Mereka berempat memakai seragam tentara siap menjalani pelatihan militer. Keempat pria ini jelas terlihat paling wah. Datang menggunakan mobil masing-masing dan seragam yang tak terpakai rapi.
Suara Tae San : “Pria gaib dengan jubah gaibnya. Batman dengan pakaian ketat dan topeng kelelawarnya. Pria Korea Selatan dengan seragam militernya.”
Yoon mengeluh kalau hari ini ada banyak kasus yang harus ia selesaikan.
Suara Tae San : “Tak peduli senormal apapun seorang pria begitu dia memakai seragam militer dia akan berubah menjadi bayi anjing betina.”
Jung Rok sepertinya malas mengikuti pelatihan militer, ia akan kembali ke mobilnya tapi Do Jin menarik bajunya.
Mereka berempat berkumpul bersama dengan peserta lain. Keempatnya saling menertawakan topi yang mereka siapkan. Asisten pengajar pun datang. Ternyata dia seorang pria yang usianya lebih muda (ini Kim Sung Oh yang jadi sekertarisnya Kim Joo Won di Secret Garden)
“Sunbaenim, tolong dengarkan!” ucapnya penuh wibawa meminta peserta pelatihan militer mengikuti istruksinya. “Baik-baik.” ucap peserta latihan militer cuek. Asisten pengajar pun meniupkan peluit agar para peserta memperhatikan instruksinya. “Sunbaenim tolong dengarkan!” Para peserta mengeluh malas dan panas.
Tae San memakai topinya dan ditopi tertulis ‘Prajurit wanita’ topi Yoon bertuliskan ‘Area 11’ (apa maksudnya ya) Yoon memakai topinya miring haha. Topi Jung Rok bertuliskan ‘prajurt B’. Sedangkan topi Do Jin bertuliskan ‘prajurit cantik’ hahah... ya ampun maksudnya apa coba. Asisten pengajar terbengong-bengong melihatnya.
Peserta berdiri berkumpul dengan malasnya. Do Jin meninggalkan senapannya begitu saja.
“Sunbae-nim tolong geser tiga langkah ke kiri!” perintah asisten pengajar.
“Kenapa bukan kau saja yang pindah?” Protes Do Jin. Membuat peserta yang lain tertawa.
“Kalau begitu pindah ke posisi sesuai kelompok kalian masing-masing,” kata asisten pengajar.
“Apa maksudmu pindah? Berdiri disini saja sudah melelahkan,” protes Yoon dengan topi miringnya.
Asisten pengajar kembali memerintahkan setelah pindah ke pangkalan masing-masing kembali ke sini tiga jam lagi untuk latihan menembak. “Sunbaenim tolong jangan penuhi kantin kalian dengan soju. Jangan menggali tanaman liar di sekitar pangkalan.”
Tae San : “Kenapa kau kaku sekali? Kau tak punya pacar kan?”
Semua tertawa terbahak-bahak membuat si asisten pengajar menahan geram. “Tolong jangan bertanya mengenai masalah pribadi. Sunbaenim, kalau kalian masih terus seperti ini, aku tak akan mengesahkan pelatihan kalian hari ini.”
Jung Rok : “Hei, kau benar-benar prajurit sejati. Lihat caranya berbicara.”
Mereka semua kembali tertawa. Si asisten pangajar kebingungan bagaimana mengatasi peserta pelatihan ini. “Sunbae-nim kau harus membawa senapanmu!” perintahnya pada Do Jin. Tapi Do Jin tak mau karena itu terlalu berat untuk dibawa-bawa. “Biarkan saja dulu disini, jangan lupa nanti dikembalikan ya?” Do Jin malah menyuruh si asisten pengajar. Membuat si asiten ini terbengong-bengong menahan kesal.
Beberapa waktu kemudian. Mereka berempat berkumpul di Mango Six. Tae San mengatakan kalau Presdir Song (Ny Song) adalah klien utama Hwa Dam. Jadi ia harus mendapatkan kontrak dari Presdir Song. Harus.
Do Jin menginginkan agar Yoon dan Jung Rok juga menolong mereka. Karena Yoon adalah konsultan hukum Hwa Dam dan Jung Rok dalah investornya. Mereka berdua setuju, tak masalah.
Ada pengunjung kafe yang mereka kenal, ternyata dia si asisten pengajar pelatihan militer. “Hei kau prajurit khusus Kim kan?” Jung Rok masih mengenalinya. Ia melihat kalau penampilan si prajurit khusus ini terlihat berbeda, ia bertanya apa sudah bebas tugas. Prajurti Kim bilang dengan sikap cuek, sudah.
Yoon melihat kalau prajurit ini terlihat begitu menantang. Yoon memerintahkan si Kim untuk berada dalam posisi siap. Tapi si Kim tetap pada posisinya santai dengan tangan ia masukan ke saku celana. Tae San tertawa melihatnya.
“Istirahat ditempat, grak!” Yoon memberi aba-aba. Si Kim kebingungan. Yoon terus memberi aba-aba.
“Tu.. tu.. tunggu dulu,” ucap Kim terbata-bata ketakutan. Ia menoleh ke belakang mencari bantuan, “Ibu ke sini!” Kim mewek-mewek memanggil ibunya, hahaha.
Jelas ini membuat keempat ahjussi tertawa terbahak-bahak, tak menyangka kalau si prajurti ini ternyata anak mami.
Dan eng ing eng siapakah ibunya. Dia adalah Presdir Song. Do Jin dan Tae San jelas tak menyangka. Di pintu masuk Mango Six Presdir Song tengah menerima telepon.
Jung Rok dan Yoon berdiri keduanya tak mengenal wanita yang dipanggil Ibu itu. Do Jin dan Tae San memberi kode agar jangan melakukan itu pada si Kim.
“Siap grak, istirahat ditempat grak!” Yoon kembali memberi aba-aba dan suara Yoon yang keras benar-benar membuat Do Jin dan Tae San panik.
Tae San mencengkeram kerah baju Jung Rok sedangkan Do Jin mengcengkeram Yoon, Jung Rok dan Yoon kebingungan. Do Jin melihat sekeliling apa Presdir Song melihatnya atau tidak.
“Apa kau tak apa-apa?” tanya Tae San pada si Kim.
“Mereka tak melukaimu kan?” Do Jin bersikap baik pada Kim.
“Ha.. hatiku sakit,” kata Kim terbata-bata masih ketakutan.
“Kenapa kau menyakiti hatinya, dasar brengsek!” Tae San kembali mencengkeram kerah baju Jung Rok yang masih bingung tak mengerti. “Kau, beraninya kau memperlakukan tuan muda!”
Suara Tae San : “Selalu ada pelajaran dalam kehidupan. Seorang anggota kelas satu yang istimewa tak selamanya menjadi anggota kelas satu yang istimewa,”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 15
Do Jin menunggu seseorang di restouran. Ia memandang keluar jendela dimana ia dan Yi Soo pernah duduk bersama menikmati es (es apa ya? Es doger haha) setelah mereka bertemu dengan murid Yi Soo, Jung Yong Hwa.
Flash Back
Do Jin bertanya apa yang sedang Yi Soo pikirkan, apa pria tadi. Yi Soo tersenyum dan bergumam kalau Yong Hwa-nya sangat keren. Ini jelas membuat Do Jin cemburu. ia menebak kelihatannya Yi Soo benar-benar ingin berkencan dengan pria yang lebih muda. Yi Soo mengatakan kalau ia masih belum putus asa, ia mengungkapkan kalau ada beberapa orang kiper yang bisa mencetak gol. “Bukankah kau juga mengencani orang yang lebih muda? Usiamu 5 tahun lebih tua daripada aku.”
Do Jin membela diri ia mungkin 5 tahun lebih tua dari Yi Soo tapi ia sangat terlihat seperti pria muda. Yi Soo berkata dimatanya Do Jin terlihat seperti orang tua. Do Jin menghela nafas, “Kau menolakku ya?”
“Tidak. Aku sangat menyukai Kim Do Jin,” kata Yi Soo dengan sikap imutnya.
Do Jin tak habis pikir apa seperti ini cara Yi Soo memperlakukan orang yang disukai. Yi Soo heran ada apa dengan Do Jin bukankah mereka berdua sama-sama ahli disini, “Memangnya kau pernah melihat orang memberi umpan pada ikan yang sudah tertangkap? Oleh karena itu, kuharap kau bisa mencintaiku dengan sepenuh hatimu mulai dari sekarang.”
Aaaa..... Yi Soo membuka mulutnya lebar meminta Do Jin menyuapi es-nya. Do Jin bengong melihatnya. Yi Soo kembali membuka mulutnya lebih lebar agar Do Jin menyuapi es untuknya. Do Jin melakukannya Yi Soo memakannya sambil tersenyum dan menjulurkan lidah setelah ia menelan es-nya. Haha.
Do Jin : “Wah, semakin aku mengenalnya semakin besar rasa sukaku untuk gadis ini.”
Yi Soo tertawa, Do Jin tersenyum memandangnya. Kemudian terdengar oleh mereka seorang pemuda sedang bernyanyi dengan nada fals lagu Nothing-nya Easy FM.
Do Jin dan Yi Soo tertawa mendengar pemuda itu menyanyi dengan suara pas-pasan. Keduanya pergi meninggalkan tempat menuju mobil.
Di dalam mobil Yi Soo masih tertawa cekikikan mengingat pemuda yang menyanyi tadi. Do Jin langsung paham kalau Yi Soo pasti memikirkan pemuda tadi. Ia pun meminta pendapat Yi Soo tentang pria itu bukankah usianya jauh lebih muda daripada Yi Soo.
Yi Soo bilang kalau ia tak akan memilih pemuda itu. Do Jin tanya kenapa karena menurutnya pemuda itu mirip dengan seseorang yang ia kenal ketika sedang mabuk (Yi Soo ya? Yi Soo kan kalau mabuk selalu nyanyi hehe)
Yi Soo sadar kalau Do Jin menyindirnya, “Tetap saja Kim Do Jin memilihku setiap kali itu terjadi,” Do Jin mengumpat, “Dasar rubah licik.” Yi Soo tertawa. Do Jin menawarkan apa Yi Soo mau nonton film. Yi Soo tanya memangnya film apa yang ingin Do Jin tonton. Do Jin meminta Yi Soo memilih apa Yi Soo mau nonton film di bioskop, karena menurutnya itu tempat yang cukup menarik untuk bersenang-senang dan juga gelap atau Yi Soo mau tinggal saja bersama dengannya sebagai gantinya.
Do Jin juga mengajak Yi Soo membangun rumah seindah lukisan di tengah padang rumput yang hijau. Yi Soo tak percaya, “Benarkah? Apa kau pikir aku akan setuju? Untuk apa kau membangun rumah disana? Pasti sangat mahal membangun rumah di tempat yang seperti itu. Makanya kau sudah 3 kali bangkrut.”
Do Jin terdiam Yi Soo membahas dirinya pernah$20mengalami kebangkrutan dan bertanya apa Yi Soo mau pulang ke rumah saja.
Yi Soo : “Untuk apa pulang kalau kita bisa pergi ke tempat gelap yang cocok untuk bersenang-senang?”
Do Jin tak menyangka Yi Soo akan setuju. Ia pun bersemangat, “Betty tancap gas!”
Flash Back End
Do Jin tersenyum miris mengingat kenangannya bersama Yi Soo. Orang yang ditunggu Do Jin pun datang, Kim Eun Hee.
Eun Hee bertanya ada apa Do Jin memanggilnya. Do Jin mengatakan kalau Yoon menginginkan keduanya untuk datang ke kantor Yoon. “Mana anak itu?” tanya Do Jin.
Eun Hee melihat kalau Do Jin masih menyebut Colin dengan sebutan anak itu, “Namanya Colin,” sahut Eun Hee. Ia tahu kalau nama Inggris terdengar asing untuk Do Jin tapi ia tak memberi Colin nama Korea karena ia ingin melupakan masa lalu ketika ia dan Do Jin bertemu 8 tahun yang lalu.
Do Jin jelas kaget dan bingung, “8 tahun yang lalu? Apa yang kau bicarakan? Memangnya kita bertemu 8 tahun yang lalu?”
Eun Hee tak menyangka kalau Do Jin melupakannya, “Apakah aku tak begitu penting bagimu? Atau kau pura-pura lupa karena perasaan bersalahmu agar menjadi sederhana.”
Do Jin jelas masih bingung dan meminta Eun Hee mengatakannya lagi, “Apa kita pernah bertemu dan membicarakan tentang anak itu?”
Eun Hee mangatakan kalau keduanya tak pernah membicarakan tentang Colin. Ia hanya mengatakan kalau waktu itu ia ingin mengenalkan Do Jin pada seseorang. Dan ketika itu Do Jin bilang akan bertemu lagi keesokan harinya. Sebenarnya pada waktu itu ia membawa Colin, ia ingin Do Jin bertemu dengan Colin. Karena Colin terus bertanya siapa ayah kandungnya. “Tapi kau tak datang keesokan harinya. Karena kau tak datang Colin sampai menghabiskan 5 wafel dalam 3 jam.”
Do Jin tertunduk lemas, “Apa ketika itu musim panas?” tanya Do Jin. Eun Hee membenarkan. Do Jin menutup mata kembali tertunduk lemas, ia mengatakan kalau saat itu pertama kalinya ia kehilangan memori dan ketika itu ia belum merekamnya. Kini giliran Eun Hee yang tak mengerti, “Apa yang kau bicarakan? Merekam?”
Do Jin kesal dan meninggikan suaranya, “Kau menginginkanku menjadi pria yang seburuk apa lagi? apa masih ada yang lain?”
Eun Hee terdiam mendengar emosi Do Jin. Do Jin langsung sadar diri kalau ia sudah kelepasan dan langsung minta maaf karena ia marah pada dirinya sendiri. Eun Hee mengerti karena alasan inilah ia tak ingin muncul selamanya di hadapan Do Jin. Ia tak ingin membebani Do Jin.
Do Jin : “Kalau kau benar-benar tak berniat melakukannya seharusnya kau melarikan diri sejak awal.”
Eun Hee mengatakan karena waktu itu ia tak bisa mempercayai Do Jin. Ia tahu ini pasti sulit untuk Do Jin. Tapi apa yang Do Jin alami saat ini ia sudah mengalaminya 19 tahun yang lalu. Ia berhasil bertahan, menerima, dan melakukan yang terbaik untuk meraih kebahagiaan.
Eun Hee menawarkan kalau Do Jin menginginkannya ia akan membawa Colin pulang. Do Jin merasa kalau Colin bukan tipe anak yang patuh. Eun Hee menyahut kalau itu mirip seperti dirinya. Do Jin juga menyahut atau itu mirip seperti dirinya.
Yi Soo di kantor Yoon menunggu apakah Yoon sibuk atau tidak karena ia ada keperluan penting dan sangat membutuhkan bantuan Yoon. Tepat saat itu Do Jin dan Eun Hee juga tiba di kantor Yoon. Yi Soo tak menyangka kalau ia akan bertemu Do Jin disini, ditambah lagi Do Jin datang bersama seorang wanita yang sudah pernah ia lihat fotonya, Kim Eun Hee. Eun Hee menatap kedua orang ini bergantian.
Yi Soo : “Kim Do Jin, yang kulihat bukan hanya seorang anak yang tiba-tiba hadir dalam hidupmu.”
Yi Soo berniat pergi meninggalkan kantor Yoon tapi tiba-tiba tangan Do Jin menahan tangannya. Yi Soo menatap marah dan menarik tangannya paksa.
Do Jin memperkenalkan keduanya, “Ini mantan pacarku Kim Eun Hee dan ini Seo Yi Soo aku baru saja kehilangan dirinya.”
Eun Hee merasa tak enak tapi berusaha tersenyum di depan Yi Soo dan menyapa. Ia tak tahu bagaimana menanggapinya tapi ia selalu ingin tahu wanita seperti apa Yi Soo. Ia sangat menyayangkan pertemuan yang seperti ini.
Yi Soo : “Juga sangat disayangkan karena aku bisa menyikapi situasi seperti ini dengan tenang. Aku benar-benar merasa tak nyaman sekarang. Tapi aku ingin mengoreksi satu hal, Kim Do Jin tidak kehilangan aku. Akulah yang dicampakkan oleh Kim Do Jin. Aku tak tahu kenapa aku merasa begitu tertipu, tapi bagaimana pun aku merasa tertipu,”
Do Jin menunduk ketika Yi Soo menatapnya. Yi Soo mengatakan kalau teman baru ia akan mencarinya sendiri dan mengingatkan Do Jin lain kali jangan melakukan ini lagi. Yi Soo meninggalkan keduanya. Do Jin mengajak Eun Hee masuk ke ruangan Yoon karena Yoon sudah menunggu.
Yi Soo masih di lorong belum jauh meninggalkan ruangan Yoon. Ia seperti tak kuat berdiri dan bersandar pada dinding untuk menguatkan dirinya. Tanpa terasa air matanya menetes.
Yoon menunjukan berkas hasil tes DNA. Eun Hee heran dan bertanya apa mereka berdua meragukan apa yang ia katakan. Yoon meminta Eun Hee jangan salah paham karena ini ia yang melakukannya. Ia khawatir akan terus menanyai Do Jin dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh jadi ia berinisiatif melakuken tes DNA. Ia minta maaf kalau Eun Hee merasa tersinggung.
Eun Hee mengangguk mengerti dan tak mempermasalahkannya. Berdasarkan hasil tes DNA Yoon menegaskan kalau Colin benar-benar anak kandung Do Jin. Dengan suara lemah Do Jin mengatakan kalau ia sudah tahu.
Yoon juga mengatakan kalau tadi Colin menemuinya dengan membawa sehelai rambut Do Jin, jadi ia terpaksa menunjukan hasil tes ini padanya. “Setelah melihatnya hampir setengah hari dia bertanya padaku.. ‘Paman ini orang kaya bukan?’”
Mendengar itu Eun Hee jadi tak enak hati dengan sikap Colin. Ia pun pamit pergi duluan karena ia harus bicara dengan Colin. Yoon menawarkan setidaknya mereka bertiga makan siang bersama. Eun Hee memberi usul lebih baik minum-minum saja, “Ayo kita lakukan kalau aku datang ke Korea untuk alasan yang membahagiakan. Senang bertemu lagi denganmu.” Yoon tersenyum dan berpesan Eun Hee hati-hati di jalan.
Setelah Eun Hee pergi Yoon bertanya, “Apa yang akan kau lakukan sekarang? Anakmu.”
Do Jin : “Pertama kali kau belajar mengendarai sepeda, orang-orang mengatakan agar kau mengarahkan stang-nya sesuai dengan arah jatuhmu. Tapi rasanya kau ingin mengarahkannya berlawanan arah. Hanya ini yang bisa kulakukan sekarang. Mengarahkan stang-nya sesuai dengan arah jatuhku.”
Do Jin memberi tahu kalau tadi ia bertemu dengan Yi Soo di luar ruangan, ia menebak kalau kedatangan Yi Soo itu untuk menemui Yoon. “Kalau kau bertemu dengannya lagi lain kali apapun yang dikatakannya dengarkanlah baik-baik. Berikan padanya sapu tangan kalau dia menangis, tunggulah sampai dia selesai menangis. Kalau dia mancaci maki aku ikutlah kau mencaci maki aku bersamanya. Kalau kebetulan dia bertanya tentangku katakan padanya aku minta maaf.”
Yi Soo berjalan lemah di sepanjang jalan menuju rumahnya.
Yi Soo tiduran lemas di sofa. Se Ra membawakan kopi yang ia minta. Se Ra heran bukankah perut Yi Soo kosong kenapa meminta kopi. Yi Soo beralasan itu karena ia pusing. Se Ra menilai kalau Yi Soo sedang sekarat. Yi Soo meminum kopinya.
Yi Soo memberi tahu kalau hari ini ia melihat wanita itu (Eun Hee) Se Ra penasaran bagaimana bisa. Yi Soo mengatakan kalau Eun Hee bersama dengan Do Jin. Se Ra emosi mendengarnya lalu bagaimana kenapa Yi Soo tak menjambak rambutnya. Yi Soo tersenyum untuk apa ia melakukannya karena itu tak akan mengubah keadaan.
Se Ra : “Memangnya kau menjambak rambut untuk mengubah keadaan? Ini sebagai tindakan atas hakmu. ‘Pria ini adalah milikku’ tunjukan itu padanya!”
Yi Soo : “Tapi bagaimana? Aku sudah kalah begitu aku melihatnya. Pikiranku kosong dan aku kehilangan kata-kata. Hanya satu hal yang muncul di benakku. Wanita ini mengingat semua hal yang tidak aku ketahui tentang Kim Do Jin 20 tahun yang lalu. Aku benar-benar cemburu.”
Se Ra : “Apa kau ingin tahu tentang masa lalu Kim Do Jin? Kalau aku ingin tahu tentang masa depan Tae San.”
Yi Soo : “Apa masalahnya? Hanya sebulan saja.”
Se Ra tak mengerti. “Apa yang kau bicarakan?”
Yi Soo tak menjawab ia mengatakan kalau ia ingin berbaring di kamar. Sebelum Yi Soo ke kemar Se Ra bertanya seperti apa penampilan wanita itu, menurut Yi Soo kenapa Tae San menyukai wanita itu. Yi Soo menuturkan kalau wanita itu cantik sampai ke alisnya juga seperti sebuah gambar yang dilukis. Yi Soo ke kamarnya. Bersamaan dengan itu Meari datang berkunjung.
Meari menemui gurunya di kamar yang tengah tiduran lemah. Ia cemas apa gurunya ini sakit, mana yang sakit. Yi Soo menjawab kalau seluruh tubuhnya sakit. Meari menawarkan apa mau ia belikan obat. Yi Soo menggelang tak usah. Meari heran dan bertanya kenapa, apa obat tak akan mempan karena gurunya sudah tua.
Yi Soo tersenyum mendengar candaan Meari. Meari juga senang melihat tawa gurunya. Meari berkata kalau ia mendengar Yi Soo melihat wanita itu (Eun Hee) ia ingin tahu bagaimana orangnya.
Yi Soo berkata kalau ini pertama kalinya ia cemburu pada wanita yang lebih tua darinya. Meari tersenyum bukankah gurunya juga pernah cemburu pada wanita tua yang lain. Yi Soo tersenyum meralat kalau ini yang kedua.
Meari menawarkan apa gurunya ingin tahu password rumah Do Jin. Yi Soo tanya untuk apa. Meari bilang itu untuk menangkap basah mereka, dia mungkin sedang bersama wanita itu. “Guru ingin jadi kaki tangan atau dalangnya. Aku akan ikut denganmu. Kalau guru minta, aku bahkan mau mengambil gambarnya.”
Yi Soo kembali tersenyum haruskah ia melakukan itu. Meari tersenyum sedih melihat gurunya seperti sudah tak memiliki semangat hidup.
Jung Rok kaget bukan main mendengar penjelasan Yoon kalau hasil tes DNA menunjukkan bahwa 99,9% Colin adalah anak kandung Do Jin. Karena menurutnya 99,9% itu lebih meyakinkah daripada 100%. “Seperti 99,9% anti bakteri, seperti itu.” ucapnya.
Yoon kesal kenapa Jung Rok membandingkannya dengan anti bakteri. Tepat saat itu Tae San datang dan bertanya kenapa nada suara kedua temannya ini tinggi sekali. Ia bertanya apa yang sudah dilakukan Jung Pal.
Jung Rok menuduh Yoon yang membuat keributan, “Apa salahnya dengan anti bakteri itu semua benar. Bukankah iklannya ada dimana-mana.” Yoon menahan kesal karena Jung Rok bicara ngelantur kemana-mana.
Jung Rok tanya mana Do Jin. Tae San bilang kalau Do Jin ada di kantor. Ia sengaja datang untuk menemui Yoon dan Jung Rok. Ia berbohong pada Do Jin kalau ia ada janji di luar. Yoon tanya ada apa. Tae San berkata kalau ini bukan sesuatu yang serius, “Kim Do Pal sedang mengalami pukulan yang besar jadi sebagai pamannya setidaknya kita harus membelikan Colin baju baru kan?”
Yoon membenarkan ucapan Tae San ia sama sekali tak memikirkan hal itu. Jung Rok tanya patungan atau beli sendiri-sendiri. Kedua tamannya ini kesal apa itu penting. Jung Rok bilang tentu saja penting yang namanya penampilan sangat penting bagi orang yang berumur 19 tahun. Dengan selera kedua temannya ini pasti tak akan ada kesempatan.
Yoon menyela memangnya Colin itu Jung Rok. Jung Rok membenarkan tapi ia bertanya-tanya kenapa ia terus merasa kalau Colin itu mirip dengannya. “Kalau tidak, apakah aku mengharapkan perbedaan 0.1% itu?”
Yoon meminta Jung Rok diam dan berpesan agar Jung Rok bersikap layaknya orang dewasa. “Memangnya kau mau bertingkah seperti itu di depan anak itu juga? Seorang teman ayahnya yang sudah berumur 41 tahun.”
Jung Rok menilai bukankah sekarang sudah terlambat kalau mau merubah gayanya. Jadi jangan khawatir. Menurutnya mungkin ini sulit dipercaya tapi ia berfikir kalau ia akan menjadi paman terbaik dari yang pernah ada. Tae San jelas tak yakin, “Percaya padaku kau tak akan pernah menjadi paman yang baik.”
Yoon mengingatkan jangan pernah Jung Rok mendekati Colin kecuali Jung Rok bersama dengannya dan Tae San. Yoon menyuruh Jung Rok menghubungi Colin sekarang. Tapi ia bingung kira-kira dimana mereka akan janjian dengan Colin. Tae San juga bingung kira-kira anak remaja zaman sekarang biasanya nongkrong dimana.
Dimanakah ketiganya mengajak Colin ketemuan.
Di sebuah tempat makan di pusat perbelanjaan. Colin tak menyangaka kalau ia akan diajak ke tempat seperti ini. Ia melihat ke tiga ahujssi ini duduk santai di kursi goyang yang diperuntukkan buat anak kecil. Ketiganya melambaikan tangan padanya.
Liat ekspresi Colin lucu hehe.
Ketiga ahjussi memesankan es krim untuk Colin dan minuman anak-anak lain. Colin melihat sekeliling tempat ini benar-benar tak sesuai seleranya. Kursi goyang, bunga, dan boneka Minnie Mouse.
Yoon : “Memangnya remaja benar-benar menyukai tempat ini?”
Jung Rok : “Tentu saja. Kalau begitu haruskah aku menyewa ruangan dan mendatangkan gadis cantik?” (haha)
Tae San menendang kaki Jung Rok. Ia pun memulai percakapan dengan Colin, “Kau putra Do Jin kan? Selamat datang.” Tae San memberikan bingkisan untuk Colin dan mengatakan kalau itu hadiah dari mereka bertiga. Colin jelas terkejut dengan perhatian yang tiba-tiba ini. Colin menundukkan kepala memberi hormat sebagai ungkapan terima kasih.
Yoon mengatakan untuk saat ini Colin lebih baik tinggal di hotel perusahaan, “Do Jin... bukan...” Yoon langsung meralat, “Ayahmu harus mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.”
Jung Rok ingin tahu perasaan Colin, apa Colin bahagia bisa menemukan ayah kandung Colin. Colin malah baik bertanya apa ahjussi Jung Rok senang. Jung Rok ingin tahu kapan ulang tahun Colin, Colin menjawab 20 September.
Jung Rok langsung menebak kalau zodiak Colin ini Virgo. Ia ingin tahu golongan darah Colin. Colin menjawab AB. Warna kesukaan. Colin mulai malas menjawab kenapa ia ditanyai seperti itu.
Jung Rok : “Kau seorang virgo dengan golongan darah AB, kau itu mengharapkan banyak perhatian, kepedulian, dan cinta!”
Colin jijik melihat tingkah Jung Rok yang sok imut. Hehe.
“Haruskah kami memperkenalkan diri kami lagi seperti seorang pria?” Jung Rok mengulurkan tangannya, “Aku saudara ayahmu. Pria capucino, Rok.”
“Kau sudah lama mengenal kami tapi aku Im Tae San. Rekan bisnis ayahmu. Walaupun sahamku yang terbesar,” Tae San juga mengulurkan tangannya pada Colin.
Yoon juga mengulurkan tangannya, “Aku Choi Yoon. Aku tinggal serumah dengan ayahmu dan juga pengacara perusahaan mereka.”
Colin menatap ketiga tangan yang terarah padanya. Ia menatap ketiganya satu persatu.
Kelas Yi Soo usai, ia bertanya siapa yang mendapat giliran piket kelas hari ini. Beberapa siswa ngacung. Yi Soo menyuruh siswa tersebut untuk membersihkan jendela.
Yi Soo melihat kursi tempat duduk Dong Hyub kosong. Ia bertanya pada teman sebangku Dong Hyub apa Dong Hyub tidak masuk lagi. Semua siswa diam tak ada yang tahu.
Yi Soo menyuruh Choi Chang Hyun, teman sebangku Dong Hyub untuk mencari tahu keberadaan Dong Hyub sebelum waktu istirahat. Tapi Chang Hyun tak tahu dimana keberadaan Dong Hyub. Yi Soo memerintahkan Chang Hyun untuk menemukan keberadaan Dong Hyub. Chang Hyun mendesah tak tahu harus mencari Dong Hyub kemana.
Yi Soo pun menemukan dimana Dong Hyub berada, dia sedang bekerja. Yi Soo menghampiri ke tempat kerja Dong Hyub.
Yi Soo menanyakan kenapa Dong Hyub bolos sekolah. Dong Hyub berkata kalau ia malu. Yi Soo bertanya lagi apa Dong Hyub benar-benar memukul Seong Jae. Dong Hyub menjawab ya. Yi Soo bertanya lagi apa Dong Hyub juga menyuruh Seong Jae menyalin tugas Dong Hyub. Dong Hyub menunduk mengakui semua kesalahannya.
Yi Soo ingin tahu kapan jam kerja Dong Hyub selesai. Dong Hyub bilang kalau ia baru saja mulai masuk. Yi Soo akan menunggu Dong Hyub sampai selesai bekerja. Dong Hyub tanya untuk apa.
Yi Soo : “Kau bilang kau memukul dan menyuruhnya menyalin tugas. Kau harus minta maaf padanya dan meminta mereka minta maaf karena sudah memukulmu.”
Dong Hyub bilang tak usah toh hitungannya satu sama. Ia memukul dan ia dipukul. Yi Soo meralat tidak satu sama. Orang dewasa tak seharusnya memukul seorang anak ketika mereka marah padanya, melainkan menasehatinya. “Kau harus minta maaf karena memukul seseorang dan mereka meminta maaf karena memukulmu. Itu baru adil.”
Dong Hyub : “Dibandingkan dengan adil atau apapun itu, mendapatkan uang lebih penting untukku.”
Yi Soo : “Apa kau benar-benar ingin putus sekolah? Seorang pria setidaknya harus lulus SMA.”
Dong Hyub mengatakan kalau ia melakukan ini juga agar bisa melanjutkan sekolah, yaitu dengan kerja. Pergi ke sekolah memerlukan ongkos bus, uang sekolah, sepatu olahraga dan juga makan di kantin bersama teman sekelasnya. Kalau ia tak bekerja bagaimana ia bisa sekolah. Yi Soo terdiam mendengarkan kondisi ekonomi anak didiknya. Dong Hyub permisi ia harus melanjutkan pekerjaannya.
Ada yang menelepon Yi Soo, nomor baru yang tak dikenalnya. Yi Soo menjawabnya. “Kau bilang... kau siapa?” Yi Soo kaget.
Yi Soo dan Eun Hee janjian bertemu (wow...) Eun Hee menebak kalau Yi Soo pasti terkejut menerima telepon darinya. Ia mangatakan kalau sifatnya itu tidak sabaran jadi ia tak bisa bersikap cuek. Yi Soo tanya tentang hal apa.
Eun Hee : “Apa kalian berdua putus?”
Yi Soo menabak apa mungkinkah Kim Do Jin yang menyuruh Eun Hee menemuinya. Eun Hee memberi tahu kalau Do Jin tak tahu ia menemui Yi Soo, “Karena Colin hidup Do Jin berubah total dan sekarang Do Jin jadi tak bersemangat. Tentang aku dan Do Jin. Dan tentang anak Do Jin, kau pasti memiliki jutaan pertanyaan. Kau bahkan tak sempat menanyakannya pada Do Jin. Apa kau sangat mencintai Do Jin?”
Yi Soo : “Apa hanya itu... yang ingin kau ketahui?”
Eun Hee : “Karena itu hal yang penting, bukankah cinta selalu begitu?”
Yi Soo : “Apakah aku mencintainya atau tidak, aku tak tahu kenapa itu penting untukmu.”
Eun Hee : “Karena sekarang kau sedang berdiri di luar pintu. Aku pernah menghadapi situasi yang sama sebelumnya. Dulu aku juga pernah mencoba membuka pintu itu. Pintu yang mengarahkanmu pada dunia yang luar biasa. Tak peduli betapa besar cintamu pada Do Jin, tapi dengan adanya Colin sungguh ini akan menjadi masalah yang rumit dan membebani. Karena sebagai ibunya, aku juga merasakan hal yang sama.
Aku tak tahu bagaimana Do Jin, tapi 20 tahun yang lalu aku hanya seseorang yang jatuh cinta pada seorang pria bernama Kim Do Jin. Hamil, menderita, dan sangat ketakutan. Karena itulah aku melarikan diri. Semua alasan itu karena dulu aku masih sangat muda. Do Jin benar-benar tak tahu apa-apa.
Tak masalah kalau kau terganggu karena Colin, tapi kuharap bukan karena aku. Karena inilah aku ingin bertemu denganmu. Seperti yang kau lihat aku belum terlalu tua. Aku sangat bahagia dengan peranku sebagai istri. Itulah yang ingin kukatakan.”
Setelah bicara panjang lebar Eun Hee akan permisi. Tapi sebelum Eun Hee pergi Yi Soo bertanya seberapa besar keberanian yang harus Eun Hee kerahkan untuk membuka pintu itu. Eun Hee mangatakan kalau ia tak punya pilihan karena ia seorang ibu.
Yi Soo : “Kim Do Jin saat berusia 22 tahun juga sangat mencintaimu. Hal itu aku sudah mengetahuinya.”
Eun Hee tersenyum, “Untuk Colin itu berita baik.”
Malam hari Do Jin melamun sambil tiduran. Matanya jelas memancarkan kesedihan dan tak ada semangat lagi. Ia mengingat hari ketika ia membelai rambut Yi Soo dan ia ingin membelainya terus sampai tenaganya habis.
Di kamar Yi Soo pun demikian, ia lemah. Keduanya mengingat ketika Yi Soo mengajukan permintaan. “Jangan berhenti mencintaiku sebelum aku berhenti mencintaimu.”
Ya ampun ini scene bikin ngenes, posisi tiduran mereka saling membelakangi. Di tempat yang berbeda. Tapi pinternya lagi scene ini seolah mereka tiduran membelakangi dalam satu ranjang. Mana posisi tangan dan kakinya sama.
Keesokan harinya, Yoon menyiapkan sarapan untuk Do Jin. Ia mendorong dan memaksa Do Jin ke meja makan. Do Jin tak nafsu makan. Ia menyahut dengan nada lemas kalau tindakan Yoon ini kasar.
Terdengar suara rice cooker mengatakan kalau nasinya sudah matang (rice cooker-nya pinter bisa ngomong hehe) Do Jin melirik dan mengumpat ricecooker-nya, “Omong kosong.”
Yoon mengambilkan nasi dan bertanya kenapa Do Jin mengumpat rice cooker. Do Jin bilang kalau suaranya terlalu riang. “Tak bisakah kau makan hanya dengannya?” (makan sama ricecooker? Haha) Yoon bilang tidak. Ia juga mengambilkan sup untuk Do Jin.
Yoon melihat wajah Do Jin yang lemas tak ada semangat, “Apa kau tak bisa tidur nyenyak?”
Do Jin : “Aku ingat untuk melihat matahari terbit.” (jadi Do Jin ga bisa tidur donk ya mukanya juga pucat banget)
“Ketika kita SMA, apa kau masih ingat perkataan wali kelas kita? ‘jangan bolos hanya karena kau terlambat kau hanya harus menahan rasa sakit beberapa pukulan batang tebu’” Yoon menirukan logat guru SMA-nya. Yoon memberi Do Jin semangat, “Kita sudah paruh baya dan akan semakin menua. Mumpung kita masih punya waktu sudah saatnya untuk memperbaiki kehidupan kita.”
Yoon, Tae San dan Jung Rok bertemu untuk membahas masalah yang dialami Do Jin. Yoon mengatakan kalau hari ini Do Jin masih tertidur sambil melihat matahari terbit dan itu sudah terjadi selama beberapa hari ini. (tidur melihat matahari terbit sama saja dengan ga tidur ya)
Tae San berkata kalau kita masih bersyukur karena Yoon tinggal bersama dengan Do Jin. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan Do Pal karena pasangan itu baru saja memulai berkencan. “Bukannya mereka tak melihat satu sama lain, tapi mereka tak bisa melihat satu sama lain.”
Jung Rok : “Walaupun Do Jin memiliki alasan sendiri. Tapi bagaimana dengan Guru Seo? Dia pelanggan tetapku.”
Hei... Tae San dan Yoon kesal bersamaan karena Jung Rok hanya memikirkan bisnis. Jung Rok mengatakan kalau ia juga merasa frustasi. Tae San merasa dalam keadaan seperti ini walaupun mereka berteman pasti nantinya akan menjadi canggung.
Jung Rok : “Bahkan bagiku situasinya cukup rumit. Setelah 19 tahun tiba-tiba muncul seorang anak, apa lagi yang bisa kukatakan? Haruskah aku mengucapkan selamat padanya? Atau haruskah kukatakan ‘karena kau sudah punya anak kenapa tak mengadakan pesta ulang tahun?’”
Kau ini... kedua teman Jung Rok kesal karena Jung Rok bicara omong kosong.
Jung Rok : “Kenapa kalian terus mengumpatku? Bukan anakku, dia anak Do Pal. Dan juga apa masalahnya kalau mereka tidak bisa melihat satu sama lain? Tak bisakah kita membuat mereka bertemu?”
Tae San : “Kau pikir kami tidak tahu? Tapi yang jadi masalah sekarang mereka bukan marahan karena ada pertengkaran yang terkait hubungan mereka. Yang satu punya anak dan yang satunya lelah secara mental dan fisik karena anak itu.”
Jung Rok : “Karena itulah kubilang kita harus menolong mereka. Pertama, kita berada pada posisi yang menguntungkan. Mereka hanya berdua, sedangkan kita bertiga.”
Yoon : “Apa hubungannya dengan itu?”
“Bagaimanapun juga jumlah yang lebih banyak selalu lebih menguntungkan.” Jung Rok menyuruh Tae San mengurus Yi Soo dan Yoon mengurus Do Jin. “Kalian harus membawa mereka ke kafeku.”
Tae San kesal, “Masalahnya sudah cukup parah kenapa kau masih mementingkan bisnis?”
Jung Rok memberi tahu kalau kafenya itu tempat mereka pertama kali bertemu, “Belum lama ini mereka berciuman di depan kafeku sangat bergairah. Pegawaiku melihatnya, bahkan memberitahuku lewat telepon. Tanyakan padaku apakah kita harus membuat laporan ke polisi.” Jung Rok menyemangati kedua rekannya agar segera melaksanakan misi mereka.
Tae San mengajak Yi Soo ke Mango Six. Keduanya duduk berhadapan di dekat jendela. Yi Soo terus memandang Tae San yang terlihat kikuk dan berulang kali menarik nafas sambil melihat sekeliling.
Tae San berkata kalau sudah hampir musim hujan, cuacanya benar-benar bagus. Yi Soo menyahut kalau ketika musim hujan datang pasti cuacanya mendung tak mungkin bagus. Tae San menyadari kesalahan ucapannya ia pun berusaha memikirkan kata-kata apa lagi sambil menunggu Yoon dan Do Jin. Tae San tertawa dan mengatakan kalau cuacanya benar-benar aneh.
Tae San terus celingukan tak tahu harus bicara apa. Sementara Yi Soo terus menatapnya curiga. “Kim Do Jin, apa dia akan datang?” Tanya Yi Soo tiba tiba. Tae San mengelak menjawab tidak. Tapi Yi Soo terus menatapnya seolah tahu apa yang sudah direncanakannya.
Melihat Yi Soo menatapnya seperti ini, akhirnya Tae San pun mengaku. Yi Soo tak menyangka kalau kisah cintanya ini cukup menggemparkan. Tae San sadar kalau ia sudah terlalu ikut campur tapi ia merasa pertemuan seperti ini cukup penting. Yi Soo berterima kasih atas usaha Tae San, “Karena aku.... benar-benar merindukannya.”
Yoon dan Do Jin tiba di Mango Six. Yoon melihat kalau Tae San dan Yi Soo sudah ada di sana. Ia pura-pura narik Do Jin untuk duduk di dekat jendela. Do Jin belum menyadari kalau disana ada Yi Soo.
“Oh kalian ada disini?” Ucap Yoon pura-pura terkejut melihat Tae San dan Yi Soo. “Apa kabar Yi Soo? Sepertinya kau baik. Aku ingin duduk di dekat jendela. Oh ternyata disini juga dekat jendela.”
Yi Soo yang sudah tahu rencana keduanya diam saja. Do Jin tak menyangka kalau ia akan bertemu dengan Yi Soo disini dan ini atas usaha teman-temannya.
“Bolehkah kami duduk bersama?” Yoon masih belum tahu kalau rencananya sudah diketahui Yi Soo. Tae San mendesah pelan meminta Yoon berhenti berpura-pura karena mereka sudah ketahuan. Yoon kaget rencananya ketahuan. “Ah jadi kita sudah ketahuan ya?”
“Kalau begitu, karena kami sudah ketahuan kalian berdua ngobrol saja,” Yoon menarik Do Jin agar duduk di depan Yi Soo. Tae San membenarkan dan anggap saja bertemu secara kebetulan. Kemudian Tae San dan Yoon segera pergi dari sana.
Ketemuannya kayak anak SMA pacaran yang lagi marahan ya. Diketemuin sama teman-temannya hehe.
Yi Soo dan Do Jin duduk diam lama. Do Jin terus memandang wanita yang ada di depannya ini. “Seharusnya kau tak perlu datang.” ucap Do Jin mengawali pembicaraan.
“Yang ingin disampaikan Tae San adalah tentang Kim Do Jin. Aku sudah mengetahuinya.” Ucap Yi Soo tanpa memandang ke arah Do Jin. Yi Soo mengatakan kalau ia memiliki janji penting yang lain. Ia pamit pergi labih dulu. Do Jin jelas kecewa Yi Soo pergi begitu saja.
Yi Soo mengajak Dong Hyub ke aparteman Ibu Seong Jae. Di depan gedung apartemen Yi Soo memohon agar Ibu Seong Jae mau keluar dan menemui mereka agar bisa bicara karena Dong Hyub datang untuk meminta maaf. Tapi Ibu Seong Jae tak mau menemui keduanya, bukankah ia sudah mengatakan pada Yi Soo berkali-kali. Kalau ingin bicara dengannya bicara saja lewat pengacaranya. Ia tak ingin melihat wajah Dong Hyub lagi. Tepat saat itu Park Min Suk datang dan heran melihat Yi Soo ada disana.
Yi Soo minta maaf dan berkata kalau seorang anak datang untuk minta maaf seharusnya orang dewasa menerimanya. Dong Hyub meminta gurunya tak perlu merendah seperti itu. Yi Soo menyuruh Dong Hyub diam. Yi Soo kembali melanjutkan kata-katanya, “Dan juga Nyonya anda harus meminta maaf karena sudah menampar Dong Hyub.”
Ibu Seong Jae jelas menolaknya Dong Hyub itu seorang gangster bagaimana mungkin dia bisa menjadi anak sekolah. Ibu Seong Jae mangancam akan memanggilkan polisi kalau Yi Soo masih membuat keributan. Yi Soo terus berusaha agar Ibu Seong Jae keluar menemui mereka tapi Ibu Seong Jae tak mau lagi mendengar ocehan Yi Soo.
“Guru Seo!” sapa Min Suk. Yi Soo menoleh dan terkejut melihat Min Suk. Min Suk senang ternyata ia tak salah mengenali orang. Ia pun menekan bel pintu memanggil ibu Seong Jae.
Ibu Seong Jae mengira kalau itu Yi Soo, ia marah-marah. Min Suk mengatakan kalau itu dirinya ia ingin bertemu dengan Ibu Seong Jae. Suara Ibu Seong Jae langsung berubah sopan dan bertanya ada masalah apa. Min Suk berkata kalau ia akan mengatakan masalahnya kalau Ibu Seong Jae keluar.
Yi Soo bertanya apa Min Suk tinggal disini. Min Suk mengatakan kalau hanya ada beberapa tempat dimana orang-orang kaya tinggal di Cheongdam-dong.
Ibu Seong Jae tak menyangka kalau Yi Soo dan Dong Hyub datang bersama dengan Min Suk. Min Suk mempersilakan Yi Soo melanjutkan ucapan yang ingin Yi Soo sampaikan pada ibu Seong Jae. Ibu Seong Jae penasaran apa Yi Soo dan Min Suk saling mengenal. Min Suk berkata kalau ibu Seong Jae silakan bicara setelah mendengarkan apa yang akan disampaikan Yi Soo. Ibu Seong Jae langsung nurut diam.
Yi Soo : “Pertama, tentang kejadian yang kurang menyenangkan yang dialami Seong Jae kami bermaksud meminta maaf pada anda. Dong Hyub juga sudah melakukan introspeksi diri.”
Ibu Seong Jae diam saja sambil menatap sebal ke arah Dong Hyub. Dong Hyub juga malas melihat Nyonya galak ini, ia membuang mukanya.
Min Suk melihat tingkah Dong Hyub yang diam saja dan Plak... Min Suk menggaplok kepala Dong Hyub, “Apa kau tak mau minta maaf, keponakan?”
“Keponakan?” Ibu Seong Jae kaget mendengar Min Suk menyebut Dong Hyub sebagai keponakan.
“Keponakan yang entah siapapun namamu.” Ucap Min Suk. Dong Hyub mengatakan namanya. Kemudian ia menunduk tanda minta maaf. Ibu Seong Jae masih tak percaya apa Dong Hyub benar-benar keponakan Min Suk.
Min Suk : “Kalau tidak, memangnya akan merubah keadaan?”
“Tidak.” kata Ibu Seong Jae. Ia pun menerima permintaan maaf Dong Hyub, “Apa sudah cukup?”
Yi Soo : “Ketika anda menampar muridku, menurutku anda juga harus minta maaf padanya.”
Ibu Seong Jae jelas ogah minta maaf pada Dong Hyub tapi ia juga jelas tak mau dicap buruk di depan Min Suk.
Min Suk menoleh ke arah Yi Soo, “Kenapa kau tak memberitahuku? Dengan begitu pengacaraku bisa mengurusnya. Kenapa membiarkan PNS mengurusi hal seperti ini? Itu membuat pembayar pajak seperti kami merasa sangat sedih.”
Min Suk menunggu permintaan maaf dari Ibu Seong Jae. Ibu Seong Jae pun akhirnya minta maaf pada Dong Hyub, “Ini hanyalah masalah anak-anak kita lupakan soal tuntutan, aku minta maaf karena sudah menamparmu.” Dong Hyub memberi hormat tanda keduanya saling memaafkan. Yi Soo berterima kasih karena masalah ini sudah beres. Ibu Seong Jae pun kembali masuk ke apartemannya.
Yi Soo sangat berterima kasih atas bantuan Min Suk. Min Suk bilang kalau ia tak membantu tapi melunasi hutang. Apa Yi Soo masih ingat kejadian di hotel perusahaan katika ia salah menuduh Yi Soo sebagai selingkuhan suaminya. Ia mengatakan kalau ia biasanya membayar hutang dengan bunga yang lebih banyak.
Yi Soo penasaran apa Min Suk mengenal ibu Seong Jae dengan baik. Min Suk menilai seharusnya ibu Seong Jae yang mengenalnya dengan baik. “Orang kaya tak pernah menjalin hubungan dengan tulus, mereka menjalinnya dengan uang.” Dong Hyub yang diam saja mendengarkan sambil mencerna apa yang dikatakan ahjumma kaya raya ini.
Min Suk beralih menatap Dong Hyub, “Keponakanku ini benar-benar bertampang pemberontak. Apa kau sudah melihat tadi? Yang kau lihat tadi adalah dunia yang akan kau hadapi di masa depan. Itu pula yang menjadi alasan orang miskin harus belajar. Apa kau mengerti keponakan?”
Dong Hyub terdiam mendengar penjelasan Min Suk. Min Suk menyuruh Dong Hyub lebih baik pulang dan karena mumpung ia bertemu Yi Soo, ia mengajak Yi Soo minum teh dengannya.
Keduanya duduk berhadapan, Min Suk berkata kalau ia sudah mendengar tentang Do Jin. Ia bertanya apa Yi Soo baik-baik saja karena ia melihat wajah Yi Soo tampak sedih. Yi Soo bilang kalau ia baik-baik saja walaupun jalinan cintanya ini singkat ia bahkan menerima tawaran untuk tinggal bersama.
Yi Soo : “Dalam hal ini tak ada yang melakukan kesalahan dan semua mengetahuinya. Tinggal bersama seorang ayah dari anak orang lain apakah aku benar-benar bisa bahagia? Kadang-kadang aku berfikir aku bisa, tapi pada saat yang lain aku berfikir kalau aku tak bisa. Entah apapun jalannya aku bahkan tak bisa melangkahkan kakiku.”
Min Suk : “Kau tak bisa bergerak ke depan juga tak bisa mundur ke belakang. Lalu?”
Yi Soo : “Apa?”
Min Suk : “Karena di wajahmu tertulis ‘meskipun begitu tidak masalah’.”
Yi Soo mengucap ulang apa yang dikatakan Min Suk ‘meskipun begitu tidak masalah’. Yi Soo tampak memikirkan sesuatu.
Malam hari Yi Soo berdiri di halte bis seorang diri. Ia pun membatin, “Aku masih mencintai orang itu,”
Kemudian terdengar lagu dari speaker kios yang berada di belakangnya sebuah lagu yang pernah ia dan Do Jin dengar ketika seorang pemuda dengan nada fals menyanyikannya. Kini ia mendengar kembali lagu itu dan terdiam terpaku bahkan ia sampai tak jadi naik bis yang baru saja tiba. Ia mengingat ketika ia dan Do Jin mendengar lagu itu, keduanya tertawa riang bersama. Bis pun berlalu Yi Soo masih berdiri terpaku dengan wajah sedih.
Do Jin memarkir mobilnya dan ia pun mendengar lagu dari radio mobilnya lagu yang sama seperti yang didengar Yi Soo. Ia terdiam sejenak di mobilnya untuk mendengarkan lagu itu dengan perasaan pilu. Do Jin naik lift menuju apartemennya, di dalam lift tanpa terasa air matanya pun menetes.
Sampai di kamar, ia kembali terdiam sedih bersandar pada dinding kamar. Air matanya semakin menetes deras, isak tangisnya semakin membuat dadanya sesak.
Meari menemui Yoon di kantor. Keduanya diam. Meari heran kenapa Yoon tak mengatatakan apapun, seperti ‘aku sangat sibuk’ ‘kenapa kau kesini’ ‘pergi sekarang’
Yoon mengatakan kalau ia tak sibuk dan ia juga tahu kenapa Meari menemuinya. Meskipun ia menyuruh Meari pergi, Meari pasti tak akan pergi. Meari meminta Yoon berhenti membuatnya tak nyaman dan jangan bersikap seperti ini. “Kenapa aku merasa lebih baik ketika kakak marah?”
Yoon mengatakan kalau ia akan pulang. Meari meminta Yoon menunggu sebentar. “Pinjami tanganmu, tak akan lama.” pinta Meari. Meari mengeluarkan sesuatu dan memakaikannya di tangan Yoon, sebuah gelang. “Apa ini?” tanya Yoon.
“Kupikir cantik waktu aku melihatnya, ketika belanja jadi aku membelinya. Jangan merasa terbebani. Kalau begitu aku pergi dulu!” Meari tersenyum sumringah setelah memakaikan gelang itu ke tangan Yoon.
“Kau... kesini!” perintah Yoon. Meari mendekat, Yoon memeriksa tangan Meari dan disana ada gelang yang sama dengan warna berbeda gelang kembar hehe. “Hei Im Meari!”
“Wow ternyata sama dengan punyaku.” sahut Meari pura-pura kaget kalau gelangnya sama. “Maksudku kenapa aku memilih ini begitu aku melihatnya? Selera orang benar-benar... bisa tetap sama kan?”
Yoon melepas gelang dan menyerahkannya kembali pada Meari. Meari menolak bagaimanapun ia sudah membelinya jadi bisakah Yoon tetap memakainya. Meari kemudian cemberut kalau begitu ia juga tak akan memakainya lagi. Meari akan melepas gelang yang ia pakai.
Yoon : “Dibandingkan seluruh hidupmu, aku bergaul dengan Tae San lebih lama daripada itu. Kami berempat harus memperhatikan dengan siapa kami akan menghabiskan hidup kami. Sekarang keinginan yang ada di hatimu, apa yang kau harapkan dariku akan merusak semuanya. Karena itu, ini tak boleh dibiarkan. Kau mengerti apa maksudku?”
Meari mendesah kesal dan meninggikan suaranya, “Memangnya gelang ini membelenggu? Ini hanya perhiasan. Kak Do Jin dan Kak Jung Rok juga memakainya. Memangnya aku menyuruh Kakak untuk melepas cincin pernikahan kakak? Atau aku meminta Kakak membelikan cincin pernikahan untukku? Aku hanya berharap diantara barang-barang yang kakak pakai ada satu yang merupakan hadiah dariku. Hanya itu yang kupikirkan.”
“Aku mengerti, tak usah dipakai. Buang saja!” Meari merebut gelang dari tangan Yoon dan membuangnya ke tempat sampah.
“Ada satu hal lagi.” ucap Yoon.
“Apa?” Tanya Meari galak.
“Jangan lagi bicara tak formal seperti yang kau lakukan sekarang. Perbedaan usia kita 17 tahun.” Jelas Yoon.
Meari meninggalkan kantor Yoon dengan kekesalannya. Yoon melirik gelang yang di buang Meari kemudian beralih menatap cincin pernikahan yang masih melingkar di jarinya.
Untuk melampiaskan kekesalan dan kesedihannya Meari menyanyi di karaoke sendirian. Ia menyanyi sambil sesenggukan menangis.
Tae San menyusul adiknya dan mematikan musiknya. Ia marah bahkan sekarang Meari minum-minum di siang hari. “Pernahkah kau melakukan hal yang benar? Bagaimana mungkin seorang gadis minum-minum di siang dan malam?”
Meari : “Bukankah sudah kubilang jangan datang kalau kakak marah? Memangnya hanya aku yang minum-minum? Hong Se Ra juga selalu minum-minum siang dan malam.”
Tae San makin marah karena Meari berani menyahut ucapannya. Ia mengambil tas dan meminta adiknya cepat memakai sepatu lalu pulang. Meari dengan sikap ogah-ogahan memakai sepatunya tapi kemudian ia menangis keras.
Tae San tak tahan lagi melihatnya, ia pun menelepon Yoon dan marah-marah, “Hei Choi Yoon gara-gara kau yang dilakukan Meari sepanjang hari hanya minum-minum dan menangis. Bahkan tidur di depan rumah kakaknya. Dia bahkan menolak kuminta melanjutkan pendidikan pasca sarjananya. Dia bekerja di kafe hanya untuk melihatmu. Aku sangat sedih. Aku ingin mati saja kalau dia terus seperti ini.”
Meari jelas kaget kakaknya langsung menghubungi Yoon. Ia berusaha merebut ponsel kakaknya supaya tak bicara lebih jauh lagi. “Kakak apa yang kau lakukan? kenapa mengatakan semuanya pada Kak Yoon?”
Tae San masih marah-marah, “Choi Yoon apa kau benar-benar merencanakan ini terhadapku? Kalau begini terus tak peduli persahabatan omong-kosong itu, aku tak mau melihatmu lagi.”
Meari ketakutan, “Kakak tolong tutup teleponnya. Aku yang salah.” Meari merebut ponsel kakaknya dan ternyata ponsel itu tak terhubung pada Yoon. Tae San hanya menggertak Meari. “Apa ini? Kakak membuatku takut.” bentak Meari.
Tae San : “Bukankah sudah kukatakan sebelumnya jangan pernah membuatku mengirimmu ke tempat yang jauh lagi. Kalau kau melakukan hal seperti ini sekai lagi aku akan benar-benar menelepon seperti tadi. Akan kukatakan semuanya pada Yoon sama seperti tadi.”
Keduanya sampai di rumah. Meari heran melihat mobil merah Se Ra terparkir di depan rumahnya. Ia bertanya apa Se Ra datang ke rumah. Tae San menjawab tidak. Meari kembali bertanya lalu kenapa mobil Se Ra ada di depan rumahnya. Tae San menjawab kalau itu bukan urusan Meari.
Meari menebak apa kakaknya mau membelikan mobil baru untuk Se Ra. Tak San tak menjawab. Meari meraung-raung kesal. “Kalau begitu aku boleh memakai ini?” (Memakai mobil Se Ra) Tae San jelas melarang.
Yi Soo duduk menyendiri di depan gedung apartemen Do Jin. Ia sudah memutuskan sesuatu dan menghubungi Do Jin, “Aku di depan apartemenmu, ayo bertemu sekarang!”
Keduanya berdiri berhadapan. Do Jin menatap Yi Soo tapi tidak demikian dengan Yi Soo. Ia mengalihkan matanya ke arah lain.
Yi Soo berkata kalau ia sudah memikirkannya. Ia merasa diperlakukan secara tidak adil. Kemudian Yi Soo memandang Do Jin, “Semuanya kau yang memutuskan dari pengakuan sampai putus. Kau hanya tahu caranya berbohong. Bukankah kau yang mengatakan bahwa kau tidak akan berhenti mencintaiku sebelum aku berhenti mencintaimu? ‘Hari ini dan besok, lusa dan hari berikutnya selama sebulan jadi kau bisa tenang selama sebulan ini. Jadi selama sebulan aku akan mencintai Seo Yi Soo’
Kau sendiri yang mengatakan itu padaku. Aku tahu kau baru mengalami kejadian yang besar dalam hidupmu. Tapi aku sama sekali tak mengkhawatirkanmu, tidak sedikitpun. Apa baiknya pria sepertimu? Aku harus mengkhawatirkan diriku sendiri yang merindukanmu puluhan kali dalam sehari. Jadi perpisahan ini, aku ingin melakukannya dengan caraku.
Mulai saat ini begitu aku meneleponmu tinggalkan semuanya dan datang padaku. ‘jangan berhenti mencintaiku sebelum aku berhenti mencintaimu’ janji itu ‘selama sebulan aku akan mencintaimu Seo Yi Soo’ janji itu tolong tepati. Sampai aku tak merindukanmu lagi, sampai aku tak mengingatmu lagi. Sampai kita bisa berpisah, tolong tunggu aku, di sisiku.”
“Akan kulakukan.” Do Jin menyanggupi permintaan yang panjang lebar dari Yi Soo. “Sesuai dengan cara Seo Yi Soo.”
Hari hujan Yi Soo berdiri di tepi jalan memakai payung bersama kerumunan orang yang akan menyebrang. Ia mengirim SMS pada Do Jin.
‘Aku ada di perempatan jalan di Gangnam di depan perbatasan. Keluarlah sebentar.’
Do Jin pun sudah berada di seberang jalan. Orang-orang berlalu lalang menyebrang tapi Do Jin dan Yi Soo tetap berdiri di tempatnya hanya saling memandang saja.
Setelah dirasa cukup melihat Do Jin, Yi Soo pun berbalik pergi meninggalkan tempatnya. Do Jin menatap kepergian Yi Soo dengan hati pilu.
SMS Yi Soo, ‘aku ingin pergi ke toko buku’
Do Jin pun menemani Yi Soo ke toko buku. Tapi ia hanya bisa memandang sambil mengawasi sementara Yi Soo membolak-balikan buku yang sedang dibaca. Tanpa bicara sepatah katapun. Yi Soo membaca buku tentang benang merah, di sana tertulis ‘aku berharap ketika aku bertemu orang itu lagi’
‘Aku sedang menunggu’
‘Menunggu orang itu menjawab ya’
SMS Yi Soo, ‘aku ingin nonton film di bioskop’
Keduanya pun nonton di bioskop dengan tempat duduk terpisah. Sebuah film komedi penonton tertawa tapi kedua orang ini diam tak tertawa sedikitpun. Do Jin melirik ke arah Yi Soo. Film pun usai.
Yi Soo berdiri dan akan keluar Do Jin berjalan di belakangnya. Ada orang yang terburu-buru keluar dan menyenggol Yi Soo hingga terjatuh tapi tepat saat itu Do Jin menangkap dan memeganginya. “Lepaskan. Kau mendorongku lebih keras daripada yang dilakukannya.”
Do Jin pun melepas Yi Soo dan membiarkannya berjalan lebih dulu keluar dari gedung bioskop.
Kemudian muncul dalam ingatan Do Jin ketika Yi Soo menangkap basa dirinya tengah bersama Eun Jae dan ketika itu ia mengatakan hal yang tak pantas dikatakannya. Perasaan Yi Soo jelas marah apalagi Do Jin menutup pintu begitu saja.
Kemudian muncul Do Jin yang sekarang membuka pintu. Yi Soo berbalik menatapnya. “Ketika kita bahagia aku tak menyadarinya. Saat ini aku terluka. Telah membuatmu mendengar kata-kata yang buruk telah membuatmu begitu terluka, aku benar-benar minta maaf. Telah membiarkanmu berjalan pulang sendirian, aku benar-benar minta maaf.” Ucap Do Jin penuh penyesalan.
Kemudian kita beralih ke scene dimana mereka makan bersama tim Blue Cat dan tim lain. Ketika itu Do Jin meminta Yi Soo untuk mendekat dan membisikan sesuatu, ‘Berhenti menggangguku kecuali kau bersedia tidur denganku.’
Yi Soo jelas kecewa mendengarnya, tiba-tiba ada tangan yang menyentuhnya dari belakang. Do Jin yang sekarang. “Aku benar-benar jahat. Karena tak ingin kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya aku mengucapkan kata-kata yang tak pantas itu. Seharusnya aku jujur padamu bahwa aku merindukanmu. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku selalu merasa masih ada kesempatan. Karena harga diriku yang tak berguna sebagai pria, kau pasti menderita. Aku minta maaf.”
Dan kita kembali ke Do Jin yang masih berdiri di gedung bioskop sedirian berdiri terpaku.
Se Ra berdiri di depan Mango six menerima telepon dari seseorang. Ia kaget melihat mobil merahnya tiba-tiba berhenti di depan Mango six. Ia pun menutup teleponnya dan yang lebih membuatnya terkejut lagi Meari yang keluar dari sana.
Meari kaget setengah mati melihat Se Ra. Se Ra bertanya apa yang terjadi kenapa Meari mengambil dan menyetir mobilnya. Meari bilang ia tak selalu menyetirnya ini pertama kali ia menyetir mobil Se Ra jadi jangan beritahu kakaknya.
Se Ra : “Apa kau bilang? Mobil ini apa ada pada Tae San?”
Meari : “Bukankah karena kakak ingin membelikanmu mobil yang baru?”
Se Ra berfikir kenapa mobilnya bisa berada di tangan Tae San.
Se Ra pun menemui Min Suk. Ia jelas kecewa karena mobilnya sekarang ada di tangan Tae San. Min Suk membenarkan karena Tae San yang membawanya pergi. Se Ra tanya kenapa mobilnya apa pada Tae San.
Min Suk mengatakan kalau mengembalikan jaminan pada seseorang yang membayar hutang adalah hal yang harus dilakukannya. Se Ra jelas terkejut tak percaya Tae San membayar uang yang ia pinjam. Min Suk mengatakan kecuali untuk itu memangnya ada alasan lain ia memberikan mobil itu pada Tae San.
Se Ra mengingatkan bukankah Min Suk tahu persis bagaimana perasaannya ketika ia mengajukan hutang pada Min Suk. Bagaimana mungkin Min Suk tetap memberitahu Tae San tentang hal ini. Min Suk berkata kalau ia tak pernah memberi tahu Tae San. Se Ra emosi kalau bukan Min Suk yang memberi tahu dari mana Tae San mengetahuinya.
Min Suk : “Memangnya untuk apa aku memberitahunya? Apakah aku akan kelaparan tanpa uang itu? akankah aku tidak tidur di malam hari karena mengkhawatirkan uang itu? tidak, tidak akan. Kau harus mengerti itu.”
Se Ra : “Kalau begitu setidaknya ketika Tae San mengatakan akan membayarkan seharusnya kakak jangan menerimanya.”
Min Suk membela diri kalau ia sudah mengatakannya tapi Tae San mengatakan kalau ini demi harga diri Tae San jadi ia harus menerimanya. “Diantara harga dirinya dan harga dirimu adakah alasan kenapa aku tak boleh memilih harga dirinya? Dia sahabat suamiku.”
Do Jin ke hotel perusahaan. Eun Hee mangatakan kalau Colin sedang keluar. Ia merasa kalau Colin sangat menyukai Seoul.
Eun Hee melihat wajah Do Jin yang kusut. Ia mengatakan kalau ia akan segera pulang ke Jepang. Ia sudah membeli tiket pesawat malam. “Kupikir aku sudah melakukan apa yang bisa kulakukan. Dan juga aku merindukan suamiku.”
“Anak itu, apa dia ikut pulang juga?” tanya Do Jin.
Eun Hee mengatakan kalau Colin ingin tinggal di Seoul. Tapi ia ingin membawa putranya pulang. “Aku tidak menghabiskan masa mudaku dengan mengasuh anak hanya untuk membuatnya menjadi sumber masalah.”
Dengan suara lemah Do Jin minta maaf untuk masa 19 tahun terakhir. Tak peduli apakah Eun Hee tahu atau tidak, telah membuat Eun Hee mengasuh anak itu sendirian ia minta maaf.
Do Jin ingin mengungkapkan alasan kenapa ia tak menemui Eun Hee 8 tahun yang lalu. Tapi Eun Hee menyela dan mengatakan kalau ia sudah mendengar tetang penyakit Do Jin dari Jung Rok. Tapi di sisi lain ia merasa beruntung, ia berharap ia hanya menjadi cinta pertama bagi Do Jin dan bukan sebagai ibu dari seseorang.
“Anak itu biarkan dia tinggal disini!” pinta Do Jin. “Nama Korea-nya aku akan memberitahumu setelah aku memberinya. Jangan mengkhawatirkan anak itu. Kuharap kau bisa bahagia.”
Eun Hee tersenyum dan berterima kasih. Do Jin mengatakan kalau ia tak bisa mengantar Eun Hee ke bandara. Eun Hee tak masalah ia mengerti. Keduanya saling mengucap selamat tinggal.
Do Jin mengendarai mobilnya di jalan raya. Ponselnya berdering, Yi Soo yang meneleponnya. Kemana lagi Do Jin akan menemani Yi Soo. “Kau ada dimana?” tanya Do Jin.
Ternyata Yi Soo ingin Do Jin menemaninya makan siang di restouran. Tak ada obrolan yang keluar dari mulut keduanya. Yi Soo makan cepat. Do Jin memperhatikan cara makan Yi Soo yang cepat, belum habis di mulut sudah menyuap yang lain. Sebagai bentuk perhatian Do Jin mendekatkan air mineral ke arah Yi Soo, tapi Yi Soo mengabaikannya. Ia malah mengambil makanan lain dan mengunyahnya.
“Pelan-pelan makannya!” Ucap Do Jin pelan mengingatkan.
“Aku tak bilang kau boleh bicara padaku!” Yi Soo mengingatkan agar Do Jin jangan bicara padanya. Do Jin langsung diam memperhatikan Yi Soo.
Ponsel Yi Soo berdering, ia melihat siapa yang meneleponnya. Setelah tahu itu dari siapa ia tak segera menjawabnya. Malah meletakkan posel itu begitu saja. Do Jin penasaran telepon dari siapa sampai Yi Soo tak mau menjawabnya.
“Hari ini kau boleh pergi sekarang!” Yi Soo menyuruh Do Jin pergi karena ia merasa cukup melihat dan bersama Do Jin.
“Siapa yang menelepon?” Tanya Do Jin.
“Bukankah sudah kubilang jangan bicara padaku?”
Yi Soo mengambil tasnya dan akan pergi lebih dulu. Tapi Do Jin menarik tangan Yi Soo dan menahannya. “Siapa itu?” tanya Do Jin.
Yi Soo menatap Do Jin, “Kalau kau tahu apa yang bisa kau lakukan?”
“Siapa?” tanya Do Jin lagi.
“Ibuku.” jawab Yi Soo. “Ah, ibuku meninggalkan anaknya dan mengasuh anak orang lain selama lebih dari 20 tahun. Apa kau mau ikut dan mempelajari rahasia keibuannya? Kalu kau tak mau, tolong lepaskan tanganku!”
Keduanya saling menatap, apakah Do Jin akan ikut dengan Yi Soo.
Yg plg sedih liat gbrx do jin n yi soo kyk tdr sebelahan, g bs bygin jd yi soo n do jin, pcrn sbulan tp dg sikon yg g enk.
ReplyDeleteMeari sm yoon jg rumit, kl aq jd tae san mgkn jg nglarang meari sm yoon.
Meari sm colin aj, biar do jin n tae san besanan.
Kak anis smangat yaaa
gomawo
cepat sekali keluar sinop nya mba anis...
ReplyDeletesumpah eps ini ngenes bgt lihat Yi Soo sm Do Jin rasa nya ga sanggup, pacaran selama sebulan cuma begitu tanpa bicara,, sedih bgt sich...
mimggu ini eps terakhir ya mba anis...?
tetap semangat ya mba anis tinggal 5 eps lg...
Gomawo
Semakin semangat ngikutin sinopnya ! Aku harap ka anis juga semakin smngat ngelanjutinnya :D........ SemangKa .....
ReplyDeleteseneng deh kalo sinopsisnya kluarnya cepet.,
ReplyDeleteih yisoo b'sikap dingin bgt ma do jin jd gregetan ma pasangsn ni,,knp g baekan ja sih trus bangun lagi smuanya dr awal,,aq kan capek melihat kalian diem2n truzz g seru tau..kangen ma tingkah gelenjotannya yisoo truz becandaannya do jin.kpn balikan????? berharap eps 16 nya happy trusss
makasih ea kak bwt sinopsisnya, aq disini msh stia menuggu eps 16 nya.
ttp smangt kak, ku doain nulisnya lancar biar bs cpt melangkah ke eps berikutnya...amin
hahhahaha dojin lucu rice cooker diladenin...
ReplyDeletekim eun hee kayaky lebih muda dari yisoo,duuh miris banget episod ini perasaanku ikut sakit liat yisoo nyuekin dojin padahal cuma baca sinopsisy...semoga sebelum paketku sinopsis selanjuty da dipostin ya anis...kekekkekekek,makasih ya anis
malam ini AGD tamat ya jadi bisa nengok lapak deh,cuma kudu sabar juga nunggu suby kumplit..makasih makasih makasih..
Kim Eun Hee lebih tua daripada Yi Soo. Eun Hee itu sepantaran sama keempat ahjussi sementara Yi soo 36 tahun...
Deleteaslinya juga Park Joo Mee lebih tua daripada Kim Ha Neul. dia kelahiran 1972 sementara Kim Ha Neul 1978...
iihh da tua banget ya,tapi facenya kayak tuaan kim ha nuel...
Deleteanis thank u ya,untuk sementara waktu aku absen dulu ngapel blognya anis cos ini paket aku terakhir,semoga aj pas modemku da aktif lagi sinopsis AGDnya da kumplit,aku da liat episod terakhir diHANCINEMA happy ending cuma kurang pas kalo ga baca sinopsisy.
"MOHON MAAF LAHIR & BATHIN" kalau ad salah2 coment.
hehehe aq suka sm min suk,,,dy orang kaya dan sombong tapi dy peduli jg sm msalah yang d alami sm pacar sahabat suaminya....mksh sinopsisnya mba....semangat.....!!!!!!
ReplyDelete_amy_
huh nyesek bacanya,,,lanjutya mb bwat sinopnya,,semangaaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttt.
ReplyDeleteah dah gak sabar nunggu lanjutannya nih..... ayo mbak semangaaaaattttttttttttttttttttttt
ReplyDeletelanjuttt.............
ReplyDeletesuka kaosnya om jung rok ps di adegan awal, keemu asisten wamil,,,
ReplyDeleteAnnieesss.... thanks ya, sinopsisnya cepet banget keluarnya, episodenya paling sedih kayaknya ya? Btw si Colin itu kok kayaknya tengal banget anaknya ya?
ReplyDeleteAyo Anniess... lanjuuttt...
hmmm, episode ini dan yg selanjutnya adalah episode2 yg aku gak suka.. pengen cepet2 skip ke episode 17 nya, hehehee
ReplyDeletewalaupun udah nonton sampe episode akhir, tp baca sinop nya tetep wajib.. apalagi beli dvd-nya, wajib bangeettt ^^
Nyesss banget epsnya </3 ngebacanya ampe ikut terharu :''(( apalagi pas do jin sama yi soonya pisah :(
ReplyDeleteterharu banget dah nonton filmnya :(
ReplyDeleteapalagi waktu yi seo nya jumpa sama dojin wktu dojin lagi sama mantan pacarnya di kantor pengacara yoon :(
saat yi soo berdiri di halte dan do jin lg dimobil dengerin lagu yg diputer diradio.....ada yg tau ga apa judul lagu ama penyanyinya? aku suka banget...thanks before...
ReplyDeleteNothing - Easy FM
DeleteMbak mau tanya donk itu judul lagu dan penyanyinya pas si yisoo sama dojin waktu yisoo mau ketemu sama mamanya itu.. lagunya bagus.. kemaren pas nonton di indosiar cuma denger sekilas..
ReplyDelete