Penonton yang mabuk itu marah atas apa yang diucapkan Yiping, “Kau yang pura-pura. Jelas-jelas wanita serigala. Berlagak sok suci. Dasar menjijikan!” Umpat pria mabuk itu.
“Aku menjijikan? Aku menyanyi baik-baik kau bilang menjijikan? Hanya kau, orang yang sebenarnya ‘orang utan palsu’. Kau yang menjijikan!” Ucap Yiping tak kalah kerasnya. Dan membuat penonton lain memberi tepuk tangan padanya, membenarkan ucapannya.
Pria mabuk tadi tambah marah. Melihat itu, Qin Wu Ye (Tuan ke 5 Qin) menyuruh anak buahnya mengeluarkan orang yang berbuat onar, pria tadi digotong. Pria itu memberontak. “Usir semua orang yang berbuat onar!” Ujar Qin Wu Ye. Shuhuan yang dari tadi hanya diam berusaha menenangkan. Ia mengatakan bahwa kita datang ke Da Shanghai untuk bersenang senang, bukan untuk berkelahi. “Nona Bai Meigui ini tak bisa menyanyi laju ‘Jia Zheng Jing’ bukankah ada penyanyi lain yang bisa menyanyikannya? Biar dia saja yang menyanyikan untuk kita!” Semua penonton mengangguk setuju usul Shuhuan.
MC memberi tahu kalau Hong Mudan akan menyanyikan lagu ‘Jia Zheng Jing’. Yiping keluar dari panggung menuju kamar ganti dengan perasaan kesal. Melihat Yiping ke belakang panggung Shuhuan mengikutinya. Qin Wu Ye kesal karena ada keributan di klub dansanya. Ia pun ke belakang panggung. Pria mabuk duduk kembali ke kursinya dan dilayani beberapa pelayan. Semua orang kembali berdansa.
Di kamar ganti Yiping langsung duduk menghadap meja riasnya dengan kesal.Qin Wu Ye langsung menghampirinya dan plaakkk.... Ia menampar Yiping hingga membuatnya terjatuh. ”Apa-apaan kau. Berani bertengkar dengan tamu di atas panggung? Kau mau merusak bisnisku?” Ucap Qin Wu Ye dengan nada tinggi. Kemudian ia menarik tangan Yiping dengan kasar membuat Yiping mengaduh. Shuhuan datang.
“Qin Wu Ye hentikan itu!” Sahut Shuhuan. Mendengar itu Qin Wu Ye marah pada Shuhuan dan meminta jangan mencampuri urusannya. Ia juga mengusir Shuhuan agar keluar dari sana. Kemudian anak buah Qin Wu Ye membawa Shuhuan . “Qin Wu Ye aku tak akan bisa melawan anak buahmu! Aku tahu aku tak berhak bicara. Tapi dengarkan kata-kataku. Jika kata-kataku tak masuk akal kau boleh panggil anak buahmu untuk memukul dan melemparkanku keluar. Tapi jika kata-kataku masuk akal tolong ampuni Bai Meigui!” kata Shuhuan sambil melepaskan diri dari anak buah Qin Wu Ye. Qin Wu Ye mengizinkan Shuhuan bicara.
“Kau mempekerjakan Bai Meigui tentu saja karena dia berbeda dengan yang lain kan? Hari ini terjadi musibah kecil. Jika dia penyanyi yang sudah berpengalaman tentu dia akan memaklumi kejadian tadi. Tapi Bai Meigui ini masih baru, dia hanya bereaksi sesuai dengan refleknya saja. Aku rasa dia jujur. Bukankah dia telah mendapatkan sambutan dan tepuk tangan dari penonton? Untuk apa kau marah padanya? Lagi pula aku tak tahu kenapa kau mempekerjakannya. Tapi dia berkarakter, banyak tamu menyukainya. Kelebihannya adalah dia sama sekali bukan penyanyi. Hal itu juga yang menjadi kekurangannya. Jika dia hari ini dibilang bersalah tentu saja orang yang mempekerjakannya juga bersalah.” ucap Shuhuan panjang lebar.
Qin Wu Ye tertawa sinis, apa menurut Shuhuan dirinya yang bersalah? Shuhuan terlalu berani bicara seperti itu dengannya. Shuhuan menjawab sambil tersenyum kalau Qin Wu Ye juga nekat telah mempekerjakan Bai Meigui. Yiping cemas mendengarnya.
Tapi Qin Wu Ye tertawa mendengar ucapan Shuhuan, lalu mendorong Yiping hingga terjatuh. Ia menghampiri Shuhuan memuji kemampuan Shuhuan dalam berbicara, dan meminta meninggalkan pekerjaan sebagai wartawan dan beralih menjadi sekertarisnya. Shuhuan menolak karena ia tak mau mengambil resiko. Tapi Qin Wu Ye menyarankan agar mempertimbangkannya dulu.
Qin Wu Ye beralih mengahadap Yiping yang masih duduk di bawah. “Kali ini kau ku ampuni, lain kali kalau kurang ajar seperti tadi. Aku pastikan kau akan mati mengenaskan!” Ancamnya pada Yiping. Kemudian berjalan keluar meninggalkan ruang ganti diikuti anak buhnya.
Yiping memegangi pipinya, ada darah di ujung bibirnya. Shuhuan mengulurkan tangannya membantu Yiping bangun. Yiping menerima uluran tangan Shuhuan dan mengucapkan terima kasih
Melihat bibir Yiping yang berdarah ia memberikan sapu tangannya. Yiping menerimanya dan segera membersihkan darah yang menempel di bibirnya. “Sepertinya kau selalu membantuku tiap aku terluka disini!” ucap Yiping. Shuhuan hanya tersenyum prihatin.
Yiping dan Shuhuan keluar dari Da Shanghai. Shuhuan melihat tak ada penarik rickshaw langganan Yiping (maksudnya Ajudan Li). Ia kemudian memanggilkan delman untuk mengantar Yiping pulang. Yiping setuju. Kemudian mereka pulang naik delman...
Di atas delman Shuhuan dan Yiping saling menatap dan tersenyum. Mereka mulai membicarakan tentang rembulan. “Benar. Aku sudah lama tak melihat rembulan.” Sahut Yiping. Pembicaan mereka berlanjut ke pertemuan pertama mereka saat hujan turun, kemudian pertemuan kedua di Da Shanghai saat Yiping menyanyikan lagu ‘Yan Yu Meng Meng’. Yiping tersenyum mendengar ucapan Shuhuan.
“Pernahkah ada yang memberitahumu kalau senyummu itu cantik sekali!” Ujar Shuhuan. Mendengar itu Yiping langsung terdiam dan bartanya apa setiap kali bertemu wanita sikap Shuhuan seperti ini. Shuhuan menjawab tidak ini ia lakukan untuk pertama kalinya. Shuhuan terus menatap Yiping.
”Aku berhutang banyak padamu!” Sahut Yiping. “Hanya berhutang satu nama saja!” Jawab Shuhuan yang sampai sekarang belum tahu nama asli Yiping. Shuhuan bertanya apa ia sekarang sudah boleh tahu siapa nama sebenarnya dari Bai Meigui. Yiping tetap tak mengatakannya. “Semakin kau tak mau mengatakannya, aku semakin penasaran!”
Yiping hampir memberi tahu namanya karena Shuhuan sudah berulang kali membantunya, tapi Shuhuan mencegahnya. ”Kalau kau tak ingin mengatakannya, kau tak perlu mengatakannya. Aku berteman dengan dirimu, bukan dengan namamu!” Ucap Shuhuan.
Kemudian Shuhuan meminta Yiping meninggalkan pekerjaannya yang sekarang. “Tinggalkan Da Shanghai. Tinggalkan Qin Wu Ye. Wanita sepertimu tak seharusnya hidup di lingkungan seperti itu. Qin Wu Ye tokoh yang berbahaya. Dia bisa mengangkatmu setinnggi langit, juga bisa menjebloskanmu ke dalam neraka. Emosimu begitu spontan kejadian malam ini setiap saat bisa terjadi.”
Yiping berterima kasih karena Shuhuan mencemaskannya, tapi ia perlu uang dan ia sudah mencari pekerjaan tapi tak ada hasilnya. “Aku dan ibuku sudah miskin dan menemui jalan buntu!” Sahut Yiping
“Ayahmu? siapa lagi keluargamu?” tanya Shuhuan.
“Aku tak punya ayah, keluargaku hanya aku dan ibuku.” Jawab Yiping.
Keluarga dengan dua orang tak mungkin memerlukan uang yang banyak. Shuhuan berniat membantu mencarikan pekerjaan untuk Yiping di kantor koran Shen Bao. Yiping berterimakasih atas niat baik Shuhuan. Tapi ia akan tetap di Da Shanghai, ia juga akan lebih berhati-hati dan meminta Shuhuan tak perlu mencemaskannya.
Meraka sampai di jalan dekat gang rumah Yiping. Delman berhenti, sebelum turun Yiping mengatakan pada Shuhuan kalau ibunya tak tahu ia menyanyi di Da Shanghai. Ibunya hanya tahu kalau ia bekerja di perusahaan perdagangan. Tak pantas malam-malam Shuhuan mengantar sampai ke rumahnya. “Kau agak rumit!” kata Shuhuan.
“Siapa tahu juga agak berbahaya!” Ujar Yiping.
“Bagus sekali aku paling suka cari bahaya!” sambung Shuhuan sambil tersenyum. Yiping tertawa mendengarnya. Kemudian ia turun dari delman dan melambaikan tangan pada Shuhuan lalu berjalan menuju rumahnya.
Sambil jalan Yiping bergumam “Qin Wu Ye, He Shuhuan, delman, sinar rembulan, ‘Yan Yu Meng Meng’ malam yang aneh!” tapi kemudian ia bertanya dalam hati, “Kenapa Ajudan Li tak menjemputku? Apa yang terjadi?
Di rumah Ajudan Li
Ajudan Li baru sampai dirumahnya. Ia kelelahan dan meminta istrinya menyiapkan makanan untuknya. Yuzhen bertanya apa yang terjadi dengan suaminya. Ajudan Li menjelaskan kalau ia bertemu dengan penumpang rickshaw yang ingin menumpang gratis padahal usianya masih 20an tahun. Setelah diantar pemuda itu langsung lari tak membayarnya. Ajudan li mengejar dan berkelahi hingga wajahnya lebam penuh luka.
Keyun keluar dari kamar, ia mendengarkan ucapan ayahnya. “ Ayah sudah malam begini kau masih menarik rickshaw, aku hanya makan dan tidur di rumah. Juga menghabiskan uang hanya untuk membeli obat. Aku akan mencari pekerjaan!” Ucap Keyun sambil berjalan keluar. Yuzhen menghalangi sudah malam mau mencari kerja dimana?
“Aku akan mencari Nyonya ke 9.” jawab Keyun. Mendengar itu Ajudan Li marah sambil mengebrak meja membuat istrinya dan Keyun kaget. “Singkirkan Nyonya ke 9 dari kepalamu. Tak boleh disebut lagi. Kau dengar?” Teriak Ajudan Li.
Mendengar ayahnya marah Keyun mulai linglung, “Aku akan cari kerja, aku bisa memberi makan kuda, menyikatnya, membersihkannya. Akan kusikat bersih...” Keyun mulai mengosok meja dirumahnya.
Melihat Keyun linglung, Yuzhen marah pada suaminya. Kenapa segalak itu pada Keyun seharian dia baik-baik saja, dokter bilang tak boleh membuat pikirannya terganggu. Percuma pergi ke dokter.
Keyun bangkit dari mengosok meja, ia akan memberi makan kuda, mencucu baju, masak. Lalu begegas keluar tapi ayahnya segera menangkapnya.
”Kenapa tak mengikatnya. Sudah berulang kali kukatakan kalau aku tak ada di rumah kau harus mengikatnya!” teriak Ajudan Li. Keyun memberontak. “Cepat ambil tali!” Ajudan Li menyuruh istrinya mengambil tali. Keyun berteriak memberontak.
“Lepaskan aku... Aku mau membeli susu, bayiku... bayiku tak punya susu bubuk!” ucap Keyun “Bayiku sakit, aku harus panggil dokter. Lepaskan aku...” Keyun meronta dan mencakar wajah ayahnnya.
Keyun terus berteriak mencari dokter. Yuzhen muncul membawa tali. Ajudan Li dan istrinya mengikat Keyun dengan tali itu.
“Lepaskan aku... Lepaskan. Mana dokternya..” teriak Keyun
“Jangan teriak! Kau mau membangunkan semua tetangga. Jangan teriak!” Ajudan Li berteriak pada Keyun sambil mengguncangkan tubuh Keyun. Yuzhen meminta suaminya jangan melukai Keyun. Keyun menatap ayahnya. Ia diam, kemudian jatuh pingsan. “Lihatlah! Apa kau mau membunuhnya!” ucap Yuzhen.
Ajudan Li membopong putrinya ke tempat tidur dalam keadaan terikat. “Keyun cepatlah sadar!” Ucap Yuzhen sambil menekan bagian bawah antara hidung dan mulut keyun.”Anakku yang malang, cepatlah sadar!” Ajudan Li sedih melihatnya.
Tak lama kemudian Keyun sadar, ia membuka matanya. Ajudan Li dan istrinya senang melihat putri mereka sadar dan bertanya mana yang sakit.
Keyun menjawab dirinya baik-baik saja dan sadar telah terjadi sesuatu padanya karena dirinya terikat. “Jangan lepaskan talinya, nanti aku akan buat masalah lagi!” ujar Keyun. Yuzhen menangis mendengarnya.
Ajudan Li sadar ia lupa menjemput Yiping, “Yiping bisa menjaga dirinya sendiri.” ucap istrinya. Kemudian Ajudan Li melapaskan ikatan tali dari tubuh Keyun. Keyun memandang dan meraba wajah ayahnya yang penuh luka. Ia bertanya apakah ayahnya berkelahi dengan orang? Ajudan Li menjawabnya dengan anggukan.
Di apartemen Shuhuan
Shuhuan sampai diapatemennya, Du Fei duduk di kursi tamu sambil melihat-lihat foto Qin Wu Ye. “Kau sudah pulang? Bagaimana wawancaranya? Fotoku sudah selesai kapan naskahmu diberikan ? Tanya Du Fei. Shuhuan diam saja.
“Sepertinya kau ketagihan pergi ke Da Shanghai?” lanjut Du Fei tapi Shuhuan tetap diam tak menjawab dan berjalan berlalu dari hadapan Du Fei. Du Fei aneh melihatnya.
“Kau kenapa? Aku sedang bicara denganmu?” Tanya Du Fei lagi
“Bagus!” jawab Shuhuan
“Apanya yang bagus?”
“Apapun katamu semuanya bagus!” jawab Shuhuan. hahahaha
Du Fei berdiri menghampiri Shuhuan dan bertanya apa Shuhuan minum arak, “Jiwamu normal tidak?” Hahahaa
Shuhuan malah balik bertanya sudah malam kenapa belum tidur?
“Aku menunggumu. Ada yang ingin kutanyakan padamu!” Sahut Du Fei
“Bolehkah aku mengejar Ruping?” tanya Du Fei. Shuhuan bingung mendengarnya. Dan bertanya itu pertanyaan apa? Apa Du Fei salah orang.
“Kau teman baikku. Kalau kau menaruh hati pada Ruping, aku akan mengalah dengan baik-baik tak akan bersaing denganmu. Kalau kau tak berminat. Aku... aku...!”
“Ternyata kau menyukai Ruping ya?” tanya Shuhuan sambil tertawa
“Seluruh dunia juga tahu kalau aku menyukai Ruping. Hanya kau yang menanyakan pertanyaan aneh itu?”
“Du Fei, Siapapun yang kau suka kejar saja. Jangan pedulikan aku!” sahut Shuhuan
Du Fei berterima kasih dan akan berusaha mengejar Ruping. Ia kegirangan dan memukul karung pasir yang ada di sana tapi karung itu berbalik mengenainya hahaha. Shuhuan masuk ke dalam kamarnya.
Di kantor redaksi koran Shen Bao
Mereka membuka kantong berisi surat pembaca, semuanya ditujukan untuk Nyonya Tua Luo (suratnya banyak banget) Bos koran Shen Bao menghampiri anak buahnya yang tengah membereskan surat-surat itu, “Kalian bertiga orang yang berbakat di koran ini!” puji si Bos pada Shuhuan, Du Fei dan Erhao.
Si Bos tanya perkembangan wawancara dengan Qin Wu Ye. Du Fei menjawab bagian foto sudah selesai dan Shuhuan sedang melakukan wawancaranya. Shuhuan mengatakan kalau Qin Wu Ye menginginkan kisahnya ditulis menjadi buku. Si Bos menyarankan agar laporan khusus Qin Wu Ye di muat bersambung dulu.”Shuhuan, kalau kau dapat menyelesaikan tugas ini gajimu akan naik!” Kata si Bos
Du Fei menyahut apakah biaya ke Da Shanghai bisa di tanggung oleh kantor? “Asalkan kalian melakukan wawancara tentu saja akan dibiayai kantor, tapi jangan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.” jawab si Bos. “Du Fei mulai bulan ini gajimu tak akan dipotong lagi, aku tahu kau sudah mengorbankan lagi kacamatamu dan kacamatamu itu akan di ganti oleh kantor.” Du Fei senang sekali dan mengucapkan terima kasih pada Bosnya
Si Bos menyuruh Du Fei mengantarkan surat-surat itu pada Nyonya Tua Luo. Dan menyuruh Erhao ke penjara untuk mewawancarai narapidana yang sudah bertobat menjadi baik.
Mereka bertiga membereskan surat-surat itu, sambil membereskan surat Du Fei menyahut kalau mau ke tempat Nyonya Tua Luo harus mengajak Ruping. Shuhuan meminta kalau wawancara dengan Nyonya Tua Luo sebaiknya Du Fei saja yang melakukannya. Ia sibuk menulis naskah. Wah wah... kesempatan nihhhh hahaha. “Shuhuan, kau teman yang baik!” kata Du Fei kemudian ia bergegas menjemput Ruping di kampus dan langsung ke tempat Nyonya Tua Luo.
Dirumah Nyonya Tua Luo
Nyonya Tua Luo menangis melihat kucing kesayangannya ‘sobat tua’ tergeletak diam tak bergerak.
“Sobat tuaku jangan tinggalkan aku!” tangis Nyonya Tua Luo.
Semua orang melihatnya. Tak lama kemudian Du Fei dan Ruping datang. Ruping menghampiri Nyonya Tua Luo dan bertanya apa yang terjadi dengan sobat tuanya. Apa dia pergi? Ruping melihat sekeliling dan menemukan kucing itu ada di sana diam tak bergerak, “Sobat tuamu ada di sana, dia tidak pergi!”
Du Fei bertanya apa Nyonya Tua Luo bertengkar dengan kucingnya. Nyonya Tua Luo menjawab mana mungkin ia bertengkar dengan sobat tuanya, “Aku membujuknya tapi dia tak peduli padaku. Bagaimana ini?” Ucap Nyonya Tua Luo sambil menangis.
Du Fei bertanya pada orang yang ada di sana apa yang sebenarnya terjadi, orang itu menjawab tidak tahu. Nyonya Tua Luo menangis sepanjang pagi dan kucingnya tergeletak disana. Ruping memeriksa kucing itu, dan mengatakan kucing itu sakit dan bertanya apa kucing itu tak mau makan. Nyonya Tua Luo membenarkan kalau sobat tuanya sudah berhari-hari tak mau makan, “Bagaimana ini?” Nyonya Tua Luo kembali menangis.
“Mungkin makanan yang diberikan tak sesuai seleranya!” Sahut Du Fei dan meminta pada orang yang ada disana untuk membawakan ‘nasi kucing’.
Du Fei memberikan nasi kucing itu pada sobat tua, ia berusaha menyuapinya. Tapi sobat tua tetap tak mau memakannya, “Ayo makanlah!” Bujuk Du Fei.
Nyonya Tua Luo melihatnya cemas. Kucing itu tetap diam tak bergerak,”Sobat tuaku mau pergi, dia tak akan hidup lagi!” Nyonya Tua Luo terus menangis. Dufei bertanya pada orang-orang siapa lagi yang punya ikan, ikan yang segar.
“Ikan. pus pus...” Du Fei menggigit ikan mentah itu dengan mulutnya dan berusaha memberikannya pada sobat tua, kucing itu tetap diam. “Dia tak mau, pasti mati!” Sahut Nyonya Tua Luo. Ruping menenangkannya. Semua tertawa melihat tingkah Du Fei. Ia membawakan makanan yang lain dengan cara yang sama yaitu dengan mulutnya hahahaha
Tulang! Biskuit! Cakwe! Susu!“Rakyat saja tak bisa minum susu sesegar ini, kau jangan keras kepala. Jika kau tak mau makan aku tak akan peduli padamu!” ucapnya pada sobat tua. Ruping menghampiri Du Fei dan mengatakan kalau kucing itu benar-benar sakit. Nyonya Tua Luo terus menangis takut kalau sobat tuanya meninggal, “Aku tak mau hidup lagi, aku mau melompat ke sungai!” Ujar Nyonya Tua Luo sambil berjalan keluar, tapi Ruping segera menahannya.
Du Fei memperlihatkan surat pembaca yang ditujukan untuk Nyonya Tua Luo. Melihat tumpukan kertas Nyonya Tua Luo histeris. Ia malah ketakutan dan meminta tolong. Ruping tanya kenapa?
“Bon banyak sekali. Bon.. aku tak punya uang!” jawab Nyonya Tua Luo ketakutan. Ia mengira tumpukan kertas itu bon hutang yang harus dibayar. Ruping menjelaskan kalau itu bukan bon yang harus dibayar. Ruping juga memberikan uangnya. Ini untukmu kata Ruping. Nyonya Tua Luo senang melihatnya. Tapi kemudian diam lagi karena sobat tuanya sakit, ia menyerahkan uang itu kembali pada Ruping. “Tanpa sobat tuaku apa gunanya uang?” Nyonya Tua Luo kembali menangis, Ruping bingung melihatnya.
Du Fei mengangkat kucing itu dan ia akan membawanya ke dokter. Nyonya Tua Luo senang mendengarnya. Mereka pergi ke dokter.
Di tempat dokter, pasiennya banyak. Antri.
Du Fei, Ruping dan Nyonya Tua Luo memasuki ruangan mencari dokternya. Dokter itu kenalannya Du Fei.
“Dufei sudah lama kau tak datang!” sahut Dokter. Dufei meminta tolong untuk memeriksa pasien. Dokter itu bertanya siapa yang sakit? Bagaimana sakitnya?
“Dufei sudah lama kau tak datang!” sahut Dokter. Dufei meminta tolong untuk memeriksa pasien. Dokter itu bertanya siapa yang sakit? Bagaimana sakitnya?
Nyonya Tua Luo langsung menjawab, “Dia tak mau makan. Apapun tak mau. Sudah berhari-hari tak mau makan.”
Si dokter mengatakan kenapa tak segera di bawa ke dokter. Kalau sakit jangan ditunda-tunda, selain tak mau makan apa lagi sakitnya tanya dokter.
“Dia tidak kotor!” jawab Nyonya Tua Luo ga nyambung, “Tiap hari aku membersihkannya, kepalanya, ekornya, cakarnya!” Dokter bingung ekor? cakar?
Ruping menjelaskan kalau bukan mereka yang sakit tapi seekor kucing. Si dokter kaget melihatnya.
Dokter menjelaskan kalau di sini bukan rumah sakit untuk hewan, ia menolak mengobati kucing. Ia harus memeriksa pasien-pasiennya. Ruping memohon agar dokter mau memeriksa dan memberikan obat pada kucing itu. Dokter tetap tak mau karena ia bukan dokter hewan. Du Fei tanya dimana ada rumah sakit hewan. Dokter menjawab tidak tahu.
Ruping tetap memohon, anggap saja kucing itu bayi dan berikan obatnya, cukup dikurangi dosisnya. Dokter tetap tak mau memeriksanya. Du Fei memberikan kucing itu pada Ruping dan mendekati si dokter. Du Fei mulai marah pada dokter. Ia membalikkan tubuh dokter dengan kasar.
“Demi kucing ini aku sudah menggunakan cara untuk menolongnya!” Ucap Du Fei sambil mendorong tubuh si dokter. “Dokter hewan atau bukan kau harus memeriksanya. Kalau kau tak mau memeriksanya aku akan hancurkan rumah sakit ini!” Du Fei mengancam sambil berteriak dan mendorong si dokter.
”Aku akan melepas izin praktekmu!” Du Fei mempengaruhi pasien yang ada disana apa percaya pada dokter itu yang tak bisa menyembuhkan seekor kucing, mana bisa dia menyembuhkan manusia. Pasien disana mengangguk setuju atas ucapan Du Fei. Si dokter cemas mendengarnya. Dan setuju akan memeriksa kucing Nyonya Tua Luo. Du Fei berterimakasih pada pasien yang ada disana karena sudah membantunya.
Setelah dari rumah sakit Du Fei dan Ruping mengantar Nyonya Tua Luo dan sobat tuanya pulang. Mereka pulang berjalan kaki. Du Fei menggendong kucing itu dalam pelukannya.
Ruping berjalan bersama Nyonya Tua Luo sambil tersenyum senang. Ruping mengatakan bahwa sobat tua hanya sedikit pilek setelah di beri obat dia akan sembuh. Nyonya Tua Luo senang mendengarnya. Ruping juga senang karena tadi Du Fei sangat berani pada dokter.
Tiba-tiba ada suara klakson mobil yang mengagetkan sobat tua. Kucing itu langsung turun dari gendongan Du Fei dan lari. “Sobat tua kembali!” teriak Du Fei sambil mengejar. Tapi kucing itu larinya cepat Du Fei tak mampu mengejar.
“Sobat tua.. Sobat tua. Kembali..” Teriak Nyonya Tua Luo ikut mengejar. Ruping panik melihatnya.
Mobil yang membunyikan klakson tadi muncul tepat dihadapan Nyonya Tua Luo, “Ahhhhhh.....” Teriak Nyonya Tua Luo. Melihat Nyonya Tua Luo hampir tertabrak Du Fei langsung lari menangkap dan menyelamatkannya.
“Nenek kau tak apa-apa?” Tanya Du Fei dan Ruping. Mereka membantu Nyonya Tua Luo bangun. “Mana sobat tuaku!” tanya Nyonya Tua Luo. Du Fei celingukan. Ia mencari kucing itu, tapi kucing itu hilang. Nyonya Tua Luo kembali menangis. Ruping berusaha menenangkannya dan akan berusaha mencari sobat tuanya. Ruping membantu mencari. Du Fei berjalan kesana kemari mencari sobat tua tapi dia tak menemukannya.
Du Fei pulang ke apartemen, ia tiduran di kursi sambil membaca koran dan mengipasi tubuhnya dengan koran itu.. Shuhuan datang dan bertanya Du Fei kenapa.
Du Fei mengatakan kalau ia hampir mati. Shuhuan kaget mendengarnya. Kemudian Du Fei menceritakan kejadian yang baru dialaminya bersama Ruping. Du Fei meminta Shuhuan membantunya mencari kucing itu. Ia dan Ruping sudah memeriksa seluruh Shanghai. Dari siang sampai malam tapi tak menemukannya.
“Coba bayangkan. Tadinya aku pikir setelah mengantar surat untuk Nyonya Tua Luo aku bisa romantis-romantisan dengan Ruping. Bukannya romantis malah bencana!”
“Nyonya Tua Luo tak mau pulang sebelum menemukan sobat tuanya. Ruping tak sampai hati kemudian membawanya pulang ke rumah keluarga Lu!” Shuhuan kaget mendengarnya.
Dirumah keluarga Lu
Lu Zhenhua duduk di damping istri ke 9 nya. Erhao juga ada di sana. Mengping dan Erjie berdiri memandang Nyonya Tua Luo yang berjalan kesana kemari melihat rumah yang sangat besar. Ruping menemaninya.
Nyonya Tua Luo memegang semua barang-barang yang ada dirumah itu. Ia takjub melihatnya. Ketika berjalan di atas karpet ia menyingkir, “Kenapa kerpet dipasang di bawah kalau terinjak bagaimana? Nanti kotor!” Ujar Nyonya Tua Luo. Mengping dan Erjie tertawa melihatnya.
Nyonya Tua Luo beralih memandang lukisan bayi, “Nona ini lupa memakai baju setelah mandi!” ucapnya dan kembali membuat Mengping dan Erjie tertawa. Ruping hanya tersenyum mendengarnya.
Nyonya Tua Luo beralih mendekati sebuah patung.”Disini ada Buddha. Aku tak lihat. Amitabha.. amitabha..!” ucapnya sambil menyembah patung itu.
Xueqin kesal melihatnya. Erhao tersenyum melihat tingkah nenek tua itu.
Xueqin menghampiri Ruping dan bertanya dari mana Ruping mendapatkan nenek tua yang kotor ini? Ada kutunya tidak? ada penyakitnya tidak? Ruping menjawab kalau nenek itu sangat bersih. Xueqin mengingatkan kalau nanti makan, nenek itu suruh makan di dapur saja, jangan makan di meja dengan mereka. Ruping menolak bagaimanapun juga nenek itu tamu.
Tamu apa? Dia hanya pengemis tua ucap Xueqin. Ruping kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut ibunya itu.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...