Thursday 17 October 2013

Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 4 Part 2

 
Keesokan harinya di rumah Kakek Woo. Kakek Woo menelepon Bok Nyeo menanyakan apa tadi malam Bok Nyeo pergi ke hotel Ilsung. Bok Nyeo mengiyakan karena semalam ia memang kesana.

Kakek bertanya lagi, apa semalam Bok Nyeo bersama Sang Chul. Bok Nyeo kembali membenarkan. Kakek jengkel mendengarnya, “Kau selalu mengatakan ‘ya benar ya benar’ apa kau tak malu pada dirimu sendiri?” kakek menutup teleponnya.
Na Young menemui kakak iparnya dan makan siang bersama. Na Young ingin tahu apa yang akan Sang Chul lakukan terhadap anak-anak, berapa lama kakak iparnya akan hidup seperti ini. Sang Chul menjawab tak tahu.

Na Young : “Kau seharusnya mengatakan kalau kau menyayanginya. Kenapa kau melakukan itu pada Hye Gyul? Apa kau tak bisa bersikap seperti layaknya ayah yang lain? ‘Ayah hari ini begitu merindukan putra-putri mereka’”

Sang Chul merasa kalau mengatakan hal itu sepertinya sudah terlambat karena anak-anak sudah sakit hati.

Na Young : “Kakak ipar, bisakah aku menanyakan sesuatu? Ayahku begitu marah karena dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat tadi malam.”

Sang Chul tanya, apa itu. Na Young berkata kalau ia ingin percaya bahwa Sang Chul tak mungkin melakukan itu. Sang Chul tak mengerti kemana arah pembicaraan Na Young. Na Young mengatakan kalau ayahnya melihat Sang Chul dan Bok Nyeo bersama di depan sebuah hotel. Sang Chul ingat kejadian tadi malam dan meminta Na Young jangan salah paham, Bok Nyeo datang ke hotel untuk meminta tanda tangannya untuk SMP Internasional Se Gyul. Na Young tersenyum lega.

Ponsel Sang Chul berdering, telepon dari kakek alias ayah mertuanya. Ia pun menjawabnya. Mendengar nama ayahnya disebut Na Young juga ingin bicara tapi Sang Chul melarang.
Sang Chul menemui ayah mertuanya di perusahaan milik ayah mertuanya. Hihi perusahaan apa ya banyak model toilet duduk n wastafel gitu hahaha. Bahkan kakek lagi mengutak-atik salah satu wastafel-nya.

Sang Chul : “Apa anda memanggilku, Tn Woo?”

Kakek : “Tn Woo? kenapa kau tak memanggilku ayah mertua? Aku tahu kau keluar masuk hotel. Ini bahkan belum setahun sejak istrimu meninggal. Apa kau mengejar pembantunya anak-anak? Aku tak bisa membiarkanmu mengurus anak-anaknya Sun Young. serahkan anak-anakmu.”
Sang Chul berkata kalau ayah mertuanya ini sudah salah paham. Brakkk... kakek menggebrak meja membuat Sang Chul kaget. Kakek berdiri dan membentak, “Jika itu salah paham kenapa kau bertemu pembantu di sebuah hotel? Aku tahu yang kau pikirkan ketika kau datang menemuiku di rumahku. Jadi, kau suka masuk dan keluar hotel, membohongi anak-anakmu sendiri?”

Sang Chul kembali mengatakan kalau kejadian yang sebenarnya bukan seperti yang ayah mertuanya tuduhkan. Kakek yang jengkel mengacungkan obeng seperti akan memukul Sang Chul. Sang Chul mengekerut menunduk hihi.

Kakek kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya. Ia menyuruh Sang Chul untuk mengeluarkan pembantu itu. Tapi Sang Chul tak bisa melakukan itu sekarang, untuk masalah anak-anak lebih baik ia saja yang menyelesaikannya.

Kakek : “Lihat lihat. Apa maksudmu kau tak bisa membiarkan dia pergi?”

Sang Chul akan menyela tapi tak jadi karena kakek mengacungkan kembali obeng ke arahnya. Sang Chul kembali menunduk hahaha. Sang Chul berkata kalau ia tak peduli kakek mau salah paham atau tidak. “Saya yang membuat keputusan terkait masalah keluarga saya. Tolong berhenti memberi tahu apa yang harus saya lakukan terhadap pembantunya anak-anak.”

Kakek : “Kalau begitu sebagai kakek mereka biarkan aku memberitahumu apa yang harus kau lakukan untuk terakhir kalinya. Serahkan hak asuh anak-anakmu.”
Sang Chul terdiam terkejut. Kakek menunjukan surat pernyataan yang harus Sang Chul tanda tangani terkait hak asuh anak-anak. Kalau Sang Chul menandatangani itu ia akan berhenti memberi perintah Sang Chul mengenai apa yang harus Sang Chul lakukan terhadap keluarga. Kakek mengatakan kalau sangat mudah mengambil hak asuh anak-anak dari seorang pria yang tak bertanggung jawab seperti Sang Chul. “Jika kau mengerti apa yang kukatakan, menjaulah dariku sekarang!”
Se Gyul berada di kamar mandi sekolah. Ia disuruh melepas kedua sepatunya. Jung Tae cs terus membully-nya. Teman Jung Tae membawa sesuatu yang sangat bau di gayung. Jung Tae menyiramkan air kotor yang bau itu ke sepatu Se Gyul. “Sepertinya kau berpikir apa yang kukatakan padamu hanya sebuah kotoran. Ujiannnya besok, kau sudah mempersiapkan ujiannya, kan?”
Se Gyul yang menunduk berkata kalau ia sama sekali belum belajar. Jung Te marah dan meninggikan suaranya, “Kau harus belajar keras. Bukankah kau ingin masuk ke SMP Internasional. Kalau kau tak mendapatkan nilai 100 saat ujian, kau akan mendapatkan 100 pukulan untuk satu jawaban yang salah, kau mengerti? Kita cuci sepatumu setelah ujiannya selesai.”
Di sebuah pasar tepatnya di sebuah toko penjual daging, seorang ahjussi pemilik toko tampak berlari ke tempat jualannya. Wajahnya terlihat biru lebam seperti usai terkena pukulan. Ia tergesa-gesa berdiri di tempatnya jualan.
Bok Nyeo dan Hye Gyul ke toko itu untuk membeli daging. Paman Shin Jung Man nama penjual itu tersenyum lebar menyambut kedatangan pelanggannya. Ia melirik ke arah jam, hmm sepertinya ia sudah paham betul jadwal Bok Nyeo datang ke tokonya. (hahaha ada Guru Goo)

Bok Nyeo akan membeli daging bagian punggung sapi cukup 350 gram saja. Paman Shin menyarankan lebih baik Bok Nyeo membeli dagingnya sedikit demi sedikit saja karena beberapa wanita sering membeli banyak dan sisa dagingnya disimpan di kulkas tapi itu membuat kualitas dagingnya buruk. Paman Shin senyam-senyum ga jelas ngelihat Bok Nyeo. (Dia naksir Bok Nyeo hahaha)
Hye Gyul memberi tahu kalau malam ini ia akan makan sup lobak daging sapi. Paman Shin menyahut kalau ia akan memberikan potongan daging sapi yang paling enak.

“Ya beri kami yang banyak!” ucap Hye Gyul.

“Tentu saja. Tentu saja paman akan memberikanmu daging yang banyak!” sahut Paman Shin.

Paman Shin menimbang daging seberat yang Bok Nyeo inginkan. Seorang ahjumma memperhatikan apa yang Paman Shin lakukan. Paman Shin memotongkan bagian daging lain untuk ikut dimasukan ke daging pesanan Bok Nyeo (ditambahin gitu) ahjumma itu tahu apa yang dilakukan Paman Shin.
Paman Shin menyerahkan daging itu pada Bok Nyeo. Tapi Bok Nyeo tahu ada daging yang bukan pesanannya, ia menolak daging yang tidak ia pesan. Paman Shin tersenyum malu-malu, ia mengatakan kalau ia ingin Bok Nyeo mencicipi iga yang ia berikan. Bok Nyeo mengambil bungkusan plastik iga tambahan yang Paman Shin masukan. Ia mengembalikan iga-nya. Paman Shin berkata kalau itu sebagai tanda ketulusannya. Jadi ia harap Bok Nyeo mengambil itu.

Paman Shin : “Karena aku tak memiliki bunga, terimalah meskipun itu tidak sebaik bunga.” (hahaha)
“Saya tidak memesan ini!” Bok Nyeo menyerahkankan iga itu ke Paman Shin. Paman Shin mendorong tangan Bok Nyeo seperti mengambil kesempatan untuk menggenggam tangan Bok Nyeo dan itu membuat si ahjumma yang berdiri tak jauh dari sana jadi gerah.
Bok Nyeo membayar daging yang ia pesan dan tak mengambil bonus iga yang Paman Shin siapkan untuknya. Ia menggandeng tangan Hye Gyul keluar dari toko daging.
Ahjumma itu menghampiri Paman Shin. Paman Shin menyadari seseorang yang mendekat ke arahnya. Ia langsung terdiam. Ternyata ahjumma itu adalah istrinya hahaha.

“Berapa lama kau berdiri disana?” tanya Paman Shin takut-takut.

Ahjumma : “Aku kesini karena kau memasukan iga ke kantong plastik. Kenapa?”

Paman Shin : “Jadi kau melihat semuanya?”

Ahjumma : “Ya aku melihat semuanya.”

Paman Shin beralasan kalau yang ia lakukan itu bagian dari pelayanan pada pelanggan. Ahjumma yang tahu sifat mata keranjang suaminya bertanya apa suaminya mau memberikan sebanyak ini hanya untuk mencicipi. “Haruskah kau juga merasakan ini?” bentaknya.
PLok plok ahjumma memukulkan iga itu ke wajah suaminya berkali-kali hahaha. “Apa ini namanya layanan? Apa kau mau dipukul dengan layanan ini? hah?” (hahaha)
Masih di lingkungan pasar menuju pulang, Hye Gyul memberi tahu Bok Nyeo kalau ayahnya juga menyukai sup lobak daging sapi. “Bok Nyeo-nim, kau bisa memberi tahu ayah untuk datang lagi dan makan malam dengan kami kan?” Bok Nyeo berkata kalau Hye Gyul harus mendiskusikan itu dengan kakak-kakak Hye Gyul. Hye Gyul cemberut karena ia tahu kakak-kakaknya pasti tak akan setuju.
Ketika keduanya melintas, ditempat yang sama Eo Jin dan ibunya juga sedang berbelanja di pasar.
Wajah Paman Shin tambah bonyok karena dipukulin istrinya akibat sifat mata keranjangnya. Ibu Eo Jin dan Eo Jin ke toko daging Paman Shin. “Mi ja-ssi!” sapa ibu Eo Jin pada istri Paman Shin. Ibu Eo Jin terkejut melihat wajah Paman Shin yang bonyok. Ia bertanya pada Mija apa yang terjadi dengan Paman Shin.
Mi Ja : “Dia merayu wanita jalang dan mau memberikan daging sapi secara gratis dan dia ketahuan.”

Ibu Eo Jin penasaran, “wanita jalang?”

Mi Ja menjelaskan ciri-ciri wanita yang dimaksud, seorang wanita yang tak pernah tersenyum dan menggoda pria. Ibu Eo Jin menebak apa dia selalu memakai jaket yang sama dan juga topi. Mi Ja terkejut, kau kenal wanita itu.
Eo Jin ikutan menyahut, “Dia itu pembantu di sebelah rumahku.” (ah ni anak lutu banget hahaha)

Ibu Eo Jin mengingatkan putranya, “Ibu sudah bilang dia bukan pembantu. Dia pekerja rumahan.”
Mi Ja ingin tahu apa pembantu itu punya suami. Ibu Eo Jin mengira kalau pembantu itu belum menikah. Mendengar perkataan ibu Eo Jin yang mengatakan kalau Bok Nyeo belum menikah Paman Shin senyum-senyum kesenangan hahaha.

Ibu Eo Jin berkata kalau pembantu itu bukan wanita biasa, “Lihat saja suamimu. Aku merasa pria yang tinggal di sebelah rumahku itu tergoda olehnya. Dia tak bisa berbuat apa apa di depannya.”

Mi Ja : “Tapi, apa kau tak apa-apa? ada wanita jalang yang tinggal di sebelah rumahmu. Kau seharusnya berhati-hati.”
Ibu Eo Jin tertawa, “Berhati-hati untuk apa? suamiku itu ada ditingkat yang lebih tinggi dari mereka. Dia bahkan tak memandangnya.” Tiba-tiba Ibu Eo Jin berhenti tertawa, sepertinya ia cukup was-was juga haha.
Bok Nyeo dan Hye Gyul sampai di jalanan kompleks rumah mereka. Hye Gyul menyanyi riang. Ia ingin Bok Nyeo bernyanyi bersamanya. Bok Nyeo mengikuti syair yang Hye Gyul nyanyikan tapi Bok Nyeo mengucapkannya dengan ucapan biasa yang dingin tanpa nada.
“Se Gyul oppa!” panggil Hye Gyul ketika melihat oppa-nya baru pulang dari sekolah. Ia berlari ke arah oppa-nya. “Kau terlambat pulang!” Hye Gyul mencium seseuatu yang aromanya tak enak, ia menutup hidungnya. “Oppa baumu seperti kotoran!” Se Gyul menunduk. Bok Nyeo dan Hye Gyul melihat bau itu berasal dari sepatu Se Gyul.
Hye Gyul meminta oppa-nya lebih baik menyuruh Bok Nyeo mencuci sepatu itu karena Bok Neo bisa melakukan semuanya. Bok Nyeo berkata kalau ia bersedia mencucinya ia minta Se Gyul melepas sepatu itu. Se Gyul teringat ucapan Jung Tae yang mengatakan kalau mereka akan mencuci sepatu itu setelah ujian. Se Gyul pun melarang Bok Nyeo mencuci sepatunya.
Sampai di depan rumah Se Gyul ingin bicara berdua dengan Bok Nyeo. Ia menyuruh Hye Gyul masuk lebih dulu. Tapi Hye Gyul ingin tahu apa yang akan oppa-nya dan Bok Nyeo bicarakan. Se Gyul meminta Hye Gyul jangan memberi tahu Han Gyul dan Doo Gyul tentang sepatunya.

Hye Gyul langsung berdiri meniru Bok Nyeo, “Apa itu perintah?”

“Ya itu perintah!” ucap Se Gyul.

“Saya akan melakukan perintah anda!” sambung Hye Gyul sambil cekikikan. Ia kemudian masuk ke rumah lebih dulu.
Se Gyul menceritakan semuanya pada Bok Nyeo dengan perasaan sedih, “Ada seseorang yang menggangguku dan memanggilku Filipina sepanjang waktu. Memangnya kembali dari Filipina itu kejahatan atau apa? Awalnya aku tak mempedulikan mereka.”

Se Gyul menatap ke arah sepatunya yang kotor, “Pertama dia menggunakan semua uang dalam kartu transportasiku. Sekarang dia ingin aku membuatnya mendapatkan nilai 100 di ujian matematika. Dia bilang aku akan mendapatkan 100 pukulan untuk setiap jawaban yang salah. Aku ini kecil dan tak bisa berkelahi. Jika aku memberitahu Doo Gyul hyung tentang ini, dia hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah. Apa yang harus aku lakukan?”
Bok Nyeo : “Itu hanya anda yang bisa mencari tahu.”

Se Gyul : “Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan nilai 100 saat ujian?”

Bok Nyeo : “Anda harus belajar lebih keras.”

Se Gyul : “Apa lagi? apa tak ada cara lain?”

Bok Nyeo : “Anda akan mendapatkan nilai 100 jika anda tahu semua soal matematikanya.”

Se Gyul : “Apa itu bisa?”

Se Gyul pun mendapatkan ide, “Ahjumma... bukan maksudku Bok Nyeo-nim kau akan melakukan semua yang kuperintahkan padamu, kan?”

Bok Nyeo : “Jika itu sesuatu yang bisa saya lakukan.”

Se Gyul menatap Bok Nyeo penuh keyakinan, “Curi soal ujian matematikanya!”
Malam hari Bok Nyeo menuju sekolah Se Gyul. Ia menggedor pintu masuk sekolah. Suara itu membuat penjaga terkejut dan bergegags melihatnya. Ia melihat seorang wanita menggedor pintu. Ia pun membukakannya.
Penjaga bertanya apa yang Bok Nyeo lakukan malam-malam begini di sekolah. Bok Nyeo berkata kalau ia datang untuk mengambil lembar ujian. Penjaga membukakan pintu, “Maksudmu ujian yang anak-anak kerjakan hari ini? Apa kau mau melihat seberapa baik yang dikerjakan anakmu?” ia pun mempersilakan bok nyeo masuk.

Penjaga berkata kalau ada beberapa anak yang meninggalkan lembar ujian mereka di sekolah dan beberapa orang tua ada yang datang ke sekolah untuk mengambilnya. Penjaga tak menaruh sedikit pun rasa curiga karena sepertinya hal itu sudah biasa terjadi. Anak-anak yang ujian dan hasilnya tidak dibawa pulang ke rumah sehingga orang tua tidak mengetahui hasil ujiannya.

Bok Nyeo menuju sebuah ruangan. Ia melihat kalau pintu ruangan tergembok. Ia mengambil sesuatu dari dalam tas-nya dan berhasil membuka pintu itu.
Se Gyul di rumah harap-harap cemas menunggu kedatangan Bok Nyeo. Ia tak konsentrasi belajar.

Bok Nyeo masuk ke kamarnya menyerahkan lembar soal yang ia ambil dari sekolah. Se Gyul terkejut Bok Nyeo benar-benar menjalankan semua perintahnya. Ia menerima amplop coklat yang berisi soal ujian matematika.

Se Gyul menerima sms dari Jung Tae.

Apa kau sudah belajar? kita harus merencanakan cara curang untuk ujian besok. datanglah ke tempat persembunyianku.
Se Gyul yang cemas pun memerintahkan tugas lain pada Bok Nyeo. Ia ingin Bok Nyeo memberi pelajaran pada teman-teman yang mengganggunya. “Jika aku memberikan jawaban ujian padanya, dia pasti ingin aku melakukannya lagi dan jika aku ketahuan oleh guru... maksudku, dia mungkin akan menjadi seorang kriminal di masa depan. Kenapa orang seperti dia masih hidup dan orang seperti ibuku meninggal? Demi kenyamanan masyarakat luas, orang seperti dia harus mati. Bok Nyeo-nim, tolong habisi anak itu!”

Bok Nyeo menatap tajam Se Gyul, “Apa itu... sebuah perintah.”

“ya.” Jawab Se Gyul tegas.

Bok Nyeo : “Saya akan melakukan perintah anda!”

Malam itu juga Bok Nyeo pergi ke markas persembunyian Jung Tae dkk.
Sementara itu, Se Gyul dan saudara-saudaranya tengah makan malam. Han Gyul heran dimana Bok Nyeo. Se Gyul memberi tahu kalau ia meminta Bok Nyeo untuk melakukan sesuatu. Han Gyul melihat kalau rumah terlihat sepi tanpa kehadiran Bok Nyeo. Doo Gyul heran kenapa semua orang memanggil pembantu itu Bok Nyeo-nim, tak bisakah kalian berhenti. Han Gyul menyarankan agar Doo Gyul juga seharusnya berhenti membenci Bok Nyeo.

Doo Gyul : “Siapa bilang aku membencinya, aku hanya... tapi bagaimanapun aku masih merasa tidak nyaman ada di dekatnya.”
Han Gyul : “Sulit untuk menemukan pembantu yang bekerja sekeras Bok Nyeo-nim.”

Hye Gyul membenarkan ditambah lagi Bok Nyeo bisa melakukan semuanya, memasak, mencuci dan bersih-bersih. Doo Gyul tak peduli dengan kelebihan Bok Nyeo. Dia itu bukan ibu ataupun tante mereka, dia hanya pembantu yang dibayar. Dia bisa pergi kalau dia mau jadi jangan terlalu mengharapkannya.

Doo Gyul heran melihat Se Gyul, “Kenapa kau terlihat begitu muram?” Se Gyul bilang tidak apa-apa.
Jung Tae cs berada di markas mereka, ketiganya tengah membaca komik ditemani cemilan. Teman Jung Tae bertanya menurut Jung Tae apa Se Gyul sudah belajar. Teman Jung Tae yang satunya berkata kalau Se Gyul pasti akan belajar, bukankah Jung Tae bilang kalau Se Gyul akan mendapatkan 100 pukulan untuk setiap jawaban yang salah. Teman Jung Tae tanya bagaimana dengan jawabannya bukankah guru akan ada di kelas mengawasi mereka ketika ujian. Jung Tae berkata itu sebabnya kenapa mereka harus membuat rencana dengan si Filipina itu.
Bok Nyeo sampai di tempat itu. Teman Jung Tae mengenali Bok Nyeo sebagai pembantu rumah tangga-nya Se Gyul. Jung Tae heran untuk apa pembantunya Se Gyul yang datang, bukankah ia menyuruh Se Gyul yang datang. “Hei ahjumma apa yang kau lakukan disini?”

Bok Nyeo menatap Jung Tae, “Saya kesini untuk membunuhmu!”

Jung Tae dan teman-temannya tertawa. “Dia bilang dia datang untuk membunuhku.” Jung Tae pura-pura kesakitan dan kemudian tertawa lagi.
Jung Tae menodongkan pistol mainannya ke arah Bok Nyeo. Ia meminta Bok Nyeo jangan bergerak. “Jika kau mendekat aku benar-benar akan menembakmu.” Bok Nyeo mengabaikan peringatan Jung Tae, ia mendekat ke arah Jung Tae.

Jung Tae menebakkan pistol mainannya ke arah Bok Nyeo yang terus bergerak maju mendekat padanya tanpa merasakan kesakitan padahal peluru pistol mainannya mengenai Bok Nyeo. Jung Tae mundur ketakutan. Bok Nyeo menangkap pistol mainan itu dan membuangnya.
Bok Nyeo mencengekram baju Jung Tae. Kedua teman Jung Tae ketakutan dan lari dari sana. Bok Nyeo mencekik Jung Tae kuat-kuat. Jung Tae berusaha berteriak untuk minta tolong.
“Hentikan!” tiba-tiba Se Gyul sampai di tempat itu. Bok Nyeo melepas cekikannya. Se Gyul tak habis pikir apa Bok Nyeo benar-benar akan membunuh Jung Tae. Bok Nyeo berkata kalau ia hanya melakukan perintah Se Gyul. Se Gyul merasa kalau Bok Nyeo seharusnya tidak menganggap perintah itu sebagai perintah sungguhan. Bok Nyeo tak peduli ia hanya akan menjalankan perintah majikannya.
Se Gyul menarik Bok Nyeo untuk meninggalkan tempat itu. Tapi langkah Se Gyul terhenti karena Jung Tae mencibir tindakan Se Gyul. “Apa kau mau melarikan diri? Kau pengecut. Apa kau menyuruh pembantumu untuk melakukan itu? Aku akan selalu mengikutimu kemanapun untuk membunuhmu.”
Se Gyul meminta pendapat Bok Nyeo, apa yang harus dilakukannya. Larikah seperti seorang pengecut atau melawan Jung Tae yang jelas-jelas bukan tandingannya. Seperti biasanya Bok Nyeo hanya mengucapkan bahwa segala keputusan Se Gyul sendiri yang harus mengambilnya.

Se Gyul melihat sepatunya yang kotor dan bau, “Bok Nyeo-nim apa kau pernah dipukul?”

“Pernah.” jawab Bok Nyeo.

Se Gyul : “Apa sakit?”

Bok Nyeo menjawab kalau itu sangat sakit. “Tapi bukankah itu lebih baik dari pada melarikan diri?” Se Gyul membulatkan tekad untuk tak melarikan diri dan akan melawan Jung Tae. Tangan Se Gyul mengepal.
Se Gyul mencoba melawan Jung Tae tapi tentu saja ia kalah dalam segalanya. Kalah tenaga dan juga kalah dalam postur tubuh. Dengan sekali menepis Jung Tae berhasil menjatuhkan Se Gyul.
Se Gyul mencekeram baju Jung Tae, “Kenapa kau mengangguku? Apa itu menyenangkan buatmu? Aku merasa ingin bunuh diri karena kau. Apa yang akan kau lakukan kalau aku bunuh diri? bahkan jika kau meminta maaf kau tak bisa mengubah apa yang terjadi. Kenapa kau tak bisa menyadari itu?”

Bok Nyeo tersentak mendengar ucapan Se Gyul.

Jung Tae emosi dengan segala ucapan Se Gyul. Ia hilang kesabaran dan menjotos Se Gyul.

Se Gyul : “Apa kau tahu apa artinya untuk seseorang yang telah meninggal? Apa kau tahu bagaimana sedih, marah dan menyakitkannya itu?”
“Aku tak tahu itu dasar brengsek!” bentak Jung Tae sambil melayangkan pukulan ke wajah Se Gyul. “Hei, katakan apa saja jika kau bisa. Katakan saja. Aku tak peduli omong kosong itu. Aku hampir lupa yang dilakukan karena kau lebih pintar.
Setelah kau menyelesaikan ujianmu, jika aku batuk, berikan jawaban dari soal nomor satu. Satu (kening) dua (hidung) tiga (telinga) empat (dagu) lima (dada) mengerti? Jika kau tak melakukannya ayo kita pergi ke kantor polisi. Aku akan melaporkan kalian semua ke polisi.”

1,2,3,4,5 Jung Tae kembali memberi tahu kode nomor pilihan jawabannya. “Jika kau salah kau akan mati!” Jung Tae meninggalkan tempat itu penuh kemarahan.
Bok Nyeo mengobati luka di wajah Se Gyul yang sekarang menangis. “Aku terlihat seperti pengecut kan?” tangis Se Gyul.
Di jalan menuju rumahnya, Se Gyul berkata kalau ia merasa sejak awal ini seperti tak ada jalan lain. Jika Jung Tae menelepon polisi maka Bok Nyeo akan ditangkap. Dan jika memberi tahu Doo Gyul tentang ini, Doo Gyul akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Apa yang harus ia lakukan.

Bok Nyeo : itu....

Se Gyul menyela meminta Bok Nyeo jangan mengatakan kalau keputusan itu ia yang harus mengambilnya. Bok Nyeo berkata kalau ada cara untuk Se Gyul supaya bisa mencari tahu keputusan apa yang terbaik. Se Gyul ingin tahu, apa itu. Bok Nyeo bertanya kenapa Se Gyul ingin masuk ke SMP Internasional. Se Gyul terdiam.
Se Gyul di kamarnya menyiapkan materi untuk ujian matematika besok. Ia memegang map coklat yang berisi soal ujian matematika yang Bok Nyeo curi dari sekolahnya. Ia teringat pertanyaan Bok Nyeo tadi, kenapa dirinya ingin masuk ke SMP Internasional.
Doo Gyul masuk kamar, Se Gyul buru-buru menyembunyikan map coklat itu. Doo Gyul ingin tahu apa yang Se Gyul sembunyikan. Se Gyul bilang bukan apa-apa. Doo Gyul makin penasaran, apa itu sesuatu yang menarik (pikiran kotornya mulai deh haha). Se Gyul kesal kakaknya selalu saja ingin tahu.

Doo Gyul tersenyum, “Kau tak akan tambah tinggi jika kau melihat sesuatu yang sepeti itu. berikan padaku!”

“Ah ini bukan itu!” larang Se Gyul. “Ini hanya soal matematika.”

“Ah kau ini cerewet sekali kalau tentang belajar!” gerutu Doo Gyul. “Tapi, kau harus mendapat nilai 100 saat ujian. Kita semua harus meminta bantuan ayah karena kau. Untuk itu kau harus melakukannya dengan baik. Aku akan membunuhmu jika kau tak melakukannya. Belajar sepanjang malam ya, aku akan mengawasimu!”
Doo Gyul ke tempat tidurnya membaca komik sambil mengawasi Se Gyul yang belajar. Tapi lama kelamaan ia ngantuk sendiri dan tidur deh hahaha.
Se Gyul kembali menatap amplop coklat itu. Perlahan ia akan mengeluarkan kertas putih yang berisi soal matematika. (apa Se Gyul benar-benar akan melihat isi soal itu)

(Doo Gyul kok ga tanya ya kenapa adiknya bisa terluka gitu, padahal tadi pas makan malam Se Gyul belum terluka)
Tiba saatnya Se Gyul dan teman sekelasnya mengerjakan ujian matematika. Pak Guru membagikan soal ke tiap siswa. Se Gyul tersenyum membaca soalnya. Ia pun mengerjakan soal itu dengan lancar.

Jung Tae mulai memberi kode batuk pada Se Gyul. Se Gyul langsung memberi kode berdasarkan apa yang Jung Tae instruksikan sebelumnya dari nomor satu sampai selesai.
Bok Nyeo menemui Ny Hong untuk memberikan komisi pada Happy Company atas pekerjaannya. Ny Hong mengingatkan agar Bok Nyeo tidak harus bersikap setajam pisau. Ia menelepon Bok Nyeo karena ia rindu. Ny Hong melihat Bok Nyeo diam menatapnya. Ia pun menerima amplop komisi itu dan berterima kasih.
Bok Nyeo akan pamit pergi tapi Ny Hong bertanya apa semua baik-baik saja. “Kau bilang orang itu sudah meninggal kan?” (siapa ya) Bok Nyeo menjawab ya.

Ny Hong : “Maksudku... Seseorang mencarimu beberapa hari yang lalu.”

Bok Nyeo terdiam terkejut.
Tapi Ny Hong tiba-tiba tertawa keras ia minta maaf. “Jika kau semakin tua kau tak perlu mengkhawatirkan itu. Memangnya siapa yang akan mencarimu? Lagi pula itu sudah berlalu. Ah iya, apa yang mencarimu itu mungkin seseorang yang mempekerjakanmu sebelumnya? Sangat sulit menemukan pembantu yang bekerja sekeras seperti dirimu. Jantungku hampir copot ketika seseorang mencarimu. Jadi aku hanya mengatakan padanya kalau aku tak mengenalmu.”

Ny Hong tersenyum, “Oh iya anak-anak itu sangat lucu kan?” Bok Nyeo diam saja. Ny Hong berharap Bok Nyeo akan bekerja dalam waktu yang lama di tempat itu. Bok Nyeo tak menanggapi ucapan Ny Hong, ia pamit.
Di Sekolah Se Gyul, Pak guru menanyakan pada siswanya apa ujiannya berjalan lancar. Anak-anak serempak menjawab ya. Pak guru pun akan mengoreksinya bersama-sama. Tapi apa yang terjadi, jawaban Jung Tae salah semua. Ia menahan marah menatap Se Gyul.
Setelah pak guru keluar kelas, Jung Tae melampiaskan kemarahannya tentu saja pada Se Gyul. Tanpa berkata lagi kakinya menendang Se Gyul. Jung Tae juga mencengkeram baju Se Gyul. “Brengsek kau, apa yang terjadi? kenapa nilainya nol?”
Se Gyul tak takut dengan bentakan keras Jung Tae, “Lalu bagaimana? Aku juga dapat nilai nol.” Se Gyul menunjukan hasil ujiannya yang ternyata juga salah semua. Jung Tae tentu saja makin marah, apa ini?

Se Gyul : “Kenapa? aku menunjukan jawabanku karena kau yang menyuruhku. 100 pukulan untuk satu jawaban yang salah. Jadi semua 2000 pukulan.”

Se Gyul maju siap menerima 2000 pukulan dari Jung Tae, “Pukul aku!”

Jung Tae : “kau sudah gila.”

Se Gyul mencibir, “Kau bahkan tak bisa memukulku. Karena ujiannya sudah selesai, bukankah aku bisa mencuci sepatuku? Beritahu aku jika kau membutuhkanku untuk ujian selanjutnya. Aku akan menunjukannya padamu lagi.”

Se Gyul merebut lembar matematikanya, mengambil tas dan keluar meninggalkan kelas. Jung Tae heran dengan sikap berani Se Gyul, ada apa dengannya?
Se Gyul sampai di rumah dan bertanya pada Bok Nyeo tentang soal matematikanya tadi. Ia bisa menyelesaikan soal yang lain tapi ada satu soal yang tak bisa ia selesaikan. Bok Nyeo pun mengajari bagaimana cara menyelesaikan soal itu.

Se Gyul pun paham, kalau ia menjawab benar untuk soal yang sulit ini ia pasti akan mendapatkan nilai 100. Tapi bagaimana pun juga ia harus mendapatkan nilai nol.
Se Gyul mengingat malam hari ketika ia akan membuka amplop soal. Ia tak jadi melihat soalnya. Ia malah merorobek amplop itu bersama soal-soalnya dan membuangnya ke tempat sampah. Se Gyul sebenarnya bisa menjawab soalnya tapi ia malah mengisinya dengan jawaban yang salah.
Se Gyul mengatakan pada Bok Nyeo kalau ia mendapatkan nilai nol agar bisa membuat Jung Tae mendapatkan nilai nol juga. “Aku pantas mendapatkan nilai nol karena menyuruhmu mencuri soal ujian. Kau bertanya kenapa aku mau masuk ke SMP Internasional kan? Itu untuk mendapatkan pujian dari ibu. Tapi ketika kau menanyakannya, itu membuatku menyadari sesuatu. Ibu pasti tak mau aku masuk ke SMP Internasional dengan melakukan sesuatu yang salah. Sekarang, bukankah aku harus menyerah dengan SMP Internasional itu?”

Bok Nyeo membenarkan. Se Gyul merasa kalau ia telah merusak dirinya sendiri.

Bok Nyeo : “Tidak. Anda tidak merusaknya. Saya merasa anda melakukan hal yang menakjubkan.”

Se Gyul terharu mendengarnya.

Sepatu kotor nan bau Se Gyul pun sekarang sudah bersih kembali.
Di kantor, Manajer Choi sesekali melihat ke arah Song Hwa. Tiba-tiba layar komputernya menampilkan ada kiriman pesan dari Song Hwa. ‘apa anda punya waktu malam ini?’

Manajer Choi tersenyum dan mengetik untuk membalasnya, ‘tidakkah kau lihat aku sedang apa?’

Keduanya saling menatap dan melempar senyum.
Sang Chul menunggu di depan rumah Song Hwa. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi sepasang cincin. Ia kemudian mengeluarkan batu ayah dari saku celananya. Sang Chul bimbang, ia harus memilih. Ia pun memasukan batu ayah itu kembali ke saku celanaya.
Sang Chul mencoba menghubungi Song Hwa dengan menekan panggilan cepat nomor 2. Tapi bersamaan dengan itu mobil Manajer Choi sampai disana. Sang Chul melihat kembali Manajer Choi mengantar Song Hwa pulang. Ia tak jadi menghubungi Song Hwa dan segera bersembunyi.

Sang Chul melihat Song Hwa mengajak Manajer Choi masuk ke dalam rumah. Ia heran campur panasaran hubungan seperti apa yang kedua orang ini jalani.
Ibu Eo Jin penasaran dengan teropong milik suaminya. Ia pun mencoba menggunakan teropong itu untuk melihat ke arah mana biasanya suaminya meneropong. “Dia bilang dia membeli ini untuk melihat bintang.”
Ibu Eo Jin terheran-heran saat melihat sesuatu. Ia melihat seorang. Ia pun keluar ingin tahu dan melihat seorang pria bersepeda lewat di depannya.
Pria itu, ternyata pria yang mencari keberadaan Bok Nyeo. Pria itu bersepeda berpapasan dengan Doo Gyul yang baru pulang sambil memainkan bola basket.
Ibu Eo Jin berdiri di depan kotak surat rumah sang chul. Ia membuka kotak surat itu (atau memasukan sesuatu kesana?)

Bok Nyeo siap-siap akan pulang karena pekerjaannya hari ini telah selesai.
Doo Gyul terdiam terkejut dan tanpa sengaja menjatuhkan bola basketnya ketika ia membaca surat yang ada di kotak surat rumahnya.
Pembantumu seorang pembunuh
Doo Gyul tercengang membacanya dan tatkala ia menoleh ke belakang, Bok Nyeo sudah berdiri di belakangnya. Doo Gyul terkejut campur ketakutan.

Komentar :

Kalau melihat upaya Se Gyul melawan Jung Tae jadi ingat sama apa yang dilakukan Oh Dong Goo di Queen's Classroom. Setelah Dong Goo mendengarkan penjelasan Guru Ma dia jadi termotivasi untuk melawan tindak kekerasan yang ia terima. Walaupun kalah ia tetap berusaha melawan. Huwaaaaaa jadi sedih liatnya.

Apa maksud Bok Nyeo mau melakukan apa saja yang diperintahkan, dia pasti tahu kalau yang dilakukannya itu berbahaya dan bisa mencelakai dirinya. Apa memang dirinya mencari celaka, apa dirinya ingin mengakhiri hidupnya?

Ingat donk, ketika dia bersedia masuk ke sungai bersama Hye Gyul? Sebagai orang dewasa bukankah pada saat itu dia menasehati Hye Gyul. Tapi ia malah bersedia mati, ya karena mungkin dia mencari saat-saat kematiannya. Sama hal nya seperti ketika Se Gyul meminta Bok Nyeo membunuh Jung Tae, dia tahu kalau itu salah. Tapi dia tak peduli itu salah atau tidak karena memang dia juga ingin mengakhiri hidupnya. Masih banyak teka-tekinya.

Sebenarnya saya ingin memberi komentar terkait doramanya tapi takut jadi spoiler.

Ok tapi dikit aja ya ini terkait pria misterius yang mencari keberadaan Bok Nyeo. Saya jadi mikir itu adiknya Bok Nyeo. Lho kok bisa? Di dorama diceritakan oleh Mita bahwa adik Mita membunuh dirinya sendiri setelah membakar rumah Mita. Jadi pasti di K drama juga akan diceritakan hal yang seperti ini. yang jadi tebakan saya, adiknya Bok Nyeo pasti masih hidup n nyari2 Bok Nyeo. Untuk apa? saya ga tahu... hahaha....

7 comments:

  1. pagi-pagi udah baca sinopsis,penasaran sich...ditunggu eps selanjutnya.Thx.

    ReplyDelete
  2. makin seru aj critany, mengharukan bgt, lanjutkan mbak......

    ReplyDelete
  3. makasih gomawo gomawo sinopsisnyaa, lanjutt terusss :), semangaattt mbak :)

    ReplyDelete
  4. Tetep semangat mb....
    ΆΚΰ tunggu kelanjutan.a.....

    miong-miong ^_^

    ReplyDelete
  5. makin suka deh dengan drama ini,, semangat ah tunggu sinopsis nya,,semangat ya mba sinopsisnya TOP deh

    ReplyDelete
  6. Sma nis q pkir jg yg nyri bok nyeot adikny...duh mga ja dia ga gnggu bok nyeo lg..

    ReplyDelete
  7. Wah, akhirnya mulai posting lagi. Makasih mba Anis. Klo baca postingan mba, inget Queen Clasroom.he.... Di komentar mba juga di bahas.hehe... Semangat mba!
    -Yumenas-

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.