Sunday 26 February 2012

Sinopsis Can You Hear My Heart Episode 22 Part 2

Ny Tae berada di ruangan Presdir menerima laporan dari Sekertaris Kim. Sek Kim memberitahukan kalau Presdir Choi sudah membatalkan semua janji-janjinya dan menghabiskan waktu bersama Jang Joon Ha. Ny Tae mengerti anak yang hilang selama 30 tahun mereka perlu mengenal agar lebih dekat.
Sek Kim bertanya real estate yang diberikan kepada Jang Joon Ha apa keadaannya tetap seperti itu. Ny Tae menjawab walaupun dengan sedikit penyesalan tapi ia akan menunggu sampai Dong Joo marah. Ketika saat itu tiba maka permainan Dong Joo akan berakhir. Ketika hubungan Joon Ha dan Dong Joo berantakan permainan akan berakhir lebih cepat.
Woo Ri membawa banyak makanan dalam plastik, ponselnya berdering, Joon Ha meneleponnya.
“Apa kau mendengar suaraku?” tanya Joon Ha.
Woo Ri tak mendengar jelas, “Halo?”

Joon Ha menjauhkan ponselnya. Kemudian ia tersenyum dan kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.
Woo Ri : Kakak?
Joon Ha : “Bukankah merdu? Itu suara laut.”
Woo Ri : “Kak Ma Roo?”
Joon Ha : “Siapa Ma Roo yang kau sebut itu. Aku Jang Joon Ha.”
Woo Ri meminta Joon Ha jangan bercanda. Joon Ha tanya dimana Woo Ri. Woo Ri menjawab kalau sekarang ia berada di kantor. Joon Ha langsung memasang wajah tak suka mendengar Woo Ri ada di kantor, “Apa kau bersama Dong Joo?”
Woo Ri mengira Joon Ha ingin bicara dengan Dong Joo. Tapi Joon Ha meminta Woo Ri jangan memberikan teleponnya pada Dong Joo, “Aku hanya ingin mendengar suaramu.”

Woo Ri berdiri di luar pintu ruangan Dong Joo menatap Dong Joo yang masih sibuk dengan laptop-nya. Woo Ri berkata kalau Dong Joo sangat mengkhawatirkan Joon Ha, “Dia tak mengizinkanku pulang hanya karena menunggumu meneleponku.”

Joon Ha bertanya apa Woo Ri mau ke tempatnya. Woo Ri menjawab ia tak bisa pergi sendiri. Ia akan datang bersama Dong Joo. Joon Ha menegaskan kalau ia hanya ingin menemui Woo Ri.
Woo Ri heran kenapa Joon Ha jadi seperti ini. Ia mengajak bertemu dan berbaikan dengan Dong Joo. Ia tak peduli siapa anak siapa. “Ayolah kita bertemu bertiga!”
“Bong Woo Ri aku hanya ingin bertemu denganmu!” ucap Joon Ha mulai kesal dan membanting ponselnya.
Woo Ri berusaha menghubungi Joon Ha. Dong Joo melihatnya dan langsung keluar. Woo Ri panik dan langsung memutus teleponnya.

Woo Ri memperlihatkan barang bawaannya. Melihat itu Dong Joo tersenyum dan meminta Woo Ri menjadi sekertarisnya mulai dari sekarang. Woo Ri kaget dengan permintaan Dong Joo. Dong Joo mengatakan kalau ia menyukai kebersamaannya dengan Woo ri.
Dong Joo membuka bungkusan makanan yang dibawa Woo Ri.
Woo Ri yang masih kesal karena Joon Ha memutus telepon sembarangan ia pun berkata, “Si bodoh Jang Joon Ha. Kedua orang yang disukainya ada di sini. Kuharap dia juga kelaparan.”
Dong Joo tak memperhatikan apa yang dikatakan Woo Ri. Woo Ri langsung terdiam menatap Dong Joo. Dong Joo melihat Woo Ri yang terus menatapnya, “Kau lihat apa?”
“Apa aku tak boleh melihatmu?” ucap Woo Ri judes.
Dong Joo heran dengan bahasa informal Woo Ri dan bertanya berapa usia Woo Ri.
Woo Ri : “Aku 25 tahun. Kenapa?”
Dong Joo : “Aku 29 tahun!”
Woo Ri tertawa meminta Dong Joo jangan sok tua dengan membicarakan usia.
Dong Joo memperhatikan pakaian yang dikenakan Woo Ri, “Kenapa seleramu seperti itu?”
Pluk... Woo Ri langsung menyumpal mulut Dong Joo dengan makanaan, “Maafkan aku untuk orang yang lebih tua 4 tahun dari Bong Woo Ri.”
Dong Joo tertawa dan bertanya Joon Ha tak keluyuran kemana-mana kan. Woo Ri langsung cemberut, “Kau ini kenapa menanyakan pertanyaan bodoh. Kau terikat dengannya kan?”
Dong Joo kembali heran kenapa Woo Ri bicara menggunakan bahasa informal dengannya. Dong Joo langung menyumpal mulut Woo Ri dengan makanan sama seperti yang dilakukan Woo Ri ke Dong Joo tadi. Woo Ri kesal.
Dong Joo : “Mulut itu hanya untuk memainkan pianika dan makan!”
Woo Ri teringat sesuatu, ia langsung bergerak maju ke arah Dong Joo memonyongkan mulutnya. Dong Joo sontak mundur sampai terpojok ke dinding.
Dan cup.... Woo Ri mencium Dong Joo dengan cepat, “Memangnya aku tak boleh bicara informal.” Dong Joo tersenyum dan mengelus rambut Woo Ri.
Keesokan harinya, Dong Joo bertanya ke Min Soo apa sudah di cek persediaan di pabrik Pocheon. Min Soo menjawab kalau ia berencana akan mengeceknya sendiri ke sana. Dong Joo mengajak pergi bersama karena ia juga akan mengambil anggaran peralatannya.

Dong Joo melihat Woo Ri yang sangat sibuk, kedua berpandangan dan saling melempar senyum. Sadar kalau ia diperhatikan Min Soo, Woo Ri langsung bersikap biasa-biasa saja. Dong Joo melirik ke Min Soo dan ia pun bersikap sewajarnya. Ia berjalan mendekat ke arah Woo Ri.
“Apa kau tak melihat sms ku?” tanya Dong Joo. Woo Ri berkata kalau ia sibuk dan belum sempat melihatnya.
Dong Joo : “Kakak tak menghubungi, apa kau juga akan seperti itu?” (semalem Joon Ha menelepon kok)
Woo Ri memiliki keakinan kalau Kakaknya itu mungkin akan segera menelepon.
Dong Joo : “Wow tegas sekali.”
Woo Ri : “Aku sudah menunggu selama 16 tahun, tak ada yang lebih penting. Aku tak khawatir dia akan datang atau tidak, jadi kerja keraslah.”
Woo Ri akan pergi tapi Dong Joo menahannya dan berkata kalau ia akan mengajak Woo Ri makan di luar.

“Bos...” panggil salah satu pegawai. Woo Ri mendengar pegawai itu memanggil Dong Joo, “Kau orang terkenal. ke sanalah!”
Dong Joo menengok ke arah yang Woo Ri tunjukan, pegawai itu memberi hormat. Dong Joo mengingatkan kalau ia akan ke pabrik dan hari ini Woo Ri tak boleh bekerja sendiri. Dong Joo segera menghampiri pegawai itu.
Min Soo menatap heran ke dua orang ini. Ia pun memberanikan diri bertanya pada Woo Ri, “Adik. Jadi dia bukan Jang Joon Ha?”
Woo Ri tak menjawab dan beruntung Na Mi Sook hadir diantara keduanya. Woo Ri tanya ke Mi Sook apa pijatnya sudah selesai karena mereka masih memiliki banyak waktu. Mi Sook menjawab ternyata selesainya lebih cepat, “Aku bisa pulang bersamamu dan memberimu instruksi secara 4 mata.”

Woo Ri menolak ia ingin belajarnya di kantor saja karena di rumah sedang ada banyak masalah.
Mi Sook kesal mendengarnya, “Lupakan saja!” bentak Mi Sook. “Kau tak memenuhi syarat sebagai agen kecantikan. Kau kurang punya visi (pandangan kedepan) awas kau!” bentak Mi Sook lagi.

Woo Ri heran dengan sikap Mi Sook yang tiba-tiba marah padanya. Ia akan menyusul Mi Sook tapi Min Soo menahannya, “Adik aku ingin bicara denganmu!”
Tepat saat itu ponsel Woo Ri berdering. Min Soo penasaran siapa yang menelepon dan ia pun ikut melirik. Jang Joon Ha yang menelepon. Min Soo segera menjauh sambil tersenyum ia menghampiri Dong Joo yang tengah berbincang dengan pegawai.
“Sekarang kau baru menjawab teleponku!” ucap Joon Ha. Woo Ri beralasan kalau ia sangat sibuk dan bertanya dimana Joon Ha.
Joon Ha ingin bertemu Woo Ri tapi ia berpesan Woo Ri tak boleh mengatakannya pada Dong Joo.
Woo Ri melihat Dong Joo yang tengah berdiskusi dengan pegawai, “Kakak kau dimana?” Woo Ri berbicara menjauh dari sana.
Min Soo menepuk Dong Joo, “Bos. Joon Ha pasti sangat menyukai Woo Ri. Dia tak menelepon kita tapi malah menelepon Woo Ri!” Min Soo berkata kalau Woo Ri tengah menerima telepon dari Joon Ha.

Joon Ha berada di halaman rumah menyiapkan makanan untuk makan malamnya dengan Woo Ri. Daging panggang.
Woo Ri sampai di sana, Joon Ha tersenyum menyambut kedatangan Woo Ri dan mengatakan kalau ia sudah mengirim orang di halte bus, apa Woo Ri tak melihat orang itu.
Woo Ri melihat sekeliling dan bertanya apa yang dilakukan Joon Ha disini. Joon Ha tersenyum, “Pesta!” jawabnya.
Joon Ha menuangkan minuman untuk Woo Ri dan berkata kalau minuman ini (sampagne) enak diminum ketika dingin.
Woo Ri tak menyentuh minuman itu dan bertanya apa Joon Ha punya soju karena menurutnya minum soju lebih enak. Joon Ha mengerti ia minta pada anak buahnya untuk membawakan soju. Joon Ha ingin tahu apa lagi yang diinginkan Woo Ri.
Woo Ri menatap tajam, “Apa ini alasanmu memanggilku?”
Joon Ha : “Ya. Mulai sekarang kau harus terbiasa dengan ini. Sekarang aku bukan kakakmu Bong Ma Roo. Juga bukan kakak Cha Dong Joo, Jang Joon Ha. Ini hal terbaru bagiku. Aku menjalani hidupku yang ketiga diusia 30 tahun.”
Woo Ri : “Apa tak ada lagi yang ingin Kakak katakan?”
Joon Ha : “Kenapa? Ini sikapku dari awal!”
Woo Ri mendesah, “Kalau tahu kau akan begini aku tadi tak akan ke sini.”

Woo Ri berdiri berniat pergi tapi Joon Ha menyuruhnya untuk duduk kembali. Woo Ri merasa bersyukur karena Joon Ha masih beruntung dan baik-baik saja.
Woo Ri berjalan pergi tapi Joon Ha menahannya, “Apakah aku mengambil posisi orang lain? Dia mungkin musuh besarmu, tapi Choi Jin Chul adalah Ayahku. Setelah 16 tahun aku bertemu Ayahku. Aku ingin melihat semua yang sebelumnya tak pernah kulihat. Aku ingin hidup seperti seharusnya aku hidup. Apa aku salah?”

Woo Ri menggeleng, “Hiduplah seperti yang Kakak mau. Selama Kakak senang lakukanlah. Tapi posisimu membuatku tak nyaman. Orang yang mengkhawatirkan kakak lebih dari pekerjaannya mungkin juga akan terluka. Aku harus kembali pada Cha Dong Joo. Aku akan mengatakan padanya bahwa Kakakku sudah hidup nyaman dan dia seharusnya tak perlu khawatir. Hiduplah dengan baik!”
Woo Ri kembali berjalan pergi dari sana. Joon Ha meminta Woo Ri berhenti dan menahan Woo Ri, “Apa hanya ada Cha Dong Joo? Hanya Cha Dong Joo kah yang kau pikirkan ketika kau sedang sulit?”

Woo Ri : “Benar. Karena aku polos dan tak begitu pintar. Aku tak suka orang yang rumit seperti dirimu. Ketika dia kesulitan dia menghadapinya. Ketika dia sedih dia menangis. ‘Kakak, kakak, kak Joon Ha’ (ucapan kekhawatiran Dong Joo) Aku lebih nyaman bersama Cha Dong Joo yang mengkhawatirkan Kakaknya. Seperti Ayah dan Cha Dong Joo. Aku lebih suka dengan si bodoh yang tak Kakak sukai. Kakakku, aku melihatnya sebagai orang yang jahat. Bukan karena aku tak menyukainya. Tapi karena dia pengecut yang suka melarikan diri!”

Woo Ri meminta Joon Ha jangan mengejarnya lagi. Ia langsung pergi dari sana, Joon Ha menatap kepergian Woo Ri dengan kesedihan sekaligus kekesalan. Dari jauh Dong Joo memperhatikannya.
Joon Ha masuk ke rumah dan terkejut melihat Dong Joo sudah ada di dalam rumah sambil memainkan bola base ball. Dong Joo melempar sarung tangan base ball ke arah Joon Ha dan mengajaknya bermain.

Joon Ha ingin tahu apa Dong Joo datang bersama Woo Ri. Dong Joo menjawab tidak, ia mengikuti Woo Ri. Dong Joo mengajak Joon Ha keluar untuk bermain kemudian bicara setelah Kakaknya lelah.
Joon Ha : “Apa kau mau aku berkata jujur? Apa hebatnya kau, Cha Dong Joo? Berlagak lurus dan jujur. Kau pasti suka membodohi orang banyak. Karena kau berlaku seperti itu, tidak berarti kau hidup seperti itu. Kenapa hanya aku yang menjadi orang jahat?”
Joon Ha mengeraskan suaranya, “Kenapa kau jadi orang baik padahal kau lebih banyak berbohong?”

Dong Joo sadar Joon ha sekarang marah padanya, “Meninggalkan ibu. Aku ingin mendengar darimu, katakan dengan benar. Apa kau tahu? Karena kau sudah mengajarkanku. Aku tak bisa mengetahui segalanya hanya sekedar membaca gerakan bibir, lihat matanya. Aku bisa mengerti ekspresimu tapi aku tak melihat apa yang akan kau katakan sebenarnya. Aku tak tahu bagaimana di depan orang-orang tapi aku tak pernah berpura-pura padamu. Meninggalkan ibu, aku bertanya padamu. Apa salahku padamu?”
Joon Ha meminta Dong Joo memperhatikan baik-baik ucapannya, “Kesalahanmu padaku adalah kau menjadi anak Tae Yeon Suk. Aku hidup seperti ini selama 16 tahun karena aku anak Choi Jin Chul. Kau juga menyukaiku. Belajar hidup dengan membenci tanpa alasan.”

Dong Joo : “Kenapa kau harus seperti itu? Kakak, tidakkah ini tak adil? Mulai sekarang kau akan membenciku karena aku anak Tae Yeon Suk dan apa aku juga harus membenci anak Choi Jin Chul?”
Dong Joo mengatakan seharusnya mereka tak melakukan itu, ia akan maju menyentuh Joon Ha tapi Joon Ha langsung mundur menghindar.

Joon Ha : “Tak perlu kita lakukan? kenapa tak boleh? Apa kau akan mengatakan yang sama kalau kuambil segalanya darimu?”
Dong Joo : Kakak?
Joon Ha : “Aku membencimu. Tidak. Itu tidak akan terjadi. Aku.... karena aku akan mengambil semua milikmu!”
Woo Ri duduk di kamarnya memandang ponsel, ia ragu apakah ia harus menghubungi Dong Joo.
Nenek masuk ke kamar Woo Ri dan heran kapan Woo Ri sampai di rumah. Ia bertanya apa Woo Ri sudah makan. Woo Ri menjawab tentu saja, apa Nenek tak mencium aroma daging di bajunya. Karena ia tadi makan daging. (Lha kan ga jadi makan dagingnya)
Woo Ri makan dengan lahapnya, Nenek menemani Woo Ri makan dan mengingatkan kalau Woo Ri makan seperti itu nanti sakit perut. Woo Ri berkata kalau ia lebih suka makan masakan buatan Nenek dari pada makan daging.
Nenek berpesan Woo Ri jangan terlalu bernafsu mencari uang karena itu akan membuat Woo Ri akan cepat tua. Woo Ri berjanji setelah ia gajian, ia akan mengajak Nenek ke salon.

“Ibumu paling bagus kalau kerja di salon!” sahut Nenek. “Kau bekerja di kantor dan wajahmu jadi penuh warna.”
Woo Ri : “Benar. Kenapa aku tak mengikuti jejaknya dan bekarja dengan tanganku.”
Woo Ri tanya apa Neneknya menyimpan alkohol. Bisakah kita minum segelas saja (Wah ini anak malah ngajak Nenek minum)
Nenek : “Gadis gila. Apa bagusnya itu? jangan minum alkohol?”
Woo Ri tanya kenapa. Ia kemudian membuka lemari dapur untuk mencari minuman yang disembunyikan Nenek tapi Woo Ri tak menemukannya.
Nenek langsung mengambil minuman simpanannya di bawah lemari dapur. Woo Ri heran dan bertanya apa secara sembunyi-sembunyi Nenek masih minum alkohol.

Nenek meminta Woo Ri jangan berisik nanti Young Kyu bangun, “Supaya mengantuk aku harus minum satu atau dua gelas. Yang terakhir aku takut, aku takut katika aku terbangun lalu tak mengingat siapapun. Aku selalu takut kalau tak bisa tidur. Satu teguk akan membuatmu tidur nyenyak!” Nenek memberikannya pada Woo Ri sambil tersenyum.

Woo Ri mengatakan kalau Nenek itu sebenarnya pintar, “Aku melihat Bibi Shin Ae. Aku tahu dia tak sepintar kau. Itulah sebabnya kau membesarkanku dan Ayah. Mencari uang di pasar, menyekolahkanku, memberiku makan dan pakaian. Karena jasa-jasamu, kapan aku bisa mengembalikannya? Nenek kau harus hidup lebih lama sampai semua jasa-jasamu bisa kukembalikan.”
Nenek : “Benar, kembalikan semuanya. Tapi itulah sebabnya aku kehilangan semuanya!”
Woo Ri menggoda Nenek, “Benarkah seperti itu. Kalau begitu ayo kita minum.”
Nenek : “Gadis gila. Kalau sampai aku kehilangan ingatanku kau yang bertanggung jawab!”
Woo Ri : “Benar. Benar. Benar. Ini semua tanggung jawabku. Makanya minumlah dan lupakan semuanya.”
Keduanya tertawa bersama.
Dong Joo ke rumah Woo Ri. Ia berdiri di depan dan menatap lantai 2 yang lampunya masih menyala. Ia mengambil ponsel berniat menelepon Woo Ri, tapi niat itu ia urungkan setelah ia melihat lampu rumah Woo Ri dimatikan.
Joon Ha minum sendirian di rumahnya. Ia terkejut mendengar seseorang membuka pintu. Shin Ae datang. Shin Ae minta Joon Ha menuangkan minuman untuknya juga.

Joon Ha marah pada penjaga apa tak ada orang. Shin Ae berkata Joon Ha tak perlu menyeretnya keluar karena ia pasti akan datang lagi. “Kau hidup seperti ini karena aku. Bukankah tak adil jika kau mengusirku?”
Penjaga datang, Shin Ae menyuruh mereka untuk keluar karena ia ibunya.

Joon Ha tertawa dan menyuruh penjaga menyeret Shin Ae keluar, “Kau tahu kalau dunia ini tak adil? Ada yang lahir dengan kasih sayang kedua orang tuanya. Ada yang lahir karena kesalahan dan dibuang oleh orang tuanya. Seperti inilah kita hidup, karena itu jangan berpikir ini tak adil.”
Shin Ae : “Tidak Ma Roo. Pikiranmu salah. Aku tak menelantarkanmu. Kalau aku menelantarkanmu aku akan mengirimu ke rumah yatim piatu. Bukankah kau kukirimkan ke ibuku? Aku berniat kembali kalau sudah punya uang. Aku hanya meninggalkanmu sebentar. Kau tahu kan? Aku pernah datang menjemputmu. Waktu itu usiamu sekitar 14 tahun. Tapi perempuan jahat itu Tae Yeon Suk.....”

“Ah aku ingat!” sahut Joon Ha. “Waktu itu juga kau menolakku!”
Shin Ae : “Kapan? bukankah kau yang meninggalkan rumah?”
Joon Ha menatap tajam Shin Ae, “Kim Shin Ae-ssi kenapa kau seperti ini? Aku mencarimu kemana-mana. Apa kau kenal aku? Pernahkah kau bertemu denganku? Aku tinggal di Amerika, bagaimana aku bisa mengenalmu? Betapa frustasinya.”

Joon Ha mengulang semua yang dikatakan Shin Ae dulu sewaktu ia mengambil berkas beasisiwa dan bertemu Shin Ae untuk pertama kalinya (Episode 2)
Joon Ha : “Itu kata-katamu pertama kali kau bertemu denganku di rumah Choi Jin Chul.”
Shin Ae terkejut mendengarnya. Joon Ha memberi kode pada penjaga untuk membawa Shin Ae keluar.
Penjaga mengerti tapi Shin Ae langsung berlutut memohon pada Joon Ha, “Tidak Ma Roo aku tak bermaksud seperti itu. Percayalah padaku. Di dunia ini mana ada seorang ibu yang menelantarkan anaknya. Aku juga hidup, tapi seakan-akan aku sudah mati!”
“Kalau begitu matilah!” sahut Joon Ha dingin sambil meminum minumannya.
Shin Ae tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Joon Ha. Ia sudah hampir menangis, “Anak durhaka. Beraninya kau bicara seperti itu pada Ibu kandungmu. Kau itu manusia atau bukan?”
Joon Ha : “Yang melahirkanku saja bukan manusia, bagaimana aku bisa menjadi manusia?”

Shin Ae berdiri menatap marah, “Baiklah. Kau seperti ini karena Choi Jin Chul. Kalau aku membuka mulutku kalian berdua akan sengsara. Kau dan ayahmu, Cha Dong Joo akan mengambil semua milikmu!”
Joon Ha tak tahan mendengar ocehan Shin Ae. Ia mulai membentak dan mengancam awas saja kalau Shin Ae menghalangi jalannya.
Dong Joo datang ke pabrik Energy Cell tapi suasana pabrik sepi tak ada aktifitas pekerjaan. Dong Joo menemui pegawai yang datang dan bertanya dimana pegawai yang lain. Pegawai itu menjawab kalau ia tidak tahu karena ketika ia datang para pegawai sudah tak ada.

Min Soo berkata kalau mereka semua mematikan mesin dan bukankah Ny Tae pemilik pabrik ini. Dong Joo meminta pegawai itu menghubungi semua pegawai pabrik yang lain untuk kembali bekerja. Kim Bi jadi khawatir bagaimana kalau nanti timbul masalah. Dong Joo meyakinkan kalau ia yang akan bertanggung jawab.
Joon Ha tiba di kantor Woo Kyung dengan sikap dinginnya, ia berpapasan dengan Woo Ri. Joon Ha tak memandangnya, ia berjalan berlalu begitu saja.
Mi Sook melihat kecemasan Woo Ri dan meminta Woo Ri menutup mata saja, “Orang itu tak ada hubungannya denganmu.”
Joon Ha sampai di kantor Energy Cell. Semua staf Energy Cell sibuk.
Park Dae Ri mengatakan pada rekannya kalau pabrik di Pucheon masih bekerja dan ketika ia berbalik badan ia terkejut melihat Joon Ha ada di sana. “Dokter Jang aku mengkhawatirkanmu apa kau baik-baik saja?”

Joon Ha meminta anak buahnya membawa dokumen-dokumen ke ruangannya (what ruangannya?) Joon Ha langsung masuk ke ruangan. Park Dae Ri menyahut kalau Bos-nya tak datang.
Anak buah Joon Ha meminta laporan anggaran selam 6 bulan ini. Park Dae Ri terkejut dengan permintaan itu ia langsung menghubungi Dong Joo.
Dong Joo menerima telepon dan mengatakan kalau itu informasi rahasia dan tak boleh dibaca Joon Ha.
Park Dae Ri : “Dokter Jang Joon Ha bilang dia bertanggung jawab. Bagaimana aku bisa menolak perintahnya?”
Joon Ha sudah berada di dalam ruangan pimpinan (ruangan Dong Joo)

“Katakan saja kalau kau tak berwenanag mengeluarkan laporan!” sahut Dong Joo kesal. Min Soo memperhatikan Dong Joo yang berbicara menatap ponsel.
Dong Joo kembali berkata, “katakan padanya tanpa izin dari Cha Dong Joo kau tak bisa memberikannya!” Dong Joo menutup teleponnya.
Min Soo menghampiri Dong Joo dan berkata kalau Manajer Pabriknya ada. Apa Dong Joo mau bertemu dengannya. Dong Joo menjawab sudah tak perlu lagi, “Yakinkan saja agar dia tak lagi mengganggu jalannya kegiatan pabrik karena aku tak tahu apa yang akan dia lakukan.”
Dong Joo segera berlalu. Min Soo berteriak, “Untuk promosi tahap kedua berapa banyak yang akan kita keluarkan?” Min Soo kesal seharusnya sebelum Dong Joo pergi paling tidak Dong Joo membuat keputusan dulu.
Na Mi Sook melatih anak buahnya mengoleskan lotion dan memijat tangan, “Sebelum latihan facial kau harus berlatih merasakan dengan tanganmu. Fokus pada rasa yang kau rasakan dengan sentuhanmu. Lakukan dengan lembut. Dengan ibu jari kuat dan lemah.”
Woo Ri tak konsentrasi tangan kawannya yang tengah ia pijat terlepas dari pegangan tangannya. Ia langsung berdiri dan berkata kalau ia tak bisa melakukan ini. Mi Sook meminta Woo Ri untuk duduk kembali.
Woo Ri : Manajer?
Mi Sook : “Ini hal yang perlu kau lakukan. Kuberi kau peringatan sebagai seseorang yang mirip ibumu. Duduk!”
Woo Ri minta maaf dan langsung keluar dari ruangan.
Woo Ri menuju ke kantor Energy Cell. Ia terkejut melihat Joon Ha duduk santai di kursi Dong Joo sambil memeriksa berkas. Woo Ri langsung masuk ke ruangan.
Woo Ri : Ada apa ini?
Joon Ha berkata kalau ia mengambil alih posisi Dong Joo, ia juga mengajak Woo Ri makan malam bersama karena ia ingin diberi selamat oleh Woo Ri.
“Apa Cha Dong Joo tahu?” Woo Ri mengajak Joon Ha bicara di luar, “Jangan seperti ini kalau pemiliknya tak di sini.”
Joon Ha : “Kenapa ruangan ini tak ada pemiliknya? Sekarang aku pemiliknya.”
Woo Ri tampak marah, “Kak Ma Roo?
Joon Ha mengingatkan bukankah mereka sudah sepakat kalau Ma Roo sudah tak ada lagi.
Dong Joo tiba-tiba masuk ke ruangan, ia meminta Woo Ri menunggu di luar karena ada yang ingin ia katakan pada Joon Ha. Tapi Joon Ha meminta Woo Ri jangan keluar, “Aku tak tahu tapi Woo Ri butuh seorang Kakak.”
Woo Ri dan Dong Joo terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Joon Ha.
Joon Ha menatap Woo Ri, “Kalau begitu aku akan bicara sebagai seorang Kakak.” Joon Ha menyentuh bahu Woo Ri, “Jangan menemui Cha Dong Joo lagi. kenapa jangan dia? nanti kau juga akan tahu.”

Woo Ri menyingkirkan tangan Joon Ha dari bahunya, “Kau tak perlu berlagak sebagai Kakakku. Kalau kau tak mau menjadi Bong Ma Roo atau Jang Joon Ha, kau juga bukan apa-apa bagiku dan jangan lagi memberiku perintah!”
Joon Ha terkejut mendengarnya, kemudian ia menerima telepon dan berkata kalau ia akan keluar sekarang.

Sebelum keluar Joon Ha mengingatkan Dong Joo kalau ia akan mulai bekerja besok menggantikan posisi Dong Joo. Ia meminta supaya Dong Joo mengemasi barang-barang Dong Joo yang masih ada di ruangan. Joon Ha langsung keluar ruangan.
Woo Ri mencemaskan Dong Joo. Dong Joo langsung bergegas keluar menyusul Joon Ha.

Joon Ha dan Presdir Choi berjalan bersama, Dong Joo mengejarnya. “Kakak!” panggil Dong Joo. Semuanya menengok kecuali Joon Ha.
Dong Joo : “Aku tak mau bertengkar denganmu. Janganlah berbuat sesuatu yang akan kita sesali kemudian hari. Aku juga menahan diri untuk melakukan sesuatu!”
Joon Ha berkata tapi tak menatap Dong Joo, “Kau menahannya? Bukankah itu artinya kau takut kalah denganku?”
Dong Joo diam ia tak mengetahui apa yang baru saja diucapkan Joon Ha.
Joon Ha berbalik menatap Dong Joo, “Kenapa kau tak menjawab?”
(Argh.... Joon Ha teganya dirimu, Dong Joo kan ga tahu apa yang dikau bilang..)
Dong Joo menatap heran karena ia tak tahu apa yang Joon Ha katakan.
Joon Ha : “Tak bisakah kau mendengarnya?”
Joon Ha maju mendekat pada Dong Joo, “Haruskah kukatakan sekali lagi?”
Mata Dong Joo berkaca-kaca, “Jang Joon Ha. Kau tak perlu mengatakan itu. Kata-kata itu, aku tak tahu kalau itu akan menjadi kesedihan.”
Joon Ha tertawa sinis, “Benar. Lalu kali ini kau kuberi tahu.”
Dong Joo : “Benar. Lakukan apa maumu!”
Dong Joo sudah hampir menangis, “Kakak. Kak Joon Ha!” Air mata Dong Joo menetes. “Menangis karena kau, ini adalah yang terakhir kalinya.” Dong Joo berusaha tersenyum tapi air matanya terus mengalir deras.
Dong Joo berbalik badan dan pergi dengan perasaan yang sedih.

12 comments:

  1. makasih...te2p semangat...

    oia skalian curhat q dah dpt dvdny...

    tp lum nonton..Dtunggu sinopsis selanjutny..

    Fighttttiiiing!!! :D

    ReplyDelete
  2. wah sambenx selamat menonton ya... dijamin deh ga bakalan nyesel beli DVD nya hehe....

    ReplyDelete
  3. Semangat Anis lanjutkan Sinopsisnya,,

    Ya ampyun,, Kim Jae Won putih banget ya di drama ini,,
    kok pas nontonnya aku nggak ngeh ya?

    Nonton drama ini gara-gara penasaran sama aktingnya Hwang Jung Eum pasangan Joo Sang Wook di Giant,, tapi banyak di skip pas nontonnya,, soalnya penasaran pengen cepet selese,,

    Jadi tau cerita lengkapnya deh setelah baca sinopsisnya di blog Anis.

    ReplyDelete
  4. aku nyari kemana-mana ternyata nemu disini.makasih dah nulis sinopsisnya...ceritanya bgs,aku suka drama ky gini..tulisan mba anis jg bgs,slm kenal ya bwt penulisnya,ditunggu lanjutanya...;-);-)

    ReplyDelete
  5. G nyesel beli dvdny tpi keseeeeeeeellll ma gambar yg g bgus ma sub yg ngeselin...hiks.. *abaikan


    So te2p dlanjut n semangat bikin sinopsisny *hbis nton q mampir ksni..hehehe

    ReplyDelete
  6. @Irfa : pulang dari wamil dia makin bening... dirimu nontonnya di DVD yang 30 in 1 ya? pantesan aja butek hahaha....

    @Rara : salam kenal juga Rara.. tetap tunggu kelanjutannya ya...

    @sambenx : mungkin DVD nya sama kayak Irfa 30 in 1 jadi gambarnya butek trus sub nya pasti google translate ya jadi berantakan....

    ReplyDelete
  7. enggak kok.. aku beli dvd yang banyakya... yang 4 apa 5 disc gitu.. lupa coz udah lama sih nontonnya...
    mungkin karena terlalu sering di skip.. jadi ga ngeh kali ya...

    ReplyDelete
  8. @Irfa : Oh kirain beli yang 30 in 1. Nontonya bertahap Bu, 1 episode demi 1 episode hehe...

    ReplyDelete
  9. Q jg g.isinya 4 disc og...hmmm mungkin kopiaanny kurang bgus...ya dahlah abaikan...he2
    Makany eoni te2p semangat y... q slalu sabar nunggu klajutanny..
    Kamsahamida^^

    ReplyDelete
  10. aku jg beli yg 5 DVD, tp face-nya jae won bening tuh ga butek.. hehe
    *missi, ikut nimbrung yaa..*
    :p

    ReplyDelete
  11. uhhhhhhhhh sedih banget liat si dong joo....

    tetep lanjutin ya 'semangat'

    ReplyDelete
  12. Jon Ha :"yang melahirkanku saja bukan manusia,bagaimana aku bisa menjadi manusi?

    berarti jon ha itu langsung turun dari bawah pohon pisang

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.