Di sebuah rumah yang dikelilingi oleh bukit dan pemandangan yang indah. Yoon Hak Soo menggendong putri kecilnya, Yoon Yoo Jin. Yoon Hak Soo mengajari putrinya menyebutnya kata ayah. Sepertinya keluarga ini mau pindah rumah atau baru pindahan rumah karena banyak barang-barang yang masih diikat.
Istrinya, Lee Geum Hee tengah memberi cemilan pada seorang anak laki-laki, Park Chang Hee. Keluarga ini tampak bahagia.
Park Gi Chul, ayah Park Chang Hee datang membawa buku-buku yang sudah diikat. Ia bertanya apa yang harus dilakukannya terhadap dokumen-dokumen perusahaan. Hak Soo mengatakan kalau ia akan membereskannya malam ini. Park Gi Chul mengerti ia akan membereskan yang lainnya.
Chang Hee langsung berhambur memeluk ayahnya. Tepat saat itu telepon di rumah berdering Geum Hee berniat mengangkat tapi suaminya melarang, ia yang akan menjawabnya.
Hak Soo menjawab telepon, terdengar dari seberang sana seseorang meminta Hak Soo segera meninggalkan rumah karena pihak Jepang sudah mengetahui tentang penelitian yang dilakukan Hak Soo. Yang menelepon disini adalah Jang Do Hyun. Do Hyun mengatakan kalau sekarang agen dari Naikaku sedang dalam perjalanan menuju ke sana jadi Hak Soo harus segera meninggalkan rumah.
Hak Soo mencoba bersikap tenang dan bertanya kemana ia harus pergi apa ke bandara. Do Hyun melarang, karena Hak Soo pasti sudah dicekal untuk tak kabur ke luar negeri dan juga Hak Soo tak bisa mempercayai kedutaan begitu saja.
Awalnya Do Hyun menyuruh Hak Soo untuk segera pergi ke rumah persembunyian mereka tapi ia buru-buru meralat dan mengatakan kalau ia akan segera ke tempat Hak Soo. Ia mengingatkan agar Hak Soo menghindari jalan utama lebih baik menggunakan jalan gunung dan bawa datanya sekarang.
Geum Hee melihat kecemasan suaminya dan bertanya ada apa. Hak soo mendengar ada suara dan langsung naik ke lantai 2.
Beberapa mobil datang ke rumah Hak Soo. Hak Soo segera ke lemari brangkasnya. Ia mengambil sebuah botol hitam kecil dan menyimpannya.
Terdengar suara mobil berhenti diluar. Gerombolan orang bersenjata memakai penutup wajah menyergap rumahnya (serem udah kayak densus 88 menyergap teroris)
Hak Soo mulai panik dan menyuruh semuanya untuk segera ke ruang bawah tanah, ia berkata kalau ia belum bisa menjelaskannya apapun sekarang. Gerombolan bertopeng itu menembak ban mobil Hak Soo agar tak bisa digunakan untuk kabur.
Geum Hee ikut panik dan menyenggol tumpukan buku yang ada disana dan tumpukan buku itu menyenggol air panas dan naasnya air panas itu mengenai Yoo Jin dan Chang Hee. Kedua anak kecil ini menangis keras karena kepanasan. Bagian leher belakang Yoo Jin melepuh, Geum Hee tambah panik. Bagian bahu kiri Chang Hee juga memerah. Keduanya menangis keras.
Hak Soo meminta semuanya lekas pergi karena sudah tak ada waktu lagi. Ia mnggendong putri kecilnya. Chang Hee yang menangis keras dibopong ayahnya.
Gerombolan orang itu langsung masuk ke rumah dan menuju lemari brangkas tapi yang mereka cari tak ada. Mereka berbicara dalam bahasa Jepang. Mereka tampak marah karena tak menemukan apa yang mereka cari.
Salah seorang dari mereka berkata dalam bahasa Jepang kalau ada ruang bawah tanah dan ada pintu keluar melalui ruang bawah tanah itu. Mereka pun mengejar Hak Soo dan yang lainnya.
Hak Soo dan keluarganya berlari secepat mungkin menghindari kejaran. Ia menyerahkan Yoo Jin pada istrinya meminta mereka selamat lebih dulu. Ia menyuruh Park Gi Chul dan istrinya lari lebih dulu ke gunung karena disana Do Hyun pasti sudah menunggu. Geum Hee menolak berpisah dengan suaminya. Ia meminta penjelasan mengenai apa yang terjadi. Hak Soo meminta istrinya percaya padanya ia akan menjelaskannya nanti.
Gerombolan itu menembakan pistolnya, beruntung ini tak mengenai Hak Soo dan yang lain. Hak Soo meminta istrinya segera pergi. Tapi Geum Hee tetap menolak, Hak Soo meminta istrinya cepat, apa istrinya ini akan membiarkan Yoo Jin terbunuh. Park Gi Chul menarik Geum Hee agar segera pergi, Geum Hee menangis tak mau berpisah dengan suaminya.
Hak Soo lari ke bukit, ternyata di bukit sudah ada gerombolan bertopeng lain yang menunggu. Hak Soo terkepung tak bisa lari kemana-mana. Terjadilah perkelahian diantara mereka. Hak Soo melawan tanpa senjata dan seorang diri jelas ia bukan tandingan mereka yang lebih dari satu orang. Dengan mudah Hak Soo dilumpuhkan. Kacamatanya terjatuh dan mereka menginjaknya.
Lebih dari satu pistol mengarah padanya. Ia tak bisa berkutik. Mereka bertanya dalam bahasa Jepang dimana datanya, Hak Soo diam menatap pistol yang mengarah padanya. Kemudian memejamkan mata siap mati tanpa mengatakan apapun.
Geum Hee dan Park Gi Chul sampai di jalan utama. Keduanya berpapasan dengan beberapa mobil. Ternyata itu rombongannya Jang Do Hyun. Geum Hee mangatakan kalau suaminya masih berada di atas bukit dengan orang asing yang menembakan senjata. Ia bertanya apa yang terjadi sebenarnya.
Do Hyun meminta Geum Hee masuk ke mobil tapi Geum Hee menolak ia harus menemui suaminya. Do Hyun mengingatkan kalau sekarang anak-anak dalam bahaya, ia berjanji akan membawa Hak Soo kembali jadi Geum Hee labih baik masuk ke mobil saja. Park Gi Chul menyuruh Chang Hee masuk ke mobil ikut dengan Geum Hee. Ia sendiri akan ikut bersama Do Hyun. Do Hyun bertanya pada Park Gi Chul ke arah mana mereka pergi.
Hak Soo dipukuli habis-habisan karena tak mau mengatakan dimana ia menyimpan datanya. “Aku bertanya untuk yang terakhir kalinya, dimana datanya?” bentak mereka. Tapi Hak Soo tetap diam. Ia memejamkan mata siap ditembak.
Tepat saat itu terdengar letusan suara pistol. Ternyata rombongan Do Hyun menyergap mereka semua. Do Hyun meminta mereka membuang senjata, gerombolan orang asing bertopeng itu langsung meletakan senjata dan menyerah.
“Kakak..!” Hak Soo berlari dengan perasaan lega ke arah Do Hyun. Hak Soo masih mencemaskan istri dan anaknya apa mereka selamat. Do Hyun mengatakan kalau mereka baik-baik saja dan sedang menuju rumah persembunyian. Ia bertanya bagaimana dengan datanya, Hak Soo menagtakan kalau Park Gi Chul yang membawanya. Park Gi Chul mengeluarkan botol hitam kecil dan mengatakan kalau Hak Soo memberikan itu ketika di ruangan bawah tanah tadi. Hak Soo sangat bersyukur karena Do Hyun datang tepat waktu, kalau sedikit saja terlambat bisa saja terjadi bencana.
Dor.... terdengar suara letusan pistol. Geum Hee yang berada di dalam mobil seperti ikut mendengar dan merasakannya. Hak Soo dan Park Gi Chul memendang terkejut, ternyata Do Hyun menembakkan pistol ke tubuh Hak Soo.
Tak puas hanya dengan sekali tembakan Do Hyun menembak Hak Soo lagi tepat di bagian dadanya. Hak Soo ambruk dan meninggal seketika.
Do Hyun dengan wajah yang kotor akibat percikan darah Hak Soo menatap tajam Park Gi Chul. Gi Chul ketakutan ia tak mengerti kenapa Do Hyun melakukan ini. Do Hyun merampas botol kecil yang ada di tangan Gi Chul dan mengarahkan pistol ke Gi Chul.
Park Gi Chul ketakutan dan memohon Do Hyun mengampuninya. Ia berlutut agar Do Hyun tak membunuhnya juga. “Aku tak mengerti kenapa kau begini, Kak? Aku masih punya anak kecil, pikirkan tentang Chang Hee!” Gi Chul terus memohon agar ia tak dibunuh, “Tidak. Aku tak melihat apa-apa. Aku akan menutup mulut seumur hidupku. Kakak, apapun yang kau perintahkan padaku akan kulakukan semuanya. Jadi, tolong ampuni aku!”
Do Hyun tersenyum dan dor... Do Hyun menembak kaki Park Gi Chul dan membuat Gi Chul menangis tersungkur memegangi kakinya.
Jang Do Hyun menyuruh mereka semua berdiri termasuk gerombolan yang bertopeng. Ternyata gerombolan itu orang-orang suruhannya.
Upacara pemakaman Yoon Hak Soo. (Hak Soo ini seorang ilmuwan yang sedang meneliti di bidang Petroleum jadi kemungkinan ia menemukan sesuatu dan data hasil penelitiannya menjadi rebutan apa gitu ya--abaikan) Geum Hee menangis di kuburan suaminya.
Si kecil Yoo Jin digendong pamannya, adik Yoon Hak Soo yang bernama Yoon Jung Woo. Yoo Jin terus menangis dalam gendongan pamannya. Yoon Jung Woo juga turut berduka karena telah kehilangan kakaknya.
Disana Jang Do Hyun juga menghadiri upacara pemakamana, ia menatap gadis kecil yang menangis ini dengan senyum liciknya. Tatapannya beralih ke Geum Hee yang berdiri di depan kuburan Hak Soo. Dari kejauhan ia melihat ada bekas luka di leher belakang Yoo Jin.
Geum Hee tak kuasa menahan kesedihannya, ia hampir ambruk dan dengan cepat Jang Do Hyun menangkapnya. Geum Hee menangis histeris sambil memukul-mukul Do Hyun.
Park Gi Chul juga menghadiri pemakaman Hak Soo, ia memandang Geum Hee dari jauh. Ia hanya bisa menangis bungkam tak berkata apapun atas apa yang dilihatnya.
Jang Do Hyun bicara dengan Park Gi Chul di sebuah menara, ia bertanya bukankah Gi Chul akan melakukan apapun yang ia perintahkan, “Ya wanita biasanya seperti itu. Terkadang dibandingkan dengan suami mereka anak gadis lebih memberikan harapan untuk terus maju. Harapan itu, kalau semuanya dihancurkan sekarang bukankah itu akan mengubah sesuatu?”
Park Gi Chul tak mengerti maksud Do Hyun. Do Hyun mengelus kepala Chang Hee dan membopongnya. Ia mengangkat Chang Hee tinggi-tinggi seolah ia akan melempar Chang Hee dari atas sana. Park Gi Chul jelas ketakutan ia tak ingin sesuatu terjadi pada putranya.
Malam hari hujan deras disertai petir yang menyambar. Park Gi Chul mengendap-endap masuk ke kamar si kecil Yoo Jin, bayi kecil ini tengah terlelap. Dengan tangan gemetaran ia membawa Yoo Jin pergi.
Dimanakah ibunya sampai meninggalkan bayi kecil ini sendirian. Geum Hee tengah berada di kuil berdoa untuk suaminya.
Disertai hujan deras dan petir yang menyambar Park Gi Chul membawa Yoo Jin pergi, ia menaiki mobil. Ia menyerahkan bayi kecil ini pada temannya. Cheon Hong Chul. Keduanya saling mengenal karena ikut wamil bersama.
Hong Chul ia ingin tahu bayi siapa ini, apa ini anak Gi Chul. Park Gi Chul meminta Hong Chul jangan pernah bertanya apapun lebih baik adopsi dia sebagai putri Hong Chul besarkan dia dengan baik. Hong Chul jelas heran apa temannya ini tak tahu sifat istrinya kalau ia dijambak sampai botak apa temannya ini akan bertanggung jawab.
Park Gi Cchul memberikan amplop berisi uang pada Hong Chul. “Kalau aku memberimu sebanyak ini apa kekhawatiranmu akan selesai?” Hong Chul jelas menerima dan mengecek apa uang itu asli. Ia menatap bayi mungil yang ada di depannya.
Cheon Hong Chul pulang ke rumah membawa Yoo Jin. Ia sembunyi begitu melihat istrinya tengah bermain bersama putra mereka, Cheon Sang Tae.
Tiba-tiba Yoon Jin menangis membuat Hong Chul panik. Istrinya, Jo Dal Sun heran melihat suamianya datang menggendong bayi kecil, ia bertanya bayi siapa itu. Hong Chul gelagapan, “Hmm itu... aku yang melakukannya!” Hong Chul langsung berlutut minta maaf ia rela kalau istrinya ini menjambak rambutnya sampai botak. (Cheon Hong Chul mengaku pada istrinya kalau Yoo Jin itu putrinya)
Mereka semua ke tebing pantai mencari keberadaan Yoo Jin. Jang Do Hyun memerintahkan untuk mencari seteliti mungkin. Geum Hee berdiri dengan tatapan kosong mengetahui putrinya hilang.
Park Gi Chul berlutut mengatakan kalau semua ini salahnya. Ia beralasan kalau Yoo Jin menangis terus dan ia berinisiatif membawa Yoo Jin keluar. Tapi saat dia berjalan tiba-tiba ombak menariknya, jadi ia tak punya kesempatan untuk.... aku pantas mati, kata Park Gi Chul.
Petugas yang mencari Yoo Jin tak menemukan keberadaan anak kecil itu, ia hanya bisa menemukan sepatu merah kecil. Ia mengatakan kalau ombaknya sangat kuat jadi kemungkinan anak itu terseret ombak sangat jauh.
Geum Hee jelas tak mempercayai ini. Tiba-tiba musibah silih berganti mendatanginya. Ia tak percaya putrinya juga telah meninggalkannya. Geum Hee menangis menatap sepatu merah dan mengambilnya dengan tangan gemetaran.
Geum Hee berteriak memanggil nama putrinya, ia akan berlari ke arah pantai untuk mencari sendiri tapi Do Hyun menariknya. Geum Hee terus berteriak sambil menangis memanggil nama putrinya.
Jang Do Hyun menatap sinis ke arah Park Gi Chul. Gi Chul jelas merasa sangat bersalah tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Lee Geum Hee menggenggam erat sepatu putrinya sambil duduk berlutut di makam suaminya. Do Hyun datang membawa putra putrinya, Jang Il Moon dan Jang In Hwa.
Do Hyun meminta maaf karena tak bisa memenuhi janji akan membawa kembali Hak Soo. “Tapi meskipun kau kehilangan suamimu aku juga kehilangan teman yang sudah seperti suadara yang melebihi ikatan darah antar saudara!” (huek...)
Geum Hee tak mau mendengar omongan Do Hyun. Ia meninggikan suaranya agar Do Hyun meninggalkannya sendiri. Geum Hee akan pergi tapi ia melihat dua anak kecil yang dibawa Do Hyun, ia heran kenapa Do Hyun membawa mereka kemari.
Do Hyun mengatakan kalau anak-anak ini membutuhkan seorang ibu. walaupun ia tak berhak mengatakan ini. “Bisakah kau menjaga anak-anak ini bersamaku?” Geum Hee tak mengerti bagaimana mungkin Do Hyun memintanya seperti itu, tidakkah Do Hyun merasa sedih terhadap ibu dari anak-anak ini yang sudah meninggal. Do Hyun berkata tentu saja ia merasa sedih tapi lebih dari itu kenangan bersama Geum Hee lebih terasa menyakitkan. Geum Hee tak peduli ia menolak dan akan meninggalkan makam.
Do Hyun berkata kalau anak-anak ini belum tahu cara memanggil ibu. Langkah Geum Hee terhenti. Do Hyun melanjutkan kalau mereka tak tahu bagaimana rasanya memiliki ibu, maka dari itu bisakah Geum Hee mengajarkan itu semua pada mereka.
Geum Hee tetap tak peduli tapi tangis In Hwa kecil kembali menghentikan langkahnya, ia seolah mendengar tangis Yoo Jin. Hatinya sakit mendengar tangis itu.
Dimanakah Yoon Jin. Bayi kecil ini duduk di tepi tebing hidup bersama ayah angkatnya. Ia duduk menangis sesenggukan sambil memainkan mainan perahu.
11 tahun kemudian. (Welcome Kim Yoo Jung as Cheon Hae Joo)
Cheon Hong Chul bersama putrinya yang tak lain Yoo Jin dan sudah berganti nama menjadi Cheon Hae Joo keduanya berada disebuah mobil terbuka bernyanyi-nyanyi riang. Mereka sekeluarga kabur meningggalkan rumah menuju Ulsan. Ibu yang duduk di depan bersama Sang Tae dan si kecil Young Joo merasa terganggu karena suara mereka. Ia berteriak meminta keduanya diam. Ayah meminta supir untuk menghentikan mobil sebentar.
Mereka semua turun dari mobil. Hae Joo menggendong adiknya, Young Joo. Ayah mengajak mereka berdiri di tepi tebing melihat pemandangan lampu kota Ulsan. Mereka semua mengagumi keindahan Ulsan di malam hari. Ayah mengatakan kalau lampu disana adalah uang.
Hae Joo kagum, “Apa benar kalau kita kesana kita akan bisa melihat anjing yang membawa 10 dolar di mulutnya?”
Ayah : “Ya. Apa itu didalam film koboi barat. El...”
Hae Joo : “Apa maksud ayah El Dorado?”
Si supir marah karena mereka berleha-leha sementara pekerjaannya banyak. Mereka pun segera kembali naik ke mobil, sebelum pergi Hae Joo bergumam sambil menatap pemandangan malam Ulsan, El Dorado.
(El Dorado, sebuah film tentang koboy yang dirilis pada 7 Juni 1967 (USA) film yang dibintangi oleh John Wayne, Robert Mitchum and James Caan. Bercerita Cole Thornton, penembak untuk menyewa, bergabung dengan pasukan seorang teman lama, Sheriff JP Hara. Bersama dengan seorang pejuang Indian tua dan penjudi, mereka membantu peternak dan keluarganya melawan seorang peternak saingan yang mencoba untuk mencuri air mereka)
Hari sudah terang keluarga Cheon sampai di depan sebuah rumah mewah. Hae Joo jelas terpukau dengan rumah besar ini. Ibu bertanya apa ini rumah dimana junior suaminya tinggal, apa suaminya ini tak salah alamat. Ayah mengatakan kalau alamatnya benar.
Park Gi Chul datang dan melihat mereka. Ia jelas tak menyangka kalau temannya ini akan muncul kembali setelah sekian lama. Terlebih lagi ketika ia melihat seorang gadis bersama mereka. Ayah bertanya apa temannya ini mengenalinya. Park Gi Chul langsung menarik Ayah untuk bicara berdua sebentar. Istrinya heran. Sang Tae menyahut apa ayahnya juga belum bayar hutang ke paman itu.
Hae Joo melihat taman di depannya itu sepertinya ada kodok. Young Joo senang dan meminta kakaknya mencarikan kodok untuknya.
Park Gi Chul menilai kalau Hong Chul sudah gila, apa Hong Chul lupa dengan perjanjian mereka bukankah mereka berajanji kecuali kalau ia yang mencari jangan pernah ayah menginjakan kaki di tanah Ulsan. Hong Chul mengingatkan kalau itu sudah lebih dari 10 tahun sudah cukup lama untuk sebuah janji yang berubah. Ia minta izin tinggal sebentar saja, ia mengatakan kalau ia memilih sedikit masalah. Park Gi Chul tak mau tahu pokoknya temannya ini harus segera kembali ke Haenam.
Hong Chul menolak ia tak bisa kembali, ia sudah habis-habisan disana bahkan ia melarikan diri dari rumah malam-malam dan ia tak punya uang sepeserpun. Park Gi Chul mengatakan kalau ia sudah menjual rumahnya, ia memberikan uang yang cukup agar Hong Chul bisa membeli sebuah kapal. “Tapi apa kau bilang? Kau sudah menghabiskan semuanya?”
Hae Joo bersama kakaknya, Sang Tae dan adiknya Young Joo bermain di taman mencari kodok. Hae Joo menangkap sebuah kodok dan memberikannya pada Young Joo.
Sang Tae mengorek-ngorek lubang kecil di tanah. Hae Joo tanya apa yang kakaknya lakukan. Sang Tae berkata kalau sepertinya ini sarang lebah. Hae Joo panik meminta kakaknya jangan menyentuh itu.
Gerombolan lebah keluar dari sarangnya, karena kecerobohannya Sang Tae pun tersengat lebah di bibirnya dan lebah itu mengejar ketiganya. Ketiganya lari tapi Young Joo terjatuh ketika lari, Hae Joo segera menggendong Young Joo melindungi adiknya dari serbuan lebah. Ia berteriak kesakitan terkena sengatan lebah dimana-mana.
Hae Joo pun tengkurap melindungi adiknya dari sengatan lebah, ia bersuara seperti ayam, kukuruyuk kukuk kukuruyuk kukuk..
Sang Tae berlari melintas di depan Chang Hee yang baru pulang sekolah. Chang Hee terkejut melihat ada orang yang dikerumuni gerombolan lebah. Ia pun segera lari melepas baju untuk mengusir lebah-lebah itu. Tapi usahanya tak berhasil. Chang Hee mangambil air di sungai kecil yang ada disana dan menyiramkannya ke tubuh Hae Joo. Lebah-lebah itu pun pergi.
Chang Hee meminta Hae Joo bangun tapi Hae Joo terus saja berkokok seperti ayam. Chang Hee mengatakan kalau sekarang sudah tak apa-apa jadi Hae Joo bisa bangun. Hae Joo bangun dan panik melihat Young Joo menangis. Tapi Young Joo tak apa-apa dia tak disengat lebah, malah wajah Hae Joo yang merah penuh dengan sengatan lebah.
Chang Hee mempertanyakan kenapa Hae Joo membuat suara seperti ayam. Hae Joo mengatakan bukankah lebah itu takut ayam karena ayam memakan lebah. Haha.
Bagaimana dengan Sang Tae yang disengat dibibir, otomatis bibirnya jadi bengkak. Wakaka.
Chang Hee memakai bajunya lagi akan pergi. Tapi tepat saat itu Hae Joo tergeletak pingsan karena sengatan lebah yang begitu banyak. Sang Tae panik adiknya pingsan. Young Joo menangis melihat kakaknya tak sadarkan diri. Chang Hee mengguncang-guncangkan tubuh Hae Joo.
Chang Hee menggendong Hae Joo sementara Sang Tae menggendong adiknya. Chang Hee menemui ayahnya yang tengah bicara dengan ayah Hae Joo. Hong Chul panik melihat kondisi Hae Joo yang tak sadarkan diri. Chang Hee memberi tahu kalau Hae Joo di sengat lebah.
Sang Tae mewek-mewek mengadu pada ibunya kalau ia disengat lebah di bagian bibir dan rasa sakitnya ini seperti membunuhnya. Ibu bertanya pada Park Gi Chul apa punya pasta kedelai.
Ibu mengoleskan pasta kedelai ke bibir Sang Tae. Sang Tae meringis kesakitan. (olesan pasta kedelai digunakan untuk mengeluarkan racun sengatan lebah) Ibu kesal dan mengumpat Hae Joo. Kenapa Hae Joo harus ke taman dan membuat kekacauan seperti ini. Hong Chul meminta istrinya jangan mengumpat Hae Joo yang sedang terluka.
Ibu kesal, “Apa aku yang menyuruhnya supaya terluka? Apa aku yang menyengatnya? Dia tak bisa diam sebentar saja, dan membuat kakaknya jadi seperti ini.”
Hong Chul malah mengumpat si lebah, “Lebeh brengsek aku akan menangkap mereka semua membakar dan memakannya!”
Di sebuah perusahaan dimana Jang Do Hyun sebagai Presdirnya (nyebutnya Presdir Jang labih enak kali ya—aku suka sama drama yang penuh intrik dalam perusahaan seperti Can You Hear My Heart dan Man Of Honor/Glory Jane hehe)
Presdir Jang tengah memimpin rapat bersama dewan direksi. Ia kesal dan meminta anak buahnya mempresentasikan tentang pembelian tanah itu.
Manajer yang presentasi mengatakan kalau yang bagian berwarna kuning itu tanah milik negara dan 80% dari semua lahan yang sudah dibeli. Sisanya diberi tanda merah. Bagian ini adalah perumahan ilegal, dan ini bahkan lebih besar dan penting. Ini adalah perkebunan pir. Ia mengatakan kalau dulu perkebunan pir ini diberikan pada petani secara gratis oleh ilmuwan Petroleum Dr Yoon Hak Soo.
Presdir Jang membentak marah, ia tak mau mendengar penjelasan itu. Ia murka dan bertanya apa mereka bisa membelinya atau tidak. Pegawainya mengatakan kalau para penduduk ilegal bisa disingkirkan dengan mudah tapi perkebunan pir ini merupakan lahan pribadi jadi ia perkirakan ini akan membutuhkan dana yang besar untuk membelinya.
Presdir Jang tak peduli ia akan mengatasinya. “Seperti yang kalian tahu nasib perusahaan kita bergantung pada tempat itu. Kalau kita tak bisa membangun pabrik galangan kapal kita disana tak akan ada masa depan bagi kita. Semuanya, pertaruhkan leher kalian untuk itu!” Presdir Jang menatap marah sketsa lahan yang berwarna merah, ia berambisi untuk memilikinya.
Di sebuah tempat latihan ice skeating. Seorang gadis mudah tengah memamerkan kebolehannya. Di tepi arena seorang ibu (what this is Lee Geum Hee) bersama seorang anak laki-laki. Ya gadis cilik ini Jang In Hwa dan anak laki-laki di samping Geum Hee adalah Jang Il Moon. Keduanya putra-putri Presdir Jang Do Hyun. Lee Geum Hee ini ternyata telah menjadi istri dari Jang Do Hyun.
Geum Hee dan Il Moon memberikan tepuk tangan atas kebolehan yang ditampilkan oleh In Hwa. (yang jadi Jang Il Moon ini dia yang jadi Bong Ma Roo di CYHMH)
Ketika In Hwa selesai unjuk kebolehan tiba-tiba ada bunga yang jatuh di depannya yang sengaja dilempar untuknya. Ternyata yang melempar bunga itu ayahnya sendiri Presdir Jang Do Hyun. In Hwa mengambil bunga itu memudian meluncur ke arah ayahnya dan memeluknya.
Hae Joo masih belum sadarkan diri, tapi Park Gi Chul menginginkan agar keluarga Cheon segera pergi dari sana. Hong Chul heran bagaimana bisa temannya ini berbuat seperti itu padanya disaat Hae Joo sakit begini. Park Gi Chul mengatakan kalau ini bukan rumahnya jadi lebih baik temannya segera pergi.
Park Gi Chul memberikan sejumlah uang pada supir mobil agar membawa keluarga Cheon pergi dari sana. Hong Chul jelas tak menyangka ini sungguh menyakiti perasaannya. Bagaimana bisa temannya berbuat seperti itu padanya.
Ibu kesal, bukankah sudah disuruh pergi untuk apa suaminya memohon seperti itu. Ia mengajak Sang Tae dan Young Joo naik mobil. Sebelum masuk ke mobil ibu menatap kesal Park Gi Chul dan mengumpatnya. Ayah melihat kalau ibu, Sang Tae dan Young Joo akan naik di depan. Ia menilai istrinya ini sungguh tega, bagaimana istrinya ini bisa naik ke sana sementara Hae Joo masih sakit.
Ibu : “Lalu dengan tubuh hamil seperti ini apa aku harus naik ke bak mobil?”
Park Gi Chul terkejut melihat mobil majikannya sudah masuk ke pekarangan rumah. Ia panik dan menyuruh supir cepat pergi. Ia meminta Chang Hee agar membantu Hong Chul yang menggendong Hae Joo naik ke bak mobil. Sebelum pergi Hong Chul melihat sekilas Presdir Jang yang berada di dalam mobil.
Keluar dari mobil Presdir Jang menanyakan pada Park Gi Chul siapa mereka. Park Gi Chul mengatakan kalau mereka hanya kenalannya yang baru datang. Geum Hee ikut bertanya apa Gi Chul mengijinkan mereka masuk rumah. Park Gi Chul menjawab tidak. Geum Hee merasa kalau Park Gi Chul ini selalu tak nyaman ketika bertemu dengannya. Park Gi Chul minta maaf.
Di tengah jalan ibu meminta supir berhenti sebentar. Ibu turun dari mobil, ayah yang duduk di bak mobil ikut turun dan bertanya kenapa ibu turun apa mau ke kamar kecil. Ibu menatap kesal dan bilang benar sekali ia minta suaminya ini mengatakan padanya kemana mereka akan pergi sekarang.
Ayah bingung, ia tak tahu kemana tujuan mereka selanjutnya. Karena melihat keadaan Hae Joo sakit ayah menyarakan kalau mereka harus membawa Hae Joo ke rumah sakit dulu. Ibu heran rumah sakit, apa suaminya ini punya uang. Ia menilai kalau hidup suaminya ini seperti tanpa beban.
“Istrimu hampir melahirkan di tengah jalan tapi karena dia disengat lebah sedikit... apa rumah sakit? Baik pergilah ke rumah sakit. Aku akan tinggal disini dan melahirkan. Jadi pergi saja!” Kata ibu sambil tiduran di pinggir jalan. Ayah tak tahu lagi harus berbuat apa, bagaimana istrinya bisa bertingkah seperti ini. Ibu ngomel seharusnya suaminya tahu apa yang harus dilakukan karena suaminya bilang semua akan baik-baik saja kalau mereka ke Ulsan. Ayah meminta Ibu jangan seperti ini. Ibu tak peduli, ia tak mau pergi ia akan tetap seperti ini terbaring di jalanan walaupun ia mati.
Melihat tingkah suami istri ini si supir marah dan berteriak apa mereka tak ingin segera pergi. Suara ibu tak kalah keras dan berkata kalau ia tak akan pergi ia akan terus berbaring seperti ini. Si supir keluar dari mobil dan naik ke bak mobil. Ia mulai melempar barang-barang yang ada disana. Ia marah-marah karena bukan hanya ayah membayar setengah tapi juga sudah membuatnya bekerja seharian.
Sang Tae keluar dari mobil dan ikut marah kenapa supir ini melempar barang milik orang. Si supir yang sudah kesal juga memarahi Sang Tae bahkan mendorong kepalanya hingga membentur mobil. Sang Tae meringis memegangi kepalanya. Ibu tak terima putranya dikasari seperti itu, ia melawan dan memarahi si supir kenapa memukul putranya yang sangat berharga.
Si supir tak habis pikir dengan kelurga ini, sungguh makhluk seperti kalian ini kenapa ada di bumi (mungkin pikir-nya gitu) Ayah ikut marah, makhluk seperti ini? Kau brengsek beraninya kau memanggil kami makhluk?
Keduanya akan berkelahi, ibu membantu ayah menjambak si supir. Sang Tae juga ikut membantu memegangi badan si supir. Young Joo menangis melihat perkelahian ini. Ia menangis memanggil ayah dan ibunya. Duk... ayah memukulkan kepalanya ke kepala si supir. Si supir jatuh ayah memegangi kepalanya yang sakit.
Hae Joo tiba-tiba turun dari mobil sambil membawa penggorengan untuk memukul, tapi belum sempat akan memukul ia malah pingsan duluan. (mungkin karena belum sembuh benar)
Dan pada akhirnya si supir pun tak mau mengantar mereka lagi. Mereka berlima diberhentikan di tengah jalan dengan perabotan rumah tangga yang banyak sekali. Sementara Hae Joo masih tak sadarkan diri. Ayah menggendongnya.
Sampai malam hari mereka berlima tak mendapat tumpangan mobil dan Hae Joo masih lemah malah demamnya semakin tinggi. Mereka kesulitan membawa barang-barang perabotan. Kelimanya luntang-lantung di jalanan.
Ayah mengeluh kenapa orang-orang begitu kejam tak ada satu mobil pun yang mau berhenti memberi tumpangan. Young Joo mengatakan kalau kakinya sakit karena kelelahan berjalan. Ibu meminta Ayah menurunkan Hae Joo. Ayah bilang kalau demam Hae Joo tinggi bagaimana mungkin ia menurunkan Hae Joo.
Hae Joo setengah sadar mengatakan kalau ia tak apa-apa lebih baik ayahnya ini menurunkannya. Ayah tak yakin apa Hae Joo baik-baik saja. Hae Joo mengangguk lemah. Ayah pun menurunkan Hae Joo tapi karena kondisi tubuhnya yang masih lemah ia sempoyongan berdiri dan ambruk. Ibu kesal meminta Hae Joo berhenti berpura-pura, “Kau bersikap omong kosong begitu karena kau merasa nyaman!”
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti. Pria yang didalam mobil keluar dan bertanya ada masalah apa dengan keluraga ini. (kita perkenalkan ini adalah Yoon Jung Woo adik dari Yoon Hak Soo. Berarti ini pamannya Yoon Yoo Jin/Cheon Hae Joo. Paman kandungnya Hae Joo)
Yoon Jung Woo membawa mereka berlima ke sebuah rumah untuk beristirahat. Sebuah rumah yang belum lama ditinggalkan oleh penghuni sebelumnya. Dan mereka berlima bisa menempati rumah ini.
Jung Woo melihat kalau Hae Joo terlihat sangat sakit, ia menyarankan lebih baik Hae Joo dibawa ke rumah sakit ketika hari sudah terang nanti. Ayah sangat berterima kasih atas kebaikan Jung Woo.
Ayah mengompres Hae Joo yang demamnya tak juga turun. Ia bertanya pada Ibu apa perlu mereka mengoleskan pasta kedelai lagi. Ibu menyahut kalau mereka bahkan tak memiliki pasta kedelai untuk dimakan bagaimana mungkin mereka bisa mengoleskan pasa kedelai pada Hae Joo. Ibu akan keluar untuk mengurusi Sang Tae yang juga tersengat lebah.
Hae Joo pun masuk sekolah, guru memperkanalkan dia sebagai murid pindahan dari Hae Nam. Hae Joo memperkenalkan diri dan berkata kalau wajahnya seperti ini karena ia tersengat lebah. Dengan semangat ia mengatakan kalau disengat lebah seperti ini rasanya seperti akupuntur sengat lebah gratis. Artinya sangat sulit diperoleh meski dengan uang. Dan karena kejadian sengatan lebah ia yakin kalau otaknya akan menjadi lebih pintar dari sebelumnya.
Semua teman sekelas memandangnya aneh dan berterpuk tangan menyamput kedatangan Hae Joo dan lihat ternyata Jang In Hwa pun sekolah disana. (kalau kita perhatikan meja In Hwa ini lain dari yang lain. Kalau meja temannya biasa saja dan duduk berdampingan dengan yang lain. Meja In Hwa diberi taplak meja sendiri dan ia pun duduk sendiri tak mau sebangku dengan yang lain)
Bu Guru mencari bangku kosong yang akan menjadi tempat duduk Hae Joo. Tak ada tempat duduk kosong selain di samping In Hwa. Ia pun bertanya pada In Hwa apa Hae Joo bisa duduk di samping In Hwa untuk sementara. Ia akan memindahkan Hae Joo ketika mejanya sudah datang.
Hae Joo akan duduk di samping In Hwa tapi teman-teman yang lain mencium sesuatu ketika Hae Joo lewat. Semua menutup hidup, “Bau apa ini?” Hae Joo melihat di samping In Hwa tak ada kursi, ia celingukan mencari kursi. Ia mengambil kursi yang ada di belakang. Mereka menggumamkan bau ketika Hae Joo lewat, “Bukankah ini bau pasta kedelai?”
Hae Joo berkenalan mengulurkan tangannya pada In Hwa, ia mengatakan namanya. Tapi In Hwa menutup hidung karena mencium bau yang tak sedap. In Hwa meminta teman yang duduk di depannya Kim Sook Ja untuk tukar tempat duduk di sampingnya dan Hae Joo yang duduk di tempat Kim Sook Ja. Sook Ja jelas saja mau sekali duduk si samping In Hwa. Tapi Hae Joo tak mau karena bu guru yang menyuruhnya duduk di samping In Hwa.
In Hwa menatap si ibu Guru, seolah meminta agar Hae Joo tukar tempat duduk. Dengan tampang takut Bu Guru membolehkan tukar tempat duduk.
Di jam makan siang. Sepertinya Hae Joo tak membawa bekal. Ia melihat In Hwa cs membuka kotak makanan mereka. Hae Joo terkagum-kagum dengan makanan yang mereka bawa, ada yang dihias dengan bunga. Ia memegangnya karena penasaran. In Hwa kesal melihatnya, “Hei.. Haenam sebaiknya kau pindahkan tanganmu!”
Hae Joo heran apa ia tak boleh melihat dan namanya Hae Joo bukan Hae Nam. Teman In Hwa ikut kesal dan mengumpat Hae Joo, “Hei gadis jalang!” Teman-teman In Hwa semuanya berdiri menantang Hae Joo, “Kau benar-benar mau mati ya?”
Hae Joo : “Kenapa kalian memanggil seorang gadis dengan kata jalang? Kalau begitu bagaimana denganmu?”
Mereka kesal dengan keberanian bicara Hae Joo, apa Hae Joo ini sudah meninggalkan rasa takut di toilet. Dengan sikap polos Hae Joo berkata kalau seharusnya mereka tak boleh bicara tentang kotoran, apa lagi saat makan siang itu akan membuat orang lain kehilangan selera makan.
Dan benar saja selera makan In Hwa jadi hilang. Ia melempar makanannya hingga berhamburan ke lantai. Ia menilai kalau Hae Joo sudah meludahi semua makanannya. Hae Joo heran bagaimana mungkin In Hwa menyia-nyiakan makanan seperti ini, apa In Hwa ini sudah kehilangan akal atau bagaimana.
Hae Joo memunguti makanan yang sudah jatuh di lantai. In Hwa meminta Hae Joo tak perlu mangambilnya. Tapi Hae Joo tak peduli ia terus mengambil makanan itu dan menaruhnya di kotak makanan.
Hae Joo menilai kalau sikap yang seperti ini pasti In Hwa akan menerima hukuman, “Tak peduli seberapa kekanakannya dirimu kalau membuang makanan seperti ini kau akan dihukum memakan semua yang kau buang saat masuk neraka nanti!”
In Hwa emosi mendengarnya dan melayangkan pukulan ke wajah Hae Joo. Plok... Hae Joo membalas pukulan In Hwa. In Hwa dan teman lainnya terkejut tak menyangka dengan keberanian Hae Joo memukul In Hwa, “Kau berani memukulku? Beraninya kau memukulku? Kau monster!”
“Kau yang lebih dulu memukulku!” ucap Hae Joo. “Dan kau juga monster karena sudah membuang makanan. Bagaimana bisa aku monster?”
“Apa kau tak tahu siapa aku?”
“Bagaimana aku bisa tahu? Kau tak pernah mengatakan namamu dan kau tiba-tiba memukulku,”
Huwaaaa... In Hwa menangis keras-keras. Teman In Hwa segera melapor ke guru.
Hae Joo dipanggil ke ruangan Guru. Bu Guru memarahinya apa Hae Joo ini preman, bagaimana bisa anak pindahan bertingkah seperti ini di hari pertama sekolah. Hae Joo mengaku kalau sikapnya sudah salah tapi In Hwa juga salah karena memukulnya lebih dulu.
Bu Guru bertanya apa Hae Joo tahu anak siapa In Hwa itu. Hae Joo menggeleng tak tahu, tapi memangnya itu penting. Ia tak akan protes kalau bu guru menghukumnya karena ia memukul In Hwa tapi menurutnya siapa keluarga In Hwa itu tak penting.
Bu Guru kesal dan menghukum Hae Joo berlutut sambil mengangkat tangan. Tapi Hae Joo ingin In Hwa juga dihukum. Bu Guru makin kesal dan menyuruh Hae Joo memanggil ibu Hae Joo untuk datang ke sekolah. Hae Joo jelas tak mau mencari masalah dengan ibunya, ia pun menerima hukumannya.
Lee Geum Hee tergesa-gesa menuju sekolah In Hwa. Ia khawatir begitu mendengar kalau In Hwa dipukul teman sekelasnya. Ia sampai di kelas dan melihat In Hwa tertawa-tawa riang dengan temannya. Geum Hee bertanya apa In Hwa baik-baik saja apa ada yang terluka. In Hwa berkata bagaimana mungkin ia terluka. Geum Hee kembali bertanya dimana anak yang memukul In Hwa.
Geum Hee dan In Hwa ke ruang guru. Disana Bu Guru duduk santai sambil membaca majalah. Begitu melihat Geum Hee datang bu guru langsung tersenyum menyambutnya. Bu guru minta maaf ia mengatakan kalau anak yang memukul In Hwa ini baru pindah dan belum tahu apa apa. Ia akan memberi tahu dan memberi peringatan padanya.
Geum Hee melihat Hae Joo yang tengah dihukum berlutut (huwa pertemuan ibu dan anak setelah 11 tahun) Bu Guru menyuruh Hae Joo minta maaf pada In Hwa. Hae Joo melirik In Hwa. Dengan sikap sombong In Hwa menjulurkan lidahnya pada Hae Joo. Hae Joo diam saja tak mau minta maaf.
Bu guru kesal dengan tingkah Hae Joo, “Turunkan tanganmu dan minta maaf!” Tapi Hae Joo tetap diam saja. Kekesalan bu guru memuncak ia mengambil sebatang rotan pemukul dan memukulkannya pada Hae Joo. Geum Hee kaget dengan sikap kasar bu guru. Ia tak menyangka kalau bu guru akan menggunakan kekerasan dalam mendidik siswanya. In Hwa juga tak menyangka kalau gurunya ini benar-benar memukul Hae Joo.
Geum Hee meminta bu guru menghentikan itu. Bu guru cemas sekaligus tak berani membantah. Geum Hee berkata kalau yang namanya anak-anak itu sangat biasa berkelahi bagaimana bisa guru memukul seorang anak karena hal seperti ini. Bu guru menunduk minta maaf. Geum Hee kembali menoleh ke arah Hae Joo, ia merasa kalau Hae Joo ini pasti sudah lelah dan lebih baik hukumannya dihentikan.
Mata Hae Joo berkaca-kaca, ia menurunkan tangan dan segera berdiri. Matanya kembali bertemu pandang dengan mata Geum Hee. Seperti ada ikatan batin antara ibu dan anak, Geum Hee terus menatap lekat-lekat Hae Joo.
Di kelas sekolah menengah dimana Park Chang Hee dan Jang Il Moon berada di kelas yang sama. Jang Il Moon disini sebagai ketua kelas. Kelas usai tapi Pak Guru akan mengumumkan hal penting. Ia mengatakan kalau ada lomba matematika dan yang akan menjadi perwakilan sekolah adalah Park Chang Hee.
Jang Il Moon protes kenapa hanya Park Chang Hee yang dikirim lomba matematika. Pak guru tak tahu harus menjelaskan bagaimana tapi ia juga harus memilih yang terbak dari yang baik. Pak guru mengatakan kalau pada awalnya sekolah akan mengirimkan dua orang tapi panitia penyelenggara hanya menginginkan anak yang mendapat juara satu yang dikirim sebagai peserta.
Il Moon menyombongkan diri kalau ia yang pergi ia pasti akan mendapatkan juaranya. Ia jelas protes karena lomba yang terdahulu Chang Hee yang pergi sebagai perwakilan sekolah sekarang pun Chang Hee lagi. Pak Guru dengan nada suara cemas berkata kalau Il Moon akan mendapatkan kesempatan lomba yang lain. Kelas pun bubar.
Ternyata Sang Tae masuk ke kelas ini. Ia tak menyangka kalau ia duduk di samping peraih rangking 1. Chang Hee diam saja dan akan segera pulang. Tapi Il Moon cs menahannya. Il Moon menyuruh Chang Hee bersih-bersih kelas dulu sebelum pulang. Chang Hee mengatakan kalau sekarang bukan gilirannya piket. Tapi Il Moon tak peduli karena ia yang memutuskan kapan giliran Chang Hee piket kelas. Chang Hee manarik nafas mencoba bersikap tenang.
Il Moon bertanya kenapa apa Chang Hee mau protes. Chang Hee diam menatapnya. Il Moon emosi kenapa Chang Hee melotot seperti itu padanya apa Chang Hee mau protes. Sang Tae yang dari tadi masih diam disana bertanya bagaimana rasanya bisa pergi ke lomba, ia tertawa-tawa. Ini membuat teman Il Moon kesal dan menendang meja.
Teman Il Moon mencengkeram wajah Sang Tae. Ia mengingatkan sebaiknya Sang Tae bergaul diwaktu seharusnya bergaul sebelum bibir bengkak Sang Tae ini disobek.
Chang Hee tak ingin membuat masalah ia akan melakukan apa yang diperintahkan Il Moon padanya. Ia akan bersih-bersih kelas sebelum pulang. Il Moon kesal karena Chang Hee menurut tak membantahnya.
Teman Il Moon maju, “Dasar brengsek bukan soal itu. Ketua kelas bertanya apa kau protes atau tidak?” Ia mendorong kepala Chang Hee. “Hei.. apa anak pintar sepertimu tak bisa mengerti?” Chang Hee berusaha menahan emosi dan bersikap tenang. Il Moon tersenyum sinis menatapnya.
“Hei...” tiba-tiba ada suara seseorang berteriak. Salah satu siswa yang dari tadi disana bangkit dari tidurnya. Ternyata dari tadi ia tidur di kelas bahkan ketika guru masih berada di kelas. (yeah ini Kang San)
San kesal kenapa teman-temannya ini tak bisa membiarkannya tidur dalam keadaan tenang. San menggetok kepala salah satu teman Il Moon. Mereka langsung mengkerut begitu San maju. San menatap teman Il Moon yang tadi memarahi Chang Hee, “Hei.. apa kalian suka padaku?” Teman Il Moon gelagapan dan berkata tidak. San menendang kursi dan bertanya kenapa teman Il Moon ini menendang meja. “Apa meja itu punyamu?” Teman Il Moon tertunduk minta maaf.
San berbalik menatap teman Il Moon yang lain. Ia melempar pulpen ke kepala teman Il Moon itu, “Hei.. brengsek kalau kau dibangunkan saat kau akan berciuman apa kalian akan diam?” (what San? apa kau bermimpi tengah berciuman hahaha) teman-teman Il Moon tertunduk takut pada San.
San beralih menatap si pemimpin mereka Jang Il Moon. Ia menepuk pundak Il Moon yang terlihat tak berani di depan San. San berkata bukankah seharusnya kelas itu penuh dengan kedamaian. “Karena kau ketua kelas kau seharusnya menjadi contoh yang baik. Bukankah akan bagus kalau begitu? Kenapa? Apa kau mau protes?” Il Moon tertunduk dan berkata tidak.
San kembali ke tempat duduknya akan melanjutkan tidur tapi ia terkejut melihat sekeliling kelas sudah sepi. Ia berdiri lagi, “Apa? Apa kelasnya sudah selesai? Ah brengsek, kalian seharusnya membangunkan aku!” San mengambil tas dan buku-bukunya segera meninggalkan kelas.
Sang Tae yang dari tadi diam saja bertanya pada Chang Hee, “Siapa dia? Apa dia jagoan sekolah?” Chang Hee tak menjawab. Il Moon menahan kesal atas sikap San padanya tadi.
Kang San pulang sekolah menuju tempat perbaikan kapal, ia melihat seseorang tengah mengelas bagian kapal. Orang itu menolah pada San, ia berteriak apa San sudah mempelajari semuanya. Ternyata ini kakeknya Kang San.
Kakek melihat kalau San sepertinya sudah bisa berjalan, bukankah cucunya ini takut api. San menyangkal kapan ia takut api, bukan hanya berjalan ia bahkan bisa terbang diatas kepala kakeknya.
Kakek meminta San memakai pelindung wajah yang biasanya digunakan sebagai pelindung ketika mengelas. San menilai kalau hal yang seperti ini tak menyenangkan. Kakek bertanya jadi menurut San apa yang menyenangkan.
San menunjukkan rancangan kapal buatannya, sebuah miniatur kapal LNG. San menilai kalau buatannya ini sangat mirip dengan kapal aslinya, bukankah buatannya bagus. Kakek menilainya lumayan.
San menyerahkan hasil buatan miniatur kapalnya pada kakek untuk dilihat lebih detail. Tapi Kakek malah menghancurkan miniatur kapal itu dengan palu. San terkejut, “Apa yang kakek lakukan?”
Kakek mengingatkan apa San sudah melupakan janjinya, “Kubilang kalau kau tak bisa mengelas kau tak akan bisa melakukan apapun?” San masih tak percaya kakek menghancurkan miniaturnya, “Apa kakek tahu berapa lama aku membuatnya?”
Kakek : “Bukankah sia-sia saja? Kuasai pengelasan, pengecatan. Setelah itu, saat kau sudah menjadi ahli reparasi, maka kau bisa membuat desain dan membuat miniatur. Beraninya anak yang tak bisa merangkak mencoba untuk terbang!”
Kakek menginginkan agar San menguasai hal yang sederhana terlebih dahulu sebelum merancang sesuatu yang besar. Kakek ingin San memulainya dari bawah bahkan sampai hal sepele seperti pengelasan dan pengecatan. San harus bisa menguasainya sebelum benar-benar membuat kapal.
Hae Joo memulung memunguti botol bekas. Kemudian pandangannya tertuju ke pabrik pembuatan kapal kota Ulsan, ia melihatnya dari atas bukit. Ia terkagum-kagum melihatnya karena selama ini ia hanya mendengarnya saja. Ia ingin melihatnya lebih dekat.
Disana Presdir Jang Do Hyun pun mengamati pabrik pembuatan kapal itu. Ia berbalik akan kembali ke mobilnya, tapi tepat saat itu ia bertemu pandang dengan Hae Joo. Hae Joo terkejut sekaligus takut, ia memalingkan wajahnya pura-pura tak melihat apapun. Presdir Jang masuk ke mobilnya dan segera pergi dari sana.
Hae Joo kembali tersenyum sumringah memandang pabrik pembuatan kapal. Ia kagum dan merasa dirinya sangat beruntung. Walaupun hari ini hari yang buruk tapi sekarang ia memiliki kesempatan melihat ini.
Presdir Jang bicara berdua dengan Park GI Chul. Presdir Jang meminta Park Gi Chul menangani perkebunan pir, “Karena kau teman Hak Soo kau pasti kenal dekat dengan pemilik tanah ini kan?”
Park Gi Chul bertanya apa yang akan dilakukan terhadap orang-orang yang tinggal di desa ilegal. Presdir Jang berkata kalau mereka bisa menyingkirkannya nanti bukankah mereka tinggal disana secara ilegal. Park Gi Chul berkata walaupun begitu tetap saja Presdir Jang harus memberikan sedikit kompensasi kepada mereka karena mereka semua orang-orang miskin.
Presdir Jang berkata kalau Gi Chul ini ternyata masih belum sadar juga. “Kalau aku memberi kompensasi pada lingkungan ini apa kau pikir mereka akan diam saja? Kau hanya perlu menginjak orang-orang seperti itu tanpa perlu berkata apapun. Kau tak bisa begitu saja menginjak mereka. Kau harus memastikan mereka tak akan berkata apapun saat kau membalikkan badan. Kau harus menghancurkan mereka!”
Presdir Jang berada di rumah menunjukan sebuah guci cantik pada kedua anaknya. In Hwa berfikir kalau yang di dalam kotak itu hadiah untuknya, ia heran kenapa ayahnya membawa barang yang seperti itu.
Presdir Jang mengatakan kalau guci ini harganya $30rb. Ia pun bertanya pada Il Moon apa Il Moon tahu tentang guci ini. Il Moon menjelaskan kalau guci keramik itu guci dari dinasti Goryeo dan keramik paling unik yang dimiliki Korea. Presdir Jang bangga dan memuji kepintaran putranya ia berharap ujian kali ini nilai Il Moon akan bagus.
Geum Hee di kamar menatap foto masa kecil Yoo Jin, putri yang dianggapnya telah tiada karena hilang 11 tahun lalu. Ia tak menyadari ketika suaminya masuk kamar. Geum Hee terhenyak dari lamunan ketika Presdir Jang menyapanya. Presdir Jang dengan sikap lembut bertanya apa hari ini ulang tahun anak ini. Geum Hee mangangguk sedih.
“Apa kau masih belum melupakannya? Ini sudah lebih dari 10 tahun. Sekarang kau seharusnya bisa melepas dia dari hatimu.”
Dengan suara lemah Geum Hee minta maaf karena tak menyadari suaminya masuk. Dengan sikap yang seolah bijaksana Presdir Jang berkata kalau kemungkinan anak itu sudah bahagia di surga jadi ia berharap istrinya bisa melupakan anak itu sekarang.
Hae Joo menjual botol bekas yang ia dapatkan. Ia senang ketika hasil jerih payahnya mendapatkan imbalan uang. Ia pun membelanjakan uang itu untuk membeli tahu.
Sampai di rumah ia dimarahi ibunya karena terlambat pulang dan membuat kakak Hae Joo mati kelaparan. Sebagai gadis ceria Hae Joo tetap tersenyum mendengar omelan ibunya dan berkata kalau ia akan menyiapkan makanan.
Hae Joo mengolah tahu yang tadi ia beli. Kemudian ia membagi nasi ke tiap-tiap mangkuk. Tapi nasi itu kurang kalau dibagi untuk 5 orang ia pun membaginya untuk 4 orang.
Sang Tae senang karena makan malam kali ini menunya banyak ya walaupun semuanya tahu (tahunya dibuat ke dalam 3 masakan) ayah bertanya kenapa Hae Joo tak ikut makan. Hae Joo bilang kalau ia tak lapar karena temannya membelikan roti saat pulang sekolah dan sekarang perutnya nyaris meledak karena kekenyangan. Ibu kesal mendengarnya ternyata Hae Joo bisa menelan makanan itu sementara kakak dan adik Hae Joo kelaparan. Hae Joo diam saja.
Ibu menyuruh Hae Joo mulai malam ini tidur di luar. Ayah tak setuju bukankah ada dua kamar kenapa Hae Joo harus tidur di luar. Ibu bilang kalau Sang Tae sudah besar apa mereka berdua harus tidur satu kamar terus, apa suaminya lupa bukankah tahun depan Sang Tae akan masuk SMA jadi dia perlu belajar. Ayah menyarankan kalau Hae Joo bisa tidur di kamarnya bersama ia dan istrinya dan Young Joo. Tapi ibu menolak karena kamarnya terlalu kecil. Ayah mengalah kalau begitu ia yang akan tidur di luar. Ibu tak setuju kalau suaminya tidur di luar siapa yang akan meredakan kram di perutnya. Kalau begitu haruskah mereka membiarkan Young Joo yang tidur di luar.
Hae Joo melerai dan mengatakan kalau ia suka tidur di luar dan mungkin Young Joo akan merasa tak nyaman kalau tidur bersamanya karena ia sering bergerak saat tidur. ayah kesal mendengarnya dan menyudahi makan malamnya. Hae Joo bertanya kenapa ayahnya tak makan. Ayah bilang kalau ia tak lapar dan segera berlalu meninggalkan meja makan.
Selesai makan malam Hae Joo membersihkan perabotan yang digunakan memasak dan makan tadi, ia mencuci semuanya sendirian. Ayah menatapnya sedih karena gadis sebaik Hae Joo harus hidup menderita bersamanya.
Ketika Hae Joo tidur di luar, ayah menyusul dan berbaring di sebelah putrinya. Hae Joo terbangun dan bertanya kenapa ayahnya keluar kamar. Ayah mengatakan kalau di dalam kamar hawanya panas dan berfikir kalau ia tidur di luar akan terasa lebih dingin.
Hae Joo memandang langit yang penuh dengan bintang dan berkata pada ayahnya kalau malam ini bintangnya terlihat banyak, “Itu bintang timur kan? Ayah, kau pernah bilang padaku saat kau di kapal ditengah laut walaupun kau tak memiliki kompas dengan adanya bintang timur kau tak akan tersesat.”
Ayah berbalik badan memunggungi Hae Joo, tatapan matanya sedih dan berkata kalau ia sekarang sedang tersesat. Hae Joo tak mengerti maksudnya. Ayah bilang tak apa-apa dan menyuruh Hae Joo cepat tidur. Hae Joo mendekatkan diri di belakang punggung ayahnya dan berkata kalau sekarang menjadi hangat karena ayahnya ada disini.
Pulang sekolah Hae Joo kembali memulung botol bekas. In Hwa dkk melihatnya. Ia memanggil Hae Joo dan bertanya apa yang sedang dilakukan Hae Joo. Hae Joo menjawab kalau itu bukan urusan In Hwa. In Hwa mendekat dan dengan sikap sombong ia bertanya apa Hae Joo masih belum mengenalnya. Hae Joo tak peduli ia tak ingin tahu ia trus mencari botol bekas.
In Hwa memberi tahu kalau ada banyak botol bekas di rumahnya apa Hae Joo mau. Hae Joo jelas tertarik dan bertanya berapa banyak botol bekas yang dimiliki In Hwa karena 20 botol sama dengan satu buah tahu apa In Hwa memiliki lebih dari itu. In Hwa bilang lebih dari itu. Hae Joo tak percaya apa rumah In Hwa memiliki toko kelontong. In Hwa menawarkan apa Hae Joo mau ke rumahnya ia bisa memberi Hae Joo semua botol bekas.
Hae Joo ke rumah In Hwa dan terkejut dengan rumah yang pernah ia datangi sebelumnya. Teman In Hwa menyerahkan tas In Hwa (dasar anak manja tas aja dibawain sama teman) setelah itu semuanya pamit pulang kecuali Hae Joo. Hae Joo heran apa ini rumah In Hwa karena seingatnya ini rumah junior ayahnya. In Hwa tak percaya ayahnya junior ayah Hae Hoo ketika wamil. Hae Joo mengatakan kalau sebelumnya ia pernah kesini jadi ia ingat betul rumah ini.
In Hwa mengajak Hae Joo ke belakang rumah dan menunjukan tumpukan botol bekas. Hae Joo tak menyangka kenapa In Hwa punya botol bekas sebanyak ini bisakah ia mengambil semuanya. In Hwa kesal kenapa Hae Joo hanya melihat botol saja tak melihat rumahnya. Hae Joo melihat sekeliling dan memuji rumah In Hwa bagus dan besar. In Hwa menawarkan apa Hae Joo mau masuk ke rumahnya.
Park Gi Chul yang tengah memotong tanaman terkejut melihat Hae Joo ada di rumah majikannya. Ia tak menyangka kalau Hae Joo akan kembali lagi ditambah lagi sekarang Hae Joo bergaul dengan In Hwa.
Di dalam rumah In Hwa menyombongkan kalau rumahnya bagus. Hae Joo melihat-lihat perabotan rumah yang bagus-bagus. Ia celingukan kesana kemari melihat hiasan batu yang ada di ruang tamu. Ia heran kenapa In Hwa meletakan batu di dalam rumah. In Hwa memberi tahu kalau batu-batu itu mahal dan bentuknya mirip dengan hidung seorang pertapa sakti. Hae Joo tak percaya kalau semua barang-barang ini mahal karena menurutnya batu itu tak berguna kecuali digunakan untuk melempar orang saat berkelahi.
In Hwa mengambil guci dinasti Goryeo milik ayahnya. Ia mengatakan kalau guci ini sangat mahal harganya 30jt won. Hae Joo tak percaya mana mungkin sebuah guci harganya segitu. In Hwa bilang kalau ia tak bohong, Hae Joo ingin melihatnya lebih dekat.
In Hwa menyerahkan guci itu tapi naas sebelum Hae Joo menerimanya In Hwa sudah melepasnya. Alhasil gucinya jatuh dan pecah. Kedua gadis ini cemas, Geum Hee mendengar ada yang pecah dan segera melihatnya.
Geum Hee kaget melihat guci suaminya pecah, ia menatap In Hwa. In Hwa bilang kalau itu bukan salahnya. Geum Hee beralih menatap Hae Joo. Hae Joo serba salah dan segera jongkok untuk membereskan pecahan gucinya.
Geum Hee melihat ada luka bakar di leher belakang Hae Joo. Ia menatapnya keget, sedangkan Hae Joo menatap cemas.
May Queen Episode 2 >
Comment :
Berhubung AGD episode 20 belum selesai di kerjakan ya ga ada salahnya memulai drama baru hihi... Drama ini sudah menjadi incaranku semenjak Kim Jae Won mengkonfirmasi kalau dia akan ikut ambil bagian dalam drama ini.
Ceritanya complicated. Family, romance, drama, persahabatan, ambisi dan balas dendam. (sinetron Indonesia banget hahaha-mungkin sebagian akan mengatakan begitu. It's ok tak masalah aku lebih suka kisah kekeluargaan seperti ini)
Episode 1 sudah disuguhi adegan berdarah, Yoo Jin sudah harus berpisah dengan keluarganya sejak masih sangat kecil. Tapi ia beruntung karena bapak angkatnya sangat baik, ya walaupun ibu angkatnya sangat judes padanya ini bisa dimaklumi karena ayah angkat Hae Joo mengatakan kalau bayi kecil yang bersamanya itu putrinya. Wanita mana coba yang akan menerima anak selingkuhan suaminya.
Pemeran remajanya banyak ya. bening-bening lagi. Jempol deh buat mereka, aktor n aktris masa depan. BTW kok ini kayak reuni The Moon Embracing The Sun ya karena ada beberapa pemain yang ikut ambil bagian terutama di episode 1 ini. Yoon Hak Soo di TMETS dia berperan sebagai Sarjana Heo ayahnya Yeon Woo dan istrinya di TMETS berperan sebagai istrinya juga alias ibu Yeon Woo. Ditambah lagi ada ayah angkatnya Hae Joo yang di TMTES berperan sebagai raja (ayahnya Lee Hwon)
32 Episode ? semoga saya kuat hahaha apalagi banyak drama yang bagus-bagus season ini. Five Fingers juga keren, mantap. ditambah lagi upcoming Nice Guy (The Innocent Man) membuatku tertarik untuk menontonnya. Ok lah terjang aja hahahaha.....
fighting!!!! semangat mbak Anis,,,,^_^
ReplyDeleteyeyeye..mb anis ngerecaps may queen jg akhirnya.
ReplyDeletesemangat ya mb anis:D oya disini ada yg jd maru oppa di CYHMH y jd kangen ma drama ni.hehehe
saya suka drama dgn genre apapun,, asalkan ceritanya menarik dan yg pasti pemainnya bening2.. hehehe
ReplyDeletesemoga ini akan jadi drama yg menarik dan tidak mengecewakan..
semangat nulis sinopnya ya.. akan sy ikutin nih mba anis..
tapii... AGD yg terakhir jgn lupa ... hehehe
setuju mbak, semoga nanti tidak mengecewakan. Sy dah nunggu KJW lama nih...
Deletemb anis, baru baca episode pertama, aq sudah nangis, adegan yang bikin mewej ketika haejo, disuruh tidur di luar, mencuci peralatan masak sendiri, ketika ayah angkatnya melihatnya...hhuuhh, jd penasaran apakh in hwe nanti bisa berteman baik dgn hae joo
ReplyDeleteagrrrhhh itu adegan bikin ngenes deh... kasian banget sama hae joo dibentak-bentak sama ibu angkatnya aja, disalah-salahin mulu... huhu...
Deletebaru ep.1 ceritanya aja udah bikin gregetan,keep fighting ya mbak anis,tq sinopsisnya..
ReplyDeleteI've been surfing online more than 3 hours today, yet I never found any interesting article like yours. It's pretty worth enough for
ReplyDeleteme. In my opinion, if all site owners and bloggers made
good content as you did, the net will be a lot more useful than ever before.
My weblog ... SEO Zürich
dimana ada kim jae won disitu ada anis siap bikin sinopna, hehe...
ReplyDeletetp emang drama yg beredar skarang seru2 semua yah nis, bikin bingung kita para k-dramalover :)
ntar klo nice guy a.k.a innocent man tayang bikin sinopna jg ya nis,,hehe..
minimal recapna aj gapapa lah, hehe..
semangat yah,, hwaiting..?!!
mumpung KIm Jae Won main drama hehe... terjang aja hahaha...
Deleteaih... kenapa jadinya malah ditembak sama Nice Guy haha... drama ini cume pengen nonton aja... genre nya berat tapi bikin penasaran
iya sementara ini alurnya masih suka... semoga tidak membosankan ya!
ReplyDeleteIya drama ini recomended bgt
ReplyDeletesy ngikutin di viki udah sampe episod 4,
Aktor remajanya deabak
Karna tayangnya seminggu 2x jadi nunggunya lama bener...
semangat ya nulis sinopsianya
-yantie-
WAAHHHH kerennnnn bgtt udah ada sinopsisnya...semangat yaa mba anis...I Love KJW so much..hehehhee
ReplyDeleteAbis d Bikin AGD ngakak". skrng d bikin mewek" may queen..
ReplyDeleteepsd 1 udah bikin nangis" nih film
ReplyDeleteSinopsisnya kereenn...two tumbs up untuk mbak Anis...
Semangat ya..
kayak nya drama nya bagus mbak soalnya pemain nya cakep cakep contohnya si seo young joo :D
ReplyDeletekunjungi balik di http://elhaq-pos.blogspot.com/
ReplyDeletemks yaa say sinopsisnya..seruu bgd drama'y..ak jd suka ma oppa jae won..ak ngkutin drma ini dr nntn online..rsanya pgn cpt kelar tyang di korea'y biar bsa bli dvdnya kn klmaan ngu weekend..^,^
ReplyDeleteSeruuuu bngt sinopny....fighting!!!!
ReplyDeleteMakasih yah....
ReplyDelete