Sun-woo menemui Jang-il di kantor kejaksaan dan menanyakan apa ayah Jang-il yang sudah membunuh ayahnya, “15 tahun yang lalu orang yang membunuh ayahku adalah ayahmu kan?”
Jang-il tertawa seperti orang gila. Sesaat kemudian tatapannya tajam, “Sun-woo ada apa denganmu? apa yang terjadi denganmu?”
Sun-woo menebak jika bukan Jin No-sik berarti pelakunya adalah ayah Jang-il. Jang-il minta Sun-woo berhenti bicara karena Sun-woo sudah bicara terlalu jauh.
“Dia bilang kalau dia melihat ayahku di villa hari itu,” kata Sun-woo terus bicara tak mengindahkan ucapan Jang-il yang memintanya berhenti bicara.
Jang-il mengeraskan suaranya kembali meminta Sun-wo berhenti bicara omong kosong. Kasus gugatan yang Sun-woo ajukan sudah diurus tanpa ada kecurigaan apapun.
Sun-woo : “Kalau jaksa menghentikan kasusnya apa itu membuat Jin No-sik tak bersalah?”
Jang-il : “Kami sudah melakukan yang terbaik untukmu, Kim Sun-woo!”
Kini giliran Sun-woo yang menatap tajam Jang-il, “Apa kau tak merasa bersalah padaku?”
“Apa aku harus merasa bersalah?” Tanya Jang-il. “Kenapa aku harus merasa bersalah?” Jang-il kembali bertanya sambil menepuk keras tangan Sun-woo. “Siapa kau berani berkata seperti itu padaku?” bentak Jang-il.
Jang-il sudah hilang kesabaran ia akan kembali memukul tapi Sun-woo lebih gesit. Sun-woo mengunci tubuh Jang-il hingga terpojok ke dinding.
“Jangan pernah menyentuhku lagi!” ancam Sun-woo kemudian mendorong tubuh Jang-il. Tatapan matanya marah. Jang-il menatap tatapan marah Sun-woo. Sun-woo yang sudah marah langsung keluar dari ruangan Jang-il.
Sun-woo merasa ada yang aneh dengan matanya. Ia berbalik badan menatap ke belakang dan dilihatnya jendela dengan bayangan yang kabur. Ia menatap dengan tatapan marah. (Ahjussi aku takut melihat tatapanmu dan oh tidak aku tak ingin terjadi apa-apa dengan matamu)
Sun-woo kembali ke kantor (sekaligus mungkin dengan rumahnya) Sun-woo seperti merasakan pusing di kepala (matanya) Ji-won belum pulang atau bahkan ia berniat pulang. Ji-won menyapanya.
Sun-woo tanya kenapa Ji-won belum pulang. Ji-won malah balik bertanya apa Sun-woo sakit. Sun-woo menjawab kalau ia tak apa-apa dan sebaiknya Ji-won segera pulang. Ji-won mengerti dan akan segera pulang.
Tapi Sun-woo memanggilnya, “Hemingway-ssi. Bisakah kau memegang tanganku?” pinta Sun-woo sambil mengulurkan tangannya. Ji-won tersenyum dan berbalik menerima uluran tangan Sun-woo dan menggenggamnya.
Ji-won berkata kalau ia tak suka Sun-woo menjalani semua ini sendirian. Sun-woo meminta agar Ji-won tak khawatir karena ia tak akan sendirian. Ji-won menanyakan siapa penulis surat itu. Sun-woo menjawab kalau Ji-won tak akan mengenalnya, ia akan memberi tahu Ji-won nanti.
Ji-won merengut nanti kapan bukankah ia sudah bilang ia tak mau Sun-woo sendirian. Sun-woo berjanji Ji-won hanya perlu menunggu beberapa hari karena ada beberapa hal yang harus ia luruskan.
Ji-won pamit ia harus segera pulang. Sun-woo enggan melepas tangan Ji-won dan berkata kalau ia senang bisa melihat Ji-won lagi. Ia tak pernah berfikir kalau Ji-won akan melihat surat yang ia tulis ia pun minta maaf.
Ji-won berkata kalau ia menunggu Sun-woo bukan karena surat itu, “Aku hanya melupakanmu.”
Sun-woo berkata kalau ia selalu memikirkan Ji-won setiap hari.
Ji-won : “Aku hidup tanpa memikirkanmu, aku hanya merasa tak pernah menganal seseorang sebaik dirimu.”
Sun-woo : “Bagaimana kalau kau bertemu orang lain? Apa kau akan bersamanya sekarang?”
Ji-won tersenyum, orang itu akan sulit dicari. Ji-won kembali pamit akan pulang dan cup.... Ji-won mengecup pipi Sun-woo.. aih so sweet hihi :P
Setelah Ji-won pergi Sun-woo menelepon Choi Kwang-chun, terdengar dari sana ucapan terima kasih Kwang-chun karena Sun-woo sudah mengirimkan buah. Sun-woo menanyakan apa Kwang-chun besok siang ada waktu. Ia ingin Kwang-chun datang ke kantornya saat makan siang.
Ma Hee-jung kesal melihat foto-foto suaminya yang tengah berziarah ke makam Eun Hye. Rupanya selama ini ia mengintai Jin No-sik.
Lee Young-bae menyiapkan sarapan untuk Jang-il. Jang-il minta ayahnya tak perlu melakukan ini. Tapi Young-bae bersikeras putranya harus memulai hari dengan sarapan terlebih dahulu walaupun itu hanya sedikit.
Young-bae menerima telepon dari seseorang, dari siapa itu. Young-bae kaget. Kemudian cemas dan kebingungan. Jang-il sepertinya tahu itu telepon dari siapa (kantor kejaksaan)
Jang-il tanya itu telepon dari siapa. Young-bae menjawab kalau mereka (kejaksaan) memintanya datang sebagai saksi. Ia takut kalau-kalau ketika ia disana ia berbuat kesalahan. Jang-il berkata yang perlu dilakukan ayahnya hanya berlatih bicara dan tak perlu gugup. Young-bae mengerti ia memiliki Jang-il sebagai jaksa jadi ia tak perlu khawatir tapi tetap saja nada bicaranya masih gugup.
Sun-woo memeriksakan matanya ke dokter. Ji-won setia menemaninya.
Dokter berkata walaupun Sun-woo sudah bisa melihat lagi melalui operasi tetap saja Sun-woo harus hati-hati. Kalau Sun-woo sampai terkena pukulan lagi atau melakukan pekerjaan yang berat itu akan membuat mata Sun-woo semakin memburuk. Sun-woo mengatakan kalau ia juga terkadang mengalami sakit kepala.
“Matamu sakit dan kau sakit kepala. Kau pasti sakit kepala karena matamu.” Kata Dokter.
“Aku tak akan buta lagi kan?” Sun-woo khawatir.
Kedunya bergandengan tangan keluar dari ruangan dokter. Ji-won meyakinkan kalau itu tak mungkin terjadi. Menurutnya Sun-woo hanya stres karena memikirkan kasus ayah Sun-woo. Sun-woo memberi tahu kalau ia sering bermimpi buruk menjadi buta lagi.
Ji-won : “Aku adalah matamu. Sekarang aku ada disisimu itu tak akan terjadi.”
Sun-woo sedikit tersenyum tapi kecemasan masih tampak di wajahnya
Jaksa Joon-ho meragukan apakah orang-orang ini benar bekerja untuk Jin No-sik. Apa ia perlu melihat data-data mereka karena mereka bisa saja menerima uang dari Jin No-sik.
Jang-il ikut menyambung kalau saat ini mereka bukan melakukan investigasi, mereka hanya menyamar menjadi penulis. “Kenapa dia membayar untuk memberikan jawaban palsu?”
Joon-ho masih tetap saja curiga. Jang-il berkata kalau Joon-ho bersikeras seperti itu mereka akan balik menuntut karena penyelidikan yang tidak adil. Apa Joon-ho tak ingat dengan kejadian tahun kemarin, wakil kepala bahkan kepala departemen mengalami hal buruk karena kasus yang dipegang Joon-ho.
Joon-ho tak mau Jang-il mengungkit masalah lamanya. Jang-il kembali berkata karena Joon-ho, mereka semua mengalami hal buruk. Joon-ho jelas kesal dan meninggikan suaranya. Ia marah karena Jang-il terus mengungkitnya. Jang-il tak terpancing emosi, dengan tenang ia berkata kalau kali ini ia akan hati-hati. Ia mengingatkan temannya jangan asal menuduh Jin No-sik sebagai seorang pembunuh.
Choi Kwang-chun datang ke kantor Sun-woo. Ia membuka amplop berisi sebuah surat di meja. Sebuah surat dari pemerintah, ia memuji Sun-woo orang yang hebat sampai-sampai Sun-woo diundang ke acara kenegaraan. Sun-woo bilang kalau itu bukan acara apa-apa dan Kwang-chun pun boleh ikut kalau mau.
Sun-woo ingat Kwang-chun pernah mengatakan padanya, “Bahkan saat kau berdoa kadang-kadang hal itu akan terjawab dan lain kali kau harus lebih sabar.” Ia merasa sekarang doanya sudah terjawab.
Sun-woo menyampaikan kalau ia menemukan surat yang Kwang-chun kirimkan untuknya. Kwang-chun tak mengerti surat apa (lupa kali ya) Sun-woo tersenyum dan berkata kalau Kwang-chun sudah semakin tua jadi tak ingat.
Sun-woo mengambil selemabar kertas surat yang Kwang-chun tulis. Kwang-chun ingat dan itu membuatnya gelisah. Ia pura-pura bertanya apa itu. Sun-woo mengatakan kalau itu surat yang Kwang-chun kirimkan untuknya. Kwang-chun jelas mengelak.
Sun-woo : “Aku tahu ketika paman melakukan ritual untukku, kalau paman mengetahui sesuatu. Paman, apa kau melihatnya? Atau paman mendengarnya dari seseorang? Sudah berapa lama paman mengetahuinya?”
Kwang-chun marah ia tak mau membicarakan ini. Itu bukan tulisannya.
Sun-woo kembali bertanya kenapa Kwang-chun menulis surat itu untuknya. Pertanyaan Sun-woo ini membuat Kwang-chun tambah marah dan merobek-robek suratnya. Ia segera meninggalkan kantor Sun-woo dan ini menambah daftar kecurigaan Sun-woo kalau Kwang-chun mengetahui sesuatu.
Di kantor Jang-il menatap sebuah dokumen. Ia ragu tapi akhirnya ia pun menandatanganinya.
Sun-woo sepertinya benar-benar pusing dengan gugatanya, ia jadi tak konsentrasi bekerja. Ji-won mengerti perasaan Sun-woo yang sedang gelisah.
Ji-won menyampaikan kalau ia ingin melihat lokasi perkemahan yang sudah mereka lewatkan, Sun-woo mengajak pergi bersama untuk melihatnya. Ji-won tak mau karena ia melihat Sun-woo sudah terlalu lelah. Koon juga membenarkan Sun-woo sudah terlalu stres dengan gugatan ditambah lagi mata Sun-woo pun bermasalah.
Choi Kwang-chun ke tempat studio putrinya. Ia berniat mengajak Soo-mi minum bersama. Studio terlihat sepi. Ia heran kemana putrinya pergi. Ia berteriak mengatakan kalau ia membawa makanan yang Soo-mi suka. Tapi tak ada jawaban dari Soo-mi.
Kwang-chun melihat tirai besar dan mencoba membukanya. Ini tentu saja mencengangkan dirinya, lukisan kejadian pemukulan 15 tahun yang lalu. Ia tak menyangka ternyata putrinya menjadi saksi kejadian pemukulan yang dilakukan Jang-il terhadap Sun-woo.
Seorang rekan kerja mengenalkan Jin No-sik dengan mitra kerjanya, ternyata orang itu adalah David Kim.
Jin No-sik dan Sun-woo pun bicara berdua. Jin No-sik menyampaikan kalau ia tengah mencoba menjalin kerja sama dengan perusahaan transportasi dan itu akan membutuhkan banyak bantuan dari Sun-woo. Sun-woo diam tak merespon.
Jin No-sik kemudian menanyakan tentang ayah Sun-woo. Sun-woo berkata kalau ayahnya sudah meninggal 15 tahun yang lalu.
Jin No-sik : “Aku dengar kalau Moon Tae-joo itu ayah kandungmu.”
Sun-woo menegaskan kalau itu hanya gosip saja karena berita itu muncul ketika ia memulai mengerjakan semua yang dimiliki Moon Tae-joo. Jin No-sik penasaran apa Sun-woo mengenal Moon Tae-joo. Sun-woo menjawab tentu saja. Dia adalah legenda di industri pertambangan.
“Legenda? Apa yang kau katakan? Legenda.” Jin No-sik tertawa. Kalau Sun-woo bertemu lagi dengan Moon Tae-joo ia harap Sun-woo memberi tahu dirinya. Ia juga ingin bertemu dengan Moon Tae-joo. Sun-wo juga bisa memberikan nomor teleponnya pada Moon Tae-joo.
Sun-woo mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan kapan Jin No-sik ke kantor kejaksaan. Jin No-sik menjawab kalau ia belum menerima surat panggilannya. Sun-woo sudah menduganya ini pasti karena Jang-il yang mencoba menahan pemeriksaan agar lama. Sedangkan batas waktu kasus ayahnya akan segera berakhir.
Jin No-sik menyangkal kalau Jang-il tak akan melakukan itu. Sun-woo merasa Jin No-sik sudah berinvestasi hal yang tepat 15 tahun lalu.
Jin No-sik mempertanyakan apa ada yang salah dengan Sun-woo, 15 tahun yang lalu ketika seorang pebisnis mencoba untuk melakukan sesuatu untuk perusahaannya kenapa ia harus membunuh seseorang. Sun-woo menjawab kalau kasus ini tak ada hubungannya dengan bisnis.
Sun-woo mendengar kalau Jin No-sik akan mengikuti penawaran publik untuk tambang berlian ia merasa disana tak cukup bernilai. Jin No-sik menyampaikan kalau ia sudah mendapat ijin untuk pengambilan sumber daya. Ia berjanji akan memberikan Sun-woo sekarung berlian.
Sun-woo berpendapat tak ada tempat yang memiliki kandungan sebanyak itu. Jin No-sik seharusnya berkonsultasi dulu dengannya.
Jin No-sik : “Bukankah kau senang kalau aku gagal dari bisnis ini?”
Sun-woo : “Aku hanya ingin mencari tahu, apakah kau ada hubungannya dengan kematian ayahku,”
Jin No-sik tersenyum dan berkata kalau Sun-woo sebentar lagi akan segera tahu.
Soo-mi pulang dan terkejut melihat ayahnya duduk menghadap lukisan-lukisannya sambil minum-minum. Soo-mi marah bukankah ayahnya tahu ia paling membenci orang yang menyentuh lukisan-lukisan di studionya.
Kwang-chun sudah mabuk dan bertanya kenapa Soo-mi melukis ini. Soo-mi berkata kalau ia melukis apa yang ada dalam imajinasinya. Kwang-chun menanyakan kenapa Soo-mi mengimajinasikan hal-hal seperti itu, bahkan kalau putrinya bisa berimajinasi putrinya tak mungkin melukis sebanyak ini. Kwang-chun mengambil kesimpulan kalau lukisan itu kejadian yang menyebabkan Sun-woo menjadi buta dan bertanya apa Soo-mi melihat semuanya.
“Tidak,” jawab Soo-mi matanya mulai berkaca-kaca.
“Kau ingin menahan dia dengan lukisan ini? Kau melukis ini supaya kau bisa mengancamnya kan?”
“Kubilang tidak,” Soo-mi menaikkan nada bicaranya.
Kwang-chun tahu kalau ia ayah yang buruk dan ia tak bisa menolong putrinya tapi ia tetap ayah Soo-mi. Ia tak bisa melakukan apapun agar membuat dia (Jang-il) menjauh dari Soo-mi. Tentu saja bukan dia.
Soo-mi berkata kalau ia bisa mengambil gambar apapun yang ia mau dan ayahnya jangan ikut campur.
Kwang-chun mengambil salah satu lukisan dan membantingnya ke lantai. Soo-mi jelas marah.
Kwang-chun : “Bukan dia. Kau hidup menderita karena aku. Kau bisa hidup bahagia seperti orang lain. Tapi kenapa? Antarkan semua ini ke kantor kejaksaan. Kau dan aku berhutang pada Sun-woo,”
Soo-mi mulai menitikan air mata dan berkata kalau ia merasa bersalah pada Jang-il. Ia merasa seperti melihat dirinya sendiri dalam diri Jang- il. “Seperti aku membencinya, tapi aku juga merasa kasihan padanya,”
Kwang-chun jelas tak suka, “Apa kau masih menyukainya?”
“Aku masih menyukainya tapi aku tak bisa memilikinya. Jadi aku ingin mengancurkannya agar tak ada orang lain yang memilikinya. Tapi itu tidaklah mudah.”
Dengan penuh keyakinan Kwang-chun berkata kalau Soo-mi tetap bersikeras ia akan memberi tahu Sun-woo. Ia akan memberi tahu apa yang ia lihat malam itu. Soo-mi tanya lalu apa yang akan terjadi, apa ayahnya pikir Sun-woo tak melakukan apapun. Kwang-chun menjawab kalau yang akan terjadi adalah pertumpahan darah dan ia akan dipanggil oleh pengadilan.
Soo-mi tak peduli silakan saja ayahnya mengatakan itu pada Sun-woo.
“Aku akan pergi. Tidak ada hal yang lebih buruk dalam hidupku selain kau bersama laki-laki itu,”
Soo-mi menangis seorang diri di studionya.
Di kantor kejaksaan.
Jang-il ingin tahu kira-kira apa yang akan Joon-ho tanyakan pada pegawai yang bekerja di villa Jin No-sik. Joon-ho menunjukkan daftar pertanyaannya. (jangan tar Jang-il sama ayahnya latihan menjawab pertanyaan) Jang-il membaca daftar pertanyaan yang akan diajukan Joon-ho.
Dan benar saja Jang-il dan ayahnya latihan menjawab pertanyaan.
Jang-il berpesan pada ayahnya ketika seseorang bersalah atau tidak, semua orang akan gugup jika berada di ruangan itu. Ayahnya tak perlu berusaha untuk terlihat tak gugup (jadi maksudnya kalau gugup ya gugup aja tak perlu ditutup-tutupi karena itu wajar, kalau ga gugup ntar malah mencurigakan)
Jang-il menjelaskan pada ayahnya setiap detail bagian ruangan yang ada di sana. Mulai dari kaca cermin tapi dari sisi lain itu kaca jendela. Kamera dll.
Dan keduanya pun berlatih tanya jawab, mulai dari berapa lama bekerja bersama Jin No-sik dll. Jang-il mengingatkan ayahnya jangan menjelaskan secara lengkap kecuali jaksa yang bertanya dan jangan katakan kalau ayahnya memiliki hubungan pertemanan dengan Jin No-sik. Young-bae mengerti.
Sun-woo dan Ji-won akan mengecek lokasi perkemahan. Koon menyupiri keduanya. Sun-woo melamun, Ji-won mengerti suasana hati Sun-woo. Ia memberanikan diri menggenggam tangan Sun-woo. Sun-woo menoleh dan Ji-won berkata tanpa suara ‘semoga beruntung’ Sun-woo tersenyum melihatnya.
Koon mengamati gerak-gerik keduanya yang saling menggenggam tangan dan mendehem keras-keras hahaha ganggu aja nih orang.
“Tak ada hubungan antara rekan kerja,” tegas Koon. “Ada banyak orang di perusahaan tolong jaga urusan percintaan kalian di luar kantor.” Koon berpesan.
Sun-woo tak peduli ia tetap menggenggam tangan Ji-won dan menunjukkannya pada Koon.
Koon menanyakan kapan Lee Young-bae dipanggil ke kejaksaan. Sun-woo rasa waktunya besok. Ji-won tak tahu siapa Lee Young-bae jadi ia memberanikan diri bertanya. Sun-woo ragu untuk menjawabnya.
“Ayahnya Lee Jang-il,” jawab Koon. Sun-woo diam tak merespon.Soo-mi di studionya tengah melukis. Jang-il datang menemuinya. Soo-mi tahu kalau itu Jang-il dan berkata kalau sekarang ia sedang sibuk.
“Kenapa kau melakukan itu?” tanya Jang-il.
Soo-mi diam ia meneruskan melukisnya.
“Kenapa kau berbohong?” Tanya Jang-il lagi karena ia piikir Soo-mi akan membuatnya menyesal.
“Aku tak berbohong, kenangan lamaku tak muncul,” jawab Soo-mi.
Jang-il memberi tahu kalau jaksa Shin Joon-ho bukan orang yang mudah menyerah kemungkinan dia akan menghubungi Soo-mi lagi. Soo-mi tak masalah kalau memang seperti itu ia siap untuk datang lagi. Soo-mi kembali berkata kalau sekarang ia sibuk, ia minta Jang-il segera pergi.
Jang-il : “Kenapa kau tak berkemas hari ini dan pergi ke Chicago? Kau akan gelisah karena kebohonganmu. Aku tak mempercayaimu, kau bisa memukulku dari belakang dengan berkata ‘kalau aku ini bersaksi palsu’!”
Soo-mi tertawa mendengarnya, “Kau sangat mengenalku. Kau dan aku itu sama. Kau ahli dalam memukul dari belakang.”
“Pergilah ke Chicago!” perintah Jang-il.
Ma Hee-jung mencoba mencari foto Eun Hye di meja kerja suaminya. Ia membuka setiap laci meja. Ada laci yang terkunci dan itu membuatnya curiga sekaligus kesal. Ia berkata kalau ia akan segera mendapatkannya.
Sun-woo dan Ji-won bermalam di tempat perkemahan. Koon dan Moon Tae-joo juga ada. Keempatnya pesta BBQ. Koon memuji kalau ia orang yang ahli dalam membuat BBQ.
Jang-il menghubungi seseorang ia ingin mencari tahu anggota senat yang disponsori oleh Sun-woo.
Ji-won memainkan gitar, Sun-woo menikmatinya. Ji-won tanya apa Sun-woo ingat saat pertama kali melihatnya. Sun-woo berkata kalau ia ingat, saat itu Ji-won tengah memcahkan kaca mobil. Ji-won kembali bertanya apa Sun-woo tahu mobil siapa yang ia pecahakan kacanya. Sun-woo menebak kalau itu mobil ayah Ji-won sendiri. Ji-won melakukan itu karena uang saku yang kurang.
“Itu mobil Jin No-sik,” ucap Ji-won.
Ji-won memberi tahu kalau Bu Kyung Chemicals adalah perusahaan ayahnya. Tapi Jin No-sik mengambilnya dengan cara kotor. Saat Sun-woo menghancurkan kaca yang lain itu membuatnya jatuh hati pada Sun-woo.
Sun-woo : “Dan ayahmu meninggal tanpa mendapatkan kembali perusaahnnya.”
Ji-won : “Dia akan berkata seperti ini, ‘salahkan ayah yang tak mampu, jangan sia-siakan hidupmu dengan membenci Jin No-sik’!”
“Apa itu mudah?” tanya Sun-woo.
“Tentu saja tidak,” jawab Ji-won. “Aku tetap ingin melempar batu tapi aku menjalani hidup dengan baik juga termasuk balas dendam.”
Moon Tae-joo dan Koon duduk agak jauh dari Sun-woo dan Ji-won. Koon mendesah ia melihat Ji-won dan Sun-woo duduk bersama seperti itu seakan seperti rekreasi mahasiswa terlihat sangat menyenangakan.
Tae-joo diam saja ia hanya memandang ponselnya. Koon heran dan bertanya ada apa. Tae-joo berkata kalau mata-matanya yang memberi tahu adanya penyelidikan pajak yang dilakukan terhadapnya.
Koon tak mengerti bukankah perusahaan baru, apanya yang mau diselidiki. Tae-joo menebak pasti ada seseorang dibalik semua ini.
Ji-won : “Alasanmu buta karena kau dipukul seseorang dari belakang kan? Bisakah kau memberitahuku apa yang terjadi?”
Sun-woo masih belum mau mengatakannya ia akan mengatakannya nanti. Tapi Ji-won ingin mendengarnya sekarang.
Sun-woo mulai bercerita, “Ketika aku akan mengajukan gugatan dan seseorang memukulku dari belakang.”
“Siapa?” Tanya Ji-won.
“Aku tak tahu,” Sun-woo belum mau mengatakan siapa orangnya.
Ji-won tanya kenapa Sun-woo tak melapor polisi saat Sun-woo sadar. Sun-woo berkata itu karena ia tak mengingat kejadiannya dan juga tak ada yang bisa ia lakukan ketika ia buta.
Ji-won : “Seseorang yang memukulmu pasti berhubungan dengan kematian ayahmu. Kuharap itu bukanlah orang yang kubayangkan,” (Ji-won apa kau membayangkan Jang-il yang melakukannya kalau demikian yang kau bayangkan benar)
Keduanya menikmati malam ditemani hangatnya api unggun.
Malam pun semakin larut api unggun tinggal asapnya saja yang mengepul dan Han Ji-won pun tertidur bersandar di bahu Sun-woo.
“Apa semua orang yang kucintai akan meninggalkanku? Aku pernah berfikir begitu. Ayahku, sahabatku. Kuharap kau tak meninggalkanku, tetaplah bersamaku untuk waktu yang lama.” Sun-woo mengatakan ini sambil memandang wajah Ji-won yang tertidur bersandar di bahunya.
Sun-woo jalan-jalan menikmati udara segar malam bersama Tae-joo. Ia mengusulkan kalau mereka harus sering keluar seperti ini. Sun-woo ingin tahu orang seperti apa yang dicintai Tae-joo.
“Dia cantik,” kata Tae-joo.
“Aku juga ingin bertemu dengannya,” seru Sun-woo (kasian seumur hidup tak pernah melihat ibunya)
Tae-joo mengerti perasaan Sun-woo, “Dia (ibu Sun-woo) akan bahagia bila bertemu denganmu”
Keesokan harinya mereka semua kembali ke Seoul. Ji-won menanyakan kenapa ada penyelidikan pajak. Koon menyampaikan kalau kantor kejaksaan membocorkan sesuatu (apa informasi yang didapat Jang-il ya)
Lee Young-bae memenuhi panggilan kejaksaan. Ia berpapasan dengan Jang-il, keduanya bersikap biasa seperti tak saling mengenal.
Young-bae sudah berada di ruang interogasi. Jang-il pun berada di ruangan sebelah bersama stafnya. Young-bae jelas terlihat gugup. Dalam hati Jang-il menyemangati ayahnya. Lakukan seperti saat kita latihan.
Sun-woo mengendarai sendiri mobilnya, ia menuju suatu tempat. Ia bergegas ke sana.
Ternyata pertanyaan yang diajukan jaksa Joon-ho benar seperti daftar pertanyaan yang ia tunjukan pada Jang-il.
Young-bae terbata-bata menjawab dan itu sama seperti latihannya dengan Jang-il. Young-bae gemetaran, ia benar-benar gugup dan panik takut salah menjawab. Jang-il yang berada di ruangan sebelah pun cemas.
Joon-ho menunjukkan foto Kim Kyung-pil dan bertanya apa Young-bae mengingat orang ini.Sun-woo masuk ke ruangan dimana Jang-il berada. Ia ingin melihat secara langsung proses interogasinya.
Young-bae berkata kalau ia tak ingat siapa yang di foto itu. Joon-ho berkata mungkin dia salah satu pekerja, apa Young-bae tak pernah melihatnya. Young-bae menjelaskan kalau ada banyak karyawan yang bekerja jadi ia tak mengingatnya.
Sun-woo jelas menahan kesal. (bukan Sun-woo yang kesal tapi saya)
Joon-ho kembali mengatakan ada foto Kim Kyung-pil bersama Jin No-sik. Young-bae berkata kalau ia juga memiliki foto bersama dengan Jin No-sik. Di pesta pembukaan Jin No-sik berfoto dengan pegawai-pegawai dan itu bukan hanya karena mereka dekat.
Sun-woo tersenyum sinis mendengar kesaksian Lee Young-bae.
Interogasi selesai, Young-bae akan pulang. Di lorong kembali ia berpapasan dengan putranya, “Ayah melakukannya dengan bagus,” sahut Jang-il mencoba bersikap tenang. Kemudian berlalu dari sana. Keduanya berjalan berlainan arah.
Lee Young-bae pulang jalan kaki, mobil Sun-woo langsung mencegatnya. Ia bersedia mengantar Young-bae pulang dengan memberi tumpangan. Young-bae menolak ia bilang ia bisa naik taksi. Sun-woo memaksa dan apa boleh buat Lee Young-bae pun naik mobil Sun-woo. Sun-woo langsung mengunci pintu dan membuat Young-bae kaget.
Sun-woo minta maaf atas kejadian kemarin katika ia bertemu dengan Young-bae dan Jang-il. Ketikaitu ia pura-pura buta, ia berniat memberi keduanya kejutan. “Apa paman senang melihatku tak buta?”
“Tentu saja,” jawab Young-bae berusaha untuk tersenyum.
Sun-woo tanya apa Young-bae sudah makan, ia mengajak Young-bae makan malam. Tapi Young-bae menolak karena sekarang belum saatnya makan malam.
Sun-woo terus bertanya apa Young-bae dipanggil ke kejaksaan untuk menjadi saksi. Dengan malas Young-bae menjawab ya. Sun-woo kembali bertanya apa yang mereka tanyakan.
Young-bae menghindari pertanyaan Sun-woo dengan mengatakan kalau ia melupakan sesuatu ia minta Sun-woo menurunkannya. Sun-woo ingin tahu apa yang Young-bae lupakan. Young-bae yang sudah kesal balik bertanya apa ia harus mengatakannya pada Sun-woo.
Bukannya berhenti Sun-woo malah ngebut untuk menyalip mobil yang di depannya. Sun-woo bilang kalau tak ada yang penting ia akan mengantar Young-bae pulang. Ia memiliki buah yang ia bawa dan akan memberikannya. Young-bae kembali menolak tapi Sun-woo memaksa dan beralasan kalau itu ia lakukan karena Young-bae mengingatkan dirinya pada ayahnya. Ia ingin melakukan hal yang tak bisa ia lakukan pada ayahnya.
Sembunyi-sembunyi Young-bae mengirim sms pada Jang-il memberi tahu kalau Sun-woo berkunjung ke rumah. Tentu saja Sun-woo tahu tapi ia diam saja.
Sun-woo membawa sekotak buah. Ia mengamati rumah Jang-il dan memuji kalau rumah itu sangat bagus. Ia bertanya apa ini rumah yang sama ketika ia buta dulu. Sun-woo mencoba meraba tembok ia merasa kalau itu rumah yang berbeda. Young-bae bilang kalau ia sudah pindah dari rumah yang dulu.
Sun-woo tanya apa rumah ini menyewa. Kalau benar ini rumah sewa Sun-woo menyarankan untuk membelinya saja, ia akan membantu membelikannya.
“Tidak kami membelinya,” ucap Young-bae.
“Apa jaksa mendapat gaji sebanyak itu?” tanya Sun-woo.
Oh oh Young-bae gelagapan dan berkata kalau ia memiliki beberapa tanah tanah dan tanah itu dibeli orang. Sun-woo tanya dari mana Young-bae mendapatkan uang untuk membeli tanahnya.
Young-bae jelas kesal Sun-woo terus bertanya, apa yang Sun-woo inginkan. Sun-woo tertawa meminta Young-bae tak perlu berfikir yang macam-macam. Sekarang ia tak peduli dengan uang jadi ia berniat membantu Young-bae. Young-bae jelas tak suka Sun-woo meremehkan dirinya dan Jang-il. Ia berkata kalau ia dan Jang-il bisa mengurus diri.
Sun-woo menanyakan kapan Jang-il pulang. Young-bae berkata kalau sudah beberapa hari Jang-il tak bisa pulang ke rumah bahkan seandainya pulang pun larut malam. Sun-woo berkata kalau itu tidak menyenangkan ia ingin makan malam dengan Jang-il.
Young-bae menerima sms dari Jang-il yang mengatakan bahwa ia akan pulang dan menyuruh Sun-woo untuk makan malam bersama.
Young-bae langsung bertanya apa Sun-woo mau makan malam. Ia berbalik dan tiba-tiba Sun-woo sudah berada tepat di belakangnya, jelas itu membuatnya terkejut. Dengan senang hati Sun-woo mau makan malam bersama.
Young-bae memasakan beberapa makanan, Jang-il pulang lebih awal. Young-bae berkata pada putranya kalau Sun-woo sudah memberikan tumpangan padanya. Jang-il berusaha tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Ketiganya makan malam bersama, Sun-woo memuji kalau masakan Young-bae selalu enak. Young-bae heran kapan Sun-woo pernah mencoba masakannya. Sun-woo menjawab 15 tahun yang lalu.
“Aku datang menemui Jang-il dan berkata kalau surat wasiat itu aneh. Tapi esoknya surat wasiat itu hilang. Dan paman juga membawakan ayam untukku.”
Jang-il tanya apa yang Sun-woo bicarakan. Sun-woo balik bertanya apa Jang-il tak ingat. Young-bae tak mengerti dengan sikap Sun-woo kenapa Sun-woo mencurigainya.
Sun-woo mengatakan kalau ketika buta ia tak tahu apakah ia bermimpi atau tidak tapi yang pasti ia mendengar Young-bae berbicara di telepon ‘hanya kau dan aku yang melihat ayah Sun-woo di vila hari itu’
Jang-il menilai kalau itu hanya mimpi.“Paman, apa paman ingat kapan terakhir kali paman bertemu ayahku?” Tanya Sun-woo.
“Aku tak tahu wajah ayahmu, apa yang perlu diingat,” ucap Young-bae.
“Apa paman benar-benar tidak melihatnya lebih dekat pada hari itu?”
Jang-il tak tahan lagi, ia minta Sun-woo berhenti bertanya-tanya seperti itu. Kalau sikap Sun-woo terus seperti ini lebih baik Sun-woo pulang saja. Ia tak mau makan bersama Sun-woo. Sun-woo minta maaf karena ia sudah bicara terlalu banyak. Sun-woo mohon diri pulang.
Jang-il marah dan membanting buah yang diberikan Sun-woo. Ternyata di dalam kotak buah itu ada suratnya, fotocopian surat yang ditulis Kwang-chun. Jang-il menahan geram sambil meremas kertas itu. Ayahnya tanya apa itu. Bukan apa-apa jawab Jang-il.
Choi Kwang-chun mengajak Geum-jool minum diluar. Ia terlihat benar-benar frustasi dan itu membuat Geum-jool bertanya-tanya apa yang terjadi. Kwang-chun yang sudah mabuk berkata kalau mereka harus selalu bersama Sun-woo. Geum-jool yang juga sudah mabuk tak mengerti apa yang Kwang-chun bicarakan.
Kwang-chun memberanikan diri menemui Sun-woo. Ketika sampai disana ia langsung berlutut dan minta maaf karena ia sudah bersalah pada Sun-woo.
Han Ji-won masih belum pulang, ia ada di ruangannya mendengarkan semuanya.
Sun-woo tanya apa Kwang-chun datang menemuinya karena surat itu. Kwang-chun diam, ia hanya bisa menangis diam.
Sun-woo : “Paman apa yang kau ketatahui?”
Kwang-chun : “Soo-mi masih menyukai Lee Jang-il si brengsek itu, aku harus menghentikannya. Aku akan memberitahu semuanya... Hari itu aku melihat ayah Lee Jang-il menggantung ayahmu.”
Sun-woo jelas tercengang mendengarnya. Ji-won berusah mendekat agar lebih jelas mendengar.Kwang-chun : “Ayahmu terlihat lemah seperti orang yang baru dipukuli. Dia mungkin mengira ayahmu sudah meninggal dan mencoba membuat itu seperti sebuah bunuh diri. Tapi dia masih bernafas.”
Sun-woo : “Tapi kenapa paman tak melakukan apapun?”
Kwang-chun : “Karena aku takut, kau tak tahu bagaimana perasaanku melihat semua itu. Aku juga tak tahu kalau itu ayamu. Kemudian dia bicara pelan ‘aku harus pergi menemui sun woo’ ayahmu....”
Sun-woo tak tahan lagi ia berteriak marah, sedih, kecewa. Kwang-chun hanya bisa menangis mengatakan semua ini. Ia benar-benar minta maaf pada Sun-woo, ia sangat bersalah pada Sun-woo.
“Paman seharusnya mengatakan padaku, Paman juga seharusnya mengatakan pada polisi,” Sun-woo berteriak sambil menangis. “Ternyata paman juga kaki tangannya.”
Kwang-chun akan melakukan apapun yang Sun-woo perintahkan padanya. Ia akan memberi tahu polisi semua yang ia lihat.
Sun-woo mencengekram baju Kwang-chun dan menyuruh Kwang-chun mengatakan semua itu pada polisi, “Katakan pada mereka kalau ayah Lee Jang-il yang membunuh ayahku.”
Kwang-chun akan melakukannya, ia akan memberi tahu semuanya. Setelah mengatakan semua itu Kwang-chun pergi dengan tangis penyesalannya.
Sun-woo masih duduk berdiam diri sambil menangisi nasib ayahnya. Ia menangis sejadi-jadinya mengetahui kenyataan yang sesungguhnya. Ji-won ikut merasakan kesedihan Sun-woo, ia mendengar tangis Sun-woo yang semakin menjadi. Ia keluar dari ruangannya dan mendekat ke arah Sun-woo.
Ji-won berusaha menghibur Sun-woo, tapi Sun-woo tetap saja tak bisa menahan kesedihannya. Ji-won langsung memeluk untuk menenangkan Sun-woo.
Bisnis kerjasama tambang yang dijalankan Jin No-sik tak berjalan mulus, sepertinya ia mengalami kerugian. Sekertaris Cha menilai Presdir Jin terlalu tinggi dalam menawarkan harga. Jin No-sik merobek dokumen yang ia baca. Ia berkata kalau ia tak akan menyerah begitu saja. Sekertaris Cha mengira kalau ini bukan masalah menyerah, ini berarti tak ada lagi kandungan tambang yang bisa dicari.
Ji No-sik menyuruh Sekertaris Cha untuk membuat laporan seolah-olah di tempat itu masih ada kandungan mineralnya (membuat laporan palsu) Yoon-joo berkata kalau ia tak bisa mereka lakukan, itu akan mempersulit mereka nantinya. Jin No-sik meyakini kalau itu hanya kali ini saja dan Jang-il akan melindungi mereka.
Jin No-sik mengingat ucapan Sun-woo ketika bertemu kemarin. Sun-woo sudah mengingatkan tapi Jin No-sik tak mau mendengar kalau disana tak memiliki cukup kandungan tambang. Jin No-sik bergumam kalau kemungkinan Sun-woo sudah tahu ini sejak awal. Ia mencoba menghubungi Sun-woo.
Sun-woo datang menemui Jin No-sik. Jin No-sik minta maaf karena ia menghubungi Sun-woo malam-malam (iya nih Sun-woo kan lagi sedih)
Sun-woo tanya apa yang ingin Jin No-sik katakan. Jin No-sik berkata kalau sampai sekarang ia tidak mempercayai Sun-woo. Ia berfikir kalau Sun-woo memberinya informasi yang salah agar ia keluar dari bisnis ini.
“Mulai sekarang lebih baik anda tidak mempercayaiku,” pesan Sun-woo.
Jin No-sik tertawa mendengarnya, Sun-woo diam.
Sun-woo memiliki sesuatu yang ingin diperlihatkan pada Jin No-sik. Surat yang ditulis Kwang-chun. Sun-woo mengatakan kalau ia bertemu dengan orang yang menulis surat itu. Jin No-sik tanya siapa yang mengirimnya, ia juga ingin bertemu.
Sun-woo : “Aku ingin mendengarnya dari anda, apa yang terjadi pada hari itu?”
Jin No-sik : “Tidak terjadi apa-apa, jika kau benar-benar ingin tahu tanya saja pada ayah Jang-il.”
Sun-woo : “Dia akan bersaksi di depan kita.”
Jin No-sik tahu kalau batas waktu kasus ini tinggal beberapa hari lagi. Sun-woo berkata kalau itu semua sudah tak berarti lagi baginya. Jin No-sik kembali tertawa.
Sun-woo : “Lee Jang-il adalah jaksa yang hebat dan anda akan menyewa pengacara yang terbaik. Bahkan jika anda dihukum anda tak akan pernah mendapat hukuman yang cukup.”
Jin No-sik : “Hukuman apa yang ingin kau berikan?”
Sun-woo : “Aku akan mengambil sesuatu yang paling berharga dari anda,”
Jin No-sik tertawa lagi bahkan tawanya lebih lebar. Sun-woo hanya diam. Kemudian Jin No-sik menatap tajam Sun-woo. Ia minta Sun-woo berhenti bertingkah seperti anak kecil dan Sun-woo bisa pulang sekarang.
Sun-woo : “Apa yang anda lakukan pada ayahku 15 tahun lalu?”
Jin No-sik : “Aku bilang pergi. Tuan David Kim, aku bukan raksasa pengecut yang akan jatuh karena batumu,”
Sun-woo : “Kuharap memang tidak.”
Sun-woo pamit ia segera meninggalkan ruangan Jin No-sik.
Jin No-sik menahan marah, ia meraih apapun yang ada di depannya dan membantingnya keras-keras. Sun-woo mendengarnya ia tak peduli dan segera pergi.
summpaahhh dari episode kemarn smp skrng aq hanya terbawa emosi sama soomi terus....mana make up nya tebel bgt pas banget sama karakternya.....
ReplyDeletekwangchul pakaian nya sudah moodiss...cuma rambutnya yg belum moddiss
BETUL..... betul tuch aq juga kesel bagt sama somi klo lihat dia jd EsMoSi hehheh ...
Delete:D
Mba Irfa makasih sinopsisnya... lanjutkan yach episode 16
ReplyDeletekoon gangguin ja lagi romantis juga berpeganagan tangan kan so sweet.... :D
cute bgt lihat sun woo dgn jiwon lg berkemah romantis bgt jd pengn beli dvd nya biar puas nonton nya melihat kemesraan mereka
Heheheheh :D
Oh yach aq mau nanya drakor Can YoU Hear mY Heart itu ada dua season yach, cerita nya kaya apa sich, bagus ga mba? itu drama korea tahun brp yach?
Sorry byk nanya... heheheh
DITUNGGU LANJUTANNYA ....
FIGHTING
kamsahamida..
perasaan ini blognya mbak anis deh,,,kalo mbak irfa tuh sono di 'my short obsession'....
Deletekemungkinan tika abis sari tempatnya irfa jadi salah nyebut nama haha...
DeleteCan You Hear My Heart drama yang bagus (banget) banyak pesan moral yang diambil... baca aja ya tika udah sampai end kok sinopsisnya jadi ga akan galau nunggu kelanjutannya... (jaminan deh ceritanya... ga bakalan rugi sama drama ini)
wkwkwk,, aku ngakak baca komen kalian,, hahaha.. tika bingung tuh Nis,, blog siapa ini,,
DeleteAduh Uhm Ajussi mantap banget tatapannya,, jadi ingin cepet lanjutin nonton drama ini,, tapi belum ada waktu,,, Aish,,,
HEHE ... HE maaf salah nyebut maksud nya mba anis ,,, tau aj mba anis aq baru buka blog nya mba irfa,,,
Deletemaaf ya mba anis..
mba irfa ko ketwa :D
jadi malu aqu...
hbis aq galau nunggu dram nya mba irfa QUEEN In Hyun nya...
sma Rooftop prince nya mba Dee, The king 2hearts nya mba fanny n drama Equqtor na mba Anis
cepetan dong kalian selesaikan
jgn bikin penasaran :D
SEMANGAT YACH BUAT SEMUANYA