Friday 4 May 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 12

Presdir Jin menemui Jang-il dan berkata kalau ia bertemu dengan Sun-woo yang sekarang memiliki nama lain yaitu David Kim. Jang-il sudah tahu, Presdir Jin tak suka Jang-il tak memberi tahunya. Presdir Jin mengatakan kalau Sun-woo sekarang sudah bisa melihat lagi, apa sekarang Jang-il sudah tak ada beban, bukankah Jang-il yang membuat Sun-woo menjadi buta.

Choi Soo-mi di studio lukis meminum anggur sambil menatap lukisan yang baru di keluarkannya dari kardus yang sudah lama ia simpan. Lukisan-lukisan kronologis kejadian pemukulan Jang-il terhadap Sun-woo 15 tahun yang lalu dan lukisannya sangat lengkap setiap adegan Soo-mi lukis tanpa satu pun yang terlewat.
“Lee Jang-il aku ada disana waktu itu,” air mata Soo-mi menetes.

Soo-mi tak ada rencana untuk mempublikasikan lukisan-lukisan ini pada siapapun, tapi sekarang ia berubah pikiran. Ia mengambil satu lukisan dan membungkusnya.
Jang-il berkata kalau Presdir Jin ketika itu sudah membuat kesalahan, sedangkan ayahnya tak bisa menolak perintah. Hal itu membuat ayahnya melakukan kejahatan besar. Presdir Jin tertawa, “Jadi kau mengatakan kalau ayahmu tak bersalah?”

Jang-il : “Aku tak bilang kalau ayahku tak bersalah. Tapi dibandingkan dengan anda... dibandingkan dengan anda...”
“Apa aku berbuat kesalahan seburuk itu? aku akan menemuimu lain kali.” Presdir Jin pamit tapi ia teringat satu hal, “Seandainya saat Lee Young-bae membawa Kyung-pil ke bukit. Bagaimana jika dia masih hidup?” Ia minta Jang-il jangan bicara seperti itu padanya. Jang-il bergidik dan mengerutkan dahinya.

Sun-woo lari pagi, headset terpasang di telinganya. Koon meneleponnya dan memberi tahu kalau pihak kepolisian menelepon.
Polisi tak bisa membuka kembali kasus pembunuhan Kim Kyung-pil karena kurangnya bukti yang mendukung ke arah kasus pembunuhan. Sun-woo sudah menduganya. Koon menanyakan apa langkah selanjutnya. Sun-woo minta jalankan saja sesuai rencana. Koon mengerti ia akan membuat reservasi di restouran. Sun-woo mengedipkan matanya tanda setuju.
Jang-il sarapan bersama ayahnya. Tapi ia tak nafsu makan. Ayahnya menduga kalau Jang-il sibuk dengan pekerjaan karena semalam Jang-il sangat gelisah. Jang-il berbohong kalau semalam ia tidur nyenyak.
Young-bae memberi tahu kalau Soo-mi mengundangnya untuk datang ke studio. Jang-il meminta ayahnya berhenti berhubungan dengan Soo-mi. Tapi Young-bae sudah terlanjur menyukai Soo-mi.

Jang-il : “Apa ayah tahu siapa dia?”
Young-bae : “Dia pelukis. Teman lamamu.”
Jang-il tetap meminta ayahnya tak lagi menghubungi Soo-mi.
Young-bae : “Apa kau akan menolak semua gadis baik-baik dan memilih janda yang memiliki anak? Aku mungkin kuno tapi aku tak akan seperti itu.”

Jang-il menilai kalau ayahnya terlalu mengkhawatirkannya. Kemudian Jang-il teringat ucapan presdir Jin.
Jang-Il : “Ayah apa kau mengatakan Presdir Jin sesuatu yang lain?”
Young-bae tak mengerti, “Memberi tahu apa?”
Belum sempat Jang-il mengatakan pada ayahnya ia mendapat sms dari Sun-woo, “Jang-il ada yang ingin kubicarakan denganmu. Temui aku saat makan siang.”

Dan tibalah saat makan siang di restouran.
Sun-woo menunjukan pada Jang-il petisi yang ia ajukan ke polisi tapi ditolak karena kurangnya bukti. Jang-il membaca petisi yang dibuat Sun-woo. Ia membaca detil, dahinya berkerut. Sun-woo memandangnya sambil memakan roti. Sesekali mata Jang-il memandang Sun-woo.

Sun-woo meminum wine-nya sedang Jang-il minum air putih. Sun-woo menyuruh Jang-il makan roti. Jang-il nurut tapi tangannya gemetar saat mengambil roti. Mata keduanya saling menatap. Jang-il makan roti tapi pikirannya tegang, lain halnya dengan Sun-woo ia tampak menikmati sajian makanannya.
Sun-woo mengatakan kalau itu petisi dan kasusnya akan segera berakhir. Jang-il berkata kalau kasus bunuh diri tak akan ada batas waktunya. Sun-woo meralat ucapan Jang-il kalau itu bukan kasus bunuh diri melainkan pembunuhan. Ia sudah mengajukan gugatan ke polisi tapi karena tak ada bukti dan saksi pihak kepolisian tak bisa memulai penyelidikan.

Jang-il menanyakan apa pihak kepolisian sudah menghubungi Sun-woo. Sun-woo membenarkan ia ingin melakukannya tanpa bantuan Jang-il tapi jadinya malah seperti ini. Ia minta Jang-il membantunya. Jang-il mengatakan kalau ini bukan kewenangannya, ia tak bisa terlibat tapi ia akan meminta tolong pada temannya yang ada di divisi kriminal.
Sun-woo berkata kalau ia sengaja tak memasukkan nama ayaah Jang-il. Ia tak ingin pihak kepolisian mencurigai Jang-il.
“Apa maksudmu?” Tanya Jang-il.
“Malam sebelum ayahku ditemukan di bukit. Dia pergi ke Villa Presdir Jin. Aku mendengar ayahmu bicara di telepon ‘hari itu di villa hanya kau dan aku’.” Jelas Sun-woo. Sun-woo maktu itu yang tengah tidur di kamar di apartemen Jang-il tanpa sengaja mendengar percakapan telepon Lee Young-bae.

Jang-il : “Apa yang kau bicarakan?”
Sun-woo : “Saat aku di apartemenmu dengan mata yang buta aku mendengar ayahmu bicara di ruang tengah.”
Jang-il mencoba tertawa tapi kemudian menahannya.
“Apa kau tak percaya padaku? kau bisa menanyakannya,” sahut Sun-woo.
Jang-il : “Bahkan kalau dia (Kyung-pil) pergi ke Villa Presdir Jin, bukan berarti Presdir Jin yang membunuh ayahmu,”
Sun-woo : “Tentu saja. Aku bisa mengerti kenapa mereka ingin menyembunyikannya. Karena mereka tak mau dicurigai. Ayahku pergi ke villa, satu-satunya saksi adalah ayahmu.”

Jang-il berkata kalau ia akan mengurusnya. Sun-woo tanya bagaimana caranya, ia akan menyerahkan semuanya pada Jang-il. Ia mengandalkan Jang-il. Sun-woo ingat kalau perusahaannya akan mengadakan pesta. Ia mengundang Jang-il agar hadir.
Jang-il akan kembali ke kantor kejaksaan menggunakan mobilnya. Di dalam mobil ia teringat ucapan Sun-woo, “Jang-il kau ingin kuliah atau butuh sesuatu? Aku akan menepati janjiku untuk membiayai kuliahmu. Katakan saja kau butuh sesuatu, aku akan memberikannya.”

Mobil Jang-il berhenti di lampu merah, ia menatap ke jok samping dimana ia meletakkan petisi yang ia terima dari Sun-woo.
Ia memandang geram, “ARGHHHHH....” Jang-il berteriak sekencang-kencangnya untuk melampiaskan emosi sambil memukul kemudi mobil.

Di mobil lain, di mobil Sun-woo. Ia menelepon Koon, ia minta pendapat Koon petisi itu kira-kira akan berakhir dimana. Koon menduga kalau surat petisi itu akan masuk ke tempat sampah Lee Jang-il (dibuang gitu)
Sun-woo sepertinya sependapat ia juga memperkirakan Jang-il akan melakukan itu, “Ok. Lanjutkan langkah berikutnya.”

Di tempat latihan kendo.
Jaksa Shin Joon-ho yang tengah menyelidiki keterlibatan Presdir Jin terhadap kasus suap, berlatih kendo melawan Koon.
Koon memuji Joon-ho sangat hebat. Keduanya saling memuji. Joon-ho bertanya bagaimana Koon bisa bergabung di tempat kendo ini. Koon mengatakan kalau ia memiliki teman seorang jaksa, ia menggunakan koneksi si jaksa untuk bergabung di sana. Joon-ho ingin Koon sering-sering datang agar keduanya sering berlatih.
Ponsel Koon berdering ia menjawabnya seolah kaget, “Apa? Jin No-sik terlibat kasus pembunuhan? (koon mulai memancing reaksi Joon-ho) oh bukan terdakwa hanya gugatan. Siapa yang melaporkannya ke kantor polisi?”
Tentu saja Joon-ho terkejut dan merasa terpancing ingin tahu.
Geum-jool membawakan barang-barang peninggalan ayah Sun-woo. Mesin ketik, globe, dll. Sun-woo memandang sedih mesin ketik ayahnya.

Sun-woo membuka buku catatan kecil milik ayahnya. Geum-jool tanya kapan Sun-woo mengajukan gugatannya, ia berpesan agar Sun-woo hati-hati. Karena dulu Sun-woo kecelakaan ketika akan mengajukan gugatan. Geum-jool masih percaya kalau dulu Sun-woo tergelincir dan jatuh dari tebing.
Sun-woo : “Apa kau pikir aku bisa tergelincir di tempat seperti itu?”
Geum-jool : “Lalu apa?”
Sun-woo tak menjawab ia meminta bantuan Geum-jool untuk men-scan semua buku catatan dan yang lainnya, setelah itu serahkan padanya. Geum-jool masih penasaran apa yang terjadi kalau tak tersandung atau tergelincir.
“Tunggu saja. Aku akan mengingatnya,” sahut Sun-woo.

Geum-jool menanyakan kapan Sun-woo datang ke pameran lukisan Soo-mi. Dia akan kecewa kalau Sun-woo tak datang. Ia menunjukan brosur dan memuji kalau Soo-mi sangat hebat.

Sun-woo membuka tiap lembar gambar lukisan Soo-mi. Geum-jool kembali memuji kalau lukisan yang dibuat Soo-mi terlihat seperti foto padahal itu dilukis menggunakan kuas.
Sun-woo merasa aneh dengan sebuah lukisan, lukisan seorang pemuda yang berjalan di jembatan dekat dengan laut dan tebing. Ia merasa kalau hanya tempat ini yang mencolok dan yang lain seperti foto, Sun-woo menujukan salah satu tempat. Geum-jool berkata kalau tempat itu lokasi Sun-woo kecelakaan.

Sun-woo kembali meneliti gambarnya lebih jelas, ini seperti punggung seseorang sahutnya. (ah kok saya jadi bergidik ya nulisnya) Geum-jool mengatakan kalau itu orang yang berjalan di jembatan. Sun-woo bertanya-tanya kenapa Soo-mi melukis ini.
Soo-mi pergi ke kantor pengiriman paket. Ia mengirim paket lukisan yang ia bungkus. Petugas bertanya apa isi paketnya. Soo-mi menjawab kalau isinya lukisan kanvas. Petugas kembali bertanya apa harus menggunakan paket kilat. Soo-mi menolak paket biasa saja (padahal kalau kilat kan lebih cepat ya) Ia tak peduli mau sampai berapa lama.
Ji-won mengambil uang di ATM tapi terkejut karena saldo tabungannya bertambah. Ji-won langsng menghubungi tempat kerjanya yang baru. Tapatnya menghubungi Koon.

Koon mengatakan kalau Presdirnya (David Kim) mengatakan padanya agar mengirimkan setengah gaji sebagai bonus dan juga Ji-won sudah bisa bekerja minggu depan.
Sun-woo terlihat sibuk. Ia berkata pada Koon kalau mereka akan mulai sibuk, “Kita harus memulainya dari sini pertama kali,”
“Kau pergi ke hotel untuk bertemu Han Ji-won kan?” tanya Koon.
Sun-woo langsung mendelik. Koon langsung mengalihkan pertanyaan, “Apa kau mau teh hijau?”
Sun-woo malah menanyakan hal lain bagaimana dengan kendonya. Koon memuji dirinya aktor yang hebat, ia memancing disaat yang tepat.
Jaksa Joon-ho sibuk dengan dokumen-dokumennya. Jang-il mengajaknya makan siang. Tapi Joon-ho tak bisa ia terlalu sibuk. Ia menyembunyikan dokumennya agar tak terlihat oleh Jang-il.

Jang-il ingin tahu apa Joon-ho tengah membaca sesuatu yang menarik. Joon-ho membenarkan dan Jang-il akan melihatnya.
Malam hari Jang-il masih berada di kantornya, ia membuka laci dan mengambil amplop besar berisi petisi yang diajukan Sun-woo, ia kembali membacanya. Ponselnya berbunyi ia malas mengangkat karena memang yang menghubunginya itu Sun-woo.
Sun-woo mengatakan kalau ia menemukan mesin ketik yang selalu digunakan ayahnya, bisakah itu ia masukan sebagai barang bukti. Jang-il menjawab ya. Sun-woo merasa seperti memakasa Jang-il, apa Jang-il sudah menerima telepon dari teman Jang-il yang jaksa.

Jang-il menjawab tentu saja. Sun-woo ingin tahu siapa namanya. Jang-il tak segera menjawab ia malah bertanya apa Sun-woo tak percaya padanya. Sun-woo beralasan bukannya ia tak percaya ia merasa harus siap terlebih dahulu sebelum jaksa itu menghubunginnya. Jang-il mengatakan kalau nama jaksa itu Shin Jung-min salah satu teman dekatnya, Sun-woo mengerti dan berterima kasih.

Jang-il kembali meletakkan dokumen petisi ke laci meja dan menyelipkannya di bagian paling bawah.
Takut keduluan Sun-woo, Jang-il langsung menghubungi jaksa Shin Jung-min, ia mengajak jaksa Jung-min minum soju di warung tenda. Kedunya mengingat saat mereka sekolah dulu.

Kemudian Jang-il menyampaikan kalau ada laporan yang membuatnya mengalami banyak masalah. Jung-min tanya masalah apa. Jang-il menceritakan kalau teman satu kampung halaman yang ayahnya melakukan bunuh diri saat dia masih remaja. “Kurasa kejadian itu membuatnya aneh. Dia mengira itu pembunuhan bahkan ada surat wasiat dan tidak ada yang mencurigakan.”

Jung-min mengerti pasti itu berat bagi dia untuk menerimanya.
Jang-il juga menceritakan kalau dia terluka dalam kecelakaan. Dia dirawat di rumah sakit bertahun-tahun. Dia kembali setelah sekian lama dan sekarang dia ingin agar ia melakukan penyelidikan ulang.
“Kau harus menolaknya saja,” sahut Jung-min.

Jang-il memelas dan berpura-pura kalau ia tak tega. Ia beralasan kalau ia tumbuh besar bersama, ia tak bisa melakukannya.
“Kau terlalu baik, itu masalahmu,” seru jaksa Jung-min. (ah dasar bohong tuh dia)
Jang-il : “Aku akan bilang padanya kalau aku sudah bicara dengan temanku di bagian kriminal dan aku akan bilang padanya tak ada jalan lain. Jika dia meneleponmu katakan saja padanya kau akan melihat kasusnya dulu.”

Sun-woo menelepon kantor kejaksaan ia ingin bicara dengan jaksa Shin Jung-min.
Sun-woo langsung bertemu dengan jaksa Shin Jung-min, “Apa kau sudah mendapat surat petisi dari jaksa Lee?”

Jaksa Shin Jung-min menjawab ya tapi ia belum membacanya lebih detail. Sun-woo membawa mesin ketik yang akan ia masukan sebagai barang bukti. Mesin ketik ini kehilangan huruf e, Sun-woo berfikir kalau jaksa Shin Jung-min akan membutuhkan barang ini sebagai bukti.

Jaksa Jung-min bertanya Sun-woo bekerja dimana. Sun-woo langsung mengeluarkan kartu namanya dan memberi tahu kalau ia berkerja di perusahaan investasi.
“Apa kau presdirnya?” tanya Jung-min, Sun-woo hanya tersenyum.
Jaksa Shin ke ruangan Jang-il. Ia mengatakan kalau ia baru saja bertemu dengan Kim Sun-woo. Ia bilang pada Sun-woo akan menghubungi Sun-woo kembali. Ia melihat kalau Sun-woo baik-baik saja dia bahkan Presdir sebuah perusahaan. Ia juga ingin melihat surat petisinya. (sepertinya jaksa Shin Jung-min tertarik)
“Aku meninggalkannya di rumah,” kata Jang-il (plak menyebalkan)

Jaksa Jung-min ingin agar Jang-il menyerahkan petisi itu besok, karena Sun-woo teman Jang-il ia ingin membantunya. Jang-il sudah salah perhitungan dengan temannya ini, ternyata jaksa Jung-min tertarik untuk mengurus petisi yang diajukan Sun-woo.

Sebelum Jaksa Shin keluar ruangan Jang-il ingat sesuatu, apa jaksa Shin mendapat laporan bahwa hotel Gangnam ada lintah darat di tempat perjudian ilegal itu dan Jang-il memiliki sumbernya, ia menanyakan kenapa jaksa Shin tak mengambil kasus ini. (Jang-il ingin jaksa shin tak mengambil kasus petisi Sun-woo)
Koon menunjukan dokumen yang harus dilihat Ji-won, itu tentang apakah layak atau tidak untuk berinvestasi, kalau memang layak bagaimana kira-kira keuntungan proyeknya. Ji-won merasa kalau proyek itu sangat menjanjikan. Koon menanyakan pendapat Ji-won, apa menurut Ji-won David Kim akan berinvestasi di warung burger.

Tapat saat itu Sun-woo alias David Kim datang. Sun-woo mengira kalau Ji-won akan kerja hari senin. Ji-won diam Koon yang menjawabnya kalau Ji-won ingin mengetahui lebih lanjut, Koon memuji kalau tingkah laku Ji-won. Sun-woo seolah tak peduli dan itu membuat Ji-won tampak kecewa.
Sun-woo mengatakan kalau pekerjaan pertama Han Ji-won adalah memprsiapkan pesta pendirian perusahaan dan Ji-won bisa melakukan proyek yang disebutkan Koon itu nanti. Ji-won beralasan tak ada salahnya kalau ia belajar lebih dulu.

“Apa sudah kau pikirkan tempat pestanya?” tanya Sun-woo tak menanggapi yang dikatakan Ji-won.
Ji-won mengatakan kalau ia menemukan tempat yang bagus tak jauh dari kantor, ia menawarkan apa Sun-woo ingin melihatnya.
Ji-won menjelaskan ruangan yang akan digunakan untuk pesta pada Sun-woo. Sun-woo diam mendengarkan, Ji-won sedikit canggung ketika ia bertemu pandang dengan Sun-woo.
Dan setiap kali keduanya bertemu pandang Sun-woo hanya bisa mengalihkan pandangannya.
“Kenapa anda menatapku seperti itu?” tanya Ji-won.
“Antingmu hilang sebelah,” Kata Sun-woo (gubrak what wakakaka)

Ji-won langsung memegang kedua telinganya dan ternyata benar antingnya cuma ada satu. Ia langsung melepas anting yang satunya.

Sun-woo memperhatikan penampilan Ji-won dan bertanya apa Ji-won memiliki pakaian untuk acara pesta nanti. Ji-won heran apa ia harus mengenakan gaun.
Sun-woo mengajak Ji-won ke sebuah butik, ia minta Ji-won mengambil satu yang Ji-won suka. Ji-won menolak ia bisa menemukan baju yang pantas di rumah.

“Carikan dia gaun!” Ucap Sun-woo pada pelayan butik. Ji-won merasa kalau ia tak akan nyaman dengan gaunnya. Sun-woo berkata kalau ini untuk pesta perusahaan bukan hadiah untuk Ji-won (ah yang bener hihihi)
Sun-woo menyuruh Ji-won mencoba beberapa pakaian dan dimulailah peragaan busana Ji-won.
Sun-woo tampak tak puas, tak cocok. Ia ingin gaun yang lebih terbuka (wakakaka) Ji-won menahan kesal dan menghela nafas.
Sampai akhirnya Ji-won mengenakan sebuah gaun yang membuatnya terlihat anggun, Sun-woo tampak terpana. Sun-woo gugup dan mengajak Ji-won pindah untuk memilih sepatu.

Jang-il ke hotel tempat Ji-won dulu bekarja. Ia akhirnya tahu kalau Ji-won mengundurkan diri.
Han Ji-won tak percaya Sun-woo membelikan banyak barang untuknya. Ji-won menerima sms dari Jang-il yang mempertanyakan pengunduran diri Ji-won dari hotel apa Ji-won tak bisa mengabarkan itu padanya.

Sun-woo merasa risih dengan bunyi sms Ji-won dan meminta untuk mematikan ponsel. Ia tak mau mendengarnya.

Ji-won menanyakan apa Sun-woo tahu semua tamu yang akan hadir di pesta nanti. Sun-woo berkata kalau sebagian ia mengenalnya dan ada beberapa yang ingin ia kenal.
Ji-won menanyakan siapa Jin No-sik. Sun-woo menjawab kalau ia tahu Jin No-sik tapi tak dekat.
Ji-won : “Bagaimana dengan Lee Jang-il?”
Sun-woo : “Teman SMA,”

Ji-won baru tahu kalau Sun-woo dan Jang-il sudah berteman lama. Ji-won mengingat dimana saat ketiganya bersama di sebuah ruangan ketika ia memainkan gitar. (Ji-won menanyakan ini mungkin karena dia membaca daftar undangannya kali ya)
Ji-won ingin mengetahui lebih jauh lagi, “Hanya teman SMA kan? bukan teman dekat,”
“Aku dulu teman baiknya, dulu sekali.”
Sekertaris Cha melaporkan bahwa sesuai dengan rekomendasi David Kim ia sudah memeriksa sumbernya. Presdir Jin berkata kalau David Kim ternyata lebih licik dari yang sekertarisnya bayangkan. Dia juga bisa menangkal rumor. Tapi sekertaris Cha merasa kalau Presdir Jin terlalu khawatir.

“Aku melihat taring yang tajam di matanya,” ucap Presdir Jin.
“Apa anda tak datang di pesta pendirian Loyal Tree?” tanya Sekertaris Cha.

Tentu saja Presdir Jin akan datang karena itulah alasannya. Ia tak bisa mundur dalam pertempuran. Keduanya berpapasan dengan Yoon-joo. Presdir Jin minta Yoon-joo bicara dengannya.
Sekertaris Cha memperlihatkan foto jaksa Joon-ho. Yoon-joo tak suka karena itu bukan tipenya.
Presdir Jin : “Aku tak menyuruhmu kencan ataupun menikah dengannya,”
Yoon-joo : “Apa yang kau ingin aku lakukan dengannya?”

Sekertaris Cha menjelaskan kalau jaksa Joon-ho masih menyelidiki perusahaan mereka. Yoon-joo kaget ia mengira kalau Jang-il sudah mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Presdir Jin berkata kalau hanya anak kecil yang tak memiliki rencana cadangan. Ia minta maaf karena meminta Yoon-joo melakukan ini.
Karena ini untuk perusahaan Yoon-joo tak masalah. Sekerteris Cha memberi tahu kalau jaksa Joon-ho tahu Yoon-joo itu putri dari pengusaha perusahaan kecil dan mengingatkan jangan pernah menyebut nama Presdir Jin. Tantu saja Yoon-joo tahu itu.

Karena ini urusan bisnis Yoon-joo minta bayaran. Presdir Jin tertawa tentu saja ia akan membayar jasa Yoon-joo.
Sebelum pulang Ji-won menemui Sun-woo dan berkata kalau besok ia akan mengirim undangan-undangannya. Sun-woo hanya menjawab terima kasih. Ji-won pun pamit pulang sambil membawa barang-barang belanjaannya.
Ruangan Sun-woo remang-remang, ia berdiri di tepi jendela dan mengambil sebuah buku. The Old Man and The Sea.
Ji-won kembali lagi dan berdiri di depan pintu menatap Sun-woo yang tengah melihat sampul depan sebuah buku, ia tak jadi masuk. Ia mengintip dari luar. Sun-woo menghadap ke jendela.
Suara Sun-woo, “Karena kau tak bersamaku, aku terluka. Karena aku merindukanmu angin bertiup ke arahku. Karena aku merindukanmu, air bergelombang.”
Ji-won segera pergi, Sun-woo berbalik menatap pintu. Ia tahu kalau Ji-won tadi melihatnya.

Sun-woo melakukan rekaman audio novel melanjutkan cerita tadi.
“Apa kau pernah terluka karena merindukan seseorang? Ketika orang yang kau rindukan tak bersamamu lagi, kau ingin tahu apa dia ada di tempat yang aneh. Aku ingin dekat denganmu. Aku berdiri di kegelapan dan berlari.”
Sun-woo ke studio lukis Soo-mi. Ia ingin memberi Soo-mi kejutan. Ia membawa tongkatnya dan akan berpura-pura masih buta. Ia berdiri tepat di depan lukisan jembatan itu.

Soo-mi dan Geum-jool tiba, Sun-woo berbalik badan dan memperlihatkan mimik wajah dengan mata ketika ia masih buta. Geum-jool menutup mulut menahan tawa.

Soo-mi tak percaya kalau ia bertemu Sun-woo lagi. Ia langsung memeluknya. Ia memuji Sun-woo sekarang terlihat hebat dan berterima kasih karena sudah datang ke tempatnya.
Sun-woo meminta Soo-mi menjelaskan padanya lukisan yang ia tunjuk, lukisan pria di jembatan. Soo-mi berkata kalau itu lukisan tebing yang ada di kampung halaman mereka. “Aku melukis pemandangan yang kulihat saat cuaca cerah.”

Sun-woo berkata kalau Geum-jool bilang ada seseorang disana. Soo-mi membenarkan hanya seseorang yang sedang menyebrang jembatan. Sun-woo ingin tahu kapan Soo-mi melukisnya. Soo-mi tak ingin bicara lebih jauh lagi dan berkata kalau lukisan itu tak ada artinya hanya sebuah pemandangan saja.

Sun-woo langsung merapikan tongkatnya dan menatap Soo-mi, “Kau cantik Choi Soo-mi.” Sun-woo tersenyum. Soo-mi bingung, Geum-jool minta maaf karena Sun-woo ingin membuat kejutan untuk Soo-mi.
Soo-mi memandang kesal Geum-jool dan tanpa ba bi bu ia langsung menendang kaki Geum-jool hingga membuat Geum-jool meringis kesakitan. Ia kesal sekaligus senang karena Sun-woo sudah bisa melihat kembali, ia kembali memeluk Sun-woo.
Sun-woo pun makan malam bersama Choi Kwang-chun dan juga Soo-mi. Kwang-chun berkata kalau ia selalu memimpikan Sun-woo dan ia pun memeluknya.

Sun-woo ingat ucapan yang pernah Kwang-chun katakan padanya, “Kau pernah bilang padaku. Hanya karena aku tak bisa melakukannya sekarang bukan berarti aku tak bisa melakukan selamanya.” Kwang-chun memuji kalau dirinya orang hebat.

Soo-mi menanyakan apa Sun-woo sudah bertemu Jang-il. Sun-woo menjawab ya dan Jang-il sangat terkejut. Soo-mi memadang Sun-woo dengan kekhawatirannya, ia mengingat ketika dirinya berhasil membaca tulisan Braille Sun-woo. “Yang terakhir kulihat di dunia ini adalah Lee Jang-il.” Itulah yang ditulis Sun-woo.
Sun-woo berkata kalau ia sudah memasukkan petisi kasus kematian ayahnya. Ia menuliskan nama Kwang-chun, jadi kemungkinan pihak kepolisian akan memanggil Kwang-chun. Tapi itu membuat Kwang-chun menolak karena ia sendiri hidup dengan nama samaran. Sun-woo tak bisa memaksanya menggunakan nama palsu. Ia menolak melakukannya.

Sun-woo juga berkata kalau kemungkinan kepolisian juga memanggil Soo-mi. Soo-mi tanya apa yang harus ia katakan nanti. Sun-woo berfikir kalau mereka tak akan banyak bertanya paling menanyakan apakah Soo-mi kenal ayahnya. Soo-mi mengerti ia akan melakukannya.

Kwang-chun mempertanyakan kenapa Sun-woo mengungkit masalah itu lagi, bukankah itu masa lalu. Tapi bagi Sun-woo itu tak pernah menjadi masa lalu.
Pegawai Jang-il memberikan paket yang baru datang, ia menduga kalau paket itu dari penggemar Jang-il lagi. Jang-il menebak isinya pasti coklat dan memberikannya pada si pegawai. Pegawainya bilang tinggalkan saja disitu nanti ia akan memakannya. Jang-il juga mendapat undangan pesta dari Loyal Tree.
Hari pesta pun tiba. Sun-woo sibuk menyapa dan menyalami tamu-tamunya.
Presdir Jin pun datang bersama istrinya, Ma Hee-jung dan Park Yoon-joo tentunya. Ma Hee-jung memuji kalau ia banyak mendengar tentang David Kim dari Yoon-joo, “Apa kau belum menikah? Bagaimana pendapatmu tentang Yoon-joo?” Yoon-joo jadi tak enak hati dan segera menarik ibunya untuk menjauh.

Tinggalah Sun-woo berdua dengan Presdir Jin. Presdir Jin tak mengira kalau Sun-woo memiliki banyak koneksi yang hebat. Sun-woo menanyakan apa Presdir Jin sudah memutuskan tentang rencana investasinya. Presdir Jin bilang kalau ia belum memutuskan karena ia belum tahu banyak tentang bisnis ini jadi ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempertimbangkannya.

Sun-woo berkata kalau seandainya yang membuat keputusan itu dirinya ia akan mengambil investasi itu dan berani bertaruh tapi semua keputusan ada di tangan Presdir Jin jadi itu terserah.
Sun-woo menghampiri Soo-mi dan Geum-jool. Ia berterima kasih sahabatnya mau datang. Sun-woo memuji Geum-jool terlihat lebih baik mengenakan setelan jas. Geum-jool senang dan berkata kalau ia harus menyimpan dan memakai setelannya lagi saat pernikahannya nanti. Soo-mi mengucapkan selamat pada Sun-woo ia sendiri masih tak percaya.
Tepat saat itu Jang-il datang. Jang-il memasang wajah tak suka karena melihat Soo-mi. Setelah bertemu pandang beberapa saat Soo-mi segera berlalu. Geum-jool mengikutinya. Soo-mi mengahmpiri Koon dan mengatakan kalau ia teman Sun-woo.
Sun-woo berterima kasih karena Jang-il bersedia datang. Jang-il melihat kalau Presdir Jin juga datang. Jang-il berusaha tersenyum pada keluarga Presdir Jin.

Koon menanyakan bukankah Soo-mi dulu teman SMA, apa Sun-woo dan Jang-il dulu begitu dekat. Soo-mi membenarkan kalau Sun-woo dan Jang-il sangat dekat.

Jang-il minta maaf karena ayahnya tak bisa datang, Sun-woo mentitipkan salam padanya.
Sun-woo melihat Han Ji-won mengenakan gaun yang mereka beli di butik kemarin, Ji-won mendekat ke arah mereka berdua. Jang-il menatap heran kenapa Ji-won ada di pesta Sun-woo, “Jin-won apa yang kau lakukan disini?”
“Ini adalah pesta perusahaanku,” sahut Ji-won.
“Apa kau bekerja disini sekarang?” tanya Jang-il.

Ji-won menjawab ya. Sun-woo menanyakan bagaimana Jang-il dan Ji-won bisa saling mengenal. Ji-won mengatakan kalau Jang-il itu teman kuliahnya. Koon memberi tahu Sun-woo kalau ada tamu yang harus ditemui. Sun-woo mengerti dan membiarkan Ji-won dan Jang-il reunian.

Melihat Ji-won, Geum-jool langsung berseru pada Soo-mi kalau wanita itu yang dia lihat di pusat rehabilitasi. Soo-mi membenarkan.
Ji-won menanyakan kenapa Jang-il dulu berpura-pura tak mengenal Sun-woo ketika di depannya karena Sun-woo mengatakan padanya Jang-il dan Sun-woo sangat dekat.

Jang-il : “Dulu dia buta. Bagaimana perasaannya jika teman dekatnya jatuh cinta pada gadis yang disukainya? Itulah sebabnya aku tak mengatakannya padamu.”

Jang-il menanyakan apa Ji-won mendapatkan pekerjaan dari koneksi Sun-woo. Ji-won berkata tidak karena Sun-woo tak tahu dirinya, “Dia tidak pernah melihat wajahku. Itu juga sudah lama sekali. Dia hanya atasanku sekarang.”

Ji-won menatap Sun-woo yang tengah sibuk menyalami tamu undangan.
Ji-won melihat di sana ada Presdir Jin, ia menghampiri dan mengucapkan terima kasih sudah datang. Ji-won mengenalkan diri sebagai salah satu pegawai perusahaan Sun-woo. Yoon-joo menilai pasti perusahaan memilih Ji-won karena penampilan.

Ma Hee-jung melihat ke arah Koon dan berkata kalau dia juga bekerja di perusahaan Sun-woo jadi pendapat Yoon-joo tidak berlaku.
“Dia tampan,” kata Yoon-joo.
“Apa kau menyukainya?” Ma Hee-jung tak percaya dan segera menarik Yoon-joo untuk berkenalan dengan Koon.

Ji-won dan Presdir Jin terlibat perbincangan sesaat. Presdir Jin menanyakan apa perusahaahn Sun-woo akan berinvestasi di perusahaan pertambangan yang ada di Australia.” Ji-won merasa itu tidak akan.
Soo-mi menanyakan pada Sun-woo bagaimana Sun-woo bisa bertemu dengan Ji-won lagi. “Kau mungkin tidak tahu wajahnya tapi itu dia. Dia suka relawan,” sambung Geum-jool. Sun-woo berkata dingin kalau selama ia buta, ia bertemu dengan banyak sukarelawan.

Soo-mi : “Orang yang kau temui saat kau tinggal di apartemen Jang-il. Orang yang kau sukai.”
Sun-woo : “Aku menyukai banyak gadis.”
Dan Ji-won mendengarkan apa yang dikatakan Sun-woo. Ia tampak kecewa.
Presdir Jin melihat tamu undangan yang hadir dan pandangan matanya tertuju pada satu arah. Ia melihat seseorang yang dikenalnya, Moon Tae-joo. Keduanya bertemu pandang. Tapi Tae-joo segera berlalu dari sana.
Presdir Jin mengejarnya tapi Tae-joo menyelinap cepat. Ia kehilangan jejak Tae-joo, “Di mana kau Moon Tae-joo. Keluarlah!”
Presdir Jin kembali ke pesta matanya masih mencari sosok Moon Tae-joo tapi tak menemukannya. Ia pun menghampiri Koon dan bertanya apa Koon mengirim undangan pada Moon Tae-joo, karena dulunya Moon Tae-joo berbisnis di pertambangan. Koon menjawab kalau sepengetahuannya nama itu tak ada dalam daftar tamu.
Jang-il memberi tahu Sun-woo tentang temannya yang ada di bagian divisi kriminal. Menurut temannya petisi yang disampaikan Sun-woo itu agak rumit dan juga temannya sibuk dengan kasus perjudian ilegal. Sun-woo merasa jika menggunakan koneksi Jang-il saja tak bisa ia mengira memang bukan waktunya.

Jang-il minta maaf dan minta Sun-woo menunggu sampai kasus temannya selesai. Sun-woo menebak bukankah menangani kasus seperti itu memerlukan waktu sekitar 3-4 bulan dan itu akan melewati batas waktu yang ditetapkan untuk kasus ayahnya.
Jang-il : “Sun-woo, ayahmu bunuh diri.”
Sun-woo : “Disana tak ada kesepakatan kan?”
Jang-il tak mengerti, “Kesepakatan apa?”
Sun-woo : “Untuk tidak mengatakan ayahku pergi ke villa Tuan Jin. Dia akan memberimu beasiswa, bukan investasi tapi kesepakatan.”

Keduanya saling menatap tajam, “Apa yang kau katakan?” ucap Jang-il.
Sun-woo : “Aku hanya bertanya-tanya apa ada kesepakatan untuk menyembunyikan rahasia yang lebih besar. Kesepakatan untuk membuat seperti bunuh diri bukan pembunuhan.”
Jang-il langsung mencengkeram kerah baju Sun-woo dan langsung memukul secepat kilat membuat Sun-woo jatuh tersungkur.
Semua tamu terkejut, “Presdir Kim apa kau tak apa-apa?” tanya Ji-won. Sun-woo berkata kalau ia baik-baik saja dan menilai Jang-il tengah mabuk. Presdir Jin heran bagaimana dia bisa memukul Sun-woo.

Bukannya pulang ke rumah, Jang-il malah ke kantornya. Ia membaca pesan yang ditinggalkan pegawainya yang menyebutkan kalau paket itu bukan coklat tapi sebuah karya seni dan itu mirip Jang-il.
Jang-il penasaran dan membukanya. Betapa tercenganya ia ketika melihat lukisan yang ia terima, itu gambar dirinya ketika memukul Sun-woo.
Keesokan harinya Jang-il memberanikan diri menemui Soo-mi di studio lukis.
Di sana ternyata sudah ada ayahnya yang tengah melihat-lihat lukisan Soo-mi. Young-bae kagum Soo-mi begitu pandai melukis. Soo-mi berkata kalau hanya itu keahliannya. Young-bae menanyakan pekerjaan orang tua Soo-mi. Soo-mi terdiam tak tahu harus mengatakan apa tapi beruntung karena ponselnya berdering dan itu dari Jang-il.

Jang-il menanyakan apa Soo-mi ada di studio karena ia sekarang sudah ada disana. Young-bae penasaran apa itu telepon dari Jang-il, Soo-mi membenarkan.

Jang-il terkejut melihat ayahnya ada disana. Melihat putranya datang tentu saja ia senang dan segera pamit. “Apa kau membolos kerja untuk kencan?” Bisik Young-bae membuat Jang-il tak suka mendengarnya.
Soo-mi membuatkan kopi untuk Jang-il, sesekali ia melirik ke arah Jang-il dan tersenyum sinis.
Jang-il menanyakan lukisan yang Soo-mi kirimkan padanya. Soo-mi beralasan kalau Jang-il lah yang membuatnya ingin memberikan lukisan itu. Jang-il ingin tahu kenapa Soo-mi melukis seperti itu. Soo-mi minta maaf ia seharusnya menunjukan pada orang lain yang di lukisan itu (Sun-woo kah)

Jang-il mencibir, “Kau... lintah.”
Mendengar ejekan Jang-il, Soo-mi langsung mengangkat wajahnya. “Apa kau tak menyukai hadiahnya? kalau begitu pilih lukisan yang lain.”
Soo-mi membuka tirai dan disana lah lukisan lengkapnya berada.
Jang-il bergidik melihatnya. Semuanya persis seperti kejadian waktu itu lengkap tanpa ada yang terlawat satu pun.
“Aku.... ada disana hari itu, aku melukis apa yang aku lihat.”

Flash Back
Soo-mi mencari inspirasi dengan melukis di tepi tebing. Tapi entah perasaannya sedang tak bersahabat, ia pun memutuskan untuk pulang.

Di tengah jalan langkahnya terhenti, ia melihat Jang-il tengah berlutut di depan Sun-woo. Sun-woo meninggalkan Jang-il yang masih berlutut, Soo-mi mendekat tapi ia terkejut karena Jang-il secepat kilat memukul kepala Sun-woo dengan kayu.
Soo-mi berusaha mendekat agar lebih jelas melihat, ia sembunyi di balik batu melihat semuanya. Jang-il menyeret tubuh Sun-woo dan menjatuhkahnnya ke laut.

Air mata Soo-mi menetes melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri. Ia seakan ingin berteriak tapi ia menutup mulutnya. Ia tak menyangka Jang-il tega melakukannya.
Flash Back End
Jang-il masih berdiri terpaku melihat lukisan-lukisan yang ditunjukan Soo-mi. Soo-mi mengatakan kalau ia mulai melukisnya sejak hari itu. Jang-il tanya kenapa. Soo-mi menjawab kalau ia hanya ingin melukis apa yang ia lihat.

Jang-il menanyakan kenapa Soo-mi tak menunjukannya pada Sun-woo. Soo-mi berkata kalau dulu Sun-woo koma dan setelah sadar dia buta. Jang-il berkata kalau Soo-mi bisa menunjukkan lukisan itu pada Sun-woo sekarang. Soo-mi mengatakan mungkin saja Sun-woo sudah tahu tapi kalau Jang-il memaksa ia akan mengirimkan sisa lukisannya pada Sun-woo.

Jang-il : “Apa kau sangat menginginkanku? Apa kau akan mengancamku dengan lukisan itu? apa kau akan menggunakan ini untuk mendapatkanku?”
Soo-mi : “Kau gila. Kau pikir kau siapa? Aku bersalah pada Sun-woo. Aku seharusnya sudah pergi ke kantor polisi hari itu. Kau pasti mengalami waktu yang sulit. Kau ketakutan dan merasa bersalah.”
Jang-il : “Kenapa kau tak pergi?” (ke kantor polisi)
Soo-mi diam menatap Jang-il.
Jang-il membentak, “KENAPA KAU TAK PERGI?”
Mata Soo-mi berkaca-kaca, “Karena aku merasa kasihan padamu. Kau pasti memiliki alasan kenapa kau menyerang teman baikmu.”
Jang-il : “Kau sudah gila karena menginginkanku.”
Soo-mi : “Bukankah kau yang gila? Kenapa kau menyerang Sun-woo? Kenapa kau mencoba membunuhnya? Dia teman baikmu. Bagaimana bisa kau melakukannya? Sun-woo melakukan banyak hal untukmu.....”
“DIAAAAAMMMMM......” teriak Jang-il amarahnya memuncak. “Semua bohong.”
“Apa kau tahu Sun-woo mengajukan gugatan. Kalau mereka memulai penyelidikan lagi aku akan mengatakan padanya. 15 tahun yang lalu saat Sun-woo mengajukan petisi (gugatan) kau memukulnya dari belakang. Kau memukulnya lalu menjatuhkannya dari tebing. Aku akan mengatakan pada semuanya.”

“LAKUKAN SAJA. LAKUKAN SESUKAMU.” Jang-il kembali membentak. Ia langsung pergi meninggalkan Soo-mi sendirian dengan langkah terhuyung-huyung.
Soo-mi menangis berjalan lemas mendekat ke lukisan berwajah Jang-il yang tengah menangis, ia menyentuh lembut lukisannya. “Kau bilang kau akan menyesalinya kan? Baik. Kau akan menyesalinya.”

13 comments:

  1. akhirnya soo mi menunjukkan lukisannya..yeay...
    tapi kok ga ke sun woo aja yaaa...huft

    ReplyDelete
  2. waw menakutkan...

    ReplyDelete
  3. klo lgsg ke sun woo dramanya lgsg selesai....

    ReplyDelete
  4. iya yaa...lha geregetan dong jadinya.. aarghhh begitulah drama..

    ReplyDelete
  5. Terbukalah aib Jang Il satu-persatu. Pasti Sun Woo ingin menyiksa Jang Il perlahan-lahan. Kalau secara langsung keenakan bukan??

    ReplyDelete
  6. soo mii soomi kenapa sech masih terobsesi dgn jang il ?? kayak g ada pria lain.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahah nev makanya kenalin dia cowo. biar ,matanya melek.. sebel banget liat jang il disini

      Delete
    2. jaksa-jaksa temannya jang-il boleh juga tuh tapi bukan buat Soo-mi, buat aku hahaha #gubrak....

      Delete
    3. apni>> aq bingung mau ngenalin yang mana??soalnya kayake g da yg cocok bwt soomi, apa tae mu wae yoo wkwkwkwkw

      anis>. mb anis..klo jaksa shin joo ho, keker tucchh.....dilempar langsung bisa jauh diri
      klo yg jung min,,,,,eehhm gimana ya, tetep jang il yang paling cakep wkwkwkwk

      Delete
  7. mbak,,,, anis,,, blom mau baca akh,,,, nnton dulu,, mbak,,,,,
    ujiannya baru beres nih mbak,, sepertinya aq akan memulai nonton drama ini,,,,, menggoda dramanya,,,, :)

    ReplyDelete
  8. kok ga ad lanjutannya ud 5 hari nich.

    ReplyDelete
  9. Sejahat apa pun Jang il, Aku tetap cinta ama jang il...soalnya cuma dia yang paling cakep diantara para pemain :P ...mungkin hanya aku n soo-mi yang tau mengapa hati ini tetap tak bisa berpaling dari jang il...hahhhaha

    ReplyDelete
  10. knapa soo mi g ngadu sih...ke kantor polisi...apamungkin karna cintanya?aghh...kejam juga soomi..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.