Saturday, 21 April 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 7

Episode 7 diawali dengan beberapa kilas balik episode 1 – 6

Kenapa ini terjadi padaku? Ayah mengenal Jin No-sik. Ayah pergi ke villa Jin No-sik. Ayah meninggal. Jang-il mendapat beasiswa dan pergi ke Seoul. Jang-il menghentikanku untuk mengajukan petisi. Jang-il memukulku dari belakang dan mendorongku ke jurang. Aku selamat, tapi aku buta.

Han Ji-won : “Saat itu matanya berada dalam ingatanku.”
Lee Jang-il : “Hanya aku yang boleh mendengarmu bernyanyi Moon River. Tak bisakah kau menyukaiku saja?”
Sun-woo : “Aku tak bisa memaafkanmu.”
Lee Jang-il masuk ke ruangan dimana Sun-woo tengah mendengarkan permainan gitar Ji-won. Ia membawa seikat bunga untuk Ji-won. Jang-il berdiri diantara Sun-woo dan Ji-won. Ji-won menyadari kehadiran Jang-il, ia diam saja. Sedangkan Sun-woo terus menikamti permainan gitar Ji-won.
Jang-il meletakan bunga yang ia bawa di samping Ji-won, tanpa mengatakan apapun kemudian ia duduk di sebelah Sun-wo.

Ketika Ji-won selesai memainkan gitar, Sun-woo memberikan tepuk tangan. Sun-woo tanya apa Ji-won akan terus di ruangan itu sampai kelasnya selesai. Ji-won menjawab kalau ia akan berada di ruangan audio novel. Sun-woo berniat mentraktir Ji-won minum kopi, Ji-won setuju. Jang-il hanya mendengarkan saja sambil bergantian melirik ke arah Ji-won dan Sun-woo.

Sun-woo melirik ke arah Jang-il (apa dia tahu kalau yang di sebelahnya itu Jang-il) Sun-woo pamit ia akan keluar lebih dulu.
Tinggallah Ji-won dan Jang-il berdua di ruangan itu. Jang-il ingin tahu apa orang yang dimaksud Ji-won tempo hari itu Sun-woo. Ji-won malah balik bertanya kenapa Jang-il ada di ruangan ini. Jang-il meminta Ji-won menjawab pertanyaannya karena ia lebih dulu bertanya. Ji-won menjawab ya, Sun-woo adalah orang yang dimaksud.

Kemudian Jang-il menjawab pertanyaan Ji-won dengan mengatakan maksud kedatangannya. Awalnya ia mengatakan kalau ia ingin melihat apa yang dilakukan Ji-won dan Sun-woo tapi ia buru-buru meralat jawabannya, “Sebenarnya aku merindukanmu.”
Ji-won mengatakan kalau ia tengah bekerja. Jang-il mencibir apa ini yang dimaksud Ji-won bekerja. Ia akan menunggu sampai Ji-won selesai dan mengajak minum kopi. Tapi Ji-won menolak ia harus pergi. Jang-il menahan paksa dan bertanya kenapa Ji-won bersikap baik pada Sun-woo, apa karena kasihan. Ji-won tak menjawabnya dan akan segera pergi.
Tapi Jang-il kembali menahan dan menariknya hingga terpojok ke dinding. Jang-il memaksa akan mencium tapi Ji-won mendorong kuat-kuat. Ia kesal dan meninggalkan Jang-il seorang diri disana.
Jang-il hanya berdiam diri setelah Ji-won pergi. Tiba-tiba Sun-woo kembali masuk ke ruangan, Sun-woo mengira Ji-won masih disana. Jang-il diam saja memandang Sun-woo yang meraba-raba lantai mencari sesuatu.
Jang-il perlahan mendekati Sun-woo.
“Apa kau melihat jamku disini?” tanya Sun-woo.

Jang-il mengambilkan benda yang dimaksud dan mendekatkan ke telinga Sun-woo sambil menekan supaya benda itu bersuara. Sun-woo menerimanya dan berterima kasih. Ia langsung keluar dari ruangan. (bingung deh apa Sun-woo tahu kalau yang di dalam ruangan itu Jang-il)
Sun-woo di kamarnya, ia menulis menggunakan huruf Braille.

“Aku mengajukan petisi, ayahku ditemukan meninggal di puncak belakang rumahku pada 12 April 1997. Mereka mengatakan kalau itu bunuh diri tapi banyak bukti yang ditemukan kalau itu adalah pembunuhan. Ketika aku menyiapkan gugatan aku kecelakaan dan kehilangan penglihatan.”

Terdengar oleh Sun-woo suara Jang-il menanyakan dirinya pada Geum-jool. Geum-jool mengatakan kalau Sun-woo berada di kamar, “Dia pulang terlambat karena berkencan.” ucap Geum-jool.
Jang-il masuk ke kamar, Sun-woo menyudahi menulis dan menutupinya. Jang-il tanya apa yang dilakukan Sun-woo. Sun-woo menjawab singkat kalau ia tengah membaca.
“Apa kau berkencan?” tanya Jang-il.
“Tidak juga.” Jawab Sun-woo.
“Siapa dia?” tanya Jang-il lagi.
“Aku hanya pergi minum kopi dengan sukarelawan disana.”
“Seperti apa dia?” Jang-il berusaha mengorek semuanya padahal ia juga sudah tahu.
“Dia mahasiswi. Seumuran denganku.” jawab Sun-woo. “Oh ya dia sekampus denganmu jurusan Bahasa Inggris.” sambung Sun-woo.

(hayo inget ga, Jang-il kan pernah bilang ke Sun-woo kalau dia naksir cewe yang sekampus dengannya jurusan bahasa inggris, waktu itu keduanya minum bersama di episode 3 kira-kira Sun-woo inget itu ga ya?)
“Kenapa kau tak keluar dengannya?” Tanya Jang-il.
“Standarku tinggi aku tak suka perempuan jelek.” kata Sun-woo.
“Apa dia jelek?”
“Aku tak bilang begitu. Aku tak bisa melakukan banyak hal karena aku buta. Aku harus hati-hati dan tetap waspada.” kata Sun-woo sambil melirik ke arah Jang-il. (ya sekarang Sun-woo lebih mewaspadai Jang-il)
“Menurutmu apa dia menyukaimu?” tanya Jang-il.
“Siapa yang tak suka padaku?” sahut Sun-woo (haha iya aku juga suka)
“Kalau begitu ajak dia keluar.”
“Dia sepertinya orang yang baik. Aku tak bisa membiarkannya memiliki pacar orang yang buta.”
“Jadi kau juga menyukainya?”

Sun-woo tak menjawab ia hanya berkata maaf kalau dia belum mendapatkan tempat tinggal baru dan bertanya apa ia sudah mengganggu Jang-il. Jang-il mengatakan kalau ia sekarang sering berada di kampus jadi tak masalah, Sun-woo berterima kasih. Dengan pandangan dingin Jang-il berkata kalau Sun-woo tak perlu berterima kasih.
Lee Young-bae (ayah Jang-il) mendapatkan surat kaleng dari seseorang.

“Untuk ayah Lee Jang-il. Aku melihatmu malam itu. Aku melihatmu membunuh seseorang di gunung. Alasanku tetap diam karena aku kasihan denganmu dan anakmu. Aku butuh uang. Tanggal 5 maret pukul 7 malam. Letakkan uang 300 juta won di tempat sampah di depan gudang Sung Ro.”

Ya kita tahu pengeirim suratnya adalah Choi Kwang-chun (ayah Soo-mi) Lee Young-bae cemas setengah mati.
Lee Young-bae berusaha menghilangkan kecemasannya dengan minum-minum. Choi Kwang-chun datang ke warung yang sama dan melihat Young-bae ada disana. Ia pun duduk di meja yang sama dengan Young-bae. Young-bae tak mempedulikan orang yang di depannya. Ia terus saja minum sambil menghela nafas panjang. Kwang-chun hanya memperhatikan saja.

Kwang-chun mencoba berbasa-basi dengan menanyakan apa Young-bae ada masalah. Young-bae menjawab kalau ia merasa hidupnya sial. Young-bae permisi akan ke toilet. Kwang-chun bergumam, apa itu karena suratnya? (surat kaleng sekaligus pemerasan)

Sekembalinya Young-bae dari toilet, Kwang-chun berkata kalau ia akan mentraktir. Young-bae menolak tapi Kwang-chun bersikeras kalau ia akan mentraktir karena yang disajikan terlalu banyak untuknya.
Kwang-chun menatap tajam Young-bae. Ia bertanya dalam hati, “Kenapa dia membunuh ayah Sun-woo?”
Young-bae memperhatikan Kwang-chun yang dari tadi memandangnya, “Apa yang kau lihat?”
Kwang-chun berusaha mengalihkan diri.
“Apa kau tinggal disini?” Tanya Lee Young-bae karena ia merasa pernah melihat Kwang chun. Kwang-chun berkata kalau wajahnya memang pasaran (haha)

Lee Young-bae terus minum dan itu membuat Kwang-chun kembali bertanya apa yang terjadi. Young-bae kesal karena Kwang-chun ingin tahu, ia malah marah-marah dan berteriak, “Apa urusanmu mau tahu masalahku.”

Lee Young-bae akan pergi dari warung tapi karena sudah mabuk ia berjalan sempoyongan dan hampir terjatuh. Kwang-chun membantunya berdiri tapi Young-bae memarahinya dan berteriak.

Ahjumma pemilik warung mencemaskan Kwang-chun yang tadi dimarahi Young-bae. Ia mengatakan kalau Young-bae sering ke warungnya tapi hari ini dia minum cukup banyak.
“Dia bisa saja membunuh malam ini.” sahut Kwang-chun yang juga mulai kesal.
Mendengar kata membunuh Lee Young-bae tambah marah, “Apa yang kau katakan?” Ia langsung mencengkeram baju Kwang-chun, “Apa yang baru saja kau katakan? Apa kau benar-benar mau mati?”

“Kim Sun-woo, Kim Sun-woo...” Kwang-chun mencoba melepaskan diri dengan menyebut nama Sun-woo dan itu membuat Young-bae gemetaran dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Sun-woo pulang ke rumah Jang-il tapi keadaan rumah sepi. Ternyata Jang-il tengah tidur di kamar. Sun-woo menelepon kantor polisi. Mendengar Sun-woo bicara di telepon Jang-il langsung membuka matanya. Ia mendengarkan apa yang Sun-woo bicarakan di telepon.

Sun-woo masuk ke kamar. Jang-il keluar untuk memastikan apa benar yang dihubungi Sun-woo tadi adalah polisi dan memang benar Sun-woo menelepon polisi.
Sun-woo keluar dari kamar dan mendengar sesuatu. Ia menebak itu Jang-il. “Jang-il apa kau dirumah? kupikir kau pergi kuliah.”
Jang-il berkata kalau ia terbangun karena mendengar Sun-woo menelpon. “Apa kau menelepon tempat rehabilitasi?”
“Tidak. Aku menelepon kantor polisi.” jawab Sun-woo jujur. Ia tahu kalau Jang-il pasti akan mencari tahu.

Jang-il tanya kenapa menelepon polisi. Sun-woo diam agak lama, kemudian menjawab kalau polisi memberinya sarung tangan rantai dan map Braille untuk orang buta. Jang-il berkata kalau Sun-woo bisa meminta tolong padanya atau pada Geum-jool. Tapi Sun-woo beralasan kalau ia ingin melakukannya sendiri ia ingin mandiri dan tak bisa selamanya bergantung pada teman-temannya.
Sun-woo menuju suatu tempat, Jang-il diam-diam membuntutinya. Sun-woo sepertinya tahu kalau Jang-il mengikutinya tapi ia pura-pura tak tahu dan terus berjalan. Sampai di tengah perjalanan Sun-woo bertanya pada pengguna jalan yang lain. Sepertinya bertanya dimana letak kantor polisi (tapi entah saya cuma nebak hehe)

Jang-il merasa tak ada yang mencurigakan kemana Sun-woo pergi. Ia kembali pulang melintasi jembatan panjang dan menahan udara yang cukup dingin.
Lee Young-bae menunjukkan surat kaleng yang diterimanya pada Presdir Jin. Presdir Jin berkata kalau Lee Young-bae tak perlu menemuinya hanya karena surat itu, kalau saja Young-bae bisa mengurusnya hal ini pasti tak akan terjadi. Young-bae menyesal karena sudah mengecewakan tapi bagaimanapun ia tak bisa mengatasi masalah ini sendirian.
Presdir Jin : “Tentu saja kau harus mengatasi ini sendirian.”
Young-bae terkejut dengan perkataan Presdir Jin.
Presdir Jin : “Bagaimana Jang-il bisa kuliah dengan enak di Seoul?”

Young-bae langsung terdiam. Presdir Jin bertanya kira-kira siapa yang melihat kejadian malam itu. Young-bae memastikan kalau itu tak terlihat oleh siapapun, ia sudah melakukannya dengan sempurna. Presdir Jin kembali bertanya apa Young-bae mengatakan ini pada orang lain. Young-bae meyakinkan kalau ia tak mengatakannya pada siapapun. Presdir Jin menebak kalau Young-bae bekerja sama dengan si pengirim surat untuk memerasnya. Young-bae menyangkal ia tak melakukan itu dan tak akan pernah melakukan hal seperti itu.

Lee Young-bae menduga kalau pelakunya adalah Kim Sun-woo. Presdir Jin tanya kenapa Sun-woo harus mencurigai Young-bae dan ia ingin tahu kenapa Sun-woo bisa terluka. Pasti sebuah kecelakaan serius kalau dia sampai buta. Young-bae berkata kalau ia tak ikut terlibat dalam kecelakaan Sun-woo (secara langsung memang tidak)

Presdir Jin akan memberi uang pada Young-bae dan meminta Young-bae keluar. Ia berpesan agar Young-bae melihat siapa yang datang mengambil uang itu.
Geum-jool mengantar Sun-woo ke pusat rehabilitasi. Keduanya naik kendaraan umum. Sun-woo berkata kalau mulai besok ia akan berangkat sendiri, ia tak boleh membuang waktu Geum-jool terus menerus. Tapi Geum-jool tak mempermasalahkannya.

Sun-woo tanya apa ia sudah harus memotong rambut. Geum-jool melihat kalau Sun-woo belum perlu untuk memotong rambut karena terlihat masih rapi. Sun-woo kembali bertanya apa ada noda di bajunya. Geum-jool menjawab kalau baju yang dikenakan Sun-woo bersih.

(Haha Sun-woo ingin terlihat sempurna di depan Ji-won kah?)
Han Ji-won kembali melakukan rekaman novel.

“Mereka bilang kau akan mengerti setengah makna hidup jika kau belajar menunggu, bahkan kita belajar menunggu sejak lahir. Bahkan kita bisa menunggu sampai kita bisa menerima kematian. Kita menunggu sampai dimana kita harus pergi. Hari ini, kita menunggu untuk besok. Kita menunggu sampai kita bisa berdiri lagi disaat kita jatuh. Aku akan menunggumu.”

Wow maknanya dalem banget...
Sun-woo mengembalikan novel audio yang ia pinjam. Petugas mengatakan kalau Sun-woo adalah peminjam terbanyak di bulan ini dan Sun-woo mendapatkan hadiah karena menjadi peminjam tebanyak. Hadiahnya berupa 2 tiket orkestra.

Petugas mengatakan kalau novel audio yang dipesan Sun-woo belum selesai dikerjakan. Sun-woo tanya kira-kira kapan selesainya. Petugas mengatakan kalau Ji-won sedang berusaha keras untuk menyelesaikannya sampai suaranya serak.
Sun-woo masuk ke sebuah toko pakaian. Ji-won melihat dan mengikutinya. Ia ikut masuk ke toko itu tapi Sun-woo tak menyadari kehadirannya.

Sun-woo berkata ke pelayan toko kalau ia akan membeli sebuah syal yang akan ia gunakan untuk hadiah. Pelayan bertanya kira-kira berapa usia si penerima hadiah. Sun-woo menjawab kalau dia seumuran dengannya. Ji-won mendengar semuanya dan ia tahu kalau yang dimaksud adalah dirinya.
Sun-woo meminta pelayan untuk memberikan warna yang lembut untuknya. Pelayan bertanya apa si penerima itu berkulit putih. Sun-woo tak menjawab karena memang ia tak tahu warna kulit Ji-won.

Pelayan memilihkan warna yang lembut, warna biru. Sun-woo senang sepertinya itu akan cocok. Pelayan menambahkan kalau syal itu sangat cantik dan modis. Sun-woo membeli syal itu.
Sun-woo akan menyebrang jalan. Lampu tanda penyebrang sudah menyala tapi Sun-woo tak tahu dan pengguna jalan yang lain tak ada yang membantunya (ugh) Sun-woo mencoba menerka apakah sudah bisa menyebrang atau belum.

Ji-won melihatnya dan segera menekan tombol sebagai tanda kalau pengguna jalan sudah bisa menyebrang. Sun-woo mendengarnya dan langsung menyebrang jalan. Ji-won berjalan tepat di belakangnya. Sun-woo masuk ke sebuah ruangan untuk menaruh hadiahnya.

Ya ampun ini musik pengiringnya lagu baru yang part 2 bukan ya. Kok belum rilis ya...
Han Ji-won menemui Sun-woo dan ia sudah mengenakan syal yang dibelikan Sun-woo. Ia meminta pendapat Sun-woo bagaimana penampilannya.
“Kau terlihat cocok memakai itu.” sahut Sun-woo (padahal kan ga ngliat ya haha)
Ji-won mengatakan kalau kulitnya putih jadi ia cocok memakai syal dengan warna itu.

Sun-woo tanya apa tenggorokan Ji-won masih sakit. Ji-won menjawab kalau tenggorokannya sudah lebih baik setelah minum obat. Ji-won mengajak Sun-woo nonton orkes bersama (jadi tiket orkestranya diberikan ke Ji-won juga toh)

Sun-woo meminta Ji-won pergi saja dengan teman Ji-won jangan dengannya. Tapi Ji-won ingin pergi dengan Sun-woo. Ia tanya apa ia harus menjemput Sun-woo. Tapi Sun-woo menolak, lebih baik bertemu di gedung konser orkestra saja. Ji-won mengusulkan lebih baik berangkat lebih awal karena acara dimulai jam 3 ia minta bertemu jam 2 untuk minum kopi dulu. Sun-woo setuju.
Lee Young-bae mencoba menelepon seseorang tapi ia dikejutkan dengan kedatangan Sun-woo dan Geum-jool. Ia tak jadi menelepon. Geum-jool memberi tahu Sun-woo kalau di rumah ada ayahnya Jang-il. Sun-woo menundukan kepala memberi hormat dan menanyakan kabar Young-bae. Dengan gugup Young-bae berkata kalau ia baik dan bertanya apa Sun-woo sedang sibuk. Sun-woo menjawab kalau ia tengah mempelajari huruf Braille. (Jika ada yang membaca tulisan ini selain di www.anishuchie.blogspot.com maka tulisan ini sudah dicopas tanpa sepengetahuan penulis)

Lee Young-bae melihat Geum-jool yang tertidur pulas di kursi sambil menggumamkan nama Soo-mi (haha naksir Soo-mi kah dia) Lee Young-bae tak mempedulikannya ia mengintip kamar Sun-woo. Dilihatnya Sun-woo tertidur pulas.
Lee Young-bae menghubungi Presdir Jin. Ia mengatakan kalau ia tak menemukan hal yang aneh dari Sun-woo. Sun-woo tak menulis surat seperti orang yang menulis surat itu dan Sun-woo tak perlu ia curigai. Tapi yang ia takutkan tentang Sun-woo yang menemui Presdir Jin ketika membawa foto karena hanya ia dan Presdir yang berada di villa ketika itu jadi tak mungkin bisa ketahuan.

Sun-woo membuka matanya. Ya dia mendengarkan semuanya. Ia geram, tangannya mengepal.
Di gedung tempat konser orkestra Sun-woo datang lebih dulu. Ia menunggu Ji-won dan menekan jam tangannya. Sudah pukul 2.40 berarti lewat dari waktu keduanya janjian. Sun-woo tetap menunggu sampai tersenggol orang-orang yang akan menyaksikan orkestra. 

Terdengar oleh Sun-woo ada orang bicara dengan temannya yang terlambat datang karena ada kecelakaan besar dan dia terjebak macet. Sun-woo jadi kawatir. Terdengar pula olehnya pengumuman dari panitia kalau pertunjukan akan ditunda selama 15 menit karena ada kecelakaan besar di jalan utama. Sun-woo tambah cemas karena Ji-won belum juga datang, ia khawatir terjadi apa-apa dengan Ji-won.
Sun-woo langsung keluar dari gedung mencoba mencari tahu tentang kecelakaan itu tapi ia tak mendapatkan informasi apapun. Ternyata Han Ji-won masih di dalam kendaraan umum. Ia juga panik karena terlambat datang.
Ji-won turun dari bis dan langsung bergegas, ia tak melihat kalau Sun-woo barusan lewat di sampingnya (ah ciri khas drama) Lobi gedung sepi Ji-won sadar kalau ia sudah terlambat. Ia melihat sekeliling tapi tak ada Sun-woo.
Ji-won keluar gedung untuk mencari Sun-woo. Sun-woo berdiri di depan gedung, Ji-won mendekatinya. Ia menarik nafas lega dan memanggil Sun-woo. Sun-woo seolah tak percaya dengan pendengarannya. Tapi kemudian Ji-won kembali berkata dan minta maaf.
Kecemasan Sun-woo sepertinya belum hilang, ia masih berdiri dalam diam. Ia menjatuhkan tongkatnya dan berjalan mendekati Ji-won kemudian memeluknya erat-erat.

“Apa kau tak apa-apa? Kau tak terluka kan?” Sun-woo masih mencemaskan Ji-won
Ji-won berkata kalau ia baik-baik saja. Sun-woo masih belum percaya. Ji-won meyakinkan kalau ia benar-benar baik-baik saja. Barulah Sun-woo menghala nafas leganya.

Karena sudah terlambat menyaksikan pertunjukan Ji-won ingin tahu apa yang selanjutnya akan mereka lakukan. Sun-woo tak masalah yang penting buatnya Ji-won baik-baik saja. Sun-woo kembali menarik Ji-won ke pelukannya.
Ji-won mengajak Sun-woo ke suatu tempat. Sebuah ruangan pertunjukan piano. Sun-woo duduk dan Ji-won duduk di depan piano. Ji-won memainkan piano dan Sun-woo tersenyum menikmatinya. Sun-woo sepertinya mengenal lagu ini, ia pun beranjak mendekat ke arah Ji-won.
Sun-woo langsung menyanyikan lagu itu dengan iringan musik piano yang dimainkan Ji-won. (pengen download lagu ini kayaknya Uhm Tae-woong beneran nyanyi deh)
Sambil diiringi lagu tadi scene pun berpindah naik sepeda bersama.
Ji-won : “Sun woo, kemana kita hari ini?”
Sun-woo : “Kemana saja.”
Ji-won : “Ke ujung dunia?”
Sun-woo : “Ujung dunia.”
Sun-woo berlari di lapangan, Ji-won memberikan instruksi tapi Sun-woo lari ke arah yang salah. Ji-won mengejar dan menarik Sun-woo. Alhasil keduanya jatuh bersama.
Dengan nafas terengah-engah Sun-woo berusaha meraba wajah Ji-won, “Kau lebih cantik dari yang kubayangkan.” ucap Sun-woo.
(saya pikir scene ini bakalan ada kissu ternyata ga hahaha padahal momennya tepat xixixi)
Presdir Jin menandatangani kerja sama dengan seorang pengusaha. Presdir Jin berkata kalau impiannya sekarang menjadi kenyataan. Kemudian ia bercerita, ia teringat dengan kedua orang tuanya dan itu adalah kenangan terindahnya.

“Bahkan saat aku kedinginan dan kelaparan ketika kecil, aku tak menyerah terhadap impianku. Aku akan membuat tempat peristirahatan yang hangat untuk banyak orang. Tempat yang nyaman dan tak membuat orang menjadi bosan.”

Sekertaris Cha menerima telepon dari Lee Young-bae. Young-bae tanya kapan Presdir Jin kembali.
Seorang mahasiswi seni mendatangi Soo-mi yang tengah melukis, ia mendengar kalau Soo-mi menjadi perwakilan kampus mereka dalam kompetisi lukis universitas tingkat nasional. Mahasiswi itu mencibir apa yang sudah Soo-mi berikan pada Profesor sampai dipilih sebagai wakil kampus mereka. Soo-mi berkata kalau penilaian lukisan dilakukan secara adil.

“Kau pasti menaruh jimat yang ayahmu buat.” tuduh si mahasisiwi.
Soo-mi tanya dengan bahasa nonformal siapa nama mahasiswi itu. Si mahasiswi kesal karena Soo-mi bertanya tak sopan padanya.

Soo-mi : “Menurutku sebaiknya kau mengerjakan lukisanmu. Karena kau punya waktu luang daripada iri padaku. Walaupun kau mengerjakannya 100 tahun, kau tak akan pernah lebih baik dariku. Tidak berbakat tapi ambisius, aku merasa kasihan padamu. Seumur hidupmu kau hanya akan merasa iri.”
Mahasisiwi itu kesal dengan perkataan Soo-mi. Ia mengambil air bekas cat lukis dan menyiramkannya ke kepala Soo-mi. Soo-mi hanya bisa menahan kesal.

Soo-mi pulang ke Busan, di depan rumah ayahnya ia menatap papan nama ayahnya sebagai seorang Shaman yang terpasang disana. Choi Kwang-chun heran melihat putrinya hanya berdiri saja. Soo-mi meminta ayahnya menurunkan papan itu karena belakanngan ini ayahnya juga tak ada pelanggan. Kwang-chun sebal mendengarnya, haruskah Soo-mi mengingatkan itu.

“Mengingatkan apa? Apa pernah ayah memikirkanku? Selalu diejek seumur hidupku.”

Kwang-chun mengerti perasaan Soo-mi, tapi sudah takdir kalau Soo-mi menjadi putrinya dan tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Soo-mi hampir manangis matanya sudah berkaca-kaca, ia mengajak ayahnya minum.
Soo-mi menyampaikan kalau ia akan mengikuti kompetisi nasional mewakili kampusnya. Kalau ia bisa mendapatkan paling tidak juara 3 ia bisa kuliah di luar negeri. “Aku akan mendapatkan juara pertama.” ucap Soo-mi penuh keyakinan.

Kwang-chun tak masalah ia sudah membebaskan Soo-mi malakukan apa saja. Soo-mi menyarankan kalau ia sampai keluar negeri ia minta ayahanya menutup praktek dan jual semuanya kemudian pindah ke Seoul dan ganti nama.

Kwang-chun tertawa mendengar usulan putrinya. Soo-mi berkata kalau ia tak mau hidup seperti ini lagi saat ia kembali dari luar negeri nanti. Ia tetap meminta ayahnya menjual semuanya dan pindah ke Seoul.

Kwang-chun tanya apa yang akan ia lakukan di Seoul nanti. Soo-mi menyarankan kalau di Seoul banyak perusahaan drama yang bisa ayahnya datangi. Mendengar itu Kwang-chun tambah tertawa. Ia kesal walaupun ia menjual semuanya dan pergi ke Seoul, uangnya tak akan cukup untuk menyewa rumah disana.
“Jadi ayah akan tetap menipu orang disini?” Soo-mi ikut marah.
“Itu lebih baik bagiku.” ucap Kwang-chun.

Soo-mi menangis, “Apa kau benar-benar ayahku? Apa aku benar anakmu? Tak bisakah kau melakukan itu untukku? Dari mana aku mendapatkan bakat melukis? Ibuku pergi dan ayahku sangat kacau. Apa aku benar-benar sesial itu? Bagimana kau melihat nasibku? Apa tak ada yang mencintaiku? Atau aku akan melukis sendirian seumur hidupku?”

Kwang-chun meminta Soo-mi jangan menangis karena itu akan mendatangkan kesialan. ”Aku akan melakukannya aku akan menjual semuanya dan pergi ke Seoul.”
Jang-il mengangkat telepon dari Ji-won. Ji-won menanyakan apa Sun-woo ada. Jang-il tanya dari siapa. Ji-won menyebutkan namnanya dan itu membuat Jang-il geram.

(apa Ji-won belum tahu kalau Sun-woo n Jang-il tinggal bersama dan keduanya berteman, kayaknya sih belum tahu ya)

Jang-il menguping pembicaraan Sun-woo dan Ji-won. Sun-woo berkata kalau ia akan pergi ke tempat kursus pijat dan setelah itu dia akan di rumah saja. Sun-woo juga mengatakan kalau ia akan pindah dan Ji-won tak perlu membantu karena barang-barangnya hanya sedikit.

(Jang-il jelas lah cemburu, apa lagi ucapan terakhir Sun-woo yang meminta Ji-won menutup duluan teleponnya hihi)
Jang-il langsung mendekati Sun-woo dan berkata kalau Sun-woo sekarang sudah memiliki pacar. Ia meminta Sun-woo tak perlu mendengarkan ucapan ayahnya dan tinggal saja di tempatnya selama yang Sun-woo mau (haha padahal kan pengen Sun-woo cepet pergi)

Sun-woo berkata ia akan pindah kalau waktunya tepat dan Jang-il sudah banyak membantunya. Jang-il akan membantu Sun-woo pindahan, tapi Sun-woo bilang kalau barang-barangnya tak begitu banyak ia bisa pindahan sekalian berangkat ke tempat rehabilitasi dan tempat tinggalnya yang baru lebih dekat dengan tempat rehabilitasi.

“Apa kau melihatnya setiap hari di panti rehabilitasi?” Jang-il menanyakan tentang teman wanita Sun-woo (Ji-won)
“Tidak setiap hari.” jawab Sun-woo.
Jang-il : “Sejujurnya, aku mengkhawatirkanmu. Aku takut dia membuat keputusan sesaat karena emosi saja.”
Sun-woo : “Aku akan terluka. Aku sudah terlanjur menyukainya. Bisa saja aku terluka, tapi aku tak akan terluka sekarang. Lebih baik sakit nanti. Sekarang aku mau seperti ini.”
Lee Young-bae bersama Presdir Jin menyiapkan uang yang diminta si pengirim surat (Choi Kwang-chun) Presdir Jin berpesan agar Young-bae memperhatikan wajah yang mengambil uang.
Lee Young-bae dengan langkah hati-hati dan celingukan menaruh tas berisi uang di tong sampah. Dari kejauhan Choi Kwang-chun mengawasinya.

Kwang-chun membawa peralatan dorong untuk mengalihkan diri seolah dia pekerja di dermaga itu. Ia berusaha mendekati tong sampah yang berisi tas. Tapi ia menjauh lagi karena Lee Young-bae masih menunggui.

Lee Young-bae terus waspada. Kwang-chun belum bisa berbuat apa-apa karena Young-bae masih disana. Karena dirasa tak ada yang mengambil tasnya, Lee Young-bae mengambilnya kembali dan menghubungi Presdir Jin.

Young-bae mengatakan kalau si pengirim surat belum sampai. Ia terus mengawasinya dan tak ada yang datang. Dan ketika Lee Young-bae menelepon, Kwang-chun berjalan mendekatinya mencoba menguping. Young-bae kembali mengatakan kalau ia akan membawa kembali uangnya dan akan meletakan di bagasi mobil. Ya Presdir.

Kwang-chun penasaran siapakah yang disebut Presdir oleh Lee Young-bae.
Lee Young-bae meletakan tas yang berisi uang itu di bagasi mobil milik Presdir Jin. Dari jauh Choi Kwang-chun mengawasinya. Ia terkejut Young-bae bersama seorang pria, ia menduga mungkinkah itu yang disebut Presdir oleh Young-bae. Presdir Jin masuk ke mobil dan pergi meninggalkan villanya.
Geum-jool membantu Sun-woo pindahan. Ia khawatir apa Sun-woo bisa tinggal di tempat seperti ini seorang diri. Sun-woo menjawab tentu saja dan meminta Geum-jool pergi saja karena Geum-jool sudah banyak membantunya.

Geum-jool memberi tahu kalau ia sudah menaruh makanan di nampan dan pakaian Sun-woo sudah ada di lemari. Sun-woo tahu itu dan mengingatkan kalau ia bukan anak kecil lagi. Geum-jool tetap saja khawatir tapi ia akhirnya pergi juga dan berjanji akan datang lagi.
Sun-woo jongkok bersandar pada dinding rumah tempat tinggal barunya, “Apa kau sudah pergi? Apa tak ada seorang pun disini?” Tanya Sun-woo pada Geum-jool. Tak ada jawaban, ia tahu ternyata Geum-jool sudah tak ada disana.

Sun-woo terus duduk dan tertidur hingga malam dan pagi lagi. Ia terbangun karena mendengar seseorang memanggilnya. Ji-won berkunjung ke rumahnya.
Ji-won masuk dan langsung menyalakan lampu. Ia membawa banyak barang, seperti sabun deterjen, tisu dan ia juga mendoakan agar Sun-woo sukses.

Ji-won duduk di depan Sun-woo dan bertanya apa teman Sun-woo sudah pergi. Ia heran kenapa dia selalu memakai kalung setiap hari. Apa karena itu dia dipanggil Geum-jool (rantai emas)
Ji-won pindah duduk di samping Sun-woo. Ia mengeluarkan buku yang ia bawa, “Bacalah setiap hari. Aku akan sering memeriksanya dan memberikanmu stiker.”
Sun-woo tanya kenapa Ji-won datang.
“Menurutmu kenapa? Buku mana yang ingin kau baca?” tanya Ji-won.
“Aku ingin mendengar itu lagi. The Old Man and The Sea (lelaki tua dan laut) Ernest Hemingway.”

Ji-won membawa buku yang dimaksud. Ia siap membaca tapi tiba-tiba lampu di rumah Sun-woo padam. Ji-won diam tak segera membaca. Sun-woo tanya ada apa. Ji-won menjawab kalau lampunya mati.

Ji-won akan keluar sebentar untuk membeli lampu baru tapi Sun-woo melarang. Ia sendiri yang akan membelinya besok. Ia tak bisa membiarkan seorang wanita mengganti lampu rumahnya.
Ji-won tanya apa yang akan mereka lakukan sekarang.
“Aku bisa membaca dalam gelap.” ucap Sun-woo. Sun-woo membacakan buku yang ia ingat.

Kau bilang kau akan datang sebelum musim semi, sekarang musim semi sudah mau berakhir. Sebelum musim semi, aku khawatir kau akan datang lebih cepat. Saat musim semi tiba, aku takut kau datang lebih cepat. Aku memberikan puisi untukmu. Aku bahagia bersamamu. Dan juga takut bersamamu. Aku tak mau kembali ke masa saat aku belum bertemu denganmu. Aku tak bisa melihat apapun di terowongan. Akan lebih menyenangkan jika aku bisa melihat ujung terowongan ini denganmu. Jalanan yang hanya kita berdua yang tahu. Diwaktu yang hanya kita berdua yang tahu. Jika kau merasakan hal yang sama, kumohon beritahu aku. Aku akan pergi berkelana, kau tinggal disini. Aku tak akan kesepian jika kau di hatiku.”

Sun-woo merasa sudah cukup untuk membaca novel hari ini. Ji-won tersentuh dengan cerita yang disampaikan Sun-woo, ia ingin tahu apa judulnya. Sun-woo berkata kalau itu buku lama dan karena tak ada huruf Braille di sampulnya jadi ia tak tahu apa judulnya. Ji-won minta lain kali Sun-woo membacakan lagi untuknya. Ji-won menempelkan stiker bentuk hati.
Moon Tae-joo dan sekertarisnya (apa asistennya ya) ada di depan rumah Sun-woo yang baru. Tae-joo meminta pendapat sekertarisnya, “Bagaimana menurutmu. Anakku tinggal di tempat seperti ini? Kau ajari dia bahasa inggris dan perancis. Ajari kendo dan anggar. Ajari dia semua yang kau tahu, termasuk ajari dia menggoda wanita.” (wah..)

Si sekertaris akan melaksanakan perintah Tae-joo dan bertanya apa Tae-joo mau malihatnya hari ini. Tae-joo berkata kalau Sun-woo sedang ada tamu.
Kwang-chun berfikir keras kenapa Young-bae bisa bersama dengan tuan yang tadi. Ia merasa ini sangat istimewa. Ia kembali menulis surat dan kali ini ditujukan untuk Presdir Jin.

“Presdir Jin No-sik, apa kau yang menyuruh dia membunuh?”
Sun-woo belajar teknik memijat. Ia kelelahan dan istirahat di ruang loker. Ji-won menemaninya. Ji won menyerahkan air mineral ke tangan Sun-woo dan tangan keduanya pun saling mengenggam.

Sun-woo memijat punggung Ji-won. Ia mengatakan kalau belajar memijat seperti ini membutuhkan waktu selama 2 tahun dan ia masih harus belajar. Ji-won tak mau Sun-woo menjadi seorang terapis pijat. Tapi menurut Sun-woo ini adalah salah satu pengalaman yang berharga. Ia akan mempelajarinya agar ia tahu ia suka atau tidak.
Ji-woon memberanikan diri bertanya bagaimana Sun-woo bisa mengalami kecelakaan dan menyebabkan Sun-woo buta. Sun-woo menjawab kalau ia terkena pukulan di kepala bagian belakangnya. Ji-won menebak apa itu terkena bola, basket bola sepak, atau karena seseorang. Sun-woo tak menjawabnya, ia berjanji akan mengatakannya pada Ji-won suatu hari nanti.
Presdir Jin membaca surat kaleng yang ia terima.

“Apa kau yang menyuruh dia membunuh? Aku akan tutup mulut, kau tidak bisa mengukur harga untuk menyimpan rahasia ini. Siapkan uang 1 Milyar won. Aku akan menghubungimu lagi.”

Lee Young-bae cemas bukan main, apalagi presdir Jin terus menatapnya. Presdir tanya dimana Sun-woo. Lee Young-bae mengatakan kalau Sun-woo pergi ke pusat rehabilitasi di Seoul, ia merasa Sun-woo bisa hidup sendiri disana.
Presdir Jin : “Dia tidak ingat dia mau mengajukan petisi?”
Young-bae membenarkan.
Presdir Jin : “Bunuh dia!”
Young-bae terkejut mendengar perintah yang ia terima.
Presdir Jin : “Kubilang bunuh dia juga.”

Young-bae gemetaran ia tak bisa melakukan itu. Ia tak mau melakukan itu walaupun Presdir Jin mengancam nyawanya. Ia tak mau menambah dosa lagi. Ia sangat ketakutan.
Presdir Jin : “Tidakkah kau pikir kalau surat berikutnya akan dikirim ke Jang-il? Setidaknya beri dia pelajaran dulu dan jika dia memberikan surat berikutnya kita lihat saja apa yang akan terjadi padanya.”
Lee Young-bae memohon ia tak bisa melakukannya.
Presdir : “Apa kau mau kalau aku yang membunuhnya?”
Sun-woo menuju suatu tempat. Teringat pesan pengajar pijatnya, “Sun-woo hati-hatilah saat kau memijat. Siswa biasanya menakan titik refleksi terlalu keras.”
Sun-woo sampai di depan sebuah kamar, ia menekan bel-nya. Pintu terbuka dan keluarlah dari dalam kamar Presdir Jin No-sik. Sun-woo memberi hormat dan mengenalkan diri kalau ia adalah terapis pijat.

22 comments:

  1. pantes aja... drama ini ngalahin rating RP & K2H,,, makin seru aja ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ratingnya makin mantap dan terbukti ceritanya juga makin menarik untuk diikuti... ga nyesel deh ngikutin drama ini dari awal... hehe....

      Delete
  2. sun woo nelpon polisi untuk tanya tempat tinggal pesdir jin krn janji pijat!! ini menurut db aku g nonton jga!! sbelum ini dia sudah ikut rehab blajr pijat sbelumnya!!
    oh yah ep brikutnya di blog k apni yah!! aku dah pnasarn walauvsudah baca versi db tpi dgn bhasa sendiri kdang lebih jelas!! semangat ya nisa nulisnya tetap dinanti p selanjutnya!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga baca di db ya pake bahasa kalbu hahaha..... karena kemampuan english ku terbatas ckckckc....

      Delete
  3. wahh mbk anis kecewa ya, menhrapakan akan ada ciuman antara sun woo dan ji won....saat jatuh....

    waah jang il kie di suruh puasa dulu ajah......maksa ciuman....kan dosa

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan mengharapkan tapi aku pikir itu bakal ada adegannya eh ternyata ga ada... adanya di episode 8 hahaha.....

      Delete
    2. yaacchh percuma dech g bisa liat langsung, paling liat piku-nya jah, males download lemot sech.....klo ada dvd bajakan beli wae ( hhezzt tdk boleh ya jgn ditiru).....

      hbs di solo dijual bebas sech.....10 ribuan, promosi wkwkwk

      Delete
    3. huu-uum aq sebenere orng skh, tp klo nyari dvd nyasar ke SGM, hahahha minta dirimu, ntr bayar 2x lipat.....

      Delete
    4. haha iya iya, adegan gitu mah pas banget dibuat kisu, yang baca aja mikirnya gitu :D
      10 ribuan per apa tuh mbak nevi? ^^

      Delete
  4. kyakkkkkkk,,,,, aq jadi tertarik sama drama ini,,, mbak anis tanggung jawab????? project downloadku dah banyak... king 2 hearts, rooftop prince sama man of honor,, mau ngelepas man of honor tanggung :(,, gara2,,, ada yang bikin sinop tapi ga diterusin.. hayo ada yang ngaku ga????? minggu ini dah mulai mid term lagi dan tugasnya banyak yang bikin paper,,, aduh,, harus sabar,, semoga aq tetep bisa download di kampus,, hhee lol.... project selanjutnya deh download drama ini,,,,, :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hoho ya download aja atuh neg hihi... sekarang aku mah ga ada yang di download cuma Equator man aja kadang sama Feast of the gods yang lain baca sinop nya aja biar ga terlalu banyak menuh2in tempat hihi...

      Delete
    2. waahh yg man of honor, aq sedikit kecewa....soalnya endingnya g ada cipika cipiku nya,......ckckckckckckkc

      Delete
    3. dira malah suka yang kayak gitu mbak wkwkwkwk
      nah lho, baru tau mbak hisni download man of honor juga :D
      hehe dira tau kok mbak sapa yang buat penasaran itu, tapi gatau kenapa makin ke sini makin ikhlas ninggal hehe...
      gimana menurut mbak hisni?

      Delete
  5. hahaha... sun woo sangat percaya diri.. tapi aku idem sama anis.. aku juga suka... Lee Bo Young cantik banget di sini.. kontras banget sama pas lagi di film I am Happy.. karakter peran sangat mempengaruhi penampilan seorang aktris ya... itu artinya profesional...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya Irfa Lee bo young peren mahasiswa 20an tahun cocok, masih awet muda dia... aku tadinya rada khawatir setelah peran dia di Hooray For Love, trus banting jadi mahasiswa yang masih muda... ternyata dia bisa ah keren deh....

      Delete
    2. bener irfa en anis, lee bo young keliatan profesionalnya mukanya bisa 'dibentuk' sesuai dg karakter yg sedang dia perankan & hasilnya?? ga diragukan lg dehh,,

      ternyata ga di korea ga di indonesia yg jadi ahli pijat rata2 tuna netra yahh?? haha *abaikan^^*

      Delete
    3. hem, keren eonni ni ^^
      wkwkwkwk kak mimu jangan2 sering dipijet tunanetra ya buat ngilangin apa itu kartilago ya? *lupa2 t.t

      Delete
  6. entah kenapa nih tiap episode jadi pengen buat aja....

    ReplyDelete
  7. semangat semangat.......wah ada yg semangt bikin sinopsis per epi, klo aq tinggal bacanya ajah, plus share....sekalian ijin.....

    apni>> km bikin sinopsis rooftop prince?? km biasanya beli dvd nya or download,tp kebnykn mahasiswa uns bnyk download sndr secchhh

    ReplyDelete
  8. apni>> bagus bagus tingkatkan,kembangkan jgn sampai berbunga

    ReplyDelete
  9. @Apni : ok tapi ditunggu yang episode 8 nya ya... aku lagi nggarap yang 9 n seterusnya......

    ReplyDelete
  10. haha mbak nevi lucu...
    inet di uns mantap ya mbak? ^^
    hem hem mbak anis selalu semangat nih,mulai giat drama airing (drama gak airingnya semoga juga semangat hehe :D)
    MAKASIH MBAK ANIS!!! XD

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.