Sunday 29 June 2014

Sinopsis Queen of Ambition Episode 19 Part 1

Ha Ryu sampai di gedung perusahaan, ia tampak tergesa-gesa.

Do Kyung dan Da Hae berada di ruang rias. Do Kyung sangat marah pada Da Hae. Fakta bahwa Da Hae telah menipu dan mempermainkan Do hoon, ia akan membuat Da Hae membayar semuanya. “Kau akan mati di tanganku.”

Da Hae tak takut dengan ancaman Do Kyung, “Kau dan aku, kita berdua telah menipu Do Hoon.”  Da Hae mengambil tas-nya dan keluar dari ruang rias.
Do Kyung benar-benar marah, ia melihat di meja rias ada gunting yang tergeletak. Ia mengambil gunting itu dengan tangan gemetaran dan menyusul Da Hae.
“Joo Da Hae!” panggil Do Kyung yang sudah tepat berada di belakang Da Hae.

Da Hae menoleh terkejut, Do Kyung mendekat ke arah Da Hae dengan posisi pisau siap menusuk pada Da Hae.
Ha Ryu sampai di ruangan tempat Seok Tae Il mendeklarasikan diri akan ikut pemilu presiden. Tapi tempat itu kosong tak ada siapa pun. Ha Ryu cemas.
Tas yang semula ada di tangan Da Hae terjatuh. Do Kyung berhasil menusuk perut Da Hae dengan gunting. Da Hae memegangi perutnya yang mengeluaran darah. Ia tampak menahan skait.
Ha Ryu menemukan keduanya, ia menahan tubuh Do Kyung agar tak berbuat nekat tapi terlambat ia terkejut melihat Da Hae sudah tertusuk. Ha Ryu mengajak Do Kyung pergi dari sana. Gunting di tangan Do Kyung pun terjatuh. Da Hae sendirian menahan sakit luka tusukan di perutnya.
Ha Ryu membawa Do Kyung ke ruang rias. Ia benar-benar tak mengerti apa Do Kyung akan membunuh Da Hae. “Jika kau membunuh Joo Da Hae apa kau pikir ini akan membuat hatimu tenang?”

Do Kyung yang masih marah berkata kalau membunuh Da Hae saja itu tak akan cukup membuat hatinya tenang. Ia meminta Ha Ryu minggir jangan ikut campur. Ha Ryu semakin tak mengerti kenapa Do Kyung ingin membuat kotor tangan sendiri, ia meminta Do Kyung jangan lakukan ini.
Do Kyung tanya lalu apa yang harus ia lakukan, apa Ha Ryu menyuruhnya untuk diam saja seolah tak terjadi apapun. Memangnya siapa yang akan meredakan amarahnya. Siapa yang akan membalaskan ketidakadilan ini.

Ha Ryu : “Jadi, apa kau ingin tanganmu berlumuran darah? Apa Do Hoon ingin kau melakukan ini? apa Do Hoon memintamu untuk membunuh Joo Da Hae? Apa menurutmu ini yang diinginkan Do Hoon? Kau harus berpikir rasional.”

Do Kyung : “Bagaimana aku bisa bersikap rasional? Apa kau tahu bagaimana perasaan seorang ibu setelah kehilangan anaknya? Do Hoon itu putraku. Do Hoon bukan adikku, tapi dia putraku.”

Ha Ryu terdiam terkejut, ia pun mengerti kenapa Do Kyung semarah ini pada Da Hae. Do Kyung berkata kalau ia akan membunuh Da Hae, “Sebelum Joo Da Hae mati aku tak akan berhenti.”
Dua orang polisi masuk ke ruang rias, mereka menerima laporan dan meminta Do Kyung ikut ke kantor polisi.
Da Hae yang terluka dibawa ke ambulans untuk dilarikan ke rumah sakit. Do Kyung yang akan masuk mobil polisi menatap Da Hae yang masuk ke mobil ambulans dengan tatapan benci. Ha Ryu mengatakan pada polisi kalau ia pengacaranya Do Kyung. Ia minta ijin ikut ke kantor polisi. Polisi pun mengijinkannya.
Da Hae menjalani perawatan di rumah sakit. Dokter mengatakan jika saja gunting itu menembus ke samping sedikit saja maka itu akan sangat berbahaya dan bisa merusak organ dalam tubuh Da Hae. Da Hae menyentuh pelan luka di perutnya. Dokter juga mengatakan kalau sekarang Da Hae tak akan merasakan sakit karena pengaruh obat bius tapi setelah efek obat bius itu habis maka Da Hae akan merasakan sakit.

Dokter bertanya adakah keluarga Da Hae yang datang. Da Hae menjawab kalau ia tak punya keluarga.
Seorang polisi masuk ke ruang rawat Da Hae. Dokter pun permisi dan berpesan kalau Da Hae membutuhkan sesuatu tinggal tekan tombol saja.

Kedatangan polisi ini untuk meminta beberapa keterangan dari Da Hae. Sebelum polisi bertanya Da Hae berkata kalau ia tak ingin mengajukan tuntutan apapun. Ia tak mau membuat keributan, ia tak ingin menuntut Baek Do Kyung. Polisi tentu saja kaget, tapi apa boleh buat korban sudah meminta demikian.
Bahkan pak polisi yang ada di kantor polisi pun terkejut. Ia memberi tahu Do Kyung yang sekarang duduk di depannya bahwa si korban yang bernama Joo Da Hae tak ingin mengajukan tuntutan pada Do Kyung terkait kasus penusukan ini. Ia mempersilakan Do Kyung pergi.
Ha Ryu akan menemani Do Kyung, tapi Do Kyung yang masih marah menolaknya. Ia menepis tangan Ha Ryu.
Do Kyung sampai di rumah. Bibi Jimi yang khawatir bertanya apa Do Kyung tak apa-apa. Do Kyung tak menjawab pertanyaan Bibinya. Ia mengabaikan sapaan dan ucapan bibinya yang memintanya makan dulu di hari sial ini.
Amarah Do Kyung belum juga mereda, “Joo Da Hae kau akan mati di tanganku. Aku tak akan melepaskanmu.”
Da Hae merasakan sakit di perutnya karena pengaruh bius yang sudah hilang. Ia sekuat tenaga berusaha menahan sakit. Ia mengingat saat-saat Do Kyung menusuknya. Ia melihat sekeliling ruangan rumah sakit dimana hanya ada ia senidri. Tak ada siapa-siapa. (ngenes juga liatnya)
Presdir Baek berterima kasih pada Ha Ryu karena sudah mengurus Do Kyung hari ini. Ha Ryu bilang itu bukan masalah. Presdir Baek menanyakan berapa usia Ha Ryu. Ha Ryu menjawab 34 tahun. Presdir Baek berkata kalau Ha Ryu 5 tahun lebih tua dari Do Hoon. Jika ia tahu Do Hoon akan meninggal dengan cara seperti itu seharusnya ia membiarkan Do Hoon bermain olah raga yang Do Hoon sukai. Akhir akhir ini ia merasa kalau dirinya sedang menebus dosa.

Presdir Baek menggenggam tangan tangan Ha Ryu, “Pengacara Cha. Do Kyung-ku, kumohon jaga dia.” pinta Presdir Baek.
Da Hae yang sudah sehat berada di kantor baru Seok Tae Il. Ia mengatakan kalau kantor pusat untuk pemenangan capres sudah siap, bukankah sekarang mereka resmi memulai kampanye. Mulai sekarang kita harus meningkatkan pendukung kita.

Seok Tae Il mengerti itu tapi ia melihat Baek Hak masih tidak suka kalau ia membuat kantor sendiri. “Presdir Baek, mengadakan rapat dengan para anggota Baek Hak. Beliau mencoba untuk menghentikan mereka yang mendukungku.”
Da Hae meminta Seok Tae Il jangan khawatir karena ia yakin Presdir Baek tak akan bisa menghentikan Seok Tae Il. Seok Tae Il tanya apa Da Hae punya rencana. Da Hae tersenyum menunjukan tab-nya. Ia memiliki dokumen rahasia Baek Hak di tangannya. Ia tahu bahwa tak ada anggota Baek Hak yang tidak terlibat, terlebih lagi setiap dari mereka tak mau rahasia mereka terbuka untuk umum.
Ha Ryu mendatangi kantor polisi, ia kesal melihat detektif hanya duduk saja di kantor. Kalau duduk saja seperti ini akankah pelakunya datang sendiri. Akankah bukti datang begitu saja, bukankah seharusnya detektif melakukan penyelidikan. Detektif mengatakan kalau dalam pekerjaannya ada istilah yang namanya proses. Dan itulah yang sedang ia kerjakan jadi ia meminta ha ryu lebih baik kembali dan tunggu saja kabar darinya.
Ha Ryu : “Menunggu? Untuk apa? Pembunuh itu ada di depanku. Joo Da Hae adalah pelakunya. Bahkan saat aku memberitahumu, kau malah melepaskan dia. Kau juga tak melakukan penyelidikan. Berapa lama lagi kau ingin aku menunggu?”

Detektif mengingatkan kalau ini tak akan menguntungkan Ha Ryu sama sekali. “Hanya kau saksi mata kejahatan itu. Itu juga berarti kau salah satu tersangkanya.”

Ha Ryu membenarkan, itu yang ia inginkan. Ia melihat ledakan itu dari awal sampai akhir. Bahkan ia-lah yang menghubungi ambulans. Ia ingin detektif melakukan investigasi terhadapnya. Selidiki semua pernyataannya dan temukan bukti bahwa Joo Da Hae adalah pelakunya.
Detektif menyadari Ha Ryu emosi karena ingin sekali menyeret Da Hae ke penjara sebagai tersangka. Ia mengajak Ha Ryu minum di warung soju agar Ha Ryu lebih tennag. Selama 19 tahun ia bekerja, ia sudah bertemu semua jenis orang. Tapi ia belum pernah bertemu orang yang bersikeras seperti Ha Ryu. Ha Ryu minta maaf seharusnya ia tak marah pada detektif.
Detektif mengatakan kalau alibi Joo Da Hae pada saat kecelakaan berada di Gwang Hwa Min itu sudah dikonfirmasi kebenarannya. Ha Ryu menilai itu tidak mungkin, karena pada saat itu Da Hae ada ditempat kejadian. Da Hae-lah yang menyuruhnya datang kesana. “Ketika dia ada disana denganku bagaimana mungkin dia ada di tempat lain? Itu tak masuk akal. Itu pasti dipalsukan.”

Ha Ryu tanya bagaimana dengan mobilnya, pasti ada seseorang yang membeli mobil itu. Detektif mengatakan kalau mobil itu dijual melalui penyalur mobil bekas. Menurut si penjual, mobil itu dibeli oleh seorang tuna wisma. Dia tak ingat wajah pembelinya. Kami sudah mencari pasar terdekat yang menjual bahan peledak, tapi karena pasar itu gelap mencari pembeli itu akan sulit.
Ha Ryu menatangi sebuah toko menanyakan pada pelayan toko apa pernah melihat orang yang ada di foto (fotonya Da Hae). Pelayan menebak apa Ha Ryu seorang detektif lagi. Ha Ryu bilang bukan, ia seorang pengacara dan memberikan kartu nama Cha Jae Woong. Ha Ryu tanya lagi apa pelayan itu ingat dengan wanita yang ada di foto. Pelayan menjawab ya, ia sudah mengatakannya pada detektif bahwa ia sangat ingat pada wanita ini. “Dia datang kesini untuk menukar pena merah yang pernah dia beli sebelumnya. Dia sangat rewel meminta menukar beberapa kali.”

Ha ryu bertanya lagi apa itu benar-benar wanita yang ada di foto. Pelayan itu menjawab yakin. “Terakhir kali detektif mengambil catatan transaksi kartu kreditnya dan telah dikonfirmasi namanya.”

(alibi Da Hae benar-benar sudah dipersiapkan dengan baik ya)
Ha Ryu menghubungi Sam Do mengatakan kalau apa yang Detektif Nam sampaikan entang alibi Da Hae itu sangat tepat. Ia bertanya bagaimana dengan mobilnya. Sam Do mengatakan kalau ia sudah bertemu dengan penjualnya tapi si penjual tak ingat apapun selain fakta bahwa pembelinya itu seorang tuna wisma. Ha Ryu meminta Sam Do terus menelusuri tempat tuna wisma berkumpul yang dekat dengan penjualnya.
Presdir Baek mengadakan jamuan pada beberapa anggota Baek Hak bersama Ha Ryu. Tapi ada beberapa yang belum hadir, ia bertanya pada sekretarisnya kenapa mereka belum datang. Ia meminta sekretarisnya untuk menghubungi mereka. Presdir Baek mengajak dua tamunya untuk makan lebih dulu tapi keduanya menolak lebih baik menunggu yang lainnya.
Salah satu dari keduanya bernama Direktur Lee menerima telepon dari seseorang. Ternyata Da Hae yang menelepon. Da Hae mengatakan kalau ia mendengar Direktur Lee membeli rumah di New York atas nama cucu Direktur Lee tahun lalu. “Apakah aman untuk mengatakan bahwa uang itu dari dana rahasia konstruksi Chang Tae Dong?” (dari duit korupsi gitu) Direktur Lee tergagap-gagap terkejut, ia pun mengerti.

Presdir Baek heran melihat tingkah Direktur Lee. Direktur Lee berbohong kalau ia tak apa-apa. Ia pun permisi akan ke toilet sebentar.
Presdir bertanya pada sekretarisnya kenapa mereka belum juga datang. Sekretaris mengatakan kalau Menteri Kim sedang dalam perjalanan tapi anggota yang lain tak bisa datang dan bahkan ada yang tak bisa dihubungi. Presdir marah dan bisa menebak ini ulah siapa.
Menteri Kim yang baru sampai di restoran menerima kiriman foto dirinya sedang bersenang-senang dengan seorang wnaita. Menyadari kalau ini sebuah ancaman, ia pun mengajak supirnya untuk putar balik. Ga jadi masuk restouran.
Mereka malah menerima undangan Seok Tae Il, bahkan Direktur Lee dan Menteri Kim pun ada disana. Tujuan Seok Tae Il mengumpulkan mereka untuk mendapatkan dukungan (Membentuk koalisi gitu hahaha. Ya ampun koalisi yang bermula dari ancaman)
Da Hae yang ada disana mengatakan kalau mereka bukan lagi anggota Baek Hak melainkan sudah menggantinya dengan nama Asosiasi Pendukung Seok Tae Il.
Presdir Baek masih di restouran, ia benar-benar marah. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada Komisaris Cho dan berkata kalau mereka akan mengadakan pertemuan di lain kesempatan. Komisaris Cho mengerti.
Dalam acara pertemuan itu, Da Hae mengenalkan Soo Jung yang merupakan putri Seok Tae Il pada anggota asosiasi. Soo Jung menyapa mereka dan menyebutkan namanya. ia terlihat tak nyaman berada disana.
Da Hae keluar dari ruang pertemuan. Ia berpapasan dengan pria misterius. Pria itu mendekat padanya, Da Hae mundur tapi di belakangnya muncul pria misterius lain. Da Hae dibekap dengan obat bius dan pingsan. Dompetnya terjatuh, Da Hae dibawa oleh dua orang itu.
Soo Jung yang juga keluar ruang pertemuan menemukan dompet Da Hae di lantai. Ia celingukan mencari siapa pemilik dompet itu. Ia keluar gedung dan melihat Da Hae dibawa oleh dua orang asing naik mobil dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia terkejut dan cemas.
Soo Jung pun menghubungi Ha Ryu dan mengatakan apa yang dilihatnya. Ia bingung apa yang harus dilakukannya. Ha Ryu tanya apa Soo Jung melihat plat mobil yang membawa Da Hae. Soo Jung menjawab tidak.

Ha Ryu teringat ucapan Do Kyung yang berencana membunuh Da Hae.

Ha Ryu mengatakan pada Soo Jung kalau kejadian ini mungkin ada hubunganya dengan Do Kyung. Soo Jung tanya lalu apa yang harus ia dan Ha Ryu lakukan. Ha Ryu bilang akan mengurusnya jadi Soo Jung tak perlu khawatir, lebih baik pura-pura tak tahu saja.
Ha Ryu mencoba menghubungi Do Kyung tapi ponsel Do Kyung tak aktif. Ia pun menghubungi Presdir Baek mengabarkan kalau Do Kyung menculik Da Hae. Ha Ryu mengatakan kalau ia harus menemukan mereka sebelum sesuatu terjadi. Ia harap Presdir Baek menggunakan semua infroman yang dimiliki untuk mencari mereka. Presdir mengerti ia menggerutu kenapa Do Kyung melakukan ini.
Soo Jung kembali ke ruang perjamuan dan mencoba bersikap biasa. Seok Tae Il heran Da Hae tak juga kembali. Ia mengatakan pada semua tamunya kalau mereka akan merubah sejarah Korea dengan menjadi anggota asosiasi pendukung Seok Tae Il. Ia berterima kasih atas dukungan mereka.

Agar semuanya cepat selesai Soo Jung berbisik pada ayahnya menilai kalau ayahnya sudah terlalu lama menahan tamu-tamu itu. Seok Tae Il bertanya apa yang terjadi dengan Da Hae. Soo Jung tak menjawab.
Da Hae diikat pada sebuah kursi di dalam gudang. Pintu gudang terbuka dan masuklah Do Kyung. Dengan tatapan benci Do Kyung meminta Da Hae jangan menutup mata, dan jangan melihat ke arah lain juga. “Lihat mataku dan matilah!” Da Hae menegang namun ia berusaha untuk terlihat tenang.

Do Kyung mengeluarkan ponselnya dan terlihat panggilan telepon dari ayahnya. Tapi ia mengabaikan panggilan telepon ayahnya. Ia malah mendekat pada Da Hae meminta Da Hae menatapnya.

Presdir Baek terus berupaya menghubungi Do Kyung. Ia benar-benar khawatir Do Kyung akan berbuat nekat.
Do Kyung menatap tajam Da Hae, “Lihat dengan baik. Inilah wajah seorang ibu yang putranya telah dibunuh.”

“Jangan lakukan ini!” ucap Da Hae yang juga menatap Do Kyung.

Do Kyung : “Rasa sakit yang kau berikan pada putraku, Do Hoon, aku akan memberimu balasan yang setimpal. Bagaimana rasanya terbakar sampai mati, akan kubuat kau merasakan hal yang sama.”
Do Kyung mengambil dirigen yang berisi bensin dan menumpahkannya disekitar Da Hae. Da Hae cemas dan meminta Do Kyung jangan melakukan ini. Ia sekuat tenaga berusaha melepaskan ikatannya.

Do Kyung tak peduli dan tetap menumpahkan bensin ke lantai. Ia bahkan mempersilakan Da Hae berteriak lebih keras lagi dan lebih baik mati saja, karena itu akan membuat semuanya lebih setimpal.
Da Hae mengingatkan kalau Do Kyung akan menyesal melakukan ini. Do Kyung menatap Da Hae, “Kau bilang aku akan menyesal?” Do Kyung mengeluarkan korek dan menyalakannya.

Wajah Da Hae semakin tegang, takut kalau Do Kyung benar-benar akan membakarnya hidup-hidup. Do Kyung menilau kalau Da Hae adalah wanita gila.
Ponsel Do Kyung bergetar lagi, panggilan telepon dari ayahnya. Kali ini ia menjawabnya. Presdir tanya dimana Do Kyung sekarang. Do Kyung mengatakan kalau ia akan menghubungi ayahnya lagi nanti.

Presdir yang cemas meminta Do Kyung jangan membunuh Da Hae, “Hanya tinggal kau yang kumiliki. Jika terjadi sesuatu padamu, bagaimana ayahmu ini bisa hidup? Tidak Do Kyung, jangan lakukan. Tolong selamatkan ayahmu kali ini. Jika terjadi sesuatu padamu, aku lebih dulu yang akan mati. Kau harus menyelamatkanku. Do Hoon juga pasti akan melarangmu.”

Mata Do Kyung berkaca-kaca mendengar ayahnya memohon seperti itu. Hati Do Kyung goyah mendengar ucapan ayahnya. Mata Da Hae yang tegang terus melihat ke arah korek yang masih menyala.
Ha Ryu yang dalam perjalanan mencari Do Kyung menerima telepon dari Presdir  baek yang memberi tahu lokasi keberadaan Do Kyung. Ha Ryu mengerti ia akan kesana sekarang. Ha Ryu menghubungi sekretaris Nam dan mengatakan kalau mereka sudah menemukan keberadaan Do Kyung.
Ha Ryu dan Sekretaris Nam sampai di depan gudang. Ha Ryu masuk ke dalam gudang dan menemukan keduanya. Ia melihat Da Hae yang duduk terikat dan Do Kyung yang duduk melamun.

Ha Ryu menatap sinis keadaan Da Hae yang terikat. Ia beralih ke Do Kyung yang menunduk sedih. Ia membawa Do Kyung keluar dari sana. Ia menyerahkan Do Kyung pada Sekretaris Nam agar segera pulang dan mengatakan kalau ia yang akan mengurus sisanya.
Ha Ryu kembali ke dalam gudang, “Aku sama sekali tak merasa kasihan padamu. Kau malah terlihat seperti orang bodoh.” Ucapnya pada Da Hae.

“Kenapa kau tak membunuhku?” tantang Da Hae. “Apa kau takut?”

Ha Ryu berkata kalau ia sangat yakin bisa membunuh Da Hae. Tapi ia berbeda dari keluarga Baek. Ia meminta Da Hae mengembalikan dokumen rahasia Baek Hak yang sudah Da Hae curi, sebagai imbalannya ia akan mengampuni Da Hae kali ini.

Da Hae menatap sinis meminta Ha Ryu jangan membuatnya tertawa. Ha Ryu berkata lagi kalau ia bercanda atau tidak itu bisa Da Hae lihat nanti. “Sudah kubilang aku berbeda dari keluarga Baek.”
Ha Ryu menyiramkan sisa bensin ke lantai sebagai ancaman. Tubuh Da Hae kembali menegang takut kalau-kalau Ha Ryu akan membakarya di gudang ini.
Ha Ryu duduk di depan Da Hae menatap tajam, “Kuhitung sampai lima,” Ha Ryu mengeluarkan korek sebagai ancaman. “Satu, dua, tiga, empat.” Ia menyalakan korek.

“Baiklah.” Da Hae pun menyerah, ia akan menyerahkan dokumen rahasia itu.
Dari gudang Ha Ryu menghubungi Sam Do mengatakan dimana dokumen rahasia itu berada. Sam Do mengatakan kalau ia sudah menemukan brangkasnya. Ia membuka brangkas menggunakan password sesuai yang Ha Ryu katakan. Ia menemukan tab yang berisi dokumen rahasia Baek Hak. Ha Ryu meminta Sam Do memberikan tab itu padanya nanti.
Ha Ryu melepaskan ikatan di tangan Da Hae. Da Hae berkata bukankah Ha Ryu tak membutuhkan dokumen rahasia itu. “Kenapa kau tak membunuhku?”

“Membunuh itu caramu. Aku tak membunuh orang.” ucap Ha Ryu.

Da Hae : “Jika kau tak membunuh....”

Ha Ryu menyela, “Aku akan membuatmu mengakui kejahatanmu dan memohon pengampunan sambil menangis. Itulah cara membalas dendam sesungguhnya. Kau akan segera meneteskan air matamu. Kau akan segera menyadari betapa sulitnya meminta pengampunan. Menurutku, kau ingin seseorang untuk membunuhmu sebagai gantinya.”
Ha Ryu meninggalkan Da Hae sendirian di gudang. Da Hae akan pergi dari sana tapi ia merasakan sakit di perutnya dibekas luka tusukan. Ia berjalan tertatih keluar dari gudang sambil menahan rasa sakit di perutnya.


Bersambung ke episode 19 part 2

2 comments:

  1. Makasih mbaaaaaaaak....... Udah dlanjut.... Banyak jempol buat mbak

    ReplyDelete
  2. cie cie udah ngumpul lagi mud buat nerusinnya mbak? hehe ga hanya ini tapi AAMR juga hihi
    btw udah lama gak denger mbak anis bicara bola eh ke sini udah ada bolanya wkwkwk
    mbak anis FIGHTING XD
    dukung siapa nih mbak? :P
    btw kenapa cat rumahnya mbak anis, mbak mumu, dan mbak irfa kompak jadi lebih simple ya? LOL keponya kambuh nih, mian mian...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.