Mengetahui rencana Joon Ha yang siap masuk jeruji besi untuk menjatuhkan Choi Jin Chul, Dong Joo sangat marah. Ia memukul dan mencengkeram baju Kakaknya, “Mulai saat ini kau bukan Kakak Cha Dong Joo!”
“Jang Joon Ha, kalau kau terus seperti ini jangan jadi Kakakku. Jangan jadi apa-apa sebelum situasi normal, jangan tunjukan wajahmu di hadapanku. Jawab aku, apa kau mengerti?”
“Anak brengsek. Kau sudah tumbuh dewasa!” sahut Joon Ha.
Dong Joo mengatakan kalau ia akan mengganti masa 16 tahun Joon Ha melindungi dirinya. Kini ia akan menjadi malaikat pelindung untuk Joon Ha dan mulai saat ini Joon Ha harus mendengarkan setiap kata-katanya. Dong Joo melepaskan cengkeramannya.
Woo Ri masih melihat keduanya. “Kakak!” panggil Woo Ri, Joon Ha menengok dan berkata pada Dong Joo kalau Woo Ri akan menyampaikan sesuatu pada Bong Ma Roo untuk yang terakhir kalinya. Dong Joo segera pergi. Woo Ri menatap cemas Dong Joo. Joon Ha mengajak Woo Ri pergi. Woo Ri memanggil Joon Ha, Kak Ma Roo.
Keduanya berada di mobil. Joon Ha tanya Woo Ri ingin pergi kemana ia akan mengantar ke tempat yang Woo Ri ingin tuju. Tiba-tiba Woo Ri mengelap ujung bibir Joon Ha yang berdarah dengan sapu tangannya. Joon Ha berkata kalau ia itu seorang dokter, luka seperti ini akan sembuh dengan sendirinya kalau disentuh malah tambah sakit. Kalau tak ada tujuan ia akan pergi tanpa tujuan.
“Kak Ma Roo!” Keduanya bertatapan. “Hari ini pertama aku bekerja, bisakah aku bicara... Ah.. kurasa tidak kita pergi saja!” Woo Ri memakai sabuk pengamannya.
Joon Ha tanya kenapa Woo Ri tiba-tiba seperti ini. “Kenapa kau minta yang seperti itu? Kalau mau pergi, pergilah! Nanti kembali lagi.”
Woo Ri : “Karena kau Kakakku, karena sekarang kau Kak Ma Roo. Aku sudah mendengarkanmu apa kau lupa?”Presdir Choi menerima telepon dari seseorang mungkin salah satu Investor. Ia berkata kalau ia sudah salah mempercayai orang. Dong Joo masuk ruangan Presdir. Choi Jin Chul menutup teleponnya. Dong Joo tanya apa yang sudah Presdir Choi lakukan terhadap Joon Ha. Presdir berkata kalau ia harus menyingkirkan Joon Ha supaya tak bertemu lagi karena ia sudah sebal dengan tingkahnya.
Dong Joo mengatakan kalau Joon Ha bukan satu-satunya yang terlibat. Bahkan ia sendiri juga ikut terlibat. Haruskah ayahnya bertindak sejauh itu.
Presdir mengingatkan kalau Dong Joo-lah yang sebenarnya tak mendengarkan peringatannya. Ini yang terjadi kalau Dong Joo tak menurut padanya. Presdir menyuruh Dong Joo keluar dari ruangannya.
Dong Joo : “Aku ini tetap anakmu, tak bisakah kau abaikan anakmu kali ini saja?”
Presdir menyarankan jika Dong Joo ingin minta maaf lebih baik berlutut. Dong Joo tersenyum simpul, “Lakukan semaumu!” Dong Joo keluar dari ruangan Presdir.
Dong Joo meminta Min Soo ke ruangannya. Min Soo heran Dong Joo memanggilnya tanpa embel-embel -ssi di belakang namanya.
Dong Joo memerlukan bantuan Min Soo. Ia ingin Min Soo meminta tolong pada Dir Kang agar menyampaikan pada para pemegang saham terbesar untuk bertemu dengannya. Ia akan mempresentasikan hasil kinerja Energy Cell.
Min Soo tanya kenapa mendadak. Dong Joo akan menjelaskan itu nanti karena sekarang tak ada waktu lagi. Ia minta tolong waktunya setelah jam makan siang. Min Soo ragu, Dong Joo meyakinkan kalau ia percaya pada Min Soo. Mendengar Dong Joo percaya padanya, Min Soo jadi semangat.
Min Soo dan Dong Joo berpapasan dengan Woo Ri. Min Soo langsung menyapa Woo Ri, “Adik, kau pasti akan ke tim marketing!” Woo Ri menjawab ya dan menatap Dong Joo. Tanpa bicara sepatah kata pun Dong Joo langsung berlalu, Min Soo mengejarnya.
“Apa Nenekmu baik-baik saja?” tiba-tiba Na Mi Sook bertanya. Woo Ri kaget dan tak mendengar jelas. Woo Ri tanya apa. Mi Sook berkata lupakan saja.
Mi Sook melihat raut wajah muram Woo Ri. Apa Woo Ri mau berjualan kosmetik dengan wajah seperti itu. Mi Sook meliburkan Woo Ri dan Woo Ri bisa kembali bekerja minggu depan. Woo Ri menyangkal ia tak apa-apa dan bisa berjualan hari ini. Ia bisa menjual ke beberapa manajer Taman. Woo Ri mengatakannya sambil tertawa.
Mi Sook heran dalam suasana serius seperti ini kenapa Woo Ri masih bisa tertawa. Ia menebak Woo Ri pasti penjual yang tangguh sama seperti dirinya.
Woo Ri : “Apa kau mirip aku, Manajer?”
Mi Sook : “Kenapa kau mirip aku? Seharusnya kau mirip ayahmu! Ayahmu tak bilang apa-apa?”
Woo Ri bingung, “Apa? Memangnya dia bilang apa?”
Mi Sook berkata woo Ri tak perlu tahu, itu kehidupan pribadinya. Ia langsung memperagakan bahasa kode yang artinya rahasia. Woo Ri heran kenapa Mi Sook tahu bahasa kode itu.
Ny Tae mendapat kunjungan dari istri Dewan Direksi di rumahnya. Salah satu wanita itu berkata kalau mereka sudah mendengar gosip itu. Ny Tae meyakinkan kalau Energy Cell tak ada masalah. Mereka berkata kalau Presdir Choi menyarankan mereka untuk menarik semua investasi dari sana.
Ny Tae mendapatkan sms ia tersenyum senang. Dong Joo tiba di rumah ibunya.
Ny Tae tanya ke Dong Joo bagaimana suasana perusahaan. Dong Joo menjawab kalau suasana di perusahaan sudah tenang dan sudah bisa berjalan tanpa dirinya. Dong Joo permisi.
Wanita itu berkata kalau ia akan menemui Jang Joon Ha. Wanita yang lain bilang kalau menurutnya lebih baik mereka manarik investasi mereka. Ny Tae akan membicarakan ini dengan Joon Ha dan akan segera menghubungi para istri Dewan direksi ini.
Ny Tae bicara berdua dengan putranya, apa yang sudah Dong Joo lakukan di hadapan pada istri dewan direksi tadi.
Dong Joo mengambil ponsel ibunya dan melihat SMS yang diterima ibunya tadi. SMS yang berbunyi tentang pembelian saham Woo Kyung senilai 1,2 M.
Dong Joo : “1,2 M saham? Apakah Kak Joon Ha hanya bernilai 1,2 M saham Woo Kyung?”
Ny Tae berkata kalau ini tak ada hubungannya dengan Joon Ha. Dong Joo mengatakan kalau memang tak ada hubungannya dengan Joon Ha kenapa ibunya membeli semua saham itu, seakan-akan memang ini yang direncanakan. Ibu memang keren.
Ny Tae memberi tahu kalau ia selalu menghormati keputusan Joon Ha. Sama hal-nya seperti kali ini.
Dong Joo : “Benarkah? Tapi aku tak tahu... Inilah keputusanku!”
Dong Joo menelepon seseorang dengan ponsel ibunya. “Ini Cha Dong Joo. Aku akan membahas investasimu di W Invest. Aku tak bisa membahasnya di telepon ....”
Ny Tae marah dan merebut ponselnya. Apa yang putranya lakukan. Ponsel Ny Tae berdering, Dong Joo meminta ibunya menjawab telepon atau ia yang akan bicara lagi.
Nya Tae memukul-mukul putranya, kenapa Dong Joo melakukan ini. Dong Joo berkata karena inilah yang paling ibunya takutkan. Dong Joo berpesan pada ibunya katakan pada semua investor untuk datang ke Woo Kyung saat ini juga.
Ny Tae kesal, Joon Ha sudah menggunakan uang semaunya dan kenapa Dong Joo yang harus bertanggung jawab.
Karena woo Ri dibebastugaskan, Woo Ri dan Joon Ha jalan-jalan di taman. Woo Ri senang bisa jalan-jalan seperti ini. Joon Ha memandangnya, Woo Ri heran dan tanya kenapa.
Joon Ha : “Kau pasti sudah mengumpulkan banyak keberanian. Beraninya kau melewati Kakakmu? Biasanya kau selalu mengikutiku dari belakang!”
Woo Ri tertawa. Karena memang dulu ia selalu mengikuti Ma Roo di belakang.
Joon Ha : “Beraninya kau bicara menatap mataku, padahal dulu tak pernah!”
Woo Ri : “Tapi sampai sekarang aku tak pernah menahan apa yang ingin kukatakan!”
Joon Ha geleng-geleng kepala, “Melelahkan!” Woo Ri tanya apa itu.
Joon Ha : “Setiap hari hanya kata-kata itu yang kudengar darimu ‘Aku menyukai Kakak tapi kenapa kau membenciku. Walaupun begitu, aku tetap menyukai Kakak’”
Joon Ha mengucap ulang kalimat yang sering Woo Ri ucapkan ketika kecil dulu. Woo Ri kesal kenapa Joon Ha seperti itu. Ia menyangkal kapan dirinya seperti itu.
Dan disela-sela obrolan keduanya, berlarilah seorang gadis cilik. Mi Sook kecil memanggil Ma Roo. “Kakak!” teriak Mi Sook kecil.
Apa ini khayalan Joon Ha, soalnya dia tersenyum...
“Awas saja kalau kau tak ingat!” Joon Ha mengancam. Woo Ri cemas, ia menabok mulutnya sendiri.
“Kakak!” panggil Mi Sook kecil mengejar Ma Roo.
Ma Roo : “Kenapa kau mengikutiku terus?”
“Apa kau selalu marah kalau ada yang bilang menyukaimu? Aku masih menyukaimu!” Kemudian Mi Sook kecil berteriak, “Kak Ma Roo adalah Kakakku!”
Ma Roo tertawa, Mi Sook kecil senang melihatnya. Ia menyanyi sambil menari-nari, “Kau tersenyum, kau tersenyum!”Ma Roo mengingatkan awas nanti jatuh. Mi Sook kecil tak peduli, ia terus jingkrak-jingkrak senang sambil menyebut kata ‘Kakak’ berulang-ulang.
Tiba-tiba Mi Sook kecil tersandung kakinya sendiri, ia hilang keseimbangan tapi beruntung Ma Roo langsung menangkapnya. “Awas nanti kau jatuh!”
“Kalau begitu gendong aku!” rengek Mi Sook kecil. Ma Roo minta Mi Sook kecil melepas tangannya kalau tidak ia akan marah. Mi Sook kecil tanya kenapa Ma Roo selalu marah kalau ia menyukai Ma Roo.
Mi Sook kecil kesal dan melepas pegangan tangannya, tapi tiba-tiba Ma Roo meraih tangan dan menggandengnya, “Apa kau senang?” Mi Sook kecil tertawa. Keduanya berjalan bergandengan tangan.
Di belakang keduanya, Woo Ri dan Joon Ha berjalan dalam diam. Joon Ha memperhatikan bayangan masa kecilnya. Woo Ri menatap Joon Ha.
Woo Ri memberanikan diri bertanya seandainya selama ini mereka selalu bersama apa Joon Ha akan menyukainya.
Joon Ha : “Apa? Tidak. Aku lebih marah kalau melihatmu sedang sedih. Aku sendiri marah hidup seperti itu. Aku selalu marah melihat keluargaku hanya bisa hidup seperti itu. Karena aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menghadapinya.
Aku ingin cepat dewasa agar bisa mencari uang dan keluar dari kehidupan yang seperti itu. Dari pada membenci keluargaku hidup seperti itu lebih baik hidup terpisah dengan mereka. Itu yang selalu muncul di kepalaku setiap aku bangun tidur!”
Woo Ri : “Tapi kenapa dulu di kantor polisi kau mengajakku pergi? Kau menggenggam tanganku dan kau menyuruhku untuk mengikutimu!”
Joon Ha : “Bodoh. Apa kau percaya padaku? Bukankah pada akhirnya kau kutinggalkan dan tak pernah kembali!”
Woo Ri berhenti berjalan dan mengambil jam tangan milik Ma Roo, “Kalau begitu kenapa kau memberikan ini padaku?”
Joon Ha tak menjawab dan kembali berjalan. Woo Ri memanggilnya.
Keduanya duduk di bangku memandang danau. “Kakak...?” panggil Woo Ri. “Tunggu sebentar!” ucap Joon Ha.
Joon Ha mengeluarkan earphone, “Setelah lagu ini habis katakan keinginanmu kecuali permintaan untuk tinggal bersama dalam satu keluarga!”
Joon Ha memasang earphone di telinganya. Woo Ri manatap Joon Ha yang menikmati lagu.
Tiba-tiba pluk... sepatu merah kecil jatuh tepat di depan keduanya.
Joon Ha menyadari datangnya sepatu itu tapi tidak dengan Woo Ri. Woo Ri memakai earphone dan menikmati lagunya.
Joon Ha mengambil sepatu merah kecil itu. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depannya. Ma Roo. Keduanya saling menatap.
“Kakak cepat kesini!” panggil Mi Sook kecil. Ma Roo dan Joon Ha menengok ke arah Mi Sook kecil.Joon Ha kembali menatap Ma Roo dan memberikan sepatu merah kecil itu. Ma Roo menerimannya dan tersenyum manis pada Joon Ha. Joon Ha membalas senyum dengan tak kalah manisnya.
Ma Roo langsung berlari ke arah Mi Sook kecil dan memakaikan sepatu merah itu. Kedua kembali berlari bergandengan tangan. Joon Ha menatap keduanya seraya tersenyum.
Mi Sook kecil melempar sepatunya dan Ma Roo yang menangkapnya.
Ma Roo : “Bukankah sudah kubilang jangan memainkan ini?”
Mi Sook kecil : “Kenapa? Ini menyenangkan.”
Ma Roo : “Tetap tidak boleh. Jangan selalu ikuti kelakuan Ayah. Kau akan terlihat bodoh!”
“Memangnya kenapa? Orang Bodoh itu baik!” Mi Sook kecil mengambil sepatu dan memakainya lagi. “Kalau aku sudah dewasa aku akan menjadi orang bodoh!” Mi Sook kecil kembali melempar sepatunya. Ma Roo mengambil sepatu itu dan menyuruh Mi Sook kecil berhenti melakukan itu.
Mi Sook kecil berusaha merebut sepatunya, tapi Ma Roo mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Mi Sook kecil teriak meminta Ma Roo mengembalikan sepatunya.
Joon Ha tersenyum melihat keduanya. Sementara Woo Ri tetap menikmati lagu yang ia dengarkan.
Joon Ha menatap Woo Ri, ia melepas earphone yang terpasang di telinganya dan memasangkan di telinga Woo Ri. Woo Ri terkejut.
“Kau benar-benar terlihat bodoh!” ucap Joon Ha. “Kau hidup seperti ini, aku terlihat seperti orang jahat!”
“Apa?” Woo Ri tak mendengarnya.
Joon Ha menutup kedua telinga Woo Ri dengan kedua tangannya dan menarik kepala Woo Ri supaya dekat dengannya. “Orang jahat di hadapanmu ini. Orang bilang dia anak Choi Jin Chul. Dia tak boleh jadi Kakakmu, bahkan kau pun tak menyukaiku sebagai seorang pria. Lalu apa yang harus kulakukan?”
Presdir Choi mengumpulkan dewan direksi. Ia mengatakan kalau Jang Joon Ha dengan angkuhnya mengambil uang yang sudah para investor investasikan untuk bisnis semikonduktor Woo Kyung dan meletakkan semuanya di bawah Energy Cell. Dan sudah merupakan tugasnya untuk menyampaikan ini.
Salah satu Dewan direksi mengatakan karena Presdir Choi yang mengenalkan seharusnya presdir Choi yang bertanggung jawab.
Presdir berkata ia tak bisa kalau tidak membalas keangkuhannya. Presdir meminta dewan direksi menarik kembali uang investasi dan laporkan Jang Joon Ha dengan tuntutan penggelapan. Setelah itu ia akan mengganti semua kerugian yang diterima dewan direksi.
Rombongan istri dewan direksi datang mereka berkata kalau Jang Joon Ha meminta mereka datang.
Presdir heran dan tepat saat itu Dong Joo masuk ke ruang rapat dan memberi hormat pada dewan direksi. Ia memperkenalkan diri sebagai CEO dari Energy Cell. Presdir marah mana sopan santun Dong Joo karena ia sedang rapat. Presdir meminta Dong Joo keluar.
Dong Joo mengacuhkannya dan bicara pada dewan direksi yang ada di sana, “Aku percaya kalian semua disini telah mempercayakan uang kalian pada Presdir Woo Kyung Choi Jin Chul, Direktur Tae Yeon Suk dan CEO W Invest Jang Joon Ha!”
Dewan direksi membenarkan. Dong Joo kembali melanjutkan, “Tapi menghamburkan uang untuk menutupi kerugian dan mengambinghitamkan Jang Joon Ha bukanlah gaya Woo Kyung!”
Dong Joo percaya kalau sampai 70% uang W Invest itu diinvestasikan di Woo Kyung semikonduktor dan anak perusahaannya Energy Cell. “Kalau kalian menarik semua uang kalian bukankah itu artinya kalian tak percaya lagi pada Woo Kyung?”
Presdir meminta Dong Joo jangan membuat masalah lagi.
Dong Joo : “Itu yang dipercayai Presdir. Tapi Woo Kyung bukanlah perusahaan pribadi Presdir Choi Jin Chul kan?
Min Soo masuk bersama ayahnya (Dir Kang) dan para anggota dewan direksi yang lain.
Dong Joo : “Aku ingin melaporkan kinerja Energy Cell kepada dewan direksi. Kuharap kalian bisa duduk dan membaca laporan lalu putuskan apakah kalian akan tetap menarik uang kalian atau menerima hasil keuntungan!”
Presdir Choi bicara berdua dengan Dong Joo di ruangannya. Untuk menyelamatkan Joon Ha, Dong Joo sudah menentangnya. “Memangnya ayahmu ini siapa?”
Dong Joo berkata kalau memberi peringatan padanya itu hak prerogatif ayahnya. Ia juga sudah memperingatkan Ayahnya. Jangan menyentuh Kak Joon Ha.
Presdir tanya apa Dong Joo sudah memikirkan kemungkinannya. Semakin seperti ini semakin berbahaya untuk Jang Joon Ha. Dong Joo berkata tidak, tapi ia sudah memikirkan kemungkinan lainnya. “Sementara ayah bergulat dengan Kak Joon Ha, aku berkesempatan mengambil alih kedudukanmu!”
Dong Joo menatap kursi Presdir, “Mudah bagi dewan direksi menemukan bahwa... ayah memulai bisnis RAM tanpa sepengetahuan mereka!”
Presdir tanya kenapa Dong Joo begitu bermusuhan dengannya. Jang Joon Ha tak ada hubungan dengan Dong Joo. “Aku ayahmu!”
Dong Joo : “Apa kau Ayahku?”
Presdir : Apa?
Dong Joo : “Atas dasar apa kau menjadi Ayahku? Bukankah selama ini kau menginjak-injak anakmu agar dapat mempertahankan kedudukanmu? Kenyataan bahwa kau mencoba membuat Kak Joon Ha menjadi tangan kananmu, itu sebenarnya untuk menjegalku kan? Coba jelaskan, Ayah seperti apa itu?”
Presdir diam. Dong Joo bertanya apa ada lagi yang ingin dikatakan Presdir Choi padanya.
Presdir : “Kau. Kenapa kau berubah seperti ini? Benarkah kau tak ingat peristiwa kecelakaan itu?”
Dong Joo : “Kenapa ayah begitu penasaran tentang kecelakaanku? Adakah yang tak seharusnya ku ingat?”
Presdir berkata tidak dan menyuruh Dong Joo pergi. Dong Joo berjanji kalau sudah ingat ia yang akan memberitahu ayahnya pertama kali. “Ayah tak akan pernah tahu, mungkin pada akhirnya aku akan menyukai ayah!”
Dong Joo kembali ke ruangannya, ia mengambil kantong kacang yang ada di hadapannya. Ia menggengam kantong itu dan merenung.
Joon Ha dan Woo Ri makan mie ramen di sela jalan-jalan mereka.
Joon Ha mendesah setelah makan roti telur dan babi goreng ternyata Woo Ri masih bisa makan mie ramen. “Kakakmu yang punya banyak uang ini merasa tersinggung!”
Woo Ri tersenyum meminta Joon Ha berhenti mengejek dan membuat adik perempuan yang tak punya uang ini merasa rendah diri.
Joon Ha juga tersenyum, kemudian bertanya apa Woo Ri sudah memikirkan apa permintaan Woo Ri darinya. Woo Ri mengangguk, “Dengan seluruh keluarga!” Ucap Woo Ri.
Joon Ha menggeleng, “Sudah kubilang yang seperti itu aku tak bisa!”
Woo Ri : “Memangnya bertemu sekali saja tak bisa?”
Joon Ha diam dan memakan mie-nya.
Woo Ri : “Kakak tahu kan kalau Nenek sakit? Keinginan ayah juga sama. Sekali saja Kakak makan bersama kami.. Kakak bisa kan?”
Joon Ha kembali menggeleng, “Tak bisa!”
Woo Ri : Kakak?
“Sudah kubilang tanpa keluarga!” Joon Ha menyuruh Woo Ri menghabiskan mie-nya.
Woo Ri kembali bertanya apa benar-benar tak bisa. Walaupun hanya sekali. Joon Ha tak menjawab ia hanya berkata kalau ia sudah sangat kenyang.
Woo Ri berdiri menatap tajam Joon Ha, “Kak Ma Roo memang benar-benar jahat. Baiklah. Jadilah Dokter Jang Joon Ha. Kalau dokter, dia pasti akan mendengarkanku!”
Joon Ha ikut berdiri, “Senang bertemu denganmu Mi Sook kecil!” Ia mengulurkan tangannya.
Woo Ri terharu, “Senang bertemu denganmu...... Kak Ma Roo!” Woo Ri menitikan air mata dan langsung memeluk Joon Ha. Air mata Woo Ri terus menetes.
Dan di sebelah mereka Ma Roo dan Mi Sook kecil masih bersama. Ma Roo menyembunyikan seikat bunga di belakang punggungnya.
Ma Roo memberikan bunga itu pada Mi Sook kecil. Mi Sook kecil heran karena bunga ini adalah bunga yang dulu Ma Roo bilang aromanya seperti kotoran semut.
Ma Roo : “Ini adalah hatiku. Kau harus menerimanya!”
Mi Sook kecil kaget. Ma Roo memaksa Mi Sook kecil untuk menerimanya, “Ambillah. Ini adalah hatiku yang tulus!”
Mi Sook kecil bingung, “Apa sebenarnya maksudmu?”
Ma Roo : “Apa kau benar-benar tak tahu?”
Mi Sook kecil : “Maksudmu, apa kau memberikan hatimu yang seperti kotoran semut?”
Ma Roo langsung jongkok memberikan bunga itu, “Aku bilang terima ini!”
Mi Sook kecil menolak, “Aku tak mau. Aku tak mau menerimanya. Aku menyukaimu, kau bahkan tak tahu apa-apa!”
Mi Sook kecil langsung pergi. Ma Roo mengejarnya, “Lihat ini. Apa kau benar-benar tak mengerti?”
“Aku tak tahu!” jawab Mi Sook kecil. Ma Roo merengut, “Kau tak tahu apa-apa. Bodoh, ayo kita pergi!” kemudian Ma Roo tersenyum. Mi Sook kecil membalas senyumnya dan Keduanya kembali jalan bersama.
Woo Ri melepas pelukannya, ia mengembalikan jam tangan milik Ma Roo.
Joon Ha : “Maafkan aku karena tak menepati janji untuk kembali padamu!”
Woo Ri kembali menitikan airmatanya dan berbalik meninggalkan Joon Ha. Woo Ri berlari di belakang Ma Roo dan Mi Sook kecil.
Joon Ha menangis menatap kepergian Woo Ri. Ia melihat kembali jam tangan miliknya.
Young Kyu masih di taman botani bersama Nenek. Ia melempar sepatu dan menyanyikan lagu untuk ibunya. Ia bertanya apa ibunya ingat. Nenek balik bertanya kenapa Young kyu seperti ini. Nenek tak ingat.
Young Kyu bingung ia harus bagaimana lagi, kemudian ia teringat sesuatu. Ia langsung mengumpat. Umpatan yang sering diucapkan ibunya.
Nenek terkejut dan menutup mulutnya, “Ya ampun bisa-bisanya kau mengumpat. Kau tak boleh berkata seperti itu. itu adalah orang jahat, polisi akan menangkap orang jahat!”
Young Kyu senang ibunya mengucapkan itu, karena itu adalah yang Ibunya ajarkan kepadanya.
Young Kyu duduk disamping ibunya. Nenek meminta Young Kyu jangan dekat-dekat. Ia menatap heran, “Kenapa Tuan Muda Young Kyu belum datang?”
Young Kyu berkata pada ibunya kalau dirinya itu Young Kyu bukan Tuan Muda Young Kyu. “Aku anakmu, Young Kyu!”
“Aku ini bukan ibumu!” Nenek berniat pergi dari sana. Young kyu mengingatkan dimana rumah mereka dan berkata kalau Woo Ri sudah menunggu di rumah.
Nenek bertanya pada orang yang lewat apa melihat Tuan Muda Young Kyu-nya, dia setinggi ini matanya seperti ini. Mulutnya seperti ini. Orang itu mengacuhkannya.
Young Kyu sedih, “Ibu lihat aku mata Young Kyu seperti ini. Hidung Young Kyu seperti ini. Ibu, aku ini Young Kyu!”
Nenek dibawa pulang ke rumah dibantu Seung Chul. Ia merasa kebingungan dimana ia berada. Seung Chul bilang ini rumahnya dan meminta Nenek beristirahat sampai keluarga Nenek datang. Seung Chul menenangkan Nenek.
Nenek merasa tak enak hati kalau ia tinggal di rumah itu nanti suasana rumah jadi ramai. Paman Lee tak keberatan, itu tak masalah motto di rumahnya adalah ‘Ayo ramaikan rumah kita bersama’ Paman Lee memperagakan bahasa kode ‘bersama’.
Bibi Lee menawarkan apa Nenek mau minum alkohol. Nenek mengatakan kalau ia tak bisa minum alkohol (wehehe)
Semua menatap terkejut. Young Kyu menangis sedih, Nenek heran dan bertanya pada Seung Chul kenapa dia (Young Kyu) mengikutinya terus dan meratap seperti itu.
Seung Chul mengatakan karena beberapa nasib buruk mereka kadang-kadang menangis.
Nenek : “Aigoo kasihan sekali!”
Young Kyu menangis sedih, “Woo Ri bilang setelah ibu tidur ingatan ibu akan pulih. Apakah malam sudah datang?”
Paman Lee menghibur sobatnya ia berkata rasanya sekarang sudah malam. “Kalau kau tutup matamu malam akan datang. Rasanya gelap, tutup matamu!” Ia meminta sobatnya tidur.
Young Kyu menutup mata. Paman Lee memerintahkan anggota keluarganya untuk pura-pura tidur. Seung Chul dan Bibi Lee langsung pura-pura menguap dan tidur.
Paman Lee meminta sobatnya berbaring. Ia menyanyikan lagu nina bobo untuk Young Kyu. Tapi Young Kyu langsung terbangun bukan begitu lagunya. Young Kyu langsung berdiri dan menyanyi lagu ‘Dipadang rumput yang biru’
Seung Chul memberi kode supaya Young Kyu diam. Ia mengerti dan kembali berbaring untuk tidur. Nenek memandang heran.
Paman, Bibi Lee dan Seung Chul tidur betulan. Young Kyu memperhatikan ibunya yang duduk terpejam. Young Kyu masih sedih, “Ibu aku biasanya melihat wajah ibuku ketika tidur. aku melihat Ma Roo juga hanya ketika dia tidur.”
Woo Ri sampai di rumah, ia berteriak cemas. Ayahnya meminta Woo Ri jangan berisik. Woo Ri tanya apa ayahnya tak apa-apa. Young kyu mengangguk tapi ia terlihat sedih, “Walaupun ibu melupakanku aku takkan melupakan ibu. aku baik-baik saja!”
Bibi Lee tersadar dari tidurnya dan bertanya kapan Woo Ri pulang. Seung Chul terbangun mendengar ada Woo Ri.
Bibi Lee menepuk putranya bukankah besok pembukaan kafe dan Seung Chul belum menyiapkan apa-apa. Ia menyuruh Seung Chul untuk cepat menyiapkannya. Woo Ri dengan senang hati mau membantu. Tentu saja Seung Chul senang, ia tambah semangat.
Joon Ha menepikan mobilnya di tepi danau. Ia mendapatkan pesan gambar. Sketsa gambarnya yang ditempel di rumah sakit. Si pengirim pesan bertanya siapa itu Bong Ma Roo dan meminta Joon Ha segera menemuinya.
Ternyata yang mengirim pesan gambar itu adalah dokter yang mengobati Nenek. Dokter menunjukan gambar itu pada Joon Ha. Ia sengaja mengambil gambar itu karena terlihat aneh, “Apakah ini gambar anda, Dokter Jang?”
Joon Ha berseru apa ia terlihat menakutkan seperti ini. Dokter tanya kenapa, bukankah wajah Joon Ha memang sedikit menakutkan kecuali kalau sedang tersenyum. Dokter tertawa dan Joon Ha ikut terkekeh.
Joon Ha mengatakan kalau gambar itu hanya mirip dengannya. Ia akan merobek gambar itu, tapi dokter meminta sebaiknya Joon Ha mengaku saja dan bilang kalau gambar itu adalah dirinya nanti hadiahnya kita bagi 2. Wehehe.
Joon Ha : “Kau tak tahu kenapa mereka mencari, tapi kau sudah mau minta hadiahnya? Bagaimana kalau uang itu untuk menangkap penjahat?”
Dokter : “Bukan begitu. Orang yang digambar itu pasti sangat penting. Ini atas perintah khusus Direktur rumah sakit. Hanya perlu setengah hari untuk menurunkan ini dari dinding rumah sakit. Kudengar ini atas permintaan istri pemilik Woo Kyung Grup!”
Joon Ha terkejut mendengarnya, siapa?
Dokter : “Pemilik saham terbesar rumah sakit ini. Istri pemilik Woo Kyung Grup, Tae Yeon Suk!”
Joon Ha tanya siapa yang bilang dan kenapa dia melakukan itu. Dokter menjawab kalau ia tak tahu. Joon Ha mengamati gambar itu dan mulai berfikir sesuatu kenapa ibunya melakukan ini. “Apa kau yakin Tae Yeon Suk yang memerintahkan menurunkan gambar ini?”
Joon Ha keluar dari ruangan dokter dan masih membawa gembar. Ia melihat Ibu kandungnya, Kim Shin Ae tengah menelepon seseorang. Keduanya bertemu pandang, Shin Ae menutup teleponnya.
Joon Ha mengacuhkannya. Shin Ae melihat Joon Ha membawa sketsa gambar itu, “Jadi kau sudah melihat poster itu?”
Joon Ha : “Kau tak mencariku kan?”
Shin Ae : “Kenapa aku mencarimu Dokter Jang? Tapi aneh, perawat bilang gambar itu mirip Dokter Jang. Kudengar kau bukan dokter tetap disini!”
Joon Ha tanya siapa orang yang digambar ini. Shin Ae menjawab kalau dia adalah orang yang harus ia temui. Shin Ae menawarkan diri apa Joon Ha mau minum teh bersamanya karena ia bosan menunggu direktur rumah sakit yang tak kunjung datang.
Joon Ha : “Kenapa kau begitu tak tahu malu? Kau punya malu kan?”
Shin Ae : “Bukan aku yang seharusnya malu, tapi seseorang yang kau panggil ‘Ibu’ itu. Dia tahu semua hubunganku dengan Presdir Choi tapi dia sendiri takut diceraikan!”
Joon Ha terkejut Ny Tae sudah mengetahui hubungan Presdir Choi dengan Shin Ae.
Shin Ae tersenyum dan berkata kalau Ny Tae berterima kasih padanya karena membantu Presdir Choi ketika dia pergi merawat Dong Joo. “Kasihan sekali dia, untuk waktu yang lama dia sangat menderita jadi dia ingin balas dendam. Apakah itu sebabnya dia dan kau seperti sepasang kekasih? Sungguh kekanak-kanakan!”
Shin Ae : “Apa hubunganmu yang sebenarnya dengan Tae Yeon Suk? Kau bisa katakan padaku. Katakanlah. Aku akan menjaga rahasiamu!”
Joon Ha menatap tajam ibu kandungnya ini, “Apa kau ingin hidup seperti ini? Aku tak sanggup melihatmu seperti ini!”
Joon Ha langsung pergi. Shin Ae berteriak mengingatkan kalau Joon Ha jangan ikut campur urusan orang lain dan tutupi saja kebusukan Joon Ha sendiri. Joon Ha berjalan sambil menahan marah.
Joon Ha kembali ke mobilnya yang ada di parkiran, ia kembali memandang gambar dirinya. Ia kesal dan meremas-remas gambar itu, Joon Ha menghubungi Ny Tae.
Ny Tae tanya apa yang terjadi. Joon Ha menjawab tak apa-apa. Ny Tae berkata kalau ia khawatir karena ponsel Joon Ha mati. Joon Ha beralasan ia bertemu dengan teman-temannya di rumah sakit dan ia akan segera pulang.
Joon Ha tanya apa ada makanan yang ingin ibunya makan, ia akan membelikannya. Ny Tae hanya ingin Joon Ha pulang saja dan menawarkan Joon Ha mau makan apa, karena ia akan membuatkannya.
Joon Ha terlihat sedih dan menjawab apa saja karena ia juga sedang lapar. Ny Tae berpesan Joon Ha hati-hati pulangnya tak usah ngebut. Joon Ha hampir menitikan air mata.
Shin Ae marah pada Presdir Choi kenapa mengurusi Jang Joon Ha dan lupa dengan tugas utama yaitu mencari Ma Roo.
Presdir mengatakan walaupun mencari Ma Roo, tapi jika Dong Joo memiliki posisi yang lebih kuat ia jadi tak bisa memberikan kedudukan ini padanya (Ma Roo)
Shin Ae heran kenapa presdir Choi jadi lemah seperti ini, apa yang menakutkan dari Dong Joo. Presdir merasa kalau Dong Joo sudah ingat kajadian ketika kecelakaan itu. Shin Ae terkejut dan cemas apa yang harus dilakukan sekarang.
Presdir berencana membungkam Dong Joo, “Orang-orang tak akan mendengarkan kata-kata orang kecil. Dong Joo mungkin tahu makanya selama ini dia diam saja!”
Shin Ae ingin tahu apa yang akan dilakukan Presdir Choi selanjutnya karena sekarang Dong Joo merupakan ancaman bagi Presdir Choi jika Energy Cell menjadi perusahaan besar.
Presdir berkata kalau masalahnya bukan Energy Cell, ada cara lain untuk mengancurakan Dong Joo. Walaupun dia berusaha mati-matian tapi Dong Joo dan dirinya berbeda. “Dia bergantung pada orang lain, bahkan hidup dan matinya!”
Shin Ae menebak, “Jang Joon Ha? Apa rencanamu?”
Presdir : “Kita harus menjalankan sesuai rencana. Kesempatan ini akan kuambil untuk menyatakan padanya bahwa tak ada yang bisa mengancamku!”
Dong Joo terlihat letih, ia keluar dari ruangannya. Ia melihat Min Soo tertidur di kursi. Dong Joo mengetuk meja membuat Min Soo terbangun.
Dong Joo tanya kenapa Min Soo tak pulang saja. Min Soo menjawab kalau ia tengah memberi perhatian, ia tak bisa masuk ke ruangan karena Dong Joo sibuk. Min Soo memberikan makanan yang sudah dingin untuk Dong Joo.
Keduanya makan bersama di kantor. Min Soo kesal karena ulah Dong Joo, ia jadi dimaki maki ‘Si kaki pendek’ (Ayahnya-kurang ajar nih anak haha) “Aku tak suka si kaki pendek itu!”
Dong Joo tertawa karena Min Soo menjuluki Dir Kang dengan sebutan itu. Min Soo berkata kalau ia bisa seperti itu karena dia ayahnya, “Ayahku suka sekali aku mengatakan itu!”
Min Soo juga mengatakan kalau ia sudah membuat janji dengan ayahnya, kalau Dong Joo perlu bantuan ayahnya katakan saja padanya.
Dong Joo mengingatkan Min Soo jangan terlalu baik padanya karena ia takkan sanggup membalas kebaikan Min Soo.
Min Soo berkata kalau Dong Joo tak perlu membalas apa-apa, “Kau hanya perlu menyukaiku sedikit!”
Dong Joo berkata jujur kalau sudah ada seseorang yang ia sukai. Min Soo tanya siapa dia, apakah piano-ist itu. “Dia kelihatan biasa-biasa saja. Apa pekerjaannya?”
Dong Joo tersenyum dan mengatakan dia melakukan apa saja.
Min Soo : “Apa yang kau sukai darinya?”
Dong Joo : “Dia cantik!”
Min Soo : cantik?
Dong Joo tersenyum, “Ketika pertama kali bertemu dia tak ada cantik-cantiknya. Dia suka melempar sepatunya!”
Min Soo cemberut, “Apa itu? apa aku kenal dia?” (kenal kenal hahaha)
Dong Joo kembali tersenyum.
Seung Chul membuat persiapan untuk opening kafe ayamnya, ia dibantu pekerja memasang gerbang pintu yang terbuat dari balon.
Seung Chul melarang Woo Ri membantunya bersih-bersih. Ia meminta Woo Ri duduk saja dan mengambilkan minuman untuk Woo Ri, “Aku tak menyuruhmu ke sini untuk bekerja. Aku hanya ingin melihatmu saja, karena belakangan ini kau sibuk. Ini tempat duduk yang paling terlihat dari area dapur duduk dan minum ini!”
Woo Ri : “Apa ini? Aku kesini karena temanku akan membuka tokonya!”
Seung Chul meninggikan suaranya meminta Woo Ri jangan lagi menyebutnya sebagai teman, “Sekali lagi kau anggap aku teman akan kuberi tahu semua orang kalau kita ini suami istri!” (wehehe)
Seung Chul meminta Woo Ri jangan lagi bekerja di kantor penjualan mobil dan perusahaan kosmetik. “Mulai saat ini kau duduk disini saja dan minum minuman segar!”
Woo Ri tertawa mendengarnya, lalu bagaimana ia bisa makan dan hidup. Seung chul mengatakan kalau ia akan memberikan semua penghasilannya. (Wah.....)
Woo Ri merasa Seung Chul lucu, kenapa memberikan semua uang untuknya. Seung Chul tanya kenapa apa Woo Ri tak suka uang.
Seung Chul menatap tajam Woo Ri apa Woo Ri ingin dibelikan pakaian dan tas, “Sejujurnya aku harus waspada padamu. Kepribadianmu itu tak mudah menerima pemberian orang. Siapa dia? Cha Dong Joo? Jang Joon Ha? Akan kuhabisi orang yang membeli barang-barang itu untukmu. Siapa dia? Katakan!”
“Dokter Jang Joon Ha!” jawab Woo Ri. “Kau boleh mengatakan aku gila, tapi dia sangat mirip dengan Kak Ma Roo makanya kuminta dia membelikannya!”
Seung Chul heran Woo Ri yang memintanya. Woo Ri bilang kalau selama 16 tahun ini ia sudah mencari Ma Roo dan tak ketemu, itu membuatnya marah. “Dokter Jang Joon Ha dan Kak Ma Roo sangat mirip, jadi aku memintanya untuk menjadi Kakakku!”
Mata Woo Ri berkaca-kaca, “Aku memintanya untuk menjadi Kakakaku. Aku meminta dia membelikan barang-barang yang ingin kuminta dari Kak Ma Roo. Membeli pakaian, tas, rumah untuk kita, membiayai kuliahku!” Woo Ri mulai menangis, “Dan asuransi kesehatan Nenek!”
Seung Chul mengerti ia menggenggam tangan Woo Ri.
“Tapi dia tak mau menjadi Kakakku!” air mata Woo Ri semakin menetes deras.
Seung Chul : “Bodoh, akan kubelikan semua barang-barang itu. Aku akan bekerja keras dan akan kuberikan semua barang-barang itu. Maka dari itu, tak usah lagi mencari Ma Roo. Memangnya kenapa kalau dia sudah tak ada? Kau sudah cukup waktu bersamanya.”
Woo Ri mengangguk, “Benar. Mulai saat ini aku tak akan mencarinya lagi. Aku tak akan lagi memikirkannya!”
Seung Chul jadi ikut sedih, “Kalau ada lagi yang membuatmu menangis akan kubunuh dia. Bunuh aku!” Seung Chul menawarkan diri karena ia sudah membuat Woo Ri menangis.
Woo Ri tertawa dan Seung Chul tersenyum. Ia meminta Woo Ri pulang karena sudah malam dan wajah Woo Ri sudah penuh dengan air mata. Woo Ri berkata bukankah ia datang kesini untuk membantu seung Chul.
Seung Chul kesal Woo Ri tak menurut padanya, sedikit saja Woo Ri menyentuh pekerjaan. Seung Chul mendekatkan wajahnya ke wajah Woo Ri. “Mati kau!”
Woo Ri memajukan wajahnya dan mendengus, bertemulah hidung dengan hidung. Seung Chul gugup ia langsung berdiri dan meminta Woo Ri cepat pulang dan tidur.
Dong Joo ke rumah Woo Ri, ia melihat suasana rumah sudah sepi dan lampu padam. Dong Joo mengira semuanya sudah tidur.
Joon Ha dan Ny Tae makan es krim berdua. Joon Ha berkata kalau hari ini semua pekerjaannya berantakan, haruskah ia menerima hadiah.
Ny Tae ingin tahu memangnya apanya yang salah. Joon Ha mengatakan kalau Dong Joo sudah sedih karena dirinya. “Katanya mulai saat ini dia yang akan menjadi malaikat pelindungku. Dia sudah dewasa!”
Ny Tae membenarkan, “Kau sudah bekerja keras. Kalau bukan karena kau, aku tak akan berada di sini hari ini. Ini benar!”
Joon Ha penasaran, “Apa sebenarnya yang Ibu suka dariku? Apa yang membuatmu ingin menjadikan aku anakmu? Apa yang menarik dariku?”
Ny Tae : “Bukan daya tarikmu. Kau menjadi anakku, itu adalah takdir. Ketika aku pertama kali melihatmu dulu ketika menerima beasiswa, aku merasa kasihan padamu. Kau yang paling patut dikasihani diantara anak yang lain ketika itu!”
Joon Ha : “Kenapa? Apa karena aku tak mengenal ibuku dan ayahku keterbelakangan mental?”
Ny Tae menggeleng, “Dulu aku tak tahu itu. Tapi dulu kau tampan dan cerdas. Aku sempat melihatmu tersenyum walaupun hanya sekejap. Aku ingin melihatmu terus tersenyum!”
Joon Ha tersenyum, “Aku banyak tersenyum sekarang karena ibu dan Dong Joo!”
“Aku sangat beruntung!” Ucap Ny Tae.
Joon Ha terharu, “Apa aku akan bisa tertawa terus? Bisa kan? Ibu, ada satu hal yang membuatku iri dengan Dong Joo!” Ny Tae tanya apa itu.
Joon Ha : “Bukan apa-apa, kalau kukatakan akan manjatuhkan harga diriku!”
(Huft apa benar ini ucapan dari hati Tae Yeon Suk yang paling dalam... tapi mungkin itu benar adanya ketika ia belum tahu kalau Ma Roo itu anak Choi Jin Chul dan Shin Ae, tapi setelah tahu kenyataannya sanksi deh saya mah....)
Ny Tae menerima telepon di kamar dan bertanya bagamana reaksi Presdir Choi. “Dia mau menangkap Jang Joon Ha? Kalau itu keinginannya aku akan memberikannya hadiah.”
“Tolong katakan padanya (Choi Jin Chul) mengenai kegiatan penjualan saham yang terjadi di perusahaan W invest.”
Woo Ri berjalan menuju rumahnya, ia melihat Dong Joo duduk di tangga jalan dekat rumahnya. Dong Joo tengah memperhatikan ponselnya. Woo Ri tersenyum dan memanggilnya. Dong Joo tak merespon, Woo Ri mengerti dan berjalan mendekat. Dong joo akan menelpon tapi ia ragu.
Dong Joo terkejut ada seseorang yang mendekat, ia mendongakkan kepala dan dilihatnya Woo Ri sudah ada di hadapannya.
Woo Ri tanya kapan Dong Joo sampai seharusnya membari tahu dulu. Dong Joo menengok rumah Woo Ri yang lampunya padam, “Apa kau masih marah?”
Woo Ri menggeleng dan berkata ia bertemu Kak Ma Roo sore tadi. Dong Joo menyadari ternyata Woo Ri sudah tahu Joon Ha itu Ma Roo. Dong Joo minta maaf karena ia tak memberi tahu Woo Ri kalau Joon Ha itu Ma Roo. “Sejak kapan kau tahu? Kau pasti sangat marah padaku!”
Tiba-tiba secepat kilat Woo Ri mencium Dong Joo.
Woo Ri : “Maafkan aku. Walaupun aku menemukan Kakakku, aku tak bisa memberitahumu. Maafkan aku!”
Kini giliran Dong Joo yang langsung menarik dan mencium Woo Ri. Lebih lama dari pada ciumannya Woo Ri tadi.
Dong Joo dan Woo Ri duduk berpelukan di tangga. Dong Joo di belakang dan Woo Ri duduk di depan Dong Joo.
Dong Joo meminta Woo Ri menunggu beberapa saat lagi. Woo ri mengangguk.
Dong Joo : “Apa Kak Ma Roo mau kembali ke rumah?”
Dengan perasaan sedih Woo Ri menggeleng.
Dong Joo kembali bertanya apa Woo Ri tak apa-apa. Woo Ri menguatkan hatinya dan kembali mengangguk.
Dong Joo : “Maafkan aku. Apa yang harus kulakukan? Aku mengambil Kakakmu darimu!”
Dalam hati Woo Ri berkata, “Aku bahkan tak bisa mengucapkan maaf. Kenyataan bahwa Kak Ma Roo adalah anak dari Choi Jin Chul. Aku tak akan memberitahukan pada siapapun. Dengan cara ini, semua orang akan bahagia!”
Joon Ha memandang gambar buatan Young Kyu yang dipasang Dong Joo di aquarium. Dong Joo sampai di rumah dan berdiri berseberangan dengan Kakaknya.
Joon Ha menatap seekor ikan dan bertanya apa nama ikannya.
Dong Joo : Ka Na Da Ra Ma Ba Sa A Za Ca Ka Ta Pa Ha
Joon Ha heran, “Apa? Apa itu nama mereka?”
Dong Joo : “Memangnya kenapa? Orang yang bukan Bong Ma Roo. Orang yang bukan kakak Cha Dong Joo. Jang Joon Ha!”
Joon Ha : “Hari ini kau pasti sibuk sekali. Orang yang bukan adik Bong Ma Roo. Orang yang bukan adik Jang Joon Ha. Cha Dong Joo!”
Dong Joo : “Aku kemarin marah sekali. Orang yang bukan Bong Ma Roo. Orang yang bukan kakak Cha Dong Joo. Jang Joon Ha!”
(wahahaha nyebutin namanya sampe panjang banget hahaha)
Joon Ha akan mengompres Dong Joo tapi Dong Joo menolak dan berkata kalau ia tak apa-apa. Joon Ha meminta Dong Joo melakukannya sendiri.
Dong Joo berkata kalau tiket pesawat ada di atas meja, ia menyuruh kakaknya pergi ke Amerika, “Ini kesempatanmu!”
Joon Ha : “Kau seharusnya menjadi malaikat pelindungku, tapi kenapa malah...”
Dong Joo memotong ucapan kakaknya, “Kalau kau tak suka pecat saja aku. Aku juga tak suka dengan malaikat pelindungku. Aku sudah memecatnya!”
Joon Ha menabok Dong Joo, “Kenapa kau jadi brengsek seperti ini?”
Dong Joo mengeluh matanya sakit dan mengompresnya. Joon Ha melepas kompresannya karena ia ingin bicara dengan Dong Joo, “Bisakah kau melakukannya sendiri?”
Dong Joo mengangguk. Joon Ha kembali bertanya, “Bisakah kau melupakan dendammu dan mengikutiku?”
Dong Joo menggeleng sambil tersenyum.
Joon Ha berkata kalau ia sudah merasa bosan. Dong Joo meminta Kakaknya duluan saja. Ia akan mengikuti dari belakang.
Joon Ha : “Jangan ingkari janjimu dan jangan celaka ha ha ha!”
“Aku tak mengenalmu kotoran semut!” Dong Joo kembali mengompres matanya.
Joon Ha menatap Dong Joo dalam hati ia berkata, “Dong Joo, maafkan aku tak bisa melindungimu lagi!”
Mata Dong Joo terpejam dalam hati ia juga bicara, “Kakak. Kak Joon Ha jaga dirimu!” Dong Joo menitikkan air matanya.
Esok harinya, Dong Joo terbangun dari tidurnya. Ia terkejut tak melihat kakaknya, ia bergegas mencari Joon Ha. Dong Joo membaca pesan yang ditulis Kakaknya dan meminta Dong Joo datang.
Dong Joo menerima telepon dari seseorang.
“Ini kantor Kejaksaan Seoul, kau kenal Jang Joon Ha dari W Invest kan?”
Dong Joo terkejut membaca tulisan yang tertera di layar ponselnya.
Grand Opening kafe milik keluarga Seung Chul terlihat ramai. Young Kyu mengajak ibunya menghadiri pembukaan kafe tersebut, Woo Ri menuntun Neneknya dan meminta Nenek duduk. Nenek masih belum ingat.
Seung Chul dan kedua orang tuanya siap dengan upacara pemotongan pita.
Nenek berseru ia harus menemui tuan muda Young Kyu. Young Kyu melarang, ibunya harus bermain di sini dan makan ayam goreng. “Setelah tidur malam, besok akan tiba dan besok Tuan Muda Young Kyu akan datang!”
(Wahaha ini kan jurusnya Nenek dan Woo Ri untuk mengelabui Young Kyu yang menunggu kepulangannya Ma Roo kekeke)
Woo Ri memuji ayahnya hebat. Young Kyu bekata ketika besok tiba ia akan kembali mengatakan besok.
Paman Lee akan membacakan pidato tapi istrinya berseru kalau tamu-tamu sudah tak sabar menunggu, “Ayo gunting pitanya dan kita makan ayam!”
Seung Chul meminta Woo Ri dan keluarganya berdiri di sampingnya. Woo Ri menolak, Seung Chul langsung memerintahkan anak buahnya untuk menarik woo Ri.
Dan pita pun digunting tanda kafe ayam Seung Chul resmi dibuka, semua tepuk tangan Nenek hanya menatap bingung.
Joon Ha ada diantara orang-orang yang ada di sana. ia menatap sedih keluarganya.
Dong Joo mengendari mobilnya sambil berusaha menghubungi Joon Ha tapi ponsel Joon Ha tak aktif. Dong Joo terlihat sangat cemas.
Dong Joo menepikan mobilnya dan menelepon Min Soo, Ia tanya apa Min Soo bisa menghubungi Joon Ha. Min Soo menjawab tidak bisa, Joon Ha tidak datang dan ada orang kejaksaan di kantor Energy Cell.
Dong Joo keget, “Apa mereka ada di sebelahmu?”
Min Soo bicara sambil berbisik, “Mereka menggeledah meja dan komputer. Mereka mengacak-acak kantor!”
Dong Joo makin cemas tulisan yang tertera di layar tak jelas, ia meminta Min Soo bicara di luar dan beralasan ia tak bisa mendengar suara Min Soo dengan jelas.
Woo Ri, ayahnya dan Nenek duduk bersama makan ayam goreng. Paman Lee meminta ketiganya makan yang banyak. Young Kyu memberikan ayam goreng untuk ibunya. Nenek canggung menerimanya dan berterima kasih. Woo Ri bilang ke ayahnya kalau ia akan membantu Seung Chul.
Woo Ri melihat Joon Ha berdiri tak jauh darinya menatap Nenek dengan tatapan sedih. Melihat itu Woo Ri langsung mengerti, ia mengajak ayahnya untuk membantu Paman Lee di dalam.
Young Kyu tanya bagaimana dengan ibunya. Woo Ri bilang ia akan mengawasi Nenek sambil bekerja. Woo Ri segera menarik ayahnya masuk ke dalam. Joon ha melihat keduanya masuk.
Woo Ri mengantar ayam goreng ke meja-meja. Kemudian ia menatap Nenek yang duduk sendirian di luar.
Seung Chul mengagetkannya, “Orang tua kita ada disini. Hari ini banyak tamu dan makanan. Ayo kita menikah!”
Melihat tingkah putranya, Bibi Lee berseru pada suaminya bagaimana kalau kita pukul kepalanya sampai benjol. (Wakakaka) Woo Ri meminta Seung Chul mengerjakan saja pekerjaan Seung Chul.
Woo Ri menerima telepon dari Dong Joo. Tanpa basa basi Dong Joo langsung bertanya apa Joon Ha ada di tempat Woo Ri. Woo Ri menjawab ya. Dong Joo meminta Woo Ri menahan Joon Ha. Ia akan ke sana karena ini sangat penting.
(ini darurat ga biasanya Dong Joo menelepon sambil nyetir gini. Sambil melihat jalan ia menatap tulisan di layar ponsel)
Woo Ri cemas dan langsung keluar. Young Kyu memperhatikannya.
Nenek membungkus satu ayam goreng, tepat saat itu Joon Ha berdiri di samping Nenek. Nenek kaget dan berkata kalau ia tak mencuri ayam goreng, “Ini untuk Tuan Muda Young Kyu.”
Joon Ha : Nenek?
Nenek : “Aku bukan Nenek-nenek. Kenapa semua orang memanggilku seperti itu?”
Joon Ha sedih, “Apa ini? Kalau kau seperti itu padaku, setelah ini apa? Kalau kau seperti ini aku tak bisa membencimu!”
Young Kyu melongok ke jendela melihat ibunya bersama seorang pria. Young Kyu terkejut melihatnya, ia gemetaran tak percaya dengan yang dilihatnya sekarang.
Dong Joo sampai di kafe Seung Chul ia langsung berlari menghampiri Joon Ha. “Kakak ada masalah, kita harus segera pergi!” Dong Joo terlihat sangat cemas.
Nenek menepuk tangan Joon Ha dan memberikan ayam goreng yang dibungkusnya tadi, Joon Ha menatap haru. Dong Joo tak sabar dan segera menarik Kakaknya untuk segera pergi.
“Cha Dong Joo!” panggil Young Kyu yang sudah berada di luar kafe. Joon Ha berhenti dan menatap ke arah sumber suara.
Ow ow dan keduanya bertemu pandang. Woo Ri kaget melihat ayahnya sudah berada di luar.
Young Kyu langsung sembunyi dibalik Dong Joo, ia marangkul erat tangan Dong Joo. Sambil menangis ia berkata, “Cha Dong Joo. Ma Roo akan malu karena disini banyak orang. Banyak orang disini Ma Roo akan malu!”
“Cha Dong Joo. Tolong aku sekali ini, bawa Ma Roo pulang sekali saja. Bantu aku kali ini. Sekali ini saja bawa dia pulang. Di rumah Ma Roo tak akan merasa malu.”
Woo Ri tak kuasa menahan air mata. Akhirnya ayahnya bertemu dengan Ma Roo yang selama 16 tahun dinanti.
Dong Joo menatap Kakaknya, Joon Ha pun tak kuasa menahan tangisnya.
ow..ow..ow...Poor Joon Ha :'(
ReplyDelete*berharap happy ending buat semuany
Makasih sinopsisny..
Sehat slalu n Fightttiiiiing!!!! ^_^
Sudah seminggu ini saya jadi pembaca setia sinopsis Can you hear my heart.
ReplyDeleteCeritanya bagus. Tokoh yang paling membuat tersentuh adalah Young Kyu. Dia mungkin down sindrom. Tapi dia memiliki kecerdasan natural diatas rata2 orang pada umumnya.
Saya tunggu sinopsis selanjutnya.
SEMANGAAAAAAAAAAAT ^_______^
lanjutttttt
ReplyDeletehuaaaaaaaaa aku jdi ikutan nangis liat ayah wori yg tkut klo maronya akan malu.... hiks..hiks...hiks....
ReplyDeletejdi pnsaran ma klnjutannya...
dtuggu y mbak...
hiks..hiks..hiks.. :(
ReplyDeletetujnal anis onnie.. tujnal..
*eh kebolak*
lanjut anis onnie.. lanjut..
hwaiting..??!
bikin mewek saja nie episode.....
ReplyDeletesebenernya klo dipoling, sebenere yg paling menderita nie sapa?? jon g jon ha kah??
Drama ini Top banget deh akting pemain + ceritanya. Woaa Joon Ha mewek, bikin ikutan banjir air mata. T__________T
ReplyDeletePokoknya drama ini akting pemain dan ceritanya memang daebak banget.
ReplyDeleteJoon Ha oppa bikin banjir air mata, dong joo bikin jatuh hati, youg kyu bikin gemas. Hooaaaa.... suka. sukaaaaa.... ^^
Young Kyu benar-benar mengenal Ma roo huhuhu mengharukaaan :'(
ReplyDeleteso sad, hiks hiks,,, yg terakhir itu loh,,
ReplyDeleteAduh gawat.. sepertinya saya jatuh cinta pada senyum hangat Jang Joon Ha.. tatapannya itu lho.. :DD
ReplyDeletecasting yg tepat, cerita yang padat...
ReplyDeleteGood job yaaaa....
Jadi nyandu neh ngebaca sinopsisnya, keteteran deh kerjaan..., hiks....
Tetep semangat, trus nulis sinops yg laen....!!!
Kerennnnn............
keren..
ReplyDeleteepd ini sedih bgt,jadi terbawa alur ceritanya.
jadi pengen nangis juga.hikshiks...
uwwaaaaaaaaaa...
ReplyDeleteaku beneran mewek baca sinopsis episode yg ini..
hiks hiks..
uwaa...
ReplyDeleteaku beneran mewek baca sinopsis episode yg ini...
hiks hiks TT.TT
hemp.... so sweet buangetzzzz woo ri and dong joo ....
ReplyDelete.episode yg mengharukan.... :)
ceritanya bagus banget
ReplyDelete