Saturday, 14 June 2014

Sinopsis Queen of Ambition Episode 18 Part 1

Do Hoon berjalan mendekat ke arah Da Hae. Da Hae yang ketakutan mundur perlahan.

Do Hoon : “Larilah Da Hae. Aku akan membunuhmu sekarang. Aku tak akan pernah bisa memaafkanmu. Kau pantas mati di tanganku.”

Da Hae lari menjauh. Melihat Da Hae pergi Do Hoon memiliki kesempatan untuk mengambil dokumen Baek Hak yang berada di dalam mobil.
Do Hoon membuka pintu mobil dan BLEDAR..... terdengar suara ledakan besar yang kemudian diikuti dengan nyala api dan asap yang membumbung tinggi. Mobil itu meledak, Do Hoon terpental dan langsung tak sadarkan diri.
Da Hae tercengang melihat ledakan itu. Ha Ryu yang masih berada disana juga terkejut. Ia langsung berlari ke arah Do Hoon yang tergeletak. Da Hae yang ketakutan kabur dari sana. Ha Ryu mengguncang-guncangkan tubuh Do Hoon.
Da Hae yang lari tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia mencemaskan keadaan Do Hoon. Ia bingung tak tahu apa yang harus dilakukannya. Da Hae akan pergi begitu saja, tapi rasa khawatirnya juga besar. Ia akan menghubungi ambulans dengan ponselnya tapi tak jadi ia lakukan.

Da Hae melihat tak jauh dari tempatnya berdiri ada telepon umum. Supaya dirinya tak bisa dilacak Da Hae menghubungi ambulans menggunakan telepon umum. Dengan tangan gemetaran ia menekan 119. Ia mengatakan kalau di tempatnya berada sekarang ada kecelakaan. Sebuah mobil meledak dan ada korbannya. Mereka meminta Da Hae memberi tahu dimana lokasi Da Hae karena Da Hae menelepon menggunakan telepon umum. Da Hae pun mengatakan dimana lokasi kejadiannya.
Ha Ryu yang juga mencemaskan keadaan Do Hoon menghubungi ambulans. Ia memberi tahu pihak 119 bahwa ada seorang pria yang terluka. Mereka meminta Ha Ryu mengatakan dimana lokasi Ha Ryu. Belum sempat Ha Ryu mengatakan dimana keberadaannya, mobil polisi dan ambulans sudah datang.
Do Hoon segera dilarikan ke rumah sakit. Ha Ryu yang cemas menemani Do Hoon di dalam mobil ambulans. Petugas medis mengatakan kalau detak jantung Do Hoon melemah. Mereka pun menghubungi pihak rumah sakit agar menyiapkan ruang operasi untuk melakukan penanganan darurat pada Do Hoon.

Melihat keadaan Do Hoon yang terluka parah, Ha Ryu hanya bisa menitikan air mata. Ia menggenggam tangan Do Hoon.
Do Kyung segera ke rumah sakit setelah mendengar kabar Do Hoon terluka. Ia bertanya pada Ha Ryu mengenai keadaan Do Hoon. Ha Ryu tak bisa menjawab. Do Kyung bertanya pada dokter mengenai kondisi Do Hoon, ia ingin menemui Do Hoon sekarang. Dokter mengatakan kalau mereka baru akan mengetahui kondisi Do Hoon setelah melewati malam ini.

Mendengar keadaan buruk Do Hoon, kaki Do Kyung lemas. Ia menangis mengetahui keadaan buruk yang menimpa Do Hoon.
Do Kyung ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Do Hoon bisa ada di tempat itu. “Pagi ini dia berjanji akan makan malam bersamaku. Kenapa dia ada disana bersamamu?”

Ha Ryu minta maaf. Do Kyung marah dan menuduh Ha Ryu yang membawa Do Hoon ke lokasi kejadian ledakan itu. Ia menangis marah, “bahkan ketika kau tak terluka, kenapa hanya Do Hoon sendiri yang terluka? Kenapa?”
Do Kyung menangis memukuli Ha Ryu yang diam saja. Ha Ryu menyadari kalau ia pun ikut bertanggung jawab atas kejadian naas yang menimpa Do Hoon. Ia menyadari kalau sasaran Da Hae yang sebenarnya adalah dirinya bukan Do Hoon.
Malam harinya, Da Hae meminta Yang Hoon untuk menemuinya di taman. Yang Hoon yang datang tergesa-gesa bertanya apa maksud Da Hae bahwa Beek Do Hoon yang terluka, “lalu bagaimana dengan Ha Ryu, apa Ha Ryu juga tahu tentang rencana kita?”
Da Hae yang kebingungan berkata tidak tahu. Ia menyuruh Yang Hoon segera pergi ke tempat dimana tak ada seorang pun yang bisa menemukan Yang Hoon. Yang Hoon berkata kalau Da Hae tak perlu khawatir karena tak ada bukti yang memberatkan dirinya. Agar tak meninggalkan bukti apapun ia sudah memakai ponsel curian bahkan mobil bekas itu pun dibeli melalui black market, jadi mereka tak akan bisa melacak.

Da Hae mengatakan kalau Ha Ryu melihat semuanya. “Oppa, kau membuat itu untuk membunuhnya tapi Do Hoon yang terluka. Dia pasti mengetahui semuanya. Kali ini kita tak akan mudah keluar dari masalah ini. Jadi pergilah ke suatu tempat dan sembunyi ke tempat dimana kau tak bisa tertangkap, mengerti?” Yang Hoon mengerti.
Seorang detektif menemui Ha Ryu di rumah sakit. Detektif Nam mengklarifikasi kebenaran tentang Ha Ryu yang menghubungi 119 jam 4.15 sore. Ha Ryu menunjukan ponselnya sebagai bukti kalau ia memang benar menghubungi 119.

Ha Ryu membenarkan, ia melihat Baek Do Hoon dulu kemudian menelepon 119. Tak jauh dari sana Do Kyung mendengar apa yang Ha Ryu sampaikan pada Detektif Nam.
Detektif bertanya siapa saksi yang berada di lokasi kejadian. Ha Ryu menjawab, “itu aku, Baek Do Hoon dan Joo Da Hae.” ucap Ha Ryu penuh kebencian. Do Kyung terkejut mendengar nama Da Hae disebut oleh Ha Ryu.

Detektif Nam : “Anda adalah orang yang melaporkan kecelakaan dan Baek Do Hoon adalah korbannya, lalu bagaimana dengan Joo Da Hae?”

Ha Ryu mengangkat wajahnya menatap Detektif Nam, “Detektif, Joo Da Hae adalah pelakunya.” Detektif Nam tak mengerti, “pelaku?”

Ha Ryu membenarkan, “Aku ingin mengambil sesuatu darinya, kami seharusnya bertemu jam 4 sore. Joo Da Hae bilang apa yang kucari ada didalam mobil. Dia menyuruhku untuk mengambilnya dari dalam mobil. Lalu tiba-tiba Do Hoon muncul dan dia yang membuka pintu mobil lebih dulu. Begitu dia membuka pintunya, mobilnya meledak.”

Do Kyung yang mendengar kronologis ceritanya berusaha menahan diri agar tak menangis.

Ha Ryu sangat yakin kalau pelakunya adalah Joo Da Hae.
Da Hae yang gelisah, gemetaran dan mengamankan ponsel miliknya. Ia menatap ponsel yang digunakan untuk berkomunikasi dengan Ha Ryu (ponsel curian) Da Hae membuang ponsel itu untuk melenyapkan bukti agar benda itu tak ada padanya.
Yang Hoon bergegas akan pergi dari bar tapi sayang tepat saat ia akan pergi Ha Ryu datang. “Mau kemana kau sekarang?” tanya Ha Ryu mengagetkan Yang Hoon. “Aku tak membutuhkanmu, dimana Joo Da Hae?”

Yang Hoon tak menjawab. Ia malah menyerang Ha Ryu. Tapi dengan tangkas Ha Ryu menghajar dan melumpuhkan Yang Hoon. Yang Hoon pingsan.

Ha Ryu mengambil ponsel Yang Hoon. Ia mengirim sms pada Da Hae menggunakan ponsel itu meminta bertemu. (Da Hae mengira yang ngirim sms itu Yang Hoon)
Da Hae pun menemui Yang Hoon di taman malam-malam. Tapi yang ada disana bukanlah Yang Hoon melainkan Ha Ryu. Da Hae tentu saja kaget bukan main tapi ia berusaha bersikap tenang.

“Kenapa? apa kau terkejut melihatku masih hidup?” Ha Ryu mencengkeram tubuh Da Hae, “Akan lebih baik kalau aku yang terluka. Baek Do Hoon, apa yang akan kau lakukan tentangnya?”
Da Hae berusaha menepis dan meminta Ha Ryu melepaskan cengkramannya. Ha Ryu mengancam agar Da Hae diam saja, kalau tidak ia akan mematahkan leher Da Hae. Ha Ryu menarik paksa Da Hae ke kantor polisi.
Ha Ryu menyerahkan Da Hae ke Detektif Nam di polisi sebagai tersangka. Ia juga memiliki bukti ponselnya. Percakapan telepon yang mmintaku datang ke lokasi ledakan adadi ponsel ini. Silakan di cek. Detektif nam ingin melihat ponsel da hae juga. Da hae dengan tenang menyerahkan ponselnya.detektif nam akan mengintoregasi keduanya.
Di ruang interogasi, Detektif Nam mengatakan bahwa menurut kesaksian Pengacara Cha (Ha Ryu) begitu Do Hoon membuka pintu mobil yang dibawa Da Hae mobil itu meledak. Apa itu benar?
Da Hae bersikap tenang dan menolak tuduhan itu, “saat itu aku bertemu dengan klien di Gwang Hwa Mun. Aku punya alibi, kau bisa mengeceknya.”

Ha Ryu meminta Da Hae jangan bohong. “Kau ada di lokasi kejadian, Do Hoon memanggil namamu. Aku melihat kalian berdua bicara. Bagaimana bisa kau mengatakan kau tak ada disana? Apa itu masuk akal?”

Da Hae tetap bersikap tenang, apa Baek Hak meminta Ha Ryu melakukan ini, membuatnya menjadi tersangka. Apa tidak cukup sudah memaksanya bercerai, apa sebenarnya alasan yang membuatnya menjadi pembunuh Do Hoon.

Ha Ryu yang marah menggebrak meja, “Kau gila. Katakan yang sebenarnya. Sekarang Do Hoon sekarat. Dia orang yang bersalah karena mencintaimu.”

Detektif Nam meminta Ha Ryu tenang. Da Hae berkata berapa lama lagi ia harus menerima penghinaan ini. Detektif Nam mengerti kalau itu pasti berat bagi Da Hae tapi ia mohon Da Hae menunggu untuk mendapatkan hasil penyelidikannya.
Detektif Nam sudah mendapatkan data dari ponsel Ha Ryu dan Da Hae. Dari panggilan diponsel tak ada panggilan telepon dari Joo Da Hae. Ha Ryu tak mengerti apa maksudnya tak ada panggilan telepon dari Da Hae. Karena ia yakin dirinya bicara dengan Da Hae di telepon, ia dan Da Hae bicara berhadapan satu sama lain. Detektif Nam mengatakan ketika kecelakaan nomor yang menghubungi Ha Ryu itu ponsel ilegal yang tak bisa dilacak. Bahkan mobilnya pun tak terdaftar atas nama siapapun. Bahkan pemilik atau pengkreditnya masih belum mengkonfirmasi. Jadi sekarang tak ada bukti yang menghubungkan Joo Da Hae dengan kasus ini.

Da Hae bertanya apa ia bisa pergi sekarang. Ha Ryu menyela menjawab tidak boleh. “Jika polisi tak bisa melakukannya aku yang akan mencari tahu kebenarannya. Kau bahkan mencoba membunuh seseorang.” Tapi Detektif Nam mempersilakan Da Hae pergi. Da Hae pun keluar dari ruang interogasi.
Ha Ryu yang tak terima mengejar Da Hae. Ia berteriak memanggil Da Hae. “Jika kau manusia terima hukumanmu.”

Da Hae menatap tajam Ha Ryu, “Yang namanya hukuman itu untuk orang yang melakukan kejahatan.” Da Hae berusaha melepaskan diri tapi Ha Ryu menahannya kuat.
Detektif Nam mengamankan Ha Ryu, sebelum dia mengamuk pada Da Hae. “Kalian itu polisi tangkap dia. Dia pelakunya.” teriak Ha Ryu. Detektif Nam mengingatkan kalau tak ada bukti yang mengarah ke Da Hae. Da Hae menatap sinis dan pergi dari sana.
Presdir Baek dan Bibi Jimi menjenguk Do Hoon di rumah sakit. Do Kyung memberi tahu Do Hoon yang masih belum sadar kalau Presdir dan Bibi Jimi ada disini. Jimi ikut sedih bagaimana bisa anak semuda Do Hoon jadi seperti ini.
Untuk membuat Ha Ryu tenang, Detektif Nam terpaksa memasukan Ha Ryu ke sel. Ha Ryu tampak terdiam merenung. Detektif Nam kemudian mengeluarkan Ha Ryu, ia mengatakan bagaimana bisa Ha Ryu yang seorang pengacara bisa melakukan itu. Ha Ryu minta maaf. Detektif Nam mengerti kalau Ha Ryu sedang frustasi tapi ketika Do Hoon sadar dia pasti akan memberi tahu semuanya. Jadi ia harap Ha Ryu tak perlu khawatir. Ia mempersilakan Ha Ryu pergi.
Ha Ryu berjalan lemas di rumah sakit. Ia menjenguk Do Hoon.

“Jika kita bertemu disituasi yang berbeda apa kita bisa akur sebagai teman? Dimana yang salah? Aku ingin mengakhiri semuanya? Apa aku bisa melakukannya? Sebenarnya, padamu aku mengatakan kebohongan terbesar.” batin Ha Ryu.
Ha Ryu mengeluarkan foto keluarganya bersama Ha Hae dan Eun Byul. “Orang yang di foto ini, pria yang hidup bersama Da Hae bukan adikku melainkan aku. Akulah Ha Ryu. Jika kau mendengarku, cepatlah sadar. Benci dan kutuklahaku. Semua ini karena aku. Do Hoon maafkan aku.” sesal Ha Ryu dalam hati.
Ha Ryu sampai di kantor pengacara. Ia yang marah dengan semua kejadian ini menumpahkan segala emosinya dengan mengobrak-abrik apa yang ada di depannya. Sam Do yang melihat Ha Ryu ngamuk berusaha menenangkannya, “kau kenapa? Apa yang terjadi?”
Ha Ryu menangis marah, “Berpura-pura menjadi Cha Jae Woong, sekarang aku tak tahu apa yang sebenarnya kulakukan. Jika Do Hoon tak mengikutiku, dia tak akan terkena kecelakaan itu. Ini semua salahku. Jae Woong hyung juga meninggal karena aku. Eun Byul juga meninggal karena aku.”

Sam Do meminta Ha Ryu jangan berpikir seperti itu. Ha Ryu berkata untuk membalas dendam pada Da Hae, siapa dirinya hingga harus membuat orang-orang itu terbunuh.
Sam Do berada di restourannya. Disana Bibi Hong dan Taek Bae menyuguhkan minuman. Bibi Hong mengatakan bahwa Ha ryu yang berusia 33 tahun bukankah itu usia yang menjanjikan, “Diusia seperti itu ternyata dia hanya mengikuti Da Hae, apa dia harus menghabiskan masa mudanya untuk melakukan itu?”

Sam Do berkata kalau Bibi Hong pasti tak tahu apapun, “kami ini pria hidup memang begitu. Bahkan jika hidup kami tinggal sehari semuanya harus jelas disini. Pembalasan dendam Ha Ryu harus dilanjutkan.”

Menurut Bibi Hong dengan Ha Ryu hidup lebih baik itu sudah cukup membalas dendam. Bibi Hong menyuruh Taek Bae memanggil Ha Ryu untuk memberi tahu agar Ha Ryu berhenti balas dendam. Tapi ketika Taek Bae akan pergi Sam Do melarangnya. Taek Bae pun tak jadi pergi. Sam Do heran apa yang Bibi Hong bicarakan, Joo Da Hae adalah penyihir yang dimana mana membunuh orang. Kita harus memburu penyihir itu.
Bibi Hong yang kesal meninggikan suaranya, Dengan nama balas dendam berapa banyak lagi orang yang harus terluka? Ketika sudah begitu, akan begitu banyak lubang di hati Ha Ryu. Apa dengan mengirim Da Hae si penyihir itu ke penjara akan mengobati luka?”

Sam Do juga ikut meninggikan suaranya, “entah kau balas dendam atau tidak, kau menyesal. Kalau memang begitu lebih baik menyesal setelah balas dendam.”

Sam Do merebut minuman yang ada di tangan Taek Bae. Bibi Hong yang kesal merebut minuman itu dari tangan Sam Do. Sam Do jadi tambah kesal, “ah kenapa kau ini?” Bibi Hong yagn marah mengusir Sam Do. Ia harus segera menututp restouran.
Ha Ryu minum sendirian di warung soju. Ia mengingat ketika Do Hoon meminta ijin padanya untuk memanggil dengan sebutan Hyung. Ia juga mengingat keakrabannya dengan Do Hoon. Perselisihannya dengan Do Hoon, hingga kemarahan Do Hoon karena dirinya mempermainkan Do Kyung pun diingatnya.
Ha Ryu sampai di rumah dalam keadaan setengah mabuk. Sampai di rumah ayahnya juga sedang minum sendirian. Ha Ryu melarang ayahnya minum. Ayah bilang tak apa-apa, bahkan kata dokternya jika itu satu gelas bir tak akan apa-apa. Ia menawarkan bagaimana kalau putranya juga ikut minum.

Ayah bisa menebak kalau akhir-akhir ini pasti semuanya berat bagi Ha Ryu. “Akhir-akhir ini kau tak terlihat begitu baik.” Ia meminta putranya ikut minum.

Ayah berkata Ha Ryu pasti lupa kalau hari ini adalah hari peringatakn meninggalnya ibu Ha Ryu. Ha Ryu terdiam terkejut, karena ia tak tahu.
Ayah : “Untuk ibu yang bahkan kau tak ingat, apa gunanya melakukan upacara peringatan untuknya?”

Ha Ryu minta maaf.

Ayah : “Kurang dari setahun setelah ibumu melahirkan kalian berdua, dia meninggal. Kita bahkan tak punya uang atau siapapun yang mau menolong kita. Semuaya sendiri, berat bagiku membesarkan kalian berdua yang masih menyusu. Tak peduli bagaimana beratnya, aku seharusnya membesarkan kalian berdua dengan tanganku sendiri. Akhirnya aku menyerahkan adikmu. Bahkan setelah aku mati, aku akan dihukum atas apa yang telah kulakukan.”

Ha Ryu pun mengerti, ia berusaha menghibur ayahnya kalau sekarang sudah tak apa-apa. Karena semunya sudah berlalu.

Tapi ayah masih menyesal, “Jika suatu hari nanti aku mati tanpa bertemu dengan adikmu, Ha Ryu. Katakan padanya bahwa tiada hari tanpa aku merasa menyesal. Setiap hari aku merasa bersalah. Kau tahu kan?”

Ha Ryu yang menghibur ayahnya berkata kalau nanti ayahnya akan memberitahukan itu sendiri. Ayah merasa kalau ia sudah tahu jika dirinya tak akan bisa bertemu dengan Ha Ryu, putra bungsunya. Ha Ryu sedih melihat ayahnya yang begitu berharap. Ia tak tahu bagaimana harus mengatakan kalau Jae Woong sekarang telah tiada, dan yang ada dihadapan ayahnya sekarang adalah dirinya, Ha Ryu.
Da Hae menghubungi agen perjalanan, ia ingin membeli tiket pesawat ke New York.
Di dalam pesawat menuju New York, Da Hae duduk bersebelahan dengan Walikota Seok Tae Il. Seok Tae Il berkata kalau ia terkejut Da Hae mengiriminya tiket pesawat. “Kenapa kau ingin bertemu di pesawat yang menuju Amerika?”

Da Hae menjelaskan bahwa 14 jam penerbangan menuju New York adalah tempat teraman sekarang. Tempat dimana Presdir Baek tidak akan pernah bisa ikut campur.

Walikota Seok tersenyum membenarkan. Da Hae bisa merasakan kalau akhir-akhir ini Walikota Seok pasti sedikit sedih, ia mendengar kalau Presdir Baek menyuruh walikota Seok untuk menyerah tidak ikut dalam pemilihan presiden.
Walikota Seok heran, apa sebenarnya yang harus ia dan Da Hae bicarakan selama 14 jam penerbangan ini. Da Hae berkata kalau ia akan langsung ke inti utamanya. “Presiden korea berikutnya dalah Seok Tae Il.” ucap Da Hae tegas.

Walikota Seok yang terkejut menoleh menatap Da Hae. Da Hae meminta walikota Seok mengikuti pemilihan presiden tahun ini. “Jika anda menyerah pada Baek Hak sebagai hak yang anda bayar, tentu saja anda akan menang padapemilihan.”
Walikota Seok : “apa kau menyuruhku untuk mengkhianati Baek Hak?”

Da Hae : “Kenapa kita tidak langsung saja? Jauh di dalam hati anda, anda sebenarnya membenci Presdir Baek.”

Walikota Seok tersenyum tipis, “sebagai menantu perempuan yang ditendang keluar dari keluarga Baek Hak, itulah cara terbaik untuk melampiaskan kemarahanmu.”

Da Hae tersenyum, “didalam rumah mereka menyebut anda anjingnya baek hak. Diantara anda dan aku kita memiliki banyak persamaan.

Walikota Seok tanya bagaimana ia bisa mempercayai Da Hae. Da Hae berkata kalau ia memiliki beberapa dokumen yang bisa menghancurkan Baek Hak.
Da Hae pun menunjukan dokumen rahasia pada Walikota Seok. Walikota Seok terkejut Da Hae memiliki dokumen tentang keterlibatan Baek Hak terkait sponsor dana pemilu.”

Da Hae mengatakan ketika ia dan Walikota Seok tiba di New York, ia meminta walikota Seok menghubungi wartawan luar negeri, “Anda bukannya menyerah pada pemilihan presiden, melainkan mengumuman pencalonan. kita serang abek hak dari belakang lalu kita bisa mulai lagi”. ucap Da Hae penuh ambisi. Walikota Seok tmpak berpikir.
Do Kyung terus menemani Do Hoon yang masih belum sadarkan diri. Hari demi hari tanpa lelah Do Kyung menunggui Do Hoon dengan sabar. Ia mengajak bicara Do Hoon, “apa kau mendengar suara kakakmu ini? ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu. Do Hoon-ah, bangunlah dan dengarkan apa yang akan kukatakan. Kau bisa melakukannya kan?”
Do Kyung menangis menggenggam tangan Do Hoon. “Maafkan aku Do Hoon!”
Walikota Seok menemui Presdir Baek di perusahaan Baek Hak. Presdir heran tanpa pemberitahuan dulu tiba-tiba walikota Seok menemuinya,ada urusan apa walikota Seok datang menemuinya.

Untuk berbasa-basi Walikota Seok menanyakan keadaan Do Hoon. Presdir Baek mengatakan kalau dokter yang merawat Do Hoon bilang kalau kondisi Do Hoon sudah lebih baik. Walikota Seok menilai itu berita yang bagus.

Presdir Baek kembali menanyakan maksud dan tujuan Walikota Seok menemuinya hari ini. Walikota Seok mengatakan kalau ia harus mengikuti pemilihan pressiden tahun ini. Presdir mengingatkan bukankah ia sudah bilang jangan mengikuti dulu, paling tidak untuk kali ini. Tapi walikota Seok memaksa ia mengatakan kalau menantu Presdir Baek, si Joo Da Hae membawa kabur dokumen rahasia itu, apa Presdir Baek masih belum menangkap Da Hae.
Presdir meminta Walikota Seok jangan bertingkah gila. Walikota Seok bersikap tenang, Presdir anda mungking yang harus memperhatikan ucapan anda pada calon presiden anda tak boleh bicara sembarangan kan?”

“Hei Seok Tae Il.” Presdir Baek meninggikan suaranya.

Walikota Seok : “ketika aku mencalonkan diri untuk pemilu, dana pemilu harus diurus oleh Baek Hak seperti yang direncanakan.”

“Dasar kau kurang ajar.” Presdir Baek marah karena walikota Seok Tae Lin mau mendengar ucaannya.

Walikota Seok menilai kalau Presdir hanyalah pria tua yang tak tahu sopan santun. Ia pun pamit pergi.
Walikota Seok menemui Da Hae ditepi sungai Han. Walikota Seok menanyakan bagaimana keadaan semuanya. Da Hae mengatakan kalau ia suka dengan rumah yang walikota Seok berikan padanya.

Walikota Seok memberi tahu kalau ia sudah bicara dengan Presdir Baek mengenai ini. Menurutnya Presdir itu orang yang cerdas jadi ia yakin Presdir akan cepat mengerti. Baek Hak grup akan menjadi pendukung financial kita. Da Hae tersenyum mengatakan kalau sisanya bergantung padanya. Walikota Seok menyahut tentu saja, itu tergantung bagaimana cara Da Hae melakukannya.

Walikota Seok memberi tahu Da Hae kalau Do Hoon sepertinya sudah lebih baik. Keluarga Baek hampir berakhir karena dia. Tampaknya dia akan memikul tanggung jawab atas nama keluargha. Do Hoon pasti sudah lebih baik.

“syukurlah!” jawab Da Hae dengan wajah sedikit cemas.

Walikota Seok menyampaikan kalau ia sedang berpikir untuk menyewa ruang kantor, “apa kau berpikir untuk menunjukan dirimu di depan publik?” Da Hae bilang kalau sekarang belum saatnya ia muncul ke publik, ia sendiri yang akan memutuskan kapan waktunya. Walikota Seok mengeti ia akan menghubungi Da Hae lagi nanti. Ia pun pergi.
Seorang perawat memeriksa keadaan Do Hoon.

Da Hae datang ke rumah sakit. Ia mengintip dari pintu ruangan dimana Do Hoon di rawat. Ia melihat kalau disana ada perawat. Ketika perawat keluar, Da Hae sembunyi.
Setelah perawat pergi Da Hae masuk ke ruangan Do Hoon. Ia perlahan berjalan mendekati Do Hoon. Da Hae menggerakan tangannya ke wajah Do Hoon. Apa yang akan Da Hae lakukan, apa dia akan melepas oksigen yang terpasang pada Do Hoon?

Sementara itu, Do Kyung berjalan di lorong menuju ruangan Do Hoon.

Bersambung ke Ep 18 Part 2.

4 comments:

  1. akhirnya stlah skian lma d lnjutn jg mba anis

    ReplyDelete
  2. HoreEe...akhirx dilnjutin lgi..mksih mb anis...
    Smngat nulisx..
    Dan smga sehat selalu..aminn

    Milla«~

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah akhirnya dlanjut lg.... Makasih ya mbaaaaaak.....

    ReplyDelete
  4. Setelah sekian lama menggantung......akhirnya...yey....lanjut

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.