Do Hoon berjalan mendekat
ke arah Da Hae. Da Hae yang ketakutan mundur perlahan.
Do Hoon : “Larilah Da Hae.
Aku akan membunuhmu sekarang. Aku tak akan pernah bisa memaafkanmu. Kau pantas
mati di tanganku.”
Da Hae lari menjauh. Melihat
Da Hae pergi Do Hoon memiliki kesempatan untuk mengambil dokumen Baek Hak yang
berada di dalam mobil.
Do Hoon membuka pintu
mobil dan BLEDAR..... terdengar suara ledakan besar yang kemudian diikuti
dengan nyala api dan asap yang membumbung tinggi. Mobil itu meledak, Do Hoon
terpental dan langsung tak sadarkan diri.
Da Hae tercengang melihat
ledakan itu. Ha Ryu yang masih berada disana juga terkejut. Ia langsung berlari
ke arah Do Hoon yang tergeletak. Da Hae yang ketakutan kabur dari sana. Ha Ryu
mengguncang-guncangkan tubuh Do Hoon.
Da Hae yang lari tiba-tiba
menghentikan langkahnya. Ia mencemaskan keadaan Do Hoon. Ia bingung tak tahu
apa yang harus dilakukannya. Da Hae akan pergi begitu saja, tapi rasa
khawatirnya juga besar. Ia akan menghubungi ambulans dengan ponselnya tapi tak
jadi ia lakukan.
Da Hae melihat tak jauh
dari tempatnya berdiri ada telepon umum. Supaya dirinya tak bisa dilacak Da Hae
menghubungi ambulans menggunakan telepon umum. Dengan tangan gemetaran ia
menekan 119. Ia mengatakan kalau di tempatnya berada sekarang ada kecelakaan.
Sebuah mobil meledak dan ada korbannya. Mereka meminta Da Hae memberi tahu
dimana lokasi Da Hae karena Da Hae menelepon menggunakan telepon umum. Da Hae
pun mengatakan dimana lokasi kejadiannya.
Ha Ryu yang juga
mencemaskan keadaan Do Hoon menghubungi ambulans. Ia memberi tahu pihak 119
bahwa ada seorang pria yang terluka. Mereka meminta Ha Ryu mengatakan dimana
lokasi Ha Ryu. Belum sempat Ha Ryu mengatakan dimana keberadaannya, mobil
polisi dan ambulans sudah datang.
Do Hoon segera dilarikan
ke rumah sakit. Ha Ryu yang cemas menemani Do Hoon di dalam mobil ambulans.
Petugas medis mengatakan kalau detak jantung Do Hoon melemah. Mereka pun
menghubungi pihak rumah sakit agar menyiapkan ruang operasi untuk melakukan
penanganan darurat pada Do Hoon.
Melihat keadaan Do Hoon
yang terluka parah, Ha Ryu hanya bisa menitikan air mata. Ia menggenggam tangan
Do Hoon.
Do Kyung segera ke rumah
sakit setelah mendengar kabar Do Hoon terluka. Ia bertanya pada Ha Ryu mengenai
keadaan Do Hoon. Ha Ryu tak bisa menjawab. Do Kyung bertanya pada dokter
mengenai kondisi Do Hoon, ia ingin menemui Do Hoon sekarang. Dokter mengatakan
kalau mereka baru akan mengetahui kondisi Do Hoon setelah melewati malam ini.
Mendengar keadaan buruk Do
Hoon, kaki Do Kyung lemas. Ia menangis mengetahui keadaan buruk yang menimpa Do
Hoon.
Do Kyung ingin tahu apa
yang sebenarnya terjadi, kenapa Do Hoon bisa ada di tempat itu. “Pagi ini dia
berjanji akan makan malam bersamaku. Kenapa dia ada disana bersamamu?”
Ha Ryu minta maaf. Do Kyung
marah dan menuduh Ha Ryu yang membawa Do Hoon ke lokasi kejadian ledakan itu. Ia
menangis marah, “bahkan ketika kau tak terluka, kenapa hanya Do Hoon sendiri
yang terluka? Kenapa?”
Do Kyung menangis memukuli
Ha Ryu yang diam saja. Ha Ryu menyadari kalau ia pun ikut bertanggung jawab
atas kejadian naas yang menimpa Do Hoon. Ia menyadari kalau sasaran Da Hae yang
sebenarnya adalah dirinya bukan Do Hoon.
Malam harinya, Da Hae
meminta Yang Hoon untuk menemuinya di taman. Yang Hoon yang datang tergesa-gesa
bertanya apa maksud Da Hae bahwa Beek Do Hoon yang terluka, “lalu bagaimana dengan
Ha Ryu, apa Ha Ryu juga tahu tentang rencana kita?”
Da Hae yang kebingungan
berkata tidak tahu. Ia menyuruh Yang Hoon segera pergi ke tempat dimana tak ada
seorang pun yang bisa menemukan Yang Hoon. Yang Hoon berkata kalau Da Hae tak
perlu khawatir karena tak ada bukti yang memberatkan dirinya. Agar tak
meninggalkan bukti apapun ia sudah memakai ponsel curian bahkan mobil bekas itu
pun dibeli melalui black market, jadi mereka tak akan bisa melacak.
Da Hae mengatakan kalau Ha
Ryu melihat semuanya. “Oppa, kau membuat itu untuk membunuhnya tapi Do Hoon
yang terluka. Dia pasti mengetahui semuanya. Kali ini kita tak akan mudah
keluar dari masalah ini. Jadi pergilah ke suatu tempat dan sembunyi ke tempat
dimana kau tak bisa tertangkap, mengerti?” Yang Hoon mengerti.
Seorang detektif menemui Ha
Ryu di rumah sakit. Detektif Nam mengklarifikasi kebenaran tentang Ha Ryu yang
menghubungi 119 jam 4.15 sore. Ha Ryu menunjukan ponselnya sebagai bukti kalau
ia memang benar menghubungi 119.
Ha Ryu membenarkan, ia
melihat Baek Do Hoon dulu kemudian menelepon 119. Tak jauh dari sana Do Kyung
mendengar apa yang Ha Ryu sampaikan pada Detektif Nam.
Detektif bertanya siapa
saksi yang berada di lokasi kejadian. Ha Ryu menjawab, “itu aku, Baek Do Hoon dan Joo Da Hae.” ucap Ha Ryu penuh kebencian. Do Kyung terkejut mendengar nama Da
Hae disebut oleh Ha Ryu.
Detektif Nam : “Anda
adalah orang yang melaporkan kecelakaan dan Baek Do Hoon adalah korbannya, lalu
bagaimana dengan Joo Da Hae?”
Ha Ryu mengangkat wajahnya
menatap Detektif Nam, “Detektif, Joo Da Hae adalah pelakunya.” Detektif Nam tak
mengerti, “pelaku?”
Ha Ryu membenarkan, “Aku
ingin mengambil sesuatu darinya, kami seharusnya bertemu jam 4 sore. Joo Da Hae
bilang apa yang kucari ada didalam mobil. Dia menyuruhku untuk mengambilnya
dari dalam mobil. Lalu tiba-tiba Do Hoon muncul dan dia yang membuka pintu
mobil lebih dulu. Begitu dia membuka pintunya, mobilnya meledak.”
Do Kyung yang mendengar
kronologis ceritanya berusaha menahan diri agar tak menangis.
Ha Ryu sangat yakin kalau
pelakunya adalah Joo Da Hae.
Da Hae yang gelisah, gemetaran dan mengamankan ponsel miliknya. Ia menatap
ponsel yang digunakan untuk berkomunikasi dengan Ha Ryu (ponsel curian) Da Hae
membuang ponsel itu untuk melenyapkan bukti agar benda itu tak ada padanya.
Yang Hoon bergegas akan
pergi dari bar tapi sayang tepat saat ia akan pergi Ha Ryu datang. “Mau kemana
kau sekarang?” tanya Ha Ryu mengagetkan Yang Hoon. “Aku tak membutuhkanmu,
dimana Joo Da Hae?”
Yang Hoon tak menjawab. Ia
malah menyerang Ha Ryu. Tapi dengan tangkas Ha Ryu menghajar dan melumpuhkan Yang
Hoon. Yang Hoon pingsan.
Ha Ryu mengambil ponsel Yang
Hoon. Ia mengirim sms pada Da Hae menggunakan ponsel itu meminta bertemu. (Da Hae
mengira yang ngirim sms itu Yang Hoon)
Da Hae pun menemui Yang Hoon
di taman malam-malam. Tapi yang ada disana bukanlah Yang Hoon melainkan Ha Ryu.
Da Hae tentu saja kaget bukan main tapi ia berusaha bersikap tenang.
“Kenapa? apa kau terkejut
melihatku masih hidup?” Ha Ryu mencengkeram tubuh Da Hae, “Akan lebih baik
kalau aku yang terluka. Baek Do Hoon, apa yang akan kau lakukan tentangnya?”
Da Hae berusaha menepis
dan meminta Ha Ryu melepaskan cengkramannya. Ha Ryu mengancam agar Da Hae diam
saja, kalau tidak ia akan mematahkan leher Da Hae. Ha Ryu menarik paksa Da Hae
ke kantor polisi.
Ha Ryu menyerahkan Da Hae
ke Detektif Nam di polisi sebagai tersangka. Ia juga memiliki bukti ponselnya.
Percakapan telepon yang mmintaku datang ke lokasi ledakan adadi ponsel ini.
Silakan di cek. Detektif nam ingin melihat ponsel da hae juga. Da hae dengan
tenang menyerahkan ponselnya.detektif nam akan mengintoregasi keduanya.
Di ruang interogasi, Detektif
Nam mengatakan bahwa menurut kesaksian Pengacara Cha (Ha Ryu) begitu Do Hoon membuka
pintu mobil yang dibawa Da Hae mobil itu meledak. Apa itu benar?
Da Hae bersikap tenang dan
menolak tuduhan itu, “saat itu aku bertemu dengan klien di Gwang Hwa Mun. Aku punya
alibi, kau bisa mengeceknya.”
Ha Ryu meminta Da Hae
jangan bohong. “Kau ada di lokasi kejadian, Do Hoon memanggil namamu. Aku
melihat kalian berdua bicara. Bagaimana bisa kau mengatakan kau tak ada disana?
Apa itu masuk akal?”
Da Hae tetap bersikap
tenang, apa Baek Hak meminta Ha Ryu melakukan ini, membuatnya menjadi tersangka.
Apa tidak cukup sudah memaksanya bercerai, apa sebenarnya alasan yang membuatnya
menjadi pembunuh Do Hoon.
Ha Ryu yang marah
menggebrak meja, “Kau gila. Katakan yang sebenarnya. Sekarang Do Hoon sekarat.
Dia orang yang bersalah karena mencintaimu.”
Detektif Nam meminta Ha Ryu
tenang. Da Hae berkata berapa lama lagi ia harus menerima penghinaan ini.
Detektif Nam mengerti kalau itu pasti berat bagi Da Hae tapi ia mohon Da Hae
menunggu untuk mendapatkan hasil penyelidikannya.
Detektif Nam sudah
mendapatkan data dari ponsel Ha Ryu dan Da Hae. Dari panggilan diponsel tak ada
panggilan telepon dari Joo Da Hae. Ha Ryu tak mengerti apa maksudnya tak ada
panggilan telepon dari Da Hae. Karena ia yakin dirinya bicara dengan Da Hae di
telepon, ia dan Da Hae bicara berhadapan satu sama lain. Detektif Nam
mengatakan ketika kecelakaan nomor yang menghubungi Ha Ryu itu ponsel ilegal yang
tak bisa dilacak. Bahkan mobilnya pun tak terdaftar atas nama siapapun. Bahkan
pemilik atau pengkreditnya masih belum mengkonfirmasi. Jadi sekarang tak ada bukti
yang menghubungkan Joo Da Hae dengan kasus ini.
Da Hae bertanya apa ia
bisa pergi sekarang. Ha Ryu menyela menjawab tidak boleh. “Jika polisi tak bisa
melakukannya aku yang akan mencari tahu kebenarannya. Kau bahkan mencoba
membunuh seseorang.” Tapi Detektif Nam mempersilakan Da Hae pergi. Da Hae pun keluar
dari ruang interogasi.
Ha Ryu yang tak terima
mengejar Da Hae. Ia berteriak memanggil Da Hae. “Jika kau manusia terima
hukumanmu.”
Da Hae menatap tajam Ha Ryu,
“Yang namanya hukuman itu untuk orang yang melakukan kejahatan.” Da Hae
berusaha melepaskan diri tapi Ha Ryu menahannya kuat.
Detektif Nam mengamankan Ha
Ryu, sebelum dia mengamuk pada Da Hae. “Kalian itu polisi tangkap dia. Dia
pelakunya.” teriak Ha Ryu. Detektif Nam mengingatkan kalau tak ada bukti yang
mengarah ke Da Hae. Da Hae menatap sinis dan pergi dari sana.
Presdir Baek dan Bibi Jimi
menjenguk Do Hoon di rumah sakit. Do Kyung memberi tahu Do Hoon yang masih
belum sadar kalau Presdir dan Bibi Jimi ada disini. Jimi ikut sedih bagaimana
bisa anak semuda Do Hoon jadi seperti ini.
Untuk membuat Ha Ryu tenang,
Detektif Nam terpaksa memasukan Ha Ryu ke sel. Ha Ryu tampak terdiam merenung. Detektif
Nam kemudian mengeluarkan Ha Ryu, ia mengatakan bagaimana bisa Ha Ryu yang seorang
pengacara bisa melakukan itu. Ha Ryu minta maaf. Detektif Nam mengerti kalau Ha
Ryu sedang frustasi tapi ketika Do Hoon sadar dia pasti akan memberi tahu
semuanya. Jadi ia harap Ha Ryu tak perlu khawatir. Ia mempersilakan Ha Ryu
pergi.
Ha Ryu berjalan lemas di
rumah sakit. Ia menjenguk Do Hoon.
“Jika kita bertemu disituasi
yang berbeda apa kita bisa akur sebagai teman? Dimana yang salah? Aku ingin mengakhiri
semuanya? Apa aku bisa melakukannya? Sebenarnya, padamu aku mengatakan
kebohongan terbesar.” batin Ha Ryu.
Ha Ryu mengeluarkan foto
keluarganya bersama Ha Hae dan Eun Byul. “Orang yang di foto ini, pria yang
hidup bersama Da Hae bukan adikku melainkan aku. Akulah Ha Ryu. Jika kau
mendengarku, cepatlah sadar. Benci dan kutuklahaku. Semua ini karena aku. Do Hoon
maafkan aku.” sesal Ha Ryu dalam hati.
Ha Ryu sampai di kantor
pengacara. Ia yang marah dengan semua kejadian ini menumpahkan segala emosinya
dengan mengobrak-abrik apa yang ada di depannya. Sam Do yang melihat Ha Ryu ngamuk
berusaha menenangkannya, “kau kenapa? Apa yang terjadi?”
Ha Ryu menangis marah, “Berpura-pura
menjadi Cha Jae Woong, sekarang aku tak tahu apa yang sebenarnya kulakukan.
Jika Do Hoon tak mengikutiku, dia tak akan terkena kecelakaan itu. Ini semua
salahku. Jae Woong hyung juga meninggal karena aku. Eun Byul juga meninggal
karena aku.”
Sam Do meminta Ha Ryu jangan
berpikir seperti itu. Ha Ryu berkata untuk membalas dendam pada Da Hae, siapa
dirinya hingga harus membuat orang-orang itu terbunuh.
Sam Do berada di restourannya.
Disana Bibi Hong dan Taek Bae menyuguhkan minuman. Bibi Hong mengatakan bahwa Ha
ryu yang berusia 33 tahun bukankah itu usia yang menjanjikan, “Diusia seperti
itu ternyata dia hanya mengikuti Da Hae, apa dia harus menghabiskan masa
mudanya untuk melakukan itu?”
Sam Do berkata kalau Bibi Hong
pasti tak tahu apapun, “kami ini pria hidup memang begitu. Bahkan jika hidup
kami tinggal sehari semuanya harus jelas disini. Pembalasan dendam Ha Ryu harus
dilanjutkan.”
Menurut Bibi Hong dengan Ha
Ryu hidup lebih baik itu sudah cukup membalas dendam. Bibi Hong menyuruh Taek Bae
memanggil Ha Ryu untuk memberi tahu agar Ha Ryu berhenti balas dendam. Tapi
ketika Taek Bae akan pergi Sam Do melarangnya. Taek Bae pun tak jadi pergi. Sam
Do heran apa yang Bibi Hong bicarakan, Joo Da Hae adalah penyihir yang dimana
mana membunuh orang. Kita harus memburu penyihir itu.
Bibi Hong yang kesal meninggikan
suaranya, Dengan nama balas dendam berapa banyak lagi orang yang harus terluka?
Ketika sudah begitu, akan begitu banyak lubang di hati Ha Ryu. Apa dengan
mengirim Da Hae si penyihir itu ke penjara akan mengobati luka?”
Sam Do juga ikut meninggikan
suaranya, “entah kau balas dendam atau tidak, kau menyesal. Kalau memang begitu
lebih baik menyesal setelah balas dendam.”
Sam Do merebut minuman
yang ada di tangan Taek Bae. Bibi Hong yang kesal merebut minuman itu dari
tangan Sam Do. Sam Do jadi tambah kesal, “ah kenapa kau ini?” Bibi Hong yagn
marah mengusir Sam Do. Ia harus segera menututp restouran.
Ha Ryu minum sendirian di warung soju. Ia mengingat ketika Do Hoon meminta ijin padanya
untuk memanggil dengan sebutan Hyung. Ia juga mengingat keakrabannya dengan Do Hoon.
Perselisihannya dengan Do Hoon, hingga kemarahan Do Hoon karena dirinya
mempermainkan Do Kyung pun diingatnya.
Ha Ryu sampai di rumah
dalam keadaan setengah mabuk. Sampai di rumah ayahnya juga sedang minum
sendirian. Ha Ryu melarang ayahnya minum. Ayah bilang tak apa-apa, bahkan kata
dokternya jika itu satu gelas bir tak akan apa-apa. Ia menawarkan bagaimana
kalau putranya juga ikut minum.
Ayah bisa menebak kalau
akhir-akhir ini pasti semuanya berat bagi Ha Ryu. “Akhir-akhir ini kau tak
terlihat begitu baik.” Ia meminta putranya ikut minum.
Ayah berkata Ha Ryu pasti
lupa kalau hari ini adalah hari peringatakn meninggalnya ibu Ha Ryu. Ha Ryu
terdiam terkejut, karena ia tak tahu.
Ayah : “Untuk ibu yang
bahkan kau tak ingat, apa gunanya melakukan upacara peringatan untuknya?”
Ha Ryu minta maaf.
Ayah : “Kurang dari
setahun setelah ibumu melahirkan kalian berdua, dia meninggal. Kita bahkan tak
punya uang atau siapapun yang mau menolong kita. Semuaya sendiri, berat bagiku
membesarkan kalian berdua yang masih menyusu. Tak peduli bagaimana beratnya,
aku seharusnya membesarkan kalian berdua dengan tanganku sendiri. Akhirnya aku menyerahkan
adikmu. Bahkan setelah aku mati, aku akan dihukum atas apa yang telah
kulakukan.”
Ha Ryu pun mengerti, ia
berusaha menghibur ayahnya kalau sekarang sudah tak apa-apa. Karena semunya
sudah berlalu.
Tapi ayah masih menyesal, “Jika
suatu hari nanti aku mati tanpa bertemu dengan adikmu, Ha Ryu. Katakan padanya
bahwa tiada hari tanpa aku merasa menyesal. Setiap hari aku merasa bersalah.
Kau tahu kan?”
Ha Ryu yang menghibur
ayahnya berkata kalau nanti ayahnya akan memberitahukan itu sendiri. Ayah merasa
kalau ia sudah tahu jika dirinya tak akan bisa bertemu dengan Ha Ryu, putra
bungsunya. Ha Ryu sedih melihat ayahnya yang begitu berharap. Ia tak tahu
bagaimana harus mengatakan kalau Jae Woong sekarang telah tiada, dan yang ada
dihadapan ayahnya sekarang adalah dirinya, Ha Ryu.
Da Hae menghubungi agen
perjalanan, ia ingin membeli tiket pesawat ke New York.
Di dalam pesawat menuju New
York, Da Hae duduk bersebelahan dengan Walikota Seok Tae Il. Seok Tae Il
berkata kalau ia terkejut Da Hae mengiriminya tiket pesawat. “Kenapa kau ingin
bertemu di pesawat yang menuju Amerika?”
Da Hae menjelaskan bahwa
14 jam penerbangan menuju New York adalah tempat teraman sekarang. Tempat dimana
Presdir Baek tidak akan pernah bisa ikut campur.
Walikota Seok tersenyum
membenarkan. Da Hae bisa merasakan kalau akhir-akhir ini Walikota Seok pasti
sedikit sedih, ia mendengar kalau Presdir Baek menyuruh walikota Seok untuk
menyerah tidak ikut dalam pemilihan presiden.
Walikota Seok heran, apa
sebenarnya yang harus ia dan Da Hae bicarakan selama 14 jam penerbangan ini. Da
Hae berkata kalau ia akan langsung ke inti utamanya. “Presiden korea berikutnya
dalah Seok Tae Il.” ucap Da Hae tegas.
Walikota Seok yang
terkejut menoleh menatap Da Hae. Da Hae meminta walikota Seok mengikuti pemilihan
presiden tahun ini. “Jika anda menyerah pada Baek Hak sebagai hak yang anda
bayar, tentu saja anda akan menang padapemilihan.”
Walikota Seok : “apa kau
menyuruhku untuk mengkhianati Baek Hak?”
Da Hae : “Kenapa kita
tidak langsung saja? Jauh di dalam hati anda, anda sebenarnya membenci Presdir Baek.”
Walikota Seok tersenyum
tipis, “sebagai menantu perempuan yang ditendang keluar dari keluarga Baek Hak,
itulah cara terbaik untuk melampiaskan kemarahanmu.”
Da Hae tersenyum, “didalam
rumah mereka menyebut anda anjingnya baek hak. Diantara anda dan aku kita
memiliki banyak persamaan.
Walikota Seok tanya
bagaimana ia bisa mempercayai Da Hae. Da Hae berkata kalau ia memiliki beberapa
dokumen yang bisa menghancurkan Baek Hak.
Da Hae pun menunjukan
dokumen rahasia pada Walikota Seok. Walikota Seok terkejut Da Hae memiliki
dokumen tentang keterlibatan Baek Hak terkait sponsor dana pemilu.”
Da Hae mengatakan ketika
ia dan Walikota Seok tiba di New York, ia meminta walikota Seok menghubungi wartawan
luar negeri, “Anda bukannya menyerah pada pemilihan presiden, melainkan
mengumuman pencalonan. kita serang abek hak dari belakang lalu kita bisa mulai
lagi”. ucap Da Hae penuh ambisi. Walikota Seok tmpak berpikir.
Do Kyung terus menemani Do
Hoon yang masih belum sadarkan diri. Hari demi hari tanpa lelah Do Kyung
menunggui Do Hoon dengan sabar. Ia mengajak bicara Do Hoon, “apa kau mendengar
suara kakakmu ini? ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu. Do Hoon-ah,
bangunlah dan dengarkan apa yang akan kukatakan. Kau bisa melakukannya kan?”
Do Kyung menangis
menggenggam tangan Do Hoon. “Maafkan aku Do Hoon!”
Walikota Seok menemui Presdir Baek di perusahaan Baek Hak. Presdir heran tanpa pemberitahuan dulu tiba-tiba
walikota Seok menemuinya,ada urusan apa walikota Seok datang menemuinya.
Untuk berbasa-basi
Walikota Seok menanyakan keadaan Do Hoon. Presdir Baek mengatakan kalau dokter
yang merawat Do Hoon bilang kalau kondisi Do Hoon sudah lebih baik. Walikota Seok
menilai itu berita yang bagus.
Presdir Baek kembali menanyakan
maksud dan tujuan Walikota Seok menemuinya hari ini. Walikota Seok mengatakan
kalau ia harus mengikuti pemilihan pressiden tahun ini. Presdir mengingatkan
bukankah ia sudah bilang jangan mengikuti dulu, paling tidak untuk kali ini.
Tapi walikota Seok memaksa ia mengatakan kalau menantu Presdir Baek, si Joo Da Hae
membawa kabur dokumen rahasia itu, apa Presdir Baek masih belum menangkap Da Hae.
Presdir meminta Walikota
Seok jangan bertingkah gila. Walikota Seok bersikap tenang,
Presdir anda mungking yang harus memperhatikan ucapan anda pada calon presiden
anda tak boleh bicara sembarangan kan?”
“Hei Seok Tae Il.” Presdir
Baek meninggikan suaranya.
Walikota Seok : “ketika
aku mencalonkan diri untuk pemilu, dana pemilu harus diurus oleh Baek Hak
seperti yang direncanakan.”
“Dasar kau kurang ajar.” Presdir
Baek marah karena walikota Seok Tae Lin mau mendengar ucaannya.
Walikota Seok menilai
kalau Presdir hanyalah pria tua yang tak tahu sopan santun. Ia pun pamit pergi.
Walikota Seok menemui Da Hae
ditepi sungai Han. Walikota Seok menanyakan bagaimana keadaan semuanya. Da Hae mengatakan
kalau ia suka dengan rumah yang walikota Seok berikan padanya.
Walikota Seok memberi tahu
kalau ia sudah bicara dengan Presdir Baek mengenai ini. Menurutnya Presdir itu
orang yang cerdas jadi ia yakin Presdir akan cepat mengerti. Baek Hak grup akan
menjadi pendukung financial kita. Da Hae tersenyum mengatakan kalau sisanya
bergantung padanya. Walikota Seok menyahut tentu saja, itu tergantung bagaimana
cara Da Hae melakukannya.
Walikota Seok memberi tahu
Da Hae kalau Do Hoon sepertinya sudah lebih baik. Keluarga Baek hampir berakhir
karena dia. Tampaknya dia akan memikul tanggung jawab atas nama keluargha. Do Hoon
pasti sudah lebih baik.
“syukurlah!” jawab Da Hae
dengan wajah sedikit cemas.
Walikota Seok menyampaikan
kalau ia sedang berpikir untuk menyewa ruang kantor, “apa kau berpikir untuk
menunjukan dirimu di depan publik?” Da Hae bilang kalau sekarang belum saatnya
ia muncul ke publik, ia sendiri yang akan memutuskan kapan waktunya. Walikota Seok
mengeti ia akan menghubungi Da Hae lagi nanti. Ia pun pergi.
Seorang perawat memeriksa
keadaan Do Hoon.
Da Hae datang ke rumah
sakit. Ia mengintip dari pintu ruangan dimana Do Hoon di rawat. Ia melihat
kalau disana ada perawat. Ketika perawat keluar, Da Hae sembunyi.
Setelah perawat pergi Da Hae
masuk ke ruangan Do Hoon. Ia perlahan berjalan mendekati Do Hoon. Da Hae
menggerakan tangannya ke wajah Do Hoon. Apa yang akan Da Hae lakukan, apa dia
akan melepas oksigen yang terpasang pada Do Hoon?
Sementara itu, Do Kyung
berjalan di lorong menuju ruangan Do Hoon.
Bersambung ke Ep 18 Part 2.
akhirnya stlah skian lma d lnjutn jg mba anis
ReplyDeleteHoreEe...akhirx dilnjutin lgi..mksih mb anis...
ReplyDeleteSmngat nulisx..
Dan smga sehat selalu..aminn
Milla«~
Alhamdulillah akhirnya dlanjut lg.... Makasih ya mbaaaaaak.....
ReplyDeleteSetelah sekian lama menggantung......akhirnya...yey....lanjut
ReplyDelete