Friday, 27 April 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 10

Rating drama ini meningkat baik. Untuk sementara waktu berada di atas dua pesaingnya. Apa sih yang membuat drama ini mencapai peringkat atas dibandingkan dua drama lain yang tayang bersamaan. Ulasannya dapat dibaca [disini]
Untuk episode 10 dan seterusnya saya akan menuliskannya sendiri. Karena banyak cast baru dan saya belum mengetahui namanya jadi maaf kalau belum bisa menyebutkan nama-nama mereka.
Equator Man [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]

Jang-il yang merasa ada yang aneh dengan sikap Sun-woo, ia berusaha mengamati. Tapi tak ada yang mencurigakan. Ia pun pergi dengan tanda tanya besar.
Mata Sun-woo menatap lurus ke depan, ia keluar dari restouran tanpa menggunakan tongkat. Ia melihat sekeliling dan memakai kacamata hitamnya kembali. Ya, Kim Sun-woo sudah bisa melihat kembali.

-----Flash Back-----
Di luar negeri Sun-woo melakukan operasi pada matanya. Tapi hasilnya nihil, ia belum bisa melihat. Kemudian Sun-woo menjadwalkan kembali operasi matanya.
Sun-woo dan Moon Tae-joo minum di bar. Tae-joo menanyakan siapa Jang-il. Sun-woo mengatakan kalau Jang-il dulu temannya. Tae-joo kembali bertanya apa sekarang sudah tak berteman lagi. Sun-woo menjelaskan kalau ayah Jang-il berhubungan dengan kematian ayahnya.
Sun-woo : “Ayah Jang-il bekerja pada Presdir Jin dalam waktu yang lama. Setelah ayahku ditemukan tewas di gunung, Jang-il menerima beasiswa dari Presdir Jin.”

Tae-joo menduga itu hanya suatu kebetulan. Sun-woo kembali menjelaskan kalau Jang-il memukulnya dari belakang saat ia akan ke kantor polisi untuk mengirimkan petisi.
Tae-joo : “Bayangan apa yang dirasakan Jang-il ketika menyerang teman dekatnya.”
Sun-woo : “Aku tahu. Aku merasa kasihan dengannya.”
Tae-joo : “Kau tidak dalam posisi memaafkan siapapun. Pengampunan sebenarnya datang dari kekusaan. Kau hanya bisa memaafkannya saat kau bisa memukulnya.”
Sun-woo melepas kacamata, “Aku tak berniat untuk memaafkannya.”
Di tempat lain Jang-il lulus ujian tahap pertamanya.
Sementara di rumah sakit Sun-woo ngamuk karena operasinya tak berjalan sesuai harapan lagi. Ia meminta Tae-joo mengembalikannya ke Korea.
“Apa kau akan menemui Han Ji-won disana?” ucap Tae-joo keras.
“Bagaimana kau tahu?”
“Dia meninggalkan sebuah foto. Dia menuliskan pesan untukmu di balik foto dengan tulisan yang indah. Kau bisa memilih apa kau menginginkan untuk tidak tahu selamanya atau kau membacanya sendiri saat penglihatanmu pulih.” Jelas Tae-joo.
Sun-woo pun kembali menjalani operasi. Dokter membuka perban di matanya. Perlahan Sun-woo membuka mata. Samar-samar ia melihat gambar seorang gadis, semakin lama gambar itu semakin jelas. Tae-joo menunjukan foto Ji-won. (Terharu karena wajah Ji-won yang pertama dilihat Sun-woo walaupun itu hanya sebuah foto)
Tae-joo : “Aku tak yakin kau ingin melihatku pertama kali saat kau membuka matamu.”
Dokter dan Tae-joo tersenyum sumringah. Sun-woo tak bisa mengalihkan matanya dari foto Ji-won, ia terus menatapnya.
“Apa dia seperti yang kau bayangkan?” tanya Tae-joo.

Sun-woo meraih foto itu dan melihatnya lebih dekat. Teringat dalam benaknya Ji-won mengatakan kalau dia menyukai Sun-woo. Ia membaca pesan yang ditulis Ji-won di balik foto.
“Aku rasa aku menyukaimu? Bisakah, Bisakah kau memintaku untuk bersamamu? Han Ji-won.”
Sun-woo membolak balik foto, ia melihat wajah Ji-won dan membaca pesannya berulang-ulang dengan tatapan kesedihan.
Kesehatan mata Sun-woo semakin pulih, ia berlatih kendo seperti yang diinginkan Tae-joo.
Wisuda Han Ji-won, ia menerima ucapan selamat dari teman-temannya. Ia juga mendapatkan paket bunga yang cukup besar. Teman-temannya menduga kalau itu dari seseorang yang menyukai Ji-won. Ji-won mencoba menerka-nerka dari siapa bunga itu.
Kalau Ji-won dan Jang-il lulus, lain halnya dengan Sun-woo. Ia baru memulai pendidikannya. Sun-woo menggunakan identitas baru, David Kim. (Ternyata si David Kim itu Sun-woo)
“David, apa kau akan ke London?” Tanya temannya yang sepertinya orang Korea juga.
Sun-woo hanya mengangguk dan terus memperhatikan buku yang sedang dibacanya.
Han Ji-won menerima kiriman bunga dan kartu selamat natal. Tak ada nama pengirim tapi alamatnya ada dari London. Ia menduga kalau itu dari temannya yang juga ada di London tapi temannya berkata kalau dia tak mengirim kartu ucapan pada Ji-won (hah dari Sun-woo kah) tak hanya itu di hari Valentine pun ia mendapatkan paket kiriman.
Ji-won masih mengunjungi tempat rehabilitasi walaupun ia tak sering datang tapi ia selalu menyempatkannya. Manejer perpustakaan audio mengerti dengan kesibukan Ji-won.

Ji-won bertanya apa Manajer pernah mendengar kabar tentang Kim Sun-woo. Manajer mengatakan kalau ia juga mencarinya, ia sudah memeriksa daftar orang cacat di seluruh negeri tapi tak menemukan Sun-woo. Ji-won ingin tahu apa Sun-woo tak ada di Korea. Tapi Manajer meragukannya bagaimana mungkin Sun-woo keluar negeri tanpa keluarga.
Sun-woo pun lulus dari pendidikan perguruan tingginya. Tae-joo memuji Sun-woo sudah melakukannya dengan baik, melewati operasi dan mneyelesaikan pendidikan dengan baik. Sun-woo minta Tae-joo mengatakannya alasan untuk apa Tae-joo menolongnya.

Tae-joo : “Apakah seorang ayah butuh alasan untuk menolong anaknya?”
Sun-woo : “Ayahku adalah kim Kyung-pil.”
Tae-joo : “Kau anak dari wanita yang kucintai. Kyung-pil pernah dijebak dan dipenjara. Istrinya yang hamil datang meminta padaku,kalau sesuatu terjadi padanya, aku akan menjagamu.”
Sun-woo : “Lalu siapa ayahku yang sebenarnya?”
Tae-joo : “Aku juga tak tahu.”

Tae-joo mengatakan sekarang mereka tak memiliki bukti kalau Jin No-sik membunuh kyung-pil. Jadi Sun-woo jangan terlalu membencinya tanpa sebab yang jelas. Ia ingin tahu apa rencana Sun-woo selanjutnya. Apa Sun-woo akan kembali ke Korea untuk menemuinya (menemui Han Ji-won kah?)
Sun-woo : “Aku akan pergi ke equator (khatulistiwa). Kau menghabiskan waktumu untuk menjagaku. Pekerjaanmu terbengkelai membuat semua klien meninggalkanmu. Aku tahu kalau saat ini waktu yang sangat kritis, ijinkan aku membantumu.”
Tae-joo : “Itu bukan sesuatu yang bisa kau pecahkan.”

Sun-woo dengan penuh kepercayaan diri akan mencobanya. Ia ingin membalas semua kebaikan yang sudah diberikan Tae-joo. Tae-joo meyakinkan kalau langkah ini akan lebih berat daripada yang Sun-woo bayangkan. Sun-woo harus memiliki lebih banyak keberanian. Tapi Sun-woo sangat yakin akan mencobanya jika gagal ia akan kembali. Tae-joo menatap mata Sun-woo yang penuh keyakinan dan ia pun mengijinkannya.
Sun-woo bekerja di tempat tambang batu bara. Ini tambang batubara di Indonesia tepatnya di Kalimantan. Kalimantan mananya aku kurang tahu. Wah wah keren ya akhirnya benar-benar di Indonesia. Beberapa hari yang lalu sempet liat infotainment yang membahas tambang batubara Yuni Shara dan situasi gambarannya mirip sama di drama ini. Entah itu sama atau tidak tapi batubara Yuni Shara juga di Kalimantan ya karena hampir seluruh daerah Kalimantan ada tambang batubaranya.

Di lokasi tambang Sun-woo mendapat kabar kalau semua mitra bisnis Tae-joo pergi dan keadaannya semakin memburuk. Tae-joo sudah menyerah.

Sekertaris Cha melaporkan keadaan Moon Tae-joo yang hampir bangkrut dan itu sulit untuk dibenahi. Presdir Jin tersenyum ia sepertinya senang Tae-joo akan mengalami kebangkrutan.
Sun-woo mempresentasikan tambang batubara pada para investor dan memang benar itu di Kalimantan.
“Tambang batubara di Kalimantan Indonesia, batubaranya memiliki sifat yang lebih kering dan lembut. Bisa digunakan tanpa diolah kembali. Kualitasnya sangat bagus, itu bisa memotong biaya pengolahan.”

Salah seorang dari mereka menambahkan pendapat kalau Tambang batubara di Kalimantan memiliki kelembaban yang tepat dan sifat yang lembut jadi tak perlu dimurnikan. Mereka bisa memperoleh batubara dengan kualitas yang bagus dan biaya yang rendah.

Indonesia kaya akan tambang batubara yang bagus tapi kenapa dikerjakan oleh investor asing dan orang-orang kita cuma jadi buruhnya saja. Huft.....
Di lokasi tambang batubara. Para pekerja menutup batubara dengan plastik besar karena hujan turun sangat deras. Sun-woo dan pekerja lain bekerja dengan sigap, Ia bekerja keras membantu memulihkan perusahaan ayah angkatnya.

“Batubara juga memiliki sifat lembut jadi akan ada sedikit abu yang dihasilkan setelah pembakaran, ini menguntungkan. Bahkan untuk pasar Eropa yang menginginkan produk ramah lingkungan.”
Sekertaris Cha mengatakan pada Presdir Jin kalau Moon Tae-joo menghilang dan seseorang yang diketahui sebagai keturunan Korea-Amerika tengah bekerja dalam proyek ini. Presdir Jin meminta sekertaris Cha untuk mencari tahu siapa orang yang berketurunan Korea-Amerika itu.
Di lokasi tambang Sun-woo berjalan tertatih. Ia kelelahan, kepanasan. Terik matahari membuat keringatnya mengucur juga lokasi yang tak ada tempat berteduhnya.

“Kita memerlukan jalan dari tambang ke pelabuhan. Kita juga membutuhkan dermaga agar kapal besar bisa berlabuh. Kita meminta dukungan untuk proyek yang kita kerjakan.”

Sun-woo yang sudah lemah langsung ambruk tak sadarkan diri. Semua orang panik dan meneriaki namanya, David.. David..
Sekertaris Cha sudah mendapatkan data yang diperintahkan Presdir Jin. Dia bernama David Kim berusia 30 tahun. Presdir Jin menilai kalau pemuda ini sangat gigih. Ia meminta Sekertaris Cha untuk mengambil alih pembangunan tambang yang dikerjakan David Kim.
Kim Sun-woo (David Kim) menandatangani kontrak dengan investor asing. Keduanya berjabat tangan dan saling berpelukan penuh senyuman. Moon Tae-joo tersenyum bangga.
Moon Tae-joo berterima kasih karena Sun-woo sudah bekerja dengan baik. Ia mengatakan kalau pertempuran yang sebenarnya baru akan dimulai.
Sun-woo : “Aku tak akan bertarung. Aku akan menghancurkan mereka.”
Tae-joo : “Pohon yang dipenuhi serangga akan jatuh saat angin bertiup. Kau tak perlu kapak untuk menjatuhkannya. Kau hanya harus menjadi angin.”
“Kau juga tahu kalau ada yang lebih penting disini.” sambung Tae-joo. Sun-woo tahu itu. Kemudian Tae-joo memeluk Sun-woo.

-----Flash Back End---- (Ternyata berat ya perjalanan 13 tahun Sun-woo)
Han Ji-won tengah menyiapkan acara pernikahan yang dipimpinnya. Ia menilai gaun pengantin yang ada itu tak sesuai dengan designer yang dihubungi oleh hotel mereka. Ji-won merasa hal ini harus dibahas dalam rapat. Ia mengatakan Bos-nya tak bisa memilih gaun hanya berdasarkan pendapat sendiri itu akan membuat orang salah paham. Bos-nya tanya apa maksud Ji-won dengan mereka akan salah paham. Ji-won mengatakan kalau tahun lalu mereka memecat staf yang melakukan penyuapan.

“Jadi kau bilang aku disuap oleh designer untuk memasukkan gaunnya? Apa kau satu-satunya yang bisa memutuskan disini?” Bos-nya marah dan merasa tersinggung.
Ji-won berada di aula yang akan digunakan sebagai tempat acara pernikahan. Ia membetulkan letak vas yang tak sesuai.

Pintu aula sedikit terbuka, Sun-woo dengan kacamata hitamnya memperhatikan semua yang dilakukan Ji-won. Ji-won tak menyadari ada orang yang terus memperhatiknnya.

(ah greget sama scene ini, ada kerinduan yang mendalam terlintas dari sorot mata Sun-woo yang tertutup kacamata. Ah padahal itu udah deket masa Ji-won ga ngliat sih)
Sun-woo menutup pintu, ia akhirnya melihat Ji-won secara langsung tapi ia tak bisa berbuat banyak dengan mengatakan kalau itu dirinya, Kim Sun-woo yang selalu memanggil Ji-won dengan sebutan Hemingway.
Geum-jool bekerja membuka bengkel. ia dibantu beberapa pekerja. Ia mengeluh dengan mobil yang tengah diperbaiki. Ia menilai kalau mobil baru ini tak ada masalah jadi apa yang perlu ia perbaiiki. (Jika ada yang membaca tulisan ini selain di www.anishuchie.blogspot.com maka tulisan ini sudah dicopas tanpa sepengetahuan penulis)

Tiba-tiba ada langkah kaki yang mendekat ke tempatnya. Ia keluar untuk menemui orang itu. Betapa tercengangnya dia ketika melihat Sun-woo ada di depannya. Ia gemetaran tak percaya.
“Apa mobilku ada masalah?” tanya Sun-woo.
Geum-jool tak bisa berkata-kata. Sun-woo mengeluarkan kalung emas yang ia janjikan untuk Geum-jool.
Geum-jool langsung berhambur memeluk Sun-woo. Ia menangis haru karena Sun-woo sudah lebih dari 10 tahun tak menghubunginya. Ia ingin melihat untuk memastikan lagi apa yang ada di depannya ini benar Sun-woo.

Sun-woo membuka kacamata dan memperhatikan Geum-jool dari atas sampai bawah, “Kau tambah tua. Aku hampir tak bisa mengenalimu.”
“Apa kau bisa melihatku?” Geum-jool tak percaya.
Sun-woo memeriksa kalung yang dipakai Geum-jool dan berkata kalau Geum-jool tambah gemuk. Geum-jool hampir pingsan karena tak percaya, anak buahnya langsung menopang tubuh besarnya.
Geum-jool mengenakan dua kalung emas. Ia masih tak percaya bisa melihat Sun-woo lagi. Ia takut kalau ini hanya mimpi. Ia tanya apa sebenarnya yang terjadi, “Apa kau melakukan operasi? Teman ayahmu bukan orang jahat? Kau bekerja apa? Apa yang kau kerjakan sekarang?”

Sun-woo tersenyum meminta Geum-jool bertanya satu-satu. Geum-jool tak tahu lagi harus berkata apa. Ia sudah kadung senang bisa bertemu Sun-woo lagi. Ia senang Sun-woo masih hidup, mati sekarang pun ia rela. Sambil mengusap air mata Geum-jool kembali berharap kalau ini bukan mimpi.

Sun-woo tanya apa Geum-jool mendengar kabar tentang Jang-il dan Soo-mi. Geum-jool mengatakan kalau Jang-il dan Soo-mi sudah menjadi orang terkenal. Jang-il menjadi jaksa yang sering muncul di TV. Soo-mi sering masuk koran karena pamerannya. Ia meminta Sun-woo menceritakan tentang diri Sun-woo.

Sun-woo menceritakan kalau ia menghabiskan waktunya di luar negeri. Opersi matanya berhasil dan ia juga kuliah. Sekarng ia menjalankan bisnis di perusahaan investasi. Geum-jool ingin tahu apa Sun-woo menjadi Presdirnya.

Sun-woo tak menjawab ia mengatakan kalau ia akan membayar Geum-jool 10 kali lipat dari apa yang Geum-jool kerjakan sekarang. Biarkan saja orang lain yang menjalankan bengkel untuk saat ini. Geum-jool tak mengerti arah pembicaraan Sun-woo. Sun-woo ingin Geum-jool membantunya. Geum-jool jelas saja mau membantu.

Sun-woo : “Kau bilang ada supir taksi yang membawa ayahku ke villa Presdri Jin kan?”
Geum-jool membenarkan. Sun-woo ingin Geum-jool menemukan orang itu dan juga cari detektif yang menangani kasus ayahnya. Geum-jool cemas, ia takut Sun-woo akan melakukan yang tidak-tidak. Sun-woo meyakinkan kalau ia hanya ingin tahu saja.
Sun-woo berada di kantor polisi. Ia membaca berkas kematian ayahnya yang catatannya masuk ke kantor polisi.
Di kantor kejaksaan. Ada 3 pegawai yang membantu pekerjaan Jang-il dua pria dan seorang wanita. Pegawai Jang-il tengah mengacak-acak tempat sampah untuk mencari bukti dan mereka menemukan sesuatu, potongan-potongan kertas yang sudah dihancurkan. Mereka berpendapat kalau saja mereka berhasil menyatukan potongan kertas itu mereka bisa menahan Presdir Yoon.

pegawai lain mengatakan kalau mereka tak begitu ahli dengan yang namanya sumber daya alam (barang tambang) kenapa mereka tidak menyewa orang yang lebih ahli saja. Jang-il merespon siapa yang bisa. Pegawainya bilang ada seorang pebisnis Korea yang bernama David Kim. Jang-il setuju.

Pegawai wanita menanyakan apa pemberitahuannya melalui surat tertulis. Jang-il ingin David Kim datang ke kantornya supaya ia bisa berdiskusi langsung.

Pegawai Jang-il menggabungkan potongan kertas dan menemukan sesuatu. Ia mendaptkan nama Direkturnya dan mereka bisa menahannya dalam waktu dekat. Si pegawai wanita menebak kalau Presdir Yoon nantinya pasti akan keluar dengan kursi roda lagi walaupun bisa berjalan.

(haha itulah tersangka kalau sudah dinyatakan bersalah kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pasti ada aja alasannya. Sakitlah, lagu lama.. di Indonesia banyak)
Jang-il mengingat pertemuannya dengan Sun-woo tadi, ia masih tak percaya kalau Sun-woo sudah bisa bepergian sendiri. “Dia tak membawa tongkatnya.” gumam Jang-il.

Lee Young-bae menerima telepon dari Jang-il. Jang-il menanyakan nomor telepon Sun-woo yang digunakan untuk menghubungi ayahnya.
Jang-il menelepon nomor yang ia terima dari ayahnya. Terdengar dari seberang sana seorang pria yang bicara, “Pusat rehabilitasi tuna netra.”
Jang-il langsung bertanya apa ada yang bernama Kim Sun-woo. Pria itu malah balik bertanya, “Kim Sun-woo? Dibagian mana dia?”

Jang-il jadi bingung ia tak tahu karena sepengetahuannya Sun-woo menelepon dirinya menggunakan nomor telapon ini. Pria itu mengatakan kalau itu sangat sulit ditemukan kalau tidak tahu dia di bagian mana. Ternyata Sun-woo sudah berada di samping pria yang menerima telepon. Ia terus mendengarkan.

Jang-il menanyakan apa penyandang tuna netra bisa bepergian tanpa menggunakan tongkat dan tanpa pendamping. Pria itu menjawab kalau penyandang tuna netra bisa memanggil taksi untuk membawa mereka ke tempat yang mereka inginkan. Mereka bisa melakukannya tanpa tongkat. Jang-il menutup teleponnya dan mengucapkan terima kasih.

Pria tadi langsung bertanya pada Sun-woo apa ada yang bisa dibantu. Sun-woo mengatakan kalau ia baru datang beberapa hari yang lalu. Ia sudah menelepon untuk pelayanan rekaman. Sun-woo berbasa-basi bertanya telepon tadi menanyakan apa. Pria itu mengatakan kalau ia tak tahu ada yang mencari orang atau tongkat. Ia juga tak paham. (ternyata keduanya tak saling mengenal)

Jang-il berpapasan dengan teman satu kantornya yang juga seorang jaksa. Temannya bertanya apa Jang-il tak pergi. Jang-il tanya kemana.
Sebuah acara pernikahan dilaksanakan di hotel tempat Han Ji-won bekerja dan kebetulan ia penanggung jawab acaranya.

Jang-il dan temannya juga ada disana. Keduanya berbincang-bincang, Jang-il tahu kalau temannya itu sedang menangani kasus besar. Ia penasaran kasus apa itu. Temannya belum berani mengatakan ia akan menjelaskannya nanti ketika sudah mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Ketika kedua pengantin sudah memasuki aula secara, tak sengaja Jang-il melihat Ji-won. Keduanya bertatapan, tapi Ji-won berusaha mengalihkan pandangannya dan melanjutkan kerjanya seprofesional mungkin.
Ji-won keluar dari aula Jang-il mengikutinya. Jang-il melihat Ji-won tengah berbincang dengan seorang pria. Jang-il tersenyum menatap Ji-won.

Ketika Ji-won sudah pergi Jang-il memberanikan diri bertanya pada pria yang bicara dengan Ji-won. Ia menanyakan apa wanita itu benar Han Ji-won. Pria itu membenarkan. Jang-il bertanya lagi apa Ji-won bekerja di hotel ini. Pria itu menjawab kalau Ji-won Manajer tamu VIP. Pria itu balik bertanya apa ada masalah, Jang-il pura-pura mengungkapkan alasan ia ingin konsultasi masalah pernikahan.
Acara pernikahan selesai Ji-won sudah mau pulang tapi ada seorang juniornya yang mencegat. Ia bertanya pada Ji-won apa gosip itu benar. Ji-won tak mengerti gosip apa itu.

Ji-won menemui bos-nya. Ia terkejut kalau ia dituduh menerima suap. Bos-nya berkata kalau ia juga terkejut.
“Apa kau menjebakku karena kau takut aku akan bicara di rapat nanti? Aku akan bicara dengan Direktur besok.” Kata Ji-won. 
Bos-nya mengatakan kalau Direktur sedang tak di tempat. Dia pergi karena ada urusan bisnis dan menyuruhnya untuk menyelesaikan masalah ini. keputusannya mereka akan menurunkan gaji Ji-won. “Kau bekerja sudah lama jangan berpura-pura seperti anak baru.”

Ji-won menerima telepon dari Hye-won, adiknya. Ia mendapat kabar kalau ibunya harus dioperasi. Ji-won meminta adiknya segera membawa ibu ke rumah sakit dan masalah biaya tak usah khawatir.
Ji-won pulang menggunakan bis. Ia mengambil kartu nama milik seseorang dari perusahaan Head Hunters. Ia pun teringat obrolannya dengan seseorang.

Orang itu mengatakan kalau Ji-won nantinya akan menerima gaji berupa cek kosong. Ji-won bisa menegosiasiakan berapapun gajinya dan Ji-won akan diperlakukan lebih baik.
Ji-won mencoba menghubungi nomor telepon si pemilik kartu nama.
Ji-won kembali mendapatkan kiriman disertai dengan kartu ucapan.
“Aku tak bisa menemuimu jadi aku mengirimkanmu bunga. Lama tak bertemu, Ji-won. Aku bertanya-tanya bagaimana keadaanmu? Aku sering memikirkanmu.”

Ternyata itu kiriman dari Jang-il. Temannya berseru, “Itu sang jaksa akhirnya dia menunjukan diri.” Mereka heran kenapa dia merahasiakannya sampai sekarang, mereka mengira itu karena dia sibuk atau tengah mengikuti ujian kepangkatan.

Ya itu kiriman bunga dari Jang-il. Jang-il baru sekarang ngirim bunga dan ucapan yang sebelumnya pasti Sun-woo. Temannya mengira kalau dari dulu Jang-il yang selalu mengirim Ji-won bunga dan kartu ucapan tanpa nama. Ji-won sendiri juga masih belum tahu siapa yang mengirimkan bunga untuknya.
Ji-won membereskan tempat untuk acara pertemuan. Junior Ji-won tahu siapa itu Jang-il, dia jaksa yang terkenal. Mereka heran kenapa dia mengirim bunga tanpa nama bertahun-tahun (bukan Jang-il itu mah). Ji-won sendiri juga tak mengerti. Ia mengingat perkataan Jang-il padanya dulu, “Tak bisakah kau menyukaiku saja?”

Ji-won tanya jam berapa tamu VIP-nya akan datang. Juniornya menjawab kalau David Kim akan datang jam 5. Mereka mengatakan usia david kim sekitar 30 tahun dan memiliki sifat yang aneh. Ji-won mengatakan ia ada janji jam 3. Kalau mereka mencarinya katakan saja kalau ia akan segera kembali.
Ji-won naik taksi dan terjebak macet diluar hujan pun mulai turun. Ia menerima telepon dari Hye-won, ia meminta Hye-won membawa ibunya ke rumah sakit dan segera memberi kabar padanya. Ia akan ke rumah sakit setelah pulang kerja.

Ji-won menerima telepon dari Direktur yang tempo hari ia telepon. Ia mengatakan kalau ia sudah di jalan dan terjebak macet dan bukankah ia hanya melakukan wawancara dengan pihak HRD saja. Tapi Ji-won sangat terkejut ternyata ia harus wawancara dengan Presdir-nya. (Jika ada yang membaca tulisan ini selain di www.anishuchie.blogspot.com maka tulisan ini sudah dicopas tanpa sepengetahuan penulis)

Ji-won berjalan tergesa-gesa, ponselnya berbunyi tapi ada orang sembrono yang menabraknya. Jatuhlah ponsel Ji-won. Ia akan mengambil ponsel itu dan naas baginya karena tadi hujan ada mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi di jalanan yang becek alhasil kecipratan deh si Ji-won.

Ji-won melihat jam tangan dan sudah tak ada waktu lagi ia pun sesegera mungkin berjalan. Ji-won sampai di kantor yang ia tuju tapi ia ke toilet dulu untuk mengganti pakaian (Kayaknya sih melepas jaket)
Ji-won masuk ke ruangan Presdir. Ia melihat si Presdir berdiri menatap jendela membelakanginya. (kyaaaa..... itu Kim Sun-woo)
Ji-won minta maaf karena terlambat datang ada sesuatu yang harus ia lakukan sebelum datang ke sini.
“Kau boleh pulang.” sahut Sun-woo sang Presdir.
Ji-won kaget mendengarnya.
“Aku bilang kau bisa pulang.” Sun-woo mengucap ulang. “Siapa yang akan mempekerjakan orang yang terlambat datang ke wawancara?”
Ji-won kembali minta maaf karena tadi ada kejadian darurat.
“Setiap orang memilki alasan pribadi.” Sun-woo berbalik badan dan lihat betapa tercengannya Ji-won melihat pria yang ada di depannya ini. Ji-won tak bisa berkata-kata ia seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia hampir menitikan air mata.
“Kau bisa pulang, tak ada wawancara.” Sahut Sun-woo dingin kemudian duduk di kursi melanjutkan pekerjaannya.
Ji-won yang masih tak mempercayai penglihatannya hanya berdiri terdiam dan lihat mana sepatu Ji-won dia ga pake sepatu masuk ke ruangan Presdir.

Sun-woo menelepon sekertarisnya agar Tuan Koon segera masuk. Ia menyuruh Ji-won segera pergi tapi kalau Ji-won menyesali kejadian hari ini Ji-won bisa datang kembali dan membuat janji minggu depan. Kalau sampai Ji-won terlambat lagi ia tak punya pilihan lain.

Ji-won keluar dari ruangan Sun-woo dengan perasaan yang tentu saja sedih karena Sun-woo tak mengenalnya. Mungkin ia berfikir apa ia salah mengenali orang tapi Ji-won yakin kalau itu Sun-woo.

(Dan kenapa dirimu tidak bilang kalau dirimu Miss hemingway--- “Sun-woo ssi ini aku Hemingway.” gitu kan bisa---- dan bukannya Sun-woo tak mengenalimu ada banyak hal yang dipikirkan Sun-woo dia juga memendam rindu yang mendalam)
Ji-won berjalan lemas di luar kantor, ia jongkok dengan perasaan tak menentu. Senang karena Sun-woo kembali tapi sedih karena Sun-woo tak mengenalinya.

Ji-won mengingat ketika ia berlari di lapangan dan terjatuh bersama, Sun-woo meraba wajahnya dan berkata kalau Ji-won ternyata lebih cantik dari pada yang Sun-woo bayangkan. Ji-won sadar kalau Sun-woo dulu tak pernah melihat wajahnya dan tak tahu seperti apa dirinya.
Ji-won kembali ke kantor Sun-woo dan bertanya pada pegawai disana apa Presdir masih ada di tempat, bisakah ia menemuinya sebentar saja. Pegawai itu mengatakan kalau Presdir mereka baru saja keluar. Ji-won bertanya apa Presdir-nya bernama Kim Sun-woo. Petugas itu menjawab bukan dan mengatakan kalau Presdir mereka bernama David Kim.

Ji-won sampai di hotel tempat ia bekerja. Ia mengingat kalau ia memberikan fotonya pada Sun-woo. Ia berfikir apa Sun-woo menghilangkan foto dirinya sehingga Sun-woo tak bisa mengenali ketika bertemu dengannya.
Sun-woo dan Koon menatap foto dan biodata Ji-won. Koon heran kenapa Sun-woo pura-pura tak mengenal Ji-won. Sun-woo mengetakan kalau ia pergi sudah terlalu lama dan ia juga pergi tanpa janji apapun. Bagaimana bisa ia tiba-tiba meminta Ji-won untuk menerimanya (Sun-woo apa dirimu lupa dengan surat yang kau tulis untuk Ji-won)

Koon : “Apa kau kira dia bisa mengenalimu juga?”
Sun-woo : “Aku tak tahu.”
Koon : “Apa dia akan datang wawancara minggu depan?”
Sun-woo : “Mungkin saja.”

Koon ingat kalau Sun-woo ada perjalanan bisnis ke Perancis bulan depan, kenapa Sun-woo tak membawakan sesuatu yang bagus dari sana. Sun-woo meminta perjalanan bisnisnya ditunda dulu. Koon mengatakan kalau ini perjalanan bisnis ini sangat penting. Sun-woo menjelaskan kalau kasus ayahnya akan segera berakhir masa penyelidikannya.
Di rumah, Ji-won membuka kotak tempat ia menaruh barang-barang milik Sun-woo. Ia kembali membaca surat yang ditinggalkan Sun-woo untuknya. Ia juga membaca amplop surat yang ditujukan untuk Sun-woo, nama pengirimnya tak ada tapi kita tahu kalau surat itu dari Choi Kwang-chun, ayah Soo-mi.
Jang-il sibuk di kantornya. Melihat Jang-il yang cukup sibuk pegawainya meminta Jang-il beristirahat. Pegawai wanita juga bilang kalau semua orang iri karena bos-nya tampan. Jang-il tak memperdulikan ucapan pegawainya, ia malah bertanya apa ada telepon untuknya. (berharap Ji-won meneleponnya)

Pegawainya mengatakan kalau ada telepon dari agensi, kepala kejaksaan dan dari analis digital. Jang-il tampak kecawa karena yang menelepon tak sesuai dengan yang ia tunggu. Pegawai wanita menerima telepon dan mengatakan itu dari Presdir Jin. Tapi Jang-il malas menerimanya dan mengatakan ia akan menelepon nanti.
Presdir Jin terlihat kecewa Jang-il mengabaikan teleponnya. Ma Hee-jung tanya kenapa apa Jang-il tak mau menjawab telepon suaminya. Ia mengatakan kalau jaksa di Korea bukan hanya Lee Jang-il, ia tak tahan dengan kesombongan Jang-il.

Presdir Jin berkata kalau Jang-il lebih mudah dimanipulasi. Ma Hee-jung tak mengerti bagaimana dia bisa dimanipulasi dia bahkan tak mau mendengar.
Presdir Jin : “Orang yang tidak pernah berubah saat situasi sulit. Kita tidak pernah tahu apa yang mereka sembunyikan.”
Ma Hee-jung : “Apa karena kau harus bertemu komisaris?”

Sekertaris Cha ikut bicara kalau masalahnya bukan karena itu, ada jaksa yang menyelidiki perusahaan kita dan dia teman kerja Lee Jang-il (apa teman Jang-il yang ke pesta pernikahan bareng itu ya)

Ma Hee-jung ingin tahu penyelidikan tentang apa ini. Presdir meyakinkah kalau istrinya tak perlu mengkhawatirkan apa-apa.
Soo-mi melakukan wawancara dengan beberapa wartawan. Ia menyatakan kalau semua karyanya adalah kenyataan. Kenyataan yang ada di pikirannya.
Di sebelah Soo-mi, Park Yoon-joo juga mengatakan kalau Soo-mi terpilih sebagai 50 rang terbaik yang menginspirasi sutradara hollywood. Tapi Soo-mi meralat bukan 50 tapi 31 orang.

Setelah selesai wawancara Soo-mi melihat-lihat lukisannya yang sudah dipasang dan siap-siap untuk pembukaan galery. Yoo-joo tanya apa Soo-mi yakin tidak membutuhkan bantuannya untuk mengirimkan undangan. Soo-mi mengeluarkan satu undangan dan meminta Yoon-joo mengirimkannya.

Yoon-joo membaca untuk siapa undangan itu dan ternyata memang benar untuk Jang-il. Ia ingin tahu apa Soo-mi mengenal Lee Jang-il, karena ia sudah mengenal Jang-il sejak Jang-il masih sekolah dan Jang-il mendapatkan beasiswa dari perusahaan ayah tirinya. Soo-mi tahu itu dan mengatakan kalau ia teman sekolah Jang-il.

Soo-mi ingin tahu dimana tempat tinggal Jang-il apa masih tinggal dengan ayahnya. Yoon-joo tak tahu pasti tapi sepertinya begitu. Ia mendengar kalau Jang-il tak pernah pacaran ataupun menikah. Dia seseorang yang gila bekerja.
Sun-woo nge-gym di hotel tempat ia menginap, hotel yang sama tempat Ji-won bekerja. Ji-won mendekatinya dan bertanya apa Sun-woo bisa tidur nyenyak. Sun-woo malah balik bertanya apa yang dilakukan Ji-won disini. (Sebagai seorang manajer tamu VIP sudah menjadi tugas Ji-won agar tamunya merasa puas dengan pelayanan hotel)

Ji-won mengatakan kalau Sun-woo bisa memanggil pelayanan kamar untuk menyiapkan sarapan atau mereka bisa menyiapkannya di ruang VIP. Dengan sikap dingin Sun-woo mengatakan kalau ia bisa mengurus dirinya sendiri jadi tenang saja. Ji-won mengingatkan kalau ada rapat jam 3 di lantai 11. Ji-won tanya apa ada lagi yang dibutuhkan.

Sun-woo tanya apa orang yang kemarin bersama Ji-won itu atasan Ji-won. Ji-won membenarkan. Sun-woo menilai kalau atasan Ji-won memiliki kesan yang buruk, seandainya ia menjadi Ji-won ia akan segera keluar dari tempat kerja. “Rahasiamu aman ditanganku.” kata Sun-woo.
Ji-won : “Apa kau tak ingat suaraku?”
Langkah Sun-woo terhenti, ia diam untuk beberapa saat. Sampai ia berbalik badan dan meminta Ji-won mengambilkan baju karena ia meninggalkan bajunya di kamar mandi.
Lee Young-bae mengatakan pada putranya kalau Istri Presdir membuka galery dan pembukaannya malam ini. Mereka memaksanya agar ia datang bersama Jang-il. Jang-il sudah tahu maksud dan tujuan mereka yang menginginkan bantuan, jadi ayahnya tak perlu memikirkannya. Kalau ayahnya ingin datang lebih baik datang sendiri.

Young-bae : “Jaksa Lee, tak bisakah kau membuat ayahmu ini sombong sekali saja? Aku ingin menjadi orang yang membanggakan di depan orang-orang itu. apa aku tak bisa?”
Jang-il diam saja.
Di kantornya Jang-il menerima undangan pameran karya-karya Soo-mi. Choi Soo-mi Art Exhibition 19 April 2012.

Jang-il bertanya pada pegawainya orang yang ahli itu tidak datang hari ini kan. Pegawainya bilang kalau dia akan datang besok.
Sun-woo menerima telepon dari pegawai Jang-il. Ia siap membantu dan itu tak akan sulit untuknya. Sun-woo tanya siapa nama jaksanya. “Lee Jang-il? Bagus kalau begitu sampai nanti.”
Sun-woo dan Koon berada di tempat perjudian. Ia menemukan supir taksi itu disana dia tengah berjudi. Sun-woo akan menjadi lawan main si supir taksi. Ternyata hidup si supir taksi tak karuan karena hobinya yang bermain judi dan selalu kalah.
Sun-woo : “Aku bisa memberikan apapun yang kau mau, asalkan kau mengingat ayahku.”
Jang-il menelepon Ji-won, ia ingin berkonsultasi tentang acara resepsi. Ji-won bersedia membantu. (Ji-won belum tahu kalau yang menelepon itu Jang-il)

Sun-woo menuliskan informasi yang ia dapatkan di laptopnya. Ia tahu identitas si supir taksi. Dia bernama Park Kyung. Dia membawa Kim Kyung-pil ke villa Jin No-sik sekitar pukul 4 atau 5 tanggal 12 april 1997. Dia sangat ingat karena ketika itu dia berdebat masalah ongkos pulang.
Bel kamarnya berbunyi ada yang datang, Koon membukakan pintu. Han Ji-won datang membawakan sampagne sebagai hadiah dari pihak hotel untuk Sun-woo. Koon langsung menerima dan berterima kasih tapi ia bergumam kenapa tak ada cemilannya. Sun-woo tetap menatap layar laptop tapi ia sedikit tersenyum mendengar Koon mengatakan itu. Ji-won akan menyuruh pelayan untuk membawakannya. Dengan sikap dingin sambil terus menatap laptop Sun-woo mengatakan kalau itu tak apa-apa.

Jang-il sampai di ruangan kerja Ji-won. Pegawai disana menanyakan apa ada yang bisa dibantu. Jang-il menjelaskan kalau ia sudah membuat janji untuk konsultasi resepsi. Jang-il melihat ada buku hukum studi kasus perdata di meja kerja Ji-won.
Ji-won sampai dan terkejut ternyata yang meneleponnya tadi itu Jang-il. Jang-il mengatakan kalau ia menginginkan acara untuk ulang tahun ayahnya. Ia ingin makan malam keluarga.
Ji-won berusaha seprofesional mungkin. Ia menunjukan beberapa contoh perlengkapan yang biasa digunakan untuk acara makan malam. Ji-won terus menjelaskan tapi Jang-il terus menatapnya.

Jang-il ingin tahu buku hukum apa yang ada di meja Ji-won. Ia tahu kalau Ji-won sedang tidak mengikuti ujian hukum. Ia bersedia membantu kalau Ji-won memiliki masalah tentang hukum. Ji-won hanya menjawab singkat kalau ia tak apa-apa.

Acara pembukaan dan pameran galery.
Ma Hee-jung sangat menyukai lukisan Soo-mi, ia jadi tak sabar menunggu pameran yang selanjutnya. Lee Young-bae datang. Ma Hee-jung mengenalkan Soo-mi pada Young-bae. Yoon-joo memberi tahu kalau Soo-mi itu teman sekolah Jang-il. Young-bae tak menyangka putranya memilki teman yang hebat seperti Soo-mi.
Jang-il ternyata datang ke galery. Ia melihat Soo-mi berbincang dengan ayahnya. Ia tak jadi masuk dan akan kembali tapi ayahnya memanggil. Soo-mi berterima kasih karena Jang-il sudah datang, ia benar-benar tak menyangka kalau Jang-il mau datang. Jang-il berusaha tersenyum yang memaksakan dan mengucapkan selamat pada Soo-mi. Jang-il pamit ia harus kembali.
Jang-il akan keluar tapi langkahnya terhenti karena sebuah lukisan. Lukisan yang sepertinya tak asing baginya. Perlahan ia berbalik untuk menatap lukisan itu.

Jang-il mengamati lukisan seorang pria berjalan di jembatan dengan sekelilingnya lautan dan tebing. Soo-mi memperhatikan Jang-il yang terus menatap lukisannya, ia tahu sesuatu. Jang-il melotot ke arah Soo-mi, Soo-mi segera mengalihkan pandangannya.
Jang-il penasaran dan berjalan maju untuk melihat lukisan itu lebih dekat lagi. Jang-il sadar kalau ia pernah berada di tempat itu dan yang ada di lukisan itu adalah dirinya setelah menceburkan tubuh Sun-woo ke laut. (Jika ada yang membaca tulisan ini selain di www.anishuchie.blogspot.com maka tulisan ini sudah dicopas tanpa sepengetahuan penulis) Choi Soo-mi apa dia melihat langsung peristiwa pemukulan dan pembuangan tubuh Sun-woo di laut. Kalau tidak bagaimana dia bisa melukiskan dengan begitu jelas. ya, dia tahu..
Tubuh Jang-il gemetaran.
Presdir Jin datang dan menyapanya. Jang-il berusaha setenang mungkin membalas sapaan Presdir Jin.
Presdir bertanya tentang jaksa tengah melakukan penyelidikan tentang dirinya. Ia minta Jang-il untuk mencari tahu.

Dengan tatapan tajam Jang-il bertanya kenapa jaksa itu menyelidiki Presdir Jin. Presdir berusaha bersikap polos dengan mengatakan kalau ia tak tahu. Jang-il berkata kalau ia tak bisa ikut campur dengan kasus yang ditangani temannya walaupun itu teman dekatnya.
Presdir Jin : “Kalau aku diperiksa, sesuatu yang buruk juga akan terjadi padamu.”
Apa presdir Jin tahu sesuatu dan mengancam Jang-il.

Di kantor kejaksaan. Jang-il dan pegawainya tengah menunggu si orang ahli dibidang sumber daya alam tambang. David Kim. Pegawainya berbasa-basi seharusnya Jang-il itu berkencan. Jang-il tersenyum dan mengatakan kalau ia akan berkencan jadi jangan khawatir.
Orang yang ditunggu pun datang. Jang-il tercenang tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Kim Sun-woo datang ke kantornya.

Sun-woo berjalan mendekat ke arah Jang-il, “Apa kau jaksa Lee Jang-il? Senang bertemu denganmu, aku David Kim.” Sun-woo mengulurkan tangan akan menjabat tangan Jang-il.
Akankah Sun-woo menyembunyikan identitas aslinya kepada Jang-il seperti yang ia lakukan pada Ji-won.


8 comments:

  1. waah...secara tdk langsung, korea sdh mempromosikan kekayaan batu bara di indonesia, trimaksih trimakasih. tp syang kita hanya bisa melihat negara asing mengambilnya...keuntungannya

    syutingnya di kalimantan, klo tau gitu aq ke sana ckckck.........

    waahh awal pertemuan sun wo dgn ji won, aq pikir akan di lanjutkan di epi 11 jd kan penuh tanda tanya gitu,eehh ternyt malah jang il ma sunwo sgb david kim.

    jd kurang bgmn begitu.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepertinya itu memang kalimantan coz mirip banget....

      greget saya sama pertemuan Sun woo - Ji won hahaha...

      Delete
  2. .wah, mian mba anis soalx baru bisa koment lgi *kangen berat neh ma mba nis*
    .kemaren2 ku pikir nii drama ga bgus, tpi baxk temen2ku yg blng klo nie drama benerrrrr2 seru. trus krna penasaran, jadi deh ku ke sasar di blogx mba lgi...hehehe
    .mba, ku mo ijin pamerin linkx mba anis dan mba apni di blogKu, boleh tdk yah?? *cuman link aja*
    Kemaren linkx mba anis yg midnight sun udh ku pamerin, mian krna ga mnta ijin dulu!!*hiks..hiks..hiks.*
    .oh yah, knapa mba apni ga' join lgi ma mba anis?

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo rekha ya kangen juga, setelah ending CYHMH ga nongol lagi hehe...

      Boleh aha nge-link mah....

      Ga kenapa-kenapa, saya pengen nulis tiap episodenya aja....

      Delete
  3. iya betul... tapi memang harus ada satu pemeran yang melow kalau semuanya keras bisa jadi ganas nih drama hehe.... Ji-won penetral karakter...

    benar, apalagi Soo-mi wow aku barusan liat episode 12... ya Soo-mi tahu semuanya... dia kok kayak bapaknya diam saja melihat kejahatan yang disaksikannya... bisanya cuma mengancam dari belakang, makin menegangkan....

    ReplyDelete
  4. anyeong mb anis, salam kenal yaa.. anak baru di dunia per blog-an korea neh..

    sedkit curhat ya mba, awalnya aku mikir drama ini berat.. tapi pas aku putuskan untuk download, aku malah makin penasaran dg kelanjutan ceritanya.. dan aku tertarik membuat sinop nya di blo ku tapi agak terbengkalai lantaran skripsi ku menanti.. huhu :(

    tapi ternyata drama ini banyakpesan moralnya dan yang paling aku suka adalah karakter Sun Woo yang selalu tulus ppdhl ia suka berantem yaa mb, jadi gimana gt, hehee..

    dan aku sangat sangat benci dg Jang-Mii couple, entah bagaimana bisa ada orang sejahat mereka.. sepertinya mereka sahabat kental Hong Se Na deh, hheeheeh

    mb aniss, Hwaiting ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga geulis...

      hehe iya, aku suka drama yang rada berat. kesannya lain daripada yang lain gitu... semangat buat bikin sinopnya ya,..

      kalau aku berusaha mungkin ga membenci mereka berdua... positif thinking aja hahaha... semoga nanti ada akhir yang indah buat keduanya... ga rela rasanya kalau di ending Jang-il ga bahagia, dia sudah banyak tertekan...

      Delete
    2. iyaaa tar dilanjut setelah skripsi agak kelar juga.. hehehe

      mungkin aku benci karena mereka terlalu jahat, tapi melihat sisi lain mereka aku justru merasa kasian mb..

      kykna mereka berdua itu kesepian dan melakukan itu ada alasannya..

      smga semuanya bahagia ^^

      Delete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.