Saturday 22 September 2012

Sinopsis May Queen Episode 4

Hae Joo, San, Chang Hee dan In Hwa berada di atas kapal milik Presdir Jang yang bocor. Hae Joo, San dan Chang Hee berusaha sekuat tenaga mengeluarkan genangan air yang masuk ke kapal sementara In Hwa menyingkir ke tempat yang lebih tinggi agar gaun cantiknya tak basah.
Hong Chul kembali ke tempat kerjanya setelah meminjam beberapa komponen untuk memperbaiki kapal Presdir Jang yang rusak. Ia heran karena kapalnya tak berada disana. Ia pun bertanya pada teman kerjanya dimana kapalnya. Tapi teman Hong Chul malah berkata bukankah Hong Chul yang sedang menyetir kapalnya. Hong Chul tak mengerti sekaligus heran karena ia sendiri baru kembali dari perusahaan Dae Han mengambil beberapa komponen untuk memperbaiki kapalnya.

Teman kerja Hong Chul yang bernama Teknisi Kang ini menebak pasti Teknisi Lee yang sedang mengetes kapalnya karena dia bersikeras akan berhasil walaupun memperbaiki dengan komponen buatan Korea. Hong Chul mendesah merasa buang-buang waktu. Ia bertanya apa yang harus dilakukannya sekarang. Teknisi Kang meminta Hong Chul memberikan komponen itu padanya dan labih baik Hong Chul segera pulang. Hong Chul celingukan dan bertanya dimana Hae Joo. Teknisi Kang berkata kalau ia belum melihat Hae Joo dan menebak mungkin Hae Joo sudah pulang.
Mereka berempat masih berada di tengah laut dengan kapal yang semakin banyak kemasukkan air. In Hwa ngomel kenapa mereka bertiga lambat membuang air-nya. San kesal dengan tingkah cerewet In Hwa karena hanya memerintah saja tapi tak ikut membantu. In Hwa bilang kalau ia tak bisa membantu, kenapa ia harus melakukannya.

Hae Joo merasa kalau cara seperti ini tak akan berhasil. Ia mendapatkan ide, ia akan menghubungi pihak terdekat lewat radio. Ia bertanya apa ada yang bisa berkomunikasi dengan radio. Mereka diam tak ada yang tahu caranya.
Hae Joo masuk ke ruang kemudi berusaha mencari bantuan menggunakan radio. Entah karena tak tahu caranya atau memang alatnya juga rusak Hae Joo tak berhasil mendapatkan bantuan. Di luar, In Hwa berteriak kalau air-nya terus masuk ke kapal.
Hong Chul sampai di rumah dan berteriak memanggil Hae Joo. Istrinya keluar dan kesal karena yang dicari suaminya hanya Hae Joo saja. Hong Chul bertanya Hae Joo sudah pulang apa belum. Istrinya membentak bilang tak tahu dan berkata kalau Hae Joo itu seharusnya memasak tapi ia tak tahu kemana Hae Joo pergi. Hong Chul mulai khawatir.
Geum Hee sudah siap akan pergi menonton opera. Disaat yang sama Presdir Jang datang dan bertanya kenapa belum berangkat menonton. Geum Hee berkata kalau ia baru akan pergi. Il Moon turun dari lantai 2 memberi tahu kalau In Hwa tak belum pulang. Geum Hee heran apa maksud Il Moon In Hwa tak ada di rumah. Il Moon tak tahu karena In Hwa tak ada di kamarnya.
Ditengah laut. Bagian depan kapal sudah mulai tenggelam. In Hwa duduk diatas ketakutan, bagaimana kalau kapalnya tenggelam. Chang Hee merasa kalau membuang air seperti ini tak ada gunanya. Hae Joo mendapatkan ide mereka harus menggunakan jaket pelampung terlebih dahulu.
Mereka berempat memakai jaket pelampung. In Hwa menangis karena tak tahu cara memakainya. “Bagaimana ini kita semua akan mati.” Tangis In Hwa. Hae Joo meminta In Hwa tak bicara seperti itu. Mereka akan baik-baik saja kalau memakai jaket pelampung. Hae Joo membantu In Hwa memakaikan jaketnya. Ia menghibur In Hwa supaya tak khawatir dan berkata kalau mereka pasti akan segera diselamatkan. “Bagaimana mungkin? Hari sudah mulai gelap.” sahut In Hwa.
Hae Joo kembali mendapatkan ide. Ia kesal pada dirinya sendiri kenapa tak terfikirkan dari tadi. Ia masuk kembali ke dalam mengambil sesuatu. Hae Joo mengambil pistol kembang api (Flare) ia mengatakan kalau dengan alat itu mereka bisa selamat. Hae Joo akan menebakkan pistol kembang api-nya ke atas tapi bersamaan dengan itu kapalnya oleng membuat Hae Joo dan yang lainnya terjatuh. Pistol kembang api-nya basah dan banyak benda-benda dari atas kapal yang berjatuhan.
Ada sesuatu yang akan menimpa Chang Hee. San mendorongnya untuk menyingkir tapi benda yang tajam itu malah menancap di kakinya. San berteriak kesakitan dan langsung mencabutnya.
Tak ada jalan lain bagi mereka untuk segera keluar dari kapal yang sudah mulai tenggelam. Mereka menurunkan pelampung. Satu per satu mereka menceburkan diri ke laut. Perlahan-lahan bangkai kapal pun tenggelam. Keempatnya melihat dengan tatapan sedih bangkai kapal yang mulai menghilang masuk ke dalam lautan yang dalam.

In Hwa terus bergerak dan merengek kalau ia tak bisa berenang. San menyuruhnya jangan banyak bergerak, “Kau sudah mengenakan pelampung jadi tak akan ada masalah.” In Hwa terus bergerak kalau ia tak bisa berenang dan terus menyebut ibu. San kembali mengatakan agar In Hwa tak banyak bergerak, “Kau akan baik-baik saja kalau kau tak bergerak.” In Hwa pun mulai diam.
Hong Chul kembali ke tempat kerjanya malam-malam untuk mencari Hae Joo. Ia berteriak memanggil putrinya tapi tak ada sahutan siapapun. Hong Chul menuju tempat pengelasan tapi disana sepi tak ada siapa-siapa. Tapi ia menemukan tas sekolah Hae Joo. Ia mulai khawatir.

Bos Hong Chul dan seorang teknisi datang. Bos tanya apa Hong Chul melihat putri Presdir Jang. Hong Chul menjawab tidak. Ia heran melihat teknisi Lee datang bersama dengan Bos-nya. Ia bertanya bukankah teknisi Lee menyetir kapal Presdir Jang. Teknisi Lee tak mengerti apa maksud Hong Chul. Ia mengatakan kalau ia bahkan belum memperbaiki kapalnya bagaimana mungkin ia menyetirnya. “Apa kau bilang? Apa kapalnya hilang?” Bos mulai khawatir.
Hong Chul berlari ke tepi dermaga celingak-celinguk mencari sesuatu. Bos berteriak marah, “Kemana kapal itu pergi?”

“Apa mungkin...? Tidak. Tidak mungkin!” Hong Chul berusaha menepis apa yang ia pikirkan. Ia kembali berteriak memanggil Hae Joo.

Bos tanya Hae Joo tadi bersama dengan siapa. Hong Chul berkata kalau putrinya tadi bersama seorang anak SMP katanya mereka ingin latihan mengelas. Bos kembali bertanya apa mungkin anak itu terlihat seperti anak orang kaya. Hong Chul membenarkan. Bos berteriak cemas dan berkata kalau mereka dalam masalah. Ia menyuruh teknisi Lee agar segera menghubungi perusahaan Hae Poong karena ia menebak kalau cucu pemilik perusahaan Hae Poong pasti menaiki kapal itu.
Presdir Jang, Geum Hee dan Park Gi Chul tiba disana. Presdir Jang bertanya siapa tadi yang menjawab teleponnya. Bos bilang kalau ia yang menjawabnya. Presdir ingin tahu apa putrinya tadi datang ke sini. Bos tak yakin tentang putri Presdir. Presdir berkata kalau ia mendengar putrinya datang kesini dan seorang anak laki-laki juga datang mencarinya (Chang Hee)
“Itu sepeda Chang Hee!” Seru Park Gi Chul melihat sepeda putranya di tepi dermaga. Presdir melihat ke tepi dermaga dan terkejut tak melihat kapalnya. Bos tak tahu harus menjelaskannya bagaimana karena ia tak begitu yakin tapi sepertinya cucu dari perusahaan Hae Poong menyetir kapalnya dan pergi. Geum Hee menebak kalau cucu dari perusahaan Hae Poong apa itu berarti Kang San. Bos mengiyakan.
Geum Hee yakin kalau In Hwa ada di kapal itu tapi dimana kapalnya. Park Gi Chul juga menebak kalau begitu Chang Hee juga ada di kapal itu. Kemudian mereka mendengar teriakan Hong Chul berulang kali memanggil nama Hae Joo. Mereka mengambil kesimpulan kalau keempat anak itu berada di kapal. Geum Hee langsung lemas dan berlari ke dermaga disusul Park Gi Chul.
Presdir Jang menyuruh bos untuk menghubungi penjaga pantai. Tapi bos masih belum yakin dengan perkiraannya. Presdir tak peduli ia marah dan memukul si bos keras. Dan kembali memreintahkan agar segera menghubungi penjaga pantai.
Mereka berempat terombang-ambing di tengah laut yang gelap dan mulai kedinginan. Chang Hee merasa kalau mereka semakin terdorong menjauh dari pelabuhan. Hae Joo melihat ada bintang utara ia menebak kalau sekarang mereka terdorong ke selatan. San menyahut kalau begitu kita akan terdorong sampai ke Jepang. Ia merasa kalau ini seperti jalan-jalan ke Jepang.

Hae Joo meminta San jangan bicara yang tidak-tidak. “Nanti akan ada ombak besar yang datang. Saat ada ombak kita akan terdorong lagi ke pelabuhan itu pun kalau kita beruntung atau kita kemungkinan akan diselamatkan.”

In Hwa tak yakin bagaimana mungkin mereka berempat diselamatkan saat hari sudah gelap seperti ini. “Aku harus pergi ke opera. Bagaimana kalau kita tak diselamatkan? Aku kedinginan, aku hampir mati. ibu...” rengek In Hwa.

San meminta In Hwa jangan merengek seperti itu dari pada merengak kenapa tak teriak saja yang keras supaya ada yang mendengar. Tapi Hae Joo melarang mereka tak boleh berteriak itu hal yang bodoh karena akan membuat lelah. Mereka harus menyimpan tenaga.
“Bagaimana denganmu apa kau tak takut?” tanya Chang Hee. Hae Joo menjawab kalau ia juga takut. Bagaimana mungkin ia tak takut menghadapi situasi seperti ini. “Tapi kau tak boleh hanya takut bagaimanapun kita harus berusaha bertahan agar bisa tetap hidup.”

San meminta semuanya jangan khawatir karena kakeknya hanya perlu tahu kalau kapal mereka menghilang saat dikendarai. Ia yakin kakeknya akan menemukan mereka meskipun sekarang mereka berada di neraka atau di air.
Penjaga pantai datang dan langsung mencoba mencari titik koordinat dimana kapal itu hilang.
Kakek Kang datang. Pengawas tim pencarian memperkenalkan dirinya pada kakek sebagai penanggung jawab pencarian anak-anak yang hilang. Kakek tak suka hanya bertemu dengan pengawas saja ia mencari dimana pemimpinnya kalau bisa segera dipanggilkan. Pengawas mengatakan kalau pimpinannya sedang berada di Seoul tapi ada yang perlu ia konfirmasikan terlebih dahulu pada kakek. “Bisakah cucu anda menyetir kapal?” Tanya pengawas. Kakek meninggikan suaranya, “Apa katamu? Memangnya usia dia berapa sampai bisa menyetir kapal?”
Presdir Jang menghampiri kakek dan bertanya apa kakek yakin itu. Kakek malah bertanya apa yang dilakukan Presdir Jang disini. Presdir Jang mengatakan kalau kemungkinan putrinya juga menaiki kapal itu. “Apa cucu anda benar-benar tak bisa menyetirnya, Presdir?” Kakek menegaskan bukankah itu yang tadi ia katakan. Presdir Jang bertanya-tanya kalau begitu siapa yang menyetirnya.
Hong Chul sadar kalau Hae Joo pasti yang menyetirnya. Ia tak berani bicara. Anak buah pengawas menyampaikan kalau ada orang yang melihat beberapa anak-anak membawa kapal.
Kakek marah, “Kalau begitu. Apa kau mau bilang kalau San benar-benar pergi dengan kapal yang rusak?” Kakek membentak, “Segera kirimkan helikopter pencari.” Pengawas minta maaf karena sekarang sudah gelap. Tapi kakek tak peduli kalau ia bilang kirim helikopter ya segera kirimkan tak usah banyak alasan.
Kakek menyuruh sekertarisnya untuk segera mengirim semua kapalnya keluar untuk mencari cucunya. Tapi sekertarisnya bilang kalau kapal yang mereka miliki terlalu besar jadi tak cocok untuk mencari. Alasan sekertaris membuat kakek murka dan ia langsung mendapatkan hukuman tendangan di kakinya, “Apa itu cocok atau tidak segera kirimkan untuk mencari San.” Kakek mengancam semua tim pengawas kalau tak menemukan cucunya kalian semua akan mati.
Mereka pun bergegas melakukan pencarian. Geum Hee memaksa ingin ikut tapi Presdir Jang meminta istrinya untuk tenang. Geum Hee sangat mengkhawatirkan In Hwa bagaimana ia bisa diam disini. Park Gi Chul dan Hong Chul bertatapan mencemaskan putra putri mereka.
Beberapa kapal dikerahkan untuk mencari keempat anak yang terombang-ambing di laut. Hong Chul, Park Gi Chul dan Geum Hee berteriak memanggil putra-putri mereka. Kakek kang walaupun ia tak berteriak marah seperti tadi ia jelas sangat mengkhawatirkan keadaan cucunya.
In Hwa mulai kedinginan. San berkata kalau ini tak terlalu dingin karena sekarang musim panas. In Hwa bilang kalau ia tak bohong ia benar-benar kedinginan. Hae Joo mendengar sesuatu dan meminta teman-temannya diam, “Apa kalian tak mendengar sesuatu?”
Mereka berempat melihat kapal pengawas pantai. Keempatnya melambaikan tangan sebagai tanda kalau mereka berada disana. Mereka senang karena akhirnya ada yang menolong.
Tapi ternyata kapalnya berbalik arah (ah.. padahal sedikit lagi) keempatnya cemas karena sepertinya tim pencari tak melihat mereka. Keempatnya berteriak tapi sayang kapal sudah berbalik dan tak ada yang mendengar teriakan mereka. Karena gagal diselamatkan In Hwa kembali menangis.
Tak hanya terombang-ambing di tengah laut. Derita keempatnya belum usai. Tiba-tiba cuaca menjadi buruk dan hujan deras pun turun tapi sepertinya mereka berempat lumayan beruntung karena tak ada badai. In Hwa terus menangis dan berkata kalau mereka berempat pasti akan mati.
In Hwa terus menyebut ibunya, “Ibu... aku lapar aku ingin makan pizza.” tangisnya. Kalau tahu ia akan jadi seperti ini seharusnya ia tadi makan lebih banyak.

Chang Hee meminta In Hwa jangan bicara hal bodoh seperti itu mereka tak akan mati. Ia memeriksa jam tangannya untuk mengetahui jam berapa sekarang tapi jam tangannya mati. Ia pun bertanya kira-kira jam berapa ini. Hae Joo tak bisa memastikannya karena langit terlihat gelap dan tak ada bulan. Kalau ada bulan ia mungkin bisa menebak waktu.
Chang Hee melihat San sudah tak kuat lagi. Yah jelas San kehilangan banyak darah karena kakinya yang terluka. San bilang kalau ia mengantuk.

Hae Joo mengingatkan kalau San tak boleh tertidur akan berbahaya kalau tertidur mereka harus tetap terjaga. Ia meminta San agar bisa bertahan.

“Apa kau tadi terluka karena aku?” tanya Chang Hee cemas. San tak menjawab matanya mulai terpejam. Hae Joo meminta San jangan tidur. Ia meyakinkan kalau semuanya baik-baik saja lebih baik San katakan sesuatu. Tapi San sepertinya sudah tak kuat lagi.
Sampai hari terang mereka masih terombang-ambing di tengah laut. Hae Joo membuka matanya dan melihat matahari terbit. Ia membangunkan Chang Hee. Chang Hee mencoba membangunkan San yang sudah mulai pucat.
Hae Joo khawatir melihat wajah San yang pucat dan bertanya apa San kesakitan. Perlahan San membuka mata dan bergumam kalau ia pusing.
In Hwa bangun dan terkejut melihat sesuatu. Ada hewan laut besar yang mendekati mereka. Lebih tepatnya berenang di bawah mereka. Mereka cemas, “Ya Tuhan apa yang akan kita lakukan? itu hiu. Dia akan memakan kita!” In Hwa ketakutan.
Seekor ikan besar keluar ke permukaan air. Hae Joo berkata kalau itu bukan hiu melainkan paus. “Pausnya akan memakan kita.” In Hwa ketakutan dan menggocang-goncangkan pelampung untuk mencari tempat yang aman. Ia tak mau mati dimakan ikan dengan tubuh dicabik-cabik ia harus mati dalam keadaan cantik. Hae Joo mengingatkan kalau paus tak akan memakan manusia jadi semuanya akan baik-baik saja. Mendnegar penjelasan Hae Joo, In Hwa langsung terdiam.
Pencarian pun dilakukan lagi. Kapal besar dan kecil dikerahkan untuk mencari keempat anak itu. Orang-orang tua ini jelas cemas dengan nasib putra-putri dan cucu mereka.
Kakek murka karena tim pencari belum bisa menemukan mereka terutama cucunya padahal waktu pencarian sudah berlangsung lama. “Katakan saja kau tak bisa menemukan mereka semalam karena gelap. Tapi kenapa kau tak bisa menemukannya di hari seterang ini?” Pengawas minta maaf ia akan berusaha mencari sebaik mungkin.

Presdir Jang ikut marah, “Apa kau bilang? Ini usaha terbaikmu?” Kapal miliknya itu bukan benda kecil yang sulit ditemukan apa masuk akal tak bisa menemukan kapalnya sampai sekarang. (Ya iyalah Presdir kapalnya sudah tenggelam) Pengawas berkata kalau hal itu juga yang membuatnya merasa aneh. Ia menebak apa kapalnya tenggelam karena rusak.
Kini giliran Hong Chul yang membentak dan meminta pengawas jangan bicara hal yang tak masuk akal. Geum Hee langsung lemas, Presdir Jang menenangkan istrinya supaya tak berfikir macam-macam karena kapal itu bukan benda yang dengan mudah tenggelam.
Park Gi Chul memohon pada pengawas agar menemukan mereka terutama anaknya karena anaknya tak boleh mati dengan cara seperti ini. Kakek kembali membentak agar dilakukan pencarian menggunakan helikopter.
Helikopter pun dikerahkan. Pencarian keempat anak ini dilakukan lewat udara juga.
Keempatnya sudah lemas. In Hwa mulai kehausan dan meminum air laut tapi ia tersedak dan batuk-batuk. Hae Joo tanya apa yang In Hwa lakukan, ia mengingatkan meskipun In Hwa haus tetap tak boleh meminum air laut.
In Hwa lemas dan langsung tak sadarkan diri. Tangannya terlepas dari pegangan pelampung. Melihat itu Hae Joo dan Chang Hee segera menarik In Hwa supaya tak terpisah dari mereka.
Hae Joo dan Chang Hee mengangkat In Hwa ke atas pelampung. Tapi kini giliran Hae Joo yang tak kuat lagi. Ia langsung tak sadarkan diri dan terlepas dari pengangan pelampung. Chang Hee yang melihat itu segera berenang untuk menarik Hae Joo.
Mereka pun terpisah. San yang sudah kehilangan banyak darah setengah sadar melihat dirinya dan In Hwa terpisah dengan Hae Joo dan Chang Hee. San pun ikut tak sadarkan diri.
Ada laporan kalau tim penyelamat menemukan bagian kapal. Mereka langsung bergegas melihatnya. Yang ditemukan hanya potongan kecil bagian tubuh kapal yang bertuliskan Chun Ji yang artinya itu memang kapal milik Presdir Jang.

Presdir Jang kesal dan mengakui kalau itu kapalnya dan mereka pun akhirnya tahu kalau kapalnya tenggelam. Gi Chul menangis melihat potongan kecil bagian kapal sambil menyebut nama putranya. Geum Hee lemas tak percaya, “Tidak mungkin. Ini bukan kapalmu. Dari mana kau tahu hanya dengan bagian kecil ini?”
Geum Hee memohon pada pengawas agar menemukan In Hwa. Ia pun menangis memukul-mukul suaminya. “Apakah Yoo Jin saja tak cukup? Apa aku harus kehilangan In Hwa juga?”
Hong Chul menatap sedih Geum Hee yang menangis. Ia juga kehilangan putri tercintanya.
Geum Hee tak mau tahu kalau In Hwa telah tiada setidaknya temukan jasadnya. Kalau ia kembali tak menemukannya ia juga akan mati. Dulu kita bahkan tak bisa menemukan apapun selain sepatunya. Geum Hee kembali memukul-mukul suaminya, “Ini kapalmu karena kau dia meninggal. Aku bilang setidaknya temukan tubuhnya.”
Kakek terus meninggikan suaranya dan berkata kalau gadis itu (In Hwa) tak berutung, “Putrimu mungkin saja mati tapi cucuku tak mungkin mati. Dia bukan orang yang akan mati semudah itu.”
Salah satu anak buah pengawas memberi tahu kalau mereka menerima kabar dari tim pencari yang berada di helikopter bahwa mereka telah menemukan dua anak. Hong Chul ingin tahu siapa dua anak itu. Mereka mengatakan kalau anak laki-laki dan perempuan tapi mereka siapa belum ada konfirmasi selanjutnya siapa dua anak itu. Tapi lokasinya tak jauh dari mereka.
Dan siapakah yang ditemukan terlebih dahulu. Orang tua dan kekek melihatnya penasaran.
“Hae Joo... Hae Joo..” teriak Hong Chul begitu mengetahui kalau yang ditemukan terlebih dahulu itu Hae Joo.

“Chang Hee... Chang Hee..” teriak Gi Chul melihat putranya ditemukan. Kedua ayah ini saling memeluk menangis bahagia putra-putri mereka ditemukan.

Geum Hee langsung lemas setelah mengetahui kalau yang ditemukan terlebih dahulu bukan In Hwa.
Hae Joo dan Chang Hee ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri. Hong Chul cemas kenapa mereka belum sadar. Tim kesehatan mengatakan kalau keduanya menderita hipotermia parah (suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin) dan juga dehidrasi. Kita harus segera mengirim mereka ke rumah sakit.
Pengawas memerintah anak buahnya untuk memutar balik kapal agar kedua anak ini segera dibawa ke rumah sakit. Tapi Geum Hee melarang mereka tak boleh putar balik kapal sementara ia belum mengetahui keberadaan In Hwa.

Hong Chul emosi bukankah tadi sudah mendengar kalau keadaan Hae Joo dan Chang Hee dalam bahaya. Geum Hee meminta kedua anak ini dibangunkan agar bisa ditanyai dimana In Hwa berada. Kakek membenarkan, bangunkan anak-anak itu.
Hong Chul marah, “Apa hanya anak-anak kalian yang penting disini? Apa Hae Joo-ku bukan apa-apa?” Ia menyuruh putar balik kapal. Kakek murka mendengar kemarahan Hong Chul ia meminta Hae Joo dan Chang Hee segera dibangunkan. Hong Chul tak peduli pokoknya putar balik kapal kalau mereka tak melakukannya ia yang akan memutar balik kapal sendiri.
Hong Chul langsung naik menuju ruang kemudi tapi Presdir Jang segera mengeluarkan pistol dan menembakannya ke atas sebagai tanda peringatan pada Hong Chul. Mereka jelas terkejut mendengar suara tembakan dan pistol itu langsung mengarah ke Hong Chul.

Presdir Jang menyuruh Hong Chul agar turun. Ia mengancam satu langkah saja Hong Chul bergerak ia akan memastikan kalau Hong Chul tak akan pernah melihat Hae Joo lagi. Ia menyuruh tim medis untuk segera membangunkan Hae Joo dan Chang Hee.
Hong Chul marah dengan sikap Presdir Jang, “Presdir apa kau tahu siapa Hae Joo? Hae Joo adalah....” Belum sempat Hong Chul mengatakannya Park Gi Chul langsung memotong menyuruh Hong Chul diam.
Tim medis memberi tahu kalau Hae Joo sadar. Hae Joo perlahan membuka matanya. Hong Chul dan Geum Hee lansgung bergegas berada di samping Hae Joo. Hae Joo melihat dan menggumamkan menyebut ayah. Hong Chul senang putrinya selamat dari maut.

Geum Hee langsung bertanya dimana keberadaan In Hwa. Setengah sadar Hae Joo mengatakan kalau mereka terbawa ombak mengarah ke selatan barat pelabuhan diatas pelampung persegi. “Ayah kau harus menyelamatkan mereka semua.” Hae Joo kembali tak sadarkan diri.
Tim pengawas pencari pun segera bergegas mencari In Hwa dan San sesuai petunjuk Hae Joo. Dan mereka pun menemukannya....
Kedua korban sampai di pelabuhan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Geum Hee dan kakek memaksa masuk ke ambulance. Tapi Presdir Jang tertahan tak bisa masuk menemani mereka. Ia bertanya apa kedua anak itu masih hidup. Pengawas mengatakan kalau mereka masih bernafas jadi Presdir Jang tak perlu khawatir.
Presdir Jang jelas mencemaskan putrinya. Tangannya gemetaran ia mencoba menenangkan tangannya yang gemetaran karena mencemaskan In Hwa.
Keempat korban langsung ditangani dokter. San langsung dibawa ke ruang operasi. Dokter meminta kakek menunggu di luar. Kakek marah kenapa cucunya dibawa ke ruang operasi.

Dokter mengatakan kalau kaki San sobek cukup parah. Dia juga kehilangan banyak darah jadi dibutuhkan tranfusi karena kemungkinan infeksi jadi mereka harus melakukan operasi secepatnya. Kakek setuju operasi tapi ia menyuruh Sekertaris Kim mengirimkan helikopter untuk memindahkann San ke rumah sakit Seoul. Tapi dokter bilang itu tak bisa karena saat ini terlalu berbahaya untuk memindahkan San ke rumah sakit lain. Ia minta izin akan menangani sendiri cucu pemilik Hae Poong. Kakek tanya dimana direktur rumah sakitnya. 

Direktur rumah sakit datang terpogoh-pogoh dan minta maaf atas keterlambatannya. Karena sudah cemas campur marah kakek melampiaskannya dengan menendang kaki si direktur rumah sakit. “Apa itu sakit? Cucuku pasti kesakitan 1000 kali lebih banyak dari yang kau rasakan. Kalau kaki cucuku mengalami kesalahan sekecil apapun. Aku akan memotong kakimu!”
Presdir Jang dan istrinya cemas menunggui In Hwa. Dokter mengatakan kalau In Hwa mengalami hipotermia dan dehidrasi parah. Selain itu dia juga meminum air laut terlalu banyak tapi untuk saat ini penyedotannya sudah berhasil dilakukan.

Presdir Jang mempertanyakan kenapa putrinya belum sadar juga. Dokter menduga ini karena paru-paru In Hwa terendam banyak air, saat ini dia menderita kesulitan bernafas tapi jika kondisinya memburuk ini bisa menyebabkan pembengkakkan paru-paru atau serangan jantung ke arah otak (ga ngerti saya) Geum Hee langsung lemas mendengar kondisi In Hwa yang tak terlalu baik. Presdir Jang meminta dokter menyelamatkan putrinya ia akan memberikan berapapun yang dibutuhkan tapi ia meminta tolong agar putrinya diselamatkan. Dokter berkata kalau ia akan berusaha sebaik mungkin.
Setelah dokter pergi Geum Hee menyalahkan suaminya, “Ini semua salahmu. Kenapa kau harus membeli kapal?” Ia sudah kehilangan Yoo Jin sampai-sampai ia melarang In Hwa mendekati air tapi kenapa kejadian ini bisa terjadi. Presdir Jang mengerti perasaan istrinya ia memeluk istrinya berusaha menguatkan agar lebih tenang.
Kakek Kang menemui Presdir Jang. Geum Hee masuk ke ruang perawatan In Hwa. Kakek bertanya kenapa cucunya bisa berada di kapal Presdir Jang. Presdir Jang tak tahu bagaimana menjawabnya.

Kakek marah, “Kau tak tahu? Dan bahkan di kapal yang rusak? Karena sebuah kapal rongsokkan cucuku hampir mati. Bagaimana kau akan bertanggung jawab?”

Presdir Jang mengatakan kalau putrinya juga dalam masa kritis dan itu terjadi karena cucu kakek kang yang mengendari kapal itu. Kakek menegaskan kalau cucunya tak pernah sekalipun atau bahkan mempelajari menyetir kapal. “Lalu siapa yang menyetir kapal itu?” tanya Presdir Jang. Kakek berkata kalau hal itu akan mereka ketahui nanti.
Kakek memperingatkan Presdir Jang, “Kalau terjadi sesuatu pada cucuku aku akan membuatmu menyesal karena sudah lahir. Kau sampah. Kau orang yang bahkan tak bisa menangani sebuah kapal bagaimana mungkin berusaha membangun sebuah galangan kapal? Lebih baik lupakan!”
San masuk ruang operasi. Dokter segera melakukan penanganan terhadap kaki San yang terluka. Kondisi In Hwa juga belum membaik beberapa dokter dan perawat menanganinya.

Hae Joo dan Chang Hee berada dalam ruangan yang sama (huwa karena mereka berdua orang yang ga punya uang ruang perawatannya pun biasa aja kelas 3 deh kayaknya)
Hae Joo membuka matanya menyadari kalau sekarang ia berada di rumah sakit. Ia menoleh ke samping dan dilihatnya Chang Hee juga menatap ke arahnya.

“Apa kau sudah bangun?” tanya Chang Hee lirih.
“Apa kita hidup?” Hae Joo masih belum mempercayai kalau ia selamat dari maut.
“Ya kita hidup. Kau baik-baik saja kan?” Hae Joo mengangguk senang matanya berkaca-kaca. Keduanya tersenyum.

Dokter datang dan melihat keduanya sudah sadar. Hae Joo menanyakan keadaan yang lainnya (San dan In Hwa) dokter belum tahu karena bukan ia yang menangani. Dokter memerlukan beberapa tes terhadap Hae Joo dan Chang Hee ia menyuruh perawat untuk memindahkan Chang Hee ke kamar perawatan anak laki-laki.
Hong Chul melamun di ruang tunggu. Istrinya datang tergesa-gesa dan membuyarkan lamunannya. Ibu menanyakan keadaan Hae Joo, “Apa yang terjadi? Apa Hae Joo meninggal?”

Hong Chul meminta istrinya jangan bicara begitu. Ia mengatakan kalau Hae Joo beruntung. Ia merasa sepertinya Hae Joo baik-baik saja sekarang dia tak bisa bangun karena kelelahan.

Dal Soon menghela nafas tapi kemudian membentak, ia tahu kalau tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia memarahi suaminya kenapa mengajari Hae Joo menyetir kapal, “Aigoo kau sangat gembira bisa mengajarkan seorang gadis kecil menyetir sebuah kapal. Kalau kau mengajarkan anak SD menyetir mobil bukankah anak itu akan tabrakan dan meninggal?”
Kakek Kang mendengar apa yang Hong Chul dan istrinya bicarakan. Kakek marah, “Apa putrimu yang menyetir kapalnya?” Hong Chul menunduk penuh rasa bersalah dan minta maaf. Kakek murka dan langsung melayangkan pukulan dan tendangan ke arah Hong Chul. Dal Soon dan Sekertaris kakek berusaha menghalangi. Ibu ikut marah kenapa ada orang tua yang langsung main kekerasan seperti ini.
Hong Chul menyuruh istrinya diam. Ia memberi tahu siapa sebenarnya kakek ini, “Dia adalah Presdir dari perusahaan pembuatan kapal Hae Poong.” Hong Chul kembali minta maaf pada kakek, ia tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali minta maaf.

Kakek masih marah, “Meskipun kau sudah tahu apa kau pura-pura tak tahu? Kau... kalau terjadi sesuatu pada cucuku akan kukuburkan seluruh keluargamu dan membuangnya di laut Ulsan. Apa kau mengerti?” 

Mendengar ancaman itu ibu bergidik dan pamit pergi ia harus pulang mengurus anak-anak.

Perawat datang memberi tahu Hong Chul kalau Hae Joo sudah sadar. Tentu saja Hong Chul senang mendengarnya. Tapi ketika ia memandang Kakek Kang yang menatap marah kepadanya Hong Chul langsung terdiam.
Hong Chul segera ke ruang rawat putrinya. Hae Joo minta maaf sudah membuat ayahnya khawatir. Hong Chul tersenyum gembira melihat putrinya sudah sadar ia bertanya apa perasaan Hae Joo baik-baik saja. Hae Joo menjawab pendek ya.

Hong Chul ingin tahu apa Hae Joo yang mengendarai kapal itu. Hae Joo menunduk mengangguk pelan membenarkan. Ia minta maaf. Hong Chul memarahi putrinya sudah bertindak ceroboh, “Apa yang kau pikirkan ketika mengendarai kapal itu? Tak peduli betapa pemberaninya kau bagaimana bisa kau berfikir membawa kapal itu ke tengah laut?” Hae Joo kembali minta maaf.

Hong Chul merasa kalau yang dikatakan istrinya benar bahwa dirinya yang gila, “Apa yang kupikirkan mengajarkan anak-anak menyetir?”
“Ayah aku sungguh-sungguh minta maaf!” ucap Hae Joo penuh penyesalan. Ia ingin melihat kapal itu sekali saja. Untuk melihat kapal secantik itu dan kemudian ketika mampu menghasilkan uang ia ingin membeli kapal karena dari dulu ayahnya menginginkan kapal seperti itu.

Hong Chul terharu, “Kau gadis bodoh. Kekayaan apa yang kau miliki sampai bisa membeli kapal sebagus itu?” Ia meminta putrinya berhenti membuat masalah kalau terjadi sesuatu yang seperti ini lagi bagaimana ia bisa hidup tanpa Hae Joo. Hae Joo menangis dan kembali meminta maaf.
Chang Hee sudah menjalani beberapa test. Park Gi Chul bersyukur hasil tes putranya tak ada masalah yang serius. Chang Hee minta maaf karena sudah membuat ayahnya khawatir. Park Gi Chul sudah tak mempermasalahkannya yang penting baginya Chang Hee selamat dari maut. Ia ingin agar Chang Hee tinggal di rumah sakit dulu dan lihat perkembangan selanjutnya selama beberapa hari. Tapi Chang Hee merasa kalau itu tak perlu karena ia baik-baik saja.
“Chang Hee, ayahmu ini mengira kalau kau sudah meninggal. Kalau kau mati aku juga akan mati.”
“Ayah?” Chang Hee sedih mendengarnya.

“Kau malu padaku kan? Aku juga... malu dengan cara hidupku. Ibumu juga tak menyukai sisi diriku yang seperti ini dan melarikan diri. Tapi pada hari itu aku berjanji pada diriku. Bahwa aku akan membesarkanmu agar kau berbeda dengan diriku. Meski tubuhku harus tercabik dan hancur aku akan membuatmu hidup dalam dunia yang berbeda. Tapi kau... kalau terjadi sesuatu padamu..... terima kasih kau sudah hidup. Karena kau sangat berbeda dari ayahmu. Ini bukan karena penyesalan dalam hatiku. Kau tak boleh... sama sekali tak boleh mati seperti itu.” Keduanya menangis bersama.
Dibandara seorang wanita turun dari pesawat. Di belakangnya seorang pria mencoba mencuri kesempatan menyentuh pantatnya. Wanita itu diam tak bergeming, tapi sepertinya kamera CCTV di bandara sangat banyak jadi terrekam gitu.
Ketika akan mengambil tas si pria itu terus menempel di sampingnya. Wanita itu membuka kacamata dan menatap mesra si pria, “Apa kau menyukainya? Apa kita harus pergi ke suatu tempat?” Ucapnya lirih. 

“Benarkah?” si pria tak percaya ternyata wanita ini mengajaknya bersama. Tapi tak berapa lama kemudian ia mendapatkan hadiah dari wanita itu. Sebuah tendangan ke wajah yang membuatnya tersungkur.
Wanita itu langsung berseru pada pengunjung di bandara kalau pria ini hidung belang. Si pria menyangkal dan berkata kalau wanita ini merayunya lebih dulu. Dan kemudian ia pun mendapatkan tambahan tendangan di area terlarang pria hahaha.
Keduanya pun menghadap petugas keamanan. Si pria hidung belang itu meyakinkan petugas kalau ia tak melakukan kesalahan apapun wanita ini yang tiba-tiba menendang di area yang sangat berharga.

Wanita itu menyuruh petugas keamanan untuk mengecek CCTV 7,9 dan 16. Ia menatap si pria hidung belang, “Apa kau menggunakan area berharga itu dimana-mana dasar hidung belang.” Wanita itu menggertak akan memukul si pria hidung belang.
“Hey Lee Bong Hee!” panggil seseorang mengenali wanita itu. Yoon Jung Woo datang menjemput Lee Bong Hee.

Jung Woo tanya ada masalah apa. Bong Hee minta izin pada petugas keamanan apa ia sudah bisa pergi. Petugas mengatakan kalau Bong Hee harus menandatangani beberapa dokumen dan mereka meminta kartu identitas Bong Hee. Bong Hee pun memberikan kartu namanya. Nippon Oil Company.

Seseorang datang menjemput Bong Hee sepertinya perwakilan dari sebuah perusahaan. Bong Hee menggerutu kalau ia sangat sibuk. Petugas keamanan bertanya apa Bong Hee seorang doktor dengan bergelar Ph.D
Bong Hee mengatakan kalau ia ini Ph.D untuk anti hidung belang. Si pria hidung belang masih menatapnya. Bong Hee menggertak, “Apa Lu liat-liat!” Si pria hidung belang langsung mengkerut.
Bong Hee beralih bicara pada Jung Woo dan bertanya apa Jung Woo sudah melihat pabrik petrokimia-nya. Bong Hee menyuruh Jung Woo pun mengikutinya dan membawakan tas-nya.
Yoon Jung Woo dan Lee Bong Hee sampai di sebuah perusahaan minyak. Bong Hee disambut oleh beberapa pegawai disana. Salah satu pegawai memuji kalau semakin hari Bong Hee semakin cantik saja. 

Bong Hee menyombongkan diri, “Kemanapun pergi selalu saja tentang kecantikanku..ah aku lelah.” hehehe. Pegawai itu ingin tahu siapa Jung Woo. Belum sempet Jung Woo memperkenalkan diri Bong Hee mengatakan kalau Jung Woo ini sekertarisnya.
Bong Hee memeriksa kandungan minyak dan bertanya apa masalahnya. Mereka mengatakan ada beberapa masalah meskipun seluruh pegawai sudah menyelidiki semuanya tapi mereka tak menemukan penyebabnya. 

Salah satu pegawai mengatakan kalau tak ada masalah dengan mesinnya tapi hasil produksi menurun hingga 40-50%. Mereka menawarkan apa Bong Hee ingin melihat bahan mentahnya langsung di gudang penyimpanan.

Bong Hee tak mau karena seharian ini ia sudah mencium bau minyak. Apa mereka mau menyuruhnya mencium minyak lebih banyak lagi ia pun memerintahkan untuk membawa kesini bahan mentahnya.
Bong Hee menuangkan minyak mentahnya. Mereka bertanya apa Bong Hee ingin melihat kandungan minyak mentah itu kalau demikian Hong Hee harus pergi ke lab. Bong Hee menolak lab apa ia ini orang yang ahli di bidang perminyakan. Bong Hee mencoba kandungan minyak mentah dengan cara merasakannya. Di kecap di mulut gitu huek.

Mereka jelas terkejut dengan apa yang dilakukan Bong Hee. Jung Woo berbisik apa tak apa-apa Bong Hee melakukan itu. Bong Hee berkata bukankah selama ini perusahaan menggunakan minyak mentah dari Dubai tapi kenapa menggantinya dengan minyak mentah dari Australia. Pegawai membenarkan dan berkata kalau itu karena ada permasalahan dengan suplai minyak mentahnya.

Bong Hee memberi tahu kalau minyak mentah ini mengandung mercury. Walaupun hanya sedikit kandungan mercury-nya tapi itu akan membuat proses produksi mengalami penurunan yang signifikan. Ia meminta menghentikan proses produksi dan segera menggantinya. Ia pun menyuruh semuanya bubar.
Bong Hee mengajak Jung Woo makan sesuatu. Ia mengeluh karena belum makan apapun karena seharian berada di pesawat. Tanpa sadar tangan Bong Hee salah mengambil minuman. Yang ia ambil minyak mentah dan meminumnya.

Sroottt Bong Hee langsung memuntahkannya hahaha. Ia membentak marah, “Siapa yang menaruh ini?” Tapi sesaat kemudian ia melembutkan suaranya dan berkata kalau ia tak apa-apa. Hahaha.
Jung Woo akan pulang ia heran kenapa Bong Hee mengikutinya. Bong Hee bilang ini ia lakukan supaya ia bisa beres-beres di rumah Jung Woo. Jung Woo tambah heran kenapa beres-beers di rumahnya. Bong Hee mengatakan itu karena ia akan tinggal di rumah Jung Woo ia harus mengirit biaya hotel. Jung Woo bilang tak bisa karena rumahnya hanya memiliki satu kamar.

Bong Hee tersenyum imut dan berkata kalau Jung Woo tak perlu khawatir ia tak akan menggigit Jung Woo kok hehe. Jung Woo menyuruh Bong Hee lebih baik ke rumah kakak Bong Hee saja kenapa malah datang ke rumahnya.
“Ah orang ini memangnya apa yang akan terjadi diantara teman?” Bong Hee langsung merangkul leher Jung Woo seperti mencekik gitu, “Hei rumahmu itu rumahku. Kau sudah tumbuh dewasa.”

Jung Woo meronta kesakitan meminta dilepaskan. Bong Hee menatap curiga, “Apa mungkin kau menyembunyikan seorang gadis dan merahasiakannya dariku? Ya ampun kau sudah menjadi seorang pria.”
Keduanya berpapasan dengan salah satu pemilik perkebunan pir. Jung Woo melihat di bak mobil ada pohon pir yang rusak. Ia pun menanyakan kenapa pohon pir-nya seperti itu. Ahjussi itu mengatakan kalau pohon pir-nya sudah sekarat sejak kemarin ia berfikir ini karena penyakit jadi ia akan membuangnya.

Jung Woo penasaran apa penyebabnya bukan karena polusi. Ahjussi itu juga bingung yang pasti ia harus segera menjual perkebunan itu secepatnya. Ia pun pamit akan membuang pohon pir-nya yang sudah rusak. Jung Woo menatapnya heran.

Pok... tiba-tiba Bong Hee menggaplok kepala Jung Woo, “Kau ini sedang apa? Kenapa tak pergi?” Sahut Bong Hee santai.
Kang San perlahan membuka matanya. Kakek yang setia menunggui senang melihat cucu satu-satunya telah sadar. San melihat sekeliling dan menyadari kalau dirinya berada di rumah sakit. Ia mencoba untuk bangun tapi kakek melarang. San merasakan sakit di kakinya.
San menanyakan keadaan Hae Joo dan Chang Hee tapi Kakek berkata kalau sekarang masalahnya bukan pada mereka tapi San sendiri. Kakek mengatakan kalau San sudah kehilangan banyak darah. San ingin tahu dan kembali bertanya apa Hae Joo dan Chang Hee selamat. Kakek menjawab ya mereka baik-baik saja. San lega mendengarnya.

Kakek memberi tahu kalau tadi San menjalani operasi di kaki, “Kau mati dan sekarang hidup kembali.” San tertawa, “Memangnya aku siapa bisa mati?”
Kakek : “San-ah. Kau satu-satunya yang memiliki darahku. Aku meletakan semua harapanku padamu. Tapi kau, kenapa kau membuatku khawatir seperti ini?”

San minta maaf mulai sekarang ia tak akan membuat kakek khawatir lagi. San kembali merasakan sakit di kakinya. Kakek akan memanggilkan dokter memberi tahu kalau San sudah sadar.

San mencoba bangun dan melihat kondisi kakinya, “Operasi? Bagaimana bisa aku hanya berbaring?”
Hae Joo sudah lebih baik dan sepertinya ia sudah boleh pulang tapi ayahnya khawatir apa Hae Joo benar baik-baik saja. Hae Joo meyakinkan kalau ia baik-baik saja. Hae Joo penasaran dan bertanya kira-kira berapa biaya rumah sakitnya. Ayahnya berkata kalau untuk masalah itu ia yang akan mengatasinya.

Hae Joo meminta izin pada ayahnya ia ingin menjenguk In Hwa sebentar. Ayahnya mengatakan kalau In Hwa belum sadar untuk apa Hae Joo kesana toh hasilnya juga tak akan membantu In Hwa sadar. Tapi Hae Joo memaksa ia harus kesana setidaknya untuk melihat wajah In Hwa.
Di ruang perawatan In Hwa masih belum sadarkan diri. Geum Hee menungguinya dengan cemas. “In Hwa, ini ibu buka matamu. Apa kau tak mau melihat ibumu. Asal kau tahu aku tak bisa hidup tanpamu.” Geum Hee mulai menangis. Ia terus menggenggam tangan In Hwa berharap jemari In Hwa bergerak memberi respon.

Presdir Jang meminta istrinya pulang sekarang karena menurut dokter In Hwa harus banyak istirahat tapi Geum Hee tak tega meninggalkan In Hwa sendirian di rumah sakit.

Presdir Jang pamit ia harus ke kantornya sebentar. Ia melihat kalau istrinya terlihat lelah ia mengusulkan bagaimana kalau memanggil Yang Nam (pembantu di rumah mereka) Geum Hee bilang tak usah ia akan tetap tinggal di rumah sakit menemani In Hwa. Presdir Jang mengerti ia tak akan memaksa istrinya.
Hae Joo sampai di depan kamar rawat In Hwa. Ia melihat kalau Geum Hee tengah menangis karena In Hwa belum sadar. Geum Hee melihat seseorang datang dan ketika ia menoleh ia melihat Hae Joo sudah berada di sebelahnya. Ia menatap tak suka karena menurutnya Hae Joo yang membuat In Hwa jadi seperti ini.

Hae Joo memberi salam dan bersikap sopan. Ia menanyakan keadaan In Hwa. Geum Hee tak menjawab ia balik bertanya apa Hae Joo yang menyetir kapalnya. Hae Joo mengiyakan.
Dan tanpa bertanya atau mendengar penjelasan Hae Joo, Geum Hee langsung melayangkan tamparan ke wajah Hae Joo. Hong Chul yang mengkhawatirkan putrinya melihat ini. Ia jelas shock melihat Geum Hee memukul putri kandung Geum Hee sendiri.

Geum Hee menilai kalau Hae Joo itu tak tahu malu. Bagaimana bisa Hae Joo menunjukan wajah dengan datang kesini setelah apa yang sudah Hae Joo lakukan pada In Hwa. Hae Joo menunduk minta maaf dan berkata kalau ia penasaran dengan kondisi In Hwa. Geum Hee meminta Hae Joo tak perlu penasaran bahkan jangan pernah berfikir untuk mendekati In Hwa lagi. Ia membentak kalau pertemuan In Hwa dengan Hae Joo sudah merupakan kesalahan sejak awal.
Hong Chul menangis melihat Hae Joo dimaki, dimarahi bahkan ditampar oleh ibu kandungnya sendiri. (huwa.. andai Hong Chul maju dan mengatakan kalau Hae Joo itu putri Geum Hee)
Chang Hee yang sudah sehat menemui San. Dan apa yang dilakukan San di kamar rawatnya, ia membaca komik hehehe. San senang melihat Chang Hee sudah sehat. Chang Hee melihat apa yang dilakukan San dan berkata kalau ini yang menjadi penyebab San menduduki rangking paling bawah. San menyahut apa sekarang Chang Hee sedang menyumpah di depan orang sakit.
Chang Hee ingin tahu apa operasinya berjalan lancar. San menjawab sepertinya begitu, ia pun bertanya apa Chang Hee tak apa-apa. Kenapa datang menemuinya. Chang Hee tak tahu harus berkata dari mana. San mencela kalau Chang Hee ini orang yang kaku, “Hei disaat seperti ini seharusnya kau mengatakan terima kasih.” “Terima kasih.” ucap Chang Hee lirih.
San berkata kalau ia merasa bisa jungkir balik mendengar Chang Hee berterima kasih padanya. Ia pun berterima kasih karena Chang Hee sudah berterima kasih padanya.

Chang Hee tak menyangka karena pada awalnya ia berfikir kalau San itu sama saja dengan Il Moon. San menebak apa Chang Hee sekarang mau bilang kalau ia ternyata tidak seperti itu. Chang Hee mengaku kalau ia sudah salah menduga.

“Karena sudah menyelematkanku dan terluka aku berterima kasih dan minta maaf.” San mengingatkan Chang Hee hanya boleh mengucapkan terima kasih satu kali. “Itu baru namanya teman.” Kata San.

“Teman?” Chang Hee heran San menganggapnya teman.
“Benar. Teman yang sama-sama mempertaruhkan hidupnya.” Keduanya pun tersenyum. “Akhirnya kau tertawa, aku pikir kau tadi datang ke pemakaman!” seru San bercanda hahaha. Ia pun bertanya bagaimana dengan Hae Joo apa dia baik-baik saja.
Hae Joo menunggu ayahnya di ruang tunggu. Chang Hee datang menghampirinya. Chang Hee menanyakan apa Hae Joo sudah mau pulang. Hae Joo menjawab ya tapi ia tak yakin dimana ayahnya berada jadi ia menunggunya disini. “Apa kau mau minum sesuatu?” Chang Hee mengajak Hae Joo bicara berdua di luar.
Chang Hee memberikan minuman untuk Hae Joo. Ia melihat ada yang lain dengan wajah Hae Joo. Sadar kalau Chang Hee memperhatikan wajahnya Hae Joo langsung menyentuh pipi yang tadi ditampar oleh Geum Gee. Hae Joo memberi tahu kalau In Hwa belum juga sadar.

Melihat wajah Hae Joo yang seperti itu Chang Hee bisa menebaknya, “Jadi apa kau dipukul?” Ia akan mengatakan pada Nyonya kalau itu bukan kesalahan Hae Joo tapi kejadian itu terjadi karena kekeras kepalaan In Hwa. In Hwa yang membuat Hae Joo menyetir kapal. Tapi Hae Joo melarang apa gunanya berkata seperti itu disaat In Hwa sendiri belum sadar itu hanya akan menyakiti hati Geum Hee.
Chang Hee tak mengerti apa Hae Joo tak merasa diperlakukan secara tak adil. “Hanya karena seseorang lebih kaya daripada orang lain. Ada orang-orang yang memukulmu dan memandang rendah dirimu. Setiap kali itu terjadi.... aku merasa hatiku akan meledak. Apa kau tak merasa begitu?”

Hae Joo : “Kalau aku merasa diperlakukan tidak adil maka aku akan langsung mengatakannya tapi itu menyedihkan.”
Chang Hee : Siapa?

Hae Joo : “Orang yang dipukul akan merasa sakit sebentar tapi orang yang melakukan pemukulan harus menahan sakit untuk waktu yang sangat lama. Itu lebih menyedihkan lagi. Biasanya aku tak pernah memendam terlalu lama. Akan lebih baik kalau kita segera melupakan hal yang membuatmu merasa sedih. Kalau tidak itu hanya akan membuatmu semakin terpuruk.”
Hae Joo berterima kasih Chang Hee. Chang hee tanya terima kasih untuk apa.

Hae Joo : “Bukankah ini kedua kalinya? Aku bicara tentang menyelamatkan hidupku.”
Chang Hee tersenyum dan berkata kalau Hae Joo selamat itu karena Hae Joo sangat kuat. Hae Joo merasa kalau seorang pria mengatakan pada seorang gadis bahwa dia kuat itu sedikit.... (Hae Joo tak melanjutkannya)

Chang Hee manambahkan kalau Hae Joo tak hanya kuat tapi juga menawan, “Menjadi kuat dalam segala situasi sungguh menawan.”

Hae Joo tersenyum lebar dan kembali mengucapkan terima kasih karena Chang Hee adalah orang pertama yang bicara sebaik itu padanya selain ayahnya. Keduanya tersenyum.
Hae Joo dipapah ayahnya keduanya sampai di rumah. Hae Joo menanyakan apakah ibu ada di rumah. Hong Chul berkata kalau tubuh Hae Joo belum sehat ia menyuruh putrinya masuk kamar dan istirahat. Hae Joo meyakinkan kalau ia baik-baik saja.

Sang Tae keluar kamar dan melihat Hae Joo sudah keluar dari rumah sakit. Ia langsung berkata kalau ia mendengar Hae Joo sudah menyebabkan kecelakaan besar, “Kau pikir kau ini siapa? Apa yang akan kami lakukan padamu?”

Plok.. Sang Tae mendapatkan jitakan dari ayahnya karena memarahi Hae Joo yang masih belum sembuh. “Apa itu perkataan yang pantas diucapkan pada adikmu yang baru keluar dari rumah sakit?”

Sang Tae kesal karena ayahnya selalu membela Hae Joo. Hong Chul meminta Sang Tae jangan berisik. Ia akan menyuruh Hae Joo tidur di kamar Sang Tae tapi Hae Joo kembali meyakinkan kalau ia baik-baik saja bukankah tadi dokter juga mengatakan kalau ia baik-baik saja. Tapi ayahnya bersikeras menyuruh Hae Joo istirahat di kamar. “Kau tidur semalaman di laut bagaimana bisa kau tak lelah?”
Hong Chul membawa Hae Joo istirahat di kamar. Ibu membuka pintu menatap kesal. Ia memberi Sang Tae sejumlah uang dan menyuruh putranya mengajak Young Joo dan beli sesuatu yang enak untuk dimakan. Sang Tae jelas saja senang menerima uang dari ibunya. Ia pun mengajak Young Joo membeli sesuatu.
Hong Chul menyelimuti Hae Joo. Ia meminta Hae Joo menunggu sebentar karena ia akan membuatkan bubur. Tapi Hae Joo merasa tak enak dengan ibunya ia takut kalau nanti ibunya akan ngomel lagi. Hong Chul meminta Hae Joo tak usah khawatir ia yang akan bertanggung jawab jadi Hae Joo istirahat saja.
Di luar rumah Hong Chul melihat istrinya bertolak pinggang mengajaknya bicara. Tapi Hong Chul ingin bicaranya nanti saja. Tapi Dal Soon memaksa bicara sekarang.
Keduanya pun bicara di kamar. Hong Chul heran apa Young Joo sedang keluar. Dal Soon menyahut karena gadis busuk itu (Hae Joo) tak bisa menjaga Young Joo jadi ia meminta seseorang di jalan untuk menjaga Young Joo. Hong Chul mengingatkan istrinya jangan menyumpah karena Hae Joo bukan orang yang bisa disumpah serapahi seperti itu.

Dal Soon : “Kenapa aku tak boleh menyumpahinya? Kalau begitu meskipun dia membuat kapal orang tenggelam dan mengacau di laut. Apa harus memuji dan memberi penghargaan? Apa aku harus bicara begitu?”
Hong Chul mengingatkan setidaknya istrinya ini memikirkan bayi yang ada dalam kandungan supaya tak memiliki hati yang seperti itu. Dal Soon mencibir kapan suaminya pernah memikirkan nasib anak yang ada dalam kandungannya karena setiap kali membuka dan menutup mata selalu saja Hae Joo yang ada di pikiran suaminya.

“Sejak pertama kali dia datang kau terus saja menjaganya. Kapan kau pernah berfikir tentang anak-anakmu yang lain?” kata Dal Soon marah dan meninggikan suaranya.

Mendengar suara keras istrinya Hong Chul khawatir kalau Hae Joo akan mendengarnya. Ia mengingatkan istrinya agar tak bicara sembarang tapi istrinya tak bisa dan tak mau. Ia terus nyolot berkata apa yang sudah Hong Chul pernah lakukan padanya. “Pernahkah kau memberiku makanan layak dan membelikan aku baju? Memiliki perut seperti ini dan didatangi preman dan hidup seperti ini. Apa hanya karena kau laki-laki. Kau mungkin hanya ingin menyebabkan masalah.”
Hong Chul mengerti ia belum menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarganya. Tapi ia meminta istrinya menghentikan apa yang mereka obrolkan sekarang tapi istrinya bilang kalau ia tak bisa berhenti. “Sekarang setelah kupikir-pikir merusaki kapal orang mungkin sudah ada di dalam darahmu. Gadis busuk itu... seharusnya kau memukulnya saat dia masih di laut. Kenapa dia harus hidup kalau hanya untuk menimbulkan masalah.”
Hong Chul tak tahan mendengar ocehan istrinya. Ia terbawa emosi marah dan akan memukul istrinya. Dal Soon menantang apa suaminya ini akan memukulinya, “Silakan bunuh saja aku. Kenapa kau tak bunuh saja aku dan hidup dengan putrimu? Hiduplah dengan perempuan yang melahirkan perempuan jalang itu.”
Dan OMG Hae Joo mendengar keributan ini. Ia berdiri di luar matanya berkaca-kaca mendengar kalau ibu yang selama ini bersama dengannya bukan ibu kandungnya.
Hong Chul menatap marah istrinya. Ia berusaha menguasai diri agar tak kelepasan yang nantinya akan membuatnya menyesal. Ia pun keluar meninggalkan istrinya di kamar.
Tapi Hong Chul terkejut melihat Hae Joo berdiri di luar kamar dengan mata penuh air mata. Hae Joo segera lari meninggalkan rumah. Sadar kalau Hae Joo mendengar semuanya Hong Chul mengejar putrinya.
Hae Joo lemas dan terduduk memeluk kakinya sambil menangis. Hong Chul khawatir, “Hae Joo apa kau mendengar semuanya?” Hae Joo menangis diam menyembunyikan wajah sambil memeluk kakinya.
Hong Chul berusaha menyangkal atas apa yang sudah Hae Joo dengar, “Ibumu pasti marah karena kau mengalami kecelakaan. Bukankah kau tahu bagaimana ibumu. Sekali dia mengamuk, dia akan berkata sesuka hatinya. Seperti itulah ibumu.”
Perlahan Hae Joo mengangkat wajahnya. Matanya penuh dengan air mata. “Ayah. Aku tahu semuanya. Aku tahu kalau aku bukan putrinya.”

Hong Chul tak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Hae Joo berkata kalau itulah sebabnya ia selalu melakukan apapun yang ia bisa untuk menyenangkan hati ibunya.
“Ayah... siapa ibuku? Siapa ibu kandungku yang sebenarnya?” Tanya Hae Joo dengan tatapan penuh air mata.

May Queen Episode 5 >

3 comments:

  1. i'm the 1st reader heheheh,,,,

    ReplyDelete
  2. wah,,episode empat msh cerita ttg ms kecil ya? trus beralih ke dewasa episode berapa mb anis?

    ReplyDelete
    Replies
    1. episode 9 mbak... jadi masih lama hehe... menurutku sih cast anaknya kelamaan... hahaha tapi kalau fans pemain mudanya ya berasa kurang. berhubung saya fans pemain dewasanya jadi berasa lama nunggu sampai episode 9...

      Delete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.