jin lanjut mendengarkan recordernya.
Yi Soo menemui Yoon untuk menanyakan perihal pena itu. Akhirnya ia tahu kalau pena itu adalah pena recorder.
Yoon menjelaskan kalau Do Jin itu merekam semuanya selama 24 jam sehari 365 setahun. Yi Soo ingin tahu kenapa Do Jin melakukan itu. Yoon kembali menjelaskan kalau Do Jin menderita penyakit yang aneh, tidak ada kerusakan pada otaknya tapi ketika dia sedang stres atau berada dalam tekanan bahkan hanya dalam beberapa jam dia bisa kehilangan memorinya selama satu atau dua hari.
Sekarang Do Jin memiliki perusahaan arsitek yang cukup besar. Di usia 27 tahun dia memulai usahanya dengan Tae San dengan cara patungan. Sebelum sampai pada tahap ini, mereka sudah tiga kali mengalami kebangkrutan.
Pertama kali dia gagal, dia kehilangan harga dirinya. Kedua kali dia kehilangan rumah dan mobilnya. Dan yang ketiga adalah yang paling serius. Selain hutang, dia juga kehilangan orang-orang yang ada disekitarnya, terluka, bahkan dikhianati. Saat itulah hal yang menyebabkan penyakitnya.
Yi Soo tak menyangka kalau keadaaan Do Jin seperti itu karena menurutnya Do Jin orang yang penuh percaya diri.
Yoon : “Sebanarnya bahkan orang biasa akan lupa apa yang mereka kerjakan hari minggu ketiga bulan lalu atau hari rabu yang lalu. Tapi dia tetap merekam semuanya setiap hari. Itu lah Do Jin.”
Sekarang Yi Soo jadi paham, ternyata itu yang membuat sifat Do Jin sangat keras. Yoon mengatakan kalau dari dulu sifat Do Jin seperti itu. Do Jin sudah konsisten seperti itu sejak usianya masih muda.
Yi Soo menyadari sesuatu dan bertanya alat perekam itu tidak bisa merekam selama 24 jam penuh kan. Setahu Yoon recorder itu bahkan bisa merekan selama 48 jam penuh.
“Oh No!” Yi Soo tak menyangka. Ia buru-buru pamit menuju suatu tempat. Yoon bengong melihat Yi Soo yang buru-buru pergi.
Do Jin memeriksakan diri ke dokter. Ia ingin tahu apa benar-benar tak ada yang aneh dengan otaknya. Dokter bilang tak ada, menurut dokter hasil MRI otak Do Jin normal. Dokter bertanya apa akhir-akhir ini ada yang mengganggu pikiran Do Jin.
Do Jin menebak apa ini karena stres, pengobatan modern benar-benar tak canggih Do Jin menyindir si dokter. “Kalau kau tak bisa menemukan penyebabnya, kau menyalahkan stres.”
Dokter berkata untuk itu Do Jin harus lebih berbaik hati. “Apa kau belum tahu kalau stres itu sumber dari 10rb penyakit?”
Do Jin : “Diantara 10rb penyakit, semoga penyakitku ada diagnosanya.”
Dokter minta Do Jin jangan mengabaikan stres, “Keadaan mentalmu mengendalikan kondisi tubuhmu. Bukankah sudah sembuh selama beberapa waktu? Apa yang tejadi sampai kau kambuh lagi? marah, cemas, depresi. Apakah kau mengalami gejala-gejala seperti itu akhir-akhir ini?”
“Ketiganya.” sahut Do Jin karena baru-baru ini ia memulai cinta bertepuk sebelah tangan, ia dibutakan oleh rasa cemburu.
“Kenapa? Apa kau membuat masalah?” tanya dokter.
“Aku yang merencanakannya,” sahut Do Jin.
Dokter senang dan menyuruh Do Jin terus melakukannya, “Sebenarnya tak ada stres yang lebih baik daripada perasaan cinta. Kau tak boleh berhenti merasakannya. Bersungguh-sungguh belum tentu akan berhasil. Cinta seperti sebuah penyakit, obatilah sebelum semakin parah.”
‘Penyakitmu sendiri, kau sembuhkan sendiri begitu kan?’ Do Jin menyindir dokternya tak bertanggung jawab.
Yi Soo lari-lari menuju aparteman Do Jin sambil terus menghubungi ponsel Do Jin, tapi Do Jin tak mengangkatnya. Yi Soo kesal bukan main untuk apa Do Jin memiliki ponsel kalau tak diangkat ketika dihubungi.
Ternyata Do Jin tengah mendengarkan recordernya dan dicolok di tape agar suaranya terdengar jelas haha...
‘Apa aku terlambat mendorongnya? Mungkinkah dia berfikir aku menikmatinya? Aku benar-benar bisa gila. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa, mulutku kan tertutup jadi tak apa-apa.’
Do Jin tersenyum-senyum mendengarkan apa yang dikatakan Yi Soo.
‘Mana celana dalamku yang gambar kucing? Apa masih kucuci?’
(wahahaha Do Jin terkekeh)
Lalu munculah gambaran imajinasi Do Jin, Yi Soo dengan handuk piyama sama seperti ketika hari itu. Yi Soo menenteng pakaian dalamnya, ‘Ciuman apa itu tak ada pendahuluannya?’
Do Jin mengambil suplemen dan memasukannya ke air siap untuk ia minum. Sementara gambaran imajinasi Do Jin, Yi Soo tengah mengamati pakaian dalamnya.
‘Brengsek, ciuman hanya seperti mendepositokan uang di bank. Sekali sebulan, jangka waktunya tetap.’
Do Jin kembali terkekeh.
Yi Soo membuka handuk piyamanya, bruk... Do Jin mendengar suara handuk piyama yang dijatuhkan. Ia melihat bayangan Yi Soo yang tanpa busana tengah memakai pakaian dalam.
(adegan ini memang dari sananya udah disensor hahaha...)
Do Jin melongo melihat imajinasinya dari atas sampai bawah dan dari bawah sampai atas.
‘Kalau begitu tak ada bedanya dengan berciuman saat misa di gereja.’
Do Jin ingin melihat imajinasinya ini lebih dekat haha (busyet haha)
‘Berat badan ini kenapa turunnya selalu berawal di bagian dada?’
Terdengar bel rumah, Do Jin kaget dan imajinasinya pun hilang. Siapa yang datang, Yi Soo.Do Jin segera mencabut pena perekam dan mengatur rekamannya kembali. Ia bersikap sesantai mungkin dan meletakan penanya di atas tape.
Tanpa ba bi bu Yi Soo langsung berkata kalau ia sudah mendengar pena itu alat perekam. Do Jin menebak pasti Yoon yang mengatakannya tak mungkin Tae San.
Yi Soo ingin tahu apa Do Jin mendengarkannya. Do Jin menyuruh Yi Soo masuk dulu. Yi Soo tak sabar ingin tahu apa Do Jin mendengarkannya atau tidak. Do Jin balik bertanya kenapa memangnya ada yang tak boleh ia dengarkan. “Apa yang kau lakukan ketika kau sendirian?”
“Kau mendengarnya atau tidak?” tanya Yi Soo tak sabar.
“Tadi aku sedang mendengarkannya,” ucap Do Jin santai.
“Sampai mana?” Yi Soo penasaran sepertinya ia tahu kalau ia sudah berkata yang seharusnya tak didengar Do Jin. “Kau sudah mendengarkan sampai bagian mana?”
“Sambai bagian ketika kita berciuman,” kata Do Jin bohong.
“Benarkah?” Yi Soo lega mendengarnya. “Itu benar kemarin dibawah guguran bunga....” Yi Soo yang nyerocos langsung sadar kalau ia terlalu keceplosan bicara dan langsung menutup mulutnya.
“Kau melakukan sesuatu yang luar biasa pada bibirku,” seru Do Jin.
Yi Soo berkata kalau ia sedang sibuk jadi dimana perekamnya. Yi Soo tanya dimana kamar Do Jin, disini disana?
Do Jin menunjukkan kamarnya. Yi Soo permisi mau ke kamar Do Jin untuk memeriksa recorder Do Jin.
“Baiklah silakan. Tapi perekamnya ada disini,” sahut Do Jin.Yi Soo kesal Do Jin seperti membodohinya, Do Jin mengambil perekamnya. Yi Soo ingin perekam itu diberikan padanya dulu. Keduanya berebut pena recorder. Do Jin mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Yi Soo sekuat tenaga berusaha menggapainya.
Dan bruk... keduanya terjatuh di kursi. Aish... Posisi Yi Soo diatasnya Do Jin nih hehe...
Mata Yi Soo terbelalak kaget, Do Jin tersenyum. Yi Soo berusaha untuk bangun tapi sayang tangan Do Jin menahan bajunya hahaha.
Do Jin minta lebih baik Yi Soo tak bergerak kalau Yi Soo ingin mempertahankan kerendahan hati. Yi Soo mendelik meminta Do Jin melepaskan pegangan bajunya.
Do Jin malah meletakan tangannya ke kepala sebagai bantal dan berkata kalau ia tak berniat melepaskan Yi Soo. “Wanita seperti apa yang begitu tak tanggap.”
“Jangan lakukan.” tegas Yi Soo.
“Lakukan apa? Apa kau ingin melakukannya sekarang atau nanti?”
“Aish, kau... aku akan menuntutmu.”
Do Jin : “Kau sangat kasar pada seorang paisen. Kalau kau mengetahui isi recorder itu maka kau akan sedikit memahami tentang keadaanku. Jadi jangan salah paham lagi. Aku bukan pura-pura tak ada yang terjadi, tapi aku tak bisa mengingatnya. Kemarin aku menciummu.”
Yi Soo sudah mengerti tentang hal itu jadi ia minta sekarang Do Jin melepaskannya. Tapi Do Jin tak mau melepasnya dan berkata kalau ini bukan ide yang bagus karena celana dalam kucing Yi Soo mungkin akan keluar. (wakakaka)
Yi Soo kaget, “Apa? Kau sudah mendengar semuanya?”
Do Jin berkata kalau itu sesuai dengan seleranya. Ia lebih menyukai Cat Woman daripada Wonder Woman.
Yi Soo jelas malu campur kesal. Ia memukul-mukul tubuh Do Jin dan menjatuhkan diri bermaksud menyembunyikan wajahnya karena malu. Do Jin tertegun terdiam sejenak.
Yi Soo tersadar dan langsung berdiri tapi Do Jin menahan tangannya. “Aih... wanita ini benar-benar membuat stres.” Kemudian Do Jin melepas tangan Yi Soo.
“Pergilah!” kata Do Jin. Kini Yi Soo yang terdiam bingung. Do Jin menyuruh Yi Soo pergi sekarang, “Kalau kau tak pergi sekarang.....”
Yi Soo buru-buru berdiri dan segera menjauh mengambil tasnya bersiap pergi. Do Jin bilang kalau ia belum selesai mengatakannya. Tapi Yi Soo menyahut kalau ia sudah tahu apa yang akan dikatakan Do jin. “kalau kau tak pergi sekarang aku tak akan membiarkanmu pergi, seperti itu kan?”
“Kalau kau tak pergi sekarang jalanan akan macet,” sahut Do Jin melanjutkan kata-katanya.
“Benarkah?”
“Cepatlah pergi!”
Yi Soo permisi dan segera ngibrit...
“Tentu saja aku bohong, aku memang tak ingin membiarkanmu pergi.”
Di luar gedung apartemen Do Jin, Yi Soo menutupi wajahnya. Ia jelas malu atas apa yang dilakukannya tadi, menyembunyikan wajahnya di samping kepala Do Jin. “Kenapa? Apa? Tidak.. Ini sangat memalukan,” Yi Soo mewek-mewek sambil gelojotan.
Yi Soo sampai di rumah dan langsung meneguk air untuk menenangkan diri. Ada yang datang, pengantar Loundry.
Ibu loundry itu mengantarkan gaun merah Yi Soo. Ia memuji kalau gaun itu sangat cantik dan bertanya apa Yi Soo memakai gaun yang seperti ini. Yi Soo menjawab sesekali ia memakainya. Ibu loundry iri, kapan ia bisa memakai gaun yang seperti itu.
Meari berkunjung ke rumah Yi Soo. Ia membelikan beberapa buah-buahan untuk gurunya. Ia menawarkan apakah ia langsung mencuci buahnya. Yi Soo bilang nanti saja ia minta Meari duduk bersamanya. Meari langsung cemas, apa ia sudah berbuat salah sampai harus disidang oleh gurunya.
Yi Soo memberikan kembali gaun merah yang ia terima dari Meari. Meari tanya kenapa, karena menurutnya gaun itu terlihat bagus ketika dipakai Yi Soo. Yi Soo berkata kalau gaun ini terlalu mahal untuk disimpan. Ia minta maaf tapi akan lebih baik kalau Meari yang memakainya.
Meari bilang kalau gaun itu tak terlalu mahal. Yi Soo tanya berapa yang Meari maksud tak terlalu mahal. Meari mengatakan kalau harga gaun itu tak sampai 100rb won. Ia sebenarnya ingin membelikan sesuatu yang mahal untuk gurunya tapi ia sendiri tak punya uang.
Yi Soo menilai kalau Meari sedang berbohong, tapi Meari meyakinkan kalau ia tak bohong. Orang tuanya memang kaya, kakaknya juga memiliki penghasilan sendiri tapi hari-hari dimana ia kaya sudah berakhir itu terjadi sejak ia kembali dari luar negeri. Sekarang ia adalah orang dewasa, orang tuanya bahkan tak memberinya uang saku, karena itulah ia bekerja di kafe.
Meari mengucapkan terima kasih karena selama ia berada di Amerika gurunya selalu mengantarkan kue untuk Yoon atas namanya, memberitahu padanya keadaan Yoon bahkan mengirimkan foto. Ia memang masih muda tapi ia tahu caranya berterima kasih.
Meari kembali meyakinkan kalau gaun itu tak mahal tapi Yi Soo bisa berpura-pura kalau itu mahal jadi pakai saja. Itu pemberian dari dasar lubuk hatinya yang terdalam. Yi Soo akhirnya mau menerimanya.
Yi Soo mengambil gaun itu dan berujar ketika ia memakai gaun ini... Yi Soo tak melanjutkan kata-katanya membuat Meari penasaran dan bertanya apa sesuatu terjadi ketika gurunya memakai gaun itu.
“Anak kecil tak perlu tahu,” sahut Yi Soo sambil mengingat kejadian ia di kamar mandi bersama Do Jin.
“Kenapa? Apa itu?” Meari ingin tahu.Tae San masih di kantor sendirian. Ia kembali memikirkan ucapan Se Ra yang mengatakan kalau ia-lah pria yang disukai Yi Soo dan Se Ra ingin tahu bagaimana perasaan Tae San setelah mengetahui ini. Ah Tae San galau.
Se Ra melakukan pemotretan untuk sebuah iklan, tentu saja dengan kostum golfnya (entah kenapa ya Se Ra lebih cantik dengan dandanan rambut lurus, beda banget sama rambut ikalnya)
Se Ra melihat hasil fotonya. Fotografer mengatakan kalau konsep iklannya adalah Green Scandal. Se Ra sangat menyukai ide itu, ia akan jadi lebih berani lagi kalau iklan ini keluar.
Mereka menyiapkan makanan untuk Se Ra. Sambil makan Se Ra melihat ponselnya untuk mengecek apa Tae San menghubunginya atau tidak. Ternyata tak ada SMS atau panggilan tak terjawab dari Tae San. Ia hanya bisa mendesah.
Se Ra minum dengan teman-temannya di sebuah bar. Semuanya pria, hanya ia seorang yang wanita. Bolak-balik Se Ra mengecek apa Tae San menghubunginya, ternyata tidak sama sekali.
Kemudian Se Ra tersenyum melihat ada panggilan telepon dari Tae San. Tapi ia sengaja tak menjawabnya. Teman Se Ra yang pernah menginap di rumahnya bertanya kenapa Se Ra tak menjawab telepon, itu dari siapa. Se Ra berkata kalau itu telepon dari seseorang yang seharusnya meneleponnya dari tadi.
Se Ra bertanya pada temannya apa Caddy Lee belum memberikan jawaban. Temannya menggeleng. Se Ra mendesah ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Temannya berpendapat kalau setelah munculnya artikel di internet itu Se Ra seharusnya melupakannya saja. Ia akan mencari Caddy yang lain. Tapi Se Ra tak mau ia akan mengurus masalah ini sendiri.
Tae San kembali menghubungi Se Ra. Teman Se Ra yang melihatnya merasa risih lebih baik Se Ra jawab saja atau kalau perlu matikan saja ponselnya. Tapi Se Ra tak bisa melakukanya jika ia melakukan itu maka Tae San tak akan mencarinya.
Dan Tae San pun sampai di bar dimana Se Ra berkumpul dengan teman-temannya. Tae San minta maaf tapi ia harus membawa Se Ra pergi bersamanya. Dengan lembut Tae San meminta Se Ra berdiri dan ikut dengannya.
Se Ra menatap tajam kemudian mengulurkan tangannya meminta Tae San menyambut uluran tangannya. Keduanya bertatapan penuh senyuman.
Se Ra dan Tae San berjalan bergandengan tangan. Tae San berkata kalau ini bukan karena Se Ra bertemu dengan pria lain. Ia tak bisa menghubungi Se Ra dan tentu saja karena ini sudah larut malam. Se Ra menyangkal bahkan ketika ia bertemu dengan teman wanita ia bisa pulang larut. Ia minta Tae San jujur saja, bukankah Tae San takut kalau ia akan tidur dengan pria lain.
Tae San menyahut bukankah itu sudah terlihat jelas. Se Ra ingin setidaknya Tae San merasa cemas. Tae San tak ingin ribut dengan Se Ra karena keduanya baru saja baikan kurang dari satu jam yang lalu.
Se Ra : “Tahukah kau berapa lama aku menunggu teleponmu hari ini?”
Tae San berkata kalau ia sibuk. Tae San hanya bisa mengantar Se Ra sampai di jalan saja. Se Ra heran kenapa tak mengantarnya sampai rumah, apa ini karena Tae San takut bertemu dengan Yi Soo. Tae San berkata kalau nanti mereka akan merasa tak nyaman.
Se Ra menyela bukankah Tae San bilang sendiri kalau itu hanya salah paham, “Kalau begitu bukankah semuanya sudah selesai? Kenapa kau sangat berhati-hati? Kenapa? Apa kau takut jantungmu akan berdegup kencang begitu kau melihat Yi Soo?”
Tae San benar-benar tak ingin ribut, ia meminta Se Ra diam dan berhenti menyinggung tentang Yi Soo. Tae San sedikit meninggikan suaranya meminta Se Ra jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Se Ra menganggap kalau Tae San saat ini tengah marah padanya, bukankah Tae San belum minta maaf padanya. Tae San tanya kenapa ia harus minta maaf, apa ia harus minta maaf karena Yi Soo menyukainya.
Se Ra menyahut kalau Tae San datang bukan untuk minta maaf kenapa mencarinya. Tae San bilang kalau ia tak ingin mengkhawatirkan Se RA karena sedang bersama si brengsek2 itu sampai selarut ini.
Terlepas dengan siapa Se Ra minum, kecuali dengan Tae San. ia tak akan tidur dengan mereka. Jadi Tae San jangan khawatir, tegaskan saja posisi Tae San sendiri. “Mendengar Yi Soo menyukaimu apa hatimu berpaling? Apa kau merasa senang?”
Tae San : “Apa yang harus kubenci? Seorang wanita sebaik Yi Soo menyukaiku. Bagaimana mungkin aku tak senang.”
Se Ra : “Sekarang apa kau sudah selesai bicara?”
Tae San meninggikan suaranya, “Lalu kenapa kau menginterogasiku? Menjengkelkan sekali. Seharian aku tak bisa bekerja karena mengkhawatirkanmu, khawatir kau akan kehilangan seorang teman kalau kau terus cemburu seperti ini.”
Se Ra jelas tak suka, kalau ia harus kehilangan teman biarkan saja. Ia bahkan akan meminta Yi Soo pindah rumah. Tae San tak peduli lakukan saja apa yang Se Ra katakan.
Tepat saat itu Yi Soo menghubungi Tae San. Tae San berkata kalau ia berada di luar. Ia ingin mengajak Yi Soo bertemu dan bicara. Setelah selesai menerima telepon Tae San meminta Se Ra masuk dan minta maaf tak bisa mengantar sampai di rumah.
Berantem lagi deh...
Ternyata Yi Soo belum pulang ke rumah ia berada di bar Jung Rok. Manajer pengelola disana memberikan minuman layanan gratis selama Yi Soo menunggu seseorang. Yi Soo bilang tak perlu gratis, ia merasa kalau pemilik bar-nya sedang tak ada, ia ingin minta maaf padanya.
Manajer itu bilang kalau ia lah pemilik bar itu. Tapi Yi Soo mengira kalau pemiliknya itu temannya Tae San. Manajer membenarkan ia hanya pemilik secara nama, karena ada satu orang yang tak boleh tahu tentang ini. (pasti Min Suk haha)
Tae San datang. Keduanya bicara. Yi Soo meyakinkan kalau ia baik-baik saja, ia hanya tak ingin Se Ra salah paham dan ia juga tak ingin Tae San merasa tak nyaman karena ini pasti dilalui oleh semua orang. Yi Soo mengatakannya sambil tertawa-tawa seolah tak ada beban, ya Yi Soo berusaha menutupi perasaannya.
Tae San berterima kasih atas pengertian Yi Soo tapi menurutnya ini bukanlah sesuatu yang dilalui semua orang. Yi Soo mengingatkan kalau seandainya Se Ra marah lebih baik Tae San menjelek-jelekan saja dirinya dan Tae San berpihak pada Se Ra karena wanita memang harus di bujuk.
Tae San : “Yi Soo-ssi, aku sangat menyukai Se Ra!”
Oh oh pengakuan Tae San ini benar-benar membuat Yi Soo patah hati, tapi Yi Soo berusaha untuk tetap tersenyum dan berkata ia tahu itu.
Tae San : “meskipun kau tahu tapi sepertinya sera tak mengetahuinya.”
Yi Soo berusaha tetap tegar sambil terus tersenyum.
Yi Soo sampai rumah tapi ia tak segara masuk, ia duduk sebentar di depan halaman rumah. Jelas tatapan wajahnya sedih.
Sementara Se Ra di dalam rumah minum-minum sendirian.
Yi Soo masuk dan heran melihat Se Ra minum alkohol. Se Ra tak menanggapi apa yang dikatakan Yi Soo. Yi Soo paham Se Ra sedang tak ingin diganggu, ia pamit akan pergi tidur.
Se Ra memberikan jaket yang kemarin dipakai Yi Soo dan penyebab kesalahpahamannya dengan Tae San. Menurut Se Ra jaket itu sepertinya lebih cocok untuk Yi Soo, jadi ia memberikan jaket itu untuk Yi Soo.
Yi Soo minta Se Ra jangan seperti ini, bukankah Se Ra tahu kalau itu (pelukan) tak sengaja.
Se Ra menduga Yi Soo tak suka jekatnya, ia pun tak memaksa. Ia kemudian menanyakan apa saja yang Yi Soo bicarakan dengan Tae San karena ketika Tae San pergi menemui Yi Soo Tae San sedang bersamanya.
Yi Soo mengatakan pertemuannya dengan Tae San hanya membahas kalau Tae San ingin semua orang jangan sampai merasa tak nyaman karena itu hanya sebuah salah paham.
“Apa hanya itu saja?”
“Kata Tae San dia sangat menyukaimu.”
“Apa dia mengatakan itu?” Se Ra tak percaya. “Apa dia tak bilang kalau dia menyukaimu?”
Yi Soo minta Se Ra jangan membuat lelucon seperti itu. Se Ra menyela kalau ini lelucon bagimana dengan sarung tangan yang tertulis nomor punggung Tae San yang ada di bawah tempat tidur Yi Soo dan juga foto Tae San di buku harian Yi Soo. Apa itu lelucon juga. Yi Soo jelas terkejut Se Ra mengetahui itu.
Se Ra ingin tahu apa yang Yi Soo rasakan ketika melihat ia bersama dengan Tae San, apa Yi Soo menunggu ia putus dengan Tae San. “Atau, apakah kalian berdua berkencan di belakangku?”
Yi Soo tak menyangka Se Ra berfikiran seperti itu. Se Ra berkata kalau ia penasaran dengan langkah Yi Soo selanjutnya setelah ia mengetahui semuanya.
Yi Soo minta maaf karena tak hati-hati dan tidak mempertimbangkan perasaan Se Ra sampai akhirnya Se Ra mengetahui hal ini. Tak ada yang bisa ia lakukan tapi ia tak pernah memiliki pikiran seperti yang Se Ra tuduhkan dan ia juga tak memiliki tujuan lain.
Se Ra bilang itu bagus, ia khawatir kalau Yi Soo tak akan melakukan apapun jadi ia melakukannya untuk Yi Soo.
Yi Soo cemas, “Kau ... jangan-jangan....”
Se Ra mengangguk, “Pengakuan yang tak bisa kau katakan sudah kukatakan pada Tae San, atas namamu. ‘Seo Yi Soo menyukaimu.’” Se Ra ingin tahu bagaimana reaksi Tae San setelah mengetahui Yi Soo menyukai Tae San.
Yi Soo tak habis pikir ternyata Se Ra melakukan itu, “Kau sudah melihat sarung tangan itu kan? Aku bermaksud mengakui perasaanku padanya ketika aku membeli sarung tangan itu. Tapi pada hari itu, Tae San meneleponku untuk meminta nomor ponselmu. Dan aku memberitahunya. Tapi kenapa kau melakukan itu? kenapa kau memberitahunya? Apa kau pernah mempertimbangkan posisiku? Dalam hal ini tak bisakah kau memikirkan sedikit harga diriku?”
Se Ra : “Untuk apa aku melakukannya?”
Yi Soo : “Karena kita teman. Kalau aku tahu kau akan melakukan ini, lebih baik aku menyatakan perasaanku pada Tae San saat bertemu dengannya tadi. Jadi setidaknya aku masih bisa memegang harga diriku.”
Se Ra : “Kau bilang apa? apa kau pikir Tae San akan menerimamu?”
Yi Soo : “Mungkin tidak, bahkan jika dia tak menerimaku setidaknya dia akan merasa bimbang. Dalam kesemapatan ini, haruskah aku mengambilnya darimu?”
Se Ra : Apa?
Yi Soo ingin jalan-jalan keluar sebentar ia berharap Se Ra sudah tidur ketika ia kembali nanti. Ia tak ingin melihat Se Ra. Se Ra jelas cemas Yi Soo akan mengambil Tae San darinya.
Yi Soo menyendiri di tempat bermain anak-anak. Ia duduk di ayunan merenung memikirkan semuanya. Tae San yang mengatakan padanya kalau dia sangat menyukai Se Ra dan Se Ra yang sudah mengatakan pada Tae San tentang perasaannya. Yi Soo pindah dari tempat bermain yang satu ke tempat yang lain.
Jung Rok dan Meari datang ke Mango Six bersamaan (kita tahu kalau Jung Rok menginap di rumah Tae San) Jung Rok meminta Meari menghubungi Min Suk. Meari tak mau, ia menelepon Min Suk atau tidak itu tergantung suasana hatinya.
Manajer kafe melihat keduanya datang bersamaan dan bertanya kenapa bisa datang bersamaan. Meari mengatakan kalau Jung Rok sudah diusir oleh Min Suk dan sekarang tinggal di rumahnya. Jung Rok menyangkal memangnya itu rumah Meari, itu rumah Tae San. Meari mengancam awas saja kalau datang ke rumahnya nanti.
Jung Rok meminta Meari berhenti bersikap seperti itu karena itu sangat mirip dengan Park Min Suk, ia terus meminta Meari cepat menelepon istrinya.
Meari tanya kenapa.
Jung Rok : “Karena kau adalah mata-mata. Laporkan aku padanya,”
Meari : “Eonni bilang dia tak mau tahu.”
Jung Rok kesal ia tak pernah bertemu dengan mata-mata yang tak masuk akal seperti Meari. Ia bersikeras menyuruh Meari melaporkan dirinya pada Min Suk. “Kenapa aku lebih memilih tidur di rumahmu meskipun aku harus bersabar menghadapimu? Kenapa aku menjatuhkan diri dari alkohol dan pulang ke rumah tepat watktu? Apa aku melakukannya untuk kesenanganmu?"
Meari : “Kakak tak bisakah kau tinggal di rumah Kak Do Jin? Kembalikan Kak Yoon ke rumah kami.”
“Ah kenapa aku tak memikirkannya? Jadi setelah aku diusir oleh istriku selanjutnya aku akan dibunuh oleh Tae San wow....” Jung Rok terkesan dengan ide Meari tapi itu membuatnya kesal.
Di ruang guru sekembalinya dari kelas, Yi Soo melihat Kim Dong Hyub sedang dimarahi guru lain karena tidur di kelas. Dong Hyub melakukannya bukan hanya sekali atau dua kali tapi tiap ada pelajaran guru itu Dong Hyub selalu tidur di kelas, apa Dong Hyub datang ke sekolah hanya untuk tidur. Guru itu mendorong kepala Dong Hyub dengan tongkatnya bahkan memukulkan benda itu ke kepala Dong Hyub.
“Marahi saja dia Guru Choi,” sahut Guru Park. Karena Dong Hyub juga selalu tidur di kelasnya. Guru choi akan memukul lagi tapi tiba-tiba teriakan Yi Soo mengagetkan semuanya, “Memangnya sekolah ini hotel?”
Yi Soo minta ijin pada Guru Choi akan mengurus Dong Hyub. Ia minta Dong Hyub ikut dengannya.
Yi Soo tanya apa Dong Hyub tidur nyenyak. Dong Hyub menjawab tidak, “Guru Seo muncul dalam mimpiku jadi aku terganggu.” (hahaha)
Yi Soo ingin tahu apa yang membuat Dong Hyub terjaga di malam hari sampai membuat Dong Hyub tidur di pagi hari. Dong Hyub berkata kalau ia juga tidur di malam hari. Maka dari itu kulitnya sangat halus katanya sambil menyentuh pipinya.
Yi Soo : “Dibandingkan dengan pria yang berkulit bagus, pria pintar bisa menarik lebih banyak wanita, apa kau tahu?”
Yi Soo paham betul kalau Dong Hyub ini tipe murid yang tak suka belajar tapi bahkan Dong Hyub tak mempunyai mimpi ia tak bisa menghargai itu. Yi Soo mengambil sebuah buku dan menyerahknya pada Dong Hyub. Ia minta Dong Hyub jangan lagi merusak suasana di kelas. “Mulai saai ini, salin buku ini saat kau mulai mengantuk!”
Dong Hyub menyela bukankah itu untuk dibaca. Yi Soo bertanya kalau ia meminta Dong Hyub untuk membaca, apa Dong Hyub akan membacanya. Yi Soo meminta Dong Hyub menyalin buku itu. Ia tak mau tahu pokoknya Dong Hyub menyalin buku itu kalau sudah selesai serahkan padanya dan ia akan memeriksanya.
Colin berdiri di depan Mango Six, Yoon keluar dari kantornya (Kantor Yoon ini ada di sebelah kafe Mango Six) Yoon melihat pemuda itu. Meari menemui Colin di luar kafe, Yoon melihat keduanya.
Colin berencana mentraktir Meari makan siang. Meari tanya kenapa mentraktirnya, Colin mengatakan kalau kemarin Meari sudah mentraktirnya, jadi gantian gitu. Meari menilai kalau cara ini adalah pendekatan yang sangat kuno. Colin tahu itu, ia mempelajarinya dari drama-drama Korea. Ia akan menunggu Meari selesai bekerja.
Meari melihat Yoon berdiri memandangnya. Tak ada senyuman diantara keduanya, Yoon berjalan melewati Meari begitu saja.
Colin dan meari makan di sebuah restouran ayam (Kalau ingat resoturan ayam jadi ingat restouran ayamnya Seung Chul di CYHMH haha).
Bagaimana cara Colin menarikan kursi untuk Meari. Bukan menarikan tapi ini mendorong dengan kakinya. Colin duduk dulu nah pada saat itu Colin mendorong kursi di depannya yang akan menjadi tempat duduk Meari dengan kakinya.
Meari tak menyangka Colin melakukannya dengan cara seperti itu, “Apa yang kau lakukan?”
“Aku menarikan kursi untukmu,” sahut colin santai.
“Perilakumu benar-benar luar biasa.”
Meari langsung mengambil potongan ayam goreng.
“Apa kau akan makan seperti itu?” Colin melihat Meari menyobek-nyobek daging dengan tangan. Colin minta Meari langsung memakannya saja. Meari berkata kalau ia sedang mencoba untuk tak menghancurkan selera makan colin karena itu etikanya. (kalau langsung dimakan mungkin ga sopan ya hehe)
Colin merasa sepertinya Meari sudah pacaran dengan banyak pria. Meari tanya kenapa apa Colin ingin menjadi salah satu dari mereka.
“Siapa namamu?” Tanya Colin (aigoo jadi baru tanya nama)
“Akhirnya kau bertanya,” Meari kesal. “Namaku Meari, Im Meari. Kakakku adalah Im Tae San. Kata orang namaku unik. Itu karena orang tuaku pendaki gunung fanatik,” kata Meari sambil mengunyah makanannya.
“Apa kakakmu sudah menikah?” tanya Colin seakan mengorek informasi keluarga Meari.
Meari menilai Colin ini sangat aneh. “Sepertinya kau tertarik padaku tapi juga bukan padaku. Jangan-jangan kau..... apa aku mengatakan betapa kayanya aku saat mabuk waktu itu? apa karena itu kau mendekatiku?”
“Apa uangmu banyak?” Colin ingin tahu.
“Jadi bukan ya? Jadi apa kau terpesona dengan kecantikanku?” Meari senang.
Colin ingin minta tolong pada Meari. Apa itu tanya Meari.
“Bisakah kau tak bicara saat makan?” (Wakakaka)
Yi Soo sampai di depan rumah ia masih di dalam mobilnya (ah baru kali ini saya lihat mobilnya Yi Soo, mobilnya Yi Soo bukan ya?)
Yi Soo melihat lampu di rumah menyala dan mobil merah Se Ra ada di depan rumah. Ia tak segera keluar dari mobilnya.
Apa yang dilakukan Yi Soo di dalam mobil, ia menonton pertandingan baseball melalui ponselnya.
Do Jin sampai disana dan memarkir mobilnya di samping mobil Yi Soo. Tapi Yi Soo sama sekali tak menyadari kedatangannya. Do Jin penasaran apa yang dilakukan Yi Soo di dalam mobil sendirian sambil menatap layar ponsel.
Setelah pertandingan usai pun Yi Soo masih tetap di dalam mobilnya. Ia jelas melamun, sampai-sampai ia terhenyak kaget dari lamunannya ketika Do Jin membuka pintu mobil dan duduk di sampingnya sambil membawakan laptop pengganti laptop Yi Soo yang rusak.
Do Jin minta ijin bolehkan ia bergabung dengan Yi Soo. Ia bertanya kenapa Yi Soo tak mengunci pintu mobil, ia menilai Yi Soo terlalu berani. Ia juga menanyakan kenapa Yi Soo tak menjawab teleponnya. Yi Soo berkata kalau ia tak ingin menjawabnya.
Do Jin : “Di sekolah kau tak menjawab setelah pulang kerja kau tak menjawabnya juga. Kau tak mengangkat teleponku sama sekali. Mungkin karena aku membiarkanmu pergi begitu saja setelah apa yang terjadi di rumahku, apa kau marah?”
Yi Soo diam.Do Jin : “Karena aku tak mengerti, aku sudah mengandalkan wajah ini untuk sebagian besar hidupku.”
Yi Soo tanya apa yang Do Jin inginkan. Do Jin memberikan laptop itu pada Yi Soo dan mengatakan kalau itu laptop terbaru karena sudah saatnya Yi Soo memperbarui foto bikini Yi Soo. Yi Soo kembali terdiam, Do Jin heran karena sikap Yi Soo tak seperti biasanya ia pun bertanya kenapa apa Yi Soo tak menyukai laptopnya.
Yi Soo memberikan sejumlah uang pada Do Jin dan mengatakan itu hutangnya waktu itu (Hutang Yi Soo pinjam 30rb won waktu di hotel)
Do Jin : “Tanpa bunga dan bahkan tanpa terima kasih. Apa itu saja?”
“Terima kasih,” kata Yi Soo seolah malas bercanda dengan Do Jin.Do Jin menangkap ada sesuatu yang terjadi, ia pun bertanya ingin tahu. Yi Soo seolah tak ingin mengatakannya tapi ia pun akhirnya buka suara juga. Ia mengatakan kalau Se Ra sudah mengetahui cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Tae San. Bahkan Tae San pun sudah mengetahuinya. Do Jin terkejut Tae San sudah mengetahuinya.
Yi Soo : “Cinta bertepuk sebelah tanganku sudah berakhir. Cinta bertepuk sebelah tangan itu... mati dengan sendirinya saat pihak yang lain tahu.”
Do Jin merasa kalau itu berita baik untuknya. Tapi Yi Soo bilang bukan, “Dimasa depan aku berharap kita tak akan bertemu lagi, Kim Do Jin.”
Do Jin : “Kau tak pernah meminta pendapatku.”
Yi Soo berkata kalau ia akan menerima laptopnya agar ia tak perlu lagi bertemu dengan Do Jin karena masalah laptop.
Yi Soo : “Kim Do Jin, kau orang yang penuh percaya diri, modis dan tampan. Aku tahu itu. Tapi kau gagal menarik perhatianku. Karena dimasa yang akan datang, aku hanya akan berkencan dengan pria yang lebih muda. Kau mungkin tak memahamiku tapi aku lebih populer dikalangan mereka.”
Do Jin setengah tertawa, “Apa tak ada syarat lain? Apa yang penting mereka muda?”
Yi Soo : “Aku sudah berumur, aku tak bisa meminta lebih. Tentu saja mempunyai selera humor itu hanya bonus. Karena bagi seorang wanita, sudah cukup jika seorang pria bisa memberinya makanan dan membuatnya tertawa.”
Do Jin ingin mengatakan sesuatu untuk melawan argumen Yi Soo tapi ia tak tahu harus mengatakan apa.
Sampai di rumah Do Jin pun melamun. Yoon pun terdiam dengan lamunannya sendiri. Kedua pria ini sibuk dengan lamunan mereka masing-masing.
Yoon mendesah, “Pria yang lebih muda?”
Do Jin terhenyak mendengar ucapan Yoon seakan tahu apa yang ia pikirkan. “Apa kau sedang membaca pikiran? Bagaimana kau bisa tahu kalau aku sedang memikirkan tentang itu?”
(haha padahal Yoon kan lagi memikirkan Meari yang jalan sama Colin, pria yang lebih muda dari Meari)
“Ada apa denganmu?” Tanya Yoon.
“Lalu bagimana denganmu? Apa mungkin Meari sedang berkencan dengan seorang pria muda?”
“Terserah,” sahut Yoon seolah tak peduli.
“Aku tahu. Jawabannya sudah keluar. Jadi Meari yang mempengaruhi Guru Seo.” Tuduh Do Jin.
“Apa maksudmu Meari yang mempengaruhinya? Memangnya Guru Seo anak kecil? Akan lebih rasional kalau mengatakan Guru Seo lah yang mempengaruhi Meari.” Yoon sewot.
“Seberapa jauh kau memahami Meari? Apa yang kau tahu tentang kesukaan orang yang berumur 24 tahun?” tanya Do Jin.
“Kalau begitu sebarapa jauh kau memahami Guru Seo? Selain nama, pekerjaan dan nomor telepon. Apa yang kau tahu?” Yoon berdiri mulai emosi.
“Selamat. Kau yang memahami Meari sepenuhnya. Menyaksikan dia dari lahir sampai sekarang,” Do Jin ikut berdiri, “Tapi kenapa Meari berkencan dengan pria yang lebih muda?”
Yoon : “Bahkan kalau Guru Seo dan Hong Pro berkencan dengan pria yang lebih muda, kau tak boleh mangatakan apapun. Kau jelas-jelas menyukai Girls Generation.”
Tapi Yoon tiba-tiba tersadar kalau ia juga menyukai Girlband yang satu itu.
“Memangnya siapa yang pergi dan meminta tanda tangan Sooyoung?” sindir Do Jin. Do Jin memperagakan gerakan tarian yang waktu itu diperlihatkan Yoon di depan Sooyoung.
Yoon mengalihkan pembicaraan apa Do Jin tak tidur. Do Jin tak menanggapi ia mengatakan kalau ia tak pernah tahu Yoon bisa menari begitu baik. Ia minta Yoon melakukannya lagi. (hahaha... saya pikir keduanya bakalan terus beradu mulut)
Dengan tinggalnya Jung Rok di rumahnya itu membuat Meari kesal ditambah lagi Jung Rok selalu gonta-ganti handuk yang dalam sehari sudah memakai 6 handuk.
“Rambut, badan, kaki. 3 handuk.” Ucap Jung Rok.
“Pagi dan malam jadi 6 handuk sehari.” Meari jelas kesal.
Jung Rok tak masalah karena yang mencuci juga bukan Meari, mesin cuci yang mencucinya. Ia bergonta-ganti handuk karena tubuhnya yang luar biasa, ia jadi tak punya pilihan. Meari ngomel meminta Jung Rok memakai handuk seperlunya. Jung Rok tak bisa melakukannya. Memangnya handuk tisu toilet. Meari tambah kesal karena itu Min Suk mengusir Jung Rok.
Jung Rok : “Hei memangnya aku diusir karena handuk? Aku diusir karena aku seorang playboy.”
Tae San yang keluar dari kamar ikut berkomentar apa alasan itu sesuatu yang bisa dibanggakan. Meari meminta kakaknya mengantar Jung Rok pulang, kalau dia masih di rumahnya ia bisa gila.
Tae San malah menyalahkan Meari. Kenapa Meari mengeluarkan semua handuk seharusnya Meari mengeluarkan satu handuk saja dan yang lain disembunyikan.
“Apa kalian benar-benar akan melakukan ini? Aku ini bosmu. Aku ini suami tuan tanahmu.”
Jung Rok langsung menghubungi istrinya, ia tanya dimana istrinya sekarang. “Keluar sekarang,” kata Jung Rok dengan suara kerasnya.
Tae San menabok apa Jung Rok sudah gila berbicara sekeras itu pada Min Suk. Jung rok berkata kalau Min Suk tak mengangkat teleponnya haha.
Tae San : “Tapi kenapa kau memakai pakaian dalamku?”
Jung Rok : “Karena punya Meari terlalu kecil.” Buwaahahaha...
Jung Rok kembali menghubungi istrinya kali ini Min Suk menjawab panggilan telepon suaminya. Apa Jung Rok berbicara sekeras tadi tentu tidak, kali ini suaranya lembut mengajak istrinya bertemu.
Dimana keduanya bertemu, di sebuah gereja.
Disana Jung Rok berlutut, ketika tahu istrinya sudah datang ia langsung melancarkan aksinya. “Apa lagi yang kau rencanakan?” tanya Min Suk.
Wajah Jung Rok terlihat memelas penuh penyesalan, “Pengantin Park Min Suk sangat cerdas. Dia adalah seorang wanita yang setia pada suaminya. Dia adalah pebisnis yang handal yang memiliki beberapa gedung di Gangnam.
Tapi Suatu hari dia disambar petir, dia tenggelam ke dalam kubangan lumpur, kalau kau bertanya dosa apa yang kulakukan padanya. Bertemu dengannya, jatuh cinta padanya,meninggalkannya sendirian setiap malam adalah dosa terbesarku. Tapi selain mencintainya, sungguh aku berharap aku tak dilahirkan sebagai manusia sama sekali.”
Jung Rok menangis memejamkan mata berusaha agar air matanya keluar tapi air mata tak juga keluar hehe... Ia beberapa kali membuka menutup mata agar air matanya keluar.
Min Suk menyuruh suaminya berdiri. Jung Rok langsung nurut, ia berusaha mengusap air mata yang sama sekali tak keluar sedikitpun. Ia mengatakan kalau apa saja yang dikatakannya tadi itu sungguh-sungguh.
Min Suk : “Penghianatan bukan hanya bersama wanita lain. Membuangku dari hatimu, bagiku itu adalah sebuah penghianatan.”
Jung Rok menggenggam tangan istrinya seolah ia berjanji kalau ia tak akan mengulanginya lagi.
Min Suk melanjutkan kata-katanya, “Tapi... kau melakukan keduanya.” Min Suk menepis tangan Jung Rok dan meninggalkan suaminya.
“Yobo, honey, Min Suk Noona!” panggil Jung Rok mengejar istrinya.
Yi Soo menemani Meari ke toko kue untuk membeli kue ulang tahun Yoon. Yi Soo tanya bagaimana dengan kadonya bukankah Meari membuatkan tas untuk Yoon. Meari akan memberikan kadonya itu kalau mereka sedang berduaan, itu untuk memberi kejutan.
Meari meminta gurunya datang ke acara ulang tahun Yoon lagi pula gurunya ini tak ada kerjaan. Tapi Yi Soo bilang kalau banyak sekali yang harus ia lakukan.
Meari ingin tahu apa hubungan Yi Soo dan kakaknya benar-benar tak ada harapan. Yi Soo berkata kalau Tae San bukan pria seperti itu. Apa Meari ingin ia merebut pacar temannya, ia itu guru etika tak mungkin melakukannya.
Meari : “Dalam cinta tak ada etika dan guru.”
Yi Soo mendesah, “Kau benar-benar sudah dewasa.”
Meari memilih kue yang berbentuk hati. Yi Soo yang membayarnya, ia minta maaf tak bisa ikut dan sampai kan permintaan maaf nya pada Yoon. Meari bilang tak usah khawatir ia sendiri saja sudah cukup untuk Yoon.
Meari sudah sampai lebih dulu di tempat acara, ia menghias kue ulang tahun dengan beberapa lilin.
Jung Rok mengajak dua orang wanita kesana. Ia terkejut melihat Meari ada disana dan bertanya siapa yang mengundang Meari. Meari menjawab dengan nada mengancam kalau Jung Rok yang mengundangnya. Jung Rok menahan kesal dan berkata tentu saja ia bahkan khawatir kalau Meari tak akan datang. Jung Rok mempersilakan dua wanita ini duduk.
Yoon dan Tae San pun datang. Tae San heran melihat adiknya ada disana. Meari berbohong mengatakan kalau Jung Rok yang memaksanya untuk datang dan juga Jung Rok ingin ia membuat pesta ini lebih meriah.
Jung Rok setengah sewot mengiyakan, ia yang mengundang Meari. Yoon mencoba bersikap biasa, tapi ia juga terkejut melihat Meari ada disana.
Sepertinya dua wanita yang dibawa Jung Rok ini kenal dengan Yoon, kenalan yang sudah lama tak bertemu. Jung Rok heran bukankah ia pernah memberikan nomor telepon wanita yang bersamanya ini pada Yoon. Wanita itu menyahut kalau mulai sekarang ia akan sering berhubungan dengan Yoon. Perbincangan ini tentu saja membuat Meari merengut cemburu. Yoon merasa tak nyaman Meari ada disana, ia terus gelisah.
Untuk mencairkan suasana Yoon bertanya dimana Do Jin. Tae San mengatakan kalau Do Jin sedang dalam perjalanan. Tae San pun memulai acara dengan membuka botol minuman dan menuanakan uantuk semuanya kecuali Meari. Ia melarang adiknya minum.
Do Jin datang dan merasa heran dengan dua wanita di sebelah Jung Rok. Jung Rok mengataakan kalau wanita ini kenalan lama mereka yang bertemu ketika di pemakaman.
Jung Rok menilai kalau di pemakaman itu terasa sangat puitis. Kita bisa mengatakan bahwa kematian mempersatukan kita. Jung Rok memulai rayuan mautnya. Si wanita heran kenapa ke empat pria ini masih sendiri. Jung Rok terdiam, ketiga kawannya kesal karena Jung Rok mengaku masih single.
Melihat semuanya sudah kumpul, Meari menyarankan lebih baik menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Meari mengambil korek dan menyalakan lilin. Jung Rok terheran-heran kenapa Meari mahir menggunakan korek, apa Meari merokok.
“Mimpiku adalah menjadi seorang pembakar di kafe kopi!” ucap Meari santai membuat Jung Rok menahan geram kesal. Meari mengajak semuanya membuat permohonan.
Wanita yang ada di sebelah Jung Rok menertawakan apa yang disiapkan Meari, “Meniup lilin di usia 40 tahun?”
“Kenapa kau tertawa?” Meari menatap tajam wanita yang barusan berkomentar.
Wanita itu minta maaf sudah membuat Meari marah. Hanya saja kalau menurutnya hal ini kurang sesuai dengan usia.
Meari : “Kalau kau menertawakan lelucon yang tak dianggap lucu oleh orang lain, jelas itu namanya lancang.”
Tae San berkata kalau sekarang sudah malam kenapa Meari masih disini. Ia menyuruh adiknya cepat pulang. Meari bingung apa ia melakukan sesuatu yang salah. Apa membuat sebuat permohonan itu lucu.
Tae San mengeraskan suaranya dan berkata kalau sekarang sudah lewat jam 10 malam, ia mengajak adiknya keluar dan akan memanggilkan taksi untuk Meari.
Meari tak tahan lagi, matanya mulai berkaca-kaca dan meninggikan suaranya, “Kakak melakukan ini bukan karena hari sudah larut malam, tapi karena aku menyukai Kak Yoon kan?”
Air mata Meari tak tertahankan lagi. Semuanya tak ada yang bersuara bahkan Yoon pun terdiam.
Tae San menarik tangan adiknya, Meari menolak dan berteriak sakit meminta tangannya dilepaskan. Kenapa kakaknya melakukan ini padanya, ini sangat memalukan baginya, Meari menangis.
Tae San tetap menarik adiknya keluar. Tapi disaat bersamaan Yoon menahan tangan Tae San.
Semua terkejut,
Yoon berdiri dan menatap Tae San, “Lepaskan dia!” Pinta Yoon pelan.
Semua menatap ke arah Yoon.
Picture Preview Episode 8
suka banget ama sinop nya..di tunggu kelanjutannya
ReplyDeletethanks
akhirnya keluar jg ep.7nya..... semangat mba... d tunggu kelanjutannya .
ReplyDeleteJd ketawa2 sendiri bacanya..
ReplyDeleteseru seru seruuuu
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya eonni
Aduh tambah penasaran...keren abis...ditunggu kelanjutannya.
ReplyDeleteKeep fighting...Sist.
makin seru ya mbak,..di tgg kelanjutannya...
ReplyDeleteseru bgt film nya,,, mba anis aq dah liht you tube nya eps 10 apa 11 gitu akhirnya yi soo nya ngaku klo dia suka sm Do jin jd ga sabar nunggu sinopsis nya mba anis...
ReplyDeletesemangat mba anis aq tunggu eps selanjutnya :)
makin seru ya mbak,,,,,
ReplyDeletedi tunggu kelanjutannya
n smagat truz nulisnya
Unnie....FIGHTING!!!ndak sabar nungguin,tiap hari ditengok,di-intip2,bekmenowo wes ada lanjutannya....aza aza Fighting,unnie...Nina
ReplyDeletesemangaat kak, pokoknya mah tararengkiu buat sinopnya, ditunggu kelanjutannya, makasih kak buat sinopnya ^^
ReplyDeletewalaupun udah nonton sampai ep 14, tetap ga afdol kalo belom ngeliat sinopsisnya di blog mba anis... hehehe, semangat ya mba.. -ayu-
ReplyDeletemakin seru aja...ditunggu episode 8 nya
ReplyDeleteunnie..tiap hari aq nongkrongin blog ini walaupun aq jrang ngsih coment,aq pengen lihat eps AGD lebih lnjut, abis ceritanya bguz n sueruu bgt..aq bnr2 suka ma drama ini..jd kpn eps 8 kluar...
ReplyDeleteYeaahh yoon..
ReplyDeleteUdah saatnya kamu tunjukan perasaanmu yang sebenarnya.. ^^
*echa*