Saturday 19 October 2013

Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 5 Part 1

Doo Gyul terkejut membaca surat kaleng tanpa nama pengirim yang ia ambil dari kotak surat di depan rumahnya. Bola basket yang ada di tangannya pun terlepas dari tangannya.

Pembantumu seorang pembunuh
Doo Gyul merasa di belakangnya ada orang. Perlahan ia berbalik dan benar saja Bok Nyeo sudah berdiri tepat di belakangnya. Doo Gyul terkajut campur takut. Bok Nyeo bilang kalau ia akan mengurus suratnya. Doo Gyul terbata-bata mengatakan kalau surat itu ditujukan untuknya. Bok Nyeo pun pamit akan pulang sekarang. 
Pintu pagar yang Bok Nyeo buka mengenai Doo Gyul. Kaki Doo Gyul yang lemas karena terkejut tiba-tiba tak bisa menopang tubuhnya. Sekali saja pintu pagar itu menyentuh kakinya, ia jatuh terduduk.
Bok Nyeo yang melihat Doo Gyul jatuh terduduk menanyakan apa Doo Gyul baik-baik saja. Doo Gyul yang ketakutan terbata-bata menyuruh sambil memohon Bok Nyeo lebih baik segera pulang.

Doo Gyul berusaha berdiri dengan menggapai pagar rumahnya. Ia segera masuk ke rumahnya.
Han Gyul masih bersama Soo Hyuk di tempat latihan band. Ia memperhatikan dengan seksama Soo Hyuk yang memainkan gitar. Ia tampak menikmati permainan gitar Soo Hyuk.
Doo Gyul mengirim sms padanya, ‘Kenapa kau tak menjawab teleponku? Dimana kau sekarang? ini darurat, cepatlah pulang!’

Han Gyul membalas sms adiknya, ‘ada apa lagi?’

‘Cepat pulang’

‘Aku sibuk sekarang’

‘Bok Nyeo ahjumma seorang pembunuh’

Mata Han Gyul membesar membaca sms terakhir Doo Gyul.
Doo Gyul menunjukan surat kaleng yang ia temukan pada Han Gyul. “Aku sudah bilang sejak awal kalau dia itu mencurigakan. Kita harus memecatnya sekarang.” Han Gyul bertanya apa Doo Gyul melihat siapa yang meletakan surat itu di kotak surat.

Doo Gyul menggeleng, “Tidak. Kenapa?” Han Gyul melihat kalau surat itu tanpa cap dan tanpa alamat pengirim. Ia merasa kalau surat ini pasti cuma orang yang lagi iseng saja. Apa mungkin jangan-jangan Doo Gyul sendiri yang melakukannya. Han Gyul menuduh adiknya yang melakukan itu.
Doo Gyul menatap foto mendiang ibunya sejenak, ia kemudian menepuk dadanya, “Aku bersumpah di depan foto ibu, aku tak melakukanya.” Doo Gyul merasa kalau surat itu sebuah peringatan. Seseorang pasti sedang memperingatkan keluarganya kalau wanita itu (Bok Nyeo) berbahaya.
Se Gyul keluar dari kamar mengatakan kalau sepertinya ia tahu siapa yang melakukan itu. “Ada anak nakal di kelasku yang bernama Jung Tae. Dia mungkin yang melakukannya.” Doo Gyul tak mengerti apa yang Se Gyul bicarakan.

Se Gyul akhirnya bicara jujur kalau Bok Nyeo hampir membunuh anak yang bernama Jung Tae. “Dia sering menggangguku jadi aku menyuruh Bok Nyeo-nim untuk membunuhnya. Jadi Jung Tae mungkin dendam dan melakukan itu.”
Kedua kakak Se Gyul tentu saja kaget, “Hei kau seharusnya memberitahuku.” Ucap Doo Gyul. Se Gyul melihat kalau kakak-kakaknya sudah memiliki banyak masalah jadi ia tak ingin membuat kedua kakaknya khawatir. Han Gyul memperingatkan kalau terjadi lagi, sebaiknya Se Gyul mengatakan itu padanya.
Di rumah tetangga sebelah, Ibu Eo Jin bertanya-tanya, “apa dia penguntit?” Suaminya tanya siapa yang istrinya maksud. Ibu Eo Jin berkata kalau ada seorang pria mencurigakan berkeliaran di rumah sebelah. Aku merasa itu pasti karena pembantu mereka.

Ayah Eo Jin : “Apa lagi trik yang kau pakai untuk mengeluarkan dia kali ini?”

Ibu Eo Jin : “Apa yang kau bicarakan?”

Ayah Eo Jin : “Kau mengeluarkan beberapa pembantu dari kota ini tanpa alasan. Pencurian, korupsi moral, identitas palsu.”

Ibu Eo Jin : “Itu karena mereka semua mencurigakan.”

Ayah Eo Jin : “itu karena mereka semua cantik.”

Ibu Eo Jin kesal dan melempar bantal ke arah suaminya. Ia kembali melihat ke luar dengan teropong milik suaminya. Doo Gyul dan Se Gyul berada di kamar.
Doo Gyul tak bisa tenang dengan surat kaleng yang ada di tangannya. Ia mengingat kejadian ketika Hye Gyul dan Bok Nyeo masuk ke tengah sungai. Ia juga mengingat kejadian ketika Hye Gyul diculik oleh Bok Nyeo (penculikan rekayasa Hye Gyul kok). Ditambah lagi keterangan dari Se Gyul kalau Bok Nyeo mau melakukan pembunuhan terhadap teman Se Gyul. Doo Gyul benar-benar tak tenang, ia segera bergegas keluar.
Doo Gyul menuju kantor polisi terdekat. Ia menunjukan surat kaleng itu pada polisi. Polisi menanyakan siapa orang yang dimaksud di surat kaleng itu. Doo Gyul mengatakan kalau nama wanita itu adalah Park Bok Nyeo. Polisi menanyakan alamatnya, Doo Gyul tak tahu dimana Bok Nyeo tinggal. Nomor telepon, nomor identitas, Doo Gyul sama sekali tak tahu.

Polisi heran apa Doo Gyul yakin datang ke kantor polisi untuk melaporkan seseorang. Kepolisian harus tahu informasi detail untuk menyelidiki dan menangkap. Ia menyarankan lebih baik Doo Gyul kembali lagi ke kantor polisi bersama orang tua Doo Gyul. Doo Gyul menarik nafas kesal.
Sang Chul bersembunyi memperhatikan Manajer Choi yang mengantar Song Hwa. Ia melihat kalau hubungan kedua orang itu semakin dekat. Song Hwa bahkan mengajak Manajer Choi mampir ke rumahnya. 
Song Hwa melihat ke luar rumah. Ia sepertinya tahu kalau Sang Chul ada di luar rumahnya. Ia sengaja mengajak Manajer Choi mampir ke rumahnya.
Sang Chul berjalan seorang diri di jalanan malam. Ia kembali membuka kotak cincinnya. Ia mengingat kenangannya bersama Song Hwa dulu, kenangan kedekatannya dengan Song Hwa. 

Flasback
Ketika itu Song Hwa berdiri kehujanan menunggu kedatangan Sang Chul. Song Hwa relan dirinya basah kuyup sementara jaketnya ia gunakan untuk melindungi miniatur rancangan proyeknya bersama Sang Chul. 

Sang Chul yang datang membawa payung cemas apa Song Hwa menunggunya sejak tadi. Bukankah seharusnya Song Hwa meneleponnya. Song Hwa berkata kalau Sang Chul sedang rapat, ia tak ingin mengganggu. Sang Chul melihat miniatur rancangannya baik-baik saja, tak rusak. Ia heran apa ini penting hingga Song Hwa kedinginan di tengah hujan seperti ini. Song Hwa berkata kalau Sang Chul membuat rancangan ini sampai larut malam, ia tak ingin merusaknya.
Sang Chul pun memberikan jaketnya pada Song Hwa. Ia juga mengantar Song Hwa pulang. Sebelum masuk ke rumahnya Song Hwa teringat sesuatu, “Selamat ulang tahun!” ucapnya penuh senyuman. Sang Chul tersenyum berterima kasih.

Song Hwa menawarkan apa Sang Chul mau makan sup rumput laut. Song Hwa pun mengajak Sang Chul mampir ke rumahnya.

FlashBack End
Hujan pun turun Sang Chul tetap berdiri di tengah jalan dengan guyuran hujan yang semakin lama semakin lebat.
Manajer Choi masih di rumah Song Hwa. Song Hwa berkata kalau Manajer Choi bisa pulang sekarang karena Sang Chul sudah pergi. Manajer Choi berkata kalau ia sudah memerankan pria jahat untuk Song Hwa. “Apa kau akan membiarkan aku pergi begitu saja? Jangan gugup. Aku hanya ingin secangkir teh.”
Song Hwa pun menyuguhkan teh untuk Manajer Choi. Manajer Choi minta ijin bisakah ia menanyakan sesuatu. “Apa yang kau suka dari Eun Sang Chul?”

Song Hwa : “Cinta pertama...”

Manajer Choi terkejut, “Di usiamu, apa Eun Sang Chul cinta pertamamu?”

Song Hwa : “Bukan. Aku merasa kalau aku adalah cinta pertamanya.”
Keesokan harinya di hotel tempat Sang Chul menginap, ia agak batuk-batuk. Sepertinya karena hujan semalam. Alarm ponselnya bunyi, jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Ia terbangun. Matanya kemudian menatap kotak cincin yang ada di meja.
Di rumah keluarga Eun. Suasana dalam rumah masih terlihat remang-remang. Doo Gyul perlahan mengendap-endap keluar kamarnya. Tak lama kemudian masuklah Bok Nyeo membawa dirigen berisi bensin.
Bok Nyeo menyiram lantai rumah menggunakan bensin. Doo Gyul yang berada disana terkejut dengan tindakan Bok Nyeo. Bok Nyeo menoleh ke belakang dan melihat ada Doo Gyul. Tapi Bok Nyeo bukan melihat ke arah Doo Gyul melainkan foto-foto keluarga. Ia menyiram bensin ke foto-foto itu. Bok Nyeo mulai menyalakan korek apinya.

“Apa yang kau lakukan?” bentak Doo Gyul. “Apa kau mencoba membakar kami semua sampai mati?” Bok Nyeo menoleh menatap Doo Gyul, “Anda benar.” Bok Nyeo menjatuhkan korek yang menyala itu ke lantai. 
Tapi kejadian itu hanya mimpi buruknya Doo Gyul. Ia terbangun dari mimpi buruknya. Belum sempat Doo Gyul mengatur nafas akibat mimpi buruk, ia kembali dikejutkan dengan sosok Bok Nyeo yang sudah ada di depannya.
Bok Nyeo mengingatkan kalau Doo Gyul terlambat ke sekolah maka Doo Gyul akan mendapatkan potongan 15 poin dan kalau itu terjadi maka Doo Gyul harus membawa ayah Doo Gyul ke sekolah. Doo Gyul pun bergegas bersiap-siap.
Doo Gyul yang sudah mengenakan seragam mengamati Bok Nyeo yang tengah memotong sayuran untuk menyiapkan sarapan. Doo Gyul membuka lemari es perlahan untuk mengambil susu. Ia masih mencurigai pembantu rumah tangganya akibat surat kaleng itu.
Doo Gyul perlahan minum susu langsung dari kotaknya. Tiba-tiba ia terkejut karena tak mendengar suara Bok Nyeo tengah memotong sayuran. Tubuhnya menegang, ia tahu Bok Nyeo mendekat dan berdiri di belakangnya. Ia mulai takut.
Perlahan Doo Gyul membalikan badannya dan sosok Bok Nyeo pun sudah ada disana mengacungkan gelas yang berisi susu. Doo Gyul meminum susu itu. (Bok Nyeo cuma ingin Doo Gyul minum susu dari gelas hehe) 
Bok Nyeo meminta Doo Gyul melepaskan celana panjang yang Doo Gyul kenakan. Sontak apa yang Bok Nyeo ucapkan membuat Doo Gyul tersedak karena terkejut. Bok Nyeo memberi tahu kalau kancing celana panjang Do Gyul mau lepas. Doo Gyul melihat celananya dan benar, kancing celananya hampir copot hahaha.
Anak-anak pun sarapan, Doo Gyul bicara pelan pada Se Gyul, ia meminta adiknya segera mencari tahu tentang Jung Tae atau siapapun yang hampir terbunuh oleh Bok Nyeo. Se Gyul mengerti ia akan melakukannya.
Hye Gyul yang melihat oppa-oppanya bicara pelan jadi ingin tahu, “Ada apa? aku mau ikut donk.” Han Gyul berkata kalau kedua Oppa Hye Gyul itu hanya akan bermain-main. Hye Gyul sebal karena kakak-kakaknya tak ada yang mengatakan apa itu. “Huh apapun itu aku akan segera tahu apa itu. Bok Nyeo-nim tolong tunjukan pada kami yang kau lakukan kemarin.”
Bok Nyeo mengeluarkan boneka jari dan memainkan peran seperti yang diobrolkan Doo Gyul dan Se Gyul tadi.

Kau harus mencari tahu.

Mencari tahu apa?

Tentang Jung Tae atau siapapun yang hampir terbunuh olehnya.

Ya aku mengerti.

Doo Gyul dan Se Gyul menganga terkejut Bok Nyeo mendengar semua apa yang mereka perbincangkan. Hye Gyul terkesan Bok Nyeo bisa mendengar dari jauh ucapan kakak-kakaknya. Doo Gyul geleng-geleng tak menyangka.
Bel rumah berbunyi, Hye Gyul membukakan pintu. Yang datang ibunya Eo Jin. Bok Nyeo menanyakan keperluan ibu Eo Jin pagi-pagi datang. Ibu Eo Jin mengatakan kalau banyak keluhan untuk pembangunan di luar sana. Jadi warga di kompleks ini berusaha untuk menandatangani petisi untuk itu. Tapi mereka tidak bisa melakukannya karena keluarga ini. “Aku harus bertemu ayahmu hari ini. Tolong suruh ayahmu keluar jadi aku bisa membicarakan tentang ini.” Anak-anak bingung mengatakan bagaimana keberadaan ayah mereka.
Bok Nyeo tanpa ragu mengatakan kalau ayah mereka meninggalkan rumah. Ibu Eo Jin yang baru tahu terkejut campur penasaran, “Dia meninggalkan rumah?”

Bok Nyeo pun mulai menjelaskan kronologi kejadiannya, “Beberapa hari yang lalu anak-anak bertanya apa dia benar-benar menyayangi mereka. Tapi kata ayah mereka ‘maaf’ dan membuat anak-anak marah. Karena itu anak-anak menyuruhnya untuk meninggalkan rumah ini dan sejak saat itu dia belum kembali ke rumah.”

Anak-anak tak habis pikir kalau Bok Nyeo akan menjelaskan secara gamblang seperti itu pada ibunya Eo Jin yang suka ngegosip.

Ibu Eo Jin : “Jadi kalian tinggal disini sendirian tanpa orang tua?”

Han Gyul bilang itu tidak apa-apa, karena sekarang mereka memiliki Bok Nyeo. Ibu Eo Jin meninggikan suaranya, “Apa kau bercanda? Bagaimana jika kalian membuat kebakaran lagi?” Doo Gyul mulai kesal, “Jangan khawatir. Kami tak akan membakar rumah anda.”

Ibu Eo Jin juga ikut kesal, “Bagaimana bisa aku tak khawatir? Kalian tinggal di rumah tanpa orang dewasa dan kalian hanya punya seorang pembantu. Ah ya ampun, kenapa keluarga seperti ini tinggal di sebelah rumahku?” Ibu Eo Jin pun pergi dengan kekesalannya.

Se Gyul merasa kalau ini keadaan yang gawat, bagaimana kalau ibu Eo Jin menyebarkan gosip aneh tentang keluarga mereka. Doo Gyul juga sudah dibuat kesal oleh ahjumma yang satu itu. Han Gyul mengajak adik-adiknya segera berangkat sekolah, kalau tidak mereka bisa terlambat.
Doo Gyul tak segera keluar. Ia menatap Bok Nyeo penuh kekesalan karena bicara tanpa berpikir panjang mengenai apa yang sebenarnya terjadi. “Apa kau pernah berfikir? Bagaimana kau bisa menceritakan tentang ayah seperti itu? Suaminya itu penyiar berita dan dia tukang gosip di kompleks ini. Ahjumma itu akan memberitahu semua orang tentang hal itu. Kau pergi bunuh dia!” perintah Doo Gyul.

“Saya mengerti!” Bok Nyeo bersiap akan keluar untuk melaksanakan perintah Doo Gyul.
“Ah tidak, tidak, jangan!” cegah Doo Gyul menahan Bok Nyeo dan tanpa ia sadari tangannya mendarat tepat di dada Bok Nyeo (hahaha) Doo Gyul yang menyadari hal itu segera menyingkirkan tangannya. Ia jadi salah tingkah. Ia minta maaf. Bok Nyeo sendiri, dia tetap diam saja hahaha.

Doo Gyul heran dengan sikap Bok Nyeo yang tetap diam saja tak marah dan siap melakukan apapun yang disuruh. “Kau benar-benar mencurigakan. Siapa yang akan membunuh seseorang hanya karena disuruh? Kau itu bukan robot. Aku tahu semua yang disuruhkan padamu itu harus dilakukan tapi perintah ini tidaklah benar!”

Bok Nyeo berbalik masuk ke dalam untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Ibu-ibu ngumpul di rumah ibunya Eo Jin. Mereka nge-gosipin keluarga Eun. “Belum lama ini ibu mereka meninggal dan sekarang ayah mereka pergi dari rumah.” sahut mereka.

Ibu Eo Jin : “Karena tak ada orang dewasa di rumahnya, tak seorang pun akan tahu jika sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Ini sifat manusia yang ingin membantu mereka ketika aku melihat mereka dalam masalah. Eh eh kalau kalian mendengar apa saja tentang pembantu mereka, kalian harus memberitahuku lho ya.” (huekkk caper doank ini mah sok bersikap peduli)
Seperti menjadi kebiasaan, Bok Nyeo masuk ke toko daging Paman Shin tepat jam setengah lima sore. Paman Shin sudah menunggu kedatangan Bok Nyeo (nih ahjussi ga kapok2 ya, udah dipukulin sama istri masih aja keganjenan hahaha)

Hye Gyul menyapa ramah Paman Shin, Seperti biasa yang ia dan Bok Nyeo beli adalah daging sapi seberat 350 gram. “Benar kan Bok Nyeo-nim?”

“Oh jadi namanya Bok Nyeo.” Paman Shin kesenangan malu-malu setelah tahu nama Bok Nyeo. Ia pun menimbang daging seberat yang pelanggannya inginkan. Setelah Bok Nyeo membayar dan akan pergi Paman Shin menahannya.
Paman Shin memberikan sesuatu pada Bok Nyeo. Tapi Bok Nyeo menolak. Paman Shin mengatakan kalau yang ia berikan ini bukan daging. “Aku dengar kau tinggal sendirian. Saat aku memikirkannya, aku rasa kau memerlukan ini.”
Paman Shin mengeluarkan semprotan dari dalam kresek yang ia siapkan. “Apa ini ahjussi?” tanya Hye Gyul mengambil semprotan itu dari tangan Paman Shin.

Paman Shin : “Oh itu... jika seorang pria aneh mengikuti Bok Nyeo dan mencoba menyentuhnya, Bok Nyeo bisa menyemprotkan itu ke wajahnya dan dia akan kesakitan.”

“Wah kedengarannya menyenangkan!” seru Hye Gyul.
Paman Shin berkata pada Bok Nyeo kalau sekarang ini dunia sangat menakutkan. Seorang wanita cantik seperti Bok Nyeo harus waspada karena mungkin saja Bok Nyeo diikuti penguntit. Bok Nyeo berkata kalau ia akan baik-baik saja. Paman Shin memaksa agar Bok Nyeo menerima pemberiannya itu, “Kau jangan sungkan. Aku begitu mengkhawatirkanmu ketika aku tidur.”
Tepat saat itu Mi Ja datang, “Apa? kau khawatir ketika tidur?” suara Mi Ja meninggi. Paman Shin langsung terdiam begitu mengetahui istrinya datang.

Hye Gyul harap Bok Nyeo berterima kasih pada Paman Shin karena sudah memberikan semprotan itu sebagai hadiah. Mi Ja berusaha merebut paksa semprotan itu dari tangan Hye Gyul.
Hye Gyul jelas tak ingin melepaskan hadiah yang diperuntukan bagi Bok Nyeo. Mi Ja dan Hye Gyul pun tarik-tarikan tuh semprotan. Tapi Hye Gyul yang kecil tentu saja tenaganya kalah. Hye Gyul terjengkang dan hampir menangis.
Mi Ja minta maaf pada Hye Gyul, menurutnya gadis kecil seperti Hye Gyul tidak seharusnya bertindak seperti itu. Ia menatap marah suaminya yang ketahuan memberikan hadiah pada wanita lain, “Apa ini? apa memberikan daging saja tidak cukup? Apa sekarang kau membelikannya make up?” (Mi Ja salah mengira sempotan itu sebagai make up haha)

Mi Ja jelas sekali salah mengartikan benda itu. Yang ia tahu kalau bentuknya semprotan itu ya minyak wangi. Ia menyemprotkan itu ke tubuhnya dan yang lebih gila, ia menyemprotkan itu ke wajahnya. Hasilnya...
Mi Ja berteriak lari ke luar tokonya aaaaaaaaaa...... perih deh... (ngakak saya)

Hye Gyul yang tadi hampir menangis malah cengingisan hahahahaha.
Han Gyul selalu menceritakan semua yang terjadi di rumah pada Soo Hyuk. Bahkan surat kaleng yang Doo Gyul temukan tentang Bok Nyeo pun ia ceritakan pada Soo Hyuk. Menurut Soo Hyuk jika Bok Nyeo benar-benar seorang pembunuh, seharusnya ada sesuatu yang terjadi. Han Gyul setuju pendapat Soo Hyuk, ia merasa kalau Doo Gyul terlalu berlebihan tapi tetap saja ia merasa khawatir takut kalau itu benar.

Soo Hyuk menyarankan jika sesuatu terjadi Han Gyul bisa menelepon ayah Han Gyul jadi jangan khawatir. Tapi Han Gyul tak sudi menelepon ayahnya, walaupun mati ia tak mau menelepon ayahnya. Soo Hyuk melihat kalau Han Gyul ini benar-benar membenci ayah Han Gyul, kalau begitu jika sesuatu terjadi Han Gyul bisa meminta bantuannya. Soo Hyuk tersenyum sambil menyentuh pundak Han Gyul. Han Gyul mengangguk tersenyum.
Tepat saat itu Woo Jae datang duduk di samping Han Gyul dan menyingkirkan tangan Soo Hyuk yang menempel di pundak Han Gyul. “Kau selalu mengambil kesempatan!” sindir Woo Jae pada Soo Hyuk.

“Ah kau lagi...!” Soo Hyuk kesal karena Woo Jae selalu mengganggu kebersamaannya dengan Han Gyul. 
Woo Jae memberikan sesuatu pada Han Gyul, semprotan yang sama seperti punya Paman Shin. “Aku memiliki benda itu saat menyelesaikan tugas ayahku. Jika ada seseorang yang mengganggumu, serang saja dengan itu.” ucapnya sambil menatap Soo Hyuk. Setelah memberikan itu Woo Jae pergi.
Soo Hyuk tahu kalau yang Woo Jae maksud itu pasti dirinya, ia menyusul Woo Jae. “Apa kau menyukainya?” tanya Soo Hyuk.

Woo Jae menatap sekilas Han Gyul, “Bagaimana kalau iya?”

Soo Hyuk tertawa remeh, “Kalau begitu kau ajak dia keluar seperti layaknya seorang pria. Kenapa kau terus menggangguku? Tapi jangan melakukan usaha yang sia-sia karena dia sudah 99% mencintaiku.”

Woo Jae tersenyum, “Syukurlah. Aku kira 100%.”

Woo Jae berlalu dari sana membuat Soo Hyuk benar-benar jengkel.
Dalam perjalanan pulang sekolah, Doo Gyul yang khawatir menghubungi Se Gyul, “Dimana kau sekarang?” Se Gyul menjawab kalau ia sudah ada di rumah. Doo Gyul bertanya lagi, apa semuanya baik-baik saja? bagaimana dengan Hye Gyul? Se Gyul berkata kalau ia juga khawatir jadi ia terpaksa tidak mengikuti kegiatan sekolah dan langsung pulang.
Se Gyul melihat Bok Nyeo sedang menemani Hye Gyul bermain, ia memberi tahu Hyung-nya kalau tidak terjadi apa-apa di rumah. Tapi Doo Gyul masih belum tenang, “Apa kau bertanya padanya tentang itu? anak yang hampir terbunuh itu?” Se Gyul merasa kalau pelaku yang mengirim surat kaleng itu bukan Jung Tae karena Jung Tae sama sekali tak tahu dimana ia tinggal. Doo Gyul semakin cemas lalu siapa yang mengirim surat itu.
Se Gyul sekali lagi mengatakan kalau sekarang semuanya masih baik-baik saja, jadi ia harap Hyung-nya jangan terlalu khawatir. Doo Gyul yang terus saja cemas berkata kalau masalahnya bukan sekarang, ia sangat takut dengan apa yang akan terjadi nanti. Usai menghubungi adiknya ia bergegas ke suatu tempat. 
Doo Gyul menemui Ny Hong di Happy Company. Ia pun menceritakan semuanya pada Ny Hong. Mendengar penjelasan Doo Gyul tentang Bok Nyeo yang seorang pembunuh, Ny Hong tertawa ngakak. “Bukankah terakhir kali kau bilang dia itu penculik?” Doo Gyul meyakinkan kalau sekarang ini pasti benar. 
Ny Hong : “Pemuda tampan ini ternyata sangat teratarik pada Bok Nyeo?”

Doo Gyul menyangkal, “Aku tak tertarik padanya?”

Ny Hong menatap Doo Gyul lebih dekat, spontan Doo Gyul memundurkan tubuhnya. “Apa kau melihat Bok Nyeo sebagai seorang wanita?”

“Apa?” Doo Gyul tak mengerti. “Apa yang anda bicarakan?”

Ny Hong : “Pria seusiamu akan merasa seperti itu selama masa puber. Merasa aneh tinggal di rumah yang sama dengan wanita yang bukan keluargamu, kan?”
Doo Gyul kesal karena Ny Hong bicaranya ngelantur kemana-mana, katakan saja dimana alamatnya dan nomor identitasnya. Ny Hong minta maaf ia tak bisa memberitahukan itu pada Doo Gyul. Doo Gyul bertanya kenapa tidak. Ny Hong menjawab kalau ini hal yang rumit. Doo Gyul menahan kesal, “Kenapa anda selalu mengatakan itu? katakan saja alamatnya sekarang.”

Ny Hong : “Apa kau tahu, alamatnya ada di kartu identitasnya tapi aku benar-benar tak tahu dimana sebenarnya dia tinggal.”

Doo Gyul : “Apa yang anda katakan? Kalau begitu berikan nomor identifikasinya agar aku bisa melaporkannya ke polisi.”

Ny Hong kembali minta maaf karena tak bisa memberitahukan itu pada Doo Gyul.
Ny Hong mulai bersikap imut menopang dagu dengan tangnnya, “cowok ganteng...”

“Aku Ga ganteng....” sahut Doo Gyul.

Ny Hong : “Cowok ganteng... aku tak akan mendapatkan biaya komisiku kalau melakukan itu. Aku akan mendapatkan komisi kalau aku menyediakan sarana untuk melindungi identitasnya. Artinya jika dia ada masalah aku harus mengambil 100% tanggung jawab untuknya.”

Ny Hong kemudian bersikap tegas, “Kalau kau tak menyukainya bawa ayahmu kesini maka aku akan.....” 

Doo Gyul buru-buru menyela, “Ah tidak terima kasih. Kenapa semua orang menyuruh kami membawa ayah?”
Doo Gyul akan pergi karena tak mendapatkan informasi yang ia butuhkan. Tapi Ny Hong memanggilnya, “Aku tahu Bok Nyeo sangat baik.” Doo Gyul menilai kalau Ny Hong tidak tahu, Ny Hong bahkan tak tahu dimana Bok Nyeo tinggal. Ny Hong tiba-tiba tertawa dan membenarkan apa yang Doo Gyul ucapkan.

Ny Hong menatap tajam Doo Gyul. Ia mengatakan kalau Bok Nyeo itu orang yang istimewa untuknya. Doo Gyul ingin tahu apanya yang istimewa dari diri Bok Nyeo. Ny Hong berkata kalau ia belum bisa memberi tahu hal itu pada Doo Gyul. Doo Gyul jadi capek sendiri dengarnya, “Apa karena itu begitu rumit?”

Ny Hong tertawa lagi tapi itu hanya sebentar, “Aku rasa itu kehendak Tuhan kalau Bok Nyeo kebetulan bekerja di rumahmu. Jadi bisakah kau memafkan kesalaan yang dia buat?”

Doo Gyul terdiam sesaat, “Tapi bagaimanapun kalau dia membuat masalah....”

“Aku yang akan bertanggung jawab!” ucap Ny Hong penuh keyakinan. Doo Gul tak bisa berkata apa-apa lagi. Walaupun Ny Hong berkata begitu ia tetap saja cemas.
Di rumah Bok Nyeo membuat kue bersama Hye Gyul. Han Gyul memperhatikan keduanya sementara Se Gyul terus berkutat pada buku pelajarannya. Doo Gyul sampai di rumah. Hye Gyul heran melihat oppa-nya baru pulang, “Kenapa kau terlambat pulang?” Doo Gyul tak menjawab.
Untuk menceritakan lagi semua kecurigaannya pada Bok Nyeo, ia memberi kode pada Han Gyul dan Se Gyul untuk ikut dengannya ke kamar.
Di kamar, Se Gyul heran kenapa Hyung-nya tak bicara langsung saja. Doo Gyul mengingatkan apa Se Gyul lupa bukankah Bok Nyeo bisa mendengar apa yang mereka obrolkan walaupun mereka bicaranya sambil berbisik. Doo Gyul berkata kalau mereka harus membuat rencana, “Apa kau akan membiarkan dia tetap bekerja disini?”

Kue yang Bok Nyeo dan Hye Gyul buat sudah matang.. hmm Yummy....!!!

Doo Gyul berusaha menabak siapa pelaku yang mengirim surat kaleng, kalau bukan teman Se Gyul pasti dia adalah seseorang yang sedang memperingatkan kita tentang Bok Nyeo.
Se Gyul : “Aku juga memikirkannya, jika Bok Nyeo-nim benar-benar pembunuh, orang itu tidak akan mengirim surat kaleng seperti ini. Dia pasti akan menelepon polisi. Aku merasa ada seseorang yang punya dendam padanya dan mencoba memfitnahnya. Dia tidak pernah tersenyum ataupun memiliki perasaan. Beberapa orang mungkin salah menilainya.”
Han Gyul menilai pemikiran Se Gyul ini masuk akal juga. Tapi tetap saja Doo Gyul tak bisa percaya begitu mudahnya, menurutnya orang tidak mungkin menuduh Bok Nyeo membunuh hanya karena masalah itu.
Bok Nyeo dan Hye Gyul masuk ke kamar itu membawakan kue yang sudah matang. Doo Gyul dan yang lainnya langsung diam. Usai membawakan cemilan itu Bok Nyeo menatap Doo Gyul sebentar lalu pergi.
Doo Gyul khawatir jangan-jangan Bok Nyeo mendengar apa yang mereka obrolkan. Se Gyul bertanya haruskah mereka menanyakan hal ini secara langsung pada Bok Nyeo. Doo Gyul menilai ini usul yang gila, "Jika kita bertanya langsung, apa kau pikir dia akan mengatakan 'Ya saya pembunuh'"

Doo Gyul mondar-mandir cemas, ia tak bisa membiarkan ini begitu saja. "Aku rasa kau harus pergi menemuinya." ucapnya pada Han Gyul.

"Siapa?" tanya Han Gyul.

Doo Gyul : "Siapa lagi? ayah."

Han Gyul : "Menemuinya? Ngapain?"

Doo Gyul : "Katakan padanya untuk memecat Bok Nyeo dan mengganti dengan pembantu baru. Ny Hong bilang kita harus membawa ayah untuk mengganti pembantunya."
Han Gyul tak sudi meminta bantuan ayahnya, "Jika kau mau mengganti pembantu, kau pergi saja sendiri menemui ayah."

Doo Gyul berkata kalau ayah tak akan percaya dengan apa yang ia katakan, bukankah Han Gyul sendiri tak percaya pada apa yang ia katakan.
Se Gyul merasa kalau Bok Nyeo tidak akan membuat masalah tapi ia setuju usul Doo Gyul tentang Han Gyul yang harus menemui ayah. Han Gyul tak suka melakukan itu. Se Gyul berkata kalau Hye Gyul sangat merindukan ayah. "Ketika aku pertama kali tahu kalau ibu meninggal karena perselingkuhan ayah, aku harus mengikutimu karena pada saat itu aku juga sangat marah. Tapi kita tak bisa hidup seperti ini selamanya."

Han Gyul menegaskan kalau mereka akan hidup seperti ini selamanya. "Aku tak akan pernah mau tinggal bersama ayah."
Han Gyul memandangi foto dirinya bersama saudara-saudara dan ibunya.

Doo Gyul : "Kalian pasti akan mendengarkanku setelah pembunuhan atau kebakaran terjadi. Aku peringatkan itu pada kalian."
Ny Hong menerima telepon dari seseorang yang ingin tahu informasi tentang Bok Nyeo. Ia mengatakan pada si penelepon walaupun si penelepon datang menemuinya, itu akan sama saja. Si penelepon ngotot ingin datang ke Happy Company. Ny Hong pun tak peduli, kalau mau datang ya silakan saja.

Ny Hong terheran-heran dengan yang meneleponnya barusan. Ia seperti mengenali suara si penelepon. "Apa itu dia? Ah itu tidak mungkin." Ny Hong menepis hal yang dipikirannya jauh-jauh.

Menyadari seseorang akan datang, Ny Hong berkaca lebih dulu. Ia tersenyum memandangi wajahnya. hihi.
Kakek Woo berada di dalam mobil menuju suatu tempat. Ia mengingat malam dimana ia melihat Bok Nyeo berada di depan sebuah hotel dan Sang Chul pun ada di tempat itu. Ia semakin yakin dengan kecurigaannya karena Bok Nyeo mengakui bahwa malam itu memang bersama Sang Chul. "Wanita jalang itu, apa yang dia inginkan?" gerutu Kakek.
Ternyata yang tadi menelepon Ny Hong adalah Kakek Woo. Sekarang Kakek berada di Happy Company. Ia mengeluhkan perihal Bok Nyeo yang ia tuduh memiliki hubungan gelap dengan Sang Chul. Kakek mengungkapkan kalau Bok Nyeo itu :

(1) Dia hanya seorang pembantu. Dia pasti jatuh cinta pada pria brengsek itu setelah bekerja disana. Itu pasti karena dia tampan.

Ny Hong hanya menarik nafas dengan tuduhan kakek.

(2) Dia mengancamnya. Dia pasti tahu sesuatu tentang pria brengsek itu, jadi dia berusaha untuk memerasnya. 

Ny Hong cuek bebek dan makan kue-nya.

(3) Kakek merasa ini yang paling masuk akal dari semua yang ia curigai. Berkedok palsu. Mereka memang sudah berhubungan. Dia menyamar sebagai pembantu agar dia bisa dekat dengan anak-anak.

"Ya ampun imajinasi apa itu?" gerutu Ny Hong.

(4) Kakek menilai kalau alasan yang keempat ini mungkin jawabannya. Dia penggila harta yang memperdaya kepercayaan seorang pria yang tinggal sendiri.
Kakek ingin Ny Hong memilih salah satunya. Ny Hong menarik nafas kesal, hah. Kakek mengikuti apa yang Ny Hong lakukan, hah? (dua orang tua yang lucu hahaha)

Ny Hong menilai kalau kakek itu orang yang sama sekali tak berubah. Kakek terkejut apa maksudnya, apa Ny Hong mengenalnya? Maksudku banyak orang di kota ini yang mengenalku.

Ny Hong berkata walau bagaimana pun seorang pembantu juga punya hak, bahkan jika orang tua membuat kesimpulan seperti itu, ia tetap tak bisa memberi tahu kakek tentang Bok Nyeo. Kakek tak terima disebut orang tua.

Ny Hong : "Lalu, apa anda ingin saya memanggil anda orang pikun?" (hahaha)

Kakek : "Apa? Orang pikun?"

Kakek esmosi nih hahaha. Bagaimana bisa ada wanita seperti ini. Karena jengkel kakek pun akan pergi dari tempat itu. Tapi sebelum keluar ia berbalik menatap sebal Ny Hong. Ny Hong yang tadi memperhatikan kakek membuang mukanya hahaha. (hoho masa lalu seperti apa ya diantara keduanya)
Ny Hong mengambil sebuah kotak dari laci mejanya, kotak kecil berisi bros tua. Ia memperhatikan bros itu bergantian dengan tulisan yang kakek tulis. "Ini sangat menarik, dia menemuiku karena Bok Nyeo." (apa maksudnya?)
Sang Chul berada di jalan menuju hotel tempatnya menginap. Ponselnya berdering, telepon dari Han Gyul. Sang Chul langsung menjawab karena tak biasanya Han Gyul meneleponnya.

Sang Chul mengatakan kalau ia sedang dalam perjalanan pulang ke hotel. Han Gyul ternyata ingin menemui ayahnya. Sang Chul meminta Han Gyul menunggunya di kamar hotel.
Setelah menutup telepon Sang Chul tiba-tiba teringat sesuatu. OMG cincin pasangan itu, ia ingat kalau benda itu masih berada di meja kamarnya. Ia tentu saja tak ingin Han Gyul menemukan cincin itu.
Sang Chul bergegas menuju hotel.....

Bersambung ke part 2

5 comments:

  1. Wuah ceritanya makin sery aja nih mbak anis...
    Penasaran dh sama hubungan ny. Hong dgn kakeknya. Jangan2 itu mantan istrinya lg??
    Ditunggu part 2 nya mbak^^

    ReplyDelete
  2. Tambah penasaran dgn drama yg 1ini. Gak sabar nungguin sinopsis berikutnya.
    Judul dorama jepang nya apa ya mba..

    Makasih mbaa

    ReplyDelete
  3. Semangat Ɣªª bu guru..ditunggu lanjutan sinopnya..

    ReplyDelete
  4. My Little Boy "Park Ji Bin". Masih unyu-unyu aja mukanya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.