Wednesday, 29 February 2012

Sinopsis Feast Of The Gods Episode 1

Title: 신들의 만찬 / Shindeuleui Manchan
Genre: TBA
Episodes: 32
Broadcast network: MBC
Broadcast period: 2012-Feb-04 to 2012-???-??
Air time: Saturday & Sunday 21:50

Cast

Sung Yu Ri as Go Joon Young
- Jung Min Ah as teen Joon Young
Joo Sang Wook as Choi Jae Ha
Lee Sang Woo as Kim Do Yoon
Seo Hyun Jin as Ha In Joo / Song Yeon Woo
- Joo Da Young as teen In Joo

Extended Cast

Jun In Hwa as Sung Do Hee
Kim Bo Yun as Baek Seol Hee
Jung Hye Sun as Sun Noh In
Seo Yi Sook as No Young Shim
Jung Dong Hwan as Ha Young Bum
Park Sang Myun as Im Do Shik
Oh Na Ra as Oh Soo Jin
Kim Young Moo (김영무) as Han Min Shik
Son Hwa Ryung as Kim Shin Young
Park Jung Min as Jang Mi So
Sean Richard as Daniel
Song Min Jung as Jung Da Woon
Park Min Ha (박민하)
Shin Goo (cameo)
Lee Il Hwa (cameo) as Yeon Woo's Mother

Adegan dibuka dengan kompetisi pemilihan ‘Eksecutive Chef’ generasi ke empat untuk restouran makanan khas Korea ‘Arirang’
Dua kandidiat utama Sung Do Hee dan Baek Seol mulai memperlihatkan kemampuannya di depan penonton, Eksecutive Chef ke tiga ‘Guru Sun’ dan para Chef tetua di Arirang yang lain.
Sambil memasak Baek Seol melirik ke arah lawannya yang memasak dengan serius.
Putaran pertama kompetisi selesai (ngiler juga liat makanannya haha)
Di sisi lain, di sebuah sudut restouran Arirang dua anak kecil tangah bermain. Anak laki laki bernama Choi Jae Ha dan anak perempuan bernama Ha In Joo. Jae Ha memainkan harmonika di depan In Joo. In Joo sangat terkesan dengan kemampuan bermain harmonika Jae Ha. In Joo memuji itu sangat merdu. Jae Ha tanya bagaimana bisa terdengar merdu. In Joo menjawab tak tahu, hanya baginya itu terdengar sangat merdu. Jae Ha pun memainkan harmonikanya lagi.

“Itu ibu!” seru In Joo melihat ibunya yang tengah berkompetisi. Jae Ha langsung melongok ke arah yang ditunjukkan In Joo.
Saatnya mencicipi masakan putaran pertama. Masakan yang pertama yang dicicipi adalah milik Sung Do Hee dan berikutnya Baek Seol. Para tetua Arirang (termasuk Guru Sun) mencicipi masakan Sung Do Hee. Mereka tampak tersenyum puas. Tapi raut wajah mereka berubah ketika mereka mencoba mecicipi makasan Baek Seol. Baek Seol cemas bukan main. Sebelum ke putaran kedua dua kandidiat diperbolehkan istirahat selama 30 menit.

Asisten Baek Seol memberi tahu kalau ada telepon untuknya. Baek Seol tanya dari siapa. Asistennya berkata itu telepon dari rumah dari anaknya Baek Seol. Baek Seol tampak terkejut dan segera menerima telepon.
Baek Seol : “Do Yoon ini Ibu!”
Terdengar jerit tangis Do Yoon memanggil ibunya. Baek Seol meminta putranya berhenti menangis dan mengatakan apa yang terjadi di rumah. Sambil terus menangis Do Yoon berkata kalau Hyung-nya mulai bertingkah aneh, ia sangat ketakutan. Baek Seol cemas, “Kakak mulai aneh? Memangnya bagaimana tingkahnya?”
“Aku tak tahu!” tangis Do Yoon duduk sendiri di kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. “Dia mengetuk pintu dari tadi.”

Terlihat dari luar pintu digedor sangat keras. Do Yoon ketakutan dan terus menangis meminta ibunya pulang, “Ibu cepatlah pulang. Aku akan mati!” Baek Seol panik ia berkata pada putranya kalau ia tak bisa pulang sekarang, “Kim Do Yoon berhentilah menangis. Ibu akan segera datang.” Do Yoon terus menangis meraung-raung menutup teleponnya.

Asistennya bertanya apa Baek Seol baik-baik saja. Baek Seol tak menjawab ia malah bertanya dimana Guru Sun sekarang.
Guru Sun bersama tetua Arirang yang lain berkumpul membahas dua kandidat.
“Apa alasannya sehingga kita harus menilai mereka 3 kali?”
“Kita memilih pemilik Arirang, kita harus berhati-hati.” Tegas Guru Sun.
“Eksecutive Chef ke empat bukankah sudah dipilih...”
Baek Seol akan menemui Guru Sun, tanpa sengaja ia mendengar perbincangan ini.
Guru Sun : “Apa kau berpikir begitu?”
“Jujur saja, sulit untuk mengetahui mana yang memiliki bakat lebih. Tapi mengingat tradisi Arirang, Sung Do Hee lebih cocok karena dia adalah putri Kim Hyo Sun!”

Baek Seol berjalan menjauh dengan langkah yang gemetaran setelah mendengar apa yang baru saja dibahas para tetua Arirang. Mereka sudah memilih Eksecitive Chef ke empat Arirang dan mereka tak memilihnya. Ia berpapasan dengan Sung Do Hee, ia terlihat kecewa dan menangis.
“Kau sudah tahu ini kan?” tanya Baek Seol. “Aku Baek Seol. Untuk menjadi Eksecituve Chef ke empat Arirang, aku seperti boneka menyenangkan mereka selama 15 tahun.”
Do Hee mengacuhkannya tapi Baek Seol menahan Do Hee, “Katakan padaku. Selama 15 tahun. Aku mencoba yang terbaik untuk mati di bawah Guru hanya untuk hari ini.”
Do Hee : “Apa kau sudah mencoba yang terbaik untuk mati? Aku melakukannya karena aku senang dengan itu. Saat aku belajar satu persatu hatiku selalu dipenuhi dengan suka cita, selama 15 tahun aku memasak dengan tangan ini.”
Tangan Baek Seol gemetaran.
“Mungkin seperti yang kau katakan, aku akan memenangkan kompetisi hari ini.” Do Hee meraih tangan Baek Seol yang gemetaran, “Bagaimana kau bisa memasak dengan tangan yang gemetaran?”
Baek Seol menatap tajam lawannya, “Sung Do Hee?”
Do Hee : “Gunakan inderamu dan lakukan yang terbaik. Untuk memenangkan kompetisi ini kemenangan yang ditakdirkan untukku tidak menyenangkan!”
Sung Do Hee langsung berlalu, Baek Seol memegang tangannya yang terus gemetaran.
Di sela-sela acara diperlihatkan musik dan tarian tradisional Korea (seperti yang kita tonton di drama-drama Saeguk)
Baek Seol masuk ke dapur tempat penyimpanan bahan masakan untuk kompetisi, ia membawa sesuatu di botol. Ia menuangkan cairan ke wadah tempat ikan yang akan dijadikan sebagai bahan masakan. Setelah cairan itu dimasukkan ikan itu bergerak semakin kuat.
Dan dimulailah putaran ke dua... dengan bahan masakan ikan mas.
Baek Seol mengambil ikan mas yang masih hidup itu tanpa hambatan, tapi lain halnya dengan Sung Do Hee. Ia cukup kesulitan mengangkat ikan mas yang liar. Baek Seol melirik, Do Hee berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat ikan itu.

Guru Sun sedikit terkejut melihat ikan mas Do Hee begitu liar. Do Hee langsung mengambil pisau dan menusuk ikan itu agar tak loncat-loncat kesana kemari. Ketika tusukan kedua tiba-tiba crot... darah segar ikan mas muncrat ke wajahnya. Dan tepat mengenai matanya.
Semua orang yang melihat panik, Do Hee langsung mengelap wajahnya dan pandangannya menjadi kabur ia tak bisa melihat jelas. Do Hee meraba-raba meja tangannya hampir menyentuh pisau ketika tiba-tiba Guru Sun berteriak, “Hentikan!” Do Hee menatap Guru Sun di depannya yang tak jelas dilihat. Guru Sun bertanya apa Do Hee baik-baik saja. Do Hee menjawab tentu saja.
Baek Seol ikut bertanya apa benar Do Hee baik-baik saja, “Apa ada yang salah dengan matamu?” Do Hee menengok kearah Baek Seol, samar-samar ia melihat lawannya itu. Tapi ia berkata tak perlu khawatir ia bisa melihat wajah Baek Seol dengan jelas.
Do Hee memulai kembali tapi sebelumnya ia menutup matanya dulu (mungkin berdoa) meyakinkan hatinya kalau ia sanggup melakukannya walaupun pandangan matanya agak kabur. Do Hee meraba ikan mas dan mulai membersihkan sisiknya. Memisahkan daging dengan durinya. Memotong manjadi beberapa bagian dan juga menggoreng ikan itu dengan pandangan yang pas-pasan (atau bahkan tanpa melihatnya)

Baek Seol kembali melirik lawannya. Ia sendiri pun dalam kondisi yang tidak baik tangan kanannya terus gemetaran, ia tak kuasa memegang pisau. Teringat ucapan Do Hee tadi, “Dengan tangan yang gemetaran bagaimana kau bisa memasak?”
Tangan Baek Seol terus gemetar, ia harus menuangkan minyak ke wajan. Sambil menuangkan minyak ia melirik ke arah Do Hee dan tiba-tiba saja api memercik dari wajannya, tangan kanannya terbakar. Semua panik dan berusaha memadamkan api yang menyala di tangan Baek Seol. Setelah api bisa dipadamkan Baek Seol meminta asistennya untuk menyingkir.
Guru Sun memerintahkan untuk membawa Baek Seol ke rumah sakit. Baek Seol menolak dan berkata kalau ia baik-baik saja tapi tangannya terus gemetaran, ia berusaha mengambil pisau tapi tangannya tak kuat. Ia menjatuhkan pisaunya tanpa sengaja.
Guru Sun : “Apa kau gila? Apa kau akan menggunakan inderamu ketika tanganmu diamputasi?”
“Aku bilang aku baik-baik saja!” bentak Baek Seol. Guru Sun tetap memerintahkan untuk membawa Baek Seol ke rumah sakit. Baek Seol memohon pada Guru Sun agar memberinya kesempatan, ia berkata kalau ia baik-baik saja dan bisa mengatasinya. Tapi Baek Seol tetap dibawa ke rumah sakit.

Guru Sun mengumumkan kalau tak ada kompetisi lain lagi (kompetisi dihentikan) termasuk dari kompetisi pertama dan hasil lainnya.
Tiba saatnya penyerahan gelar Eksecitive Chef ke empat Arirang pada Sung Do Hee. Eksecitive Chef sebelumnya yaitu Guru Sun memberikan lambang Arirang, sebuah medali dengan bandul berbentuk teratai. Guru Sun mengalungkan medali itu ke Do Hee.
Sung Do Hee memberikan sambutannya. Ia berkata kalau ia akan menjaga Arirang dan tradisi masakan Korea sebagai kebanggaan dan budayanya. Ia akan mencoba menjadi yang terbaik dan terus mengikuti jejak Guru Sun. Sung Do Hee menerima tepuk tangan dan rangkaian bunga.
Baek Seol berdiri tak jauh dari sana menyaksikan semuanya, ia tampak kecewa karena bukan dirinya yang berdiri di sana. Dan di kepalanya terselip pita putih.
Teringat ucapan dokter ketika memeriksa tangannya, “Syaraf tangan kananmu rusak bahkan jika kau mendapatkan tranplantasi syaraf pun aku tak bisa memastikan sistem syarafnya akan kembali seperti semula. Menurut pendapatku bahkan setelah waktu berlalu akan sulit bagimu untuk bekerja sebagai koki.”
Baek Seol tampak sedih ia berusaha menguatkan dirinya dan memberikan tepuk tangan pelan untuk Do Hee. Air matanya terus berlinang.
Tiga anak kecil bermain layang-layang, Ha In Joo berlari mengikuti Kakak laki-lakinya (Ha In Hoo) dan Choi Jae Ha yang terus berlari membawa layang-layang meraka. Dan bruk... tiba-tiba In Joo terjatuh. Jae Ha segera membantunya bangun. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Jae Ha. In Joo mengeluh kakinya sakit.
Supaya In Joo tak menangis Jae Ha memberikan permennya. In Joo menerima dan tersenyum pada Jae Ha. Jae Ha mengelus-elus kepala In Joo.
Karena kaki In Joo sakit Jae Ha menggendongnya (huwa anak kecil udah main gendong-gendongan), sambil menggendong Jae Ha menyanyikan sebuah lagu untuk In Joo (Lagunya ada kata Maggie Maggie, ga tahu saya haha)
Do Hee dan Guru Sun melihat kedua bocah ini dari kejauhan, keduanya tersenyum. Do Hee berkata kalau Jae Ha sangat baik terhadap putrinya, tapi In Joo sering mengganggu Jae Ha. Guru Sun menganggap kalau In Joo tak mengganggu Jae Ha. Sejak Jae Ha menjadi anak tunggal tanpa In Joo, dia akan bosan setiap hari. Jika mereka akrab sampai dewasa, In Joo akan datang padanya sebagai pengantin wanita. Kedua wanita ini tertawa.

Guru Sun memandang sekeliling dan kembali bicara, ia mengatakan kalau mulai sekarang situasinya akan lebih sulit dari apa yang telah Do hee lalui sejauh ini dan meminta Do Hee menjaga dengan baik.
Do Hee : “Anda tahu kalau aku tak kompeten, simpanlah dengan baik guru.”
Guru Sun : “Mulai sekarang kau akan menjadi pemilik Arirang. Jangan lupa!”
Guru Sun memberikan sebuah kotak pada Do Hee, “Ini adalah milikmu sekarang!”
Do Hee membukannya, itu sebuah kunci dengan ujung berbentuk menyerupai kupu-kupu. Guru Sun minta maaf ia seharusnya memberikan keduanya pada Do Hee.
Di sebuah ruangan dengan peti kaca terdapat buku resep masakan (mungkin ini resep Arirang) ada dua tempat buku resep tapi hanya ada satu buku, tempat yang satunya kosong (mungkin ini maksud dari Guru Sun ia ingin memberikan kedua buku resep Arirang tapi buku yang satunya entah hilang atau gimana)
Do Hee membuka peti kaca dengan kunci yang baru diterimanya. Ia mengambil buku itu dan bergumam dalam hati, “Jangan khawatir Guru. Aku akan menemukannya, kebenaran rasa dan Arirang. Aku akan melindungi mereka berdua!”

Asisten Do Hee menemuinya dan berkata kalau seorang wanita datang memberikan amplop besar dan mengucapkan selamat untuk Do Hee. Do Hee menerima amplop itu tapi tak ada nama si pengirim.
Di sebuah kapal pesiar di tengah laut (Wah keren syutingnya di tengah laut di kapal pula)
Diperlihatkan sekelompok orang membawakan musik. Si pemain piano adalah suami dari Sung Do Hee bernama Ha Young Bum (ini yang jadi Raja Munjong di The Princess Man terus juga yang jadi Oh Tae Suk di Dong Yi) Sung Do Hee menikmati permainan musik suaminya.
Ha Young Bum berdiri dan meminta izin pada penonton karena ia ingin memberikan tepuk tangan kepada seseorang. Ia memberikan tepuk tangan kepada istrinya, “Selamat atas tercapainya impianmu, kau sudah bekerja keras.” Ha Young Bum memberikan tepuk tangan diikuti penonton yang ada disana. Do Hee merasa tersanjung.
Keduanya duduk bersama putra putri mereka, In Hoo dan In Joo. Mereka semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk In Joo.
Ayah (Ha Young Bum) memberikan hadiah boneka beruang untuk putri tercintanya. In Joo senang menerima hadiah itu. In Hoo memberikan kartu ucapan yang cantik untuk adiknya. In Hoo tanya apa ibunya tak punya hadiah untuk In Joo.
Do Hee langsung mengeluarkan sebuah kotak. Ia mengambil sebuah kalung dengan bandul yang didesain khusus persis seperti lambang Arirang. In Joo senang karena kalung itu persis seperti milik ibunya.

Do Hee berkata pada suaminya kalau ia menaruh harapan pada putrinya. Setelah dirinya, In Joo akan menjadi lebih sukses sebagai pemilik ke lima Arirang.

Do Hee harus kembali ke kamar tapi suaminya meminta jangan pergi karena sekarang hari ulang tahun In Joo. Do Hee berkata ia harus tahu mengenai pekerja lain dan ia juga harus memeriksa jadwal minggu depan banyak yang harus ia kerjakan. In Joo mengerti dengan kesibukan ibunya, ia tak keberatan.

In Hoo mengajak ayah dan adiknya bermain bola. In Joo setuju.
Di sisi lain di tempat yang sama, seorang gadis kecil (Song Yeon Woo) makan bersama ibunya. Yeon Woo diam, ia tak segera memakan sea food yang ada di depannya. Ibunya heran kenapa Yeon Woo tak segera makan. (Kenapa namanya Yeon Woo apa ketularan The Moon That Embraces The Sun-tak apa toh stasiun TV-nya juga sama)

Yeon Woo berkata kalau makanan itu telihat mengerikan (lobster) Ibunya bilang Yeon Woo tak perlu takut karena itu sangat enak. Yeon Woo mencicipi lobster suapan ibunya dan ia merasakan kelezatannya. Ia tersenyum dan memberikan kedua jempolnya.

Yeon Woo tanya apa ibunya hari ini tak menari, bukankah ibunya membutuhkan uang. Ibunya bilang tak apa-apa karena sepanjang hari ini ia akan bersama putrinya. Yeon Woo senang mendengarnya.
Ibu Yeon Woo memandang putrinya dengan tatapan kesedihan. Ia teringat ucapan dokter padanya, “Ini tahap terakhir dari kanker perut. Kanker sudah menyeber ke kelenjar getah bening dan hati. Kau harus bersiap-siap.”

Yeon Woo menatap heran ibunya yang tak segera makan. Ibu Yeon Woo langsung menyantap makanan sambil setengah menangis. Tiba-tiba ia merasakan sakit di perutnya.

Yeon Woo khawatir apa ibunya sakit. Ibu Yeon Woo beralasan kalau ia mabuk laut. Ia pamit pada putrinya akan masuk ke kamar lebih dulu, “Kau bisa makan dan menemukan kamar sendiri kan?” Yeon Woo mengangguk. Ibu Yeon Woo segera pergi dari ruang makan meninggalkan putrinya seorang diri di sana.
In Joo, In Hoo dan ayahnya bermain bola, mereka bertiga tampak senang.

Yeon Woo jalan-jalan seorang diri dan melihat mereka bertiga yang tengah bermain. Yeon Woo tersenyum memandang ketiganya.

Ayah melihat Yeon Woo berdiri dan mengajak bermain bersama. Tapi Yeon Woo diam saja. Ayah mendekati Yeon Woo dan bertanya kenapa sendirian, kalau mau Yeon Woo bisa bermain bersama dengannya. In Joo mengajak Yeon Woo bermain dan Yeon Woo pun ikut bermain bersama mereka. Keempatnya tertawa bersama.
Yeon Woo melihat kalung bagus yang dikenakan In Joo.

Mereka kelelahan dan In Joo kelaparan karena terlalu lama bermain. Yeon Woo sedih karena kebersamaan mereka hanya sampai disini.
“Kau bilang namamu Yeon Woo kan?” Ayah mengajak Yeon Woo makan bersama tapi Yeon Woo menolak ia harus kembali ke ibunya. Ayah mengerti dan berkata pasti orang tua Yeon Woo khawatir.
Dan tinggalah Yeon Woo duduk sendirian di kolam mandi bola. Untuk mengusir kesedihannya ia kembali masuk ke kolam dan bermain bola sendirian tapi itu tak menyenangkan baginya. Ia tertunduk sedih di tengah kolam bola. Yeon Woo melihat kalung milik In Joo diantara bola-bola, ia mengambilnya.
Sung Do Hee berada di kamar. Ia membuka amplop yang ia terima dari seseorang tanpa nama. Amplop itu berisi foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain (hah?) Satu per satu foto itu ia sobek dengan penuh kekesalan.

Tiba-tiba suaminya datang, Do Hee langsung menyembunykan foto itu dibalik selimut.
Do Hee mencoba bersikap sewajarnya dengan bertanya bagaimana anak-anak. Suaminya menjawab kalau mereka tengah makan hamburger dan menawarkan apa istrinya mau. Do Hee mengatakan apakah suaminya pernah melihatnya makan makanan seperti itu, lain kali ia tak akan membiarkan anak-anaknya makan makanan seperti itu lagi.

“Hanya kadang-kadang saja!” sahut Ha Young Bum. “Karena ibunya adalah koki eksekutif Arirang itu tak berarti kita hanya memberi mereka makan makanan Korea.”
Do Hee : “Sayang, apa terjadi sesuatu? Kenapa kau begitu sensitif?”
Young Bum : “Sayang. Kenapa kau begitu tenang?”
Young Bum membuka selimut tempat istrinya menyembunyikan foto-foto dirinya, “Ketika kau melihat foto suamimu bersama wanita lain bagaimana kau bisa begitu tenang?”
Do Hee membereskan foto-foto itu dan berkata pasti seseorang sedang bercanda dan itu hanya foto sampah. Do Hee membuang foto-foto itu ke tempat sampah.
“Itu bukan lelucon!” sahut suaminya. “Dia bukan sampah.” Young Bum memberikan secarik kertas pada istrinya. Do Hee menerima kertas itu dan membacanya ternyata itu surat gugatan cerai.

Do Hee mengerti kemarahan suaminya karena ia berkompetisi. Ia sadar suaminya sudah mengurus anak-anak ketika lelah setelah pulang bekerja dan mulai sekarang ia akan mencoba menjadi istri yang lebih baik lagi.
“Dia seseorang yang pernah bekerja di bar.” sahut Young Bum menjelaskan siapa wanita yang di foto. “Aku akan membayar dengan uang untuk mendapatkan dia agar keluar dari bar. Apa kau ingat? Terakhir kali ketika aku berbohong bahwa temanku terlibat kecelakaan mobil dan ...”
“Hentikan!” teriak Do Hee tak ingin mendengar penjelasan suaminya tentang wanita itu.

Young Bum tersenyum akhirnya Do Hee merespon, “Lebih dari kenyataan bahwa suamimu berselingkuh kau tak bisa mengambil kenyataan bahwa wanita itu bekerja paruh waktu di bar kan? Aku .... tak tahan lagi dengan orang sepertimu.”

“Aku... bagaimana menurutmu perasaanku?” Do Hee mulai emosi. “Apa kau benar sekarang? Kau terlalu kotor, pengecut dan memalukan. Bahwa aku bahkan tak bisa bernafas denganmu. Tapi aku... tak pernah bisa menceraikanmu. Karena urusan sampahmu, aku tak bisa menyerah pada sesuatu yang aku impikan selamanya.”
Young Bum : “Apa itu satu satunya cara untuk mengatakan bahwa kau tak ingin bercerai? Hanya... menempel padaku seperti wanita normal lainnya. Mengatakan kalau kau mencintaiku, bahwa kau membutuhkanku dan kau tak ingin aku pergi.”
“Kalau begitu, apa kau tak akan pergi?” Do Hee berlutut dan memohon karena ia sangat membutuhkan suaminya.
Young Bum : “Apa yang harus aku lakukan. aku tak bisa melakukan itu. Kita akan segera bercerai. Jika kau tak setuju aku akan menuntutmu.”
Do Hee berteriak menangis ia lebih suka mati dari pada bercerai.
Young Bum : “Itu tak akan terjadi, yang kubutuhkan adalah seorang wanita dan seorang istri. Pikirkan baik-baik, sebagai koki eksekutif adalah cara yang terbaik untukmu.”
Young Bum meninggalkan istrinya yang menangis sendirian di kamar.
Ibu Yeon Woo menulis surat di secarik kertas. Sambil menulis ia menatap putrinya yang tertidur pulas. Ibu Yeon Woo menyelipkan surat itu di jaket putrinya, ia menggenggam tangan putri kecilnya penuh kesedihan. Ia memeluk putrinya erat seakan-akan tak ingin meninggalkannya. Ia menangis meratapi putrinya yang akan ia tinggalkan.
In Joo terbangun ia tak melihat ibunya di kamar. Yang ada hanya ayah dan kakaknya yang tertidur pulas. In Joo menggaruk lehernya dan ia pun tersadar kalung pemberian ibunya hilang.
In Joo memberanikan diri keluar kamar mencari ibunya dan betapa terkejutnya In Joo melihat ibunya tak sadarkan diri dengan tangan bersimbah darah. Do Hee mencoba bunuh diri dengan menyayat nadi pergelangan tangan. In Joo mengira ibunya meninggal.
In Joo melihat kondisi ibunya sampai terkencing-kencing. Ia berjalan keluar kamar menangis menyebut ibunya sambil terus membawa boneka beruangnya. In Joo terus menyusuri lorong dan naik ke bagian atas kapal.
Sementara kapal itu sendiri terus bergerak cepat.
Ibu Yeon Woo berada di luar ia minum-minum. In Joo terus naik ia tak memperhatikan tanda larangan naik. Ibu Yeon Woo sudah mengambil keputusan ia bergerak ke tepi kapal berniat terjun. In Joo sampai dimana ibu Yeon Woo berada dan mendekat sambil terus menangis.
In Joo menutup matanya, ia bergerak ke pinggir kapal, “Ibu aku takut!” tangis In Joo. Ibu Yeon Woo menegok ke arah In Joo yang menangis, terbayang dalam benaknya Yeon Woo yang menangis memanggilnya.
Kaki In Joo naik ke pembatas. “Tidak!” teriak Ibu Yeon Woo berlari menggapai In Joo yang sudah hampir terjatuh dan keduanya pun jatuh ke laut bersama.
Seorang pelayan terkejut melihat Sung Do Hee tak sadarkan diri dengan tangan bersimbah darah. Young Bum panik melihat istrinya tak sadarkan diri.

Do Hee berhasil diselamatkan, ia masih tertolong. Tiba-tiba In Hoo datang melapor pada ayahnya berkata kalau In Joo menghilang.
Young Bum mencari In Joo kesana kemari dibantu petugas keamanan. Terdengar samar-samar suara pengumuman orang hilang.

Yeon Woo masih terlelap di kamarnya.
Sung Do Hee yang belum sadarkan diri, samar-samar mendengar pengumuman itu. Ia pun terbangun dan panik putrinya hilang. Ia segera keluar mencari In Joo.

Do Hee bertanya pada suaminya apa yang terjadi dengan In Joo. Young Bum menenangkan istrinya dan berkata kalau ia akan segera menemukan In Joo.
Seorang petugas menemukan sesuatu. Boneka beruang. Mereka bertanya apa boneka itu milik In Joo. Young Bum membenarkan itu boneka putrinya. Do Hee memegang boneka itu dan berkata kalau itu bukan milik putrinya. Ia mengajak suaminya ke kamar siapa tahu In Joo sudah kembali.
Seorang petugas berteriak mereka menemukan sesuatu di atas, bukti kalau seseorang telah jatuh dari sana. Sebuah sobekan kain berenda. Do Hee dan suaminya tambah panik. Young Bum meminta kapal dihentikan.

Do Hee langsung berteriak histeris, “TIDAK!” Ia akan melompati pagar pembatas kapal dan terjun ke laut, “Aku akan menemui In Joo-ku. Itu pilihanku.” Suaminya berkata kalau In Joo baik-baik saja dan istrinya tak harus melakukan ini. Do Hee terus berteriak memanggil nama putrinya kemudian ia sendiri pun ambruk tak sadarkan diri.

Yeon Woo terbangun dan keluar kamar mencari ibunya.
Kapal sampai di pelabuhan. Yeon Woo keluar dari kapal seorang diri. Ia celingukan mencari ibunya. “Ibu. Ibu. Ibu!” panggil Yeon Woo.

Young Bum membawa istrinya ke rumah sakit terdekat. Dua orang polisi menghampirinya. Young Bum bertanya bagaiman hasil pencarian terhadap putrinya. Polisi berkata kalau ia harus menarik kembali anak buahnya, arus laut begitu cepat dan sekarang sudah empat hari, “Jika anda ingin menemukan mayatnya...”
Young Bum marah ia mencengkeram baju si polisi, “Mayatnya? Apa kau melihatnya?”
Polisi mengingatkan kalau Young Bum harus bisa menerima kenyataan. Young Bum sedih, “Dia terlalu muda untuk menyerah seperti ini. Tolong, aku mohon.” Young Bum menangis sedih. Kemudian terdengar olehnya suara ribut-ribut yang berasal dari kamar istrinya. Ia segera ke ruang rawat istrinya.
Do Hee meronta ia ingin pergi mencari putrinya, “Sayang katakan padaku dia tidak meninggal kan?” Young Bum menangis tak bisa menjawab. Istrinya kembali bertanya, “Dia tidak meninggal. Kenapa kau menangis?” Young Bum hanya berkata minta maaf sambil terus menangis. Do Hee langsung lemas, “In Joo-ku apa dia benar-benar meninggal?”

Do Hee mencoba melepaskan diri ia berniat mencari putrinya. Perawat dan suaminya menahan Do Hee. Do Hee kembali berteriak histeris dan ia pun kembali tak sadarkan diri.
Yeon Woo masuk ke sebuah rumah makan di tepi laut. Ibu pemilik rumah makan melihat Yeon Woo datang lagi ke tempatnya. Seorang pria bertanya apa ibu pemilik rumah makan mengenal gadis kecil itu. Ibu itu menjawab Ya sejak beberapa hari yang lalu dia mencari ibunya. Ia membiarkan Yeon Woo tidur ditempatnya.

“Apa kau belum menemukan ibumu?” tanya si ibu. Yeon Woo mengangguk. Ibu itu akan mengantar Yeon Woo ke kantor polisi untuk melapor dan kembali bertanya apa Yeon Woo sudah makan. Yeon Woo hanya menunduk. Si ibu menyuruh Yeon Woo duduk ia akan memberikan makanan untuk Yeon Woo.

Pria itu melihat kalung yang dipakai Yeon Woo, “Anak kecil apa aku bisa melihat kalungmu?” Yeon Woo menggeleng dan menyembunyikan kalung yang dipakainya.
Pria itu penasaran, ia melihat kalung itu lebih dekat dan ternyata emas asli. Muncul niat jahatnya untuk memiliki kalung itu. “Ini milikku!” ucap Yeon Woo kemudian lari meninggalkan rumah makan.
Pria itu mengejar tapi beruntung Yeon Woo berhasil sembunyi. Yeon Woo kembali berlari mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.
Malam hari udara semakin dingin dan Yeon Woo kedinginan. Ia duduk sendiri di kapal nelayan. Ia meratap sedih, “Ibu disini gelap. Aku takut. Ibu cepatlah datang!” Yeon Woo menangis memanggil ibunya.

Do Hee tiba-tiba terbangun karena mendengar anak kecil menangis. Ternyata hari sudah pagi. Ia menduga kalau itu suara putrinya.
Di kapal nelayan Yeon Woo masih tertidur. Pria kemarin berjalan mabuk melintasi kapal dimana Yeon Woo tidur dan oh tidak ia melihat sesosok anak kecil tertidur di kapal. Ia melihat Yeon Woo. Pria itu mendekat, ia melihat sekeliling dan berusaha mengambil kalung itu tanpa membangunkan Yeon Woo.
Yeon Woo terbangun, pria itu mengatakan alasannya ia hanya ingin melihat saja nanti akan dikembalikan. Yeon Woo tak percaya, “Ini milikku.” Pria itu berusaha mengambil paksa dan Yeon Woo menggigit tangan pria itu sekuat-kuatnya. Pria itu berteriak kesakitan dan menarik diri hingga ia terjebur ke laut. Yeon Woo segera lari.
Pria itu mengejar dan Yeon Woo pun terpojok, ia menemui jalan buntu tak ada jalan lagi di depannya. Yeon Woo ketakutan dan menangis. Pria itu tertawa merasa menang. “Ibu ibu ibu!” tangis Yeon Woo keras-keras. Pria itu makin mendekat ke arah Yeon Woo.

Sung Do Hee berlari sambil memanggil nama putrinya. “Ibu...!” tiba-tiba terdengar olehnya tangis anak kecil. Ia mengira itu tangisan In Joo, Do Hee segera mencari sumber suara.

Yeon Woo terus menangis ketakutan, “Ibu Ibu Ibu!” pria itu berusaha melepas kalung yang dipakai Yeon Woo. Yeon Woo hanya bisa menangis pasrah.

Pria itu melihat Do Hee datang, “Apa itu benar-benar ibumu?” Ia tak jadi mengambil kalung dan segera pergi. Yeon Woo masih menangis.
Do Hee langsung berhambur memeluk Yeon Woo, “In Joo.. In Joo.. In Joo apa kau takut?” Do Hee mengira kalau Yeon Woo itu putrinya.
Sambil menangis Yeon Woo berkata kalau Do Hee bukan ibunya. “In Joo ada apa denganmu aku ibumu. Lihat ini, ini sama dengan medaliku.” Do Hee memperlihatkan kalung yang dipakai Yeon Woo. Yeon Woo menggeleng. Do Hee minta maaf karena ia terlambat dan kembali memeluk Yeon Woo.

Ha Young Bum menyusul istrinya, ia melihat istrinya bersama anak kecil. “Sayang apa yang kau lakukan? anak ini... siapa dia?” Melihat tingkah istrinya yang seperti itu Young Bum mengeraskan suaranya meminta istrinya sadar.
Yeon Woo masih menangis, “Aku bukan In Joo aku Yeon Woo. Bibi, kau bukan ibuku!”
Do Hee : “In Joo apa yang salah denganmu aku ini ibumu. Kenapa kau seperti ini?”
Young Bum hanya bisa menangis melihat kondisi istrinya yang mengenali anak lain sebagai In Joo.
Do Hee tertidur memeluk Yeon Woo yang juga terlelap. Keduanya satu ranjang di rumah sakit. Young Bum menatap keduanya, ia membaca surat yang ditinggalkan Ibu Yeon Woo.
“Namanya Song Yeon Woo usianya 5 tahun. Aku tak tahu siapa kau, tapi ketika kau menemukan surat ini aku mungkin tak ada disini, di dunia ini. Tolong rawat dia. Dari surga, kebaikan ini aku tak akan melupakannya!”
Polisi kembali menemui Young Bum dan melaporkan anak buahnya sudah ditarik mundur dari lokasi artinya pencarian terhadap In Joo dihetikan. Polisi minta maaf. Young Bum memaklumi itu, ia beranggpan mungkin putrinya hidup disuatu tempat. Ia kemudian bertanya pernahkah polisi menemukan tubuh lain yang jatuh di laut.

“Apa anda sudah mendengarnya?” tanya polisi. Young Bum sedikit terkejut. Polisi berkata kalau mereka menemukan mayat wanita kira-kira berusia 30-an tahun dan telah dikonfirmasi kalau wanita itu dalam pelayaran yang sama dengan Young Bum. Mereka berfikir kalau wanita itu bunuh diri.

Polisi menambahkan kalau ada seorang gadis kecil yang terdaftar dengan wanita itu dan mereka tengah mencari gadis kecil itu, “Apa anda mengenalnya?” Young Bum menjawab kalau ia tak mengenalnya dan berterima kasih atas kerja keras polisi.
Young Bum kembali ke kamar dan memandang Yeon Woo yang tertidur pulas dalam pelukan istrinya, “Kau juga kehilangan ibumu? Kita terikat dalam takdir yang aneh, bukankah begitu?” Young Bum mulai menangis, “Tapi Paman.. putri paman itu aku sangat merindukannya!”
Yeon Woo dibawa pulang ke rumah keluarga Ha. Do Hee mengantar Yeon Woo ke kamar In Joo. Yeon Woo terlihat bingung, “Ini bukan kamarku, aku ingin melihat ibuku. Bawa aku ke ibuku!” Do Hee khawatir mendengarnya, “In Joo apa yang salah? Sayang, kenapa In Joo kita jadi seperti ini?”

Young Bum meminta istrinya tak perlu cemas, dia pasti masih terkejut. Young Bum menyuruh istrinya membawakan jus untuk Yeon Woo. Do Hee mengerti dan segera ke dapur.
Setelah istrinya pergi Young Bum berbicara dengan Yeon Woo, “Apa namamu Song Yeon Woo?” Yeon Woo mengangguk.
Young Bum : “Yeon Woo, ibumu pergi ke tempat yang sangat jauh. Jadi sekarang kau harus hidup dengan Paman!”
Yeon Woo menolak ia ingin ke ibunya.
Young Bum : “Kemana kau akan pergi? Sekarang ini adalah kamarmu. Tempat tidur, boneka dan buku. Ini semua milikmu.”
Yeon Woo melihat sekeliling, kamar yang bagus dan boneka yang banyak. “Semuanya?”
Young Bum : “Tentu saja. Aku akan memberikan semuanya untukmu. Mulai sekarang... kau bukan Song Yeon Woo tapi kau Ha In Joo. Apa yang kukatakan apa kau mengerti?”
Ha Young Bum memeluk Yeon Woo, “1 Maret 1990 putriku In Joo kembali setelah 4 hari.”
Yeon Woo masih tampak bingung.


Note :
1. Feast Of The Gods menggantikan jadwal tayang Hooray For Love yang sudah berakhir masa tayangnya dan sebelumnya merupakan jadwal tayang dari drama Can You Hear My heart setiap sabtu dan minggu.
2. Tertarik dengan drama ini bukan karena pemeran utamanya tapi lebih tertarik karena ada Tante Jun In Hwa (Ibunya Ma Jun di Bread Love and Dream) dan terutama juga genre drama ini lebih ke drama keluarga karena itu favorit saya.
3. Akting anak-anaknya membuat saya kepincut terutama untuk Episode 1 Song Yeon Woo benar-benar bagus. Akting sedih dan nangisnya dapet banget....
4. Previewnya bisa dibaca di My Short Obsession dan untuk episode selanjutnya belum tahu kapan di post mudah-mudahan secepatnya. Kemungkinan nanti saya akan mengganti nama Yeon Woo menjadi In Joo.

17 comments:

  1. Akhirnya,, keluar juga nih episode 1 nya,,,
    setuju sama Anis,, suka banget sama aktingnya Yeon Woo kecil,,, Ekspresinya dapet banget,,,

    Eh iya Nis,, aku mw bikin Review episode 1,2 dan 3 nya boleh ya,, nanti aku link juga ke sinopsisnya di blog-mu...

    Tetap semangat lanjut sinopsisnya ya,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangkaaaaa......??!
      semangat kaka-kakaa...
      '\(^o^)/'
      seneng deh liat yg kompak2 kaya gini ~,~

      hwaiting yah mba anis en mba irfa... ^^

      Delete
  2. @Irfa : sok atuh Fa... episode 2 kayaknya setelah CYHMH 23 ini baru dapet setengahnya...


    @Mimu : Iya nih kompakan lagi duet hahaha...

    ReplyDelete
  3. kak,lanjutidrama the musical'a dong..
    plisss

    ReplyDelete
  4. kak,lanjuti drama THE MUSICAL nya dong..
    aq suka ma drama'a..
    plissss :)

    ReplyDelete
  5. hidup Feast of the Gods,, keren banget drama ini,, tiap episode nya gak bikin bosen,,, Lee Sang Woo dan Joo Sang Wook dah muncul di episode 3,, susah harus mihak siapa,, dua-duanya kawai,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahaha... ngakak liat tingkah Joo sang Wook di episode 3 ga nyangka jauh banget ga kayak di Thorn Birds haha... ahhh Lee Sang Woo suit suit....

      sebel sama Yeon Woo alias in joo palsu bikin saya gedek... pengen lanjut episode 4 tapi english sub... huhuhu....

      Delete
    2. huhuhu....
      cm bisa gigit jari liad koment kalian b2,,,
      udah bolak balik lapak tapi belom ada jg nih DVD ampe sekarang,,,
      huhuhu... T.T

      Delete
    3. drama ini masih airing mimu,, jadi pasti DVDnya belum ada di lapak,, minggu depan baru mw tayang episode 11-12 nya, totalnya 32 episode kayaknya masih lama beredar di lapaknya,, baca aja sinopsis buatan Anis dulu,, nanti baru nonton setelah tamatnya hehehe,,

      Delete
    4. oia mimu lupa bilang, klo lapak langganan mimu selalu up date alias waloupun masih airing ato stngah jalan udah ada bajakannya ;)

      waktu CYHMH udah ada 10 eps pertama tp CYHMH masih blm tamat,slanjutnya baru nunggu tamat baru ada sisa DVDnya..
      klo hooray mimu dapat wktu slesai ep 28, jd ga musti nunggu dramanya kelar baru bs liad bajakannya..
      jadi berharap FOTG jg udah ad stngah eps nya
      hehe,,
      jd bs ikut cuap2 bareng deh ;)

      Delete
    5. wah,, canggih ung,, lapak langganannya mimu,, kalo di bandung mah kagak ada yang kayak gitu,, semuanya nunggu tamat dulu,, walo ada sih beberapa drama yang udah ada DVDnya pas baru setengah tayang,, tapi biasanya drama yang banyak nyari aja,,

      sip deh,, kalo udah bisa cuap-cuap bareng,,

      Delete
    6. keren euy Mimu lapak langganannya...

      ditempatku mah yang ada tuh biasanya yang udah tayang di TV, kalau pun ada yang baru ya yang baru tamat di Korea-nya itu pun kadang aku pesen dulu....

      Delete
  6. uwaahhhh,,ad jg ea nie FOTG,,dlu susah xarix akhrx ad dsni,,gomawoo^^

    ReplyDelete
  7. mata ku sudah kemut2 baca sinopsis can you hear my heart, baca sinopsis nie baru dpt setghnya, setghnya dibaca besok....

    ReplyDelete
  8. Setelah menyelesaikan baca The moon and the sun,,, sepertinya tertarik baca drama ini,,,, episodenya banyak sekali,,,, :(.... downloadnya,, lumayan tuh....
    tapi kalau acaranya masak2,,, jadi inget jewel in the palace,,,,

    ReplyDelete
  9. semangat ya mba anis... lumayan banyak episode nya.. hhhheeee

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.