Tuesday 14 August 2012

Sinopsis A Gentleman's Dignity Episode 16

Untuk pembukan episode 16 ini lain dari yang lain. Kalau biasanya kita akan dibuat tertawa terbahak-bahak oleh tingkah mereka berempat tapi kali ini kita akan dibuat menangis sesenggukan.
Do Jin berada di bandara akan menuju Shanghai untuk urusan bisnisnya. Ia bicara di telepon dengan seseorang untuk menyiapkan keperluan selama di Shanghai. Setelah selesai bertelepon ia tiba-tiba ia mendapatkan panggilan telepon yang mencengangkan. “Aku akan segera tiba disana!” ucap Do Jin.

Ia pun berlari sekencang mungkin segera meninggalkan bandara tak jadi pergi ke Shanghai dan meninggalkan tas-nya begitu saja di bandara.
Min Suk menemukan cincin Jung Rok. Ia menemukan itu di dompet suaminya. Jung Rok beralasan kalau akhir-akhir ini jarinya semakin mengecil. Min Suk menanyakan siapa Hyo Jin.

Jung Rok : “Aku tahu seharusnya aku tak mengatakannya dalam situasi seperti ini. Tapi siapa nama keluarganya?” (hahaha)
“Hei.. Lee Jung Rok!” bentak Min Suk.
Jung Rok menerima telapon dari seseorang ia pun menjawabnya, “Nomor yang anda tuju sedang sibuk...” tapi kemudian ia terdiam tercengang, “Apa? Jangan bercanda. Aku akan segera ke sana!”

Min Suk bertanya suamianya ini mau kemana, kalau Jung Rok pergi sekarang ia mengancam keduanya akan segera bercerai. Jung Rok mengatakan kalau masalah ini lebih mendesak ia akan tetap pergi walaupun min suk menceraikannya sekalipun.
Tae San berada di bar bersama rekan bisnisnya. Rekan bisnis Tae San menginginkan Tae San menyanyikan lagu untuk mereka. Tae San tak masalah malahan ia bersedia menyanyikan lebih dari satu lagu.
Tae San bersiap akan menyanyi tapi ia mendapatkan SMS. Microphone yang ada di tangannya pun terjatuh dengan sendirinya ketika ia membaca SMS yang ia terima. Tae San mohon diri karena sekarang ada situasi yang lebih darurat.

Rekan bisnis Tae San berusaha mencegah kalau Tae San pergi ia tak akan menandatangani kontrak. Tae San tak peduli dengan yang namanya kontrak, ia minta maaf karena yang ini lebih penting dari pada itu.
Do Jin sudah berganti pakaian, ia mengenakan pakaian hitam lengkap berlari secepat kilat di rumah sakit. Di lorong rumah sakit ia berpapasan dengan Jung Rok dan Tae San yang juga sudah berganti pakaian hitam. Ketiganya berlari secepat mungkin.
Di sudut sebuah rumah sakit telah disiapkan tempat untuk upacara penghormatan karena ada yang meninggal. Disatu sudut Yoon duduk menyendiri dengan tatapan kosong. Ketiga temannya datang. Ya, ini hari dimana Jung Ah meninggal.
Ketiga sahabat Yoon tak kuasa melihat sahabatnya duduk terdiam penuh rasa kehilangan.
Seseorang datang membawakan pakaian ganti untuk Yoon. Tapi Yoon diam saja, Tatapan matanya seolah ia juga tak ingin hidup lagi.
Ketiga temannya membawa Yoon ke sebuah ruangan untuk mengganti pakaian Yoon. Yoon berdiri diam lemas. Tae San melepas perlahan pakaian Yoon. Jung Rok membantu memasangkan kaos kaki untuk Yoon. Ketiga teman Yoon tak kuasa membendung air mata kesedihan mereka melihat Yoon seperti ini.
Do Jin membantu Yoon memakaikan dasi. Yoon memakai sepatunya tapi tatapan matanya tak terarah ia menatap kosong ke depan.
Dan bruk... Yoon seolah tak kuat berdiri. Ia terjatuh saking lemasnya. Ketiga temannya langsung membantu dan mengkhawatirkan sahabatnya ini.

“Aku tak apa-apa, aku tak apa-apa,” Ucap Yoon dengan nada lemah. Ketiga teman Yoon tak kuasa menahan air mata mereka. Ketiganya ikut berduka merasakan apa yang Yoon rasakan, kehilangan Jung Ah.
Yoon duduk bersama ibu mertuanya yang terus menangis kehilangan putrinya. Ketiga sahabat Yoon menggantikan posisinya sebagai keluarga duka menerima penghormatan dari tamu. Yoon menggenggam tangan ibu mertuanya penuh kesedihan.
Suara Yoon : “Dua garis berwarna hitam pada ban tangan tanda berkabung, artinya mereka adalah keluarga dekat dari almarhum. Satu garis hitam berarti teman dekat atau kenalan. Satu untuk lengan yang satunya untuk hati. Para pria dengan dua garis hitam yang beridiri disana adalah orang-orang yang perpisahan dengan mereka akan menjadi paling menyakitkan dalam hidupku. Seperti kehadiran mereka adalah keberuntungan yang terbesar dalam hidupku.”

Yoon menatap ketiga sahabat yang selalu ada untuknya. Ia menangis sedih campur haru.

Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 16
Do Jin mengendarai mobilnya di jalan raya dan menerima panggilan telepon dari Yi Soo. “Kau ada dimana?”
Dan seperti yang kita tahu kalau keduanya makan siang bersama. Ada yang menelepon Yi Soo tapi Yi Soo tak menjawabnya. Ia membiarkan ponselnya begitu saja setelah tahu siapa yang menghubunginya. Do Jin bertanya telepon dari siapa.

“Sudah kubilang jangan bicara padaku!” Ucap Yi Soo. Yi Soo akan pergi tapi Do Jin menahan tangannya, “Siapa itu?”
Yi Soo : “Memangnya kenapa kalau kau tahu?”
Do Jin bertanya lagi dengan suara pelan, “Siapa itu?”
“Ibuku,” jawab Yi Soo. “Ah, ibuku meninggalkan anaknya dan mengasuh anak orang lain selama lebih dari 20 tahun. Apa kau mau ikut dan melihatnya sendiri? Kalau kau tak mau ikut, lepaskan tanganku!”
Do Jin berdiri dan ia akan ikut dengan Yi Soo. “Baiklah ayo kita pergi bersama. ‘apa yang terjadi? Apa dia menangis sendirian? Apa dia tiba di rumah dengan selamat?’ Daripada aku mengkhawatirkan itu, lebih baik aku ikut denganmu.” Yi Soo menatap marah dan menarik tangannya paksa dan berjalan lebih dulu meninggalkan Do Jin.
Yi Soo menemui ibunya di sebuah kafe. Ibunya memuji kalau Yi Soo terlihat cantik. Ia mengira-ngira sudah berapa lama keduanya tak bertemu, “Ini yang pertama kali sejak kau berumur 30 tahun kan? Kenapa kau tak menjawab teleponku? Kau dan aku bukan tipe orang yang menelepon hanya untuk menyapa satu sama lain. Aku menghubungimu karena ada yang ingin kudiskusikan denganmu.”

Yi Soo : “Mendiskusikan apa? Apa yang perlu didiskusikan denganku?”

Ibu Yi Soo bertanya apa putra sulung dan putra bungsu suaminya menemui Yi Soo. Yi Soo balik bertanya kenapa mereka menelepon bahkan menemuinya. “Kenapa mereka menggangguku? Aku tak punya urusan dengan meraka? Kenapa mereka melakukan ini padaku?”

Ibu Yi Soo : “Sudah jelas. Ada sengketa warisan antara ibu tiri dan anak-anak. Mereka berharap kau bisa meyakinkanku untuk mundur. Ayah mereka sedang berada di ranjang kematiannya.”
Yi Soo mendesah kesal, ia benar-benar tak peduli dengan masalah ibunya. “Ibu belum pernah menjadi bagian hidupku sejak aku berumur 12 tahun. Kenapa ibu melakukan ini padaku?”

Ibu Yi Soo berfikir kalau ia mengubah nasibnya maka nasib putrinya juga akan berubah. “Aku tak akan melakukan apapun untukmu jadi aku ingin merubah nasibku demi kau. Tapi hidup tak berjalan sesuai rencanaku.”

Yi Soo tak mau mendengar apapun penjelasan ibunya. Memangnya ia pernah meminta bantuan dari ibunya. “Ibu, apa ibu sama sekali tak merasa bersalah padaku?”

Ibu Yi Soo mengatakan kalau ini sudah terjadi apa yang bisa ia lakukan. Mereka menginginkannya bercerai sebelum pembagian warisan. “Masa 24 tahun itu tak ada artinya bagi mereka karena itu apapun yang mereka katakan jangan pernah menemui mereka. Aku yang akan mengurus sisanya.”
Do Jin duduk membelakangi Yi Soo mendengarkan semuanya. Yi Soo tak tahan lagi ia hanya bisa menangis menahan kesal.
Tae San rapat dengan stafnya untuk mempersiapkan presentasi proyek mereka. Stafnya bertanya dimana Presdir Kim Do Jin. Tae San mengatakan kalau Do Jin sedang menghadiri sebuah pertemuan jadi jangan harap bisa melihat Do Jin dalam beberapa hari.
Tapi tiba-tiba Do Jin datang. Tae San heran kenapa Do Jin ke kantor bukankah seharusnya istirahat di rumah. Do Jin bergumam apa ia harus istirahat dengan pekerjaan yang manumpuk. Ia berkata pada Tae San kalau ia yang akan mengurus semuanya lebih baik Tae San melanjutkan pekerjaan Tae San.

Tae San tak yakin apa Do Jin tak apa-apa, ia menyarankan lebih baik pergi ke pegunungan selama beberapa hari. Do Jin tak mau ia ingin bekerja. Tae San pamit ia harus ke lokasi proyek. Ia memberi tahu kalau ia akan menemui klien jam 4 sore nanti. Ia menawarkan apa Do Jin mau ikut, Do Jin setuju ia akan ikut.
Do Jin dan stafnya membahas proyek rumah loteng. Staf wanita Do Jin menyahut kalau rumah loteng ini ide yang bagus. Ia berandai-andai apakah ada seseorang yang bersedia membangunkan itu untuknya. Do Jin menyuruh stafnya untuk mempersiapkan bahan presentasi.
Do Jin ke Mango Six sampai disana ia terkejut melihat ketiga temannya berpakaian aneh. Ketiganya menyapa dengan memberikan lambaian tangan untuk Do Jin.
Do Jin heran kenapa temannya berpenampilan seperti itu. Yoon mengatakan kalau ini hanya sebuah konsep dengan makna yang dalam.
Jung Rok berdiri kemudian bernyanyi sambil menari-nari. Do Jin tak tahan melihatnya ia pun tertawa, “Apa itu? apa kalian mau ikut audisi pelawak?”
“Lihat? Dia tersenyum!” seru Jung Rok kegirangan.
“Sudah lama sekali kau tak tersenyum,” sambung Yoon.
“Hanya untuk melihatku tersenyum apa kalian berpakaian seperti itu sambil menunggu?” tanya Do Jin.
“Meskipun seluruh dunia menertawakan kami, tidak apa-apa asalkan kami bisa membuatmu tersenyum.” Ucap Tae San ikut senang melihat salah satu sahabatnya sudah bisa tertawa.
Jung Rok menyuruh Do Jin duduk karena ketiganya ingin Do Jin kembali normal. Do Jin pun bergabung dengan ketiganya. Tae San meminta Do Jin tak usah khawatir tentang pekerjaan lebih baik sekarang Do Jin mengurus Colin saja dulu. Yoon juga meminta Do Jin tak perlu mengkhawatirkan Colin lebih baik konsentrasi saja pada Yi Soo.

Do Jin bergumam, “Diri kalian sendiri saja tak bisa kalian urus.”

Jung Rok menyahut kalau begitu ia yang pantas mendapatkan medali sebagai seseorang yang tak bisa mengurus diri sendiri.

Jung Rok melihat ponsel Tae San sepertinya ada yang menelepon. Tae San tahu dan itu telepon dari Se Ra. Ia mengatakan kalau Se Ra ini tak akan mencari dirinya kalau ia menjawab telepon dari Se Ra.
Tae San melepas scraf yang melingkar di lehernya dan memakaikanya pada Do Jin. “Pakai ini, ini akan memalukan sampai kau tak bisa memikirkan hal lain selama 30 menit.” Tae San pamit lebih dulu.

Yoon juga melepas kacamata dan memakaikannya pada Do Jin. “Pakai ini juga, dan tambahan 20 menit.” Yoon juga permisi pergi lebih dulu.
Jung Rok berdiri akan melepas celananya. “Aish...” Do Jin mengira Jung Rok akan benar-benar melepas celananya, tapi kemudian Jung Rok duduk lagi.
Do Jin mengatakan kalau ia tak bisa memikirkan hal yang lain. Ia memberi tahu kalau warna baju Yi Soo juga seperti scraf yang ia pakai. Jung Rok menyahut kalau semua orang memiliki baju warna itu. Do Jin kembali mengatakan kalau Yi Soo memakai baju warna itu pada saat yang istimewa. (waktu malam hari ketika Yi Soo meminta Do Jin berjanji)
Yi Soo tiduran lemah di kamarnya. Ia mengenang kebersamaannya dengan Do Jin. Ia teringat ucapan Do Jin sebelum ia menemui ibunya. Ia tampak memikirkan sesuatu, ia tak tahan terus-menerus seperti ini. Ia bergegas bangun dan pergi keluar.
Do Jin menyusuri jalanan di depan gedung apartemennya sendirian untuk menghilangkan segala kepenatan. Tapi sepertinya tak bisa pikirannya selalu melayang ke Yi Soo. Sepertinya ia menerima SMS dan akan menghubungi si pengirim SMS.
Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti karena melihat Yi Soo sudah berdiri tak jauh di depannya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menelepon. Do Jin mengatakan kalau ia baru saja akan menelepon Yi Soo. Yi Soo berkata kalau ia tahu. Do Jin berusaha tersenyum dan bertanya dari mana Yi Soo tahu kalau ia yang menelepon. Yi Soo berkata kalau ia melihatnya.

Do Jin bertanya lagi kenapa Yi Soo ada disini. Yi Soo balik bertanya apa ia tak boleh datang kesini, memangnya Do Jin pemiliki tempat ini.
“Apa kau kesini untuk menemuiku?” Tanya Do Jin.
“Tak ada alasana lain. Aku tak menangis, aku tiba di rumah dengan selamat tapi kenapa aku ada disini?” Ucap Yi Soo (tujuan Yi Soo memang karena ingin melihat Do Jin)

Do Jin ingin tahu apa Yi Soo sudah lama menunggu. Yi Soo berkata kalau Do Jin tak perlu tahu. Do Jin kembali bertanya apa Yi Soo sudah makan. Yi Soo menjawab belum. Do Jin terus bertanya apa ada film yang ingin Yi Soo tonton. Yi Soo bilang tak ada.

Do Jin tak tahu lagi harus bertanya apa. Yi Soo hanya memandangnya diam jika tak diberi pertanyaan. Do Jin kembali bertanya apa Yi Soo mau jalan-jalan. Yi Soo bilang tak mau.
Do Jin : “Aku tetap berdiri disini atau aku kembali ke dalam?”

Yi Soo : “Kenapa kau menanyakan itu padaku? Kau ingin tetap berdiri disini atau kembali ke dalam? Kau merindukanku atau kau tak merindukanku? Kau ingin mempertahankanku atau kau tak ingin mempertahankanku?’ Cobalah jawab aku. Aku sangat penasaran.”

Do Jin : “’Seorang guru etika mengencani pria yang mempunyai anak. Apa dia sudah gila? Kenapa wanita normal mau berkencan dengan pria yang mempunyai anak? Pasti ada yang salah dengannya. ‘Hanya burung dari kawanan yang sama yang bersama-sama.’ Seperti itulah dunia akan melihatmu, Seo Yi Soo. Aku tak ingin cintaku padamu membuatmu menjadi wanita yang buruk. Karena itu.....”
Belum sempat Do Jin melanjutkan kata-katanya Yi Soo sudah berbalik meninggalkan Do Jin. (Do Jin ga mau Yi Soo di cap perempuan buruk karena berkencan dengan pria yang sudah memiliki anak-Anis-awas copaser berkeliaran pendosa di bulan Ramadhan)
Yi Soo duduk melamun di kamarnya. Se Ra masuk ke kamar dan membuyarkan lamunannya. Se Ra mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Yi Soo. Ia memberi tahu kalau ia akan menjual rumahnya. Yi Soo jelas saja terkejut karena ini sangat tiba-tiba.

Se Ra memberi tahu kalau hutangnya sudah menumpuk dan saat ini hanya menjual rumah-lah satu-satunya cara yang terpikir olehnya. Ia mengatakan kalau sejak awal rumah dan mobilnya sudah terlalu mewah. Yi Soo ingat mobil Se Ra, apa itu sebabnya ia tak melihat mobil Se Ra akhir-akhir ini.

Se Ra meyakinkah begitu rumahnya terjual ia akan segera mengembalikan uang Yi Soo. Ia berpesan agar Yi Soo mencari rumah sendiri untuk tempat tinggal Yi Soo nanti. Yi Soo tanya bagaimana dengan tempat tinggal Se Ra. Se Ra mengatakan kalau ia juga harus menemukan tempat tinggal baru yang lebih sesuai.

Yi Soo bertanya memangnya mudah menjual rumah. Se Ra berkata kalau ia menjualnya dengan harga yang menarik dan sudah ada seseorang yang datang untuk melihat rumah ini. Se Ra minta maaf karena tak memberitahu lebih dulu pada Yi Soo.
Se Ra menemui Tae San di Hwa Dam. Ia bertanya bagaimana rasanya. Tae San yang sedang sibuk bertanya apa maksud Se Ra. Se Ra bertanya dengan suara keras bagaimana rasanya Tae San melihatnya mencapai titik terendah seperti sekarang ini. Tae San mengingatkan agar Se Ra memelankan suara karena ini di kantor.

Se Ra tak memelankan suara malah makin emosi, “Siapa suruh kau membuatku datang kesini mencarimu? ‘aku membayar hutangmu jadi datang dan carilah aku’ itu kan maksudmu? Im Tae San kenapa kau membayar hutangku, apa kau pikir aku akan datang padamu sambil mengibas-ngibaskan ekorku?”

Tae San : “Kalau kau tipe wanita seperti itu, kita pasti sekarang lebih bahagia daripada keadaan kita sekarang!”

Se Ra meminta Tae San jangan berpura-pura menjadi orang baik. Seharusnya Tae San cukup menonton dari pinggir lapangan. Seharusnya Tae San memberinya kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tae San yang dari tadi tak memandang Se Ra sekarang menatapnya, “Bagaimana mungkin aku melakukan itu? Aku sudah hampir gila, bagaimana mungkin aku melakukan itu?”

Se Ra : “Seharusnya kau tetap tak mencampuri urusanku. Kelak bagaimana aku akan menghadapimu? Aku merasa sangat malu!”
Tae San : “Apa kau masih berfikir untuk melihatku?”

Se Ra : “Aku sedang dalam perjalanan. Tapi apa yang harus kulakukan? Kau sudah melihatku jatuh sampai ke dasar. Bahkan walalupun seluruh duania tahu, harusnya kau tak pernah tahu.”
Ada yang menelepon Tae San, ia segera menjawabnya. Tae San beralasan kalau sekarang ia sedang rapat. Terdengar suara wanita berkata, “Jangan bohong. Aku ada di Seoul di rumah sakit!” Tae San jelas terkejut, “Rumah sakit? kenapa? Ibu, apa kau sakit?”

“Tentu saja aku sakit, karena itulah aku di rumah sakit.” Ibu Tae San mengatakan kalau ia sekarang di lantai satu dan memakai baju warna putih. Tae San bergegas menemui ibunya di rumah sakit. Se Ra ikut cemas, “Apa ibumu sakit?” Tae San tak menjawabnya ia berkata kalau ia akan melihatnya dulu.
Tae San ternyata menghadiri kencan buta yang sudah dirancang ibunya. Di depannya duduk seorang wanita muda cantik. Tae San jelas merasa tak nyaman. Wanita itu melihat sikap Tae San yang sepertinya tak suka dengan kencan buta apa karena itu ibu Tae San melakukan ini. Tae San membenarkan ia merasa ibunya berfikiran seperti itu.

Ternyata Se Ra menyusul Tae San. Ia terkejut kalau yang ditemui Tae San adalah seorang wanita muda. Ia menahan kesal dan duduk di kursi sebelah Tae San. Tae San menyadari kehadiran Se Ra dan terus menatapnya.
Wanita itu bilang kalau ia tak peduli dengan usia seorang pria. Tae San tak mendengarkan apa yang disampaikan wanita itu karena dari tadi ia menatap Se Ra. Wanita itu malanjutkan kata-katanya, ia sudah mendengar kalau Tae San ini seorang arsitek. Tae San mengatakan mungkin ia seorang arsitek tapi ia hanya seorang tukang bangunan.

Tae San bertanya apa pekerjaan wanita itu. Wanita itu dengan bangga mengatakan kalau ia putri dari direktur rumah sakit. Ini jelas membuat Tae San dan Se Ra berusaha menahan tawa.

“Ini adalah rumah sakit ayahku. Kata ayahku aku sudah mencapai usia yang pantas untuk menikah dan aku harus menikah. Jadi aku akan menikah. Dan... aku bersedia punya 2 atau 3.”
Tae San tak paham, apa?

“Anak. Aku bersedia melahirkan satu setiap dua tahun.” Kata wanita itu.
Tae San kembali berusaha menahan tawa. Se Ra yang ada di sebelah Tae San pun berusaha menahan tawa.

“Untuk makanan, aku hanya bersedia masak dua kali sehari. Memasak 3 kali akan sangat sulit.” Sambung wanita itu penuh senyuman. Tae San mengangguk sambil terus berusaha menahan tawanya.
“Kalau kau pikir aku ini lucu, tertawa saja sekeras-kerasnya.” Kata wanita itu tersenyum dengan pedenya.
Huwahahahaha akhirnya Tae San tak bisa menahan tawanya. Se Ra juga demikian ia tertawa lebar dan wanita itu juga ikut tertawa lebar bersama. Tapi tawa wanita itu terhenti karena ia melihat Se Ra ikut tertawa. Se Ra langsung diam bersikap normal. Tapi tetap saja ia tersenyum-senyum berusaha menahan tawa.
“Benar-benar calon istri yang sempurna.” sahut Tae San. Wanita itu mengatakan kalau semua orang juga berfikiran yang sama tentang dirinya. Dengan pedenya ia mengatakan kalau ia terlalu sempurna sehingga mereka semua melarikan diri. (wahahahahaha)

“Aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Kalau kau ingin bertemu denganku lagi telepon aku sebelum jam 6.” Kemudian wanita itu pamit.
Setelah wanita itu pergi Tae San dan Se Ra tak bisa menahan tawa mereka. Keduanya tertawa terpingkal-pingkal.

Tae San bertanya kenapa Se Ra datang ke sini menyusulnya. Se Ra mengatakan kalau ia berfikir ibu Tae San benar-benar sakit jadi ia memutuskan untuk datang. Se Ra menilai kalau wanita itu lumayan juga, “Menikahlah!”

Tae San berkata kalau ia juga berfikiran seperti itu, “Memasak dua kali sehari melahirkan anak setiap dua tahun.”

“Aku kalah,” sahut Se Ra. “Aku bukan sedang menyindir. Aku tak ingin menikah, tapi meskipun aku ingin menikah bagaimana mungkin aku membandingkan diri dengan wanita itu?” Se Ra berjanji akan mengembalikan uang Tae San paling lambat bulan ini. Ia pin pamit mengucapkan selamat tinggal.
“Hong Se Ra!” panggil Tae San membuat Se Ra menghentikan langkahnya. Se Ra meminta Tae San jangan khawatir karena ia tak akan memeluk Tae San.
“Keterlaluan, kau....” Tae San berdiri menatap Se Ra yang berdiri memunggunginya. “Harus memenangkan kejuaraan. Aku tak bisa menunggumu terlalu lama.”
Se Ra berbalik menatap tajam dan berkata dengan suara tinggi, “Kenapa kau melakukan ini? Apa kau mengasihaniku?”

“Kau mau mati? Aku mencintaimu. Kesini!” Suara Tae San tak kalah tinggi sambil membuka kedua tangannya.
Se Ra menangis haru. Ia berjalan ke arah Tae San dan masuk ke pelukannya. Se Ra menitikan air mata dalam pelukan Tae San. (huwa baikkan deh)
Min Suk menikmati udara segar dengan melakukan lari pagi (wah tante seksi deh) Terdengar suara olehnya gemerincing bel sepeda. Ia menoleh dan ternyata yang mengendarai sepeda itu Jung Rok.

“Hei, cantik, naiklah!” ajak Jung Rok meminta istrinya naik ke sepeda. Min Suk tertawa meremehkan apa Jung Rok ingin ia duduk di boncengan sepeda. Jung Rok berpikir kalau beberapa mobil mewah di negara ini pasti sudah pernah istrinya kendarai. Tapi ia berani bertaruh kalau istrinya ini belum pernah naik sepeda.
“Dunia akan terasa seperti video musik.” kata Jung Rok sambil memakaikan earphone ke telinga Min Suk. Jung Rok menyetelkan lagunya, kemudian ia meminta istrinya segera naik ke sepeda.
Min Suk pun duduk di boncengan sepeda yang dikendarai Jung Rok. Jung Rok berpesan agar Min Suk berpegangan erat tapi Min Suk cuek saja. Jung Rok melihat kalau istrinya duduk biasa tak perpegangan padanya. Ia pun berpura-pura akan jatuh sambil menggoyang-goyangkan sepedanya. Spontan Min Suk menjerit dan langsung merangkulkan lengannya ke badan Jung Rok. (hihihi....)

Jung Rok : “Kubilang pegang erat-erat. Kenapa kau tak mau mendengarkan?”

Min Suk menyandarkan kepalanya ke punggung Jung Rok (aih... mau dong bersepeda kayak gini, Om Rok romantis deh ah... haha_Anishuchie)
“Apa kau tahu?” Jung Rok mulai berbicara. “Diantara semua wanita yang pernah kutemui kaulah yang paling pendek, paling buruk sifatnya, paling tua, dan yang paling tak menggemaskan. Sejujurnya, apa lagi yang kau miliki selain uang? Ya tentu saja memang bagus kalau memiliki uang.”

Min Suk tetap menyandarkan kepalanya ke punggung Jung Rok dengan earphone tetap di telinganya. Jung Rok mengeluh punggungnya berkeringat dan berkata kalau ini benar-benar melelahkan.

Jung Rok : “Bagaimanapun, meskipun kau memiliki banyak kekurangan kau benar-benar beracun. Maka dari itu mulai sekarang, pastikan kau tetap menempel di punggungku. Mengerti?”
Min Suk menegakkan kepalanya, “Aku mengerti tapi bagaimana cara membuka ini?” Tanya Min Suk yang dari tadi ternyata tak mendengarkan lagu. Jung Rok kaget dan langsung menghentikan laju sepedanya. “Jadi dari tadi kau sama sekali tak mendengarkan lagu?”

Min Suk berkata kalau MP3-nya harus dimainkan dulu tapi ini terkunci. Ternyata benar MP3-nya error terkunci. Jadi dari tadi Min Suk belum mendengarkan lagu. Jung Rok panik, “Yang kukatakan apa kau mendengar semuanya?”

“Ya. Mulai dari ‘naik’ sampai ‘mengerti?’ diantaranya kau bilang aku pendek dan tua.” Min Suk ternyata mendengarkan semua apa yang dikatakan Jung Rok. haha.
“Aish... ini benar-benar memalukan.” Jung Rok memakai kaca mata hitamnya. “Memalukan, memalukan, memalukan.” Min Suk tersenyum-senyum melihatnya. Ia menyuruh suaminya duduk lagi di sadel sepeda.

“Aish... keterlaluan,” Jung Rok mendesah kesal pada dirinya sendiri. Keduanya pun naik sepeda lagi, “Yobo yang kukatakan ditengah-tengah tadi....”
“Lihat ke depan!” Min Suk menyuruh Jung Rok menatap lurus ke depan dan mengayuh sepedanya saja. Ia kembali menyandarkan kepalanya ke punggung Jung Rok. Jung Rok kembali mengumpat kesal pada dirinya sendiri.
Min Suk meninjau galerinya sambil mendengarkan musik lewat MP3. Ia menyapa pegawainya penuh senyuman.
Min Suk melihat Do Jin ada disalah satu kios galerinya. Ia pun melepas earphone dan menyapa Do Jin yang tengah bingung memilih salah satu diantara dua kursi yang berwarna pink dan orange.

Min Suk bertanya apa yang membuat Do Jin berkunjung ke galerinya. Do Jin mengatakan kalau ia mencari kursi. Min Suk bertanya lagi dimana kira-kira Do Jin akan meletakan kursi itu. Do Jin berkata kalau ia tak tahu selera remaja sekarang, jadi ia bingung memilihnya.
Min Suk heran, “Selera remaja maksudmu ...?”
“Ya aku berencana tinggal dengannya untuk sementara.” ucap Do Jin.

Min Suk mengerti, “Sangat berat kan? Diantara wanita dan anak haruskah kau menjadi pacar atau ayah?”

Min Suk memberi tahu kalau ia bertemu dengan Yi Soo beberapa hari yang lalu. Ia merasa kalau Yi Soo terlihat sangat lelah, “Kalau seorang pria mengatakan ‘aku mencintaimu’ kau tahu apa yang tak boleh kau katakan setelah itu? ‘Aku minta maaf’ sepertinya sederhana tapi pria merasa sulit melakukannya.”

Min Suk mohon diri, Do Jin memikirkan apa yang baru saja disampaikan oleh Min Suk.
Do Jin mengajak Colin tinggal bersamanya. Ia menunjukkan kamar mana yang akan ditempati Colin. Colin mengamati ruangan yang akan menjadi kamarnya. Do Jin bertanya apa Colin suka dengan tatanan kamar barunya. Colin malah balik bertanya apa bisnis arsitek ayahnya ini baik-baik saja. “Apa ini?” Colin sambil menunjuk kursi warna orange yang baru dibeli dari galeri Min Suk.
Do Jin mengatakan kalau itu warna dalam konsep ruangan ini. “Ini sofa berwarna. Dasar pengasuhan anak.”

Colin mengatakan kalau ia bukan anak berumur 9 tahun melainkan 19 tahun. Do Jin menyahut karena itulah ia sengaja memilih warna itu.
Dan jreng... Colin pun merubah suasana dan tatanan kamarnya dengan berbagai poster personil Girls Generation (wakakaka ga bapaknya, ga anaknya sama idolanya Girls Generations haha)

“Apa sebenarnya yang kau lakukan?” tanya Do Jin melihat suasana kamar Colin. Colin berkata kalau ia membuat kamar ini lebih hangat dan mencerminkan impian dan juga harapannya.
“Imipian (sambil menunjuk ke arah gitar-gitarnya) dan harapan (sambil menunjuk ke poster Girl Generations)

Do Jin menyuruh Colin mengembalikan suasana kamar ke tatanan sebelumnya karena dekorasi seperti ini tak sesuai dengan konsep kamar ini. Colin akan melakukannya tapi dengan satu syarat, tambahkan dulu uang sakunya.
Do Jin : “500rb won seminggu apa masih kurang?”
Colin : “Ibu memberiku 10rb yen seminggu.”
Do Jin : “Memangnya itu masuk akal? Itu setara dengan 1juta rupiah.”

Colin mengatakan kalau biaya hidup di Tokyo tinggi. Do Jin akan mengirim SMS pada Eun Hee untuk menanyakannya. Colin langsung merebut ponsel dan ia pun akan menerima uang saku tapi ia minta ditambah setengahnya lagi. Tapi Do Jin malah menguranginya menjadi 250rb won, itu hukuman karena Colin sudah berbohong. Wekekeke... Colin ngedumel seharusnya ayahnya tak boleh seperti itu.
Do Jin di Hwa Dam menerima telepon dari agensi real estate. Orang itu menanyakan apakan Do Jin akan menjual rumah. Do Jin merasa kalau orang ini sudah salah sambung.

“Bukankah anda Kim Do Jin dari apartemen 702? Anak anda datang dan meminta kami menelepon anda.”

Do Jin menahan kesal dengan tingkah Colin, ia memegang leher bagian belakangnya darah tingginya naik. Haha.
Do Jin menyidang Colin. Ia menanyakan apa Colin memiliki dendam dengannya, apa balas dendam untuk 20 tahun terakhir. Colin menunduk dan minta maaf karena ia sudah melangkah terlalu jauh. Do Jin menghela nafas panjang, ia tak akan memperpanjang masalah ini dan menganggapnya sudah selesai.
Do Jin menginginkan agar Colin sekolah. Colin jelas menolak ia beralasan kalau ia tak akan lama tinggal di Korea. Do Jin tak peduli pokoknya Colin harus sekolah meskipun hanya tinggal beberapa hari di Korea. Colin tanya kenapa.

Do Jin mengatakan karena ketika ia SMA, ia bertemu paman-paman Colin. Tae San, Jung Rok dan Yoon. Tentang pemindahan sekolah Colin, Yoon telah mengurusnya. “Dan juga ini bukan diskusi tapi pemberitahuan. Seperti inilah ayah Korea.”

Do Jin akan keluar. Colin bertanya ayah Korea mau kemana. Do Jin mengatakan kalau ini urusan pribadinya Colin jangan ikut campur.
Yoon duduk menyendiri di depan gedung apartemen sambil mengamati gelang yang dibuang Meari di tempat sampah tadi siang. Ternyata Yoon mengambilnya. Ia tersenyum mengamati gelang itu dan memakainya.
Yoon melihat kedatangan Do Jin. Ia segera menutupi gelang yang ada di pergelangan tangan dengan kaos panjangnya. Yoon pura-pura sedang melemaskan tangannya.

Do Jin bertanya kenapa Yoon menyembunyikannya, apa Yoon mencurinya. Do Jin ternyata sudah melihat kalau Yoon memakai gelang. Yoon memberi tahu kalau Meari membeli gelang pasangan atau sesuatu semacam itu. Do Jin menyahut seperti itulah yang mereka lakukan di usia itu. Ia heran kenapa Yoon tetap menerimanya.
Yoon berkata kalau ia memungutnya setelah Meari membuangnya. Do Jin tertawa kemudian menatap Yoon tajam, “Dasar bodoh!” umpatnya. Yoon tak terima dibilang bodoh ia pun berbalik menyerang Do Jin, memangnya bagaimana dengan Do Jin.

Do Jin terdiam tak bisa menyangkalnya. Ia kemudian bertanya bagaimana dengan sekolah Colin. Yoon mengatakan kalau ia hanya perlu memastikan satu hal lagi dan ia akan mengurusnya besok.
Keesokan harinya, Yoon menghubungi Yi Soo dan meminta bertemu sekarang karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Yi Soo.
Yi Soo pun datang ke kantor Yoon. Yi Soo menyampaikan kalau dalam perjalanannya ke kantor Yoon ia berfikir hal apa yang ingin dibicarakan Yoon dengannya. Yoon bertanya menurut Yi Soo kira-kira apa yang akan ia bicarakan.

Yi Soo : “Anak itu, kau menginginkan dia menetap di Korea’”

Yoon diam ternyata Yi Soo bisa menebaknya. Yi Soo berkata kalau Colin menetap di Korea tentunya Colin sudah berencana untuk hidup bersama Kim Do Jin. Yoon membenarkan, ia menebak ini pasti karena rasa tanggung jawab atau rasa bersalah Do Jin.

Yi Soo melihat kalau dinilai dari karakter Do Jin, ia sudah memperkirakan akan seperti ini jadinya. Karena itulah apapun yang ingin Yoon katakan ia sudah menebaknya. “Kalau kau ingin mendiskusikan sesuatu denganku sebagai seorang guru, tentunya mengenai pendidikan anak itu.”

Yoon kembali membenarkan karena sekarang di lingkuangnnya salah satu sekolah tempat Colin bisa pindah adalah sekolah tempat Yi Soo mengajar. Kalau Yi Soo merasa tak nyaman maka ia akan mencoret sekolah Yi Soo dari daftar. Itulah yang ia rencanakan.

Yi Soo mengatakan kalau Colin belum mengenal banyak orang di Korea, setidaknya ia ada disana di sekolah bukankah itu sedikit lebih baik. Yoon tak tahu apakah ia harus berterima kasih atau meminta maaf. Yi Soo mengatakan kalau anak itu tak bersalah atas apa yang terjadi.
Colin ke SMA Ju Won sebagai murid pindahan dari Jepang. Di luar kelas ia berpapasan dengan Yi Soo. Colin memberi hormat pada Yi Soo. Ia mengatakan kalau ia pindah ke sekolah ini.

Yi Soo mengatakan kalau ia sudah tahu dan Colin akan duduk di kelas 11 (2 SMA) ia menunjukan dimana kelas Colin. Ia juga mengatakan kalau ia-lah yang akan menjadi wali kelas Colin. Colin tak tahu harus bicara apa, ia masih merasa canggung. “Aku berencana tinggal dengan ahjussi.”

Yi Soo berkata kalau ia sudah mendengarnya, “Apa kau masih memanggilnya ahjussi?” Colin menjawab masih dan mengatakan kalau ibunya sudah pulang. Yi Soo berkata kalau Ibu Colin orang yang baik. Colin bertanya apa Yi Soo pernah bertemu dengan ibunya. Yi Soo menjawab kalau ia bertemu secara tak sengaja sekali dan bertemu janjian sekali. Colin merasa kalau Yi Soo ini tak nyaman bertemu dengannya.

Yi Soo : “Aku tak pernah merasa tak nyaman di sekitar murid-muridku. Tapi kalau kau tak belajar, kau akan merasa tak nyaman bertemu denganku.”
Yi Soo melihat Dong Hyub masuk sekolah. Dong Hyub memberi hormat pada gurunya dan minta maaf. Yi Soo bertanya apa Dong Hyub tak akan membolos lagi. Dong Hyub berkata kalau ia akan berusaha mencobanya karena seorang pria setidaknya harus lulus SMA. Yi Soo senang mendengarnya dan akan lebih bagus lagi kalau Dong Hyub juga mempunyai impian. Dong Hyub permisi dan sebelumnya ia menatap Colin sekilas. Colin juga memperhatikan pemuda yang baru saja datang ini.

Yi Soo mengatakan bahwa Colin sudah bisa mulai sekolah hari senin, ia meminta Colin datang bersama orang tua Colin. Colin heran dan bertanya kenapa. Yi Soo mengatakan kalau filosofinya dalam mengajar adalah menemui orang tua murid pindahan (hehe bilang aja kangen sama bapaknya Colin)
Dan Do Jin pun menemui wali kelas putranya. Ia terus menatap guru yang ada di depannya ini. Tentu saja Yi Soo bersikap berusaha formal layaknya ia menghadapi wali murid yang lain.

Yi Soo mengatakan kalau dari segi usia Colin seharusnya masuk di kelas 12 (3 SMA) tapi karena dia tinggal diluar negeri kami mengangap dia mungkin tidak mampu mengimbangi jadi kami menempatkannya di kelas 11. Yi Soo mengatakan kalau kelasnya adalah kelas seni. Yi Soo menatap Do Jin yang dari tadi menatapnya, “Apa anda mendengarkan pejelasanku tadi?” Do Jin mengangguk.
“Apa putra anda mempunyai minat khusus? Apa anda mengetahuinya?” tanya Yi Soo.
“Sepertinya dia bisa bermain gitar.” Do Jin menjawab pelan.
“Tentang impian dan harapan masa depannya. Apa anda pernah menanyakannya?”
“Kami belum... sedekat itu.” Do Jin menjawabnya lirih.
“Bagaimana dengan impian ayahnya? Apa kita juga belum terlalu dekat?” (what pertanyaan apa ini Bu guru?)

Yi Soo langsung kembali bersikap formal dan mengatakan kalau pertemuan ini sudah selesai dan Do Jin bisa pergi sekarang.
Do Jin berada di dalam mobil yang masih terparkir di depan sekolah. Ia memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh Yi Soo tadi. Yi Soo pun masih duduk melamun di tempat ia mewawancarai wali murid tadi.
Malam hari Colin berada di lapangan baseball bersama ketiga pamannya. Tae San mengatakan kalau sebagai murid pindahan itu terlebih dahulu Colin perlu membangun yang namanya karakter. Hanya dengan begitu masa sekolah Colin bisa berjalan dengan lancar.
Jung Rok : “Apa kau tahu betapa menyeramkannya murid-murid SMA di Korea? ayahmu dan mereka ini ketika di SMA......”

Aish... Yoon menyela Jung Rok. Jung Rok mengerti ia tak akan menceritakannya lebih jauh. Jung Rok mengatakan walau bagaimana pun di Korea hanya usia yang penting artinya yang tertua itu yang menang. “Kau harus menunjukan bahwa usiamu lebih tua setahun.”

Yoon mengatakan kalau kedua orang ini (Tae San dan Jung Rok) yang terbaik dalam melakukan kekerasan. Tae San mengarahkan agar Colin langsung saja mengambil kesempatan jadi Colin harus menyerang lebih dulu. “Kalau kau melakukannya kau akan memiliki tingkat keberhasilan 50%.”
“Begitu kau tiba di sekolah, tendang pintu kelas hingga terbuka lebar. Bwak...” Tae San mencontohkan gerakannya, “Dengan begitu murid lain akan memandangimu. Setelah itu kau harus berkata.....”
“Siapa ketua kelas disini?” Jung Rok mencontohkan ekspresi yang harus Colin kuasai. Tae San membenarkan seperti itu gayanya. Colin tak yakin memangnya trik seperti itu masih berlaku di abad 21. Yoon menyahut kalau trik ini akan berlaku selamanya.

Tae San kembali mengatakan kalau setelah itu Colin harus mendominasi mereka tapi Colin tak harus berkelahi. Tae San meminta Jung Rok memberi tahu Colin bagaimana caranya.

Jung Rok memegang bahu Colin dan menatapnya, “Kali ini aku ingin lulus dengan tenang, jadi bantu aku!”
“Hanya seperti itu!” sahut Tae San melentikan jarinya, “Dan juga mata!” sambung Tae San, “Pastikan kau menakuti mereka.” Tae san menunjukan tatapan mata yang harus Colin kuasai. Yoon juga memperagakan tatapan mata sangarnya hehe.

Colin tersenyum senang mendapatkan ilmu yang aneh dari ketiga pamannya. Yoon bertanya memangnya kita boleh mengajarkan semua ini kepada Colin. Jung Rok berkata yang namanya paman sejati akan selalu mengajarkan keburukan terlebih dahulu. (haha) Ia memberi Colin semangat. Semangat ngasih cara ga bener ini mah.
Se Ra pulang dari latihan golf. Yi Soo heran apa Se Ra latihan lagi. Se Ra mengiyakan ia berfikir kalau ia itu berbakat tapi sepertinya hanya keberuntungan. Ia banyak membuat kesalahan padahal ia hanya istirahat selama beberapa hari.

Se Ra memberi tahu Yi Soo kalau besok ada orang yang mau melihat-lihat rumah. Sebenarnya mereka sudah datang hari ini tapi di rumah tak ada orang. Yi Soo ingin tahu apa Se ra berencana menjual rumah secepat ini.

Se Ra merasa kalau mereka harus segera mencari tempat baru. Ia bertanya apa Yi Soo sudah mulai mencari rumah. Yi Soo bilang kalau ia baru melihat-lihat di internet, apartemen yang dekat dengan sekolah. Yi Soo balik bertanya bagaimana dengan Se Ra sendiri. Se Ra mengatakan kalau ia baru mencari sebuah kamar.

Yi Soo heran, “Apa one room?” Sera meyakinkan kalau ia akan mencari sebuah kamar yang besar. Yi Soo tak habis pikir kenapa Se Ra akan tinggal di tempat yang hanya memiliki satu kamar. Se Ra tak mau mendengar omongan Yi Soo karena akhir-kahir ini ia terus mendapatkan simpati setiap hari dan ia juga merasa mulai menjadi sangat menyedihkan. Yi Soo ingin tahu apa itu sewa bulanan. Se Ra tak peduli ia minta Yi Soo jangan membicarakan tentang rumah lagi lebih baik bicarakan yang lain saja.
Yi Soo mengatakan kalau ia akan menceritakan sesuatu yang menarik. Ia memberi tahu kalau putra Kim Do Jin masuk ke kelasnya. Se Ra tentu saja kaget mendengarnya. Yi Soo mengingatkan kalau Se Ra juga harus menjaga ucapan.

Yi Soo mengatakan kalau ia bisa menghindarinya tapi ia tak melakukannya. Se Ra ingin tahu apa alasan Yi Soo tak menghindari pemuda itu. Yi Soo berkata meskipun ia putus dengan Do Jin ia akan tetap bisa melihatnya. “Dia akan datang jika aku memanggilnya. Karena dia.... adalah orang tua muridku.”

Se Ra : “Apa kalian sudah benar-benar putus?”
Yi Soo tak yakin tentang hal itu, “Dia tak mempertahankanku tapi dia juga tak tahu apa yang sedang dia lakukan.”

“Tentu saja dia tak bisa mempertahankanmu.” Se Ra meminta Yi Soo berfikir seorang anak tiba-tiba muncul di hadapan Yi Soo lalu menyampaikan pada Kim Do Jin, ‘tiba-tiba aku mempunyai anak tapi dia bukan anakmu bukankah kita saling mencintai jadi seharusnya ini bukan masalah’

Memangnya Yi Soo akan mengatakan itu. Atau kalau tidak ‘aku akan memberikanmu waktu bisakah kau memutuskan apakah kau ingin putus denganku?’ apa seperti itu? kalau ia sendiri pun tak bisa mempertahankan. Ia tak akan tega.
Di sekolah ditengah jam pelajaran Colin ke ruang UKS untuk menghindari mengikuti jam pelajaran ternyata di ruang UKS sudah ada Dong Hyub yang tiduran santai sambil memainkan ponsel.

Dong Hyub heran bagaimana bisa seorang murid pindahan beradaptasi begitu cepat. Memangnya murid-murid di Jepang juga pergi ke UKS ketika mereka bolos dari kelas.
Colin duduk di ranjang sebelah Dong Hyub, ia mengatakan kalau selama di Jepang ia tak pernah sekolah. Dong Hyub terhenyak kaget campur tak percaya, mengagumkan kata Dong Hyub. Ia bertanya apa ibu Colin tak menyuruh Colin sekolah. Colin menjawab tentu saja menyuruh sekolah karena semua orang tua di dunia ini memiliki karakter yang sama.

Colin mengingatkan Dong Hyub jangan bertanya apa-apa lagi tentangnya ia memang dilahirkan tapi rahasia. Ia melihat apa yang dipegang Dong Hyub. (ga ngerti saya apa itu maksudnya bursa saham kah dari indeks Nasdaq)
Dong Hyub menyadari apa yang Colin lihat, ia bertanya apa Colin tahu seperti apa dunia yang akan Colin hadapi dimasa depan. Apa tanya Colin.

Dong Hyub : “Di negara kita kalau kau orang miskin maka kau harus belajar.”
Colin tersenyum, “Memangnya kau rajin belajar?”
Dong Hyub : “Itu sebabnya aku tak mau rajin belajar, aku akan baik-baik saja kalau aku jadi orang kaya.”
Colin : “Lalu bagaimana kau bisa menjadi kaya?”
Dong Hyub : “Bukankah aku sedang mencari tahu sekarang?”
Dan brak... tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka. Yi Soo berdiri menatap marah keduanya. “Terang-terangan bolos dari kelas? Apa kalian pikir ini perguruan tinggi?”

Dong Hyub dan Colin langsung berdiri cemas karena persembunyian mereka ketahuan.

Yi Soo marah, “Kau belum lama pindah ke sekolah ini tapi sudah membolos dari pelajaran. Dan kau meminta maaf belum lama ini tapi kau sudah bolos dari pelajaran. Kau tulis tiga lembar essai reflektif dan kau panggil orang tuamu.”
(Hukuman Dong Hyub menulis tugas sedangkan hukuman Colin orang tuanya dipanggil wih...)
inilah ekspresi kedua siswa bengal ketika mendapatkan hukuman hehe.
Yi Soo pun duduk berhadapan dengan orang tua Colin yang tak lain adalah Kim Do Jin. Awalnya Yi Soo bersikap formal. “Anak anda membolos dari kelas dan dia baru tiga hari disini.”

“Aku juga datang kesini ‘membolos dari kelasku’.” ucap Do Jin pelan (apa artinya ia cepat-cepat datang menemui Yi Soo dan meninggalkan pekerjaannya di kantor) “Kalau kau menghubungi pada jam-jam seperti ini aku tak punya pilihan.”
Yi Soo : “Lalu kata kata ‘aku tak bisa’ ‘aku tak akan’ ‘aku tak ingin’. Tak bisakah kau mengatakan salah satunya?”

Do Jin berkata ini karena ia penasaran tentang kemungkinan yang akan terjadi. Yi Soo menebak, “Maksudmu, apa kau ingin bertemu denganku?” Do Jin tak menjawab, ia hanya terus memandang Yi Soo.

Yi Soo pun memberikan saran lain atas kasus dan hukuman Colin, “Meskipun aku belum pernah melakukan sebelumnya. Tapi untukmu, aku akan melanggarnya dan meminta suap darimu. Tempatnya, aku akan mengirim SMS. Tolong bawa ponselmu selalu bersamamu!”

Yi Soo sedang membuat pengecualian terhadap hukuman Colin. Ia akan menerima suap yang akan diberikan Do Jin untuk menghapus hukuman Colin tapi tetap ia yang menentukan apa suap-nya.
Do Jin berjalan perlahan menuruni tangga sekolah menuju mobilnya. Tanpa sengaja ia mendengar ibu-ibu guru menggunjingkan tentang Yi Soo.

Guru Park terkejut sampai-sampai ia memuntahkan minuman yang tengah ia minum. “Benarkah? Apa dia itu pria tampan yang bersama Guru Seo?”
“Ya kudengar dia adalah ayah anak itu,” sahut ibu guru yang lain. “Dia murid pindahan dari Jepang,”
Guru Park : “Apa ini? Sudah kubilang, sungguh aneh karena dia terlihat begitu sempurna. Apa dia bercerai?”

Si guru itu tak tahu karena ia sendiri tak terlalu yakin. Guru Park berkata kalau ini keterlaluan, “Dia selalu bicara tentang etika. Dia selalu bertingkah seolah-olah dia sendiri beretika. Tapi pada akhirnya dia pacaran dengan pria beranak satu? Ternyata pernikahan kedua.”

“Memangnya dia orang kaya?” tanya guru yang lain.
Guru Park : “Tentu saja pasti orang kaya. Kalau tidak memangnya dia sudah gila? Menghancurkan sisa hidupnya. Aigoo... Guru Seo dia benar-benar tanpa pertimbangan.”

Do Jin mendengar yang dibicarakan ibu-ibu guru ini dengan perasaan sedih dan terluka. Ia jelas tak ingin Yi Soo dicap buruk oleh masyarakat karena menjalin hubungan dengan pria beranak satu seperti dirinya.

Do Jin menerima SMS dari Yi Soo, ‘Suapnya akan kuterima akhir pekan ini. Hari sabtu pukul 14.00 jangan membuat janji dengan orang lain’
Hari dimana Yi Soo akan menerima suap dari Do Jin pun tiba. Ternyata Yi Soo menyuruh Do Jin janjian disebuah tempat di tepi danau. Disana Yi Soo sudah menyiapkan perlengkapan tamasya. Duduk di tikar dan juga makanan. Do Jin menatapnya heran.

Yi Soo mengatakan kalau agenda hari ini adalah tamasya. Ini adalah program yang sangat mendidik. Ia menyuruh Do Jin untuk duduk. Tapi Do Jin tetap berdiri di tempatnya, ia tak mengerti apa maksud semuanya ini.

“Silakan duduk ayah Colin!” Yi Soo kembali menyuruh dan kali ini Do Jin pun duduk di tikar yang sudah disiapkan Yi Soo.
Do Jin : “Sebagai lokasi untuk menerima suap, bukankah tempat ini terlalu terbuka?”
Yi Soo : “Oh benar, Ayah Colin menyukai tempat-tempat tertutup. Lain kali kita akan ke tempat seperti itu. Karena kau sudah datang lebih baik kita makan saja.”

Yi Soo membuka bekal yang dibawa. Ia menyerahkan sumpit pada Do Jin. Do Jin menerimanya terheran-heran. “Aku tak memberikannya padamu agar kau bisa makan tapi agar kau menyuapiku.” Ucap Yi Soo. Do Jin jelas terkejut jadi ini maksud suap oleh Yi Soo.

Yi Soo mengatakan kalau ia berjuang melawan rasa lelah untuk menyiapkan makanan ini pagi-pagi sekali, “Seperti berjuang dalam peperangan agar kau bisa menyuapiku dan kim Do Jin kau juga harus memakannya!” Do Jin diam saja ia hanya bisa menunduk.
Melihat Do Jin yang diam saja Yi Soo memberanikan diri bicara, “Kupikir aku sangat menyukaimu Kim Do Jin. Aku masih menyukaimu, bahkan setelah mengetahui bahwa kau ayah dari orang lain. Kupikir kalau aku membencimu setelah pertemuan hari ini maka aku akan menghentikan sikap keras kepalaku. Kalau aku merasa kesal setelah bertemu denganmu besok maka aku akan berhenti bersikeras. Tapi setiap aku melihatmu, aku menyerah. Lututku lemas dan jantungku berdegup kencang. Aku lelah berusaha menahan air mataku. Dengan situasi seperti ini, bagaimana mungkin kita putus?”

Do Jin mengatakan kalau yang Yi Soo ucapkan itu bukan pilihan yang benar. Yi Soo menyahut kalau Do Jin tak pantas memberinya saran. Ia tahu Do Jin bersikap seperti ini karena Do Jin takut dianggap tak tahu malu. “Tapi kau mencintaiku!” Kata Yi Soo.

“Karena aku mencintaimu haruskah aku mempertahankanmu? Karena aku mencintaimu haruskah aku terus mengganggumu? Orang-orang bahkan putus tanpa alasan yang jelas. Tapi kita,....” Do Jin tak melanjutkannya. “Wanita sepertimu, tak ada alasan bagimu untuk tetap berjalan di jalan yang mematikan ini.”

Yi Soo : “Kubilang aku ingin melalui jalan ini. Yang harus kulakukan hanyalah berdiri di ujung jalan itu.”
Do Jin : “Sebenarnya apa yang kau pikirkan?”
Yi Soo secepat kilat langsung memeluk dan membuat Do Jin diam tertegun. “Ini tidak terdengar seperti detak jantungku.” Kata Yi Soo. Kemudian ia melepas pelukannya, Do Jin masih terdiam.

Yi Soo : “Kalau kau tak mau mengakuinya anggap saja itu detak jantungku, ayo makan!”
Yi Soo memakan bekalnya sendiri Do Jin terus memperhatikannya dengan tatapan sedih. Yi Soo makan dengan isak tangis yang sesenggukan. Do Jin memandangnya penuh kesedihan.
Do Jin mengantar Yi Soo pulang. Sepertinya Do Jin akan langsung pulang tapi Yi Soo menyuruhnya masuk ke kamar. Yi Soo langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Do Jin hanya berdiri melihatnya.

Sambil tiduran Yi Soo menyuruh Do Jin menepuk-nepuk dirinya hingga tertidur. “Aku menginginkanmu membelai rambutku sampai aku botak. Tak bisakah kau lihat, aku sudah berusaha keras. Aku sudah melakukan semua ini. Meskipun kau tak bisa melakukannya, setidaknya ikutilah aku. Sejak kita putus aku tak bisa tidur nyenyak. Karena itu, tepuk-tepuklah aku hingga aku tertidur. Kumohon!”
Do Jin pun duduk di sebelah Yi Soo yang terbaring lemah. Yi Soo memejamkan matanya. Do Jin mulai membelai rambut Yi Soo lembut dan menatapnya penuh kesedihan. Tanpa terasa air mata Yi Soo pun menetes. Do Jin melihatnya dan hatinya semakin terluka.
Do Jin keluar dari rumah Yi Soo dan menyendiri di mobilnya. Ia tak segera pulang, sepertinya ia menimbang-nimbang keputusan apa yang harus diambilnya.

Tiba-tiba pandangan Do Jin terarah ke depan arah pandangnya. Ia melihat dua orang pria turun dari mobil. Kedua pria itu sudah pernah ia lihat sebelumnya ketika ia mengikuti Yi Soo di sebuah kafe. Dua pria anak tiri Ibu Yi Soo.
Dan Yi Soo pun menemui kedua pria ini di sebuah kafe. Yi Soo heran kenapa keduanya datang ke rumah. Mereka bilang kalau Yi Soo masih seperti ini bisa jadi keduanya akan menemui Yi Soo di sekolah.
Mereka mengingatkan bukankah mereka sudah meminta Yi Soo membawa stempel dan kartu identitas. Yi Soo jelas tak mau untuk apa ia melakukannya. Mereka kesal meminta Yi Soo jangan membuang waktu, “Bagaimanapun juga wanita itu sudah tinggal di rumah kami lebih dari 10 tahun. Kami juga tahu apa yang pantas baginya.”

“24 tahun,” Yi Soo meralat. “Dia tinggal dengan keluarga kalian selama 24 tahun, wanita yang kalian bicarakan itu.”
Yi Soo menelepon ibunya. Ia bertanya sebenarnya berapa banyak uang yang ibunya dapatkan dari warisan itu. Berapa besar sampai menyebabkan semua ini. Kedua kakak beradik ini menilai Yi Soo sudah gila melapor pada ibu seperti itu.

Yi Soo kesal bukankah ibunya sudah mengabaikannya dan tinggal di rumah itu selama 24 tahun. Tak bisakah ibunya mendapatkan uang itu secara terbuka. Kenapa ibunya harus hidup seperti ini. Ia menilai ini sudah keterlaluan, walaupun ia tak tahu berapa nilai harta mereka tapi ambilah sebanyak mungkin yang ibunya bisa.

Si adik marah dan merebut ponsel Yi Soo kemudian melemparkannya ke arah Yi Soo. Ia meminta Yi Soo berhenti menggunakan trik kotor seperti ini. “Hei, ibumu sudah merawat ayah kami sejak dulu. Kami akan memberinya sejumlah uang yang tidak akan mengecewakannya.”

Mereka menunjukkan surat pernyataan yang harus ditanda tangani Yi Soo dan mereka tak akan menuntut apa-apa lagi. Isi surat itu agar ibu Yi Soo meninggalkan rumah ayah mereka untuk selama-lamanya.
Yi Soo kesal kenapa ia harus menyelesaikan urusan ini dengan keduanya. Bukankah ini masalah ibunya. Mereka bilang kalau Yi Soo memiliki hubungan darah dengan ibu Yi Soo. Kalau Yi Soo mengatakan bahwa Yi Soo menerima uang dan menyegel dokumennnya apa Yi Soo pikir dia akan bertahan sampai akhir. “Kalau dia tetap bertahan apakah dia masih manusia? Dia adalah pengemis.”

“Apa kau bilang?” Yi Soo membentak marah.

Si adik ini juga marah ia sudah kesal dan seperti akan memukul Yi Soo. “Memangnya ada orang yang merasa senang setelah membuang-buang uang? Kami sudah bersikap baik. Apa kau pikir kami bercanda?”

Yi Soo berdiri kesal. Mereka mengingatkan agar Yi Soo jangan coba-coba melarikan diri karena ia akan mencari Yi Soo ke rumah dan ke sekolah. Yi Soo menahan kesal dan berkata kalau ia tak akan melarikan diri.
Yi Soo berada di toilet menangis sesenggukan.
Yi Soo kembali ke tempat dimana dua kakak beradik ini berada. Ada yang aneh ketika ia kembali. Ada pecahan gelas yang berserakan di lantai dekat tempat duduk kedua kakak beradik ini dan ia melihat keduanya tampak gelisah.
Melihat Yi Soo kembali dari toilet kakak beradik ini langsung berdiri dan berkata kalau tentang masalah sebelumnya anggap saja tak pernah terjadi dan Yi Soo jangan marah. Yi Soo tentu saja merasa heran sekaligus bingung karena keduanya tiba-tiba berubah sikap seperti ini. Kedua pun segera pamit.

Yi Soo mengambil tas dan ponselnya. Ia juga akan meninggalkan kafe, tapi kasir disana memanggil Yi Soo meminta Yi Soo membayar tagihannya. Yi Soo bertanya berapa semuanya. Kasir mengatakan kalau semuanya 228rb won. Yi Soo jelas kaget kenapa semahal itu.
Kasir mengatakan kalau itu biaya 3 cangkir kopi dan 3 set cangkir kopi yang pecah dan juga termasuk biaya untuk membersihkan kursi. Yi Soo jelas tak mengerti apa maksudnya kenapa ia harus membayar itu.

Kasir mendesah kesal dan mengatakan kalau kakak-kakak Yi Soo baru saja mengacaukan tempat ini. Yi Soo makin bingung, kakak-kakaknya. Kasir kembali mendesah kesal. Ia sadar kalau Yi Soo pasti bersikap seperti ini jadi ia sudah merekam semuanya dan ia pun menunjukan rekaman itu pada Yi Soo.
Disana terekam keempat ahjussi datang dan Tae San mengumpat dengan ciri khas sumpah serapahnya terhadap kedua kakak beradik anak tiri ibu Yi Soo. Yi Soo meminjam ponsel sebentar ia ingin melihatnya lebih jelas.

Flash Back
Yi Soo meninggalkan tempat duduknya menuju toilet. Setelah ia pergi Do Jin, Tae San, Yoon dan Jung Rok masuk. Do Jin langsung duduk di depan dua kakak beradik ini. Keduanya menatap empat orang yang baru datang ini terheran-heran.

Si kakak bertanya siapa mereka berempat ini. Do Jin mengatakan kalau ia melihat semuanya dari luar, “Kalian merampas ponselnya ketika dia sedang berbicara dan melemparkan ke arahnya. Kau pelakukanya!” kata Do Jin menatap si adik.

“Siapa kalian?” tanya keduanya.
“Kami? Kami adalah kakak-kakak dari Seo Yi Soo yang tadi duduk disini.” Jelas Do Jin.
Tae San duduk di sebelah Do Jin. Do Jin mengenalkan Tae San pada keduanya, “Kakak yang satu ini bisa mengumpat lebih baik daripada siapapun.”
“Dasar kalian bayi anjing betina, beraninya menggunakan kekerasan pada wanita. Keterlaluan #$@%&.” kata Tae San sambil menunjukkan pukulan-pukulannya, “Aku benar-benar ingin %$#@*&. Kalian aku ingin *&%$#@. Apa kalian mengerti, aku Im Tae San.”

Kedua kakak beradik ini jelas kaget bukan main dan langsung mengkerut.
Jung Rok duduk di sebelah Tae San. Do Jin mengenalkannya, “Kakak yang ini memiliki uang lebih banyak dari siapapun.”

Jung Rok melepas kaca matanya, “Aku seorang pemeras profesional. Namaku Lee Jung Rok.”
Yoon duduk di sebelah Do Jin dan Do Jin pun mengenalkannya, “Kakak yang ini tak peduli bagaimana pun parahnya kekacauan yang kami buat. Dia selalu bisa menggunakan hukum untuk menyelesaikan masalah kami.”

“Biro hukum Myung Yu, aku pengacara Choi Yoon.” kata Yoon sambil menunjukan kartu namanya.
“Dan aku... adalah kakak yang mencintai Seo Yi Soo.”

Do Jin menebak kalau Yi Soo kelihatannya tak memberi tahu kakak beradik ini kalau Yi Soo memiliki mereka berempat. Itu karena Yi Soo takut kedua kakak adik ini akan terluka. Tae San menyahut kalau dilihat dari gaya mereka berdua sepertinya mereka menyatakan kalau mereka ingin umur yang panjang.

Kedua kakak beradik ini panik, “Apa? Apa sebenarnya yang kalian inginkan?”

Do Jin : “Jangan pernah mengganggu Seo Yi Soo lagi. Kalau ada masalah bicara saja dengan pengacaranya!”

Si adik tersenyum meremehkan, “Gadis busuk itu sudah menaklukan pria menggunakan wajahnya.”
Mereka berempat menahan kesal dan brak... secara bersamaan keempatnya menendang meja dan membentur lutut kakak beradik ini.
Keduanya meringis kesakitan memegangi lutut mereka.

Do Jin : “Kuperingatkan kalian, kalau kalian berani mencarinya lagi atau mengajaknya keluar masalahnya tidak akan diselesaikan secara beradab. Baik secara fisik, keuangan, hukum maupun pribadi. Kami bisa melakukan semuanya.”
Flash Back End

Yi Soo jelas kaget campur terharu. Ia mengulang rekaman dimana Do Jin mengatakan kalau dia adalah kakak yang mencintai Seo Yi Soo. Ia bergegas keluar mencari mereka berempat siapa tahu masih belum jauh tapi ia tak melihat salah satunya.
Di rumah Tae San. Do Jin dan Jung Rok membantu menyiapkan makanan untuk peringatan meninggalnya Jung Ah. Jung Rok tanya apa masakannya perlu ditambahkan bawang putih. Tae San menyahut kalau makanan untuk sesajen ini jangan menambahkan bawang putih dan cabai. Bukankah ia sudah mengatakannya beberapa kali. Ia heran dengan taraf kecerdasan Jung Rok yang seperti itu kenapa bisa Jung Rok berkali-kali menghilang seharian. Jung Rok menyahut kalau itu pesonanya.
Yoon baru tiba dan mendengar ketiga temannya membicarakan makanan kesukaan Jung Ah. Ia terharu ketiga temannya begitu peduli terhadap mendiang istrinya.
Mereka berempat di apartemen ibu mertua Yoon menyiapkan sesaji yang mereka buat tadi. Ibu mertua Yoon mengingatkan bukankah ia sudah bilang kalau keempatnya tak perlu repot-repot seperti ini.

Tae San : “Ibu mertua kami ini bukan orang luar. Jung Ah adalah orang yang sangat berarti bagi kami.”
Do Jin bertanya bagaimana keadaan ibu. Ibu mengatakan kalau ia baik-baik saja. Ibu mengingat lagi agar ketiga teman Yoon ini membujuk Yoon. Jung Rok berkata kalau Yoon tak akan mendengarkan apa yang mereka katakan. Yoon diam saja meneruskan menyiapkan semuanya.

Ibu mengatakan kalau ini sudah cukup dan tahun ini adalah untuk yang terakhir kalinya. “Kalau kalian melakukannya lagi aku akan melakukan persembahan di klenteng saja.” Ia bertanya memangnya tak ada wanita yang menyukai menantunya ini. Ia berharap ketiga teman Yoon ini mencarikan satu untuk Yoon. Mereka terdiam.

Yoon menyahut mana mungkin tak ada, apa ibu mertuanya ini tak tahu betapa terkenal dirinya.
Meari mengunjungi rumah abu Jung Ah. (disana tertulis Jung Ah lahir 1 Desember 1972 dan meninggal 12 Juli 2008, berarti 4 tahun yang lalu)

Meari meletakan karangan bunga. “Kakak, sudah lama tak bertemu,” ucap Meari. “Aku ingin kakak dan Kak yoon menghabiskan waktu bersama-sama kemarin. Itu sebabnya aku baru datang hari ini.”
Tatapan Meari mulai sedih, “Sejujurnya aku merasa sangat bersalah berdiri seperti ini di depanmu. Karena itulah aku tak berani mengunjungimu. Tapi ada yang harus kusampaikan hari ini.”

Air mata Meari mulai menetes, “Walaupun aku tahu aku tak pantas menyampaikannya tapi.. tak bisakah kakak mengijinkanku menyukai Kak yoon? tak bisakah Kakak membiarkan, Kak yoon menyukaiku juga? Aku benar-benar minta maaf, Kak. Aku sangat menyukai Kak yoon. Aku benar-benar minta maaf.”
Tangis Meari semakin menjadi, ia terduduk di depan rumah abu Jung Ah. Ternyata tak jauh dari sana Do Jin, Jung Rok, Yoon dan Tae San melihat sekaligus mendengar apa yang dikatakan Meari.
Do Jin dan Jung Rok menoleh ke Tae San dan Yoon yang tampak terdiam. Yoon jelas sedih mendengar apa yang disampaikan Meari kepada mendiang istrinya. Tae San diam saja, tak tahu harus berbuat apa.
Do Jin dan Jung Rok berada di Mango Six. Jung Rok mengusulkan kalau keduanya harus mengadakan voting. Ia heran kenapa tak pernah ada hari yang tenang. Do Jin sendiri juga heran bukankah ia sudah berkali-kali mengatakan pada Jung Rok kalau Jung Rok tak pantas mengatakan itu.
Jung Rok : “Dari dulu aku selalu begini yang jadi masalah adalah kalian yang tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Bagaimana kalau Tae San dan Yoon bener-benar berhenti bersahabat? Apa yang harus kita lakukan?”

Do Jin : “Tae San dan aku adalah rekan bisnis. Aku dan Yoon tinggal serumah. Apa yang harus kulakukan?”

Jung Rok : “Apa maksudmu? Kita bantu saja pegawai kita masing-masing. Aku akan berada di pihak Meari. Aku lebih suka mendukung pegawaiku.”

Do Jin : “Aku akan mendukung Yoon yang menolak Meari. Dia sama bodohnya denganku. Aku lebih suka mendukung yang bodoh.”
Yoon di depan rumah abu istrinya. Tatapannya jelas memancarkan kesedihan dan kebimbangan.
Sementara Tae San mondar-mandir di kamarnya bingung apa yang harus diperbuatnya terhadap Meari.
Do Jin kembali ke apartemannya. Di depan gedung apartemen ia berpapasan dengan Yi Soo yang sudah menunggunya. Yi Soo berdiri memandangnya sambil membawa kotak hadiah.

Do Jin bertanya apa Yi Soo sedang menunggunya. Yi Soo menjawab pendek ya. Do Jin bertanya lagi apa Yi Soo menunggunya sudah lama. Yi Soo kembali menjawab ya, karena itu ia meminta Do Jin berhenti bersikap angkuh.
Yi Soo membuka kotak hadiahnya. Oh.. God sepasang sepatu pria.
Yi Soo jongkok meletakkan sepatu itu di bawah. Do Jin terkejut tak menyangka melihatnya ini sama persis seperti yang pernah ia lakukan pada Yi Soo dulu.

Yi Soo menatap Do Jin, “Kalau kau datang menemuiku, pakailah ini!”
Yi Soo berdiri sambil terus menatap Do Jin, “Ketika cuaca cerah berdandanlah yang tampan.” sambung Yi Soo sambil tersenyum.
Apa yang akan dilakukan Do Jin ?

28 comments:

  1. min nih episodenyaaa ada berapa sihh??

    ReplyDelete
  2. Ternyata kemampuan mengumpat Taesan tidak diragukan lagi,,..
    WkwkWWw

    ReplyDelete
    Replies
    1. jelas donk dira, dia kan jagonya umpat-mengumpat wkakakaka... ga kebayang kalau umpatan tae san ga disensor... hahahaha....

      Delete
  3. makasih mba anis senengnya episode 16 sudah keluar..
    lanjutnya ya mba episode selanjutnya....

    ReplyDelete
  4. gskk kbayang klo colin sama dong hyub jadi sobat karib...
    bisa hancuurr dunia persilatan.. wekekekekekkk...

    ReplyDelete
  5. yang semangat ya anis tinggal 4 episode lagi. boleh minta ijin untuk share link sinopsis A Gantleman's Dignity nya. Oya kemarin prtanyaan aku blm dijawab nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau mau share link tanpa izin juga ga apa-apa kok silakan aja....

      hmmm...pertanyaan yang mana ayu ??

      Delete
    2. aku sempet tanya lwat komen di episode 13 klo mau share diblog aku gimana caranya? walau bisa tanpa izin tetep dong hrs ngomong sama yg punya.
      mau tanya anis bisa dpt gambar per episodenya drmn?

      Delete
    3. Kalau mau share link bisa lihat contoh di postingan saya yg link sinopsis can you hear my heart. Ayu bisa nge post seperti itu di blog ayu...

      Gambar setiap episode itu hasil capture saya sendiri trus saya edit sendiri diambil dari video hasil download an saya... Jadi murni karya saya hehe....

      Delete
  6. thanks bgt mba anis eps 16 nya dah keluar dgn cepat, dvd nya dah komplit belom ya mba anis?
    aq sampe nangis lihat yoon di tinggal istrinya :(

    seneng lihat tae san sm se ra sudah bersatu, jung rok dan min shuk romantis bgt, tpi yoon sm maeri msh dilema, sama kya yi soo n Do jin.

    yi so sama Do jin tamasya romantis tp sedih lht mereka?
    kira Do jin pake sepatu nya ga yach?

    aq tunggu eps 17 nya
    SEMANGAT YA MBA ANIS :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. DVD udah ada kok say, tadi mbak woro udah beli mungkin sekarang lagi ditonton...

      ayo berburu ke lapak n selamat menonton, dijamin ga nyesel deh...

      Delete
    2. hehehe...belum sempet ditonton nih... malah sbuk ol..

      ayook...yang mo beli dvd dilapak2 sdh direalis...ntar kehabisan loh..

      Delete
    3. SIPPP....kabur ah ke lapak nyari dvd nya, hehehe
      thanks mba anis n woro

      :)

      Delete
    4. lapaknya dimana ya aku cari di lapak bekasi ko belum ada ya?? padahal pingin banget lihat dvdnya...ada yang tahu?

      Delete
    5. aq beli nya di daerah rumah q, di Cililitan

      Delete
    6. saya tinggal dibekasi nah biasanya saya ke lapak di depan ramayana (sebelah kiri) ramayananya yang di depan lapangan serbaguna di terminal bekasi...

      Delete
  7. lucu..adengannya colin ma do jin, itulah sifat ayah korea, malah pengin colin trs tinggal ma do jin, biar bisa belajar dr ke 3 pamannya...

    yg bikin mewek, sosok im'meari, ya ampun saking cintanya sama si yoon.....minta ijin dulu sama jung ahhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. sumpeh ketiga pamannya somplak ngajarin yg ga bener... kok yoon bisa kebawa-bawa somplak ya padahal dia yang paling alim wakakaka...

      Delete
  8. pengennya ada side story khusus ttg colin
    ttg dia yg br dateng ke korea, tau kalo kim do jin ayahnya sampe cerita kehidupannya sm ayah dan ketiga pamannya.. haha
    ngarep.com

    lee

    ReplyDelete
  9. akhirnyaaa bisakomen juga di blog anies ,makasih sinopsisnya komplit bgt
    kok lama2 jadinya penasaran ama yoon and meari?


    #anna#

    ReplyDelete
  10. episode ini lengkap..ada indahnya persahabatan, kebahagiaan utk pasangan yg udah rujuk, yang lucu nd gokil juga ada....tapii..tokoh utama masih bersedih nih.. :(

    ReplyDelete
  11. Waktu Tae San n Se Ra baikan, KERRREEENN..... aq suka adegan itu ;p

    ReplyDelete
  12. aq dah baca sinopsisnya kemarin, trus ngasih coment tp lha kok komen aq ternyata g ada,,
    g apalah pengen nulis coment lg ah,,
    wuah snegnya akhrnya masa2 sedih telah terlewati semoga ja eps slnjutnya do jin n yi soo happy2an truss hahaha,yg aq khwatirin adlh hubungan persahabatan antara tae san & yoon
    terancam putus (oh tidaaaaak). makasih bwt eps 16 kak,
    ttp semangat bwt lnjut ke eps 17 ea kak,,

    ReplyDelete
  13. semangat mba ,,,tinggal 4 ep lg.. ngintip dkit endingnya trnyta ksah msing2 F44 brakhir bahagia... oo ya ka tgl 15 agusts klo g salah d tyangkn AGD ep spesialnya jd ada BTS dan wawancara para pemain , bkinin review nya nanti bisa ga : )

    ReplyDelete
  14. lucu banget sumpah, lanjutin iah nulis na,.

    cemangad !!! :)

    ReplyDelete
  15. mba anis aq udh beli kasetnya,tapi blm amy tonton...agak sdkt males sih,abisnya enak kan baca sinopsis'nya mba anis...amy pngn baca trus,apa lg yang d tulis mba anis terutama sinopsis k-drama....semangat ya mba anis..amy tunggu sinop eps selanjut'nya....mksh
    _amy_

    ReplyDelete
  16. mba anis kog episode 17 nya belum sih nih udah 7 hari aku tungguin dengan setia nihhhh... ayo dong mba anis..atau udah gak mau diterusin yaa...(maksa nih)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.