Kita masih berada dimasa mereka kuliah, tepatnya di tahun 1995. Do Jin, Yoon dan Tae San berada di sebuah ruangan sempit menonton episode terakhir drama The Sandglass. Sebuah drama yang pada saat itu menjadi drama yang terkenal karena mampu meraup rating nasional sebesar 64,5% (wow!!!)
-----pemberitahuan aja nih ya, saya sampai sempet2in download n nonton episode terakhir The Sandglass dan memang bener2 daebak deh. Adegan dimana Park Tae Su menjelang dihukum mati bener2 bikin merinding sampai suara pistol bunyi-----
-----pemberitahuan aja nih ya, saya sampai sempet2in download n nonton episode terakhir The Sandglass dan memang bener2 daebak deh. Adegan dimana Park Tae Su menjelang dihukum mati bener2 bikin merinding sampai suara pistol bunyi-----
Do Jin, Yoon dan Tae San menonton drama penuh penghayatan. Ketiganya berlindung dibawah satu selimut menyaksikan adegan terakhir dimana Park Tae Su, si pemeran utama akan menjalani hukuman mati.
Tae San bertanya dengan suara pelan apa Tae Su benar-benar akan mati. Do Jin menyenggol memberi tanda agar Tae San diam. Mereka bertiga tak tega melihat adegan dimana mata Tae Su ditutup sebelum eksekusi. Dan akhirnya Tae Su pun menjalani eksekusi hukuman matinya. Drama The Sandglass pun tamat, ketiganya menyenandungkan suara musik pengiring dari drama tersebut.
Tae San mematikan TV-nya. Ia mencoba menirukan adegan apa yang ada di drama tadi. Kedua temannya berteriak huwaaaa.... Yoon juga tak kalah, ia ikut mengucapkan apa yang dikatakan Tae Su di dialog akhirnya. Huwaaaa....
Ketika ketiganya tengah asyik menirukan adegan terakhir drama Jung Rok datang dan terheran-heran. Ia bertanya apa dramanya sudah tamat. Ia kesal karena tak bisa menonton ditambah lagi ia tak melihat seorang pun dijalan pasti semuanya lagi nonton. Ia ingin tahu ending dramanya apa Tae Su meninggal. Do Jin menyarankan kalau Jung Rok ingin tahu lebih baik nonton tayangan rerun-nya saja. Ketiganya tak mau mengatakan bagaimana ending dramanya.
Jung Rok sudah menebak ketiga temannya pasti seperti ini, ia pun akan bertanya langsung pada ibunya. Ia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi ibunya, ketiga teman Jung Rok langsung terpukau melihat benda yang belum semua orang memilikinya.
Wah... keren sekali......
Ini handphone ya....?
Wah model terbaru.....
Jung Rok pun akan menghubungi ibunya menanyakan ending dari drama The Sandglass. Ketiga temannya langsung menyahut kalau Tae Su meninggal. Dia dihukum mati hanya begitu saja kata mereka. Mereka pun merebut ponsel Jung Rok, “Apa ini asli?”
“Tentu saja asli!” jawab Jung Rok. Ia memberi tahu ketika ia mengeluarkan ponselnya kemarin di kampus semua mahasiswi terpesona satu persatu.
Do Jin menimbang-nimbang berat ponsel Jung Rok. Jung Rok meminta temannya hati-hati memegang ponselnya jangan di lembar-lempar seperti itu. Tae San mengamati ponsel Jung Rok dan memuji kalau ini sangat bagus, “Tapi bukankah akan lebih bagus kalau bentuknya lebih tipis dan ringan?”
Hei....... sahut Yoon dan Do Jin bersamaan karena menurutnya apa yang dikatakan Tae San itu omong kosong.
Jung Rok : “Hei, dimana bisa kalian menemukan yang lebih tipis dan ringan daripada ini? Kalau seperti itu sama saja dengan melepas semua tombolnya. Dan membesarkan gambar seperti ini dengan jarimu,” (Jung Rok memperagakan cara menggunakan model ponsel touchscreen)
Hei..... ketiga temannya bersamaan karena apa yang disampaikan Jung Rok itu omong kosong.
Do Jin : “Kau paling ahli kalau bicara omong kosong. Kenapa tidak membuatnya saja supaya kau bisa menonton TV, mendengarkan musik dan melihat satu sama lain sambil berbicara.” (video call)
Hei....
Yoon : “Dengan ruangan yang sekecil ini lebih baik TV nya berlayar datar dan ditempel di dinding dan pendingin ruangan terpasang di langit-langit.”
Hei..... itu musatahil kata teman-temannya.
“Hei, kau bahkan menginginkan komputermu jadi sekecil buku catatan. Seperti ini” kata Tae San sambil membuka dan menutup buku, “Kau bilang akan sangat bagus kalau jadinya seperti ini, iya kan? Dan akan dinamakan Note...... book!”
Hei.....Keempatnya terus membahas hal yang mereka anggap omong kosong ketika itu tapi semuanya benar-benar terjadi dan ada dimasa kini.
Suara Do Jin : “Lelucon itu telah mengubah dunia. Imajinasi adalah awal dari inovasi. Kalau saja kami mengetahuinya lebih awal kebersamaan kami mungkin akan jadi seperti ini.”
Mereka berempat berkumpul di Mango Six dengan dandanan ala Steve Jobs. Tae San mengungkapkan pemikirannya, kalau satu putaran home run jauh lebih baik daripada dua putaran home run.
Do Jin mengatakan kalau teknologi semata-mata tidak akan memuaskan masa depan manusia karena perasaan manusia juga harus dipertimbangkan.
Yoon menyampaikan dari apa yang disampaikan teman-temannya ia menarik kesimpulan kalau kualitas itu lebih penting dari pada kuantitas.
Keempatnya terus bertukar pikiran dengan gaya ala Steve Jobs.
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 14
Di depan sekolah Yi Soo melihat mobil Do Jin tapi si pemilik mobil tak ditempat. Ia celingukan mencarinya karena ia melihat di dalam mobil tas Do Jin masih ada.
Tiba-tiba Do Jin datang membawa dua minuman dan mengagetkan Yi Soo. Yi Soo bertanya kemana Do Jin pergi barusan. Do Jin mengatakan kalau ia membeli kopi dan menyerahkan satu kopi untuk Yi Soo.
“Apa kau menikmati makan siangmu, pacarku?” Tanya Do Jin.
“Apa kau pikir aku tak bisa makan siang tanpamu?”
“Apa yang kau makan, pacarku?”
Yi Soo tersenyum, “Pacarmu ini makan nasi dengan cumi-cumi.” Yi Soo memberi tahu kalau 20 menit lagi ia ada kelas jadi ia harus segera kembali.
“Apa kau harus pergi dalam 20 menit? Kau tak cukup cantik untuk membuang 20 menit hidupku disini.”
Yi Soo menilai kalau Do Jin ini orang yang tak bisa diduga. Do Jin berkata kalau Yi Soo jadi lebih jelek setelah mengatakan itu. Ia menawarkan apa Yi Soo mau bersembunyi di bawah tempat yang teduh karena kelihatan sekali Yi Soo jadi seperti ini dibawah terik matahari.
Do Jin melindungi wajah Yi Soo dari sengatan matahari dengan tangannya. Yi Soo heran dan bertanya apa yang Do Jin lakukan. Do Jin mengatakan kalau ia takut wajah Yi Soo akan berbintik-bintik karena sekarang saja Yi Soo sudah cukup jelek.
Yi Soo ingin tahu apa Do Jin akan pergi ke suatu tempat karena ia melihat ada tiket pesawat di mobil. Do Jin memberi tahu kalau anak itu (Colin) mau pergi. Ia bergombal ria mengatakan kalau ia tak mungkin pergi kemanapun meninggalkan Yi Soo disini.
Yi Soo penasaran memangnya dia mau pergi. Do Jin berkata kalau dia tetap harus pergi meskipun dia tak mau. Dia masih muda dan mengkhawatirkan. Yi Soo tanya siapa yang mengkhawatirkannya, apa cinta pertama Do Jin, Kim Eun Hee.
Do Jin : “Kau. Kau merasa terganggu, kan?”
Yi Soo tersenyum mengangguk pelan. Do Jin berjanji kalau ia akan segera kembali setelah mengantar Colin ke bandara jadi Yi Soo harus menunggunya karena nanti ia akan mengajak Yi Soo makan malam. Yi Soo heran apa makan malamnya hari ini, bukankah keduanya sudah bertemu. Do Jin bertanya berapa kali Yi Soo makan dalam sehari. Yi Soo menjawab tiga kali.
Do Jin : “Kau makan 3 kali. Kenapa bertemu denganku tak bisa 2 kali dalam sehari?”
Yi Soo tertawa, logika seperti apa itu. Do Jin mengatakan kalau ini alasan untuk membuat Yi Soo tersenyum. Untuk menghiburmu kata Do Jin. Yi Soo kembali tertawa. Do Jin pamit akan menjemput Colin di hotel perusahaan kemudian mengantarnya ke bandara.
Do Jin tak menemukan Colin di hotel perusahaan. Ia memberi tahu ketiga temannya kalau Colin kabur. Dan mereka pun sudah sampai di Hongdae tempat yang ditunjukan Meari dimana Colin mencari uang lewat mengamen.
Colin tersenyum menatap mereka berempat secara bergantian, ia ingin menyampaikan hal yang perting kepada keempatnya alasan kenapa ia datang ke Korea, “Kudengar salah seorang dari kalian adalah ayahku, siapa itu?”
Mereka berempat jelas terkejut. Tae San menilai kalau Colin ini bicara omong kosong. Yoon khawatir apa Colin sakit karena tiba-tiba mengatakan itu. Jung Rok lain lagi ia menebak apa jangan-jangan dirinya ayah Colin. Ketiga temannya menatap. Jung Rok merasa kalau setiap ia mendengar hal itu ia merasa bahwa itu adalah dirinya, Jung Rok mengatakan ini sambil tertawa-tawa.
Do Jin menyarankan agar membawa Colin pulang dulu dan akan dibicarakan lagi nanti. Ia melihat jam tangan dan memberi tahu kalau pesawatnya sudah berangkat.
Colin membawa sendiri barang-barangnya, ia berjalan di depan karena keempatnya takut kalau pemuda ini akan kabur lagi. Jung Rok menyarankan apa tak lebih baik kalau mereka membantu membawa barang-barang Colin. Tae San berkata kalau Colin tak akan bisa lari cepat dengan barang bawaan sebanyak itu jadi tak usah dibantu.
Sambil berjalan menuju mobil, Tae San menebak apa itu Yoon. Yoon menyangkal tak mungkin dirinya. Tae San berkata kalau ia berharap punya kesempatan lagi bertemu dengan Eun Hee. Jung Rok menyahut bukankah Tae San bilang turun salju ketika di luar jendela kedai. Tae San balik menuduh bukankah Jung Rok bilang juga kapal terakhir sudah meninggalkan pulau. Jung Rok berkata kalau yang ia ceritakan itu wanita lain.
“Kalau begitu kau,” Jung Rok menebak Yoon, “Bukankah kalian naik kereta ke Chuncheon? Bahkan kalian menyanyikan lagu atau apalah.” Yoon menyangkal karena waktu itu ia bersama 40 orang peserta laki laki yang lain. Apa ketiganya berfikir kalau ia sendiri yang bernyanyi.
Do Jin dari tadi diam mendengarkan ocehan ketiganya yang saling menebak siapa ayah kandung Colin. Tae San mengusulkan agar mengambil darah mereka untuk mengetesnya. Tapi Jung Rok tak mau, kalau Min Suk tahu darahnya diambil untuk tes ini Min Suk pasti akan langsung membunuhnya. Ini masalah hidup dan mati untuknya.
Yoon bilang tak perlu melakukan itu karena di zaman sekarang yang dibutuhkan hanya sehelai rambut dan semuanya akan beres. Mendengar itu, Jung Rok dan Tae San berhenti berjalan keduanya kabur untuk mencari perlindungan terhadap kepala mereka.
Mereka berlima naik mobil Do Jin. Do Jin dan Yoon di depan sementara Jung Rok dan Tae San duduk mengapit Colin di belakang dan lihat keduanya menggunakan topi untuk melindungi agar rambut mereka tak diambil untuk tes DNA. Colin memperhatikan Do Jin yang dari tadi hanya diam saja.
Colin merasa tak nyaman duduk diantara Tae San dan Jung Rok yang selalu ribut menuduh siapa ayahnya. Keduanya saling berebut mendapatkan rambut. Colin risih berada diantara keduanya. Do Jin dan Yoon hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan dua sahabatanya.
Mereka berlima sampai di hotel perusahaan. Yoon berkata apa karena itu Colin berfikir salah satu diantara mereka adalah ayah Colin. Colin mengangguk. Jung Rok tanya menurut Colin siapa diantara mereka berempat yang ayah Colin. Colin bilang kalau ia tak tahu. Tae San menyahut kalau Colin saja tak tahu lalu siapa yang tahu.
Yoon bertanya apa karena hal itu-kah Colin datang kesini. Colin bilang bukan seperti itu karena pemikiran itu datang setelah ia tiba disini.
Do Jin juga bertanya kapan Colin mengetahui tentang ayah kandung Colin. Colin mengingat-ingat, ia mengatakan waktu itu ia berusia 10 tahun karena kata teman-temannya ia tak mungkin anak kedua orang tuanya. Karena ayahnya orang asing dan berambut pirang. Keempatnya terkejut, Tae San mengerti dan menyahut pasti Colin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Colin malah berfikir yang lebih terpukul adalah mereka berempat.
Yoon heran kenapa tak dari dulu Colin mencari mereka. Colin mengatakan kalau saat itu ia belum membutuhkannya. Melahirkan adalah pilihan ibunya. Kami (Colin dan ayah tirinya) juga menjalani kehidupan kami masing-masing. Setiap minggu dia (ayah tiri Colin) menemaninya latihan sepak bola. Setiap kali ia dimarahi ibu, dia ikut duduk dibangku hukuman dengannya. Ayah yang sangat mengagumkan. Ia sendiri juga sibuk dengan perkembangannya sendiri.
Tae San : “Apa ayah yang kau cari tak tahu tentang keberadaanmu?”
Colin menjawab ya. Yoon bertanya lalu kenapa sekarang Colin mencarinya.
Colin : “Suatu hari ketika aku mencuci wajahku tiba-tiba aku menyadari betapa tampannya diriku. Jadi aku ingin menemukannya. Dari mana kudapatkan wajah yang tampan ini? Berapa banyak? Dimana? Bagaimana?”
Do Jin tersenyum menarik ujung bibirnya sedikit. Jung Rok langsung berdiri karena sangat jelas sekali yang dimaksud Colin itu dirinya, karena ia memang tampan. Tae San menyuruh Jung Rok duduk.
Yoon ingin tahu apa yang dikatakan Ibu Colin, apa Colin tak pernah bertanya pada ibu Colin mengenai siapa ayah kandung Colin. Colin mengatakan kalau ia melakukan itu ia tak akan menderita seperti ini.
Do Jin menatap tajam Colin, “Kau, bulan berapa kau lahir?”
Ketiga teman Do Jin heran dengan pertanyaannya. Colin menoleh menatap Do Jin yang dari tadi menatapnya. Do Jin meminta Colin memberikan paspor padanya. Akhirnya Colin pun menunjukan paspornya. Ia memberikannya pada Do Jin.
Do Jin memeriksanya dan disana tercantum Colin kelahiran 20 September 1994, bukan 1995. Deg, Do Jin langsung melamun terdiam mengingat-ingat sesuatu. Jung Rok penasaran dan mengambil paspor itu dari tangan Do Jin. Tapi Yoon buru-buru merebutnya.
Yoon : “Kau, apa kau lahir 1994?”
Tae San dan Jung Rok terkejut karena pengakuan Colin yang sebelumnya Colin mengatakan kalau dia lahir ditahun 1995. Colin menunduk diam. (Kilas balik sedikit ya, pertemuan keempatnya dengan Eun Hee itu di tahun 1993, jadi besar kemungkinan kalau salah satu dari keempatnya adalah ayah Collin)
“Sepertinya.... akulah ayahnya!” ucap Do Jin tiba-tiba membuat ketiga temannya terkejut bukan main.
Colin juga sama tak menyangka kalau Do Jin akan secepat itu mengaku kalau dia adalah ayahnya. Keduanya kembali berpandangan.
Yi Soo membaca buku tentang benang merah. Ia melirik baju yang sudah ia siapkan untuk makan malam bersama Do Jin. Ia melihat ponselnya sudah jam 7.50 ia merasa lapar tapi Do Jin tak kunjung datang ia menebak apa Do Jin akan datang terlambat. Ia pun kembali membaca bukunya.
Do Jin dan Colin masih saling berpandangan dalam diam. Ketiga teman Do Jin jelas tak percaya. Tae San berkata kalau Do Jin ini selalu bertingkah seolah-olah Do Jin dan Eun Hee mempunyai sejarah karena sejujurnya ia-lah yang paling keren di kampus. (Tae San masih bisa bercanda ya!)
Jung Rok membenarkan hanya Eun Hee yang tahu siapa yang benar-benar disukai. Karena akhir-akhir ini hanya ia yang didekati oleh Eun Hee. Jadi kalau begitu bukankah yang seharusnya ayah Colin adalah dirinya. Yoon heran, akhir-akhir ini? kapan itu?
Jung Rok sudah keceplosan bicara akhirnya ia pun mengakui kalau waktu Min Suk menangkap basah dirinya di Rich ketika itu ia menemui Eun Hee. Jung Rok memberi tahu kalau Eun Hee tak bisa menghubungi anaknya setelah anaknya sampai di Korea. Eun Hee bahkan memintanya menghubungi kalau ia melihat anaknya. Tapi Eun Hee memintanya merahasiakan pertemuan mereka.
Colin terkejut, “Apa ibuku kesini?”
Tae San kesal pada Jung Rok kenapa tak memberi tahu mereka lebih awal. Yoon meminta tak perlu membahas itu karena sekarang tak ada gunanya. Mata Do Jin tak pernah lepas dari Colin.
Yoon meminta penjelasan dari Do Jin, apa yang Do Jin katakan tadi ada dasarnya. Do Jin minta maaf tapi bisakah ketiga temannya ini keluar dulu karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Colin.
Ketiganya pun keluar tapi penasaran dan mencoba menguping pembicaraan Do Jin dengan Colin.
Colin dan Do Jin masih saling menatap dalam diam. Kemudian Do Jin menyuruh Colin menelepon Ibu Colin sekarang.
“Apa paman benar-benar ayahku?” tanya Colin. Do Jin tak menjawab ia memberikan ponselnya agar Colin menghubungi Ibu Colin.
Yoon, Jung Rok dan Tae San berusaha mencari tahu apa yang dibicarakan Do Jin dan Colin di dalam. Tapi ketiganya tak mendengar apapun.
Ketiganya langsung berdiri ketika Do Jin membuka pintu. Do Jin pamit ia harus pergi dulu, langkahnya terasa berat. Ketiganya akan masuk ke kamar hotel tapi Do Jin mengingatkan agar membiarkan Colin sendiri.
“Apa itu benar-benar kau?” tanya Yoon.
“Benarkah?” Tae San masih belum percaya.
“Kau akan kemana?” tanya Jung Rok.
“Biarkan aku sendiri juga!” sahut Do Jin berjalan lemas meninggalkan ketiga temannya.
Yi Soo celingukan di depan rumah menunggu kedatangan Do Jin yang akan janjian makan malam dengannya tapi Do Jin tak kunjung datang. Ia senang melihat ada mobil yang datang tapi raut wajahnya kembali kecewa ketika ia tahu kalau itu bukan mobil Do Jin.
Yi Soo menelepon Do Jin tapi tak dijawab. Ternyata Do Jin sudah berada di dekat rumah Yi Soo di seberang jalan. Tapi Yi Soo tak bisa melihatnya. Do Jin memegang ponsel yang terus menampilkan panggilan dari Yi Soo. Ia menatap Yi Soo dari kejauhan, tatapannya penuh rasa bersalah.
Ketika Yi Soo celingukan mencari-cari Do Jin langsung menyembunyikan dirinya agar tak terlihat oleh Yi Soo ia belum berani menunjukan dirinya di depan Yi Soo.
Yi Soo kesal karena Do Jin tak menjawab panggilan teleponnya, ia pun segera masuk ke dalam rumah. Do Jin masih disana memandang penuh dengan tatapan rasa bersalah.
Yi Soo mondar-mandir di kamar berulang kali melihat ponselnya dengan gelisah. Do Jin di dalam mobilnya yang terparkir di depan rumah Yi Soo. Ia menatap kamar Yi Soo yang lampunya masih menyala. Yi Soo terbaring di ranjangnya dengan gelisah menunggu kabar dari Do Jin. Ia jelas tak bisa tidur.
Ia heran bukankah seharusnya Do Jin menghubunginya kalau Do Jin tak bisa datang karena ini membuat orang menunggu. Dan lampu kamar Yi Soo pun mati, Do Jin menebak kalau Yi Soo sudah tidur dan ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Do Jin berdiam diri di kamar, tatapan matanya lemah. Ia memandang ponselnya dan menghubungi seseorang, “Ini aku. Kim Do Jin.” Siapa yang dihubungi Do Jin, Kim Eun Hee kah?
Yoon, Tae San berada di bar Jung Rok. Jung Rok tanya apa Do Jin belum menjawab telepon. Yoon menjawab ya dan untuk sementara ini ketiganya harus menunggu saja dulu.
Jung Rok mengatakan kalau sebenarnya ia sudah menyusun beberapa rencana untuk menghadapi situasi ini. Tapi dia berkata ‘salah seorang diantara kalian adalah ayahku’ ia jadi kehilangan kata-kata.
Tae San : “Kalau kau tak kehilangan kata-kata, memanganya apa yang mau kau katakan?”
“I’m your father!” sahut Jung Rok.
Kedua temannya kesal dan sedang tak ingin bercanda. Tae San berkata kalau semuanya belum terlambat kecuali pengakuan dari Do Pal tak ada bukti lain. Yoon tak ingin mendengar hal konyol, ia minta Jung Rok mengambilkannya anggur. Jung Rok pun mangambilkan pesanaan pelanggannya.
Tak jauh dari sana si Manajer bar, Lee Seong Taek memperhatikan ketiganya dan menghubungi seseorang.
Tae San melihat sikap Do Jin merasa sepertinya Do Jin ini sangat yakin. Yoon setuju pendapat Tae San kalau tak yakin Do Jin tak akan bicara seperti itu. Tae San tak menyangka kalau selama ini Eun Hee marawat colin sendirian. Yoon menyahut bukankah Colin memiliki ayah, dia tak tumbuh sendirian ini sudah merupakan berkah. Tae San tak habis pikir bagaimana Eun Hee bisa berfikiran mengasuh seorang anak sendirian.
Yoon : “20 tahun yang lalu, kalau seseorang datang dan berkata ‘aku mengandung anakmu, aku akan mempertahankannya’. Memangnya apa yang akan kau lakukan?”
Tae San : “Tentu saja aku akan bertanggung jawab.”
Tapi Yoon tak yakin, “Entahlah. Mungkin kita bisa mengatakan itu sekarang karena kita sudah 41 tahun.”
Min Suk menerima telapon dari seseorang. Ia terkejut mendengar apa yang disampaikan si penelepn, “Apa kau yakin?”
Di jam istirahat Yi Soo duduk menyendiri sambil menatap ponselnya. Ia merasa khawatir kenapa Do Jin tak menjawab panggilan teleponnya. Ia berusaha kembali menghubungi Do Jin tapi kali ini ponsel Do Jin tak aktif ia pun meninggalkan pesan.
“Seorang wanita selalu menjawab teleponmu mengatakan bahwa pelanggannya tak bisa menerima telepon. Apa kemarin kau berkencan dengannya? Kau bilang kau akan datang jadi aku menunggumu, kau bahkan tak menghubungiku sama sekali. Tidak terjadi apa-apa kan? Setelah kau mendengar ini, telepon aku. Aku khawatir.”
Setelah Yi Soo menutup teleponnya tiba-tiba ada yang menghubunginya. Ia kaget dan berharap itu dari Do Jin tapi bukan itu telepon dari Meari.
Min Suk memanggil Yi Soo, Se Ra dan Meari untuk membicarakan sesuatu. Ketiga wanita yang lebih muda dari Min Suk ini menatap heran kenapa ketiganya dipanggil seperti ini.
Min Suk berkata kalau ketiganya mungkin terkejut karena tiba-tiba ia meminta ketiganya untuk datang tapi ia tak punya pilihan lain. “Alasanku meminta kalian datang kesini adalah karena salah seorang diantara kita akan menghadapi cobaan besar beberapa hari ke depan. Aku bermaksud memberi tahu kalian terlebih dahulu. Empat wanita disini memiliki investasi terbesar atas Lee Jung Rok, Kim Do Jin, Im Tae San dan Choi Yoon.”
Meari khawatir apa terjadi sesuatu terhadap para Oppa ini. Se Ra menebak apa Tae San bangkrut. Meari menyahut tentu saja bukan itu kalau hal itu tentu ia akan mengetahuinya. Meari menebak apa ini masalah dengan wanita. Min Suk menjawab kalau ini masalah pria. Yi Soo tak mengerti sekaligus khawatir.
Se Ra meminta Min Suk mengatakan yang sebenarnya jangan membuatnya khawatir seperti ini. Meari tersenyum malu, apa Min Suk menganggapnya sebagai pacar Yoon karena ia diikutsertakan dalam diskusi ini. Min Suk mengatakan kalau posisi Meari disini sebagai adik dari Tae San. Meari langsung merengut terdiam.
Min Suk berkata kalau ketiganya pasti sudah tahu tentang Kim Eun Hee, “Cinta pertama mereka berempat. Tapi, putranya telah muncul. Kim Do Jin, Im Tae San, Choi Yoon, Lee Jung Rok salah seorang diantara mereka adalah ayahnya.”
Ketiga wanita ini jelas terkejut. Min Suk mengatakan kalau saat ini ia belum yakin siapa ayahnya. “Tapi sebagai istri dan pacar mereka berempat aku yakin kalau salah seorang diantara kita akan sangat terpukul. Tentu saja setelah berita yang mengagetkan ini kita mungkin tetap menjadi istri atau pacar mereka.”
Min Suk meminta pendapat ketiganya siapa kira-kira ayah anak itu. Mereka harus mendapatkan kejelasan agar bisa tidur nyenyak. Wajah Yi Soo jelas menampakan kecemasan karena belakangan ini Do Jin sulit dihubungi.
Se Ra yakin kalau Tae San bukan ayah anak itu. Meari tak percaya apa Se Ra punya bukti. Se Ra malah bertanya apa Meari mau kalau pria yang dimaksud adalah Tae San. Meari menyahut kalau lebih baik yang ayah anak itu adalah kakaknya bukan Yoon. Orang tunya terus-menerus memaksa kakaknya untuk segera menikah agar mempunyai cucu tapi kakaknya tak bisa memenuhi itu sekarang, jadi kalau kakaknya adalah ayah anak itu setidaknya orang tuanya sudah memiliki seorang cucu. Jelas disini Meari menyindir Se Ra.
Se Ra berkata kalau Meari belum mengetahuinya tapi kucing yang tenang biasanya lebih dulu mencapai tempat yang tinggi (Maksudnya Yoon. Yoon kan kalem, tenang. Se Ra menilai kalau yang tenang itu bisa saja berbuat kesalahan) Meari menyahut kalau hal itu bisa terjadi pada kucing tapi Yoon bukanlah kucing melainkan seekor harimau.
“Tapi Colin ini lebih terlihat sangat mirip dengan Kak Do Jin.” sahut Meari kemudian melirik ke arah Yi Soo.
Yi Soo jelas kaget ditambah cemas. Ia mengatakan kalau ia pernah bertemu Colin tapi keduanya tak mirip sama sekali. “Hanya karena wajahnya tampan bukan berarti dia anaknya Do Jin, kan?”
Meari : “Kalau begitu jangan-jangan anaknya Kak Rok? karena yang paling baik memperlakukan Colin hanya Kak Rok. Dia terus menghubunginya dan menanyakan keadaannya.”
Min Suk berkata kalau ia tak pernah mengatakan bukan Jung Rok orangnya. Kalau memang salah satu diantara mereka, maka peluangnya 25%. Jadi setidaknya kita harus 25% curiga.
Setelah berdiskusi dengan Min Suk. Yi Soo, Se Ra dan Meari kembali berdiskusi di rumah Se Ra. Meari mengatakan kalau ia tahu Colin itu pasti akan mendatangkan masalah yang besar. Menurutnya Colin itu benar-benar kasar. “Kalau dia benar-benar anak Kak Yoon aku akan pingsan saat itu juga. Aku baru 24 tahun bagaimana aku akan mengasuhnya? Sekarang bagaimana cara meyakinkan kakakku?”
Se Ra heran kenapa Meari mengatakan bagaimana mengasuhnya bukankah seharusnya mengatakan ‘bagaimana aku putus’ baguslah kau masih muda kau tak tahu betapa beratnya hidup. Se Ra yakin kalau ayah anak itu bukan Tae San. Meari berkata kakaknya atau bukan kenapa Se Ra peduli, bukankah Se Ra sudah putus dengan kakaknya. Bahkan sekarang kakaknya sudah memotong rambutnya.
Se Ra tak menanggapi omongan Meari. Ia bertanya pada Yi Soo apa yang akan Yi Soo lakukan kalau ternyata dia anaknya Do Jin. “Kalau anak itu memiliki kepribadian yang buruk bukankah itu sangat mirip dengan Do Jin.”
Yi Soo masih diam, ini jelas membingungkan dan juga mencemaskannya. Meari meminta gurunya jangan khawatir karena ia sangat yakin kalau Colin itu anak Kakaknya.
Do Jin masih menyendiri di kamarnya, ia mendengarkan pesan suara yang ditinggalkan Yi Soo yang mengkhawatirkannya dan berharap agar Do Jin segera menghubunginya. Tapi Do Jin belum bisa menghubungi Yi Soo.
Yi Soo mengunjungi apartemen Do Jin, tapi ia ragu-ragu untuk mengetuk pintunya. Ia pun memutuskan untuk kembali. Di jalan dekat apartemen Do Jin, ia berharap kalau Do Jin menghubunginya tapi penantiannya sia-sia.
Keesokan harinya, Colin datang ke sebuah restouran dan celingukan mencari seseorang. Ia melihat Do Jin duduk sendirian melamun menatap jendela. Colin pun duduk di depan Do Jin. Do Jin mengatakan kalau ia sudah memesankan masakan Korea untuk Colin. Colin memberi tahu kalau ia bisa makan apa saja.
Do Jin mengambil sendoknya tapi tak segera memakan makannya, ia hanya mengaduk-aduknya saja. “Apa tidurmu nyenyak?” tanya Do Jin.
“Ya. Tapi sepertinya Paman tidak,” Ucap Colin.
Do Jin menyendok makanannya sesuap, Colin mengikuti memakan makanannya. Do Jin kembali mengaduk-aduk makanannya. Colin melihat kegalauan hati pria yang mengaku sebagai ayahnya ini.
Do Jin bertanya apa pekerjaan ayah Colin. Colin menjawab kalau ayahnya seorang pilot dan dia sangat mencintai dirinya dan ibunya. Do Jin memberi tahu kalau Ibu Colin akan datang hari ini. Colin jelas kaget ibunya akan datang. Do Jin juga memberitahu kalau ia akan menghubungi Colin lagi setelah menemui Ibu Colin.
“Apa paman benar-benar ayah kandungku?”
Do Jin diam tak menjawab hanya menatap Colin.
Dan inilah pertemuan Do Jin dan Eun Hee setelah sekian lama tak bertemu. Keduanya saling menatap dalam diam. Eun Hee lebih dulu memulai pembiacaraan mengatakan kalau mereka berdua sudah lama tak bertemu, “Seorang pemuda sudah menjadi lelaki paruh baya selama itu. Kau lebih tampan. Aku menyukai pria yang jadi lebih tampan seiring bertambahnya usia.”
Do Jin tak ingin bicara ngelantur, ia ingin tahu ada apa sebenarnya. Eun Hee mengatakan kalau Colin pergi dan akhirnya menemukan mereka berempat. Ia bertanya apa Do Jin langsung mengenali Colin begitu melihatnya. Do Jin menjawab tidak dan ini jelas membuat Eun Hee terdiam kecewa.
Eun Hee mengatakan kalau ia tak pernah memberi tahu siapa ayah kandungnya. Sekarang ia memberi Do Jin kesempatan agar Do Jin bisa berpura-pura tak tahu. Bukankah lebih baik tak mengakui kalau Do Jin itu ayahnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” Do Jin mengulang pertanyaannya. “Kau tiba-tiba menghilang begitu saja dan membuat keputusan sendiri. Kau mempermainkanku, setidaknya kau harus memberitahuku tentang segalanya. Sebenarnya, apa yang terjadi?”
Eun Hee : “Tiba-tiba menghilang, aku memutuskan untuk sembunyi. Aku ketakutan. Awalnya aku berencana menggugurkannya tapi aku berubah pikiran. Kalau usiaku beberapa tahun lebih tua mungkin aku tak akan melakukan apa yang kulakukan. Tapi seperti itulah keadaannya.”
Do Jin : “Kalau seperti itu setidaknya kau harus memberitahuku.”
Eun Hee : “Kalau aku memberitahumu memangnya kau mau mengurusnya?”
Karena keadaannya jadi terlanjur seperti ini Eun Hee minta maaf. Waktu itu ia masih terlalu muda dan sedang jatuh cinta. Sekarang meskipun Do Jin sudah mengetahui keberadaan Colin, hal itu tetap tak akan ada yang berubah. Ia tak mengharapkan apapun dari Do Jin.
Do Jin tak tahu lagi harus bicara apa, ia berdiri dan meminta Eun Hee untuk sementara tetap disini tinggal di hotel perusahaannya sampai ia mengizinkan Eun Hee pergi. Ia mengatakan kalau anak itu juga tinggal disana.
Eun Hee ke kamar hotel perusahaan. Colin membukakan pintu dan mendapati ibunya cemberut marah terhadapnya. Colin jadi tak enak hati atas apa yang sudah dilakukannya.
“Anak nakal,” kata Eun Hee memarahi putranya. Colin menanggapi ucapan ibunya menggunakan bahasa Jepang, “Jadi itu kata pertama yang ibu ucapkan setelah empat bulan berpisah. Agak kasar.”
“Kau bahkan tak menjawab teleponmu, dasar pelit.” kata Eun Hee.
“Ibu, kau lebih pelit daripada aku.” sahut Colin. “Kenapa kartu kreditku ibu blokir?”
Eun Hee memarahi putranya, apa yang Colin lakukan, Colin tak pernah memberontak ketika masih kecil tapi sekarang Colin melakukannya. Colin bertanya haruskah ada alasan untuk pemberontakan seorang remaja. Eun Hee diam masih menatap marah putranya. Colin berkata sepertinya ibunya ini benar-benar marah. “Bukankah sudah terlihat jelas.” ucap Eun Hee.
“Aku langsung bisa mengenalinya,” sahut Colin mengatakan kalau ia langsung mengenali ayah kandungnya. Ia tahu begitu ia melihatnya. “Tapi aku tak pernah mengira kalau dia adalah ayahku yang sebenarnya.”
Eun Hee menyahut kalau dia yang paling tampan diantara mereka. Colin memberi tahu sepertinya dia belum menikah. Tapi dia punya seorang pacar.
Eun Hee : “Lalu?”
Colin bilang kalau ia hanya memberitahu. Seharusnya hari ini Ibunya bertemu dengannya, apa sudah bertemu. Eun Hee berkata kalau Colin tak perlu tahu. Colin tanya Kenapa tidak, bukankah ia terlibat langsung dalam hal ini. Eun Hee mengatakan kalau hanya ia terlibat, “Kau hanya anakku. Tak tahukah kau betapa ibumu ini sangat mencintai ayahmu (suami Eun Hee)”
“Aku tahu,” kata Colin pelan.
“Kau sudah tahu tapi masih melakukan ini. Apa kau tahu yang kau lakukan ini sama saja dengan mengkhianati ayahmu?”
“Aku tahu,” wajah Colin menunjukan rasa bersalah.
Eun Hee tanya apa sekarang Colin bahagia. Colin mengatakan kalau ia bahagia tapi ia mengkhawatirkan ibunya. Colin ingin bertanya sesuatu. “Pernahkah ibu menyesal telah melahirkanku?”
“Ya. Hanya sekali.” Jawab Eun Hee.
“Kapan?”
“Hari ini,” jawab Eun Hee. Colin terdiam.
Meari membongkar tumpukan foto yang disimpan kakaknya. Ia mencari foto Kim Eun Hee dan ia pun menemukannya. 4 orang pria dan seorang wanita.
Sekolah usai Yi Soo akan pulang. Langkahnya lemas dan ia pun melihat dirinya dan Do Jin tengah bersama beberapa waktu lalu di depan sekolah. Saat itu Do Jin berjanji akan segera kembali setelah mengantar Colin ke bandara dan mengajaknya makan malam tapi sampai sekarang Do Jin tak memberi kabar padanya.
Do Jin sampai di rumah, ketiga temannya langsung menghampirinya. Yoon bertanya apa Do Jin bertemu Eun Hee. Do Jin menjawab pendek ya. Tae San penasaran apa Eun Hee sudah memastikannya Colin anak siapa. Do Jin kembali menjawab ya. Jung Rok masih tak percaya jadi itu benar tanya Jung Rok. Do Jin menjawab benar dengan suara pelan sambil meletakan ponselnya di meja. Ketiga temannya terdiam.
Do Jin menungkan air minum, ketiga temannya menatap kegalauan hati sahabatnya. Do Jin menoleh ke arah ketiganya, “Kenapa? Aku punya tiga orang penonton, haruskah aku menari?”
Ketiganya tak tertawa tahu kalau hati Do Jin sedang galau, “Kau tak apa-apa?” Tanya Tae San.
Do Jin : “Kalau aku pura-pura baik-baik saja, akankah aku baik-baik saja?”
Yoon menawarkan apa yang Do Jin butuhkan. Kalau Do Jin membutuhkan hiburan mereka bertiga bisa menghibur. Kalau Do Jin ingin bercanda mereka bertiga akan melakukannya. Do Jin bilang tak usah sekarang, lain kali saja. “Kita akan bicara nanti setelah aku bertemu dengan Guru Seo.”
Jung Rok memberi tahu kalau ia mendengar Park Min Suk, Hong Pro, Meari dan Guru Seo mengadakan pertemuan. Yoon menambahkan sepertinya mereka mempunyai firasat tapi mereka belum tahu kalau Do Jin adalah orangnya. “Dia akan sangat terkejut.” Sahut Do Jin.
Tiba-tiba ada suara ponsel berdering. Ponsel Jung Rok panggilan dari istrinya, ponsel Tae San panggilan dari Se Ra dan ponsel Yoon panggilan dari Meari. Ketiga ponsel itu berdering bersamaan hanya ponsel Do Jin yang tak berdering.
Ketiganya bingung bagaimana menjawabnya. Ketiganya tak segera menjawab. Do Jin melihat kalau hanya ponselnya yang tak berdering. Ketiga temannya merasa tak enak. Do Jin mengatakan kalau ia tak apa-apa, “Beritahu saja pada mereka kalau orangnya itu aku pada kesempatan pertama kalian bicara.” Do Jin masuk ke kamarnya.
Meari menemui Yoon di bar. Ia menanyakan apa Colin anak Yoon. Yoon mengatakan kalau ini urusan orang dewasa tak ada hubungannya dengan Meari. Meari jelas ingin tahu karena ini juga melibatkan Yoon, bagaimana mungkin ia tak khawatir. “Dia anak Kakak atau bukan?”
“Kalau dia anakku.....”
“Bagaimana ini...?” Meari sedih menyela omongan Yoon. “Tak heran mata kalian sangat mirip.” Ucapnya.
Yoon menghela nafas, ia mengatakan kalau suasana hatinya sedang tak baik. Karena itu...“Ok. Aku mengerti.” Meari kembali menyela omongan Yoon. Ia berharap Yoon tak perlu mengkhawatirkan masalah ini, “Aku akan mengasuhnya dengan baik.” ucap Meari lemas. (Haha) “Jangan khawatir kak, jenjang pendidikannya akan kulakukan yang terbaik untuk itu.”
“Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan padamu,” Yoon pusing mendengar ocehan Meari yang tak masuk akal.
Jung Rok menghampiri keduanya dan menyuruh Meari segera pulang. Kalau tidak ia akan menghubungi Tae San. Meari langsung berdiri dan siap akan pergi. Ia mengatakan kalau makanan di bar Jung Rok tidak enak. Meari kembali berkata bahwa Yoon tak perlu khawatir. Jung Rok berpura-pura menelepon Tae San dan membuat Meari langsung ngibrit pergi dari bar.
Yoon tersenyum-senyum dengan tingkah Meari. Jung Rok menggodanya dengan menirukan apa yang diucapkan Meari. Yoon sedang tak ingin bercanda, ia bertanya apa Jung Rok tak menemui Min Suk. Jung Rok bilang kalau ia akan menemui istrinya. Tapi Yoon perlu mempertimbangkannya dengan hati-hati.
Yoon tanya tentang apa. Jung Rok mengatakan tentang Meari, “Cantik, muda, kaya. Tidak kelihatan, tapi dia berpendidikan tinggi. Dia hanya menyukaimu dan bersedia mengasuh anakmu. Hei... ini seperti memenangkan undian 10 kali.”
Jung Rok pamit akan menemui istrinya. Setelah Jung Rok pergi Yoon bergumam karena itulah ia tak bisa melakukan yang lebih daripada ini.
Tak jauh dari sana Manajer bar, Seong Taek mengamati Yoon dan yang lainnya dari tadi. Ia mengirim SMS pada seseorang.
‘Kebenaran sudah terungkap. Dia anaknya Yoon. Kata Meari dia bersedia mengasuh anaknya.’
Seong Taek mendapat SMS balasan, ‘Kenapa bos-mu mempekerjakanmu?’
Seong Taek berfikir. Ternyata dia sekarang menjadi mata-matanya Park Min Suk.
Min Suk menanyakan perihal siapa ayah Colin pada Jung Rok. Jung Rok meyakinkan kalau itu bukan dia. Min Suk tanya kalau begitu anak siapa dia. Jung Rok seperti tak tega mengatakannya. Ia malah balik bertanya tak cukupkah penjelasannya kalau Colin itu bukan anaknya.
Min Suk berkata itu karena sekarang ia tak percaya pada Jung Rok. Kalau Jung Rok tak bisa membuktikannya, yakinkan dirinya kalau dia bukan anak Jung Rok.
Jung Rok meyakinkan istrinya kalau Colin memang bukan anaknya. Ia mengatakan kalau anak itu sangat tampan. (berarti Jung Rok ngaku kalau dia ga tampan dong haha) Wajahnya juga mungil dengan kelopak mata ganda.
Min Suk bilang cukup karena sekarang kesalahpahaman sudah selesai. Jung Rok kaget ternyata penjelasan singkatnya dianggap cukup. Ia heran cukup dibagian mananya.
Min Suk mengatakan bukankah dia tinggal di hotel perusahaan. Kalau dia memang anak Jung Rok tak mungkin Jung Rok akan membiarkan dia tinggal disana pasti Jung Rok akan menyembunyikan anak itu darinya.
Min Suk akan makan malam, ia menawarkan apa Jung Rok mau makan malam bersamanya. Jung Rok tentu saja kaget dengan ajakan istrinya, jelas ia tersenyum senang dan bertanya apa nanti tidur setelah makan malam atau pergi setelah makan malam. Min Suk melirik ke arah suaminya, “Tidur setelah makan malam,”
Yes... Jung Rok kegirangan. Ia bergegas akan ganti baju dulu. Min Suk tersenyum, ia pun berandai-andai, “Kalau kita punya anak apakah kau akan menjadi dewasa?”
Jung Rok menemukan sesuatu di kamar, kunci mobil Se Ra. Ia pun bertanya apa ini, punya siapa ini? Apa mungkin ini hadiah untuknya. Min Suk berkata kalau itu bukan milik Jung Rok. Jung Rok heran kalau bukan miliknya lalu milik siapa, “Jangan-jangan temanmu mau menjual mobil ini?”
Min Suk mengancam kalau Jung Rok terus bertanya tentang itu lebih baik mereka pergi setelah makan malam dan tak perlu tidur. Jung Rok berteriak kalau ia akan mengembalikan kunci mobil ini. Tapi ia tak mengembalikannya, ia malah menyimpannya di saku celana.
Jung Rok penasaran dan langsung ke tempat parkir, “Dia tak membelinya untuk laki-laki lain kan?” Jung Rok mencoba mencari mobil mana yang merespon kunci yang ia pegang. Dan salah satu mobil pun merespon, mobil merah. Ia senang melihat mobil merah yang mewah tapi tunggu ia menyadari sesuatu, “Bukankah ini mobil Hong Pro.”
Se Ra dan Tae San pun bertemu. Se Ra melihat kalau Tae San memotong rambut. Tae San mengatakan kalau cuacanya panas. Se Ra memuji kalau itu terlihat bagus.
Se Ra berkata kalau ia siap untuk mendengar berita buruk. Ia mendengar kalau putra dari cinta pertama Tae Sab muncul. Tae San tak mengubris ucapan Se Ra dan mengingatkan bukankah keduanya sudah putus.
“Siapa ayahnya?” tanya Se Ra.
Tae San mengatakan kalau masalah ini tak ada hubungannya dengan Se Ra jadi jangan buang-buang waktu. Se Ra meminta Tae San menjawab pertanyaannya sebelum ia menjadi gila. Tae San balik bertanya memangnya Se Ra masih bisa gila karena dirinya. Se Ra terdiam.
Se Ra : “Aku tak tahu apa yang terjadi tapi kalau kau dalam kesulitan aku ingin berada di sisimu.”
Tae San : “Kenapa?”
Se Ra : “Memangnya hanya ada cinta diantara kita? ada persahabatan... ada loyalitas.. ada hal seperti itu. Sejujurnya, kupikir kau akan datang kalau aku menggunakan alasan ini untuk bertemu denganmu. Dengan begitu aku bisa bertemu denganmu. Itulah yang kupikirkan.”
Tae San : “Kau benar-benar pengecut. Kau tak mau menikah denganku tapi masih ingin melihatku.”Se Ra mulai menitikan air matanya, ia mengaku kalau ia memang pengecut. “Tapi aku merindukanmu jadi apa yang bisa aku lakukan?”
Tae San emosi, “Apa kau tak pernah mempertimbangkan itu sebelum kau pergi?”
Se Ra : “Kita berpisah begitu tiba-tiba. Aku benar-benar terluka. Kumohon padamu, bisakah kita berpisah perlahan-lahan?”
“Kupikir orang masih bersahabat dengan mantan pacarnya adalah orang yang paling tak berguna.” Tae San meninggalkan Se Ra sendirian yang terus menangis.
Meari menunjukan foto yang ia temukan kepada Yi Soo. Ia mengatakan kalau wanita itu sangat cantik. Yi Soo setuju dia sangat cantik, “Cukup cantik untuk membuat pacarku menyukainya.”
Meari menilai kalau pria memang sangat simpel, bagaimana mungkin mereka langsung jatuh cinta hanya karena dia cantik. Meari menanyakan apa gurunya ini belum bisa menghubungi Do Jin.
Dengan suara lemah Yi Soo mengatakan, “Terkadang dalam sebuah kehidupan kau akan menyadari bahwa kebahagiaan tak bisa diprediksi. Tapi ketidakberuntungan bisa diprediksi dengan pasti. Yang namanya firasat buruk tak pernah salah.”
Tiba-tiba ponsel Yi Soo berdering. Yi Soo seolah bisa merasakannya kalau itu pasti dari Do Jin. Lama ia terdiam tak segera mengambil ponsel yang ia letakan di meja. Yi Soo perlahan melihat siapa yang menelepon dan benar saja itu dari Do Jin.
Do Jin : “Sekarang, bisakah kita bertemu sebentar? Aku akan ke rumahmu.”
Yi Soo : “Tidak. Aku yang akan menemuimu. Karena menunggumu selama ini rasanya seperti neraka. Kemana aku harus pergi?”
Yi Soo mengendarai mobilnya menuju Hwa Dam untuk menemui Do Jin. Pikirannya cemas, tegang dan gelisah semua campur aduk jadi satu. Ia seperti tak konsentrasi menyetir. Hampir saja ia serempetan dengan mobil lain. Yi Soo menarik nafas mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.
Do Jin melamun menunggu kedatangan Yi Soo. Sepertinya ia merancang setiap kata yang akan ia ungkapkan pada Yi Soo.
Yi Soo pun datang dan tersenyum padanya. Do Jin berusaha membalas senyum itu tapi hatinya seakan menolak ia tak bisa tersenyum ceria.
Yi Soo berkata kalau ia melihat wajah Do Jin lebih pucat sejak terakhir kali ia melihat Do Jin. Ia menebak apa Do Jin belum makan. Do Jin mengangguk pelan dan meminta Yi Soo duduk.
Keduanya duduk berhadapan. Yi Soo bertanya kenapa Do Jin tak menghubunginya sampai-sampai ia mengabaikan harga dirinya dan menghubungi Do Jin berkali-kali.
“Maaf,” ucap Do Jin pendek dengan suara lemah. Yi Soo bilang tak apa-apa ia tahu kalau Do Jin sibuk.
“Bukan untuk itu,” sahut Do Jin. Permintaan maafnya bukan karena ia tak jadi datang ketika janji makan malam kemarin. “Untuk apa yang akan kusampaikan aku minta maaf.” Sambung Do Jin. Yi Soo berusaha menampilkan wajah setenang mungkin.
Dengan suara yang lemah dan berat Do Jin mulai mengungkapkan semuanya, “Permintaanku untuk hidup bersama, kutarik kembali. Janji membahagiakanmu juga kutarik kembali. Janji bahwa aku tak akan meninggalkanmu sebelum kau yang meninggalkanku, aku juga tak bisa memegangnya. Aku hanya seorang pria jahat. Jadi kalau kau bisa, lupakan aku!”
Mata Yi Soo berkaca-kaca, dengan suara terbata-bata Yi Soo bertanya. “Kim Do Jin, apa dia anakmu?”
“Ya..” jawab Do Jin tak berani menatap Yi Soo. Ia hanya bisa menunduk. “Bukannya aku tak percaya diri untuk mencintai seorang wanita selama sisa hidupku. Tapi karena aku tak pantas. Ini adalah hukuman karena aku tak cukup rendah hati. Membuat orang lain menangis, menyakiti orang lain. Anak itu adalah hukuman perbuatanku.”
“Apa dia benar-benar anakmu?” Yi Soo bertanya lagi untuk memastikan apa yang baru saja didengarnya.Do Jin mengangkat wajahnya menatap Yi Soo, “Ya.” Jawab Do Jin pendek.
“Benarkah? Benarkah? Benarkah?” Yi Soo masih tak percaya.
“Maaf,” ucap Do Jin. “Aku tak punya penjelasan yang masuk akal, yang ada hanya hasil perbuatanku dimasa lalu. Karena itu lakukanlah apapun yang bisa kau lakukan untuk melupakan bajingan sepertiku.”
“Lalu apa? Haruskah aku menemukan pria lain yang baik? Haruskah?” tanya Yi Soo.
“Kau harus melakukan itu.”
“Apa begitu saja? Apa tak ada hal lain yang ingin kau sampaikan padaku?”
Do Jin kembali menunduk, “Hati-hati di jalan. Pergilah!”
Yi Soo tak tahu lagi harus bertanya apa. Ia sudah memberi kesempatan pada Do Jin untuk mengatakan hal lain tapi Do Jin juga sepertinya tak tahu harus menjelaskan apalagi, “Aku pergi. Selamat tinggal.”
Yi Soo keluar dari ruangan Do Jin. Sesaat kemudian Do Jin menyadari sesuatu dan segera menghubungi petugas keamanan. Do Jin memberi tahu kalau ada seorang wanita yang sedang menangis sebentar lagi akan lewat. Ia berpesan agar jangan membiarkan wanita itu menyetir.
Yi Soo menangis keras meminta kunci mobil yang sekarang dipegang petugas keamanan, “Tolong berikan padaku!” pinta Yi Soo. Petugas keamanan mengatakan kalau Presdirnya tak mengizinkan Yi Soo menyetir.
“Berikan kucinya padaku, cepat ahjussi!” Pinta Yi Soo terus menangis.
“Anda tak boleh menyetir dalam keadaan seperti ini.”
“Berikan padaku, tolong!” Yi Soo terus memohon.
Do Jin datang dan berterimakasih karena sudah menahan Yi Soo. Petugas keamanan memberikan kunci mobil pada Do Jin.
“Pulanglah naik taksi aku akan memanggilkannya.” Perintah Do Jin.
“Berikan padaku!” pinta Yi Soo keras.
“Sekarang kau tak bisa menyetir.”
“Berikan padaku sekarang!” bentak Yi Soo sambil menangis.
“Naik taksi saja!”
“Berikan kuncinya padaku!” Yi Soo kembali membentak
“Kalau begitu akan kuantar!”
“Lupakan saja. Kubilang lupakan!” Yi Soo menepis tangan Do Jin. “Kenapa kau seperti ini?” bentak Yi Soo.
“Kau bisa terluka.”
“BIAR SAJA AKU TERLUKA, APA URUSANNYA DENGANMU?” bentak Yi Soo dengan suara semakin tinggi sambil menangis.
“Dengarkan aku!” Do Jin menarik Yi Soo masuk ke mobil. Ia mengantar Yi Soo pulang.
Di dalam perjalanan menuju rumah Yi Soo hanya bisa diam menangis, air matanya terus mengalir deras.
Sampai di depan rumah Yi Soo langsung bergegas keluar dari mobil, Do Jin pun ikut keluar dari mobil. Yi Soo akan langsung masuk ke rumah tapi tiba-tiba ia berhenti, “Tiba-tiba aku merasakan seperti apa rasanya kebahagiaan. Dan ini adalah kebalikannya.”
Yi Soo berbalik menatap Do Jin, “Apa masih ada hal lain yang perlu kuketahui? Apa tak ada lagi yang ingin kau ungkapkan tentang masa lalumu? Apa kau yakin hanya dia satu-satunya anakmu?” Yi Soo kemudian membentak, “Masih adakah anak kedua, dasar brengsek!”
Mata Do Jin berkaca-kaca mendengar semua makian yang dituduhkan Yi Soo padanya, ia hanya bisa terdiam menerima semua makian itu. Yi Soo segera masuk ke rumah dengan tangis yang meluap.
Yi Soo terduduk lemas bersandar pada pintu masih terus menangis, “Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan?” Yi Soo terus mengulang ucapannya sambil menangis meraung-ruang.
Do Jin berlajan lemas menuju kamarnya, ia pun tak kuasa menahan air matanya harus melepaskan wanita yang ia cintai.
keesokan harinya, Di sekolah Yi Soo SMA JW (SMA Ju Won, namanya kayak nama pemeran Secret Garden ya) Dong Hyub menemui Seong Jae. Seong Jae mendesah kesal karena harus melihat Dong Hyub lagi. Dong Hyub berbasa-basi menanyakan kabar Seong Jae. Seong Jae mengatakan kalau salinan itu ia belum bisa menyelesaikannya. Dong Hyub bilang tak apa-apa kembalikan saja buku itu padanya.
Seong Jae cemas karena tiba-tiba Dong Hyub berubah pikiran seperti ini, ia takut kalau ia sudah berbuat salah apa Dong Hyub menginginkannya melakukan yang lain. Dong Hyub bilang bukan begitu karena mulai sekarang ia yang akan mengerjakannya sendiri.
Seong Jae cemas kesalahan apa lagi yang sudah ia lakukan sampai Dong Hyub berubah sikap seperti ini. Dong Hyub bilang kalau Seong Jae tak melakukan kesalahan apapun. Dong Hyub mengambil sendiri 2 buku tugasnya di tas Seong Jae. Ia mengingatkan Seong Jae jangan mengerjakan matematika pada jam pelajaran etika.
Terdengar suara seorang Ibu-ibu yang mencari Kim Dong Hyub, ia berteriak-teriak memanggil nama Dong Hyub.
Yi Soo melamun di ruang guru, tiba-tiba salah satu muridnya teman Dong Hyub melapor kalau Dong Hyub sekarang sedang dipukuli.
Plak, si ibu itu menampar Dong Hyub di depan siswa lain. “Kudengar kau memukuli anakku dan memaksanya mengerjakan salinan tugas. Apa kau sudah gila?” Ternyata ibu ini ibunya Seong Jae.
Plak, ibu Seong Jae menampar lagi. Dong Hyub diam tapi tangannya sudah mengepal siap melawan menatap tajam wanita yang ada di depannya ini.
“Apa? Kenapa melihatku begitu? Kau pikir apa yang bisa kau lakukan? apa yang bisa kau lakukan?” bentak Ibu Seong Jae.
Ibu Seong Jae akan memukul lagi tapi tepat saat itu Yi Soo datang melerainya. “Apa yang anda lakukan, aku wali kelasnya. Apa yang anda lakukan, ini di dalam kelas.”
Kini giliran Ibu Seong Jae memarahi Yi Soo, “Jadi kau guru anak brandal ini. Kau datang tepat waktu, bagaimana sebenarnya caramu mendidiknya? Dia sudah melakukan tindak kekerasan di sekolah. Kau pikir anakku siapa? Membiarkan hama seperti ini melakukan apapun yang diinginkannya.”
Yi Soo meminta Ibu Seong Jae bicara di luar karena tak baik bicara seperti ini di depan para siswa. Ibu Seong Jae tetap nyolot ia memang datang kesini agar semua orang bisa melihat untuk mencegah Dong Hyub mengulangi perbuatannya.
Yi Soo : “Tolong hentikan, orang yang sedang melalukan kekerasan adalah anda,”
Seong Jae datang bersama Guru Park, “Ibu, kau sangat memalukan.” seru Seong jae. Ia dan Guru Park membawa Ibunya keluar dari kelas.
Ibu Seong Jae masih mencak-mencak memarahi Dong Hyub, “Kau.. Urusanku denganmu belum selesai. Dan kau juga!” kata Ibu Seong Jae menunjuk Yi Soo.
Yi Soo menyuruh semua siswa yang menonton agar menyiapkan pelajaran selanjutnya. Ia mengajak Dong Hyub bicara sebentar dengannya. Tapi Dong Hyub sudah kadung emosi ia mengambil tas-nya dan pergi begitu saja meninggalkan jam pelajaran. Tak mempedulikan panggilan gurunya.
(ya ampun Bu Guru masalahmu begitu banyak)Malam hari Yi Soo duduk menyendiri di bangku penonton lapangan baseball sambil meminum minuman kalengnya. Ternyata Tae San juga datang ke tempat yang sama. Tae San berfikir kalau ini adalah tempat rahasianya tapi sekarang sepertinya tidak lagi.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Tae San yang sudah tahu suasana hati Yi Soo. Yi Soo berkata kalau ia tak begitu baik, “Seorang muridku ditampar oleh ibu teman sekelasnya dan Kim Do Jin mencampakkanku. Dia bahkan tak memberiku waktu untuk mempertimbangkannya. Dia tak pernah meminta pendapatku. Hanya begitu saja, dia itu punya akal atau tidak?”
Tae San : “Kalau aku jadi Do Jin tentu aku juga akan melakukan hal yang sama. Memberimu waktu untuk memikirkannya itu sama saja dengan memohon padamu untuk tetap di sisinya. Dia pasti berfikir kalau melakukan itu agak tak tahu malu.”
Yi Soo : “Kalau dia memberiku waktu, mungkin aku bisa memahaminya.”
Tae San : “Tapi mungkin juga kalian akan semakin terpisah jauh.”
Yi Soo : “Kalau kita tak melewati base pertama, kedua, dan ketiga bagaimana mungkin kita bisa mencapai home base? Setidaknya dia harus memberikanku waktu itu.”
Tae San : “Walaupun kita mencapai home base bagaimana kita bisa tahu apakah itu ‘safe’ atau ‘out’. Do Jin yang kukenal pasti memilih melindungimu.”
Yi Soo menyadari penjelasan Tae San ada benarnya, “Melindungi dari apa?”
Tae San : “Melindungi dari Do Jin yang berusia 22 tahun.”
Tae San mengatakan kalau Jung Rok sudah menunggunya jadi ia harus pergi. “Sebenarnya aku kesini karena kupikir kau akan ada disini. Aku hanya ingin ngobrol denganmu.”
Yi Soo tersenyum dan berterima kasih. Ia mengatakan kalau ia benar-benar menyukai pria yang baik. Tae San merasa terhormat Yi Soo mengatakan itu. Tae San pamit sedangkan Yi Soo masih duduk menyendiri di bangku penonton.
Tae San menemui Jung Rok di bar. Ia bertanya kenapa Jung Rok menyuruhnya datang. Jung Rok malah balik bertanya memangnya ia harus menyuruh Hong Pro yang datang. Tae San heran apa maksudnya.
Jung Rok memberi tahu kalau mobil Hong Pro ada di garasinya dan kunci mobilnya di pegang oleh Min Suk. Tae San jelas terkejut tak mengerti. Jung Rok bertanya apa Tae San masih belum mengerti juga, ia menjelaskan kalau Hong Pro menjadikan mobil itu sebagai jaminan. Jaminan? Tae San semakin tak mengerti.
Keesokan harinya Tae San menemui Min Suk di galeri. Min Suk heran bagaimana Tae San bisa mengetahuinya karena Se Ra tak ingin Tae San tahu hal ini. Tae San ingin tahu berapa banyak uang yang dipinjam Se Ra, kenapa dia membutuhkan uang sebesar itu. Min Suk tak tahu masalah itu, kalau itu lebih baik Tae San tanyakan sendiri pada Se Ra karena ia sendiri tak menanyakan penggunaan uang itu untuk apa. Min Suk menebak kalau jumlah pinjaman Se Ra di bank sudah melewati batas maksimum pinjaman, “Ini hanya sebagai referensi karena kau ingin mencari tahu.”
Min Suk : “Seperti yang kau ketahui tentang harga diri Hong Pro, dia pasti sangat malu mendekatiku seperti itu. Karena itulah aku menerima mobilnya. Karena dia memaksaku untuk menerima jaminan. Tak bisakah kau berpura-pura tak tahu?
Tae San : “Itu harga dirinya dan aku ingin mengembalikan harga diriku. Aku akan mengembalikan uangmu.”
Di kamar Tae San menatap kunci mobil Se Ra. Ia berfikir kenapa Se Ra bisa sampai melakukan ini.
Yi Soo tiduran melamun di kamarnya. Se Ra setia menemani sahabatnya. Se Ra menanyakan bagaimana sakit kepala Yi Soo. Ia memeriksa dahi Yi Soo siapa tahu terserang demam, tapi ia merasa Yi Soo tak bermasalah, tak demam sama sekali. Ia bertanya apa badan Yi Soo sakit. “Apa kau khawatir karena mungkin dia anak Kim Do Jin?” Yi Soo diam saja tak menjawab pertanyaan Se Ra.
Se Ra berkata kalau ia berharap anak itu anaknya Tae San. Tapi Yi Soo mengatakan kalau anak itu adalah anak Kim Do Jin. Se Ra kaget, “Benarkah?”
Do Jin dan Colin makan siang bersama. Colin heran kenapa Do Jin terus mengajaknya makan bersama. Do Jin mengatakan itu karena ia sedang berusaha untuk lebih dekat dengan Colin. Colin bilang kalau Do Jin tak perlu melakukan itu.
Do Jin : “Walaupun begitu hanya dua hal yang bisa kupikirkan sekarang. Aku mendapatakan seorang anak, tapi aku kehilangan seseorang.”
Colin merasa bersalah, “Apa itu karena aku?”
Do Jin : “Itu karena aku.”
Colin meminta sehelai rambut Do Jin. Do Jin menyahut apa sebesar itu kebencian Colin terhadapnya. Colin malah bertanya, “Memangnya Paman menyukaiku?”
Colin menemui Yoon di kantor pengacara. Yoon terkejut dengan niat yang akan dilakukan Colin. Colin menyerahkan sehelai rambut yang ia terima dari Do Jin. Colin menginginkn tes DNA. Yoon tanya dari mana Colin mendapatkan rambut ini. Colin mengatakan kalau ia meminta dan Do Jin memberikannya.
Yoon : “Pernahkah terfikir olehmu kalau ini semua sudah dilakukan?”
Colin kaget, “Siapa yang melakukannya?”
“Aku.” jawab Yoon. “Karena aku pengacara perusahaan ayahmu, yang namanya menemukan kepastian selalu lebih baik.”
Yoon menyerahkan berkas dokumen tes DNA dan hasilnya 99,9% sampel 1 dan sampel 2 terbukti sebagai ayah dan anak kandung. Colin terpaku membaca berkas yang diterimanya.
Yoon menghubungi Do Jin meminta segera datang ke kantornya. Ia meminta Do Jin datang bersama Eun Hee.
Yi Soo tiduran melamun di sofa, terdengar suara teriakan dan ketukan pintu yang keras dari Guru Park di luar. Guru Park tergesa-gesa dan bertanya kenapa ponsel Yi Soo mati. Ia mengatakan kalau sekolah mereka akan masuk koran. Yi Soo tanya karena apa.
Guru Park mengatakan kalau Ibu Seong Jae ingin menuntut Dong Hyub. “Karena itulah aku memintamu untuk men-skors Dong Hyub dan merendah sedikit. Dia bahkan menyewa pengacara. Apa yang harus kita lakukan?” Guru Park panik.
Yi Soo bergegas menuju kantor Yoon. Ia ingin meminta bantuan Yoon. Yi Soo bertanya pada pegawai Yoon apa pengacara Choi ada kalau dia sibuk ia bisa menunggu. Pegawai Yoon meminta Yi Soo menunggu sebentar ia akan memberi tahu atasannya.
Yi Soo menunggu di luar ruangan Yoon. Ia tampak cemas atas apa yang menimpa anak didiknya. Dan tepat saat itu Do Jin datang ke kantor Yoon bersama Eun Hee. (ah...)
Yi Soo tak menyangka akan bertemu Do Jin di kantor Yoon dan juga ada seorang wanita di samping Do Jin. Ia sudah pernah melihat foto wanita itu dan akhirnya sekarang ia bisa melihatnya secara langsung. Eun Hee manatap bingung Do Jin dan Yi Soo secara bergantian.
Yi Soo : “Kim Do Jin, aku rasa putramu bukan satu-satunya yang hadir dalam hidupmu.”
Yi Soo akan meninggalkan kantor pengacara tapi tiba-tiba Do Jin menahan tangannya. Yi Soo menarik tangannya.
Do Jin : “Izinkan aku memperkenalkan kalian satu sama lain. Ini mantan pacarku, Kim Eun Hee. Dan ini Seo Yi Soo, aku baru saja kehilangan dia.”
Comment :
Wow.. ga disangka Eun Hee dan Yi Soo akan bertemu secepat ini. Kira-kira bagaimana ya kelanjutannya apakah ada persaingan diantara keduanya. Kalau disimak dari yang disampaikan Eun Hee pada Do Jin, ia tak mengharapkan apa-apa malah menyarankan agar Do Jin pura-pura tak tahu atau pura-pura tak mengakui Collin. Tapi bukan karakter Do Jin kalau lepas tangan begitu saja.
Lalu bagaimana dengan Yi Soo, apa dia menerima saja putus hubungan dengan Do Jin. Nantikan selanjutnya...
Oo.. Jadi telat gr2 itu ya, tapi ttp smgt mba jgn perdulikan mereka para copaser.. Tiap tulisan pasti ada ciri khasnya mba, jadi reader tau pasti itu hasil karya mba anis... tetap semangat ya mba lanjutin sinopnya.. Saya selalu update blog ini tiap hari :D
ReplyDeleteterima kasihhhhhhhhh sinopnya,,, lanjutkan n semangat!!!!!
ReplyDeletetadi liat di salah satu page FB, dia upload gambar yg mba anis cantumin disini.. boleh juga ide nya mba anis buat nempelin nama blog di disetiap foto, jd mereka ketauan bgt copaser'nya :P:P
ReplyDeletetetep semangat ya mba...
ReplyDeleteIyaa aku jg pantau tiap hr liat blog mba anis cm utk cek sinopsis ini^^ btw keep spirit Ϋªª !!^^
ReplyDeletemany thanks ya mba sinop nya *dont bother w/coward copaser .. keep fighting*
ReplyDeletesi chopaser nggak mencantumkan link-nya annies ya? nggak sopan banget n nggak menghargai kerja kerasnya orang lain....jd ikutan sebel banget.
ReplyDeleteAyo annies....jgn patah semangat, fighting
juga tidak lupa terima kasih banyak
Kamsahamnida
nyantumin kok, tapi link itu ga akan ada gunanya kalau semua tulisan dicopas semua.
Deleteuuwwwaaahhh... gumawo teh..
ReplyDeleteampe jamuran gra2 nunggu episode selanjutx...
di tunggu selanjutny..
FIGHTING...
Tetap semangattt mbak...hwaiting...
ReplyDeleteBener tuh ga ngehargain bgt deh karya orang
ulasan tentang copaser kuhapus biar ga dibahas terlalu jauh...
ReplyDeletemending komentarnya membahas episode kali ini ya hehe...
Crying crying crying
ReplyDeleteaq dh tau sinop ep nie tp krg puas kl blm bc d blog nie
aaaahhhh eoni fighting fighting fighting aq slalu nunggu sinop tulisanmu
sjak awal aq dh nebak colin ankx dojin, tp kadian yi soo, wlpn mgkn bs nrima tp do jin dh ambil kptsn ndiri, aq g tau alsnx do jin mutusin yi soo
skrg pnasaranx ganti ap meari jadian sm yoon??? Ato sm colin???!
Gomawo eoni
TETAP SEMANGAT NIS,,,
ReplyDeleteakhirnya keluar jg ni sinop nya setelah di tunggu2,,,
ReplyDeletesedih bgt lihat Do Jin sm Yi Soo, aplg lht yi soo nangis aq jd ikutan nangis. minggu ini eps terakhir nya y mba anis, siap2 ah ke lapak mau nyari dvd nya
hehehehehehe :)
Tetap semangat ya mba anis buat sinop..
Kamsahamida
Kykx ada kejutan nieh nanti,, koq yoon tiba2 ngumpulin eun hee ma do jin? And siapa sampel 1, 2? Jd gag sbr,,,
ReplyDelete-Mehrunnisa-
senengnya eps 14 dah kluar..
ReplyDeletekesedihan dan kegundahan hati yisoo membuatku meneteskan air mata hikz hikz hikz..
disini aq suka ma sikap do jin,dia emang gentleman banget,,
yisoo & do jin jangan putus ea plishhh,,,aq pendukung setia kalian b'dua,,,
kakak eps 15 jgn lama2 ea rasanya galau bgt kalo g cepet2 bc eps slnjutnya,,makasih n ttp semabgat ea kak,,,
ditunggu episode selanjutnya....
ReplyDeletetengkyu mbak anis atas sinopsisnya,di tgg kelanjtn nya
ReplyDeletejreenngggg....akhiry lanjut juga..hehehhe#jingkrak2seneng
ReplyDeleteyg film mereka tonton yg main jung dong gun juga ya anis..???
aduh aku ampe nangis liat yisoo,episod ini sedih tambah penasaran,aduh mana modemku da mau abis lagi pakety...hiks hiks hiks
copaser mah anggap aj kutu dalam beras anis,,,hahhahahaha..sotoy
thank u so much anis..fighting
bukan nora, bukan dramanya Jang Dong Gun. ini drama pemainnya Choi Min Soo sama Go Hyun Jung (Mishil QSD)
Deleteasik akhirnya sinopsis episode 14 ada...y ampun kasian bngt yisoo,udah pnya mslah sm do jin trus di sekolah jg lagi...mudah2n d episode 15 yisoo udah ga nangis2 lg...mksh mba anis sinopsis'nya,aq pembaca setia mba loh....
ReplyDelete_amy_
akhirnya episode 14 keluar juga.... sedih juga yi soo n do jin. salut buat do jin yg ngaku klo colin anaknya n nyuruh yi soo putus. anis tetap semangat ya nulis episode berikutnya
ReplyDelete