Saturday 5 October 2013

Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 3 Part 1

Sang Chul marah besar melihat Bok Nyeo menyebarkan selebaran berisi skandalnya dengan Song Hwa. Ia merampas selebaran yang tengah Bok Nyeo bagikan, “Apa kau sudah gila?” bentak Sang Chul.
Sang Chul berusaha mengejar Song Hwa yang menyebrang jalan raya. Ia ingin menjelaskan semuanya. Tapi Song Hwa yang marah tak mau lagi mendengar ucapan Sang Chul. Sang Chul minta maaf, ia seharusnya menghentikan Bok Nyeo. “Wanita itu melakukan apapun yang diperintahkan, dia wanita tak normal.”
Song Hwa : “Apa kau mengatakan kalau aku seharusnya menyalahkan dia?”

Sang Chul : “Tidak. Semuanya salahku. Itu sebabnya aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan memastikan ini tak mengganggumu dan ketika semuanya sudah berlalu itu akan baik-baik saja.”

Song Hwa meninggikan suara mengatakan kalau Sang Chul selalu saja mencari-cari alasan. Sang Chul selalu saja mengatakan kalau seiring berjalannya waktu semua tak akan ada masalah. Sikap Sang Chul yang seperti itulah yang menyebabkan masalah ini.

Song Hwa : “Istrimu bunuh diri seolah itu kesalahan kita dan putrimu memerintahkan wanita itu untuk meledakan bom disini. Tidakkah kau sadar kalau kita tidak ditakdirkan bersama? Berapa lama lagi kau akan menghinaku dengan sikapmu yang tidak tegas itu?”
Song Hwa pergi dari sana, Sang Chul berteriak memanggil. Bersamaan dengan itu ponsel Sang Chul bunyi. Telepon dari Dong Shik yang memberitahukan bahwa Direktur ingin bertemu dengan Sang Chul.
Sang Chul menghadap Direktur. Direktur menanyakan apa yang terjadi bukankah Sang Chul baru saja membicarakan masalah proyek, bukankah konsep proyek yang Sang Chul ajukan itu berhubungan dengan keluarga. Sang Chul menunduk, ia merasa malu dengan skandalnya.
Bok Nyeo menemani Hye Gyul membuat origami. Hye Gyul bertanya apa Bok Nyeo juga bisa membuat panda. Bok Nyeo bilang bisa. Bok Nyeo mulai melipat kertasnya hingga jadilah origami yang berbentuk panda. Hye Gyul tersenyum senang menatap Bok Nyeo tapi Bok Nyeo membalasanya dengan tatapan diam. 
Malamnya, Bok Nyeo mengelap piring. Se Gyul, si anak kutu buku ini sedang belajar. Lain hal-nya dengan Doo Gyul, dia sibuk baca komik. Hye Gyul, dia bermain dengan susunan baloknya semantara Han Gyul hanya duduk diam melipat tangannya.
Sang Chul sampai di rumah membawa rancangan proyek yang ia presentasikan tadi di kantor. Ia melihat putri sulungnya masih marah. “Kau tak merasa bersalahkan?” ucap Sang Chul pada Han Gyul.
Han Gyul menatap sinis ayahnya, “Kenapa? Apa ayah pikir aku akan menulis surat permintaan maaf?”

Sang Chul mengajak putri sulungnya bicara di kamar berdua. Han Gyul tak mau, kalau ada yang ingin ayahnya katakan lebih baik bicara disini. Sang Chul mulai kesal, apa Han Gyul benar-benar ingin membuat adik-adik Han Gyul mengetahui ini.
Doo Gyul yang heran dengan sikap Han Gyul menghentikan membaca komiknya, “Noona kenapa kau seperti itu pada ayah?” Se Gyul menebak pasti ada sesuatu diantara ayah dan Noona-nya. Ia ingin tahu apa yang terjadi.
Han Gyul masih menatap ayahnya dengan tatapan tak bersahabat, “Kenapa? Apa ada sesuatu yang ayah takutkan? Kalau ada sesuatu yang ingin ayah katakan, katakan saja disini.”

Sang Chul : “Apa kau benar-benar tak tahu kekacauan apa yang kau buat? Itu tempat kerja ayah. Itu bukan tempat untuk memanjakan anak kecil.”
Sang Chul menarik paksa Han Gyul untuk mengajaknya bicara berdua. Tapi Han Gyul menepis keras tangan ayahnya. Ia mengeluarkan dan menaruh kartu yang berisi tulisan tangan terakhir ibunya dengan suara keras. 
“Apa itu?” Doo Gyul mengambil apa yang Han Gyul keluarkan tadi. Ia pun membacanya. Se Gyul dan Hye Gyul juga ingin tahu apa itu. Se Gyul bisa menebak kalau itu tulisan tangan ibunya. Doo Gyul masih tak mengerti apa yang ia baca di kartu itu. Ia ingin ayahnya menjelaskan itu agar ia mengerti. Sang Chul menunduk diam.

Han Gyul memerintahkan Bok Nyeo untuk mengulangi lagi apa yang Bok Nyeo katakan di kantor ayahnya tadi siang. Bok Nyeo yang mendapatkan perintah segera meninggalkan piring-piring yang tengah ia lap. Ia berdiri tegak.
“Manajer Eun Sang Chul yang bekerja di perusahaan ini berselingkuh dengan Yoon Song Hwa yang juga bekerja disini. Istrinya, Woo Sun Young yang pergi ke Filipina untuk pendidikan anak-anaknya ditemukan bunuh diri di sungai setelah mengetahui hal itu. Tapi Manajer Eun Sang Chul berbohong pada anak-anaknya dengan mengatakan itu adalah kecelakaan.”
“Apa itu? Jadi ibu meninggal bukan karena kecelakaan? Apa dia bunuh diri karena ayah berselingkuh?” Doo Gyul dengan suara tinggi menuntut penjelasan lebih jelas dari ayahnya.
Hye Gyul mendengar suara Oppa-nya meninggi, ia jadi takut dan bersembunyi di belakang Eonni-nya.

Se Gyul meminta Hyung-nya jangan marah dulu lebih baik mereka dengarkan apa yang ayahnya katakan. Se Gyul meminta ayahnya mengatakan sesuatu atas apa yang Bok Nyeo ucapkan tadi, “Katakan padaku kalau ini salah paham.”
“Itu..... semua benar!” Sang Chul terbata-bata tak menyangkali semuanya.

Doo Gyul tak menyangka, “Lalu kenapa ayah membohongi kami dengan mengatkan kalau itu kecelakaan?” 

Sang Chul berkata kalau ia juga baru mengetahui bahwa istrinya meninggal karena bunuh diri beberapa hari yang lalu.
Doo Gyul kembali meninggikan suaranya, “Jadi ayah berselingkuh dengan wanita lain?”
Se Gyul tentu saja kecewa pada ayahnya, “Lalu bagaimana dengan ibu? bagaimana ayah bisa melakukan ini padanya? Bukankah ayah menikahi ibu karena ayah mencintainya? Ayah, kau masih mencintai ibu, kan?” 

Sang Chul diam.

“Kenapa ayah diam saja? Jawab pertanyaannya. Jawab saja!” bentak Do Gyul.

“Ayah tak tahu, apa ayah mencintai ibu kalian.” ucap Sang Chul.
Doo Gyul yang emosi membanting miniatur rancangan proyek ayahnya. Sang Chul membentak putranya, “Apa yang kau lakukan?”
Doo Gyul mendorong ayahnya hingga terduduk ke lantai, “Apa ayah pantas mengatakan itu?”
Hye Gyul tak ingin terjadi perkelahian diantara anggota keluarganya. Ia menghalangi niat Doo Gyul yang sudah berbuat kasar pada ayah mereka.
Se Gyul meminta tolong pada Bok Nyeo untuk membantu mereka. “Ahjumma, kau satu-satunya orang  dewasa disini. Jangan hanya berdiri disana. Lakukanlah sesuatu.”
Bok Nyeo tetap berdiri diam, “Itu... sesuatu yang kalian harus selesaikan sendiri.”

Hye Gyul menggenggam tangan Bok Nyeo memohon, “Bok Nyeo-nim bantulah kami!” Bok Nyeo tak bisa membantu karena ia bukan anggota keluarga disini. Hye Gyul pun tak bisa memaksa.
Han Gyul mengajak adik-adiknya keluar dari rumah ini. Doo Gyul tanya mereka akan kemana. Han Gyul mengajak mereka ke rumah kakek, ia tak bisa hidup dengan pria itu. Hye Gyul tak mau, tapi Han Gyul menarik paksa.
Se Gyul tak mengerti kenapa ayahnya tak melakukan apa-apa untuk mencegah kepergian mereka, “Apa ayah tak peduli jika kami pergi?” Ia yang kecewa dengan sikap ayahnya segera pergi dari sana.
Doo Gyul mencibir proyek rancangan ayahnya, “Sementara rumah ayah sendiri berantakan, apa ayah membuat rumah orang lain dengan bagus dan baik?” Doo Gyul mengambil tulisan yang ada di miniatur rumah, “Keluarga adalah penyembuhan?” Ia membanting benda itu, “Penyembuhan apanya, dasar munafik!” 
Do Gyul pergi dari sana sambil menginjak miniatur rumah rancangan ayahnya. Sang Chul hanya bisa diam. 
Bok Nyeo menatapnya..... apa ya? Iba-kah? (tatapannya beda banget sama Mita yang benar-benar tanpa ekspresi. Bok Nyeo disini wajahnya terkadang ikutan sedih)
Bok Nyeo mengambilkan tas anak-anak. Mereka memutuskan untuk keluar dari rumah itu malam ini juga. Tatapan Bok Nyeo, ya ampun jelas sekali kalau ia khawatir pada mereka.
Han Gyul dan ketiga adiknya menuju rumah kakek menggunakan bis. Doo Gyul yang marah dengan sikap ayahnya merasa kasihan pada ibunya.

Han Gyul : “Ayah mengatakan kalau dia bahkan tak tahu, apa dia benar-benar mencintainya.”
Doo Gyul tak mengerti, lalu kenapa ayah masih mempertahankan kita.

Se Gyul ingin tahu apa yang akan Han Gyul katakan pada kakek. Han Gyul diam tak tahu harus mengatakan apa. Doo Gyul berkata haruskah ia yang mengatakan tentang ayah yang sebenarnya. Se Gyul merasa kalau begitu kakek akan membunuh ayah. Han Gyul memutuskan kalau saat ini mereka akan menjaga rahasia itu dari kakek.
Hye Gyul tanya, kita hanya menghabiskan satu malam disana kan?

Han Gyul : “Tidak. Mulai sekarang kita tak punya ayah.”

Hye Gyul menunduk sedih, “Kalau begitu, apa kita tak punya ibu ataupun ayah?”

Ketiga kakak Hye Gyul tak bisa menjawab.
Sang Chul masih terduduk diam di lantai memandangi miniatur proyaknya yang hancur. Bok Nyeo menghampirinya memberikan origami panda yang dibuat Hye Gyul. “Hye Gyul bilang akan memberikan ini pada ayahnya saat dia berhasil membuatnya. Dia bekerja keras untuk membuat ini sepanjang malam.”

Sang Chul menerima origami panda buatan putri bungsunya, dibalik lipatan kertas itu ada pesan yang ditulis Hye Gyul.
‘Hye Gyul menyayangi ayah. Ayah, apa kau menyayangi Hye Gyul juga?’
Sang Chul menghela nafas, “Aku benar-benar tak tahu apa aku menyayangi anak-anak. Kenapa aku tak bisa mengatakan ‘aku menyayangimu’ pada anak-anak seperti ayah yang lain? Kami (Sang Chun dan istrinya) memulainya dari langkah yang salah, kami bahkan sudah memiliki Han Gyul sebelum kami menikah. Istriku mengancam akan membunuh dirinya kalau aku menyuruhnya melakukan aborsi. Dia merasa dia bisa membuatku mencintainya jika kami memiliki anak lagi. Tapi itu tidak berjalan seperti yang seharusnya. Dan saat kami mulai menjadi keluarga imigran, hubungan kami mulai berantakan.”
“Kalau begitu.... waktu saya sudah habis. Saya harus pergi sekarang!” ucap Bok Nyeo hanya mendengarkan keluh kesah Sang Chul tanpa memberikan saran ataupun pendapat.
Bok Nyeo menyimpan ikat rambutnya. Ia akan melepas celemeknya tapi Sang Chul menghampirinya, ia heran dengan sikap Bok Nyeo.

Sang Chul : “Kau yang menyebabkan semua ini dan sekarang kau bertingkah seperti kau tak peduli karena kau bukan keluarga kami. Sikap macam apa itu? ‘saya minta maaf karena menyebabkan ini’ bukankah kau seharusnya meminta maaf? Bahkan meskipun kau melakukan semua yang diperintahkan padamu, kau melakukan sesuatu yang orang lain tak akan pernah melakukannya. Apa kau tak memiliki perasaan?” 

“Tidak.” jawab Bok Nyeo. “Aku membuangnya di suatu tempat.”

Sang Chul terdiam. Bok Nyeo pun pulang.
Di rumah kakek, anak-anak bersantai menonton TV. Na Young menyuguhkan makanan untuk mereka. Ia menyenggol Han Gyul karena ingin bicara. Keduanya pun bicara menjauh dari ketiga adik Han Gyul.
Na Young ingin Han Gyul bicara jujur padanya, “Kau bertengkar dengan ayahmu, kan?” Han Gyul berkata bukankah sudah ia bilang airnya meluap karena pipa air di rumahnya bocor. Na Young mengatakan kalau ia mengirim sms pada ayah Han Gyul tapi tak dibalas. “Kau bertengkar dengannya kan? Katakan saja, jadi tante bisa menyelesaikannya.” Han Gyul meminta tantenya ini tak melakukan apapun karena apa yang tantenya lakukan hanya akan membuat semuanya menjadi lebih buruk.
Kakek sampai di rumah, ia heran melihat begitu banyak sepatu di depan. Ia bisa menebak sepatu-sepatu siapa saja itu dan tebakannya benar cucu-cucunya ada di rumahnya. Anak-anak langsung memberi hormat pada kakek mereka.
Si bungsu Hye Gyul langsung berhambur ke kakek, “Kakek....” seru Hye Gyul memeluk kaki kakek hingga membuat kakek hampir terjengkang hahaha.
Keesokan harinya, Bok Nyeo sudah berada di kediaman Sang Chul memasak menyiapkan sarapan. Sang Chul yang dari semalam tidur di sofa terbangun karena mendengar suara Bok Nyeo yang sedang memotong sayuran.
Tiba-tiba matanya teralihkan ke TV yang menayangkan sebuah berita. (siapa yang nyalain TV nya ya?) 
“Pembantu rumah tangga dari keluarga Kim yang tinggal di Itaewon pergi dengan putri mereka yang berusia 7 tahun dan menghilang. Polisi sedang menyelidiki kasus ini dan anak itu masih belum ditemukan.”

Terlihat di berita bahwa pembantu tersebut menggandeng seorang anak perempuan. Jika dilihat dari pakaiannya, itu mirip Bok Nyeo, ciri khas jaket dan topinya.
Bok Nyeo mengingatkan kalau Sang Chul harus bersiap-siap berangkat ke kantor. Sang Chul heran melihat Bok Nyeo yang mengingatkan dirinya tentang kegiatannya. Ia mengira Bok Nyeo akan benar-benar tak peduli dengan yang terjadi kemarin.

Bok Nyeo bertanya bisakah ia membersihkan sisa-sisa miniatur yang hancur. Sang Chul memperhatikan itu sejenak, ia mengingat kemarahan Doo Gyul semalam. Ia pun mempersilakan Bok Nyeo untuk membersihkannya. Bok Nyeo dengan cekatan membersihkan semuanya.
Sang Chul masuk ke kamar putra dan putrinya. Ia menatap setiap sudut ruangan disana. Sang Chul menutup pintu kamar Han Gyul, ketika ia berbalik Bok Nyeo sudah ada di belakangnya.
Sang Chul jelas saja terkejut Bok Nyeo tiba-tiba berada di belakangnya. Bok Nyeo memberitahu kalau tante Na Young menelepon.
Na Young : “Kakak ipar, mereka mengatakan karena airnya bocor tapi aku tak mempercayainya. Kalau ada masalah katakan padaku. Panggilanku ‘kemah penyembuhan’”
Sang Chul bilang tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja kok. Sang Chul mendengar suara air yang mendidih. Ia menoleh melihat Bok Nyeo yang sedang menyiapkan sarapan. Tanpa sengaja ia melihat foto mendiang istrinya. Sang Chul pun memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya pada Na Young.

Sang Chul : “Dia tidak meninggal karena kecelakaan, dia bunuh diri.”
Na Young terkejut tak mengerti.

Sang Chul : “Saat seluruh keluarga tinggal di Filipina, aku bertemu wanita lain. Aku rasa dia memutuskan bunuh diri setelah mengetahui hal itu.”

Sang Chul minta maaf. Na Young masih tak mengerti apa yang kakak iparnya sampaikan. Sekali lagi Sang Chul minta maaf.
Tepat saat itu kakek muncul di sebelah Na Young, “Apa yang si brengsek itu katakan. Apa dia tak bisa memperbaiki pipa air? Apa yang bisa dia lakukan?”

Na Young segera menutup teleponnya. Ia terdiam dan berusaha mencerna apa yang Sang Chul katakan tadi. Kakek heran melihat Na Young diam saja. Na Young tersentak kaget dari lamunannya karena kakek memanggilnya, ia berbohong mengatakan kalau kakak iparnya akan segera memperbaiki pipa air yang bocor.
Kakek melihat anak-anak lagi sarapan, “Dia seperti si brengsek yang tak bisa mengurus anak-anaknya sendiri dan membiarkan mereka merangkak sendiri dan berjuang sendiri.”
Na Young mendekat ke anak-anak, ia bertanya dengan suara pelan supaya kakek tak mendengar. Apa semuanya benar? Na Young bertanya dengan wajah cemas. Anak-anak menunduk diam yang menandakan kalau itu semua benar. Ia benar-benar tak menyangka dan tak bisa mempercayainya, bagaimana dia bisa melakukan itu?

Kakek curiga karena Na Young bicara berbisik. Ia ingin tahu apa yang Na Young bicarakan dengan anak-anak. Mereka diam saja.
Han Gyul dan ketiga adiknya berada di tepi sungai tempat ibu mereka meninggal. Se Gyul menanyakan apa mereka berempat akan terus tinggal di rumah kakek. Ia meninggalkan buku-buku sekolahnya di rumah. Han Gyul berkata kalau mereka tak bisa pulang ke rumah itu. Hye Gyul merengek kalau ia ingin pulang, ia merindukan ayahnya. Han Gyul berkata pada adiknya kalau mereka tak akan pernah bertemu pria itu lagi. 
Hye Gyul sedih, “Benarkah? apa kita tak akan pernah melihat ayah lagi?”
Doo Gyul : “Bukan hanya itu aku bahkan tak akan memanggilnya ayah lagi.”
Se Gyul berkata kalau ia sedikit menyalahkan ibu yang telah tiada. Doo Gyul terkejut dengan pemikiran adiknya, kenapa begitu.

Se Gyul : “Bagaimana bisa ibu meninggalkan kita begitu saja? Aku mengerti dia, tapi seorang ibu tidak seharusnya melakukan itu karena dia seorang ibu.”
Han Gyul : “Bukankah dia seorang wanita juga? bahkan aku ikut merasakan pengkhianatan ayah. Itu pasti sangat sulit bagi ibu.”

Se Gyul : “Tapi bukan hanya ayah, orang yang berselingkuh dari pasangannya. Kalau setiap ibu bunuh diri karena hal itu.....”
Doo Gyul kesal dengan ucapan Se Gyul, “Kau ini benar-benar bukan anaknya ibu ya. Aku benar-benar takut kalau ibu akan mendengar yang kau katakan sekarang.”

Se Gyul : “Yang kukatakan, meskipun ini kesalahan ayah, bukan berarti dia yang membunuh ibu. Aku hanya ingin mengatakan kita harus mendahulukan kenyataan daripada perasaan. Apa yang akan kau lakukan dengan biaya hidup dan biaya kuliah kita? Aku khawatir mengenai sekolahku. Ayah harus datang ke sekolah untuk pertemuan.”

Doo Gyul meninggikan suara, “Berhenti bicara tentang sekolahmu. Apa itu penting sekarang?”

Se Gyul membalas dengan suara yang tak kalah tinggi kalau sekolahnya itu penting baginya. Doo Gyul menilai kalau Se Gyul hanya mementingkan diri sendiri, kau sangat egois.

Se Gyul : “Lalu apa aku harus menyerah dengan semuanya? apa Hyung pikir ibu ingin aku melakukan itu?” 

Han Gyul melerai pertengkaran kedua adiknya. Ia meengatakan kalau mereka tidak kembali ke rumah hanya sementara saja. Ia akan meminta bantuan pada Tante Na Young untuk membawakan buku dan pakaian mereka.
Hye Gyul bertanya bagaimana dengan TK nya. Han Gyul berkata kalau ia yang akan mengantar Hye Gyul ke TK. Hye Gyul bertanya lagi, kalau begitu bukankah Bok Nyeo akan menjemputnya. Han Gyul bilang tidak, sekarang Bok Nyeo tak memiliki hubungan apapun dengan mereka. Hye Gyul menunduk ia pun akan pulang dari TK sendiri. Han Gyul melarang, bagaimana kalau nanti Hye Gyul diculik.

“Apa itu diculik?” tanya Hye Gyul.
Se Gyul : “Membawa anak kecil yang mental dan tubuhnya lemah, itu adalah tindakan kriminal yang serius.” 

Hye Gyul tak mengerti apa yang Se Gyul jelaskan.
Doo Gyul ikut menjelaskan, “Itu artinya seseorang membawamu pergi dan menyembunyikanmu disuatu tempat dan dia akan menelepon kemudian berkata ‘jika kau menginginkan Hye Gyul kembali, berikan aku uang.’ Itu artinya. Tapi apa kita punya uang? Tidak kan, kita tak punya uang. Lalu kami akan khawatir atau tidak? kami akan gila karena mengkhawatirkanmu.”

Hye Gyul mengerti apa itu diculik. Mereka pun segera berangkat sekolah.
Sang Chul sarapan sendirian. Ia sarapan masakan yang menjadi kesukaannya dan itu yang anak-anak tak suka. Ia sudah lama tak mencium aroma masakan ini. Ia melihat tempat duduk di depannya kosong. “Bukankah aku seharusnya membawa anak-anak kembali sekarang?”
Sang Chul merasa lega karena ia tak harus berpura-pura menjadi ayah yang baik. Sang Chul kembali curhat pada Bok Nyeo, “Dalam cerita penebang kayu yang menyimpan sayap seorang peri dan tidak memberitahu sampai dia memiliki anak, Sun Young adalah peri dan aku adalah penebang pohon. Ketika setiap ayah memilikinya, aku malah tidak memiliki kasih sayang untuk anak-anakku, untukku...”
Bok Nyeo menyela, “kalau begitu...” ia melihat jam tangannya. “Jika anda tak bergegas anda akan terlambat bekerja.”
Sang Chul benar-benar tak habis pikir Bok Nyeo sama sekali tak peduli dengan masalah keluarganya. Kenapa Bok Nyeo tak pernah mengatakan pendapat apapun. “Walaupun kau mengatakan tak berhak ikut campur bukankah kau juga seorang manusia. Sikapmu yang melakukan semua yang diperintahkan yang menyebabkan ini semua ini. Apa kau datang ke rumah kami dengan tujuan merusak keluarga kami?”

Bok Nyeo menoleh menatap Sang Chul, “Jam berapa anda pulang malam ini? Apa yang anda inginkan untuk makan malam?”

Sang Chul benar-benar kesal, “Terserah kau.” Sang Chul kemudian menyadari sesuatu, “Karena anak-anak tak ada disini. Bagaimanapun juga, sekarang aku tak memerlukan pembantu yang mencurigakan sepertimu lagi. Ini perintah, keluarlah sekarang!”

Bok Nyeo mengerti, ia tak masalah dirinya dipecat.
Di luar rumah, Bok Nyeo menyarahkan kunci rumah yang ia pegang dan sisa uang belanja yang masih ada padanya dan nota juga belanja pagi ini. Sebelum Bok Nyeo pergi, ia mengucapkan terima kasih karena bisa bekerja di kediaman Sang Chul walaupun itu hanya dalam waktu singkat. Bok Nyeo pun pergi dari rumah itu.
Di depan rumah ada ibu Eo Jin yang menatap curiga kepergian Bok Nyeo. Ia bertanya-tanya kenapa masih pagi tapi Bok Nyeo sudah pergi dengan jaket dan tas lengkap.
Ibu Eo Jin menceritakan apa yang ia lihat ke suaminya, ia merasa ini aneh. “Kenapa dia pergi pada jam segini? Apa dia dipecat?”
Ayah Eo Jin yang tengah memperbaiki teropong menilai itu bukan hal yang baik. Istrinya heran kenapa tak baik kalau pembantu dipecat. Ayah Eo Jin ikutan heran kapan ia mengatakan itu, ia meralat maksudnya ia tak baik kalau membeli teropong ini.

Ibu Eo Jin : “Bukankah kau membeli itu untuk mengintip seseorang?”

Ayah Eo Jin berkata kalau akhir-akhir ini ia sangat teratarik pada bintang. Wakakaka alasan doank tuh.
Hye Gyul duduk di ayunan seorang diri menunggu siapa yang akan menjemputnya. Ia iri melihat teman-temnnya dijemput oleh ibu-ibu mereka.
Se Gyul datang menjemputnya. Hye Gyul berkata kalau ia ingin pulang ke rumahnya bukan ke rumah kakek. Se Gyul bilang ia tak bisa pulang ke rumah karena Han Gyul dan Doo Gyul melarang. Hye Gyul ingin menemui Bok Nyeo, ia mengajak Se Gyul ikut dengannya. 
Keduanya bertemu dengan ibu Eo Jin dan Eo Jin. Ibu Eo Jin bertanya apa kedua anak ini kabur dari rumah. Hye Gyul dengan polosnya membenarkan, ia mengatakan kalau ayahnya dan Han Gyul sedang bertengkar karena ayah selingkuh. Se Gyul menyenggol adiknya untuk tak mengatakan hal itu pada orang lain.

Ibu Eo Jin tertarik ingin tahu lebih banyak. Se Gyul menegaskan bukan itu yang terjadi. Ibu Eo Jin berkata kalau anak-anak ini memiliki masalah, mereka bisa menceritakan itu padanya. Ia merasa kasihan pada Hye Gyul bersaudara karena tak ada yang mengurus. Hye Gyul berkata kalau mereka akan segera menemui Bok Nyeo. Ibu Eo Jin mengatakan kalau Bok Nyeo sepertinya sudah berhenti bekerja. Kedua anak ini terkejut. 
Hye Gyul dan Se Gyul menemui Ny Hong di Happy Company untuk mencari keberadaan Bok Nyeo. Ny Hong tak bisa memberitahu dimana Bok Nyeo. Tapi Ny Hong seperti membuat teka-teki untuk anak ini agar mencari sendiri dimana Bok Nyeo. ”Menurut kalian dimana tempat yang dia datangi sekarang?”

“Apa disana?” tebak Hye Gyul.
Bok Nyeo ada di taman bermain duduk menatap diam makanan seperti waktu itu. Hye Gyul dan Se Gyul sampai di tempat itu. Bok Nyeo heran dengan kedua anak ini, bagaimana keduanya bisa mengetahui dimana dirinya. “Apa yang kalian lakukan disini?”
Se Gyul berbohong mengatakan kalau ia dan Hye Gyul datang ke tempat ini untuk bermain dan kebetulan keduanya melihat Bok Nyeo ada disini. “Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?” Bok Nyeo tak menjawab.

“Bok Nyeo-nim, apa kau menunggu seseorang?” tanya Hye Gyul.

Bok Nyeo menjawab tidak.

“Lalu kenapa kau memesan makanan keluarga?” tanya Se Gyul. “Kau bahkan tak memakannya.”

Bok Nyeo : “Itu karena.... saya hanya ingin melakukan ini.”

Keduanya kecewa Bok Nyeo tak mengatakan yang sebenarnya.
Bok Nyeo akan pergi tapi Hye Gyul mengatakan kalau ia mempunyai permintaan pada Bok Nyeo. Ia memohon Bok Nyeo membantu mendamaikan pertengkaran antara ayahnya, Doo Gyul-Oppa dan Han Gyul-Eonni. Ia ingin tinggal dengan semua keluarganya di rumah. Bok Nyeo minta maaf tak bisa melakukan itu. Se Gyul tanya kenapa. Bok Nyeo mengatakan kalau ia tak ada hubungan dengan Se Gyul ataupun Hye Gyul.

“Bisakah kau bekerja untuk kami lagi? aku akan membayarmu!” ucap Hye Gyul.

Hye Gyul mengeluarkan harta yang dimilikinya kotak yang bersisi batu keluarga disana ada uang saku miliknya. Se Gyul juga mengeluarkan uang saku yang ia miliki. Se Gyul menanyakan berapa bayaran yang harus ia dan adiknya bayar.

Bok Nyeo : “15rb won perjam ditambah 10% komisi untuk Happy Company.”

“Jadi 16.500 won perjam.” ucap Se Gyul kemudian menunduk karena ia tak punya uang sebanyak itu.

Bok Nyeo pun pergi. Kedua saudara ini hanya bisa terdiam sedih menatap kepergian Bok Nyeo.
Sang Chul berada di toilet kantor membasuh tangan sambil menatap wajahnya di cermin. Ketika akan pergi dari sana ia berpapasan dengan bawahannya, Lee Dong Shik.
Dong Shik kecewa dengan apa yang Sang Chul lakukan. “Manajer, anda tahu kalau saya memiliki perasaan pada Yoon Song Hwa. Bagaimana bisa anda tidak memberitahu saya tentang itu? Meskipun orang lain melakukan hal-hal yang menjijikan, saya tak pernah berfikir kalau anda akan melakukan itu.” Sang Chul minta maaf karena sudah mengecewakan Dong Shik.

Dong Shik menyampaikan kalau ada rumor buruk diantara para karyawan wanita tentang skandal Sang Chul dengan Song Hwa. Ia berharap Sang Chul segera menyelesaikan masalah itu.
Direktur rapat dengan beberapa bawahannya. Disana ada Manajer Choi juga. Salah satu dari mereka mengatakan kalau masalah ini bisa menjadi masalah serius. Direktur meminta mereka segera melakukan sesuatu sebelum perusahaan lain mengetahui masalah ini dan menurunkan reputasi perusahaan.
Manajer Choi mengatakan kalau ia sudah mengurus bagian departemen jadi tak akan ada masalah. Tapi lebih penting lagi, kita harus mendengarnya langsung dari orang yang terlibat. Direktur setuju.

Manajer Choi mengangguk pada bawahannya. Bawahannya mengerti dan membuka pintu ruangan, masuklah Yoon Song Hwa.
Manajer Choi : “Yoon Song Hwa, jelaskan apa ini semua benar atau hanya fitnah?”
Mereka menunggu jawaban Song Hwa. Apa yang akan Song Hwa katakan? Apa ia akan melempar kesalahan hanya pada Sang Chul untuk menyelamatkan pekerjaaannya?

Bersambung di part 2

Komentar :

Setuju dengan apa yang dikatakan oleh Se Gyul, dalam keadaan apapun seharusnya ibu mereka tak mengambil jalan pintas bunuh diri. Bukankah Sun Young masih memiliki 4 anak yang harus benar-benar ia pikirkan. Jangan hanya terdorong oleh perasaan kecewa, kita menjadi hilang akal.

5 comments:

  1. huwaaaaa,,,,, lama gag berkunjung, ^^
    mb anis ,,,, fighting ^^

    ReplyDelete
  2. Setuju komentar mba anis, aku sampe nangis2 liat episode ini kasian banget anak2 itu mereka pikir setelah ibunya meninngal mereka ℳɑ̤̈̊šȋ̝̊̅н̲̣̣ dapat kasih sayang ayahnya ternyata ayahnya sendiri ƍäª sadar arti kasih sayang ke anak. Kereeeeen bangeeeEet dech
    Lia (bandung)

    ReplyDelete
  3. thx mb anis...yg jadi sonh hwa yg maen d personal taste y yg ngejar2 min ho oppa

    ReplyDelete
  4. yap betul nis..jd ibu itu hrs kuat

    ReplyDelete
  5. Asyik ada sinopsis ini....i like it..seru...!fighting eonni......:)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.