Malam
harinya Ji won melihat di internet berbagai macam perabotan. Tapi sepertinya ia
belum menemukan yang cocok hehe, ia pun duduk di depan cermin membersihkan
wajahnya.
Ji
won melihat pantulan dirinya di cermin. “Pernikahan atau perkawainan? Apa yang membuatmu
gugup?” Tanya bayangan Ji won di cermin. “Dia sudah ada di sisimu selama 6 tahun.”
Ji
won menolah memandang foto ayahnya. Matanya berkaca-kaca, “seandainya saja ayah
ada disini.”
Ji
won mengambil boneka kaca sinterklas, ia mengocok-ngocok hingga butiran putih
mengelilingi sinterklas di dalam bola tu. Ji won tiba-tiba merasakan matanya
ngantuk. Ia pun terlelap dimeja riasnya.
Ji
won bermimpi dirinya berada di depan ruangan di rumah sakit. Ia membaca tulisan
di depan pintu. Kim Seon Goo, itu nama ayahnya.
Ji
won melihat dari luar, seorang pria terbaring lemah dan seorang wanita yang
menangis di sisi pria itu. Ji won melihat kalau wanita yang menangis itu
dirinya yang berada di samping ayahnya.
Tiba-tiba
Ji won terbangun dan bingung, kenapa dirinya bermimpi seperti itu.
Ibu
masuk ke kamar Ji won ingin menanyakan sesuatu tapi ketika melihat putrinya
terdiam bingung ia heran, apa Ji won baru saja tertidur. Ji won menjawab pelan,
entahlah, ia mengira kalau tadi itu hanya mimpi.
Ibu
melihat bermacam-macam majalah mode yang isinya gaun pengantin. Ibu menilai
kalau Ji won akan membuat pernikahan ini besar-besaran.
Karena
mimpinya tadi Ji won bertanya pada ibunya apa ayah dulu dirawat dilantai 7. Ibu
heran kenapa tiba-tiba Ji won membicarakan itu, apa Ji won sengaja ingin tahu
dirinya terkena dementia atau tidak. Ibu mengatakan kalau ayah dirawat di
lantai 11, ia tak akan pernah lupa akan hal itu.
Ibu
merasakan lututnya sakit dan berpesan agar besok Ji won membawa payung. Ia meminta
putrinya untuk tidur tepat waktu.
Ji
won heran dengan mimpinya tadi, ia kembali menatap bola kaca sinterklas milik
ayahnya.
Keesokan
harinya Ji won menerima telepon dari Iluso wedding yang mengatakan kalau Ji won
memenangkan undian. Pegawai Iluso mengatakan kalau program undian ini dilakukan
untuk pertama kalinya di Iluso. Pihak iluso sudah memilih salah satu dari yang
melakukan konsultasi dan terpilihlah pemenangnya itu Ji won. Dan sang pemenang
berhak mendapatkan paket pernikahan VVIP.
JI
Won kini berada di Iluso usai menerima voucher hadiah. Ia yang masih tak
percaya membuka hadiah voucher VVIP nya. Ia girang bukan main karena pernikahan
impiannya akan terlaksana. Ia pun bertanya-tanya apa ini karena mimpi itu. Ji
won berterima kasih pada ayahnya.
Lee
Joon Ki baru saja sampai di iluso dan teringat pertanyaannya pada Ji won, apa Ji won akan menikah di iluso.
Ia tampak tersenyum.
“4378!”
sahut suara seseorang mengagetkan Joon ki.
Itu
Ji won yang menyapa Joon ki dengan menyebut nomor plat mobilnya. Joon ki
terlihat bingung bertemu Ji Won. Ji won sekali lagi mengatakan kalau mobilnya
itu 4378, ia heran apa Joon ki sedang tak bekerja. Joon ki langsung menjawab
kalau ia sedang bekerja. Melihat Joon ki yang tak merespon pelanggan iluso
dengan baik, ia menyarankan agar Joon ki harus lebih banyak belajar lagi. Ia
melihat kalau Joon ki kurang profesional.
Joon
ki yang tak tahu dimana mobil Ji won celingukan di luar. Ia pun bertanya berapa
nomor plat mobil Ji won tadi. Ji won kembali mengatakannya lagi, 4378. Ia pun
tak mengomeli Joon ki karena ia memiliki hari keberuntungan di hari ini, jadi
ia akan bersikap baik.
Petugas
parkir melihat keberadaan Joon ki, ia akan mendekat untuk memberi salam dan
mungkin menanyakan keperluan. Tapi Joon ki memberi isyarat pada petugas parkir itu
jangan mendekat padanya. Ia juga memberi isyarat ke petugas parkir untuk
sembunyi.
Ketika
Ji won sedang menelpon seseorang dan tak melihat ke arah Joon ki, Joon ki
segera sembunyi menyusul petugas parkir. Petugas parkir menyebut Joon ki
sebagai pimpian. Joon ki meminta petugas parkir diam dan bertanya dimana mobil
4378.
Joon
ki datang dengan mobil Ji won. Ji won berterima kasih dan memberikan tip parkir
pada Joon ki. Tapi Joon ki menolak dan mengajak Ji won pergi bersamanya karena
jam kerjanya sudah selesai. Ia bersedia menyetir untuk Ji won
Ji
won menatap curiga, jangan-jangan Joon ki mau bolos kerja. Joon ki meyakinkan kalau
ia akan pergi ke stasiun Nambu, ia melihat kartu nama Ji won dan tempat itu tak
jauh dari kantor Ji won jadi lebih baik pergi bersama saja.
Keduanya
pun pergi bersama, Ji won menghitung jumlah nol di buku Iluso. Ada 4 nol, 10rb
dollar, ia menilai itu harga yang gila, apa tempat tidurnya terpisah dengan
harga semahal itu. Ia menoleh ke Joon ki dan berkata kalau saja mimpi Joon ki menjadi
tempat tidur jadi kenyataan maka ia tak perlu khawatir.
“Suratmu
lagu TVXQ kan?” Tebak Ji won
Joon
ki tersenyum membenarkan. “Hug!” ucapnya mengucapkan judul lagu yang dimaksud.
Ji won tersenyum menilai Joon ki benar-benar tidak kreatif. Ji won pun
menyenandungkan lagu yang dimaksud.
Joon
ki melihat foto Ji won bersama Seung wook yang terpasang disana. Ia melihat ke
belakang melalui spion dan mendapatkan ide.
Joon
ki bertanya kalau seandainya Ji won terlambat sampai kantor, kira-kira apa yang
akan terjadi. Ji won berkata kalau ia akan dimaki atau mungkin dipecat. Ia
sangat benci jika dimaki.
Mobil
di belakang Joon ki tiba-tiba berada tepat di belakang dan tepat saat itu Joon
ki ngerem mendadak dan sengaja membuat
tangannya menahan setir agar sedikit terluka. Hmmm seperti sesuatu yang
disengaja, sengaja ditabrak dari belakang gitu.
Ji
won khawatir apa Joon ki tak apa-apa. Joon ki tampak menahan sakit, “tidak, aku
sama sekali tak baik.”
Ji
won mengantar Joon ki ke rumah sakit. Ia menilai kalau Joon ki tak akan bisa
hidup kalau menjadi supir dan Joon ki beruntung karena biaya rumah sakit
ditanggung asuransi. Ia yang khawatir bertanya apa hanya lengan Joon ki saja
yang terluka.
“Jika
kau khawatir lakukan ini saja!” Joon ki meraih tangan Ji won supaya menyentuh
keningnya.
Ji
won mendorong kepala Joon ki, “Hei apa kau ini kena flu? Kenapa bisa demam?” Ia
merasa kalau Joon ki pasti sedang ngelantur dan menebak kepala Joon ki pasti
juga terbentur.
Joon
ki balik bertanya apa Ji won baik-baik saja. Ji won berkata kalau ia baik hanya
saja lehernya terasa kaku. Ia meminta Joon ki menunggu di ruangan ini karena ia
harus menelpon Seung wook.
Ji
won akan keluar ruangan tapi Joon ki menahan tangannya. Suasana pun jadi
canggung. Joon ki segera melepas pegangan tangannya. “Aku mungkin akan
bertambah parah jika kau pergi.”
Ji
won meminta Joon ki jangan bepura-pura. Joon ki minta maaf karena sudah membuat
Ji won mendapat masalah. Ji won berkata kalau ini bukan kesalahan Joon ki
karena yang namanya kebaikan selalu datang dengan keburukan. Ji won pun keluar
ruangan.
Ji
won menelepon kantor dan berjanji kalau ia akan menyelesaikan laporannya besok.
Ia akan tetap di rumah sakit sampai temannya sembuh.
Ji
won menerima pesan singkat dari Joon ki, -HUG [love]-
Ji
won menyadari kalau ia tak sebaiknya selalu bersama Joon ki, ia pun mengirim
sms pada Joon ki.
-aku
harus pergi, ada pekerjaan yang harus kulakukan. Jaga dirimu. Maaf ya Joon ki-
Joon
ki menghela nafas, “dasar tidak kreatif.” ucapnya menyayangkan sikap dirinya
yang kurang kreatif hehehe.
Jiwon
lembur di kantor sendirian. Ia merasakan lehernya kaku. Ia menoleh menatap foto
dirinya bersama Seung wook. Tepat saat itu ada telepon masuk dari Seung wook.
Seung
wook berkata kalau ia baru saja ingat Ji won kekenyangan karena rumput laut. Ji
won heran kalau tak ada hal penting yang mau disampaikan lebih baik tutup saja
teleponnya karena ia sedang sibuk.
Kini
Seung wook yang heran ada apa dengan Ji won, “hei jangan memaksakan diri
bekerja untuk pernikahan. Biarkan mengalir saja....”
Ji
won kesal Seung wook bicara begitu lagi, “aku sudah bilang berhenti mengatakan
itu. Apa aku memohon agar kau menikahiku? ada apa denganmu?” Omel Ji won dengan
suara keras.
Seung
wook semakin heran dengan kemarahan Ji won yang tiba-tiba, “kenapa kau sensitif
sekali? Aku hanya ingin bilang jaga kesehatanmu.”
“Aku
tak menjaga kesehatan karena ada di kantor. Sudah, tutup.” ucap ji won galak.
“Kalau
begitu berhentilah bekerja. Berhentilah.” Ucap Seung wook lembut. “Kau harus
membesarkan anak begitu kita menikah, kau sudah tak muda lagi.”
“Aku
tahu,” sahut Ji won dengan suara pelan. Ia berjanji begitu Ji Young lulus
sekolah dan mendapatkan pekerjaan ia akan berhenti tapi sekarang ia harus
bekerja. Ia pun menutup teleponnya.
Ji
won melihat keluar jendela, hujan turun deras. Ia mengeluh membenarkan
perkataan ibunya bahwa hari ini turun hujan ditambah lagi ia meninggalkan
payungnya di mobil.
Ji
won berdiri di luar gedung kantornya tapi tak bisa pulang karena hujan yang
deras. Ia akan menelepon seseorang tapi tiba-tiba sebuah payung datang
memayungi dirinya.
Ji
won yang terkejut menoleh ke samping dan tambah terkejut melihat orang itu
adalah Joon ki. Joon ki meminta Ji won menganggap bantuannya ini sebagai
layanan mobil. Bukankah ini perencanaan kecelakaan yang bagus.
Ji
won penasaran dengan tangan Joon ki yang terluka dan memegangnya. Joon ki mengaduh
kesakitan. Tapi ia kemudian tertawa kalau mereka (pihak rumah sakit) tak bisa
merawat luka palsu.
Ji
won berkata kalau ia bisa naik taksi. Tapi Joon ki melarang, “hei bukankah
langit sudah memberiku alasan.”
Ji
won terdiam menatap Joon ki.
Ditatap
seperti itu membuat Joon ki gugup, “Ayolah, kau membuatku malu.” Seru Joon ki.
Keduanya
berjalan di payung yang sama dibawah guyuran hujan deras. Ketika akan menyebrang
jalan, Ji won melihat baju Joon ki basah terkena air hujan. “Kau seharusnya
membiarkan saja aku jalan sendiri.”
“Apa
aku boleh mendekat?” tanya Joon ki karena jaraknya dengan Ji won terlalu jauh
untuk dua orang yang berada dalam satu payung.
Ji
won berkata kalau sekarang dingin dan Joon ki basah. Joon ki menganggap kalau
ucapan Ji won itu membolehkannya berada lebih dekat dengan Ji won. Ia pun merangkul
Ji won agar lebih dekat padanya. Ji won terkejut dengan apa yang Joon ki
lakukan, tapi ia diam saja walaupun terkesan kurang nyaman. Joon ki berterima
kasih karena ji won tak bertanya kenapa dirinya datang.
Ji
won berkata kalau banyak sekali waktu yang sudah berlalu, ia sendiri sudah lupa
apa arti dirinya bagi Joon ki. “Aku seharusnya tak banyak tersenyum padamu.”
Joon
ki pun menyadari kalau ucapan Ji won ini sebagai bentuk Ji won akan
menghindarinya kembali.
Ketika
Ji won akan mengatakan sesuatu, Joon ki melihat ada mobil yang melintas
kencang. Ia pun sesegera mungkin menghalangi tubuh Ji won agar tak terkena
cipratan air.
Joon
ki menatap Ji won lekat-lekat, “aku tak akan minta maaf. Ini bukan kesalahan.”
Joon ki mengecup bibir Ji won.
Ji
won terkejut dengan ciuman yang tiba-tiba itu. Ia berusaha segera menguasai
dirinya, “Kau tak perlu minta maaf. Aku terlalu tua untuk membaca hal seperti
ini.”
Joon
ki : “Noona...?”
Ji
won menegaskan kalau ia akan segera menikah.
Joon
ki : “Segera? Itu artinya belum.”
Ji
won berkata kalau Joon ki pun tahu bahwa dirinya dengan Joon ki itu hal yang
tak mungkin. Tapi Joon ki menegaskan bahwa hatinya mengatakan kalau yang ia
lakukan ini benar. Ji won tak tahu lagi harus mengatakan apa untuk menjelaskannya
pada Joon ki.
Joon
ki menggenggam tangan Ji won memberikan payung pada Ji won. Setelah itu ia mundur beberapa langkah membiarkan dirinya
basah terkena siraman air hujan. “Kau tak bisa mendekat ke sini kan? Kau hanya
perlu mendekat sejauh ini.”
Tahu
kalau Ji won tak akan mendekat padanya, Joon Ki menyadari bahwa inilah
penolakan Ji won padanya. Joon ki memberi tahu kalau ia meninggalkan mobil Ji
won di tempat parkir. Ia meminta Ji won pulang naik mobil karena jika tidak ji
won akan terkena flu.
Ji
won berada di parkiran di depan mobilnya, memikirkan apa yang ia ucapkan pada Joon
ki dan apa yang Joon ki ucapkan padanya tadi.
Han
Seung wook sampai di rumahnya dengan langkah lunglai. Terdengar bel pintu
rumahnya bunyi. “Ini aku,” terdengar suara Ji won yang menekan bel.
Seung
wook membuka pintu dan menyindir apa Ji won lupa kode pintu rumahnya.
Tiba-tiba
Ji won memeluk Seung wook dari belakang, “hari ini aku ingin kau membukakan
pintu untukku.”
Seung
wook bertanya apa terjadi sesuatu kenapa Ji won tiba-tiba seperti ini. Ji won
menjawab tak ada, hanya saja belakangan ini ia sangat merindukan ayahnya.
Ji
won memberi tahu Seung wook kalau keduanya
akan menikah di Iluso dengan paket pernikahan VVIP. Tapi sepertinya Seung wook
tak setuju. Ji won meyakinkan kalau keduanya tinggal menikah saja disana karena
ia memenangkan sebuah undian.
“Apa
kau benar-benar ingin menikah disana? Meskipun aku tak mau?” ucap Seung wook
dengan tatapan dingin.
Ji
won berkata kalau ia mau, jadi apa sulitnya. “Langit memberiku keberuntungan,
kita tinggal...”
Seung
wook tanya, “untuk apa? Aku? Atau untuk undian itu?”
Ji
won tak mengerti dengan sikap Seung wook, “aku wanita yang akan menikah denganmu.
Ini pernikahan yang kuinginkan. Hari yang paling berharga dalam hidupku.” ia
berusaha untuk tak membebani Seung wook, lalu keberuntungan ini tiba-tiba
datang padanya.
Seng
wook menyarankan kalau begitu menikah ditempat lain saja, Ji won boleh
melakukan apapun yang Ji won sukai tapi jangan di Iluso. Ji won semakin tak
mengerti sebenarnya apa masalanya. Seung wook tak mengatakan alasannya.
“Apa
kau mencintaiku?” tanya Ji won.
Seung
wook diam berdiri membelakangi Ji won, ia tak menjawab pertanyaan Ji won.
Ji
Won mulai emosi, “apa kau tak dengar? Apa kau mencintaiku?” ucapnya dengan mata
berkaca-kaca. “Apa kau...”
Seung
wook berbalik menatap tajam dan berkata, “aku sudah bilang pada diriku sendiri
ratusan kali bahwa aku memutuskan untuk hidup dengan seorang wanita sepanjang
hidupku dan menafkahi wanta itu. Apapun yang terjadi padaku, apapun yang
terjadi pada wanita itu, wanita ini untuk selamanya. Untukku, itulah
pernikahan. Cinta? Berhentilah bertingkah!”
Ji
won tak menyangka dan kecewa dengan ucapan Seung wook, “bertingkah? Apa itu
yang kulakukan? Bertingkah?” Dengan perasaan sedih Ji won berkata, “aku lega
kita tak menikah lebih awal. Beruntung melihat kita berakhir seperti ini.”
Dengan
suara pelan Seung wook meminta Ji won jangan bicara seperti itu. Ji won yang
kecewa berkata memangnya ia bilang apa, apa ia meminta banyak hal pada Seung
wook. Gedung pernikahan, perabotan rumah tangga, atau cinderamata pernikahan. “Baik,
kita tak perlu itu. Tapi jika itu masalahnya kau tak seharusnya menilaiku
seperti itu. Ini bukan karena aku ingin pernikahan yang megah, apa kau tak
mengenalku? Aku berusaha keras untuk bisa hidup denganmu. Untuk menikah
denganmu dan membuat ini berhasil.”
Air
mata Ji won menetes, “memegang tanganku, memelukku, mencintaiku. Tak bisakah
kau melakukan itu?”
Seung
wook yang hatinya sedih pun berkata, jangan melakukan itu. Itu tak akan
memperbaiki apapun.
Ji
won benar-benar tak percaya ini, “Lupakan saja. Hentikan. Atau kita benar-benar
akan berpisah.”
Ji
won akan pergi dari sana, ia menoleh melihat Seung wook berdiri diam tak
berusaha mencegahnya, “Han seung wook?”
“Pergilah!”
pinta Seung wook. “Maaf aku tak bisa mengantarmu pulang.” Seung wook segera
masuk ke kamarnya.
Ji
won mengendarai mobil dengan perasaan sedih. Ia menangis sepanjang jalan yang
terus diguyur hujan. Ia menghentikan laju mobilnya dan menangis menumpahkan
segala kesedihan hatinya.
Keesokan
harinya, Ji won akan berangkat kerja sambil mengantar adiknya sekolah. Ji young (diperankan oleh Kim Ji Won) mengomentari posisi mobil yang Ji won parkirkan dengan tidak benar. Ia menebak
kalau semalam kakaknya pasti mabuk. Mendengar komentar adiknya, ia mengancam
apa Ji young mau naik bus. Ji young tersenyum menggeleng.
Ji
won menerima panggilan telepon dari (kayaknya) ibunya Seung wook. Ia
menjelaskan kalau semuanya berjalan lancar. Tapi Ji young melihat sikap
kakaknya dengan tatapan aneh.
Ji
young bertanya apa kakaknya ini takut, takut pada calon mertua. Ji won kesal
dengan pertanyaan adiknya dan membenarkan kalau ia takut.
Ketika
akan mengenakan sabuk pengaman Ji young melihat ada payung besar didalam mobil
kakaknya. Ji won pun ingat kalau itu payung milik Iluso yang dipinjamkan Joon
ki padanya.
Ji
won mengembalikan payung itu ke Iluso. Ia mengatakan pada pegawai kalau ada
pegawai iluso yang bernama Lee Joon ki meminjamkan payung itu padanya. Pegawai
tersebut mengatakan kalau di Iluso tak ada pegawai yang bernama Lee Joon ki. Ji
won heran karena orang yang bernama Lee Joon ki kemarin ada disini.
Pegawai
itu melihat kedatangan seseorang dan menyapa ramah, menyapa pimpinannya, Pemilik
Iluso.
Ji
won menoleh dan terkejut kalau pimpinan Iluso adalah Joon ki. Joon ki pun sama
terkejutnya.
Bersambung
ke part 3 (terakhir)
Bagaimana hubungan Ji Won dan Seung Wook, apa keduanya tetap menikah, atau batal?
Waaaaah seru" ka, lanjutkan ya kaa hihiiii
ReplyDeleteTumben kbs bkin drama special
KBS setiap minggu ada drama special nya kok...
DeleteSpoonbill Flies yg dimainkan sama Song Jong Ho dimana dia pertama kali sbg Lead Man juga produksi KBS ditayangkan sama KBS2 November 2012.Share aja kali aja ada yg berminat utk nonton termasuk mbak anis dan mungkin mau buatin sinopsisnya juga :)
ReplyDelete_Sari_
nanti deh saya cari dulu hehehe....
DeleteJoon Ki ini bener-bener godaan yang sempurna.. Tampan dan mempesona sama seperti Seung Wook malah lebih perhatian si Joon Ki ckckckck hahaha.
ReplyDelete_Sari_
Ngeliat ji young (kim ji won) jadi inget rachel...
ReplyDeleteLnjuttt mbkkk..bgus cerita nya..
ReplyDeleteDi tunggu kelanjutan nya mbak
ReplyDeleteNis, apa seung wook mo nikah sama jin woo krn bapaknya jin woo yg minta sblm meninggal?
ReplyDeleteJadi ga sabar nunggu part 3 nya ;)
Ita
Lanjut mba (^_^)9
ReplyDeleteIadi tambah penasaran
wah,,,knapa sich bilang cinta kek ato sayang
ReplyDeleteato krn klo diucapin malah terkesan seperti gombal dan palsu?????
y bisa z seung wook ny malu klo hrs cinta gtu,,secara dy ud jd co yg mature bukan lg ababil yg suka bkoar2 soal cinta,,,,haha pemikiran yg ngaco ky ny hehe
Walo udh mature, walo udh pacaran lma n prepare bwt prnkhaan, pernyataan cnta mlah lbh sering... *eh *knpJdCurhat
ReplyDeleteSeung wook. Kbngetan dh, tp mngkin dy jg pny alesan, mngkin dy tw klo lluso pnya jinwo..
Gomawo mb anis
lanjut kakak >/////<
ReplyDeleteKira2 kapan yaa di lanjut,,,, bagus critanya dan trimkasih utk mengisi waktu luang
ReplyDelete