Yiping dan Ruping saling memaafkan. Keduanya tersenyum satu sama lain.
Du Fei dan Erhao menyusul masuk ke ruang rias. Du Fei mengatakan kalau mereka semua datang untuk melihat Yiping pentas, “Apalagi aku hari ini datang dengan membawa ‘luka baru luka lama’ ‘luka dalam luka luar’, sambil menahan sakit aku datang ke sini.” Du Fei minta Yiping tak boleh marah.
“Walaupun aku ini granat tentu saja harus ada orang yang melemparkannya, jika tidak ada aku tak akan bisa meledak!” jawab Yiping.
Erhao tertawa mendengarnya, “Jika maksudmu aku yang melempar granat itu, aku beri tahu. Di bawah pengaruh Fang Yu aku bahkan tak menyalakan mesin pembomnya!” Semuanya tertawa.
Shuhuan meminta semunya menikmati dengan suka cita. Shuhuan minta selesai Yiping menyanyi, Yiping bisa bergabung dengan mereka semua. Yiping setuju.
Pelayan membawakan minuman ke meja Shuhuan dan mengatakan kalau minuman itu dari Qin Wuye. Shuhuan mengucapkan terima kasih dengan mengacungkan gelasnya pada Qin Wuye.
Yiping tampil di panggung. Ia tersenyum sumringah. Shuhuan menatap Yiping. Ruping melihat tatapan Shuhuan dengan pandangan sedih.
Kau mucul di depan pintu rumahku ditengah hujan gerimis
Kau tak membawa payung rambutmu yang basah alismu yang basah
Kau bilang ingin sekali bertemu
Tak diduga sungguh menyentuh hati
Saat itu aku hanya diam tak bersuara
Kau katakan maaf padaku
Senyum tersungging di bibirmu
Kau terdiam kau balikan tubuhku aku memanggil namamu
Kau tolehkan kembali kepalamu
Aku maju ke depan
Bulir-bulir hujan bercahaya
Kita berpelukan di hujan musim semi
Fang Yu dan Erhao berpegangan tangan mendengarkan Yiping menyanyi. Du Fei memperhatikan Ruping yang wajahnya tampak sedih. Sedangkan Shuhuan tersenyum mendengar lirik yang dinyanyikan Yiping, ia mengerti karena yiping mengungkapkan semua yang mereka alami.
Erhao mengajak Fang Yu berdansa. “Aku memanggil namamu Kau tolehkan kembali kepalamu Aku maju ke depan Bulir-bulir hujan bercahaya Kita berpelukan di hujan musim semi!”
“Ya Tuhan! lirik lagunya indah sekali!” kata Fang Yu. “Biarkan kita juga menikmati musim semi yang seperti ini!” sambung Erhao.
Du Fei mengajak Ruping berdansa. Awalnya Ruping menolak karena tak baik meninggalkan Shuhuan sendirian. Tapi menurut Du Fei, Shuhuan itu sudah cukup menonton Yiping saja. Shuhuan menyuruh keduanya berdansa tak usah memperdulikan dia. Akhirnya Ruping mau berdansa dengan Du Fei.
Ruping dan Du Fei mulai berdansa keduanya merasa canggung. Entah gerakan tari apa yang di buat keduanya. Keduanya tertawa. Du Fei menari seenaknya.
Tamu yang lain bertepuk tangan melihat kekonyolan yang diperlihatkan Du Fei. Erhao minta Du Fei jangan berbuat ulah karena Yiping sedang menyanyi. Tapi Du Fei tak peduli ia terus memperagakan gerakannya.
Semuanya tepuk tangan setelah Yiping selesai menyanyi. Selanjutnya Yiping akan menyanyikan lagu Lan Hua Cao. Ia memanggil semua teman-temannya untuk naik ke panggung. Keenamnya bernyanyi, penonton bertepuk tangan.
Yiping selesai menyanyi. Ia kini berdansa dengan Shuhuan. Shuhuan tanya lagu yang Yiping nyanyikan tadi apa diciptakan untuknya.
Yiping mengangguk dan mengatakan kalau ia masih ingat kejadian hari itu. Yiping kembali menyanyikannya.
“Tapi bukankah sekarang musim panas bukan musim semi!” tanya Shuhuan. Bagi Yiping bila bersama dengan Shuhuan keempat musim baginya adalah musim semi. Keduanya tersenyum dan menyandarkan masing-masing dahi mereka.
Ruping yang berdansa dengan Du Fei melihat kemesraan Yiping dan Shuhuan merasa sedih. Ia terus memperhatikan pasangan bahagia itu.
Du Fei membalikan tubuh Ruping supaya tak melihat Shuhuan dan Yiping. Ia bertanya apa ruguo yang ia kirimkan masih ada. “Memangnya kenapa aku selalu membawanya!” jawab Ruping.
“Dengarkan aku!” sambung Du Fei “Kalau aku adalah Ruping aku tak akan melirik mata, hanya akan melihat orang yang ada dihadapanmu, meskipun orang ini tak terlalu tampan seluruh wajahnya pun penuh dengan luka tapi hatinya tak mendua.”
Ruping tersenyum dan memeluk Du Fei.
Selesai dansa keenamnya minum bersama, mereka bersulang demi persahabatan.
Fang Yu mengatakan pada Yiping kalau perasaannya pada Erhao sama seperti perasaan Yiping pada Shuhuan. Fang Yu memohon demi persahabatan meraka Yiping jangan bermusuhan lagi dengan Erhao. Yiping tersenyum pada Fang Yu.
Yiping masuk ke kamar ibunya membawa bantal. Ia ingin tidur bersama ibunya. Wenpei membolehkannya.
Wenpei bertanya pada Yiping apa yang membuat Yiping tak bisa tidur? Apa He Shuhuan?
Yiping memeluk ibunya sambil tersenyum ia mengatakan, Ibu kurasa aku mencintainya!
Wenpei senang Yiping telah mendapatkan kebahagiaannya dan mengatakan kalau Shuhuan itu orang yang baik. Yiping harus menghargainya.
Yiping tanya pada ibunya, Apa Ibu pernah mencintai seseorang? Maksudku sebelum menikah dengan ayah. Apa pernah mencintai?
Wenpei : Aku hanya pernah ditunangkan tapi tak pernah tahu rasanya mencintai.
Yiping : Lalu bagaimana?
Wenpei : Lalu... lalu bertemu dengan ayahmu di jalan. Keesokan harinya Ajudan Li datang membawa pasukan meletakkan kopor di rumah kami. Hari ke tiga tandu pengantin datang dan akupun menjadi selir ke 8. Hidupku sangat mewah, makan minum semuanya yang terbaik. Dilayani 5 sampai 6 dayang.
Yiping kembali bertanya, Apa ketika itu ayah mencintaimu?
Wenpei : Benar dia sangat mencintaiku. Waktu itu adalah masa kejayaannya. Waktu itu ayahmu sangat tampan, penuh cinta dan sangat lembut. Berkuda dengan seragam tentara dia sangat gagah dan berwibawa. Semua orang mengatakan aku ini beruntung. Tapi... baru satu tahun dia sudah menikahi Xueqin. Setelah ada Xueqin dia jarang menemui selir-selirnya yang lain.
Dia tak mencampakkanku, terutaam karena Xinping. Aku tak tahu mengapa ayahmu sangat menyayangi Xinping. Putrinya banyak tapi yang ia sukai hanya Xinping.
Flash Back
Lu Zhenhua berkuda di jalanan diikuti Xinping dibelakanganya. Orang-orang di jalan kesal karena keduanya berkuda sembarangan. Banyak orang yang buah-buahan dan barang bawaannya jatuh.
Lu Zhenhua : Xinping ayo adu cepat dengan ayah!
Xinping : Baik!
Xinping melewati ayahnya. Kini ia yang berada di depan. Tiba-tiba ada anak kecil yang menghalangi laju kuda Xinping. Xinping kaget ia langsung turun menyelamatkan anak itu.
Tapi kuda Xinping sangat liar. Xinping berusaha menghindari injakan kuda. Lu Zhenhua kaget melihatnya dan bertanya apa Xinping baik-baik saja? apa terluka?
Lu Zhenhua menasehati anaknya agar tak berlari di bawah kaki kuda karena itu sangat berbahaya. Anak kecil itu sudah bersama ibunya.
Xinping mengatakan pada ayahnya, Ayah jangan berkuda di jalanan lagi!
Flash Back End
“Percayakah kau sejak saat itu ayahmu tak lagi berkuda di jalanan!” sahut Wenpei pada Yiping.
Wenpei kembali bercerita sewaktu Xinping berusia 8 tahun terjadi peristiwa yang menarik. “Apa itu?” tanya Yiping.
Flash Back
Xinping sedang memainkan pianonya (lagunya Wang Se Nan Wang). Kedua orang tuanya memperhatikan. Dan Yiping masih sangat kecil hehehe.
Lu Zhenhua bertanya pada Xinping, apa Xinping lelah.
Tidak! jawab Xinping.
Apa kau mau istirahat tanya ayahnya lagi.
Tidak mau! jawab Xinping .
Xinping kembali memainkan pianonya.
Ajudan Li datang dan melapor kalau orang yang berbuat onar sudah ditangkap. Lu Zhenhua memerintahkan agar semuanya menghadap padanya.
Lu Zhenhua memarahi anak buahnya, “Beraninya membuat onar sambil mabuk, memangnya tak ada aturan militer. Bawa dan hukum mati mereka!”
Ajudan li : “Baik! Bawa mereka!”
Pembuat onar itu mohon ampun agar mereka tak di hukum mati.
Lu zhenhua : “Hukum mati semuanya tak ada ampun. Bawa pergi!”
Xinping bertanya pada ayahnya kenapa ayahnya menembak orang lagi bukankah kalau di tembak dia akan mati. Jangan tembak.
Lu zhenhua mengatakan pada putrinya kalau mereka itu sudah berbuat salah dan harus dihukum mati.
Xinping : “Kalau bersalah cukup beri hukuman saja!”
Lu zhenhua : “Begitu ya!”
Xinping mengangguk. Lu zhenhua menyampaikan kalau Xinping sudah mengampuni nyawa mereka semua.
“Terima kasih komandan! terima kasih Nona Xinping!” ucap semuanya serentak.
“Walaupun tak di tembak tetap harus dihukum!” Lu zhenhua bertanya pada putrinya kira-kira hukuman apa yang pantas.
Xinping berfikir sejenak tapi kemudian ia mendapatkan ide dan menyampaikan kalau hukumannya adalah di gelitik (lha kok hukuman militer gitu ya hahaha) tapi tak boleh tertawa saat di gelitik.
Lu zhenhua dan yang lain heran Wenpei hanya tersenyum melihatnya.
Lu zhenhua : “Ajudan Li suruh mereka angkat tangan tak boleh tertawa saat di gelitik. Siapa yang tertawa akan di tembak!”
Ajudan Li : Siap
Ajudan Li menyuruh semuanya berdiri dan berbaris. Pasukan saling berhadapan dan mulai menggelitik satu sama lain.
Mereka semua menahan tawa. Wenpei tertawa melihat tingkah anak buah suaminya. Lu zhenhua dan Ajudan Li juga tak bisa menahan tawanya.
Flash Back EndYiping tertawa mendengar cerita ibunya dan mengatakan tidak mungkin ada kejadian aneh seperti itu. “Ini pasti karanganmu aku tak percaya!” (hahaha padahal kan Yiping ada di situ ya tapi mungkin udah lupa maklum masih kecil hehehe)
Wenpei meyakinkan kalau kejadian itu sungguh terjadi dan sampai sekarang Lu Zhenhua tak pernah menembak sembarangan.
Wenpei berfikir Xinping adalah kiriman langit untuk menghapus sebagian dosa Lu zhenhua. Sayang Xinping hanya hidup selama belasan tahun saja.
Yiping : “Benarkah ayah begitu mencintai Xinping?”
Wenpei : “Benar! cinta yang sangat mendalam.”
Wenpei memberikan minum pada Yiping dan menyampaikan kalau ia dan Lu zhenhua sudah lama menjadi suami istri, ia tetap tak bisa memahaminya kenapa suaminya begitu menyayangi Xinping. Tapi ia yakin sekali kalau suaminya bukan orang yang tak berperasaan justru seseorang dengan perasaan yang kuat. Yiping tak boleh menilainya dari sudut pandang orang biasa.
Yiping tak yakin, benarkah?
“Jadi ketika dia mengusir kita berdua dari keluarga Lu, juga saat mencambukku gara-gara uang, sudut pandang apa yang harus kugunakan untuk menilainya?”
Wenpei tak mengerti kenapa Yiping mananamkan kebencian dan dendam dalam hati. Kalau terus seperti ini Yiping tak akan mendapatkan kedamaian.
“Ibu, apa kau tak sedikitpun membenci ayah?” Tanya Yiping. “Dia telah menghancurkan hidupmu!”
“Aku tak punya kebencian karena itu hanya akan membuatku sedih!” Jawab Wenpei. “Aku sudah memilikimu, asalkan kau merasa bahagia aku sudah puas!”
Wenpei berpesan pada Yiping, “Kau harus belajar menerima dan memaafkan.” Wenpei hanya ingin melihat Yiping bahagia dan tak ingin melihat Yiping menangis. Ia melihat hubungan Yiping dan Shuhuan sudah lebih baik. “Bukankah lebih menyenangkan daripada bertengkar?”
“Jika kau bisa memiliki hati yang lapang untuk memaklumi ayahmu itu adalah harapan yang terbesar dariku!”
Mendengar itu Yiping langsung memeluk ibunya. “Ibu, kau memiliki hati yang agung. Sayang sekali aku tak mewarisi kebaikanmu. Aku juga tak sebaik Xinping!”
“Siapa bilang? Kau dan Xinping memiliki kebaikan masing-masing!” sahut Wenpei.
Wenpei menyuruh Yiping segera tidur. Wenpei membelai putrinya dan berfikir, “Apakah aku pernah jatuh cinta? Benar. Aku pernah jatuh cinta!”
Yiping berjalan menuju rumah ayahnya. “Demi ibu. Demi Shuhuan. Aku akan merubah diriku. Biar kucoba. Apakah aku bisa berhubungan damai dengan keluarga di sana?” ucap Yiping dalam hati.
“Mobil itu lagi!” Yiping melihat mobil yang tempo hari ia lihat.
Kemudian Yiping mengintip. Mobil itu berhenti. Dari balik pintu pagar keluarlah Xueqin yang mengendap-endap. Yiping kaget ia menyembunyikan dirinya agar tak terlihat Xueqin.
Xueqin masuk ke mobil itu. Ia celingukan (mungkin takut ada yang lihat) mobil itu langsung pergi.
Yiping membatin ”Bibi Xue tampak mencurigakan. Sedang apa dia?” Yiping kembali berjalan menuju rumah ayahnya.
Di dalam rumah Mengping tangah menelpon temannya. Pintu rumah di ketuk, Alan membukakan pintu. “Nona Yiping silakan masuk!”
Mengping mengakhiri teleponnya dan menyambut Yiping dengan sisnis, “Dipukul pun tak takut sekaranag berani lagi datang ke sini?”
Yiping mengatakan kalau ia datang untuk menjenguk ayah bukan bicara dengan Mengping.
Mengping heran bukankah Yiping dulu pernah bersumpah tak akan mengakui ayah sebagai ayahnya lagi. Kenapa sekarang masih mengakuinya.
“Memangnya kenapa?” Tanya Yiping. Mengping mengatakan itu bukan urusaannya mau mengakui atau tidak itu terserah Yiping.
Yiping membenarkan memang bukan urusan Mengping jadi ia minta Mengping tak banyak bicara.
Mengping memandang baju yang dipakai Yiping, “Bagus sekali bajunya! pasti harganya puluhan yuan. Di klub dansa ternyata mudah sekali mencari uang!”
Mengping terus menghina Yiping tentang pekerjaannya dan juga mengatakan kalau ini bukan rumah Yiping lagi dan ayah sudah tak menginginkan yiping dan ibunya makanya sampai di usir segala.
Yiping mengatakan agar Mengping hati-hati kalau bicara. Ayah memang tega mengusir ia dan ibunya. “Siapa tahu nanti giliran kalian yang akan diusir. Kurasa giliran kalian akan segera tiba!”
Mengping marah, ia berniat menampar Yiping tapi dengan cepat Yiping menangkisnya, “Kau masih ingin menamparku? Kau pikir aku tak bisa membalasmu?”
“Ini rumah Keluarga Lu kami tak pernah menyambut kedatanganmu? Untuk apa kau datang kesini! Dasar tak tahu malu. Pergi sana!” bentak Mengping. Ia akan memukul lagi tapi Lu zhenhua keburu datang Mengping langsung menurunkan tangannya.
Lu zhenhua tanya kenapa ribut-ribut di rumahnya ? Ia juga memarahi Mengping “Masih berani bicara lagi kurang ajar? pernahkah kau menghormati orang yang lebih tua darimu.”
Lu zhenhua mengatakan kalau Yiping itu kakak Mengping. Jarang sekali Yiping datang.
Mengping : “Yiping bukan kakakku. Dia penyanyi Da Shanghai. Dia murahan!”
“Apa katamu!” bentak ayahnya membuat Mengping kaget. “Katakan sekali lagi biar kupatahkan tulangmu.”
Mengping menghindar dan mengatakan dengan keras walaupun ayahnya mematahkan tulangnya Yiping tetap seorang penghibur di Da Shanghai. Wanita murahan.
Luzhenhua langsung mengbrak meja. “Mana cambukku. Ambilkan cambukku!”
“Tak usah ambil cambuk!” ucap Mengping. “Ayah suka wanita murahan ini jadi putrimu biar saja dia tinggal disini. Ayah tak suka padaku kan? Biar aku pergi saja!”
Mengping langsung lari. Lu zhenhua menatap marah dan meminta Mengping kembali.
Yiping merasa menyesal karena setiap kali ia datang selalu saja ada luka baru. Yiping mengaku sekarang ia sangat kesal dan jika ia terus bicara mungkin bisa memancing peperngan. Sebelum dirinya meledak Yiping pamit pulang. Lain kali ia datang lagi. Yiping langsung pulang, ayahnya memanggil tapi tak dihiraukannya.
“Teringat saat itu aku membawa ribuan pasukan, semua orang patuh padaku. Hari ini kenapa keluarga sekecil ini saja berantakan!”
“Xueqin... Xueqin!” Lu zhenhua memanggil istrinya tapi tak ada jawaban. “Kemana lagi kau...?”
Xueqin pergi kesebuah apartemen. Di sana sudah ada Wei Guangqiong (bener ga ya namanya)
Xueqin berjalan menghampiri Wei dan langsung duduk dipaungkuannya (ohhhhh hooo)
Wei : Apa maksudnya ini, kau itu milikku kenapa aku harus menunggu untuk bertemu. Suatu hari nanti aku tak akan peduli dia itu macan kumbang atau macan putih. Biar kuperlihatkan kehebatanku
Xueqin : “Bukankah sekarang aku sudah datang. Begitu terima telepon, ‘Quilian bilang 3 kurang 1’ aku langsung pergi keluar!”
Xueqin memuji kode yang digunakan sungguh bagus walaupun suaminya yang menerima telepon dia tak akan curiga.
Wei marah ia tak peduli macan kumbang curiga atau tidak. “Macan kumbang apa? Macan kumbang di tahun Republik ke berapa? Ini bukan Manchuria ? siapa yang takut padanya?”
Wei : “Mana putraku kenapa tak di bawa?”
“Lain kali saja!” jawab Xueqin. “Anak kecil takut sembarangan bicara, nanti terbongkar.”
“Kau masih takut pada macan kumbang?” Tanya Wei.
Xueqin mengatakan ia tahu kalau Wei sangat menderita tapi ia juga tak berdaya. Xueqin menghibur jarang-jarang ia bisa bertemu. Xueqin memeluk Wei, “Cepat atau lambat aku akan menjadi milikmu.”
Wei melepaskan pelukan Xueqin, Waktu itu ia terpaksa menunggu sekarang ia tak tahu kenapa masih harus menunggu.
Wei memeluk Xueqin (dari belakang) dan mengatakan kalau setiap bertemu denga Xueqin ia tak memiliki daya.
Xueqin sedikit kesal dan mengatakan siapa tahu saat aku tak ada kau bersama siapa? Wei menyuruh Xueqin bertanya sendiri pada Tianming, “Dia yang paling tahu kegiatanku. Tanyalah apa aku pernah sembarangan!”
Xueqin : “Memangnya aku anak 3 tahun yang mudah dibohongi!”
Wei : “Aku tak bisa menang beradu mulut denganmu. Tapi aku bisa membungkamnya!”
Wei langsung membopong Xueqin masuk ke kamar.
Bos koran Shenbao mengatakan pada Shuhuan kalau tulisan tentang Qin Wuye memang disukai tapi sungguh jauh berbeda denga tulisan Sobat Tua.
“Dari sini bisa dilihat ternyata orang lebih tertarik membaca kisah hidup orang kecil.” Jadi ia berharap Shuhuan dan Du Fei bisa mendapatkan kisah-kisah tentang orang-orang kecil.
Shuhuan tanya apa bisa dari berbagai lapisan? Tak ada batasan?
Bos membolehkan tapi diusahakan dari golongan buruh, rakyat miskin, rumah sakit, rumah yatim piatu, orang tua, dan temanya tentu saja yang harus ada nilai kemanusiaannya.
Du Fei langsung menyambung kalau kisah hidup orang kecil jauh lebih enak ditulis dari pada tokoh basar dan mengatakan Bos tak usah khawatir ia dan Shuhuan akan bekerja sama. Ia berjanji akan menuliskan kisah yang menarik.
“Kurasa kau tak usah menuliskan kisah hidup orang kecil untukku. Bantu aku mengasuh sebuah rubrik!”
Du Fei senang karena ia juga bisa melakukanya, “Siap. Apa yang harus aku tulis?”
“Judulnya adalah ‘ayam terbang anjing melompat mengobrol tentang Du Fei’ Kisahkan semua cerita-cerita aneh tentangmu satu demi satu. Siapa tahu ada orang yang suka membaca kisahmu!”
Wakakakakakaa semua karyawan Shenbao tertawa...
Shuhuan dan Du Fei mulai mencari berita, tapi ini bukan perkara yang mudah. Tak bisa sembarangan orang. Du Fei mangatakan tempo hari ia memotret adegan yang mencengangkan bisa di tulis tidak ya?
Shuhuan : “Apa maksudmu Keyun? Itu akan ada banyak pertimbangan tentang Keyun. Tak boleh ditulis!”
Du Fei : “Apa Ajudan Li?”
Shuhuan : “Benar. Seorang tentara yang banyak berperang sekarang sudah tua memiliki seorang putri yang sakit hidup hanya dengan menarik rickshaw. Kalimat ini sudah mengandung hal yang mengaharukan!”
Kedunya berniat menemui Ajudan Li di pangkalan rickshaw.
Ajudan Li memarkirkan rickshawnya. Datang segerombol preman menagih uang keamanan.
Preman 1 : “Jika belum bayar jangan berharap berada di sini!”
Bos preman : “Bulan lalu kau tak memberikannya. Dua bulan jadi 2 yuan. Cepat!”
Penarik rickshaw : “Kumohon kebaikan kalian. Nenekku buta, ayahku kakinya patah di tabrak mobil. Ibuku lumpuh, aku juga masih memiliki 3 adik. Seluruh keluarga bergantung padaku. Aku tak bisa memberikan 2 yuan!”
Bos preman : “Jangan beralasan, kalau tak memberi uang akan kuhancurkan rickshawmu!”
“Jangan... jangan ini bukan milikku! milik perusahaan.... Bagaimana aku akan menggantinya?”
Preman-preman mulai merusak rickshaw. Preman juga mulai memukul penarik rickshaw itu.
“Heiii... hentikannnn!” teriak Ajudan Li. “Dia tak punya uang. mau apa kalian? kenapa kalian menyiksanya?”
Bos preman : “Kau membela orang ini. Kau sudah 3 bulan tak memberikan uang keamanan cepat bayar!”
AjudanLli : “Aku tak mau. Kenapa aku haus memberikan uang yang kuperoleh!”
Bos preman menyuruh anak buanya menghajar Ajudan Li. Terjadilah perkelahian antara Ajudan Li dan para preman. Karena sendirian Ajudan Li tak mampu mengalahkan mereka. Berulang kali Ajudan Li terkena pukulan.
Shuhuan dan Du Fei sampai di tempat kejadian. Keduanya langsung membantu. Shuhuan tanya keadaaan Ajudan Li apa baik-baik saja.
Ajudan Li mengatakan kalau mereka semua itu preman penghisap darah yang kerjanya hanya memeras meminta uang keamanan kalau tak memberi mereka akan merusak rickshaw.
Shuhuan : “Oh begitu! Setan penghisap darah rasakan tinjuku!”
Shuhuan kembali mengahajar para preman itu. Ajudan Li dan Du Fei juga membantu. Bos preman mundur tak berani malawan. Para penarik rickshaw yang lain pun turut membantu menghajar preman.
“Du Fei hati-hati kameramu!” teriak Shuhuan. “Hati-hati kacamatamu!”
Du Fei kena pukul kacamatanya jatuh, ia tak bisa melihat jelas. Ajudan Li berniat menolong Du Fei tapi Du Fei malah menghajarnya hahaha, “Kuhajar kau setan penghisap darah!”
Ajudan Li kena pukul. “Ini aku Ajudan Li!” ucap Ajudan Li. Du Fei minta maaf karena ia tak bisa melihat dengan jelas.
Du Fei mencari kacamatanya ketika ia menemukan kacamata itu, preman menyepak kacamata Du Fei. Preman akan menginjaknya tapi sekuat tenaga Du Fei menahan kaki preman itu. Shuhuan membantu Du Fei mendapatkan kacamatanya.
Seorang preman akan memukul Du Fei dengan tongkat kayu. Ajudan Li berusaha melindungi Du Fei dan pukulan itu mendarat dikepalanya hingga kepalanya berdarah.
Polisi datang mengamankan preman-preman. Du Fei memotret. ‘Setan penghisap darah bergelimpangan’ judul ini pasti mencengangkan sahut Du Fei.
Shuhuan dan Du Fei mengantar Ajudan Li pulang. Ajudan Li berharap polosi akan memenjarakan preman itu selama beberapa tahun jangan hanya 2 atau 3 bulan saja.
Yuzhen mengobati luka suaminya.
“Aku akan membuat lapoarn khusus mengenai ini!” sahut Shuhuan.
Yuzhen meminta suaminya jangan banyak bergerak karena lukanya sangat dalam dan darah yang keluar sangat banyak. Yuzhen bertanya apa suaminya sekarang baik-baik saja? Apa kepalamu pusing? Ingin muntah? Kita ke dokter ya?
“Ah.. tidak separah itu!” Ajudan Li menenangakan istrinya yang cemas. “Dulu waktu jadi tentara aku pernah mengalami luka besar dan kecil. Luka sekecil ini tak masalah. Sudahlah aku akan menarik rickshaw lagi!”
Du Fei melarang. Luka yang dialami Ajudan Li ini harus istirahat selama beberapa hari.
Ajudan Li menolak beristirahat karena ia harus mengantar pelanggan-pelnaggannya. Waktunya hampir tiba Tuan Zhang ini pulang kantor setiap pukul 12.00 aku harus menjemputnya. Siang mengantar Tuan Zheng. Terus ada seorang lagi.
Ajudan Li bersiap pergi tapi Yuzhen tak mengizinkan, “lukamu parah aku tak mengizinkannya!”
“Kau jangan cerewet mereka itu langgananku. Aku harus mengantar. Kalau tak bekerja kita akan kehilangan sedikitnya 1 yuan. Kita tak boleh terus bergantung pada Nona Yiping!”
Ajudan Li akan keluar rumah tapi langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara Keyun mengucapkan kosakata nama-nama hari dalam bahasa inggris.
Hari minggu Sunday hari senin Monday hari selasa teusday rabu Wednesday kamis Thursday jumat Friday sabtu saturday
Keyun mengahafal kosa kata bahasa inggis sambil bembenturkan kepalanya ke tembok.
Semua menatap iba Keyun.
Makasih sinopsis kabut cintanya :) kangen sama yiping pas buka google eh ada sinopsisnya di sini lanjutin yaa mba anis :)
ReplyDelete