Shuhuan menemui Ruping. Keduanya bertemu di taman.
“Kau menelponku katanya ingin membicarakan sesuatu!” ucap Ruping memulai pembicaraan karena seluruh taman telah ditelusuri tapi Shuhuan belum bicara apapun. “Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?” Tanya Ruping.
Shuhuan merasa bersalah pada Ruping, meraka berdua sudah hampir setahun kenal. Senang bersama, main-main bersama, melewati berbagai waktu dengan penuh kegembiraan. Shuhuan merasa tempat Ruping dihatinya tak pernah berubah. Persahaban mereka tak akan pernah sirna.
Ruping : “Sudah tak usah bicara lagi.”
Shuhuan : “Aku baru memulai pembicaraan.”
Ruping : “Kau memang baru memulainya tapi aku sudah tahu akhirnya.”
Ruping menjelaskan kalau apa yang Shuhuan katakan akan sama seperti yang ia katakan pada Du Fei. “Semoga hubungan kita bisa melebihi hubungan kekasih, tanpa perlu mengatakan apapun sudah menjadi sahabat abadi.”
Shuhuan diam mendengarkan penjelasan Ruping.
Ruping tanya apa Erhao yang menyuruh Shuhuan bicara dengannya. Ruping kesal pada kakaknya karena sudah ikut campur dan hanya membuatnya semakin sulit. Ruping kembali bertanya pada Shuhuan, “Apa kau mencintai Yiping? Seberapa besar cintamu padanya?”
Dengan tegas Shuhuan menjawab kalau ia mencintai Yiping. Tapi ia tak tahu seberapa besar mencintai Yiping karena ia tak pernah menimbangnya. Yang ia tahu hanya seluruh pikirannya telah dikuasai Yiping, jika sehari tak bertemu maka hari itu akan sulit untuk dilalui.
Ruping terharu dan berterima kasih karena Shuhuan sudah mengatakannya sendiri. Ia sadar kalau akhirnya medan perang pun ia tak punya, ia bisa membunuh perasaannya. Ia memang cemburu pada Yiping dan berharap dirinyalah yang berada pada posisi Yiping tapi cinta tak bisa dipaksakan. Ia tak membenci Yiping dan berharap semoga Shuhuan dan Yiping bahagia. Ia akan selalu berdoa dengan salib pemberian dari Shuhuan.
Shuhuan : “Kau bukan wanita biasa.”
Ruping : “Tapi tak cukup baik untukmu.”
Ruping berharap kalau Shuhuan tak lagi bertengkar dengan Erhao hanya kerena masalah Yiping dan meminta Shuhuan membujuk Yiping agar mau berdamai dengan ayahnya dan meninggalkan pekerjaan di Da Shanghai. Shuhuan menjawab pasti ia akan melakukannya.
Ruping kembali bertanya dengan tatapan serius, “Kenapa kau tak memilihku? Aku akan mencintaimu dengan segenap jiwaku!”
Shuhuan diam tak menjawab. Ruping meminta Shuhuan berjanji, “Jika suatu saat Yiping meninggalkanmu ingatlah kalau masih ada aku dan carilah aku. Aku tak peduli kau pernah menolakku.”
Setelah mengatakan itu Ruping lari meninggalkan Shuhuan seorang diri.
Erhao menemui Fang yu. Ia meminta Fang Yu berjanji padanya, apapun niat Yiping merusak hubungan mereka Fang Yu tak boleh terpengaruh. Fang Yu tanya apa Erhao bertengkar lagi dengan Yiping. Erhao berterus terang kalau dulu sewaktu ia kuliah, ia mempunyai beberapa pacar semuanya hanya bertahan beberapa bulan. Jika Yiping menemukam foto dirinya bersama gadis mantannya Fang Yu jangan kaget karena ia tak pernah serius menjalani hubungan itu.
Fang Yu : “Apa kau melapor dulu padaku?”
Erhao : “Aku harus melakukannya kalau tidak Yiping akan membongkarnya.”
Fang Yu : “Dulu kau tak serius, siapa yang tahu sekarang kau serius apa tidak?”
Erhao : “Apa maksudmu?”
Fang Yu : “Kurasa peringatan Yiping ada benarnya. Kau menebarkan cinta di mana-mana.”
Erhao kesal karena Fang Yu sudah terpengaruh omongan Yiping. Ia bersumpah kalau Ia hanya pernah berhubungan serius dengan Fang Yu.
Fang Yu tak tahu apa ia harus percaya pada Erhao.
Erhao : “Apa aku harus mengambil pisau untuk membuktikannya?”
Fang Yu : “Kau mau apa? Apa mau bunuh diri untuk menunjukan perasaanmu?”
Sambil tersenyum Erhao mengatakan kalau ia akan membunuh Fang Yu terlebih dulu. Fang Yu tertawa mendengarnya. Sambil menatap Fang Yu, Erhao mengatakan bahwa ia tak menyangka lubang kecil di jalan telah membuatnya terperosok.
Fang Yu juga mengatakan kalau bukan hanya Erhao saja yang sudah terperosok dirinya pun ikut terperosok kedalamnya. Keduanya berpandangan dan memeluk satu sama lain. ( Sooo sweeeeetttt)
Di rumah Ajudan Li.
Ajudan Li siap berangkat kerja tapi istrinya mencegah dan meminta suaminya berangkat agak siangan karena ia harus membeli beras dan sayuran. Ia tak tega meninggalkan Keyun sendirian di rumah. Tapi Ajudan Li menolak karena ada pelanggan yang harus ia antarkan.
Tiba-tiba Keyun muncul dan mengatakan tak usah khawatir, “Ini ada tali ikat saja aku!” sambil memperlihatkan tali yang dibawanya.
Yuzhen bertanya pada putrinya apa hari ini perasaan Keyun baik-baik saja, ia hanya akan pergi sebentar apa Keyun akan baik-baik saja. Keyun mengangguk. Tapi Ajudan Li menolak dan menyuruh istrinya tetap di rumah menjaga Keyun.
Keyun bersikeras kalau ia tak akan apa-apa di tinggal sendiri dan menyuruh orang tuanya lebih baik cepat mengikatnya saja.
Yuzhen menyuruh putrinya tiduran di ranjang dan berpesan kalau ada sesuatu lebih baik Keyun teriak saja. Keyun mengangguk mengerti.
Kemudian kedua orang tua itu mengikat putri kesayangan mereka. Setelah selesai keduanya bersiap pergi, tapi tak tega meninggalkan Keyun sendiri di rumah. Keyun meyakinkan kalau dirinya tak akan apa-apa.
Keyun di tinggal sendiri di rumah, ia hanya berbaring dalam keadaan terikat. Ia membolak balikan tubuhnya. Karena terlalu lama Keyun merasa kehausan.
Keyun : “Air... Air.. aku mau minum air.”
Keyun terus menyebut air. Matanya memandang jendela. Kemudian Keyun bermimpi ia sedang menggendong anaknya.
Keyun : “Di mana aku ?”
Keyun menggendong anaknya mencari air. Ia terus berputar-putar mencari air di padang pasir. Tiba-tiba ada sekelompok pasukan berkuda mendekatinya. Keyun berbalik untuk melihatnya dan kaget mengetahui siapa yang berada di atas kuda. Ternyata itu adalah Komandan Lu Zhenhua.
Lu Zhenhua menatap tajam Keyun. Keyun ketakutan dan berlutut.
Keyun : Komandan tolong aku! tolong aku....!”
Dan Brukkkk... Keyun jatuh dari ranjangnya sambil terus berteriak minta tolong. Yiping datang dan berusaha membangunkan Keyun.
Yiping : “Keyun bangunlah. Kenapa kau di ikat ? kemana Bibi Li dan ajudan Li ?”
Keyun membuka matanya.
Yiping : Keyun ini aku, Yiping. Sadarlah!”
Keyun masih bingung, “Tak ada padang pasir ? tak ada pasukan berkuda mengejarku?”
Yiping : “Benar. Mana ada orang yang mengejarmu!”
Yiping melepaskan ikatan talinya. Keyun senang sekali tak ada orang yang mengejarnya dan itu semua hanya mimpi. Keyun langsung berlari keluar. Yiping mengejarnya. Keyun terus berlari keluar dengan riang. Ia tersenyum sumringah.
Sementara di luar orang-orang tengah mencuci di sumur. Anak-anak bermain kejar-kejaran. Keyun melihat air yang ada di sana. Ia langsung berjalan menuju sumur.
“Celaka! Si gila datang mau merebut bayi.” Teriak salah satu orang yang ada di sana dan berlari menjauh dari Keyun.
Yiping berusaha mencegah dan menenangkan orang-orang yang berada di sana kalau Keyun tidak gila dia hanya sakit. Tapi orang-orang itu tak mendengarkan Yiping mereka pergi menjauh. Anak-anak tertawa melihat Keyun.
Keyun minum air yang ada di wadah dekat sumur. Ia minum sampai tersedak. Yiping mengatakan kalau Keyun haus minumnya hati-hati. Keyun melihat seember air, ia mengambil dan menyiramkan ke tubuhnya sendiri. Keyun tertawa senang. Yiping juga senang melihatnya.
Keyun mengambil lagi seember air dan menyiramkannya pada Yiping. Yiping tak bisa menghindar. Ia kebasahan. Keyun mengajak Yiping bermain air. Keyun kembali menyiramkan air dan mengenai anak-anak yang ada disana. Jadilah mereka semua bermain air.
Semua orang tertawa melihatnya. Tepat saat itu Shuhuan datang dan mengatakan kalau ia akan mengantar Keyun periksa ke dokter. Tapi Shuhuan malah ikut tersiram air. Ikut basah dehhhh... Shuhuan hanya tertawa.
Bersama Yuzhen, Shuhuan dan Yiping mengantar Keyun periksa ke rumah sakit (lebih tepatnya rumah sakit jiwa).
Suasana rumah sakit jiwa membuat Keyun takut. Ia berjalan beriringan dengan ibunya dan Yiping. Keyun melihat banyak orang aneh di sana. Yiping mengingatkan kalau Keyun tak perlu takut karena mereka semua itu orang yang sedang sakit tidak akan menyakiti Keyun.
Tiba-tiba ada orang gila yang mengagetkan Keyun dan itu membuatnya ketakutan. Untung perawat langsung mengamankan pasien itu. Keyun meminta pulang. “Tempat ini aneh sekali. Aku takut.”
Yuzhen menjelaskan pada putrinya kalau Shuhuan sudah susah payah mengusahakan dokter untuk memeriksa Keyun dan memintanya patuh. Tapi Keyun tetap menginginkan pulang dan meminta pada Yiping lebih baik bermain air di rumah. Yiping mengiyakan dan berjanji setelah periksa ia akan menemani Keyun bermain air. Mereka semua kembali mengajak keyun menuju ruangan dokter Meng.
Dokter Meng memeriksa Keyun. Keyun duduk di hadapan dokter. Keyun cemas. Apalagi ibunya tapi Yiping menenangkan Yuzhen.
Dokter Meng bertanya pada Keyun : “Siapa namamu ?”
Keyun kaget dan menjawab dengan terbata-bata : “Li... Keyun.”
Dokter Meng : “Berapa usiamu ?”
Keyun bingung, Berapa usiaku... berapa usiaku sambil berbalik bertanya pada ibunya. Tiba-tiba Yuzhen menjawab 22 tahun.
Biar dia jawab sendiri kata Dokter Meng. Yuzhen langsung terdiam.
Dokter meng kembali bertanya pada Keyun, “kenapa kau datang ke sini ?”
Keyun : “Aku sakit, sakitku parah sekali. Harus diperiksa dokter.”
Dokter Meng : “Kau sakit apa?”
Keyun : “Aku... aku selalu membuat masalah. Membuat ibu sasedih dan menangis. Ayahku juga, ia sedih dan menangis. Aku juga, aku juga ikut menangis dengan mereka.”
Yuzhen menangis mendengarnya. Yiping berusaha menenangkan. Dokter Meng kembali bertanya, “kenapa kau selau membuat masalah?”
Keyun : “Aku mau kabur, tapi semua orang mengjarku. Matahari juga besar sekali. Aku terus lari. Tapi tak pernah berhasil lari.”
Dokter Meng : “Siapa yang mengejarmu?”
“Siapa? Siapa? Semua orang mengejarku!” jawab Keyun ketakutan. “Setiap orang mengejarku, ada nenek harimau yang suka makan anak-anak.”
Kemudian Keyun teringat kembali anaknya, “anakku! celaka anakku di mana? Aku mau pulang.”
Keyun lari tapi perawat langsung menangkapnya. Keyun meronta. Dokter Meng menyuruh perawatnya untuk memeriksa fisik Keyun. Yuzhen meminta dirinya menemani putrinya. Perawat langsung membawa Keyun ke ruang periksa.
Shuhuan bertanya pada Dokter apa Keyun ada harapan untuk sembuh. Dokter menjawab semoga saja bisa. Tapi menurut Dokter Meng penyakit sepeti ini sulit untuk sembuh tak boleh tergesa-gesa harus dicari akar penyakitnya.
Yiping mengatakan kalau akar dari penyakit Keyun adalah kehilangan anaknya. Dokter Meng tanya siapa ayah dari anak itu. Yiping tak tahu, karena setahunya Keyun belum menikah. Keyun dicampakkan pria.
Dokter Meng paham dan mengatakan kalau akar penyakit Keyun adalah pria itu. Kemudian bertanya apa Keyun sering menyebut pria itu? Tidak pernah kata Yiping. Dia hanya mengingat anaknya tapi tak mengingat pria itu, ini aneh sekali kata Dokter Meng.
“Semua penderita gangguan jiwa memiliki kondisi hilang ingatan, mereka akan selalu mengorek habis ingatan yang paling menyakitkan dari ingatan mereka. Karena itu otaknya akan kosong. Ada kalanya kami membantu menemukan kembali ingatan itu. Memang menyakitkan tapi umumnya akan sembuh.” Jelas dokter Meng.
Kemudian terdengar teriakan Keyun dari ruang periksa, jangan... jangan jangan sentuh aku. Tolong...
Keyun lari dari ruang periksa. Semua mengejar.
Keyun : “Jangan tangkap aku..!”
Yuzhen : “Keyun kembali. Tak ada yang menyakitimu.”
Perawat berhasil menangkap Keyun, tapi Keyun dapat melepaskan diri dan masuk ke ruang pasien. Perawat sulit menangkapnya karena terhalang pasien yang lain. Yuzhen terus berteriak memanggil Keyun dengan cemas.
Keyun berlari sampai di tempat yang banyak pasien sakit jiwanya. Ia ketakutan tapi terus berlari. Seorang perawat berteriak jangan lari. Yuzhen terus memanggil putrinya.
Keyun sampai di ujung lorong ia tak menemukan jalan dan berusaha membuka pintu tapi pintunya terkunci. Sekelompok orang gila mendekatinya. Keyun ketakutan. Perawat yang lain datang dan menangkap Keyun. Keyun meronta. Salah seorang dari mereka akan menyuntik Keyun.
Jangaaaaan teriak Keyun saat melihat jarum suntik. Jangan disuntik! Jangan makan obat. Keyun menangis. Yiping tak tega melihatnya. Dan langsung memeluk keyun. Ia meminta perawat jangan membuat Keyun ketakutan, ia akan bicara pada keyun.
Yiping : “Keyun kau harus sembuh dari penyakitmu. Dokter dan perawat tak akan menyakitimu aku akan menemanimu periksa.”
Keyun masih menangis ketakutan. Ia menolak dan menjauh dari Yiping. Perawat langsung manangkap Keyun kembali.
Dokter Meng muncul dan mengatakan kalau mau sembuh jalan inilah yang harus ditempuh. Suntikan ini akan menenangkannya.
Yiping kembali memeluk Keyun dan menyuruh perawat pergi. Ia kecewa kenapa harus menggunakan kekerasan untuk mengobati. Jangan paksa dia, kalau menggunakan cara ini untuk mengobatinya, lebih baik tak diobati, mungkin ini yang terbaik baginya.
Yuzhen memohon pada Dokter agar putrinya tak dirawat di rumah sakit. Ia akan membawanya pulang dan tak usah diobati. “Dia putriku, aku pasrah menjaganya seumur hidup.” Yuzhen menangis kemudian menghampiri putrinya dan mengatakan kalau meraka akan segera pulang. Yuzhen memeluk putrinya.
Shuhuan minta maaf pada Dokter Meng ia akan merundingkan kembali masalah ini. Dokter Meng menyayangkan, ia sering melihat keluarga yang seperti ini. Menurutnya rasa tak tega seperti ini nanti akan mengakibatkan penderitaan yang semakin besar. Suatu saat nanti jika tak tahan kalian akan membawanya kembali ke sini dan saat itu mungkin sulit untuk mengobatinya.
Yuzhen dan Yiping memapah Keyun jalan. Mereka meninggalkan rumah sakit jiwa. Sambil jalan pulang Keyun mengucapkan perkalian.
2 x 2 = 4, 2 x 3 = 6, 2 x 4 = 8, 2 x 5 = 10
Sampai di rumah Keyun terus menghafal perkalian. Ia duduk di ujung kamar mengahafal perkalian sambil membenturkan kepalanya ke dinding.
Yiping dan Shuhuan sedih melihatnya. Yuzhen minta maaf telah membuat rencana Shuhuan jadi sia-sia. Shuhuan bilang tak apa-apa paling tidak mereka mengetahui penyakit Keyun.
Tiba-tiba Yiping bertanya pada Yuzhen, “katakan padaku siapa ayah anak itu?” Yuzhen meminta Yiping diam, ia mengajak Yiping dan Shuhuan keluar dari kamar Keyun.
Yuzhen meminta Yiping tak menanyakan hal itu, kalau laki-laki itu masih memiliki hati Keyun tak akan seperti ini. Orang itu sudah lama melupakan Keyun dan Keyun juga sudah melupakannya.
Yuzhen berpesan jangan menyebut orang itu di depan Zhengde (Ajudan Li) dia ingin dihormati, hal ini adalah aib terbesar baginya. Pokoknya Keyun dicelaki orang. Bagi kami lebih baik melupaknnya.
Bibi Li bilang begitu kita tak usah mencari tahu lagi kata Shuhuan pada Yiping. Shuhuan melihat jam tangannya, ia harus berangkat bekerja. Yiping akan menemani Keyun dan bertanya, Apa nanti malam kau ke Da Shanghai? Shuhuan menjawab, memangnya aku tega tak ke sana? Yiping tersenyum mendengarnya.
Di kantor koran Shen Bao Erhao menghampiri Du Fei yang sedang mengelap sekeranjang buah. Erhao mengambil satu buah apel lalu memakannya. Du Fei marah, “kenapa kau makan apelku?”
Erhao : “Makan satu saja tak boleh, dasar pelit!”
Du Fei : “Kau tak paham, aku sudah susah payah mendapatkannya.”
Erhao heran dan tanya memangnya apa yang akan dilakukan Du Fei? Apa mau mengajak Ruping menengok Nyonya Tua Luo? Tapi Du Fei tak mau mengatakannya. Kalau begitu aku akan makan mangganya Erhao menggoda Du Fei.
Du Fei melarang dan mengatakan kalau mangga itu ada racunnya. Erhao tak percaya mana mungkin ada racunnya. “Memang tak ada, kau makan saja!” kata Du Fei kesal.
Kemudian Du Fei tanya kenapa Erhao tak menulis artikel. Sudah selesai kata Erhao. Kenapa tak melakukan wawancara Du Fei kembali bertanya. Tak apa perintah dari atasan jawab Erhao. Kenapa tak pergi menemui Fang Yu, Du Fei tanya lagi. Erhao malah balik bertanya kenapa Du Fei mengurusinya dan tanya Shuhuan dimana? Du Fei menjawab kalau Shuhuan menemui adik Erhao. Erhao heran kenapa sepagi ini Shuhuan sudah menemui Yiping.
Erhao mengatakan apa bagusnya Yiping setiap hari berdandan seperti itu dan genit. Kenapa orang sepintar Shuhuan bisa seperti kerbau yang di cocok hidunganya?
“Dari jauh aku sudah mendengar makianmu.” kata Shuhuan tiba-tiba muncul, “memangnya aku sudah berbuat salah apa lagi padamu?“
“Kau tahu sendiri aku langsung kesal melihatmu.” kata Erhao.
“Apa kau ingin bertengkar denganku lagi.” kata Shuhuan. Ia lelah karena sepagian sudah mengantar orang sakit, sebaiknya Erhao jangan membuatnya kesal. Erhao merasa justru Shuhuanlah yang sakit.
“Hati-hati kalau bicara!” Shuhuan memandang tajam Erhao. Du Fei melerai, kalian ini teman baik. Shuhuan itu mungkin saja akan menjadi adik ipar Erhao. Kenapa bermusuhan?
Du Fei punya usul merubah permusuhan jadi persahabatan, Shuhuan bertugas membujuk Yiping dan Erhao harus menganalkan Fang Yu. Cari waktu yang tepat, karena ia akan mentraktir.
“Kau mentraktir? Uang dari mana?” tanya Erhao.
“Aku ada uang gaji, aku bisa mentraktir kalian.” kata Du Fei dan ia akan mengajak Ruping, siapa tahu Ruping mau berpasangan dengannya.
Shuhuan setuju usul Du Fei, tapi Erhao tak yakin apa Yiping bisa bersahabat dengannya. Shuhuan akan membujuk Yiping. Mereka berjanji akan merubah permusuhan menjadi persahabatan.
Du Fei senang melihatnya kemudian ia pamit karena masih memiliki urusan. Du Fei pergi membawa keranjang buahnya. Ia berpesan kalau ada yang mencarinya katakan kalau ia sedang mewawancarai Lu Xiaoman. Erhao dan Shuhuan ingin ikut. Tapi Du Fei melarangnya dan mengatakan kalau ia bukan akan melakukan wawancara tapi akan menemui adiknya Erhao, Ruping.
Du Fei sampai di kampus Ruping. Ia berpapasan dengan mahasiswa, Du Fei kau mencari Ruping ya? dia ada di aula sedang membat dekorasi untuk pelulusan. Du Fei tanya aulanya dimana. Mahasiswa itu menunjukan tempatnya.
Di aula semua mahasiswa sibuk membuat dan memasang dekorasi. Du Fei masuk ke aula ia mencari-cari Ruping
“Ruping dimana kau!” teriak Du Fei
Ruping langsung menoleh, ia berada di atas sedang memasang bendera. Du Fei menyuruh Ruping turun dan mengatakan ia membawa sesuatu untuk Ruping.
Ruping langsung turun dan menghampiri Du Fei.
Ruping : Kau mau memberikan apa?
Du fei : Lihat aku menghabiskan waktu pagi ini untuk membeli sekeranjang buah.
Du Fei memperlihatkan buah yang dibawanya ada apel, mangga, markisa, kiwi, setoples kacang mete, setoples permen dan masih banyak lagi hehehe.
Ruping tanya apa yang Du Fei lakukan.
Du Fei : "Aku membeli buah sebanyak ini karena ingin mencari sejenis buah. Aku susah payah mendapatkannya."
Ruping heran, “Buah apa?”
“Buah yang ada di dalam namamu itu.” kata Du Fei.
Ruping : “Buah ruguo (jika)?”
Du Fei : “Benar aku sedang mencari buah ruguo, aku pikir asal bisa mendapatkannya kau akan lebih senang dan sering tertawa.”
Ruping : “Memangnya setelah ada ruguo kenapa aku jadi tambah senang?”
Du Fei : “Dengarkan kata-kataku. Ruguo (jika) aku adalah Ruping maka aku akan membuka mataku dan menyadari bahwa dunia ini luas dan penuh warna. Jika aku Ruping aku tak akan lagi hidup di ujung tanduk aku akan hidup bahagia. Jika aku Ruping aku akan belajar mengenal lagi orang-orang disekitarku.”
Ruping mendengarkan penjelasan Du Fei dengan tatapan tajam.
Du Fei melanjutkan, “Jika semua ‘jika’ ini tak ada, maka kau bukanlah Ruping melainkan wanita yang lain, maka kegundahan yang dialami Ruping akan hilang, semuanya akan hilang.”
Ruping tertawa mendengarnya. “Akhirnya kau bisa tertawa juga.” kata Du Fei senang.
Salah satu teman Ruping menghampiri, ia merasa iri pada Ruping karena ada yang mengirimkan Ruguo, “Kami belum pernah makan ruguo, pasti rasanya lebih manis dari pada permen.”
Ruping kesal, ia kembali naik melanjutkan pekerjaannya. Du Fei tanya bagaimana Ruping bisa naik setinggi itu, kalau jatuh bagaimana? Ruping akan memasang bendera dan meminta Du Fei tak usah mencemaskannya. Du Fei meminta Ruping turun dan ia akan menggantikan Ruping memasang bendera.
Ruping nurut ia segera turun dan berpesan agar Du Fei hati-hati. Ruping memanggil teman-temannya untuk makan buah bersama-sama.
Du Fei sudah naik dan bersiap memalu paku, ia senang karena buah kirimannya banyak yang suka. Ia minta maaf kalau rasanya tak enak.
Du Fei terus memalu paku dan tanpa sadar ia memukul jarinya sendiri. Du Fei kesakitan ia refleks melepaskan palu membuat palu tersebut jatuh di kakinya. Tak hanya jari yang sakit kakinya pun kesakitan. Du Fei melompat-lompat diatas tangga menahan sakit. Itu membuat Du Fei dan yang lain hampir jatuh.
Mahasiswa yang berada di bawah yang bertugas manahan tangga merasa kewalahan karena tangga terus bergoyang. Du Fei kehilangan keseimbangannya.
“Awas di lantai ada paku!” teriak seorang mahasiswa. Dan Du Fei pun jatuh dengan pantat yang menancap di papan berpaku.
Argggghhhhhh....
Semua berteriak ketakutan. Du Fei langsung loncat-loncat kesakitan.
Ruping menghampiri Du Fei dan bertanya apa Du Fei tak apa-apa? Du Fei meminta tolong pada Ruping agar mencabut papan berpaku itu. Tapi Ruping menolak, ia tak berani.
Mahasiswa yang lain menyarankan lebih baik mencari dokter saja. Du Fei tak mau, karena kemarin ia sudah menemui dokter saat insiden mahasiswa yang mencoba bunuh diri. Sekarang ia tak mau mempermalukan diri. Du Fei mencabut sendiri papan berpaku yang menempel di pantatnya.
Du Fei meringis kesakitan, ia berpamitan pada Ruping akan pulang karena sudah tak memiliki tenaga lagi. Ruping melarang sebaiknya Du Fei dibawa ke klinik dulu karena pakunya berkarat Ruping takut Du Fei terkena tetanus.
Du Fei : “Aku tak mau! aku tak mau!”
Ruping kesal : “Kalau kau tak mau ke klinik aku tak akan peduli lagi padamu!”
Du Fei berbalik ke arah Ruping mahasiswa yang lain tertawa melihatnya. Kemudian seorang mahasiswi bernama Liu Rongrong menghampiri Du Fei.
“Namaku Liu Rongrong, kalau kau sulit mendapatkan Ruping cobalah untuk mendapatkanku saja,” Liu Rongrong menawarkan diri hahaha.
“Aku juga! aku juga!” kata mahasiswi yang lain. Du Fei kaget melihatnya, ternyata banyak yang naksir dia hahaha Ruping tersenyum mendengarnya lalu menunduk.
Ruping membawa Du Fei pulang setelah membawanya ke klinik, Shuhuan dan Erhao juga ada di sana. Du Fei tiduran tengkurap di kursi. Ruping menjelaskan obat yang harus di minum Du Fei dan juga salep yang harus dioleskan. Ruping meminta tolong pada Shuhuan agar membantu Du Fei mengoleskan salepnya.
Shuhuan masih heran dan Erhao tersenyum.
Shuhuan : “Kenapa bisa jadi seperti ini? Aku sungguh tak mengerti.”
Erhao mengejek sambil tersenyum, “Pantatnya terkena paku, aku baru melihat luka yang seperti ini, kau sedang memakai taktik melukai diri untuk mendapatkan simpati ya?”
Du Fei kesal mendengarnya, “Teman macam apa kalian, aku sudah terluka seperti ini kalian masih meledekku. Semua ini gara-gara keranjang ruguo.”
Shuhuan : “Ruguo ?”
Du Fei membalikkan badannya dan menjelaskan, “Waktu naik ke panggung aku sedang berdoa, jika ruguo ku berhasil tolong berikan petunjuk padaku. Akhirnya palu kena tanganku, jatuh di kakiku dan akhirnya pantatku terkena paku. Sampai sekarang aku tak paham arti petunjuk ini. Yang ku tahu sekarang tanganku sakit, kakiku sakit dan pantatku juga sakit. Sekarang aku baru mengerti kalau cinta bisa membuat orang mati karena duka, ‘seribu bintil seratus lubang’ ternyata memang ada benarnya.”
Shuhuan dan Erhao mendengarnya tersenyum. Ruping meminta Du Fei jangan banyak bicara.
Shuhuan : “Ada berapa paku yang menancap di papan coba ku lihat.”
Du fei melarang, “Jangan lihat! jangan lihat! papan paku itu penuh dengan paku keadaanku seperti ini seperti puisi yang berbunyi ‘hujan menerpa pantai meninggalkan selaksa lubang’ itulah aku.”
Ruping menyangkal, “tidak separah itu.”
“Memang seperti itu.” kata Du Fei, Ruping tertawa.
Du Fei : “Ruping kau tertawa.”
Ruping langsung diam dan mengatakan ia tak bisa leluasa mengoleskan obat pada Du Fei. Lalu Ruping pamit pulang. Erhao juga pamit pulang, sambil berjalan Erhao memukul pantat Du Fei yang sakit. Du Fei meringis hahaha
Sampai di rumah Erhao dan Ruping langsung membicarakan Shuhuan dan Yiping, menurut Erhao Shuhuan itu payah dan Ruping harus melupakannya.
Erhao : “Kurasa Du Fei tulus padamu. Apapun dilakukannya untukmu (betul Erhao. Agree) kau seharusnya tak menolaknya. Singkirkan Shuhuan dan terimalah Du Fei. Ini pesanku.”
Ruping diam saja ia berjalan berlalu dari hadapan Erhao.
“Apa maksudnya Shuhuan sudah terpikat?” Tiba-tiba Mengping bertanya. Ruping diam, Mengping melanjutkan pertanyaannya, “kenapa akhir-akhir ini Shuhuan jarang kerumah kita apa hati Shuhuan sudah berubah?”
“Jangan bicarakan ini!” kata Ruping langsung masuk ke kamarnya di ikuti Mengping dan Erhao. Mengping protes kenapa tak mau membicarakan dengannya sementara dengan Erhao, Ruping membahasnya. “Bukankah Shuhuan pacarmu ? kenapa direbut Yiping? kau biarkan dia merebutnya tanpa perlawanan sedikitpun?”
“Jangan katakan kalau shuhuan itu pacarku!” Ruping mulai marah “Dia menyukai Yiping itu urusannya jangan hubungkan aku dengannya.”
Mengping : “Dia jelas-jelas memang pacarmu. Bukankah Shuhuan baru pertama kali melihat Yiping di rumah kita?”
Ruping : “Bukan.. bukan.. mereka sudah lama saling kenal di klub dansa Da Shanghai.
Ruping keceplosan bicara, ia langsung menutup mulutnya.
“Klub dansa Da Shanghai apa?” Mengping tak paham.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...