Sunday, 26 October 2014

Mama - Nothing to Fear Episode 6 Part 1

Ji Eun yang akan pergi dari gedung pameran seni terkejut ketika pintu lift terbuka dan disana ada Seung Hee. Begitu pun dengan Seung Hee, yang juga terkejut campur lega.

Keterkejutan keduanya belum hilang, malah bertambah ketika tiba-tiba Tae Joo memanggil Ji Eun. Tae Joo yang heran bertanya apa yang istrinya lakukan di tempat ini. Ji Eun menjawab kedatangannya kesini hanya untuk melihat-lihat. Tae Joo mendekat dan bertanya lagi apa istrinya datang kesini bersama seseorang.
Ji Eun menjawab sambil menoleh ke arah lift ia datang bersama ibunya Geu Roo. Seung Hee yang berada di dalam lift sembunyi dari Tae Joo, ia cemas Tae Joo melihatnya dan mengetahui bahwa ia adalah ibunya Geu Roo. Tae Joo melongokan badan untuk melihat seseorang yang berada di dalam lift. Namun...
“Sunbae!” Panggil Kang Rae Yeon yang datang menyusul Tae Joo.

Ji Eun terdiam terkejut melihat kedatangan wanita yang tadi ia lihat bersama suaminya. Tae Joo mengenalkan pada istrinya bahwa Rae Yeon adalah Direktur pelaksana di perusahannya. Rae Yeon tersenyum pada Ji Eun. Ji Eun hanya bisa diam mematung memandang Rae Yeon. Ia tak sanggup berada disana melihat wanita itu, ia pun permisi pergi dan segera masuk lift dimana disana masih ada Seung Hee yang sembunyi. Seung Hee dengan cepat menutup pintu lift sebelum Tae Joo sempat menyusul.
Di dalam lift, Ji Eun berkata dengan suara gemetaran kalau ia tadi melihat wanita itu. Suaminya bilang dia seorang direktur pelaksana. Seung Hee hanya bisa menarik nafas panjang.
Kang Rae Yeon menertawakan yang Tae Joo lakukan yaitu mengganti nama kontaknya di ponsel dengan nama Asisten Manajer Lee. Tae Joo tentu saja kesal karena disaat seperti ini Rae Yeon masih bisa tertawa. Rae Yeon memberi tahu istri Tae Joo meneleponnya sekitar jam 2 pagi, ia menebak Ji Eun pasti sudah tahu semuanya. Tae Joo marah bukankah seharusnya Rae Yeon memberitahukan itu padanya.
Dari lantai 2 Tae Joo dan Rae Yeon melihat Ji Eun dipapah jalan oleh seorang wanita. Rae Yeon bertanya pada Tae Joo di seluruh Korea ini berapa banyak wanita yang akan mencurigai suaminya berselingkuh. Tae Joo malas menjawabnya ia akan menyusul istrinya namun Rae Yeon menahan tangannya, “Apa kau tahu hal terbodoh apa yang bisa kau lakukan sekarang? Mengejar dia adalah hal yang paling konyol dilakukan salam situasi seperti ini.” Tae Joo menarik paksa tangannya, ia tak bisa membiarkan hal ini begitu saja. Menurut Rae Yeon jika istri Tae Joo ingin mengakhiri hubungan dengan Tae Joo dia pasti akan datang menyerangnya tapi ternyata tidak, istrimu tak akan pernah mengakhirinya.

Rae Yeon mengajak Tae Joo menemui seniman. Tapi Tae Joo tak peduli karena masalah istrinya lebih penting daripada masalah bisnis. Ia juga mengatakan bahwa ia keluar dari proyek ini, terserah apa yang akan Rae Yeon lakukan, mau menyebarkan gosip tentang hubungannya dengan Rae Yeon atau bahkan memecatnya, ia tak peduli, silakan lakukan saja apa yang Rae Yeon inginkan. Tae Joo segera berlari mengejar istrinya mengabaikan Rae Yeon yang berteriak memanggil namanya.
Ji Eun dan Seung Hee yang sudah berada di dalam mobil meninggalkan halaman gedung pameran seni. Disaat yang sama Tae Joo sampai disana dan melihat istrinya berada di dalam mobil. Ia tak melihat siapa yang mengendarai mobil itu. Tae Joo mencoba menelepon istrinya namun tak diangkat. (Ji Eun datang kesini pake mobil pemberian Seung Hee yang warna hitam, tapi pas pulang mobilnya ditinggal hehehe)
Geu Roo belajar bersama Bona. Bona menerima telepon dari ayahnya. Ia mengatakan dirinya sedang membantu Geu Roo untuk ujian penempatan, kenapa ayahnya menelepon. Tae Joo meminta Bona memberikan nomor telepon ibunya Geu Roo tapi kemudian ia meralat bukan nomor telepon melainkan alamat apartemen Geu Roo saja. Ia berpesan jika ibu Bona dan ibu Geu Roo sampai disana sebelum ia datang, jangan beritahukan pada ibu Bona kalau ia menelepon. Tae Joo segera mengendarai mobilnya menuju apartemen Seung Hee.
Di dalam mobil Ji Eun terus-menerus menangis. “Ini pertama kalinya dalam hidupku bahwa aku merasa begitu menyedihkan dan mengerikan. Kau juga berpikir demikian kan?” Seung Hee menjawab tidak. Tapi menurut Ji Eun memang seperti itu ia menyedihkan dan mengerikan. “Saat dia memberitahuku wanita muda itu Direktur pelaksana, aku seharusnya menyadari. Dia pasti berpikir aku bodoh kan? Aku seharusnya memberi tahu dia bahwa aku ini adalah istrinya. Benarkan? Bukankah menurutmu begitu?”

Seung Hee berkata bukankah tadi Ji Eun baru saja mengatakan bahwa Ji Eun tak menginginkan itu, lalu apa yang harus ia lakukan apa Ji Eun ingin kembali kesana. Ji Eun berkata itu karena Seung Hee tak melihat wanita itu, “Dia lebih muda dariku, lebih cantik draiku, dia bahkan terlihat lebih baik dariku. Aku tak bisa bersaing dengannya. Bagaimana jika ayah Bona tidak kembali?” cemasnya sambil menangis.

Seung Hee menyarankan bagaimana kalau kita kembali saja kesana dan memberi dia pelajaran. Tapi Ji Eun menolak ia tak ingin kembali kesana. Ia tak tahu apakah ia bisa melihat wajah suaminya ketika di rumah nanti. Ia tak tahu bagaimana ia harus hidup sekarang.
Mobil di belakang Seung Hee terus-menerus mengklakson agar mobil Seung Hee minggir tak menghalangi laju mobil itu. Seung Hee jadi jengkel dibuatnya. Mobil di belakang yang dinaiki dua orang pria menyalip mobil Seung Hee dari kiri. Pria itu merasa mobil Seung Hee menghalangi laju jalan mobilnya. Pria itu kesal dan melemparkan botol berisi air ke mobil Seung Hee.

Seung Hee yang terkejut tentu saja marah. Seung Hee membentak mereka. Pria di dalam mobil mengingatkan kalau Seung Hee mengemudi seperti itu bisa jadi nantinya kecelakaan. Seung Hee tambah marah akan mengejar mobil itu tapi Ji Eun meminta Seung Hee membiarkan saja mereka pergi. Seung Hee yang merasa tak memiliki kesalahan apapun pada mereka jelas tak terima, ia mengejar mobil pria itu dan mencegatnya.
Seung Hee keluar lebih dulu melabrak kedua pria itu. Pria itu marah karena Seung Hee mencegat jalan mobilnya. Ji Eun yang takut berurusan dengan mereka meminta Seung Hee pergi saja dari sana. Seung Hee meminta kedua pria itu minta maaf padanya karena sudah melemparkan botol berisi air padanya. Pria itu mencibir kenapa ahjumma seperti Seung Hee dan Ji Eun tidak pulang saja ke rumah dan mengurus suami, “jika kau pengemudi yang buruk, jangan membuat pengemudi lain pusing. Naik taksi saja. kalian ini para ibu rumah tangga yang menyedihkan.”

Seung Hee semakin marah kenapa ia harus mengabaikan tanda lalu lintas supaya kedua pria itu bisa ngebut. Kenapa ia harus melanggar batas kecepatan untuk membuatmu mengemudi lebih cepat, Apa hukum mengatakan pengemudi wanita berbahaya? Apa hukum mengajarimu untuk tak menghormati wanita di jalan? Kaulah yang membahayakan masyarakat.
Ji Eun khawatir sekali Seung Hee sampai mengeluarkan sumpah serapah. Itu membuat pria itu semakin marah dan akan menyerang Seung Hee. Namun Ji Eun menghalangi dengan menggigit lengan pria itu. Pria itu menjerit kesakitan dan menarik tangannya. Seung Hee terkejut melihat apa yang Ji Eun lakukan, apa Ji Eun sudah gila. Ji Eun membela Seung Hee dengan ucapan tak takutnya, kalau dia wanita memangnya kenapa? Bukankah seorang wanita yang melahirkan dan membesarkanmu.
Pria itu semakin marah tapi pria yang satunya lagi menahan. Ia takut jika di dalam mobil Seung Hee ada kotak hitamnya karena itu akan membuat keduanya berada dalam masalah. Ia mengajak temannya itu lebih baik pergi saja.

Seung Hee berteriak pada dua pria yang pergi itu untuk meminta maaf padanya dulu. Pria yang masih marah tak terima tapi pria yang satunya meminta maaf tak ingin mencari masalah lebih jauh lagi. Keduanya pun pergi.
Ji Eun merasa perasaannya sedikit lega setelah mengeluarkan sumpah serapah untuk melampiaskan kesedihannya. Ia sudah melepaskan semua kemarahan untuk suaminya pada dua pria itu. Ia heran dari mana Seung Hee belajar hal itu. Seung Hee bilang ia tak begitu ahli melakukan itu, Keduanya tertawa. Seung Hee kemudian menyahut bahwa saat Ji Eun merasakan tinggal di luar negeri maka Ji Eun pasti akan mengalami hal yang jauh lebih buruk daripada ini. “Orang-orang akan memendang rendah dirimu jika kau memperlihatkan kelemahanmu.”

Ji Eun yang perasaannya sedikit lebih baik berkata bahwa ia akan menunggu suaminya. “Bukan karena aku percaya pada suamiku tapi sebaliknya, aku ingin percaya padamu. Kau memberitahuku kau akan mengurus masalah ini, jika itu semakin buruk.” Seung Hee membenarkan ia akan melakukan itu. Itu bukan hanya janji kosong, ia akan benar-benar melakukannya.

Ji Eun juga akan melakukan hal yang sama. Seung Hee berkata bukankah Ji Eun tak membuat janji apa-apa dengannya. Ji Eun berkata bukankah Seung Hee pernah mengatakan bahwa jika Sueng Hee meninggal lebih dulu, ia diminta menjaga Geu Roo. Ia pun akan melakukan itu. Seung Hee dengan suara pelan tanya apa benar Ji Eun akan melakukan itu. Ji Eun tersenyum menjawab tentu saja, bukan hanya Seung Hee wanita baik disini, ia juga.
Di rumah, Seung Hee membuka foto-foto Tae Joo dengan Kang Rae Yeon yang ia simpan di brangkas. Ia tampak memikirkan sesuatu. Terdengar bel pintu rumahnya bunyi. Ia menyimpan kembali foto-foto itu di brangkas.
Seung Hee menduga yang datang itu Geu Roo, tapi bukan itu Tae Joo yang mencari Ji Eun. Seung Hee terkejut Tae Joo tahu alamat rumahnya. Tae Joo yang masih belum tahu bahwa itu rumah Seung Hee memperkenalkan diri bahwa ia ini ayahnya Bona. Ia tanya apa ibu Bona ada disini karena dia tak ada di rumah dan tak menjawab teleponnya. Ia tahu ibu Geu Roo tadi pergi dengan istrinya ke pameran, bisakah ibu Geu Roo membukakan pintu jika memang istrinya ada di dalam.

Seung Hee tak tahu harus berkata apa, dengan suara terbata-bata ia mengatakan Ji Eun tak ada disini. Tae Joo tanya kemana kira-kira istrinya pergi, apa ibu Geu Roo tahu. Seung Hee menggerutu cemas kemana perginya Ji Eun padahal ia sudah meminta Ji Eun untuk langsung pulang.

Tae Joo ingin bicara sebentar masalah kesalahpahaman istrinya tapi Seung Hee menolak. Disaat bersamaan, datanglah Geu Roo bersama Bona. Bona mengatakan pada ayahnya kalau ia harus pergi les biola, bisakah ayahnya ini mengantarnya.
Sebelum Tae Joo pergi, Geu Roo menagih janji kapan ayahnya Bona ini bisa bermain basket dengannya, bukankah ketika makan kemarin Tae Joo bilang bisa bermain basket dengannya. Seung Hee yang berada di dalam rumah melihat percakapan itu hanya bisa terdiam.

Tae Joo menarik nafas panjang, “Geu Roo-ya, di Korea jika seseorang memintamu untuk makan bersama suatu hari atau melakukan sesuatu bersama suatu hari itu bukan janji. Itu hanya cara biasa, hanya bahasa kiasan saja.”

“Jika kebiasaan yang ada itu salah, ahjussi.. anda seharusnya memperbaikinya.” Protes Geu Roo. Tae Joo mengerti ia pun akan menghubungi Geu Roo jika ia memiliki waktu luang untuk bermain basket. Ia pun pergi akan mengantar Bona les biola.
Seung Hee memperhatikan kalau Geu Roo sepertinya dekat dengan ayahnya Bona. Geu Roo menjawab tidak. Seung Hee mendengar kalau tadi Geu Roo akan bermain basket bersama ayahnya Bona. Geu Roo berkata itu hanya sebuah perbandingan, karena teman-temannya perlu berpikir bahwa ia memiliki ayah. Ia menyarankan agar ibunya perlu membuat perbandingan juga, berpura-puralah bahwa ibu memiliki suami. “Ah iya ibu kan akan segera memilikinya, meskipun sekarang dia hanya pacarmu.” Seung Hee kembali menegaskan bahwa pemuda itu (Ji Sub) bukanlah pacarnya atau apapun yang Geu Roo pikirkan.
Geu Roo yang memegang gelas dengan tangan kiri bertanya apa kira-kira suami ibunya ini kidal. Seung Hee menjawab itu bukan suaminya tapi ayah Geu Roo, itu karena ia tidak menikah. “Dia bukan suamiku tapi dia tetap ayahmu.” Seung Hee berkata kalau Geu Roo sangat mirip dengan ayah Geu Roo, “kidal, memiliki harga diri yang kuat. Cara kau melihat dan bahkan cara kau berjalan.” Geu Roo tak percaya, bagaimana bisa ia mempercayai itu karena sama sekali ia tak pernah melihat ayahnya.

Seung Hee tak ingin melanjutkan membahas itu ia mengajak putranya makan. Tapi Geu Roo belum lapar, ia akan makan nanti saja.
Ibu Tae Joo dan Tae Hoon masih berada di rumah Tae Joo. Ibu menilai seorang istri itu seharusnya kembali ke rumah untuk makan, ia heran kesibukan apa yang Ji Eun lakukan diluar. Ia menyuruh Tae Hoon untuk menghubungi Ji Eun. Tapi Tae Joo bilang tak usah. Tae Hoon menebak apa kakaknya ini sedang bertengkar dengan Ji Eun. Tae Joo menjawab tidak.

Ibu meminta pendapat Tae Joo tentang masakan sup belutnya, apa asin atau tidak. Tae Joo diam saja. Tae Hoon menyahut bilang saja kalau itu enak. Tae Joo dengan malas berkata kalau masakan ibunya enak. Ibu berkata belut itu kiriman dari ibunya Min Ah yang di Busan. Min Ah membuat ibunya khawatir sejak dia memiliki seorang anak dan belum mendapatkan pekerjaan. Ya maksud ibu Tae Joo basa-basi begini berharap Tae Joo bisa mencarikan pekerjaan untuk Min Ah di perusahaan Tae Joo bekerja. Tae Hoon menyahut kalau ibunya ini menelepon kesana kemari tentang promosi yang akan Tae Joo dapatkan. Tae Joo kesal kenapa ibunya memberitahukan hal itu ke mereka, mencarikan pekerjaan untuk Min Ah bukan sesuatu yang mudah dilakukan sekarang ini.
Tae Hoon mengusulkan kenapa kakaknya ini tidak memberi tahu Min Ah bahwa disana ada lowongan pekerjaan, jika dia tidak dipekerjaakan disana setelah diwawancarai itu bukan masalah Tae Joo lagi kan. Tae Joo yang perasaannya sedang kacau ditambah ocehan ibu dan adiknya tambah membuatnya kesal. Tae Hoon pun kena semprot. “Bekerja di perusahaan itu tidak gampang. Setiap saat kompetisi dan itu adalah perang. Atasan menekanmu dan bawahan bersaing denganmu. Dunia berubah begitu cepat, dan kau membutuhkan uang, lagi dan lagi.”

Tae Hoon menggerutu kenapa kakaknya malah memarahinya, bukan ia kok yang meminta pekerjaan kenapa malah menyalahkannya. Mendengar perkataan Tae Hoon, ibu malah menaboknya, “kalau kakakmu sedang mengatakan sesuatu padamu diam dan dengarkan saja!”

Tae Hoon ngedumel, kenapa ibunya selalu bertindak tidak adil. Tae Joo kesal dengan omelan keduanya, ia pun memberi tahu ibunya bahwa ia gagal mendapatkan promosi jabatan jadi jangan minta apapun lagi darinya. Nafsu makan Tae Joo pun hilang, ia menyudahi makannya dan masuk ke kamar. Tidak jadinya Tae Joo mendapatkan promosi membuat ibunya ini pusing.
Direktur Kim pamit pada putranya dan berjanji sabtu pekan depan ia akan datang lagi. Di depan Han Se, Direktur Kim bersikap mesra pada mantan istrinya. Han Se permisi kembali ke dalam rumah lebih dulu.
Setelah Han Se pergi, Direktur Kim mengusap jijik mulutnya yang tadi mencium mantan istrinya. Ia kesal kenapa ia masih harus melakukan ini setelah bercerai. Ibu Han Se tak mau kalah, apa Dir Kim pikir ia manyukai itu. Ia harap mantan suaminya ini tetap berhati-hati sampai Han Se bisa masuk ke sekolah menengah, dan juga behati-hatilah dengan ayahnya Bona di kantor. “Jika kau memiliki hubungan gelap, jangan lakukan itu di kantor, bagaimana jika ibunya Bona tahu dan menyebarkan rumor di lingkungan ini?”

Dir Kim berkata kalau kekhawatiran itu seharusnya untuk ibunya Bona. Ibu Han Se tak mengerti apa maksudnya. Dir Kim tanya apa mantan istrinya ini penasaran.
Ji Eun ternyata pergi minum-minum dan sekarang mabuk tiduran di bangku taman. Ia menyanyi-nyanyi tak karuan. Seorang satpam komplek menghampiri Ji Eun yang mabuk, ia meminta Ji Eun bangun dan segera pulang.
Tae Joo melihat siapa yang mabuk itu dan terkejut begitu tahu wanita itu adalah istrinya. Ia heran kenapa Ji Eun banyak minum, bukankah istrinya ini tak bisa minum. Ia pun menggendong Ji Eun di punggungnya. Tae Joo tampak keberatan menggendong istrinya, ditambah lagi salah satu sepatu Ji Eun terlempar membuat Tae Joo kepayahan mengambilnya. Hahaha.
Dengan susah payah Tae Joo berhasil menggendong Ji Eun hingga ke kamar. Ji Eun menggeliat dan tanpa disadari kaki Ji Eun menendang wajah Tae Joo hingga membuat suaminya itu tersungkur ke lantai wakakakaka.
Ji Eun duduk terbangun dalam mabuknya, “apa itu sakit?”

Tae Joo yang kesakitan memegangi wajahnya bertanya apa Ji Eun sudah sadar. Dalam mabuknya Ji Eun berkata, “aku sudah mencurahkan seluruh hidupku, untuk keluargaku dan suamiku. Dan sekarang suamiku memiliki hubungan gelap sebagai gantinya. Hatiku sakit, semuanya sakit.”
Tae Joo berkata bahwa Ji Eun sudah salah paham. Ji Eun menatap suaminya dengan tatapan tajam, disana terlihat air mata Ji Eun. Tae Joo mengerti ini kesalahannya, ia benar-benar minta maaf dan berjanji tak akan pernah menyakiti Ji Eun lagi. Bukankah Ji Eun lebih tahu padapada dirinya bahwa ia mencintai Ji Eun dan juga Bona.

Ji Eun tertawa menilai apa yang Tae Joo katakan itu hanyalah omong kosong. Ia pun mengeluarkan sumpah serapah membuat Tae Joo heran. Ji Eun kemudian tergeletak tak sadarkan diri.

Tae Joo menghela nafas melihat keadaan istrinya, “Dia hampir tidak pernah mengeluh, dan dia begitu mengandalkanku. Dia percaya padaku dan aku sudah membawakan penderitaan untuknya.”
Keesokan harinya, seperti biasa Ji Eun menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Tae Joo was-was dengan keadaan istrinya. Untuk berbasa-basi ia bertanya dimana Bona. Ji Eun menjawab kalau sekarang Bona sedang belajar karena dia sudah lebih dulu sarapan.

Ji Eun terkejut melihat luka memar di wajah suaminya. Tae Joo pun jujur berkata bukankah semalam Ji Eun menendangnya. Ji Eun bingung kapan ia melakukan itu. Tae Joo tanya apa Ji Eun tak ingat apa yang terjadi semalam. Ji Eun berusaha mengingat-ingat tapi ia tak ingat apapun. Ia khawatir dengan luka memar di wajah suaminya, apa itu sakit. Tae Joo sekali lagi bertanya apa Ji Eun benar-benar tak ingat apa yang ia katakan semalam, apa Ji Eun juga tak ingat bahwa Ji Eun semalam sudah menyumpahi dirinya. Ji Eun semakin heran kapan ia pernah menyumpahi suaminya, bukankah suaminya tahu ia tak bisa mengatakan itu. (hahaha)
Tae Joo penasaran dengan siapa semalam Ji Eun minum. Ji Eun menjawab dengan ibunya Geu Roo (hehehe bohong nih, emaknya Geu Roo bahkan ga tahu kemana Ji Eun pergi) bukankah sebelumnya ia sudah bilang kalau suami ibunya Geu Roo ada di Kanada dan sepertinya dia memiliki hubungan gelap. Ibu Geu Roo tidak merasa baikkan jadi ia minum dengan ibu Geu Roo.

Tae Joo meminta istrinya mulai sekarang jangan dekat-dekat dengan ibunya Geu Roo. Ji Eun bertanya kenapa. Tae Joo berkata itu karena ibu Geu Roo memberikan pengaruh yang buruk pada Ji Eun, jika Ji Eun terus mendengarkan ibu Geu Roo maka Ji Eun juga akan berakhir dengan salah paham terhadapnya. Kesalahpahaman kecil bisa menimbulkan keraguan dan keraguan berubah menjadi obsesi.

Ji Eun tak sependapat, “ibu Geu Roo adalah temanku, dia teman yang kusuka. Dia sangat menghiburku.” Ia meminta Tae Joo menjaga ucapan tentang ibu Geu Roo. Tae Joo meminta Ji Eun jangan tersinggung dengan ucapannya. Ji Eun tak peduli apa yang orang lain katakan, “aku tidak akan pernah meragukanmu, aku percaya padamu.” Tae Joo pun memahami itu.
Orang suruhan Seung Hee (saya bingung nyebutnya apa) memberi tahu bahwa pertemuan dengan perwakilan perusahaan akan dilakukan besok di Sky Lounge Bella Hotel jam 2 siang dan yang menjadi perwakilan dari perusahaan adalah Moon Tae Joo. Jika ia yang hadir menggantikan Seung Hee itu mungkin akan menimbulkan masalah karena Tae Joo sudah beberapa kali melihatnya. Ia kesulitan mencari orang lain, tak mudah menemukan seseorang menjadi pengganti yang tepat. Seung Hee pun akan pergi kesana sendiri jika orang suruhannya ini tak bisa menemukan pengganti.
Di perusahaan sedang diadakan rapat. Kontrak baru dengan Stella Han sudah di revisi, sesuai dengan syarat yang diinginkan Stella Han pada Presdir.

Dir Kim berkata bukankah ini yang akan menjadi proyek pertama Direktur Kang Rae Yeon jadi kemungkinan Dir Kang akan kecewa karena tidak jadi dilibatkan. Presdir berkata kalau Stella Han secara khusus memintanya untuk menugaskan Manajer Moon Tae Joo sebagai penghubungnya. Setelah bertemu dengan Stella Han, ia menyadari bahwa Direktur Kang akan lebih berguna ditempatkan di tempat lain.
Moon Tae Joo hadir di ruangan rapat meminta maaf karena kesibukannya menangani beberapa toko. Presdir pun menunjuk Moon Tae Joo untuk menangani proyek kerjasama dengan Stella Han. Tae Joo yang baru saja masuk ke ruangan rapat terkejut.
Presdir juga mengatakan bahwa ia ingin secara aktif fokus memperluas bisnis mereka di China. Dir Kim sudah kepedean siap ditunjuk untuk mengambil proyek ini namun Presdir menunjuk Kang Rae Yeon untuk memimpin proyek ini. Dir Kim jelas saja kecewa dan menahan kesal.
Seusai rapat, Direktur Kim menghampiri Rae Yeon, ia menyindir bagaimana rasanya setelah melakukan semuanya tapi tidak mendapatkan apa-apa. Rae Yeon tanya apa maksud perkataan Dir Kim. Dir Kim tertawa meminta Rae Yeon jangan pura-pura tidak mengerti, “dia mengalahkanmu. Kau yang melakukan pekerjaannya dan dia yang mendapat pujian.”

Rae Yeon mencibir, apa Dir Kim pikir Moon Tae Joo itu seperti Dir Kim. Direktur Kim menyadari bahwa Tae Joo berbeda dengannya karena Tae Joo lebih kejam daripada dirinya. Rae Yeon menyayangkan tebakan Dir Kim, karena ia tidak merasakan sesuatu yang buruk tentang keberhasilan Tae Joo. Dir Kim meminta Rae Yeon sadar karena ini nasehat terakhirnya. Rae Yeon mencibir Dir Kim ini tidak kompeten menjadi penasehatnya. Dir Kim menyentuh pundak Rae Yeon mengingtakan bahwa Rae Yeon pasti akan segera menyadarinya.
Moon Tae Joo bicara berdua dengan Presdir. Presdir bertanya apa Tae Joo mengenal Stella Han secara pribadi. Tae Joo menjawab tidak. Presdir mengatakan Stella Han memintanya menugaskan Direktur Kang Rae Yeon untuk posisi di luar negeri. Jadi ia menugaskan Kang Rae Yeon ke proyek perluasan produk di China. Ia pikir Stella Han memiliki ketertarikan tertentu pada Tae Joo. Ia heran apa benar Tae Joo belum pernah bertemu dengan Stella Han sebelumnya. Tae Joo kembali menjawab tidak.

Presdir menduga Stella Han sudah menyelidiki perusahaan terlebih dahulu untuk menyetujui kerjasama bisnis dengan perusahannya. Ia menebak itu mungkin karena reputasi Tae Joo yang bagus, makanya Stella Han memilih Tae Joo yang menangani proyek ini.

Tae Joo berpapasan dengan Rae Yeon. Kali ini Rae Yeon tak menyapa, dia hanya berjalan berlalu saja. (Kecewa karena proyeknya dikasih ke Tae Joo hehehe)
Ji Sub mengetuk kaca jendela meminta Seung Hee membukakan pintu studio. Ia membawakan kopi untuk Seung Hee. Seung Hee yang tengah melukis mengatakan kalau pintunya tidak dikunci.
Seung Hee menebak apa Ji Sub sedang mencoba meminta bantuannya, pake membawa sogokan minuman segala. Ji Sub berkata jika Seung Hee bisa membantunya, ia memiliki hadiah untuk Seung Hee.
Ji Sub ingin tahu apa yang Seung Hee lukis. Seung Hee menjawab bunga lotus. Ji Sub tanya lagi apa itu, ia ingin Seung Hee menjelaskan tentang apa yang Seung Hee gambar.
Seung Hee tiba-tiba teringat masa lalu saat dimana Geu Roo kecil memintanya menjelaskan apa yang ia gambar.
Seung Hee menjelaskan pada Geu Roo bahwa yang ia gambar ini adalah bunga lotus. “Dahulu kala, ibu dari keluarga ningrat memberikan gambar ini pada anak-anak mereka sebagai hadiah. Bunga berwarna pink yang disana, disebut Yeok Ki. Bunga ini membawa impian dari hati seorang ibu yang berharap anaknya akan melalui semua kesulitan dalam kehidupannya.” Ia mengatakan Permintaan lukisan ini dari wanita kaya di lingkungan tempat tinggal mereka yang ingin ia melukiskan itu untuk anaknya. Wanita itu bahkan akan membayar mahal lukisan ini. “Saat ibu mendapatkan uang itu...”

“Bu, berikan juga aku satu dari gambarmu sebagai hadiah.” pinta Geu Roo.

Seung Hee tersenyum menyanggupi, “Nanti setelah ibu mempunyai banyak uang, ibu akan memberikan padamu lukisan yang banyak. Ibu janji.”
Seung Hee yang mengingat masa lalu menitikan air mata. Ia mengambil tissu untuk mengusap air matanya. Ji Sub heran kenapa Seung Hee menangis, ini bukan lukisan dengan cerita yang sedih kan.
Seung Hee mengelak, ia tak menangis, matanya hanya berair. “Kau akan tahu air mata itu akan mengalir kapan saja, saat kau sudah tua.” (hahaha)

Ji Sub semakin penasaran dan ingin tahu, “Pertama kau punya diabetes dan sekarang mata berair? Selanjutnya apa?” (tebakan Ji Sub tentang penyakitnya Seung Hee)
Seung Hee tanya apa yang Ji Sub inginkan karena ia sedang sibuk bekerja. Ji Sub ingin Seung Hee meminum kopi yang dibawanya ini baru kemudian bicara. Ji Sub menyerahkan satu gelas kopi namun di dalam wadah tidak ada gulanya. Ia kesal karena lupa membawa gulanya. Ia tanya apa Seung Hee punya gula. Seung Hee akan mengambilkannya namun Ji Sub bilang biar ia saja yang mengambil tunjukan saja dimana tempatnya. Seung Hee pun menunjukan letak ia menyimpan gula.

Ji Sub membawa ke meja sebelah dua gelas kopi itu untuk dicampur gula, “aku yakin kau menyelamatkan negara di kehidupanmu yang terakhir. Tak ada perempuan lain yang menikmati pelayanan dariku, kecuali ibuku. Ketika kau merasa sedih hal yang manis adalah yang terbaik.” (hahaha ke-pede-an banget nih cowok)
Ji Sub menyerahkan satu gelas kopi yang sudah ia beri gula pada Seung Hee. Seung Hee menerima dan langsung menyeruputnya. Ji Sub tanya apa Sueng Hee sudah memutuskan untuk bekerja di proyek perusahaan itu. Seung Hee balik bertanya kenapa Ji Sub penasaran tentang itu. (Ya ialah kan itu perusahaan bapaknya hahaha) Ji Sub memberi tahu kalau ia mengenal pria tua itu yang mengatakan padanya bahwa proyek itu sangat penting. Jika tidak berjalan lancar perusahaan akan dalam bahaya besar. Jadi ia penasaran dan khawatir.
Seung Hee bilang sambil menyeruput kopi bahwa ia sudah mengambil keputusan. Ji Sub penasaran apa Seung Hee akan melakukan itu. Seung Hee diam. Ji Sub tanya lagi apa Seung Hee tidak akan melakukan proyek itu. Seung Hee menoleh menatap Ji Sub, ia balik bertanya seperti meminta pendapat, yang mana yang akan Ji Sub pilih.

“Lakukan...” ucap keduanya bersamaan. Ji Sub terkesan, ia mengangkat tangannya dan melakukan tos dengan Seung Hee.

Seung Hee ingat bukankah Ji Sub janji akan memberinya hadiah. Ji Sub mengangguk apa yang Seung Hee inginkan darinya.
“Kau...” ucap Seung Hee.
Ji Sub terkejut dan mundur, “jangan lakukan ini padaku.” (Dikiranya Seung Hee minta Ji Sub jadi hadiah buat Seung Hee kali ya hahaha)
Seung Hee tertawa, “bisakah kau menolongku bekerja untuk sementara?”

Ji Sub menegaskan ia ini bukan pengangguran, ia sebenarnya sangat sibuk. Seung Hee berkata ia tidak akan mengambil banyak waktu Ji Sub karena selanjutnya ia yang akan menangani sendiri. Ia hanya perlu Ji Sub menemui orang yang datang mencarinya kemarin.
“Ga mau ah.” tolak Ji Sub.

“Hanya sekali saja, tolonglah!” pinta Seung Hee. “Di Lounge Bella Hotel besok jam 2 siang.”
Ji Sub bilang besok ia ada janji balap motor dengan teman-temannya. Seung Hee memohon tapi Ji Sub benar-benar tak bisa. Seung Hee memohon dengan wajah memelas.

“Hei jangan memandangku dengan mata seperti itu. Walaupun aku ingin menolongmu tapi perusahaan ini....” Ji Sub tak melanjutkan ucapannya, bagaiaman pun ia tak bisa membantu Seung Hee.
Ji Sub mengambil kopi miliknya dan diseruput. “Aw asin...” seru Ji Sub menyemburkan kopi asin yang diminumnya. Ia heran melihat Seung Hee yang santai saja meminum kopi asin itu, “apa kau baru saja meminumnya? bukankah itu asin?”

“Aku tak tahu.” sahut Seung Hee. Ji Sub semakin heran bagaimana Seung Hee bisa tidak tahu kalau itu asin. Seung Hee bilang tidak tahu, memangnya kenapa. Ji Sub merasa aneh melihat Seung Hee yang sepertinya tak peka lidahnya terhadap rasa.
Ji Sub menelepon seseorang berkata kalau obat diabetes itu mungkin kuat, tapi bukankah tidak akan mematikan rasa. Temannya mengatakan bahwa beberapa obat mempunyai kadar racun tinggi. Ji Sub membenarkan karena sebelum ibunya meninggal beliau juga seperti itu. Tapi ia penasaran ketika dia pingsan dan dibawa ke ruang gawat darurat apa mungkin obat tidur yang mematikan mematikan rasanya. Temannya kesal Ji Sub terus bertanya kenapa tidak kirimkan contoh obat itu biar ia bisa menjawab pertanyaan Ji Sub dengan benar.
Ketika akan pulang, di depan kompeks apartemennya Seung Hee bertemu ibu Min Joo. Ibu Min Joo menyapa Seung Hee menggunakan bahasa inggris, “Hi.. How are you? Fine, thank you, and you?” (wakakaka)

Seung Hee hanya tersenyum simpul menjawab pendek ya. Ibu Min Joo ingin bicara dengan Seung Hee secara pribadi. Seung Hee menolaknya dengan halus karena ia sedang sibuk. Ibu Min Joo memohon karena ini hanya sebentar saja.
Ji Eun sampai di apartemen Sueng Hee membawa makanan. Ia melihat dari kaca lantai atas Seung Hee tengah berbincang dengan ibu Min Joo. Ia penasaran perbincangan seperti apa yang dilakukan keduanya.
Ketika Seung Hee sampai di dalam rumah, Ji Eun menariknya untuk duduk. Ia ingin tahu kenapa Seung Hee bicara dengan ibunya Min Joo. Seung Hee bilang itu pembicaraan yang tidak banyak, memangnya kenapa. Ji Eun berkata bukankah Seung Hee tahu ibunya Min Joo itu mendapatkan julukan si tukang gosip. Seung Hee meminta Ji Eun jangan khawatir ia tak pernah bicara mengenai suami Ji Eun ke orang lain. Ji Eun berkata ia tidak menceritakan ini bukannya ia tidak percaya, ini karena perempuan di kompleks ini suka bergosip. Seung Hee kembali meminta Ji Eun tak perlu khawatir karena ia merasa Ji Eun sudah melakukan yang baik.

Ji Eun berkata kalau ia sedang mencobanya. Seung Hee menyahut kalau ia juga sedang memberi Ji Eun semangat. Ji Eun mengatakan kalau ia tak bisa berjanji apa-apa karena perasaannya sendiri naik turun lebih dari 12 kali dalam sehari, ia merasa sesuatu tertahan di hatinya dan itu membuatnya gila.
Seung Hee memebei tahu kalau kemarin ayah Bona datang mencari Ji Eun. “Dia kelihatan sangat peduli padamu dan itu hampir membuatku iri.”

Ji Eun memberanikan diri untuk bertanya apakah ayahnya Geu Roo akan tinggal di Kanada terus, “Jika dia tinggal sendiri dia akan mendapat banyak godaan. Kenapa kau tidak memintanya untuk datang?”

Seung Hee diam, bersamaan dengan itu ponsel Ji Eun berdering. Telepon dari ibu mertuanya yang memintanya datang ke rumah.
Ibu Tae Joo yang sudah tahu putranya gagal mendapatkan promosi jabatan berkata kalau Tae Joo akan mendapatkan promosi jabatan itu lain waktu. Ia mengerti Ji Eun pasti sangat kecewa tapi menurutnya Ji Eun tak seharusnya bersikap seperti ini. Ji Eun minta maaf, suaminya meminta dirinya untuk tak memberitahukan ini pada ibu takut ibu khawatir.

Ibu Tae Joo tak menyalahkan Ji Eun, “Maksudku kau harus menyemangati suamimu di rumah, jadi dia akan percaya diri di pekerjaannya. Kau begitu sedih setelah dia gagal dipromosikan, kau bahkan tak hadir saat makan malam. Seorang istri tak boleh melakukan hal seperti itu.”

Ji Eun akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kemarin tapi ia tak jadi menjelaskannya. Ia hanya mengatakan bahwa yang terjadi bukan karena itu. Ibu bersikeras bahwa ia tahu persis keadaan yang terjadi, “kau seharusnya menghargai suamimu meskipun betapa berbakatnya dirimu. Bahkan ketika dia jatuh, dia harus tetap berada di atas, bukan di bawah.” Ji Eun menunduk mengerti dengan nasehat mertuanya.
Ibu Tae Joo ingin tahun ini Ji Eun punya anak lagi. Menurutnya pekerjaan Tae Joo tidak berhasil karena dia tak memiliki anak laki-laki. “Aku sudah bilang padamu sebelumnya, anak laki-laki akan meningkatkan keberuntungan Tae Joo.” Ji Eun menilai hal itu hanyalah takhayul saja.

Ibu Tae Joo bertanya apa Ji Eun mengerti tanda dari perkataan peramal mengenai anak laki-laki. “Itu berarti dia akan memiliki anak dari wanita lain jika istrinya tidak memberikannya.”

Ji Eun terkejut dan tak mengerti apa maksud perkataan ibu mertuanya ini.

“Jika kau tidak memberikan dia anak laki-laki, wanita lain yang akan memberikannya.” Jelas ibu Tae Joo membuat hati Ji Eun gusar.

“Jika wanita lain memiliki anaknya, kau tak akan punya pilihan lain selain membesarkannya.” sambung ibu Tae Joo.
Ji Eun sedih kenapa ibu mertuanya mengatakan hal seperti itu. Ibu Tae joo menegaskan itu sebabnya ia bersikeras agar Ji Eun memiliki anak laki-laki. Ji Eun yang sedih menahan kesal ibu mertuanya ini tak tahu situasi yang ia alami, ibu mertuanya seharusnya tak melakukan ini padanya. Ibu Tae Joo berkata apa yang begitu sulit mengatakan Ji Eun harus memiliki anak laki-laki, “Kau seharusnya perhatian pada suamimu jadi dia tidak akan selingkuh. Setiap bulan Tae Joo membawa pulang gaji-nya, Bona juga tidak pernah membuat masalah.”

Hati Ji Eun semakin sakit mendengarnya, “ayahnya Bona berselingkuh.” Ucap Ji Eun tak tahan lagi menahan kepedihan di hatinya.
“Apa kau bilang?” Ibu Tae Joo terkejut mendengar apa yang menantunya katakan.

Besambung ke episode 6 part 2

1 comment:

  1. Tae Joo bilang sakitnya tuh disini (tunjuk wajah) wkwkkwkw kalo liat Tae Joo koq jadi kepikiran Min Woo (Temptation) beti sih ye beda2 tipis hehhehe semangat ya mbak nulisnya,,,




    Ofie

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.