“Tolong aku! Ayahku mau memukulku!” gadis itu minta tolong pada Ruping dan Du Fei.
“Kau mau kemana? Membuatku marah setengah mati!” teriak pria gemuk, ayah gadis tadi. Pria itu berniat memukulnya tapi Du Fei dan Ruping mencegah dan mengatakan kalau anak itu masih kecil dan meminta jangan emosi.
Pria itu menarik anaknya dan langsung memukulinya dengan tongkat kayu. Ia sudah menyuruh anaknya membeli lotre, tapi malah lotrenya diambil orang.
Du Fei mencegah dan meminta pria itu tak memukul anak kecil. Pria itu melawan, apa peduli Du Fei anak itu anaknya sendiri kalaupun mau memukul itu terserah padanya.
Du Fei mengancam kalau masih berani memukul ia akan melapor pada polisi. Bukannya takut pria itu malah memukul Du Fei dengan tongkat kayunya. Du Fei lari menghindari pukulan. Ruping bersama anak perempuan tadi ikut mengejar.
“Kalau berani jangan lari!” teriak pria itu. “Berhenti! ku hajar kau!”
Ketika lari Du Fei tak melihat jalan. Ia tersandung dan jatuh mendarat di tanaman kaktus (oughhhh...)
Bukannya memukul pria tadi malah tertawa.
“Ibu datang!” teriak anak perempuan tadi begitu melihat ibunya datang.
“Kau pukul anakmu lagi!” Wanita itu marah pada suaminya. Wanita itu mengajak anaknya pergi. Si pria langsung menjatuhkan tongkat kayunya. Ia takut (suami-suami takut istri nih hahaha)
“Istriku maaf, aku tak akan berani lagi!” teriak pria itu mengejar istrinya.
Ruping segera membantu Du Fei. Ia bertanya apa Du Fei baik-baik saja. Du Fei bilang ia tak apa-apa hanya ‘lubang pantai pasir’-nya bertambah besar. Du Fei membalikkan badan memperlihatkan wajahnya yang penuh dengan duri kaktus. Ruping kaget dan tertawa. Du Fei meringis.
Ruping dan Shuhuan membantu mencabut duri di wajah Du Fei. Du Fei teriak mengaduh.
Shuhuan meminta Du Fei menahan karena ada duri hitam. Shuhuan mencabut Du Fei teriak kesakitan karena yang Shuhuan cabut adalah tahi lalatnya. Shuhuan minta maaf.
Du Fei mengeluh kenapa ia begitu sial. Ruping tanya apakah durinya beracun? Apa Du Fei keracunan? Apa harus diperiksa ke dokter. Du Fei menolak pergi ke dokter. Kalaupun ia keracunan matipun ia pasrah. Lagi pula tak bisa membayar ganti rugi keramik.
Shuhuan menghibur dengan mengatakan Du Fei tak usah khawatir masalah keramik. Bos sudah menyelesaikannya.
Du Fei tanya apa bosnya marah. Tentu saja marah kata Shuhuan. Semua karyawan rapat dan akan menindak Du Fei. Ada yang mengusulkan mengirim Du Fei ke garis depan di Suiyuan supaya masuk ke perkemahan musuh dan mengacaukan musuh.
“Kau benar atau bohong?“ tanya Du Fei.
“Tentu saja aku bohong!” Kata Shuhuan sambil tertawa. Tapi Bos benar-benar marah. Semua menjulukimu ‘Raja Bencana’.
Ruping tanya apa obat yang dulu masih ada. Salep itu bisa digunakan untuk menghilangkan infeksi. Ruping mencari salepnya.
Ketika Ruping masuk ke kamar hendak mengambil salep, ia heran kenapa begitu berantakan. “Apa kalian tak mencuci pakaian kotor? Kenapa dimana-mana ada baju kotor?” (ya namanya juga rumah bujangan wakaka)
Ruping mengambil semua baju kotor yang ada di rumah itu. Ia akan memcuci baju itu. Shuhuan mengejar Ruping dan mengatakan ia yang akan mencucinya. Tapi Ruping berniat akan mencucinya. Shuhuan mengatakan kalau mau mencuci, pakaian Du Fei saja pakaiannya akan ia cuci sendiri.
Ruping : “Apa kau harus menjauhkan diri seperti itu? Apa kau menolak tawaranku mencucikan bajumu?”
Shuhuan diam. Ruping tetap mencuci semua baju itu.
Shuhuan membantu Ruping mencuci bajunya di loteng. Ruping memandang Shuhuan, ingatannya kembali ketika dirinya pertama kali bertemu Shuhuan di trem. (Episode 1)
Keduanya menjemur pakaian. Ruping mengambil satu baju. Ia memandangi maju itu. Ia teringat ketika dirinya jalan-jalan di tepi sungai dan hampir jatuh tapi Shuhuan menyelamatkannya (Episode 4) baju itu yang dipakai Shuhuan.
“Kemeja ini yang kau pakai sewaktu kita ke luar kota!” sahut Ruping sambil menangis.
Melihat Ruping menangis Shuhuan berusaha menenangkannya dan meminta Ruping jangan menangis. Ruping minta maaf ia tak bisa menguasai dirinya. Karena sudah mengotori baju tadi Ruping berniat mencucinya kembali. Tapi Shuhuan mencegah. Shuhuan sadar Ruping belum bisa melupakannya.
Shuhuan : “Kukira kau sudah tak menderita lagi. Setiap kali melihatmu kau selalu tampak senang. Apakah selama ini kau hanya pura-pura?
(ya bagaimanapun ketika menyukai seseorang secara sepihak walaupun sudah berusaha untuk tersenyum ceria dan melupakan tapi tetap saja kita tak bisa melupakannya)
Ruping : “Benar aku hanya pura-pura. Selama ini aku membohongi semua orang. Juga membohongi diriku.”
Ruping merasa kasihan pada Du Fei yang selalu menjadi alasannya. Ketika Du Fei terluka ia buru-buru datang untuk merawatnya. Tapi itu hanya alasan yang sebenarnya adalah agar ia bisa melihat shuhuan.
Ruping tahu dirinya tak pernah ada dalam hati Shuhuan. Tapi ia tak bisa membuat Shuhuan tak ada dalam hatinya. Ia merasa semuanya sudah berhasil tapi sebenarnya ia melakukannya dengan susah payah.
Shuhuan terharu mendengarnya. Ia langsung menarik Ruping dalam pelukannya berusaha menenangkan. Ia merasa bersalah telah membuat Ruping menderita, “Aku pantas mati!” kata Shuhuan
Ruping membenci dirinya sendiri yang tak mampu dan juga tak bisa menyerah. Ia juga membenci sikapnya pada Du Fei. Ia merasa dirinya sangat kejam. Ia juga merasa tak seorangpun dapat membantunya.
Shuhuan akan membantu Ruping, ia akan memikirkan caranya.
Ruping : “Bagaimana kau bisa membantu? Kaulah akar dari semua masalahku!”
Ruping berharap tak pernah mengenal Shuhuan, ”Aku tak berdaya membuatmu tak pernah ada dalam hidupku. Tak bisa merubah Yiping menjadi tak ada dalam hidupku. Juga tak bisa membiarkan diriku tak ada dalam kehidupan ini. Aku tak tahu sampai kapan aku bertahan.”
Ruping terus menangis dalam pelukan Shuhuan.
“Ruping! Shuhuan! Yiping datang. Kenapa kalian menjemur pakainannya lama sekali?” Tiba-tiba Du Fei mengagetkan keduanya.
Yiping dan Du Fei melihat keduanya berpelukan. Ruping dan Shuhuan langsung melepaskan pelukannya.
Du Fei : “Shuhuan! apa yang kau lakukan?”
Shuhuan kebingungan : “Aku.. Aku..!”
Du Fei : “Dasar brengsek!”
Du Fei langsung memukul Shuhuan hingga terjatuh. Shuhuan tak melawan.
Yiping memandang diam Ruping kemudian pergi secepatnya dari sana.
“Yiping jangan pergi!” Teriak Shuhuan mengejar Yiping.
Shuhuan berupaya menjelaskan semuanya pada Yiping. Awalnya Yiping menolak tapi kemudian Yiping memberikan kesempatan pada Shuhuan untuk bicara.
Shuhuan bingung harus memulainya dari mana, “Aku tak tahu harus mengatakan apa. Ruping menangis di depanku. Aku hanya seorang pria biasa. Melihatnya begitu lemah, aku merasa terharu. Ingin menenangkannya. Karena itu aku tak bisa menahan perasaanku, hingga terjadi apa yang kau lihat.”
Yiping tanya : “Apa menurutmu penjelasanmu itu cukup bagus ?”
Shuhuan : “Sangat buruk. Tapi ini lebih baik dari pada aku berbohong!”
Yiping sudah mendengarkan penjelasan Shuhuan, ia minta Shuhuan membiarkannya pergi.
“Apa maksudmu membiarkanmu pergi?”
“Setelah aku pergi kau bisa meneruskan mengobati air mata Ruping. jangan setengah-setengah mengobati pasien. Aku tak akan mengganggumu mengobati pasien.”
Yiping berniat pergi tapi Shuhuan menariknya berusaha memeluk Yiping. Yiping mengancam akan berteriak. Shuhuan melepaskan pelukannya.
Shuhuan meminta Yiping jangan pergi. Entah Yiping percaya atau tidak dalam hatinya hanya ada Yiping.
Yiping : “Benarkah? Seandainya kau tak pernah bertemu denganku apa kau akan mencintai Ruping?”
Dengan ragu Shuhuan menjawab, “Tidak tahu.”
“Biar aku yang jawab, kau bisa! Nyatanya kau jatuh cinta padanya! Kalau tidak kau tak akan berfoto seperti itu dengannya. Di dalam hatimu selalu ada dirinya. Kata-kataku benar bukan? Jika kau tak bertemu denganku kalian sudah lama jadi pasangan.”
Shuhuan tak menyangkal. Ia memang menyukai Ruping. Jika tak ada Yiping mungkin hubungannya dengan Ruping sudah berkembang. Tapi ini tak ada artinya setelah Yiping muncul.
Shuhuan : “Apakah semua yang kukatakan dan semua yang kulakukan selama ini masih belum bisa membuatmu mempercayaiku?”
Yiping : “Bagaimana aku bisa percaya pada rayuan gombalmu. Aku mempercayai mataku sendiri
Shuhuan : “Percayalah pada perasaanmu!”
Yiping : “Perasaan dalam hatiku sama seperti kata-kata Du Fei. Kau orang yang brengsek!”
Shuhuan kembali bertanya bagaimana agar Yiping mau memaafkannya.
Yiping berkata ia tak akan memaafkan Shuhuan. Jika ia memaafkan Shuhuan kejadian tadi pasti akan terulang. Tapi shuhuan menjamin itu semua tak akan terulang.
Yiping tanya apa Shuhuan bisa menepati janji, apa bisa menjamin Ruping tak akan melakukannya lagi. Ruping sangat lemah, baik, menderita dan pantas dikasihani. Begitu melihat Shuhuan, Ruping akan kembali meneteskan air mata dan Shuhuan pasti akan kembali merasa iba.
Yiping : “Diantara kita sudah selesai!”
Shuhuan kaget mendengarnya : “Bukankah aku sudah mengataknnya. Kenapa kau tak memaafkan aku?”
Yiping : “Tak bisa!”
Shuhuan : “Baik. Kau tak memaafkanku apa lagi yang harus kulakukan. Begitu mudah mengatakan selesai. Kau kejam. Terlalu tak berperasaan.”
Yiping : “Aku kejam? Tak berperasaan ? disana ada Ruping yang lembut dan baik hati. Cintailah dia kejarlah dia, tenagkan perasaannya lindungi dia.
Shuhuan : “Terima kasih atas petunjukmu. Aku akan mematuhi perintahmu!”
Shuhuan berbalik kembali ke apartemennya.
Shuhuan memukul karung tinjunya. Ia masih kesal. Du Fei menyarankan agar Shuhuan duduk dan bicara. Tak ada yang perlu dibicarakan kata Shuhuan. Jika Du Fei ingin kembali memukulnya pukul saja.
“Untuk apa aku memukulmu! Sebenarnya siapa yang kau cintai Yiping atau Ruping?” tanya Du Fei kesal.
“Sudah tahu masih tanya!” kata Shuhuan
Du Fei merangkul karung tinju mencegah Shuhuan memukul karung tinju.
Du Fei mengatakan kalau sekarang bukan zaman Dinasti Qing lagi yang pada saat itu seseorang boleh memiliki istri banyak. Jika Shuhuan mencintai salah satunya maka Shuhuan harus serius dengannya. Jika yang satunya menangis atau hatinya terluka tak ada hubungannya dengan Shuhuan.
Shuhuan mendengarkan kata-kata Du Fei.
Du Fei kembali mengatakan kalau Shuhuan harus tega dengan begitu tak akan ada kekacauan lagi.
Shuhuan membenarkan perkataan Du Fei. Tapi ia tak sampai hati. Ia tak cukup menahan diri dan itu membuatnya menjadi menderita. Shuhuan sulit berbuat tega pada Ruping. Ingin tahan diri pada Yiping pun ia merasa sulit.
“Lalu kau harus bagaimana?” Tanya Du Fei. Shuhuan diam tak menjawab. Du Fei kembali melanjutkan, “Kalau aku jadi kau, aku akan langsung ke Da Shanghai!”
Shuhuan : “Tidak! Aku tak akan pergi!”
Shuhuan menarik Du Fei dan kembali memukul karung tinjunya. Du Fei hanya memperhatikan.
Yiping berdiam diri memandang hujan. Ia berfikir apa Tuhan juga meneteskan airmata untuknya.
Wenpei menghampiri dan bertanya apa yang terjadi antara Yiping dan Shuhuan? Sudah beberapa hari ia tak melihat Shuhuan. Apa dinas di luar kota? Apa kalian bertengkar?
Yiping meminta ibunya jangan menyebut nama Shuhuan dan mengatakan kalau ia dan Shuhuan sudah putus.
Wenpei masih belum paham apa maksudnya putus? Kenapa?
Yiping : “Dia tak serius dengan perasaannnya. Aku tak tahan!”
Wenpei masih tak percaya dan mengatakan mungkin Yiping sudah salah paham. Wenpei tanya Yiping yang ingin putus apa Shuhuan yang ingin putus?
“Aku yang ingin putus!” jawab Yiping. “Aku melihat contoh darimu, dari Keyun. Aku tak bisa membiarkan diriku mengalami tragedi menyedihkan itu. Kekasihku hanya bisa menjadi milikku. Aku tak akan berbagi dengan orang lain.”
Wenpei menasehati kalau sekarang ini sulit mencari laki-laki seperti Shuhuan. “Sifatmu yang kuat kadangkala dihadapan seorang pria perlu sikap sedikit lembut dan toleransi.”
“Ibu cukup lembut pada ayah, cukup toleransi. Akhirnya apa?”
Wenpei bingung menjawabnya. Yiping sadar sudah mengatakan hal yang tak baik. Ia langsung memeluk ibunya dan minta maaf. Wenpei paham, ia tahu ia bukan contoh yang baik untuk Yiping.
Yiping menulis buku hariannya
Kenapa aku peduli padanya (Shuhuan). Dia hanyalah obyek peperanganku. Jika bukan karena ingin membalas mereka ‘di sana’ aku tak akan memperhatikannya. Dia pikir aku sungguh mencintainya? Aku sama sekali tak mencintainya. Yang kucintai adalah kemenangan. Yang kuinginkan rasa senang saat balas dendam. Biarkan dia kembali ke sisi Ruping, mungkin itu pembebasan diriku
Tinta di pena Yiping habis, ia mencelupkan penanya dan akan meniilis kembali tapi tinta itu mengotori halaman yang ia tulis. Yiping tak jadi melanjutkan tuisannya.
Yiping bergumam, : “Tidak! Tidak! bukan begitu aku peduli padanya! Aku mencintainya! Kenapa bisa begini? Tapi kenapa dia berdiri diantara dua perahu? Kenapa dia meremehkan perasaanku!”
Yiping menyanyi di Da Shanghai, ia menyanyikan lagu Yan Yu Meng Meng. Ternyata Shuhuan datang menyaksikan penampilan Yiping dari lantai 2.
Yiping melihat Shuhuan yang memperhatikannya menyanyi. Yiping terus menyanyi sambil meneteskan air mata.
Shuhuan memperhatikan Yiping keluar dari panggung. Ia berfikir haruskah ia menemui Yiping di ruang rias? Perlukah minta maaf lagi? Apakah Yiping akan menerimanya? Jika gagal lagi bagaimana? Tidak usah ! rasanya payah sekali!
Shuhuan berniat pergi tapi ia melihat Yiping menemui pria.
Yiping : “Aku terima bungamu. Setiap malam kau datang kesini. Aku akan bersulang arak untukmu.”
Yiping meminum araknya. Pria-pria itu bersorak riang. Salah satu pria menyuruh Yiping duduk dan meminta Yiping menemani minum. Yiping tak menolak.
Qin wuye kaget melihat Yiping minum dengan para tamu.
Yiping kembali minum gelas keduanya. Shuhuan melihatnya tak percaya sekaligus kesal.
Seorang pria menepuk bahu Yiping dan mengatakan kalau ia tak percaya Bai Meigui mau minum dengannya. Yiping membenarkan dan ia langsung meminum gelas ketiganya.
“Ayo satu lagi!” pinta tamu pria itu berusaha menuangkan arak ke gelas Yiping tapi tangan Shuhuan langsung menutup gelasnya.
“Bai Meigui tidak minum lagi!” sahut Shuhuan.
Shuhuan menarik Yiping dan meminta Yiping ikut dengannya. Tapi Yiping mengatakan ia harus mengucapkan terima kasih pada tamu yang sudah datang.
Tamu itu tanya siapa Shuhuan. Jangan mencampuri urusan kami. Bai Meigui yang datang ke sini berarti dia tamu kami dan menyuruh Shuhuan minggir.
Karena Shuhuan sudah kesal. Ia langsung mendaratkan pukulan ke arah pria tadi. Tapi Qin Wuye langsung menangkap tangan Shuhuan.
Qin Wuye mangatakan kalau Da Shanghai itu tempat minum dan bersenang-senang.
Shuhuan menepis tangan Qin Wuye dan mengatakan kalau ia akan membawa Yiping pergi.
Qin Wuye membolehkan Shuhuan membawa Yiping pergi tapi tak mengizinkan membawa Bai Meigui pergi. Qin Wuye tanya pada Yiping, “Kau Yiping atau Bai Meigui? Kau ingin pergi bersamanya?”
Yiping : “Di klub Da Shanghai ini aku tak memiliki nama lain. Aku adalah Bai Meigui!”
Shuhuan merasa terpojok. “Baik! Aku ingin bicara denganmu. Ikut aku!”
Shuhuan menarik Yiping ke luar. Qin Wuye langsung memberikan perintah pada anak buahnya. Anak buahnya mengerti.
Shuhuan membawa Yiping ke ruang rias. Ia menyuruh yang lain (para penari dan penyanyi) untuk kelura ruangan karena ia ingin bicara empat mata dengan Bai Meigui.
“Tak bisa!” kata manajer. ”Kami diberi perintah untuk melindungi Bai Meigui!”
“Aku bukan harimau, aku tak akan memakannya!” bentak Shuhuan. “Keluarlah dulu kalau tidak aku akan bertindak.”
Yiping menyuruh manajer keluar. Ia akan memanggil kalau perlu bantuan. Manajer mengangguk setuju.
Semuanya sudah keluar hanya ada Yiping dan Shuhuan di runag rias. Yiping meminta Shuhuan cepat bicara.
Shuhuan bertanya apa yang dilakukan Yiping di luar tadi.
“Apa kau tak lihat? Aku minum arak!” Jawab Yiping.
Shuhuan marah apa Yiping tak puas jika hanya menjadi penyanyi yang bersih dan suci? Apa ingin lebih? Yiping minta shuhuan tak mencampuri urusannya.
“Mana bisa aku tak mencampuri. Aku sudah berjanji pada ibumu, aku akan melindungimu!” kata Shuhuan.
“Kau sangat menepati janji!” ujar Yiping. “Aku tak perlu perlindunganmu, jika terus dilindungi olehmu aku bisa hancur lebur berantakan.”
Yiping mengatakan kalau salah satu tamunya Tuan Gu beberapa bulan ini selalu mengiriminya mawar putih. Berusaha menyentuh hatinya dan ia hanya wanita biasa pasti memiliki kelemahan wanita dan ia tak bisa menahan perasaannya. Ia harus berterima kasih dan ia hanya minum 3 gelas arak belum berpelukan dengan orang (Yiping membalas ucapan Shuhuan nih)
Shuhuan tanya apa Yiping sedang menghukumnya? Berusaha membalas dendam padanya? Ia tak pernah melihat wanita yang sangat bernafsu dalam balas dendam seperti Yiping.
Shuhuan mengatakan dengan keras kalau Yiping sudah bermain-main dengan nama baiknya sendiri.
Yiping mengusir Shuhuan dan mengatakan kalau Shuhuanlah yang berbuat salah kenapa masih menyalahkan orang lain. “Aku tak mau melihatmu lagi!” bentak Yiping.
Yiping berjalan ke arah pintu dan membukanya, “Pergilah!”
Manajer datang dan tanya apa Yiping perlu bantuannya. Belum sempat Yiping menjawab Shuhuan sudah mengatakan kalau ia akan segera pergi. Shuhuan pergi dengan membawa amarahnya.
Yiping menutup pintu. Ia kembali ke meja riasnya. Ia menyesali apa yang sudah dilakukannya. “Apa yang kulakukan? Sudah susah payah dia datang. Kenapa harus mengusirnya lagi?”
Yiping tertidur di meja. Ia terbangun karena merasa Shuhuan datang ke rumahnya. Yiping segera keluar membuka pintu.
Benar saja Shuhuan berdiri diluar pintu rumah Yiping. “Hai...!” Shuhuan menyapa. Yiping diam tak mengatakan apa-apa.
Shuhuan mengatakan dengan lembut ia ingin sekali melihat Yiping. Kemarin ia tak tidur semalaman, kemudian menurut Shuhuan kalau dirinya tak bisa tidur lebih baik ia ke rumah Yiping, menunggu Yiping bangun. Sebelum fajar ia sudah sampai dan sejak tadi ia berdiri di depan pintu.
Sambil berdiri Shuhuan terus berfikir sejak ia pertama kenal dengan Yiping hingga sekarang, sejak hujan malam itu sampai hujan hari ini kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, kesenangannya seumur hidup jika digabungkan tak akan sebanyak yang ia alami beberapa bulan ini.
Shuhuan : “Aku akui aku yang salah!”
Shuhuan tak tahan melihat Yiping minum arak dengan pria lain. Tentunya Yiping juga tak akan tahan melihatnya berpelukan dengan wanita lain.
Shuhuan : “Aku datang untuk minta maaf. Apa amarahmu sudah hilang? Apakah kedatanganku masih disambut?”
Yiping diam ia tak menjawab sepatah katapun.
Shuhuan mengerti, “Jika tidak aku mohon maaf. Aku tak akan mengganggumu lagi. Aku akan pulang saja!”
Shuhuan pergi meninggalkan Yiping. Yiping menatap kepergian Shuhuan.
Tanpa berfikir panjang lagi Yiping langsung mengejar dan memanggil Shuhuan. Yiping memeluk Shuhuan dari belakang. Shuhuan langsung berbalik badan dan memeluk Yiping. (turun hujan deh hehehe)
Shuhuan : “Maafkan aku! Aku tak akan mengulangi kesalahan lagi!”
Yiping mengangguk. Shuhuan tanya apa Yiping akan tetap menyingkirkannya? Apa akan tetap memutuskan hubungan dengannya? Yiping mengatakan tidak.
Shuhuan tanya lagi apa masih ingin menghukumnya? Masih ingin balas dendam padanya? Yiping menggeleng. Kemudian Mereka berdua berpelukan dalam hujan. Wenpei melihat keduanya berbaikan.
Ruping dan Du Fei makan di sebuah restoran. Keduanya menunggu kedatangan Erhao dan Fang Yu yang tak kunjung datang.
Du Fei memandang Ruping ia melihat wajah Ruping penuh dengan ribuan masalah. Ia sedikt melucu dengan mengatakan ‘wajahnya penuh ribuan lubang’ hahaha. Tapi Ruping hanya tersenyum kecil mendengarnya.
“Tidak lucu ya!” kata Du Fei. ”Aku akan pikirkan lelucon yang lain untukmu!”
Ruping menolak. Ia minta Du Fei tidak perlu susah payah memikirkan lelucon untuknya. Ia sudah bersalah pada Du Fei. Setiap hari selalu membuatnya senang. Mengirim ruguo untuknya. Menjalani hukuman paku, jatuh dari kuda tapi hatinya masih saja belum terbuka. “Aku akan mengenalkan Liu Rongrong padamu!”
Du Fei mendesah tidak suka dan mengatakan kalau Ruping dulu sudah mengungkapkan isi hatinya dengan terus terang. Ruping tak perlu minta maaf padanya. Asalkan bisa sering berada dekat dengan Ruping dan bisa membuat Ruping tertawa ia sudah senang. Du Fei tak menginginkan balasan apapun dari Ruping.
Du Fei lepas kendali ketika memukul Shuhuan di balkon. Du Fei meminta Ruping tak usah sedih atas kejadian itu. Ia mengatakan kalau kemarin Shuhuan sudah berbaikan dengan Yiping.
Ruping tanya apa Yiping marah padanya. Du Fei mengatakan tak usah peduli. Tapi Ruping menginginkan Yiping tak marah padanya. Ia menginginkan Yiping menganggapnya adik. Kejadian kemarin membuat semuanya tak mungkin.
Erhao dan Fang Yu datang keduanya minta maaf karena datang terlambat.
Erhao menyarankan seharusnya mengajak Shuhuan, bukankah Fang Yu belum pernah melihat Shuhuan. Fang Yu sendiri menyarankan mestinya juga mengundang Yiping. Tapi Erhao menolak kalau mengundang Yiping semua pasti akan bubar.
Fang Yu tak suka mendengarnya. Ia dan Yiping 3 tahun sekelas dan Yiping orangnya sangat rasional. Hanya saat bertemu dengan Erhao, Yiping menjadi orang yang tak rasional dan emosinya meledak.
Du Fei menyampaikan usul, bukankah ia dan Erhao berteman baik denagn Shuhuan dan Yiping bersaudara dengan Erhao dan Ruping. “Kita semua harus saling bertemu. Bagaimana kalau malam ini kita sama-sama ke Da Shanghai? Selain untuk menghormati Yiping kita juga bisa bersenang-senang. Kita ambil kesempatan ini untuk merubah permusuhan menjadi persahabatan!”
Fang Yu menyetujui usul Du Fei. Mendengar Fang Yu menyetujui ini Erhao mengikuti usul Du Fei walaupun ia merasa tak yakin Yiping akan menerimanya.
Ruping merasa cemas ia takut Yiping tak menerimanya, “Jika gagal bagaimana?” Du Fei menyemangati dengan mengatakan itu tak akan terjadi. Ia tak akan membuat Ruping dipermalukan. Bukankah ini saat yang tepat Ruping menjelaskan semuanya. Ruping mengangguk.
Suasana di ruang rias Da Shanghai sangat sibuk. Shuhuan menemui Yiping dan mengatakan kalau Erhao, Du Fei, Ruping dan Fang Yu datang. Shuhuan memuji kecantikan Fang Yu yang telah membuat Erhao takluk.
Yiping heran kenapa mereka berempat datang? Apa kedatangannya akan mempermalukannya lagi.
Shuhuan menjelaskan kalau kedatangan keempatnya bukan untuk berperang. Mereka datang untuk berdamai.
Yiping tanya dari mana Shuhuan tahu itu? Untuk apa Ruping datang? Apa Shuhuan yang memintanya?
Shuhuan mengatakan kalau dia tak memintanya. Ruping datang sendiri. Ia pikir hati Ruping juga tak tenang tentang kejadian di balkon itu.
Yiping masih berfikir. Shuhuan kembali menjelaskan sepertinya Ruping ingin menyelesaikan masalah. Waktu itu memang salahnya. Shuhuan meminta agar Yiping menggunakan kesempatan ini untuk menghilangkan kekesalan.
Shuhuan : “Hujan diantara kita sudah reda. Langit sudah cerah kembali. Lapangkan dadamu untuk menerima Ruping!”
Yiping tersenyum dan mengatakan kalau sekarang suasana hatinya sedang baik. Walaupun emosi pasti tak akan keluar. Yiping akan menuruti semuanya.
Fang Yu dan Ruping masuk ke ruang rias. Yiping senang melihat Fang Yu.
Fang Yu memuji Yiping. Ia ingin Yiping mengajaknya naik ke panggung. Yiping senang Fang Yu datang dan mengatakan kalau malam ini mereka berempat adalah tamunya.
Ruping menarik Yiping. Ia minta maaf dan minta Yiping memaafkannya. Yiping mengatakan saharusnya dirinyalah yang minta maaaf. Sama –sama kata Ruping kita semua saling memaklumi. Keduanya mengangguk dan tersenyum.
Baru tahu aku ada sinopsis Kabut Cinta di blognya anis..
ReplyDeleteJadi inget masa SMP nih pas bacanya,, dulu suka banget sama drama ini gara2 kena sindrome Vicky Zhao,,
Aduh,, Alex Su nya masih imut ya,,,
Aku pikir Romance In the Rain drama apa gituh,, ternyata Kabut Cinta,, hehehe,,
Terusin Nis,, sinopsisnya,, Mau nostalgiaan,,
wahaha... ternyata ada beberapa yang suka. tadinya males buat ngelanjutin tapi nanti aku lanjutin deh...
Deletetolong di lanjutin y, aku suka banget ma kabut cinta ini..
ReplyDelete