Thursday, 10 May 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 13

Wahaha cekikikan liat Apni n Irfa pada galau karena Rooftop Prince dan Alhamdulillah saya belum nonton jadi ga ikut-ikutan galau. Sudah cukup deh nonton Equator Man, yang lain nunggu tamat aja. 
Sinopsis Equator Man Episode 13
Apa yang terjadi pada Jang-il setelah mengetahui kalau Soo-mi melihat semua yang ia lakukan terhadap Sun-woo 15 tahun yang lalu. Bukan hanya itu ternyata Soo-mi juga melukiskan setiap kejadiannya dengan sempurna.
Jang-il menangis pilu di dalam mobilnya. Ia berusaha menguatkan dirinya tapi apa daya air matanya terus keluar.
Jang-il pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Ia langsung bersujud memberikan penghormatan untuk ayahnya. Young-bae cemas kenapa putranya mendadak menjadi seperti ini. Apa putranya minum-minum dengan Soo-mi.
Jang-il : “Ayah, apa aku harus menikahi Soo-mi dan menghabiskan hidupku dalam penderitaan?”
Young-bae tak mengerti apa yang dibicarakan Jang-il. Jang-il langsung memeluk ayahnya dan menangis. Young-bae menebak pasti Sun-woo sudah melakukan sesuatu pada Jang-il hingga seperti ini. Jang-il terus menangis.

Keesokan harinya seperti biasa Jang-il berangkat ke tempat kerja. Tapi suasana hatinya sedang tak bagus.
Jang-il dan Joon-ho menghadap ke ruangan kepala kejaksaan. Kepala kejaksaan menginginkan agar Jang-il dan Joon-ho menangani satu kasus. Apakah kasus itu, ya petisi yang Sun-woo serahkan ke kantor kejaksaan. Kepala kejaksaan menjelaskan rincian kejadian yang tentu saja Jang-il sudah tahu.
Jang-il langsung lemas karena ia kemarin mati-matian menolak menangani kasus Sun-woo tapi sekarang atasannya menyuruh mengambil kasus ini.

Wajah Jang-il langsung terlihat pucat, karena ini menyangkut dirinya. Atasannya heran dan bertanya apa Jang-il baik-baik saja. Jang-il kaget dan berkata kalau ia baik-baik saja dan berjanji akan melakukan tugasnya dengan baik. Atasannya minta ini dirahasiakan karena ini akan digunakan untuk menghancurkan Jin No-sik. (rupanya kejaksaan sudah lama mengincar Jin No-sik ya)
Jang-il dan Joon-ho keluar dari ruangan atasannya. Joon-ho mencoba mengira-ngira kasus yang akan ia tangani bersama Jang-il. Ia berpendapat, kalau Kim Kyung-pil itu bekerja pada Jin No-sik dari awal perusahaan berdiri. Sepertinya Kim Kyung-pil meminjam uang pada Jin No-sik. Karena mereka kawan baik, dia pasti tahu kejahatan Jin No-sik. Mungkin dia mencoba memeras Jin No-sik dan karena itu dia dibunuh (Pradugamu salah jaksa)
Jang-il melamun ia tak mendengarkan pendapat temannya. Joon-ho heran dan merasa ada yang aneh. Ponsel Jang-il berbunyi, setelah ia bicara ia segera keluar.
Di luar wartawan sudah banyak yang menunggu. Jang-il kebingungan. Seorang ibu-ibu datang dan mengatakan kalau suaminya meninggal 2 minggu yang lalu.

Jang-il naik ke atap gedung, ia mondar-mandir tak tenang. Hatinya gelisah.
Jang-il menatap langit, pandangannya silau oleh teriknya matahari. Dalam hati ia berkata, “Kau melakukan kesalahan dan ayahku hanya menutupi kesalahanmu.”
Jang-il kembali mengingat ucapan Jin No-sik yang menanyakan katika tubuh Kim Kyung-pil dibawa ke bukit bagaimana kalau dia masih hidup dan juga banyak ucapan orang lain yang terngiang di telinganya.
“ARGHHHHH..........” Jang-il meluapkan emosinya dengan berteriak kencang membuat telinga saya yang nulis juga kaget.
Jang-il menelepon ayahnya. Ayahnya langsung bicara riang sambil melihat tayangan televisi. Ia menerima banyak telepon (ternyata Jang-il diwawancarai) ayahnya benebak sepertinya orang-orang banyak yang menonton tayangan ini. Ada telepon berdering di rumah Jang-il meminta ayahnya mengangkat telepon itu, tapi Young-bae malas. Dan bertanya ada apa Jang-il meneleponnya.
Jang-il minta ayahnya mendengarkan baik-baik apa yang akan ia katakan. Tatapan Young-bae berubah jadi serius dan penasaran.
Jang-il : “Pergilah dan cari telepon umum yang tak ada CCTV disekitarnya. Hubungi Jin No-sik melalui telepon umum dan minta dia untuk datang ke tempat kita dan juga katakan pada Jin No-sik untuk tak menggunakan telepon genggam.”

Young-bae ingin tahu ada apa sebenarnya. Jang-il tak mengatakannya ia hanya berkata kalau tak ada apa-apa. Ayahnya heran kalau tak ada apa-apa kenapa harus secara sembunyi-sembunyi. Jang-il hanya bilang kalau Jin No-sik tengah diselidiki untuk tuduhan pemerasan dan kembali mengingatkan ayahnya agar menggunakan telepon umum.
Sun-woo di kantornya melihat tayangan televisi. Koon memuji kalau Jang-il terlihat sangat menguasai kamera. Sun-woo juga memuji kalau Jang-il terlihat sangat hebat. Koon menilai mungkin Jang-il menilai dirinya pahlawan.
Mendengar Koon mengatakan kata pahlawan Sun-woo teringat ucapan Jang-il 15 tahun yang lalu yang menanyakan apakah Sun-woo pikir Sun-woo itu pahlawan karena sudah menolongnya dan menerima hukuman skorsing.

Apa sih yang dikatakan Jang-il di televisi, “Dia meminjamkan sebanyak 2000 dolar pada pelanggannya sebanyak 4 kali jadi totalnya 8000 dolar. Dia tak membayar hutangnya malah memukuli ibu ini.”
Malamnya Lee Young-bae celingukan mencari telepon umum yang tak ada kamera CCTV nya.
Jang-il dan Jin No-sik pun bertemu. Jin No-sik menanyakan ada masalah apa hingga Jang-il memanggilnya seperti ini. Jang-il mengatakan kalau Sun-woo sudah menyerahkan petisi ke kejaksaan dan yang menjadi terdakwanya adalah Jin No-sik. Jin No-sik tak mengerti atas kasus apa.
Jang-il : “Kematian Kim Kyung-pil.”

Jang-il mengatakan kalau ia dan temannya yang menangani kasus ini. Jin No-sik menilai kalau Sun-woo itu tak tahu malu. Karena Sun-woo selalu bertindak di belakang Jang-il tapi masih mengundang Jang-il untuk datang ke pesta sambil tersenyum dan menjadi pengusaha besar.

Jang-il kembali berkata kalau selain kematian Kim Kyung-pil juga ada penyelidikan terhadap Jin No-sik terkait kasus korupsi. Ia meminta Jin No-sik tidak melakukan hal yang mencurigakan dan jangan mengunjungi para politisi.

Jin Nosik bilang kalau ada hal penting yang harus ia lakukan kalau ia mundur hanya karena masalah ini bagaimana mungkin ia disebut sebagai pengusaha. Jang-il tanya lalu apa yang akan Jin No-sik lakukan.
Jin No-sik : “Kau harus menghentikannya. Hentikan sebisamu!”
Jang-il : “Jika anda berbuat kejahatan anda harus dihukum.”
Jin No-sik : “Kejahatan apa? Apa keinginan ayahmu untuk menyekolahkanmu itu bisa disebut kejahatan?”
Jang-il : “Aku bicara tentang anda,”
Jin No-sik : “Jang-il, kau harus melindungiku. Aku sudah berbuat banyak untukmu.”
Jang-il : “Aku tak bisa berkorban untuk anda,”
Jin No-sik : “Kalau kau tak melindungiku kau akan ikut jadi korban,”

Jin No-sik akan menyiapkan telepon lain dan Jang-il bisa menghubunginya melalui telepon itu. Ia tak mau bertemu dengan Jang-il seperti ini lagi.

Jang-il menyampaikan kalau ia akan meminta Jin No-sik untuk menjadi saksi. Jin No-sik tak mempermasalahkannya. Jang-il kembali menyampaikan kalau penyelidikan berlanjut Jin No-sik bisa menjadi tersangka.

Jin No-sik : “Selama kau ada disana aku tak mungkin menjadi tersangka.”
Jang-il : “Kenapa? Kenapa anda membunuh ayahnya Sun-woo.”

Jin No-sik diam. Jang-il kembali bertanya kenapa. Jin No-sik meminta Jang-il pulang dan tanya sendiri pada ayah Jang-il. Ia memberi tahu kalau akan ada kencan buta antara Yoon-joo dengan jaksa Shim Joon-ho. Ia minta Jang-il meyakinkan jaksa Joon-ho agar mengikuti acara kencan buta itu.

Scene kamar mandi Jang-il.
Jang-il mendinginkan pikirannya, ia melihat dirinya dalam kaca kamar mandi. Terdengar pintu kamar mandi diketuk dari luar. Ayahnya mencemaskan dirinya dan bertanya apa Jang-il baik-baik saja. Karena Jang-il sudah berjam-jam berada di kamar mandi.
Jang-il : “Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja ayah. Tak ada masalah. Aku baik-baik saja.”

Sun-woo menerima telepon dari Jang-il. Jang-il memberi tahu kalau ia akan ke kantor Sun-woo.
Jang-il membawa beberapa gelas kopi. Ia minta maaf atas kejadian di pesta. Sun-woo tak mempermasalahkannya. Jang-il menyampaikan kalau ia yang mengambil alih kasus ayah Sun-woo.
Sun-woo mendengarnya tanpa ekspresi, benarkah?

Jang-il akan memanggil Sun-woo sebagai seorang yang memperkarakan kasus, waktunya antara besok atau 2 hari lagi dan temannya akan menjadi jaksa penyelidik. Sun-woo setuju Jang-il yang mengambil kasus ini karena Jang-il lebih tahu kasus ini dari pada orang lain. Jang-il meyakinkan kalau ia akan menyelidiki kasusnya sebaik mungkin dan menghilangkan semua keraguan Sun-woo.
Jang-il menatap pemandangan luar dari kaca jendela kantor Sun-woo. Ia memuji pemandangan dari sana terlihat bagus. Sun-woo setuju maka dari itu ia memilih tempat ini.
Jang-il : “Apa yang kau pikirkan saat memandang kota Seoul dari sini? Apa mencari harta lebih banyak? Seperti ‘aku akan membeli gedung itu nanti’?”
“‘Semoga aku bisa melihat ini selamanya’ hanya itu yang ada dipikiranku,” kata Sun-woo.
Jang-il pamit tapi di pintu ia berpapasan dengan Ji-won yang baru datang. Ji-won menanyakan apa yang dilakukan Jang-il disini. Jang-il menjawab kalau ia hanya perlu bicara dengan David Kim, Jang-il pun pergi.
Ji-won menuju ruangannya. Langkahnya terhenti dan berbalik menatap Sun-woo yang duduk di kursi. Sebagai bawahan ia tahu diri ia memberi hormat pada atasannya dan segera berlalu menuju ruangannya.

And then love scene...
Ruangan Ji-won tepat di sebelah ruangan Sun-woo.
Ji-won menatap tembok dan tangannya menyentuh lembut tembok. Hal serupa juga dilakukan Sun-woo.
Tatapan mata keduanya sendu.

Jadi ingat sama adegan film Di Bawah Lindungan Ka'bah
Mirip ya, apalagi piku yang lagi sedih.... 
Jam makan siang, Ji-won makan dengan teman-temannya. Sun-woo melintas dan memperhatikan Ji-won. Tapi ketika Ji-won menatap balik Sun-woo mengalihkan pandangannya dan segera berlalu dari sana.
Backsound-nya OST yang part 3 keren deh pas banget antara musik dan adegannnya.
Joon-ho menyaranakan agar memanggil Jin No-sik sebagai saksi akhir. Kita memeriksa dulu teman yang pernah bekerja dengan Kim Kyung-pil dan Jin No-sik. Jang-il berkata kalau ini sudah 30 tahun berlalu. Joon-ho menyampaikan kalau ada titik penting saat perusahaan berkembang pesat dan keduanya akan memusatkan penyelidikan dititik itu.

Jang-il punya ide, “Kita bisa berpura-pura menjadi penulis novel tentang pendirian Jin Seung Group. Kita bisa langsung kesana dan bertanya.”

Pagawai Jang-il setuju, ia mengusulkan dirinya bisa melakukan tugas itu karena dulu semasa kuliah ia pernah ikut klub drama. Pegawai Jang-il yang lain juga menawarkan diri ikut berpura-pura karena ia juga jago berakting. Joon-ho setuju usul itu.
Jang-il di atap gedung menghubungi jaksa Shin Jung-min, ia menanyakan bagaimana penyelidikan jaksa Jung-min terhadap tempat perjudian ilegal. Ia berpesan kalau Jung-min sampai terlambat maka mereka akan kabur.
Dan kita diperlihatkan dengan scene penggeledahan dan penangkapan penjudi di rumah judi oleh pihak kepolisian.
Jang-il menelepon seseorang, ia mengatakan kalau pegawainya akan menyamar menjadi penulis dan akan menghubungi public relation, “Katakan anda akan bekerja sama penuh, siapkan cerita tentang pendirian perusahaan sampai sekarang. Juga siapkan dokumen tentang para pegawai.”

Apa Jang-il menghubungi Jin No-sik, usulnya sendiri dibocorin sendiri.
Jang-il langsung lemas setelah mengatakan itu. Ia berdiri di tepi atap gedung melihat ke bawah.
Jin No-sik menyiapkan dua ponsel untuk komunikasi rahasianya. Ia meminta Sekertaris Cha mencari dua atau tiga orang yang bisa menyimpan rahasia. Ia juga akan membatalkan investasinya di perusahaan tambang Australia.

Soo-mi berada di studio ia tengah memberikan tanda tangan ke brosur yang diminta penggemarnya. Yoon-joo datang membawa koran yang membicarakan Jang-il masuk TV kemarin. Ia tanya apa Soo-mi melihatnya, Soo-mi menjawab tidak. Yoon-joo langsung menunjukan koran yang dibawanya yang memuat berita tentang Jang-il.
Yoon-joo punya ide bagaimana kalau mereka membuat artikel yang memuat tentang Soo-mi dan Jang-il sebagai teman sekolah. Ia akan mengambil gambar dimana Soo-mi dan Jang-il tengah menikmati lukisan dan menurutnya itu akan terlihat sangat bagus. Ia yakin Soo-mi pasti mau melakukannya kalau Jang-il tak keberatan.

Soo-mi berkata kalau sebenarnya ia memiliki lukisan yang akan ia berikan untuk Jang-il jadi ia akan mempertimbangkan usul Yoon-joo. Yoon-joo senang dan langsung menghubungi Jang-il.
Jang-il jelas menolaknya pembuatan artikel itu. Yoon-joo memohon Jang-il hanya perlu datang ke studio lukis dan minum teh bersama. Jang-il minta maaf ia tak bisa datang. Yoon-joo memberi tahu kalau Soo-mi sudah menyiapkan lukisan untuk Jang-il. Apa Jang-il mau lukisan itu diberikan padanya. Jang-il langsung cemas.

Yoon-joo menyampaikan pada Soo-mi kalau Jang-il bersedia datang. Soo-mi menyarankan lebih baik mengundang David Kim juga. Kalau David Kim mau datang ia tak akan keberatan. Yoon-joo langsung menelepon Sun-woo.

Soo-mi dan Yoon-joo menyiapkan semuanya. Soo-mi merias diri menggunkan lipstik ungu dan bertanya apa mereka datang terlambat. Yoon-joo bilang kalau mereka sebentar lagi akan datang.
Jang-il sampai lebih dulu dan melihat Soo-mi yang masih duduk di depan meja rias. Mata keduanya bertatapan, dingin. Jang-il melihat tirai yang menutupi lukisan, ia sedikit cemas kalau-kalau Soo-mi akan memperlihatkan lukisan-lukisan itu. Ia menatap waspada.
Jang-il melihat di bawah tirai, disana tergeletak sebuah lukisan yang tak bisa ia lihat dengan jelas lukisan apa itu. Ia penasaran dan ingin melihat lebih dekat. Soo-mi tersenyum memperhatikan rasa penasaraan Jang-il. Yoon-joo memberi tahu kalau David Kim juga akan datang.
Sun-woo pun datang. Yoon-joo berkata kalau mereka sudah menunggu Sun-woo. Sun-woo bilang kalau ia datang hanya untuk bertemu dengan teman bukan untuk wawancara artikel. Jang-il tak mempedulikan percakapan Yoon-joo dan Sun-woo. Matanya tertuju ke arah lukisan yang ada di bawah tirai.

Sun-woo mengingatkan kalau saat ini ia sedang mengajukan petisi dan sebaiknya ia tak berfoto bersama Jang-il. Yoon-joo penasaran dan ingin tahu apa yang terjadi. Sun-woo bilang ia akan menceritakannya nanti. Yoon-joo mengerti tapi mukanya merengut.

Sun-woo memperhatikan studio lukis Soo-mi dan memuji kalau studio itu bagus.
Sun-woo menanyakan apa dulu Soo-mi mengambil lembaran yang berisi tulisan braille dari kamarnya. Soo-mi menjawab ya dan berkata kalau itu untuk lukisan.
“Apa kau melukisnya?” tanya Sun-woo.
“Tidak.. tadinya aku akan melukisnya tapi tak jadi.” Kata Soo-mi (padahal dia melukisnya)
Soo-mi berkata kalau Sun-woo itu orang yang aneh, banyak kertas bertebaran saat Sun-woo belajar menulis huruf braille tapi bagaimana Sun-woo tahu kalau ada selembar yang hilang.
Jang-il menebak mungkin itu bukan latihan menulis.
“Sayang sekali pasti akan menarik kalau kau melukisnya.” sahut Sun-woo seraya menatap Jang-il.

Yoon-joo ingat dan bertanya pada Soo-mi bagaimana dengan lukisannya. Soo-mi menjawab kalau lukisan itu ada di belakang tirai. Yoon-joo maju untuk membuka tirai. Jang-il cemas bukan main, Sun-woo menatap Soo-mi penuh tanda tanya. Soo-mi hanya tersenyum santai.
Perlahan Yoon-joo membuka tirai, ternyata bukan lukisan Jang-il. Itu hanya lukisan Soo-mi yang lain.
Jang-il menelan ludah lega, kecemasannya sedikit berkurang dan ia menatap marah Soo-mi.

Yoon-joo menyukai sebuah lukisan yang ingin ia gunakan untuk background wawancara tapi mendadak Soo-mi tak ingin ada wawancara. Ia berkata kalau Sun-woo tak mau jadi tak asyik. Yoon-joo bilang kalau Jang-il dan Soo-mi saja sudah cukup. Soo-mi berkata kalau ia dan Jang-il tak begitu dekat jadi rasanya akan seperti berbohong. Ia minta batalkan saja.
Mendengar itu Yoon-joo jadi kesal. Ia mendekat ke arah Soo-mi dan menjatuhkan lukisan Soo-mi, ia marah apa Soo-mi sudah gila karena sebentar lagi wartawan datang. Soo-mi juga bicara dengan nada marah karena Yoon-joo sudah menjatuhkan lukisannya. Keduanya terlibat adu mulut. Karena kesal Yoon-joo meninggalkan tempat itu.
Sun-woo tanya kenapa Soo-mi tak melakukannya saja bersama Jang-il. Jang-il menolak ia tak mau melakukan wawancara.

Karena mood-nya buruk Soo-mi meminta Sun-woo kembali saja. Sun-woo mengerti dan segera pergi.
Tinggallah Soo-mi dan Jang-il berdua disana. Jang-il jelas marah kalau saja Soo-mi itu pria ia pasti akan memukul Soo-mi. Soo-mi langsung menantang dimana Jang-il akan memukulnya apa di belakang kepalanya. Soo-mi tertawa dan itu membuat Jang-il tambah marah.

Soo-mi : “Tidakkah kau perlu berterima kasih padaku? Aku bisa menunjukkan lukisan itu pada Sun-woo?”
Jang-il : “Kenapa kau tak menunjukkannya sekarang?”
Soo-mi : “Aku menyimpan yang terbaik untuk saat terakhir.”
Jang-il menatap marah dan langsung menarik lengan Soo-mi, ia juga mencengkeram mulut Soo-mi.

Tepat saat itu Sun-woo kembali dan melihat keduanya. Sun-woo jadi tak enak melihatnya dan minta maaf. Sun-woo mengira keduanya akan berciuman. Ia mengambil sesuatu yang tertinggal.
Soo-mi menawarkan apa Sun-woo mau lukisannya. Ia lalu mengambil lukisan yang ada di bawah tirai. Sebuah lukisan seseorang dengan tangan yang berdarah. Sun-woo menolak karena lukisan itu bukan seleranya dan menyarankan berikan saja pada Jang-il. Sun-woo langsung keluar.
Jang-il tetap menatap tajam Soo-mi, “Apa kau senang?”
Soo-mi : “Aku mungkin tak tahu hukum, tapi aku tahu apa yang kau lakukan. Percobaan pembunuhan.”
“Percobaan pembunuhan?” Soo-mi mengucapkannya sekali lagi.
Kaki Jang-il langsung terduduk lemas, tatapannya berubah sedih. Soo-mi juga menatapnya iba.
Sun-woo, Moon Tae-joo dan Koon mengunjungi tempat dimana Sun-woo menemukan ayahnya meninggal, ketiganya berdoa bersama. Sun-woo menitikan air matanya, ada seekor burung merpati yang bertengger di dahan.

Koon mengamati pohon itu dan bertanya apa tempat ini sudah banyak berubah. Sun-woo berkata kalau tempat ini masih tetap sama. Koon mengamati kembali pohon itu dan berpendapat tak mungkin seseorang bisa gantung diri ditempat ini. Sun-woo bilang kalau dulu di dekat pohon itu ada sebuah batu yang bisa digunakan untuk pijakan. Koon menduga itu digunakan untuk menunjukkan bahwa dia paham baik tempat ini dan itu bisa dilakukan oleh orang-orang setempat.
Sun-woo juga mengunjungi tempat ketika ia dipukul oleh Jang-il dan dijatuhkan ke laut. Sun-woo berusaha memejamkan mata untuk tak membayangkan hari itu. Moon Tae-joo menepuk pundaknya berusaha menghibur dan menguatkan.

Koon mengamati setiap tempat dan berujar apa Sun-woo orang yang tak bisa mati. Bagaimana mungkin Sun-woo bisa selamat.
Ketiganya melewati jembatan yang ada disana, jembatan yang juga ada dalam lukisan Soo-mi.
Sun-woo : “Pada hari itu dia pergi dari sini dengan menyebrangi jembatan ini,”
Tae-joo : “Apa kau pikir dia tak pernah kembali kesini lagi?”
Sun-woo : “Aku tak yakin.”
Siapa yang mereka bicarakan apa Jang-il.
Soo-mi berkunjung ke rumah Ma Hee-jung. Ia memuji koleksi keramik yang ada disana. Soo-mi tanya kenapa Ma Hee-jung mengoleksi keramik. Ma hee-jung menjawab kalau keramik-keramik itu melambangkan imajinasinya.

Keduanya minum teh bersama, sebelum meminum teh-nya soo mi menatap Ma hee-jung sedih, ia teringat ibunya. Ia berkata kalau ini pertama kali baginya minum teh bersama seorang wanita yang seusia dengan ibunya.
“Apa kau tak punya ibu?” tanya Ma Hee-jung.
“Tidak,” jawab Soo-mi lemah sambil menitikan air mata.

Ma Hee-jung menyarankan agar Soo-mi datang ke tempatnya kapan pun Soo-mi inginkan untuk minum teh bersamanya. Mendengar itu Soo-mi berniat memberikan Ma Hee-jung hadiah.
Ma Hee-jung berpose elegan dan Soo-mi melukisnya. Ma Hee-jung berkata sebenarnya ia sudah lama menginginkan agar Soo-mi melukisnya. Soo-mi mengatakan kalau ia mendapatkan ide ketika ia melihat koleksi keramik Ma Hee-jung.

Park Yoon-joo menemui ibunya ia kesal karena disana ada Soo-mi. Soo-mi minta maaf atas kejadian kemarin. Yoon-joo tak mempedulikan permintaan maaf Soo-mi. Ia malah bertanya pada ibunya kenapa Jin No-sik tak jadi berinvestasi sesuai petunjuk David Kim. Dia bisa dipercaya. Ia mengeluh ia tak ingin kehilangan kesempatan.

Ma Hee-jung mengusulkan bagaimana kalau mereka saja yang melakukannya tak perlu dengan sepengetahuan Jin No-sik. Sambil melukis Soo-mi mendengarkannya.
Choi Kwang-chun dan Soo-mi tengah memasker wajah mereka. Kwang-chun mengeluh pipinya gatal dan bertanya apa maskernya sudah boleh dibuka. Soo-mi bilang sebantar lagi dan berkata kalau itu masker mahal.
Ponsel Kwang-chun berdering ia mengangkatnya dan terkejut karena itu dari kantor kejaksaan. Bersamaan dengan itu ponsel Soo-mi juga berdering. Dari siapa lagi, ya sama dari kantor kejaksaan.

“Mereka memintaku datang sebagai saksi kasus ayah Sun-woo.” Ucap Kwang chun lemas.
“Aku juga,” kata Soo-mi. Ia tanya apa ayahnya akan pergi. Kwang-chun jelas tak mau pergi ia tak bisa membohongi orang-orang pintar disana.
Sun-woo, Moon Tae-joo dan Koon masih berada di Busan. Moon Tae-joo mengingatkan bukankah ia sudah pernah bilang pada Sun-woo bahwa kita tak perlu kapak untuk merobohkan pohon yang busuk. Apapun yang Sun-woo lakukan itu tak akan membuat Kyung-pil kembali.

Sun-woo : “Apa kau ingin aku memaafkan mereka? Aku akan dipanggil sebagai yang mengajukan perkara.”
Tae-joo : “Tak peduli bagaimana kau menyerang Jang-il, dia akan membalas 10 kali lipat.”
Sun-woo : “Aku tahu. Tapi dia juga nanti akan lelah. Itu sebabnya aku harus membuka serangan pertama.”
Sun-woo menatap lautan luas di depannya, “Aku meninggal pada hari itu. Air lautnya sangat dingin.”
Ji-won menelepon Koon dan menyampaikan kalau mereka membutuhkan kira-kira 2 staf lagi. Ia tak bisa melakukan riset sekaligus membuat presentasi, ia menanyakan kapan Presdir Kim kembali. Koon memberi tahu kalau Presdir Kim masih ada urusan bisnis di Busan.
Soo-mi masuk ke ruangan Ji-won. Ia berbasa-basi mengatakan sudah lama tak betemu dengan Ji-won sejak terakhir dulu di pusat rehabilitasi walaupun keduanya bertemu di pesta perusahaan Sun-woo kemarin. Ji-won heran melihat kedatangan Soo-mi dan bertanya apa ada yang bisa ia bantu.

Soo-mi : “Sun-woo... maksduku aku ingin bertemu David Kim.”
Ji-won mengatakan kalau atasannya tengah melakukan perjalanan dinas.
“Apa itu menyakitkan? Ketika Sun-woo tak mengenalimu.” tanya Soo-mi. “Kenapa kau tak mengatakan kalau kau adalah pacarnya yang dulu.”
Ji-won tak ingin membahasnya dan minta maaf kalau sekarang ia sedang bekerja.
Soo-mi berada di ruangan luar. Tepatnya ruang kerja Sun-woo. Ia akan mencoba menggambar sesuatu tapi ia tak menemukan kertas. Ia mencoba mencarinya ke laci meja kerja Sun-woo dan apa yang ia temukan disana.

Ya foto Han Ji-won, “Jadi disini dia menyembunyikannya!” Ujar Soo-mi. Ia melihat map merah dan mengambilnya.
Sun-woo masih di Busan, ia berada di rumahnya. Moon Tae-joo mengatakan kalau rumah ini sudah terlalu tua dan cat-nya juga sudah mengelupas. Sun-woo menyampaikan kalau dulu ketika ia meninggalkan rumahnya ia tak bisa melihat, ia bahkan sering memimpikannya dan sangat ingin kembali. Tae-joo menanyakan kapan Sun-woo di panggil ke kejaksaan, Sun-woo menjawab besok.

Minuman Koon sudah habis, Sun-woo menawarkan diri akan membelikannya. Koon menolak karena ia bisa membelinya sendiri. Tapi sun woo bersikeras akan membelinya ia juga beralasan kalau ia ingin jalan-jalan di sekitar sini dan Koon mengikuti Sun-woo.

Sun-woo pergi meninggalkan ponselnya, ponselnya berdering itu dari Jin No-sik. Moon Tae-joo yang menjawabnya.
Di sebelah Jin No-sik, ibu dan anak tengah berbisik mengenai rencana keduanya. Ma Hee-jung meminta putrinya tutup mulut tak mengatakan apapun pada Jin No-sik kalau tidak semua keramiknya pasti akan dipecahkan. Yoon-joo paham ia akan menutup mulutnya.
Jin No-sik dan Moon Tae-joo pun terlibat percakapan. Jin No-sik menanyakan apa benar ini nomor ponselnya David Kim. Moon Tae-joo membenarkan. Jin No-sik bertanya siapa yang menjawab telepon David Kim. Moon Tae-joo mengatakan kalau ia staf-nya David Kim dan beralasan Presdir Kim meninggalkan ponselnya. Jin No-sik tak ingin lebih lama lagi bicara ia akan menghubungi David Kim lagi nanti.
Sun-woo datang, Moon Tae-joo langsung memberi tahu kalau barusan Jin No-sik menelepon. Sun-woo langsung menelepon balik.

Jin No-sik mengatakan kalau ia belum mampu berinvestasi karena waktu yang kurang tepat. Ia juga mengajak Sun-woo bermain golf bersama, Sun-woo setuju. Ia menyarankan lebih baik mengajak Lee Jang-il, Sun-woo juga menyetujuinya.

Jin No-sik penasaran dan menanyakan siapa yang menjawab telepon tadi. Sun-woo melirik ke arah Moon Tae-joo. Tae-joo sadar dirinya sedang dibicarakan. “Dia stafku.” kata Sun-woo dan bertanya apa dia sudah tak sopan. Jin No-sik menjawab tidak, tapi ia menilai kalau staf Sun-woo sungguh berani karena menjawab telepon milik atasan.
Sun-woo terbangun dari tidur dan merasakan sakit yang amat sngat di kepalanya. Koon yang mendengar teriakan Sun-woo langsung datang. Koon khawatir dan bertanya apa mimpi buruk lagi, apa sakit kepala lagi.

Sun-woo melihat sekeliling, “Aku tak bisa melihat.” sahutnya sambil memegangi kepalanya yang sakit. Koon langsung menyalakan lampu dan bertanya apa sekarang Sun-woo sudah bsisa melihat. Apa mungkin ini karena petisi yang sudah membuat Sun-woo stres.

Keesokan harinya Sun-woo memenuhi panggilan kejaksaan. Ia berjalan penuh keyakinan.
Sun-woo dan Jang-il duduk berhadapan di ruang interogasi. Jaksa Joon-ho melihat di ruangan sebelah melalui jendela yang bisa ia lihat tembus pandang tapi ketika dilihat dari ruangan interogasi hanya sebuah kaca cermin. Sun-woo mengamati sekeliling ruangan dan berujar kalau ini seperti di dalam film.

“Saya sebenarnya satu SMA dengan anda.” kata Jang-il. Tapi ini tak membuat Sun-woo terkejut, yang terkejut tentu saja staf kejaksaan dan juga Joon-ho. Mereka tak menyangka kalau keduanya sudah saling mengenal lama.
Jang-il : “Tapi saya tak mengenali anda saat kembali sebagai David Kim. Dulu anda anak yang tampan. Lagi pula saya tahu banyak tentang kasus ini, saya akan berusaha membantu anda.”
Sun-woo tersenyum simpul dan berterima kasih. Jang-il bilang Sun-woo tak perlu berterima kasih karana ini sudah tugasnya.

Interogasi dimulai.
Jaksa Lee : “Kim Kyung-pil turun dari taksi di depan villa Jin No-sik. Keesokan harinya ditemukan tewas tergantung di pohon di bukit setempat.”
Sun-woo : ya
Jang-il : “Anda curiga dia dibunuh saat bertemu Jin No-sik.”
Sun-woo : ya
Han Ji-won sibuk dengan beberapa dokumennya dan ketika ia membuka sebuah map ia menemukan foto dirinya diantara tumpukan kertas. Ji-won akhirnya tahu kalau selama ini Sun-woo mengenalinya.

Kembali ke ruang interogasi. Jaksa Joon-ho memperhatikan dari ruangan sebelah.
Jaksa Lee : “Anda melihat ini saat akan bertemu dengan ayah anda tepat pada hari ulang tahun anda?”
Sun-woo : iya benar.
Jaksa Lee : “Bukankah biasanya anak-anak berulang tahun di rumah atau keluar bersama orang tuanya?”
Sun-woo : “Kami akan makan diluar pada hari itu.”
Jaksa Lee : “Anda sudah cukup dewasa untuk pergi ke kota sendirian pada waktu itu. Kenapa harus bersama-sama? Anda bukan orang baru disana dan juga ayah anda menggantung dirinya ditempat dimana dia bertemu dangan anda. Tidakkah itu berarti dia ingin putranya tahu lebih dulu?”

Sun-woo tertawa mendengar pendapat Jang-il, ia merasa tak seperti itu kejadiannya.
Jaksa Lee : “Tentu saja, kami juga menyelidiki Jin No-sik. Kami ada dipihak anda. Saya hanya mencoba menelusuri dari berbagai sisi.”
Sun-woo mengerti.
Jaksa Lee : “Supir taksi itu Tn Park Kyung-book yang menurunkannnya di villa. Dia ditangkap karena berjudi, dia memiliki 3 dakwaan penggelapan. Apa dia memberikan kesaksian palsu karena anda membayarnya?”
Sun-woo : “Aku tak memintanya memberikan kesaksian palsu.”
Jaksa Lee : “Maaf. Tapi mungkin kesaksiannya tak terlalu dapat dipercaya.”
Sun-woo : “Apa anda menuduh saya memalsukan bukti.”
Jaksa Lee : “Tentu saja tidak.”
Sun-woo : “Apa anda yakin kalau Jin No-sik tak bersalah?”
Jaksa Lee : “Bagaimana mungkin? Saya bertanya dari sisi lain pada saksi lain, saya juga akan memanggil anda lagi. terima kasih untuk keterangan anda hari ini.”
Sun-woo akan keluar ruangan tapi ia lupa mengatakan sesuatu. Mungkin ada baiknya kejaksaan memanggil pekerja di villa Jin No-sik yang bekerja pada hari itu. Mungkin ada diantara pekerja yang melihat ayahnya pada hari itu. Jang-il menahan geram dan berusaha tersenyum, ia akan melakukan apa yang disarankan Sun-woo.
Sun-woo keluar ruangan dan tersenyum sinis. Jang-il kembali ke ruangannya, ia merasa kesal karena Sun-woo mulai mengaitkan ayahnya.

Ji-won melamun di meja kerjanya. Tiba-tiba suara Sun-woo mengagetkannya mengajak pergi sekarang ke Art Galery Hotel. Ji-won menjawab ya dengan nada lemas.
Bersama Koon sebagai supir keduanya pergi ke tempat yang akan mereka tuju. Koon memperhatikan dari kaca mobil, “Presdir Kim apa anda menyusahkan Nona Han?”

Sun-woo langsung memperhatikan raut wajah Ji-won yang dari tadi tak semangat. Koon menduga kalau Ji-won sedang tak sehat. Sun-woo meminta mobil berhenti dan istirahat sebentar.
Sun-woo memberikan minuman untuk Ji-won. Ji-won menerimanya dan bertanya, “Presdir Kim kenapa anda melakukan itu?”
“Melakukan apa?” Sun-woo balik bertanya.
Ji-won berat mengatakannya, “Kenapa anda tak memberi tahuku kemana anda pergi. Apa aku tak boleh tahu?”
Sun-woo mengatakan kalau itu urusan pribadi tak ada kaitannya dengan Ji-won jadi tak usah khawatir. Ia meminta Ji-won bergegas karena takut terlambat. Tubuh Ji-won seakan lemas, Sun-woo jadi khawatir dan menyarankan agar Ji-won menunda rapat dan lebih baik istirahat di rumah.
Ji-won istirahat di kamarnya, ia merebahkan tubuhnya. Tapi kemudian ia bergegas membuka lemari mengambil kotak tempat ia menyimpan barang-barang yang ditinggalkan Sun-woo.

Ji-won membaca surat yang ditinggalkan Sun-woo untuknya. “Aku ingin memintamu menungguku. Aku yang menginginkanmu. Tunggu aku, tolong tunggu aku. Aku akan kembali padamu.”

Keesokan harinya Ji-won seperti biasa berangkat ke tempat kerjanya. Koon sudah ada disana. Ji-won menanyakan apa Presdir Kim belum datang. Koon mengatakan kalau Presdir Kim ada rapat diluar.
Ji-won bekerja sampai larut. Sun-woo melihatnya dan menyarankan Ji-won untuk pulang. Ia tak mau dicap sebagai atasan yang buruk karena bawahannya lembur.

Ji-won belum bisa pulang karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan, tapi sesaat kemudian ia menarik nafas panjang dan menyandarkan kepala ke kursi. Ia memegangi matanya yang lelah. Sun-woo jadi khawatir dan menyuruh Ji-won pulang.

Ji-won malah bertanya apa Sun-woo tahu dimana tempat untuk pijat mata yang lelah. Sun-woo diam tak menjawab. Ji-won mengatakan kalau ia akan pulang lebih dulu, Sun-woo langsung menuju meja kerjanya.
Sun-woo yang duduk melamun, Ji-won mendekat dan mengembalikan foto dirinya yang ia temukan ditumpukan dokumen. Sun-woo terkejut foto itu ada pada Ji-won.
Untuk memastikannya ia melihat laci meja tempat ia menaruh foto itu dan disana hanya ada bingkai fotonya saja.
Ji-won : “Kau tahu sejak awal kan? Jawablah!”
Sun-woo tak tahu harus mengatakan apa, “Aku tahu sejak pertama aku melihatmu.”
Ji-won : “Kenapa kau kembali? Kenapa kau pura-pura tak ingat?”
Sun-woo : “Apa kau akan percaya padaku?”
Ji-won : “Tidak. Aku tak ingin percaya. Aku tak mau mendengar alasanmu.”
“Hemingway-ssi,” Sun-woo terbata-bata mengatakannya. Mata Ji-won berkaca-kaca mendengar kembali Sun-woo menyebutnya Hemingway.
Sun-woo : “Alasan kenapa aku berusaha bisa melihat lagi dan kembali kesini adalah kau.”
Ji-won marah, “Apa menyenangkan mempermainkanku? Apa kau sudah gila? Apa yang kau pikirkan saat mempermainkanku?”
Sun-woo : “Aku menunggu saat yang tepat.”
Ji-won : “Saat yang tepat? ‘aku mengingatmu’ apa perlu menunggu untuk mengucapkan itu?”
Sun-woo : “Yang ingin kukatakan bukan hanya aku mengingatmu.”
Ji-won tak mau tahu apapun alasan Sun-woo ia sudah kadung kecewa. Ia akan segera pulang tapi Sun-woo menahan tangannya.
“Dengarkan aku Hemingway-ssi!” tatapan mata Sun-woo memohon.
Ji-won melepas pegangan tangan Sun-woo, sama seperti yang pernah Sun-woo lakukan padanya ketika ia meminta Sun-woo jangan pergi.
“Kau bukan Kim Sun-woo yang kukenal,” ucap Ji-won.

Note :
Maaf ya kalau Post nya terlalu lama, walaupun sudah nonton menggunakan English Subtitle tapi rasanya kurang puas kalau tak menonton ulang menggunakan Indo Sub. Dan karena Indo Sub keluarnya juga rada lama, jadi ya maklum saja hehe.

Oh iya sebagai berita sepertinya drama ini tak jadi diperpanjang infonya bisa dilihat [disini] tapi ga tahu juga barangkali mungkin beneran diperpanjang hehe...

4 comments:

  1. kyk'a mbak apni ketularan virusnya irfa, selain RP juga kena virus FOG^^

    ReplyDelete
  2. @Apni : hehe... berapa hari ya 2-3hari lama kan? ga mau ada adegan yang terlewat apalagi adegan couple hihi...

    @My Obsesion : iya tuh dia tularan, padahal aku aja belum nonton full FOG baru liat sampai episode 20 yang 21-28 filenya masih dalam bentuk rar :D :D

    ReplyDelete
  3. pas liat pic nya ji won ma sun woo yang tangannya meraba ditembok, trs scene picnya diganti mbk bella aq jd ketawa sendiri.....

    kayaknya sedihan mbk bella dech dpr ji won....

    ReplyDelete
  4. yaghh...ketahuan akhirnya..tp knpa sampe sekarg blm tw sun woo anak siapa????

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.