Tuesday, 15 March 2011

Romance In The Rain Episode 4



Shuhuan, Du Fei, Erhao, Ruping dan Mengping pergi jalan-jalan bersama. Mereka jalan-jalan ke sebuah taman ditepi sungai.
“Rasanya menyenangkan bisa jalan-jalan dengan teman. Pemandangan yang bagus, teman yang baik. Betul-betul menyenangkan!” Ujar Du Fei sambil berteriak.
“Semoga suasana di sini tak dirusak peperangan.” Sahut Shuhuan. Erhao menghampiri Shuhuan. “Sudah susah payah kita kesini. Singkirkan semuanya. Orang Jepang, gerilya, gerakan mahasiswa dan berita. Kita bersenang-senang. Setuju?” jelas Erhao.
“Benar, sekarang ini mengkhawatirkan rakyat dan negara pun tak ada gunanya. Dihati kita ada negara. Di mata kita ada wanita cantik!” Kata Du Fei sambil menunjuk ke arah Ruping dan Mengping. “Siapa wanita cantik yang mau ku foto, cepat berpose!” perintah Du Fei. “Aku mau, foto yang cantik ya!” jawab Mengping, berlari menuju Du Fei. Mengping langsung berpose (keren deh, cantik hihihi...) Du Fei terus memotret.
Du Fei melihat Ruping, dia mengarahkan kameranya akan memotret Ruping, tapi Ruping menghindar tak mau difoto. Ruping bersembunyi di belakang adiknya, Mengping.

Erhao dan Shuhuan memasang taplak di tepi sungai, Ruping membantu. Mereka meletakkan bekal yang mereka bawa. Mengping menarik Du Fei meminta di foto lagi, Du Fei mengajak Mengping ke tempat lain untuk berfoto.
Ruping ingin mengambil bunga liar sebagai hiasan, Shuhuan menemani Ruping mencarinya. Erhao mengusulkan agar mencari bunganya di dalam hutan saja karena ia melihat ada bunga Jin Zhan.

Shuhuan dan Ruping menuju ke tempat yang disebut Erhao tadi. Du Fei yang belum pernah melihat bunganya merasa penasaran ingin melihat, Du Fei dan Mengping mengikutinya. Erhao ditinggal sendirian.

Shuhuan, Ruping, Du Fei dan Mengping masuk ke dalam hutan mereka mencari bunga Jin Zhan. Shuhuan, Ruping dan Mengping melihat sesuatu. “Mana bunganya, apa sudah ketemu bunganya?” Tanya Du Fei. Ternyata di dalam hutan itu ada sepasang kerbau. Mereka berempat melihat kerbau itu.
Du Fei langsung beraksi, ia bicara pada kerbau itu. “Minggir kalian, benar-banar tak tahu siapa yang datang. Dua putri keluarga Lu mau main-main. Kalian mau menghalangi. Minggir!” Semua tertawa mendengar kata-kata Du Fei.

Du Fei mendekati kerbau itu. Shuhuan bertanya kanapa Du Fei bicara pada kerbau, bukankah mereka tinggal memutar jalan saja. “Ayo!” Shuhuan mengulurkan tangannya pada Ruping. Ruping memandangnya tak percaya, Shuhuan menarik tangan Ruping.
“Hei.. jangan. Kalian lihatlah aku, aku mau beradu dengan kerbau itu!” Kata Du Fei. Ia kemudian mengambil sebuah ranting. “Kerbau, kalau berani tabrak aku!” sahut Du Fei menantang kerbau. Du Fei memamerkan jurus-jurus anehnya untuk mengusir kerbau.
Ruping dan Shuhuan tertawa melihatnya.
Du Fei berputar ke sisi sebelahnya melakukan hal yang sama dengan jurus anehnya. Tapi kerbau itu tak memperdulikannya. Semua tertawa melihat tingkah konyol Du Fei.
“Du Fei ayo lebih semangat lagi!” teriak Ruping menyemangati. Mendengar itu Du Fei makin bersemangat.
Tepat saat itu Erhao muncul, “Kalian sedang apa?” Ruping menjalaskan kalau Du Fei sedang memperlihatkan pertunjukan adu banteng (adu kerbau kali hahaha) Tapi kelihatannya kerbau itu sama sekali tak tertarik.
Shuhuan meminta kain merah yang dibawa Erhao
“Du Fei minggir, adu banteng bukan begitu caranya. Aku pernah lihat di film, kau harus kibarkan Bendera didepannya untuk menarik perhatian!” (kayak matador gitu hehe) Shuhuan mengibaskan kain merah itu, tapi tak berhasil menarik perhatian si kerbau. “Kalian semua bantu berteriak. Begitu aku lambaikan, kalian teriak ‘heiho’...” pinta Shuhuan.
“Ya. Ya. Aku paham Heiho... heiho...” Mengping berteriak.

Kerbau itu langsung merespon dan mengeluarkan suaranya... Moooo...
Tiba-tiba Du Fei berteriak...”Celaka, Ruping cepat lari, kerbau itu akan menyeruduk ke arahmu.”
Ruping panik, ia langsung lari. Tanpa sengaja kakinya tersandung ranting.
Ruping kehilangan keseimbangan.... “Ahhhh...” Du Fei panik melihat Ruping hampir terjatuh.
Tepat pada saat itu Shuhuan segera menangkap Ruping dengan gesit. Mereka jatuh bersama. Mereka berdua berpandangan
Du Fei datang berniat menolong Ruping tapi kalah cepat, ia pasang muka cemberut (cemburu kali ya hahaha)
Du Fei langsung memotret Shuhuan dan Ruping yang terjatuh, posenya seperti orang sedang berpelukan. Shuhuan protes kenapa Du Fei memotretnya pada saat seperti itu. “Kau tahu fotografer, dia selalu memotret hal yang jarang terjadi!” ucap Du Fei.
Erhao datang menanyakan keadaan Ruping. Ruping bilang tak apa-apa.
Mengping berteriak kalau kerbaunya tak apa-apa. Ruping memarahi Du Fei, “Kau menipuku. Hampir saja aku jatuh, kau jahat sekali.”
Du Fei menjelaskan sebenarnya ia ingin sekali dirinya yang menjadi seorang pahlawan tapi ia kalah langkah dengan Shuhuan yang lincah. “Malah Shuhuan yang dapat kesempatan.” Kata Du Fei.

Erhao meminta semuanya untuk segera makan. Mereka membuka bekal yang dibawa. Tapi Du Fei masih kesal karena tak berhasil menjadi matador hehehe,
“Kau mau masih main matador?” Tanya Erhao. “Boleh juga!” Kata Du Fei. Tapi sekarang Du Fei yang jadi kerbaunya, dan meminta Shuhuan menjadi matadornya. Erhao juga ikut.

Du Fei langsung mengambil posisi sebagai kerbau. Ia meletakkan tangannya di atas kepala mirip tanduk kerbau. Ia juga menggerakkan kakinya seperi kuda hahaha. Du Fei siap menyeruduk. Erhao menghindar.
Du Fei beralih ke Shuhuan yang sudah siap. Du Fei menyeruduk Shuhuan. Shuhuan dengan sigap mengibaskan kain merahnya. Du Fei kembali menyeruduk, tapi mengarah ke Ruping dan Mengping. Keduanya menghindar. Mengping sembunyi dibelakang kakaknya, Erhao. Sedangkan Ruping bersembunyi di belakang Shuhuan. Du Fei tak suka melihatnya.

Shuhuan meminta Ruping menjadi matadornya. Du Fei menyeruduk ke arah Ruping, Ruping mengibaskan kain merahnya. “Ruping aku akan menyerudukmu dengan tanduk tajamku!” Ruping menghindar. Du Fei terus menyeruduk. Dan tanpa sengaja menendang keranjang bekal makanan mereka. Du Fei hampir jatuh ke sungai. Erhao dan Shuhuan menahannya tapi Keranjang itu masuk ke sungai.
Mengping marah dan meminta Du Fei mengambil keranjang itu, Ruping mencegahnya karena itu berbahaya.
“Baiklah itu salahku. Hukum saja aku!” kata Du Fei
“Hukum dia mentraktir kita direstoran yang besar!” kata Ruping. Semua setuju.
Shuhuan meminta Du Fei memotret mereka semua, dan menganggap foto terakhir setelah merampok du Fei (mentraktir)
“Menghukum aku dengan cara memotret kalian, ‘foto terakhir setelah di rampok’ ‘foto sehati selamanya’ ’foto sehidup dan semati’ selain itu ada ‘foto sekeluarga’..” Du Fei memberi judul-judul foto yang ia ambil.
Mereka siap berpose, “Du Fei cepat kau harus ikut dalam foto ini. Ayo cepat” Du Fei lari menjatuhkan dirinya di depan semuanya.
Disebuah restoran,
“Jarang-jarang kita di traktir Du Fei. Kita semua makan sampai kenyang.” Ucap Mengping.
Mengping memesan makanan lagi. Beberapa keranjang xialongbao, satu piring kuping babi, satu piring daging masak kecap, telur kecap udang tumis..
Du Fei memandang tak percaya, ia betul-betul dirampok
“Juga ikan kukus dan manisan.” Sambung Erhao
“Apa kalian bisa makan sebanyak itu?” tanya Du Fei kesal. “Katakan yang sejujurnya apa kau lapar?” tanya Du Fei pada Shuhuan.
“Terus terang aku lapar, kita pesan kue jojoba, kau pesan apa?” Shuhuan bertanya pada Ruping
“Aku mau makan ....” belum sempat Ruping memesan Du fei memotongnya, “Eh, kau yang paling baik. Jangan ikut-ikutan seperti mereka?”
Erhao mengatakan bahwa mereka tak akan membuat Du Fei jatuh miskin hanya karena mentraktir makan. Tapi menurut Du Fei, ia melihat semuanya seperti setan yang kelaparan. Benar-benar akan membuatnya miskin.
“Aku beritahu kalian, uangku hanya...” Du Fei berdiri merogoh kantong celananya, “Hanya ini....” (recehan ga tahu jumlahnya berapa)
“Kalau kau berlagak miskin lagi, aku akan memesan arak.” ancam Erhao. “Memangnya ada?” Tanya Du Fei.
“Tentu saja ada...” ucap seorang pelayan yang baru saja tiba membawakan makanan. Du Fei cemas mendengarnya. “Du Fei hari ini kau pasrah saja.” kata Shuhuan.
“Baiklah. Ingin makan apapun terserah kalian!” ujar Du Fei sambil duduk kembali ke kursinya. ”Keluarkan semua makanan yang ada, tadi kau ingin makan apa?” Tanya Du Fei pada Ruping
“Aku hanya ingin makan tahu campur telur pidan saja.”
“Ruping kau baik sekali, hanya memesan makanan yang murah saja.” Du Fei senang. Du Fei menyampaikan pesanan Ruping tadi pada pelayan. “Tambah salad hati.” ujar Ruping. Semua tertawa mendengarnya. Ruping pun tertawa. ”Wah.. Ruping kau tak membantuku, mungkin gajiku bulan ini akan kalian habiskan.” Sahut Du Fei.
Meraka semua makan dengan senang.
Shuhuan beranjak dari tempat duduknya. Ruping melihatnya. Shuhuan menghampiri pelayan dan menanyakan semuanya habis berapa. Ia Akan membayarnya. 1 yuan 7 sen ucap pelayan itu. Shuhuan membayarnya, tapi tiba-tiba Erhao muncul dan menahan Shuhuan yang akan membayar.
“Sudahlah, keluarga kami datang bertiga, mana boleh kau yang bayar, tadi juga aku hanya meledek Du Fei saja.” Mereka berebut membayar makanan, tapi akhirnya Erhao yang membayar semuanya.

Du Fei menghampiri keduanya dan mengatakan kalau ia beruntung sudah berteman dengan dua pemuda yang kaya, yang satu putra orang terpelajar yang satu putra seorang komandan. “Aku punya puisi lucu.” sahut Du Fei

Main-main seharian dengan gembira
Ada sungai, ada pohon juga kerbau

Shuhuan melanjutkan puisi Du Fei

Mau jadi matador tapi kerbaunya malah tak peduli
Makanan untuk piknik malah hanyut dibawa air

Semua tertawa mendengarnya.
Dirumah Yiping, ada yang mengetuk pintu rumah.
Wenpei membukakan pintu, yang datang ternyata Ajudan Li. Wenpei kaget melihatnya. “Ajudan Li Kenapa kau datang kemari?”
Ajudan Li mengatakan kalau ia terpaksa datang, “Aku menemui jalan buntu.” ucap Ajudan Li
“kenapa? Ada masalah apa? Apakah tentang Keyun?” tanya Wenpei
Ajudan Li mengangguk. Yiping muncul dari dalam rumah, keduanya kaget melihat Yiping. “Ajudan Li!” Yiping senang melihat kedatangan Ajudan Li.
Yiping bertanya pada ibunya kenapa dirinya tak tahu kalau ibunya masih berhubungan dengan Ajudan Li. “Apa kabarmu? Bagaimana keadaan istrimu? Juga putrimu Keyun, bagaimana keadaannya? Apa dia sudah menikah?” Yiping bertanya pada Ajudan Li.
Ajudan Li mengatakan kalau Keyun kabarnya kurang baik. Buruk sekali. Yiping bingung mendengarnya. Wenpei menjelaskan lebih baik Ajudan Li katakan yang sebenarnya pada Yiping. Tak usah disembunyikan, Yiping sudah bertengkar dengan keluarga yang ‘disana’ dan tak akan memberi tahu Komandan.
“Beberapa hari yang lalu Keyun kumat lagi. Aku tak ada di rumah, sedang menarik rikshaw. Yuzhen tak menjaganya dengan baik. Dia kabur sampai melukai orang.” Kata Ajudan Li.
Wenpei bertanya apa keadaanya gawat, Ajudan Li kembali menjelaskan bahwa Keyun sudah mencelakai orang sampai orang itu kepalanya harus dijahit di rumah sakit, keluarganya meminta biaya pengobatan 50 yuan. “Bayangkan saja, aku seharian menarik rikshaw hanya mendapatkan beberapa sen, mana bisa mengumpukan 50 yuan.”
Yiping bingung, apa sebenarnya yang terjadi. Wenpei mengambil kulit harimau dan menyerahkannya pada Ajudan Li. Kulit harimau itu mungkin harganya ratusan yuan, Wenpei meminta Ajudan Li menjualnya. Kalau dijual 50 yuan mungkin akan ada orang yang mau membelinya.
“Nyonya ini barang berharga terakhir yang anda miliki,...” Ajudan Li menolak. Menurut Wenpei kulit harimau itu tak bisa dimakan, tak bisa dipakai. Tak ada gunanya, pokoknya Keyun jangan sampai dilaporkan orang.
Yiping mulai bertanya pada Ajudan Li, “Keyun kenapa? Beberapa tahun ini kalian pindah kemana? Kau menarik rikshaw? Apa sebenarnya yang terjadi?”
Yiping beralih bertanya pada ibunya, kenapa semua menyembunyikan sesuatu darinya.
“Tak usah bertanya, aku tahu kau merindukan Keyun, kita pergi melihatnya. bagaimana?” ajak Wenpei. Ajudan Li mengangguk.
Disuatu tempat terlihat seorang wanita muda berlari dan berteriak, “Lepaskan aku!” dandanannya semrawut. Rambutnya tak tertata rapi.
“Keyun...Keyun.. Keyun.. Jangan lari!”seorang wanita tua memanggilnya. Dia Yuzhen, istri Ajudan Li.
Keyun terus berlari, “Lepaskan aku!” Ucap Keyun pandangan matanya bingung. Yuzhen berhasil menangkapnya. Tapi keyun berhasil melapaskan diri lagi.
“Lepaskan aku....!”
Ajudan Li tiba disana, melihat istrinya mengejar Keyun, ia ikut membantu mengejar. Yiping melihatnya bingung.
Yuzhen berhasil menangkap Keyun, “Keyun ampuni ibu, Ibu tak akan mengurungmu lagi!” Ajudan Li berhasil menyusul keduanya.
“Kenapa kalian menghalangiku? Aku mau mencari anakku!” Ucap Keyun
“Ya Tuhan, apa ini Keyun?” Yiping bertanya pada dirinya sendiri. Yiping bingung melihat wanita yang dipanggil Keyun tadi.
“Lepaskan aku, aku mau mencari bayiku!”
“Keyun tenanglah, lihat Yiping datang. Ini aku Bibi Pei..” Wenpei mendekati Keyun berusaha menenangkannya.
“Bibi Pei.. Bibi Pei..”
“Benar aku Bibi Pei, kau mengenaliku?” tanya Wenpei
“Bibi Pei, bayiku belum diberi nama, kata ayah kau harus memberinya nama. Ayo cepat pilihkan namanya,” ucap Keyun, Wenpei mengangguk.
Keyun sepeti orang yang linglung, ia berjalan kesana kemari.
“Dimana bayiku?mereka membunuh bayiku,mereka merebut bayiku.” Keyun kembali berteriak.
Sambil berlutut Keyun memohon, “Langit, Buddha! Kembalikan bayiku!”
Ajudan Li dan istrinya menenangkan Keyun, “Berikan talinya cepat!” ucap Ajudan Li.
Ajudan Li berusaha mengikat keyun yang terus berteriak-teriak mencari bayinya.”Jangan...”
Tiba-tiba Keyun melihat seorang bayi yang digendong ibu-ibu. Keyun mendorong ayahnya hingga terjatuh dan merebut bayi itu dari tangan ibunya
“Celaka bayiku direbut orang gila..” ucap Ibu itu. Yuzhen menenangkan ibu bayi itu, ia akan berusaha untuk membujuk Keyun.
Keyun memeluk bayi itu, menenangkan tangisannya, Keyun menganggap bayi itu adalah anaknya. Yuzhen mendekati putrinya, dan mengatakan bayi itu harus ganti popok. Yuzhen meminta bayi itu dari tangan keyun. Keyun tak memberikannya.
Keyun menyanyikan sebuah lagu

Bayiku sayang cepat tidur
Hari sudah malam angin bertiup kancang

Yiping mendekati keyun
“Keyun, Aku Yiping kau masih ingat?” Tanya Yiping. Keyun memandang Yiping, “Katanya kau punya bayi ya? Aku datang mau menengoknya. Apa ini bayimu?”
Keyun menghindar dari yiping. Lalu melanjutkan nyanyiannya...

Bayiku sayang cepat tidur
Hari sudah malam
Angin bertiup kancang
Bayiku sayang ayo cepat tidur
Ibu nyanyikan lagu nina bobo untukmu

Yiping ikut menyanyi, Keyun memandang Yiping, mereka menyanyi bersama.
Bayi kecil ayo cepat tidur
Burung-burung kecil sudah pulang ke kandangnya
Kumbang-kumbang ditaman dan peternakan tak lagi berdengung
Hanya ada rembulan menyinari jendela dengan cahaya keperakannya
Menyinari bayiku sayang
Dalam mimpi ia terus tersenyum

Semua menangis melihatnya. Bayi itu terlelap dipangkuan Keyun, Keyun tersenyum.
“Biarkan aku melihat bayimu!” pinta Yiping “Anakmu cantik sekali, aku peluk ya.” Ucap Yiping sambil tersenyum pada Keyun.
Keyun menyerahkan bayi itu, yiping segera mengangkatnya dan memberikan bayi itu pada ibunya.
Bayi itu segera dibawa pergi ibunya. Sadar kalau bayi itu tak ditangannya, keyun kembali berteriak.
“Bayiku.....” teriak Keyun. Ajudan Li memegangi Keyun, istrinya mengikat Keyun dengan tali. Yiping menangis melihatnya.
Ajudan Li membawa Keyun pulang ke rumah dalam keadaan terikat. Keyun duduk disudut ruangan sambil menyebutkan bilangan perkalian secara tak sadar sambil membenturkan kepalanya di tembok. Yuzhen, ibunya melindungi kepala Keyun dengan bantal.
4 X 7 = 28 Keyun terus menyebut bilangan perkalian
Yiping bertanya pada ibunya kenapa Keyun jadi seperti ini. Wenpei menjawab kalau Keyun pernah memiliki seorang bayi yang dirawat selama setahun, tapi bayi itu kemudian meninggal karena sakit. Sejak bayi itu meninggal keyun jadi seperti ini.

Yiping bertanya pada Yuzhen siapa ayah bayi itu. Yuzhen tak menjawabnya malah Ajudan Li yang menjawab, “Nona Yiping, kau sudah melihat semuanya. aku tak akan menutupinya lagi.”
Ajudan Li menjelaskan kalau Keyun sudah dicampakkan orang, kejadiannnya waktu mereka baru tiba di Shanghai sudah hampir 5 tahun.
Yiping tanya apa ayahnya tahu keadaan Ajudan Li sekarang. Ajudan Li berpesan agar jangan sampai Komandan tahu keadaannya. 5 tahun yang lalu komandan memberinya uang, menginginkan agar dirinya bisa mandiri. Komandan Lu seorang pahlawan sudah membantu dirinya mencarikan istri. Juga membawanya dari manchuria, komandan Lu baik sekali padanya. Ajudan Li menjelaskan kalau dirinyalah yang tidak becus, buka usaha berdagang tapi bangkrut. Tak lama setelah itu keyun mengalami musibah, hingga keadaannya jadi seperti sekarang ini. Ini aib baginya, karena sebagai laki-laki ia tak bisa mempertahankan hidup keluarganya. Ia tak ingin komandan Lu tahu keadaanya. Satu-satunya orang yang tahu hanya Ibu Yiping.

Yuzhen menambahkan ucapan suaminya, bahwa Nyonya (Wenpei) yang selalu membantu merawatnya, sesekali datang menengok Keyun dan memberikan 5 atau 10 yuan padanya.

Wenpei mengatakan kalau ia juga sedih melihat Keyun seperti itu, Keyun 3 tahun lebih tua dari Yiping, sejak kecil ia melihat Keyun tumbuh hingga dewasa.

Menurut Yiping, Keyun harus dibawa ke dokter, kalau tidak Keyun tak akan sembuh. Umurnya baru 20an tahun masih muda, setelah sembuh hidupnya masih panjang. Sudah pernah diobati kata Ajudan Li, tapi berobat itu perlu uang. Yiping mengerti mereka kekurangan uang.

1 x 1 = 1, 1 x 2 = 2, 1 x 3 = 3 Keyun terus menghafal perkalian. Kepalanya ia benturkan ke dinding, bantal yang digunakan untuk melindungi kepalanya jatuh, Yuzhen membetulkan letak bantal itu agar tepat berada di kepala Keyun.

“Entah kenapa dia selalu duduk disana menghafal perkalian, sepertinya dia kembali ke masa anak-anak.” Ucap Wenpei
“Anak ini sungguh membuatku pusing,” kata Ajudan Li, ”tadinya aku akan mengirimnya ke rumah sakit jiwa. Tapi kalau sedang tidak kumat, dia normal-normal saja. Aku jadi tak tega mengirimnya ke rumah sakit jiwa. Tapi kalau sudah kumat, aku terpaksa mengikatnya seperti tadi.”

Yiping diam. Ia berfikir apa yang harus dilakukannya untuk membantu Ajudan Li. Dan Yiping sudah mengambil keputusan.
Di gedung klub dansa Da Shanghai, Yiping menemui Tuan ke-5 Qin.
“Aku sudah putuskan akan menyanyi di klub dansamu, tapi ada syaratnya.” Kata Yiping. Tuan ke-5 Qin mendengarkan Yiping bicara sambil menghisap cerutu dan kakinya ia letakkan di atas meja (ga sopan nih hahaha)
“Pertama aku hanya menyanyi tidak menemani tamu. Setelah selesai menyanyi aku akan pulang. Kedua Aku akan menyanyi sebulan dulu dan harus dibayar 100 yuan. Kalau bulan kedua masih mau mempekerjakanku persyaratannya akan dibicarakan lagi.”
Tuan ke 5 Qin kaget mendengar persyaratan yang disampaikan Yiping, ia tak pernah menemui calon penyanyi di klub dansanya yang meminta macam-macam. Tuan ke 5 Qin membetulkan posisi duduknya.
“Ketiga aku hanya menyanyi sekali saja, aku harus pulang sebelum jam 12 malam. Keempat...”

Asisten Tuan ke 5 Qin memotong pembicaraan Yiping, “Kau pikir kau siapa, apa klub Da Shanghai tak akan berjalan tanpa kau?”

Tuan ke 5 Qin menenangkan asistennya dan memandang Yiping, ”Teruskan bicaramu!” Kata Tuan ke 5 Qin
“Keempat aku ingin pinjam dulu gaji bulan pertama, kelima ibuku tak tahu aku menyanyi ditempat ini, kalau dia tahu bisa-bisa dia mati, kalian harus menjaga rahasianya, tak boleh mencariku, tak boleh mencari tahu asal usulku. Selain itu buatkan aku surat keterangan diterima bekerja yang palsu. Keenam aku tak punya uang untuk membuat baju, jadi kalian harus menyediakannya, ketujuh lagu yang kunyanyikan harus kupilih sendiri, kalian tak boleh menentukan lagu apa yang akan kunyanyikan.”

Yiping kemudian diam.
“Sudah selesai?” Tanya Tuan ke 5 Qin sambil tersenyum. “Apa masih ada persyaratan ke 8,9 atau 10?” Yiping menjawab mungkin ada tapi belum terfikirkan olehnya, tapi kemudian Yiping memberikan syarat ke delapan
“Delapan aku tak menemani bos atau menajer makan.”

Tuan ke 5 Qin tertawa mendengar semua persyaratan yang diajukan Yiping, “Lelucon yang bagus, sudah lama aku tak mendengar lelucon seperti ini.” Tuan ke 5 Qin bertanya pada Yiping, “Atas dasar apa kau kira aku akan menerima perjanjian yang tak adil ini?”
Dengan penuh percaya diri dan keyakinan Yiping menjawab, “Karena aku yakin aku bisa jadi primadona (bintang panggung) di tempat ini!”

Tuan ke 5 Qin kaget mendengarnya, “Baik buat perjanjian dengannya dan beri dia 100 yuan.” kata tuan ke 5 Qin pada asistennya. ”Segera suruh penjahit buatkan baju untuknya.” Asisten Tuan ke 5 Qin mematuhi perintah yang diberikan padanya (asisten apa menajer ya, bingung aku. Biar gampang asisten aja hehehe)

Tuan ke 5 Qin bertanya pada Yiping, “Kau tak akan gunakan nama aslimu kan? apa kau punya nama panggung?”
“Nama panggung? kalian sudah punya Hong Mudan (peony merah), namaku Bai Meigui (mawar putih) saja.” ucap Yiping
“Bai Meigui? Baiklah nama panggungmu Bai Meigui!” Kata Tuan ke 5 Qin menyetujui nama panggung Yiping.
Yiping ke rumah Ajudan Li dengan dandanan rambut barunya,
Yiping menyerahkan uang 100 yuan pada Ajudan Li. “50 yuan untuk bayar ganti rugi orang, 20 yuan untuk keperluan keluargamu. Sisanya berikan pada ibu. Katakan saja kulit harimau itu laku digadaikan 100 yuan!”
Yiping meminta agar kulit harimau itu tetap di rumah Ajudan Li, nanti akan ia ambil.
Ajudan Li bertanya dari mana Yiping mendapatkan uang sebanyak itu. Apa dari ayahnya. Yiping menjawab uang itu bukan dari ayahnya. Uang itu diperolehnya sendiri. Yiping memandang Ajudan Li, “Aku ingin kau membantuku!”
“Baik!”
Yiping menjelaskan bahwa mulai besok ia bekerja, siang hari latihan menyanyi, gladi bersih, dan malamnya tampil. Ia menerima satu pekerjaan. Ia menjadi penyanyi di Klub dansa Da Shanghai.
Ajudan Li dan istrinya kaget mendengar nama klub dansa. Yuzhen bertanya, “Klub dansa? Tempat seperti apa itu?”
Ajudan Li melarang Yiping, “Tidak bisa, Nyonya pasti tidak bisa menerima ini, ia akan sedih. Aku tak bisa menerima uang ini.” Ajudan Li meletakkan uang itu di meja.
Yiping menjelaskan sekarang ia dan ibunya sudah tak punya apa-apa lagi, ibu menutupi semua darinya. Ibunya menerima jasa cucian dari tetangga dan hanya mendapatkan upah sedikit agar dapat bertahan hidup.
Ajudan Li tak percaya, tak mungkin komandannya berbuat setega itu.
“Jangan bicara tentang komandanmu, tapi bicara tentang Bibi Xue, aku tak tahu cara apa yang Bibi Xue gunakan untuk mengusir kalian bertiga dari keluarga Lu, tapi aku tahu bagaimana Bibi Xue mengusir kami dari keluarga Lu. Ajudan Li, Kau orang yang pemberani. Tapi setelah keadaanmu mengenaskan seperti ini, kau tak mau datang minta tolong pada ayahku. Coba kau fikir, setelah aku dipukuli ayahku, apa mungkin aku sudi minta belas kasihan ayahku atau Bibi Xue?”
Tapi Ajudan Li tetap tak bisa menerima uang yang didapat Yiping dari menyanyi di klub dansa. Ia juga tak ingin membantu Yiping berbohong pada ibunya.
“Kau bisa. kau harus bisa. Aku bersumpah demi nyawaku, demi nama baik ibuku, aku hanya menyanyi, aku tak lakukan apapun. Hanya saja ibuku tak bisa terima. Jadi kita harus sembunyikan ini darinya. Kau harus membantuku.” Pinta Yiping.

Kemudian Keyun muncul,
“Ayah..!” Keyun memanggil ayahnya. Semua kaget melihat Keyun.
“Ayah, apa aku cari masalah lagi? Apa aku membuat kalian sedih lagi? Benar bukan?” tanya Keyun dengan lembut
Yuzhen menghampiri putrinya, “Tidak, kau sangat patuh, kau...”
Keyun memotong ucapan ibunya, “Aku memang sudah buat masalah, aku lihat ada tali. Aku sudah buat masalah.”
Keyun menghampiri ayahnya, ia berlutut didepan ayahnya.
“Ayah aku salah. Aku Sudah melakukan banyak kasalahan dan membuat kalian sedih.”
Ajudan Li dan istrinya membangunkan keyun dari berlutut, “Keyun kau adalah hidupku!” ucap Yuzhen sambil memeluk putrinya.
Keyun memandang Yiping, “Yiping kau datang?” Keyun bertanya pada Yiping
“Keyun kau mengenali aku?” Tanya Yiping.
“Yiping aku sakit parah. Aku tak tahu harus berbuat apa. Kadang-kadang pikiranku sangat jelas tapi terkadang aku bingung lagi. Aku tahu, aku selalu merepotkan ayah dan ibuku, tapi aku tak tahu harus berbuat apa..”
Yiping menenangkan Keyun, “Kau tak usah cemas. Kami akan mengobatimu, kami akan membawamu ke dokter.”
“Aku rasa aku harus mati.” ucap Keyun sambil menangis dan membuat kaget orangtuanya
“Keyun kau bicara apa? Kenapa berpikiran begitu?” Yuzhen mencemaskan putrinya
Sambil menangis keyun mengatakan kalau ia mati orangtuanya bisa hidup tenang. “Sakitku parah sekali. Sungguh aku ingin mati. Melihat tali itu, aku tahu aku sudah berbuat salah. Aku sungguh ingin mati,” Keyun memeluk ibunya sambil terus menangis
“Kami akan mengobatimu sampai sembuh, aku pasti akan menyembuhkanmu!” ucap Ajudan Li
Ajudan li mengambil kembali uang dari Yiping yang tadi ia letakkan di meja. “Yiping mengirimkan uang untuk kita, kita akan periksa ke dokter. Besok kita ke dokter.” Ucap ajudan Li pada Putrinya
Yiping melihatnya terharu, Ajudan Li dan Yiping saling mengangguk, mereka berdua menyatakan setuju kalau mereka akan menjaga rahasia pekerjaan Yiping demi mengobati Keyun
Yiping pulang ke rumahnya,
Wenpei kaget melihat rambut Yiping dipotong.
“Ibu akhirnya aku dapat pekerjaan.” Yiping berbohong pada ibunya, “Jadi pegawai diperusahaan dagang. Tapi sayangnya aku harus kerja malam, tapi gajinya lumayan 50 yuan setiap bulan. Bosku bilang kalau aku bekerja dengan bagus, bisa ditambah dengan uang lembur. Ini surat penerimaannya.” Yiping memperlihatkan surat penerimaan pekerjaan palsu pada ibunya.
“Benarkah?” Wenpei melihat surat penerimaan itu sambil tersenyum, “Aku tahu Tuhan tak akan membuntukan jalan kita.” Wenpei berpesan yiping harus rajin bekerja, apa yiping potong rambut juga demi pekerjaan, “Bukankah tampak lebih dewasa.” kata Yiping
Wenpei bertanya apa bisnis perusahaan tempat yiping bekerja itu legal. Dimana kantornya? Siapa pemiliknya? “Ibu kau bukan mau menikahkanku kan? kenapa tanya sebanyak itu, baiklah akan kujelaskan padamu.”
Yiping menjelaskan kalau dirinya masih dalam taraf percobaan. Yiping tahu apa yang ibunya pikirkan. Yiping bersumpah pada ibunya kalau pekerjannya normal-normal saja.
“Ibu, tunggu aku dapat gaji, kita akan mengobati keyun...” ujar Yiping
Yiping memeluk ibunya. Mereka tersenyum ...
Malam hari di gedung klub dansa Da Shanghai
Di depan gedung Da Shanghai banyak orang berlalu lalang. Kebanyakan dari mereka masuk ke klub dansa Da Shanghai. Diantara kerumunan orang yang berlalu lalang terlihat He Shuhuan dan Du Fei sedang berjalan menuju Da Shanghai.
Mereka sampai di depan pintu masuk Da Shanghai, tiba-tiba pandangan Shuhuan tertuju ke satu arah. Shuhuan melihat foto besar yang terpampang di pintu depan Da Shanghai. Shuhuan merasa mengenali orang yang difoto.
Du Fei bertanya pada Shuhuan kalau mereka masuk ke dalam apa tidak dikenali, bukankah dulu mereka pernah berbuat keributan dengan anak buah Tuan ke 5 Qin, pemilik Da Shanghai. Tak mungkin dikenali bukankah kejadiannya sudah setengah tahun yang lalu, apalagi sekarang mereka memakai pakaian yang rapi, kata Shuhuan.

Mereka kemudian masuk ke dalam gedung dengan aman tak ada yang mengenali.
Di dalam gedung Da Shanghai sendiri tak kalah ramai, Shuhuan kembali melihat foto yang sama seperti di depan gedung tadi, ia makin penasaran.

Suara musik yang semarak membuat semua orang menari dengan semangat, para penari memperlihatkan kemampuan tarian mereka.
Shuhuan dan du Fei duduk di kursi yang kosong, mereka melihat pertunjukan tarian. Shuhuan melihat ke sisi lain, ia melihat Tuan ke 5 Qin bersama para tamu Da Shanghai.
Seorang pelayan menawari Shuhuan dan Du Fei pesanan, dan memperlihatkan daftar pesanan. Shuhuan melihat daftarnya kaget, tapi ia bersikap wajar. Shuhuan memesan 2 gelas anggur merah.
Du Fei mengambil daftar pesanan itu untuk melihat menunya, ia kaget ketika melihatnya, “Wah.. satu gelas arak harganya 5 yuan yang benar saja. Ini perampokan namanya!” Du Fei berteriak kaget.
Shuhuan menenangkan Du Fei dan meminta jangan berteriak karena nanti orang berpikir mereka kampungan.
Shuhuan dan Du Fei kembali menikmati tontonan tariannya. Pelayan datang mengantarkan pesanan. Shuhuan bergumam :
“Ini dunia yang berbeda, seperti apapun keadaan di luar, disini tak ada bayangan peperangan, kegetiran. Setelah insiden mukden 18 september, tak ada yang malu karena Manchuria berubah menjadi Manchukuo. Masih tetap mewah dengan lampion dan arak. Nyanyian dan tarian tetap mendayu” (maksudnya tak ada yang malu berpesta menari, menyanyi, minum arak sementara Manchuria telah jatuh ke tangan Jepang)
“Shuahun kau sedang membaca mantera apa, pertunjukan sebagus itu kau tak nonton?” Tanya Du Fei.

Shuhuan menunjukan pada Du Fei kalau Tuan ke 5 Qin juga ada di sana. Shuhuan akan cari peluang untuk berkenalan dengan Tuan ke 5 Qin, siapa tahu bisa jadi temannya, dengan begitu mereka bisa melakukan wawancara khusus. Du Fei tanya bagaimana carannya, Shuhuan menjawab ia akan memikirkan caranya.
Pertunjukkan tarian selesai, semua tepuk tangan. MC panggung mengumumkan ada bintang panggung yang baru diorbitkan di Da Shanghai, “Bai Meigui akan menyanyikan lagu ‘Yan Yu Meng Meng’!”
Shuhuan penasaran,
Shuhuan kaget melihat siapa yang ada di atas panggung, itu adalah gadis yang pernah ia tolong. Yiping mulai menyanyi.


Semua tamu Da Shanghai larut dalam nyanyian Yiping. Mereka berdansa.



Yan Yu Meng Meng
Wo Zhui Pa, Zhui Pa, Yan Yu Meng Meng,
Kan Bu Qing, Kan Bu Qing, Ni De Shen Ying,
Wo Chen Jing, Wo Chen Jing, Dui Tian Hu Huan,
Tian Zai Ku, Wo Zai Ku, Ni Zai He Chu?

Wang Shi Yi Mu Mu, Shang Xin Yi Mu Mu,
Ni De Yan Guang Ni De Xiao, Ban Wo Jin Ri Gu Du,
Yan Yu Yi Zhong Zhong, Shan Shui Yi Zhong Zhong,
Ni De Ding Ning Ni De Lei, Shi Wo Xin Zhong Zhui Tong.

Wo Zhui Pa, Zhui Pa, Yan Yu Meng Meng,
Hai Ji De, Feng Yu Li, He Ni Xiang Feng,
Zao Zhi Dao, Zao Zhi Dao, Ru Ci Cong Cong,
You He Bi, You He Bi, He Ni Xiang Feng

Yiping mengakhiri nyanyiannya. Semua tepuk tangan bersorak,,
“Bagus sekali..” Teriak Du Fei sambil tepuk tangan. Shuhuan juga bertepuk tangan.
Yiping tersenyum melihat sambutan yang baik atas pertunjukkannya...

Bersambung...

2 comments:

  1. bagus mbak.. saya lagi suak flashback ke drama" lama. dan kebetulan nemu ini.. apalagi sinopnya lengkap gini.. makasih mbak.. lanjutkan ya mbak.. fighting^^

    ReplyDelete
  2. Sedih baca ini lagi,, tpi suka banget ceritanya bikin mewek sma romantis banget

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.