Wednesday 30 May 2012

Sinopsis The Equator Man Episode 18

Sinopsis The Equator Man Episode 18
Jang-il berlutut memohon supaya Sun-woo tak ke kantor polisi. Sun-woo melakukan hal yang sama. Ia berlutut seperti yang dilakukan Jang-il dulu.
“Aku yang telah membunuh ayahmu. Katakan saja kalau ayahmu meninggal karena kesalahanku. Jangan melapor ke polisi!”

“Setelah ini apa ya?” Sun-woo pura-pura berfikir. Jang-il berbalik badan seperti Sun-woo dulu berbalik badan tak peduli permohonan Jang-il. Seperti yang dilakukan Jang-il dulu Sun-woo berjalan perlahan mendekat ke arah Jang-il sambil membawa kayu.

Buk... Kalau Jang-il dulu memukul Sun-woo tepat di kepala bagian belakang. Sedangkan kali ini Sun-woo memukul Jang-il hanya di punggung. Jang-il terduduk dan berbalik menatap Sun-woo. Seperti dulu Sun-woo berusaha melihat setelah dipukul oleh Jang-il. Dan buk... Sun-woo memukulnya sekali lagi.

Sun-woo meraih kerah baju Jang-il dan menyeret hingga ke tepi atap. Sun-woo menahan tubuh Jang-il. Soo-mi, Yoon-joo dan Geum-jool menggedor pintu.

Sun-woo tanya setelah ini apa. “Kau akan jatuh dari sini, kau akan menjadi buta dan datang padaku. Kau mau aku mendorongmu atau kau akan melompat?”
Jang-il menatap Sun-woo dengan tatapan lemah, “Sun-woo. Aku seharusnya memukulmu lebih keras dan membunuhmu saat itu juga.” Setelah mengatakan itu Jang-il tersenyum licik dan itu membuat Sun-woo makin emosi.
Sun-woo dengan sigap mengangkat tubuh Jang-il untuk melewati pagar pembatas atap. Ia seakan-akan siap menjatuhkan Jang-il dari sana. Jang-il hanya tersenyum remeh seakan tahu kalau Sun-woo tak akan menjatuhkannya begitu saja.

“Apa yang kalian lakukan?” teriak Yoon-joo tiba-tiba sudah berada disana. Soo-mi jelas kaget melihatnya.
Jin No-sik ingin perusahaannya (Jinseung grup) yang mendapatkan hak atas pertambangan di Indonesia. Tapi Sekertaris Cha menyarankan sebaiknya Presdir Jin tak perlu melangkah terlalu jauh. Ia merasa curiga dan akan segera menyelidikinya. Namun Jin No-sik bersikeras karena menurutnya seorang pebisnis sejati harus membuat taruhan dengan keberanian disaat krisis. Ia selalu melakukan ini dan tentu saja selalu menang, ia yakin akan mendapatkan hak atas pertambangan itu.

Sekertaris Cha meminta Jin No-sik agar mempertimbangkan kembali rencananya. Tapi keputusan Jin No-sik sudah bulat dan berkata kalau ini adalah kunci untuk seseorang yang sudah mengambil uangnya. Ia harus mematahkan lehernya dan mengambil semuanya kembali. Kalau mereka tak membantunya kita semua harus mati bersama.
Jin No-sik menemui rekan bisnisnya, ia mengancam dengan foto-foto yang didapatnya. Tapi Jin No-sik berkata kalau ini bukan ancaman. Ia hanya ingin rekannya ini membantunya. Ia berjanji kalau ia bisa mendapatkan hak atas pertambangan itu ia akan membayar kembali.
Sun-woo masih diatap gedung ditemani Soo-mi dengan pemandangan langit sore yang indah. Soo-mi menanyakan apa yang Sun-woo lakukan tadi. Sun-woo merasa Soo-mi sungguh beruntung. Berbohong di depan jaksa dan menyaksikan pembunuhan bukankah tindakan melawan hukum. Soo-mi minta maaf. Sun woo meminta Soo-mi mengatakan semuanya pada mereka katakan kalau Jang-il berusaha membunuhnya dan juga lukisan yang dibuat Soo-mi itu kenyataan.

Soo-mi tanya apa yang ia akan dapatkan setelah itu. Sun-woo berkata kalau Soo-mi tak akan mendapatkan apapun. Apa Soo-mi pikir Soo-mi pantas mendapatkan imbalan.
“Apa kau tak bisa memaafkan Jang-il?” tanya Soo-mi.
“Lompatlah!” perintah Sun-woo.
“Apa?”
“Lompatlah dari sini, aku akan melukisnya untukmu!”
“Kau pasti melakukan hal yang sama pada Jang-il.”
“Apa kau tak bisa melakukannya? Kalau begitu berikan tanganmu, aku akan mematahkannya. Jadi kau tak bisa melukis lagi.”

Soo-mi sepertinya mulai ketakutan ketika Sun-woo mengambil kayu.

Sun-woo : “Aku seharusnya dulu menghentikan keteledoranmu. Kau bahkan melukis untukku, karena kau semuanya menjadi lebih ringan untukku. Kau sudah menyelesaikan banyak hal untukku. Aku sudah menjatuhkan Jang-il. Aku mematahkan sayapnya. Walaupun itu bukan yang kau inginkan.”

Sun-woo meninggalkan Soo-mi seorang diri. Soo-mi menangis, Sun-woo mendengar tangisnya tapi itu malah membuatnya mencengkeram kayu yang dibawanya.
Sun-woo mendengarkan musik sambil menikmati minumannya. Koon tersenyum melihat rekaman Sun-woo, Jang-il dan Soo-mi ketika membuat reka ulang adegan pemukulan. Ketiganya memasang senyum palsu selama proses pembuatan foto. Dan tentu saja ekspresi yang paling menyebalkan ekspresinya Jang-il. Senyum sikap meremahkannya itu tak pernah hilang. Koon mellihat kalau Jang-il itu seorang aktor, lihat saja wajahnya
Sun-woo mematikan tayangan rekamannya. Ia berandai-andai kalau saja ia meninggal ketika itu mungkin Jang-il akan hidup lebih baik. Tapi itu sangat disayangkan tak terjadi.

Koon mengatakan kalau media internet ramai mencari siapa itu Lee Jang xxx yang bekerja di hukum. Tapi mereka semua tak bisa mencari lebih detail karena mereka tak tahu berapa usia pelakunya.

Bahkan kepala kantor menelepon Koon untuk menanyakan apakah itu benar dan ia membenarkan. Ia mengatakan kepala kantor bisa mencari datanya di rumah sakit dan catatan orang buta dan dia menawarkan akan melakukan penyelidikan terbuka. Sun-woo menilai kalau mereka sudah mengambil umpannya. Tapi Koon sedikit khawatir kalau mereka akan menemukannya karena pameran lukisan karena itu merupakan sedikit petunjuk.
Ji-won datang dan meminta minuman. Ia langsung meneguknya sampai habis. Sun-woo memandangnya heran. Koon menawarkan Ji-won bisa mengatakan padanya kalau mau minum diluar.
Ji-won berkata kalau ia melihat gambar Jang-il di internet. Koon dengan sikap cerewetanya mengatakan kalau Jang-il itu jaksa selebiritis jadi gambarnya ada dimana-mana bahkan muncul di TV.

Ji-won : “Kalau aku jadi kau aku akan meminta penyelidikan resmi.”
Sun-woo diam, yang menjawab malah Koon kalau perusahaan TV pengacara akan melakukan penyelidikan secara terbuka.

Sun-woo berkata Ji-won jangan lagi mengatakan seandainya Ji-won itu dirinya kecuali Ji-won sudah menempatkan diri pada posisinya. Sun-woo berlalu Ji-won mengejarnya, Koon hanya bengong menatap keduanya.
Ji-won minta maaf karena sudah membuat Sun-woo kesal dengan perkataannya tadi.
Sun-woo : “Kalau kau ingin menghentikanku lebih baik menyerah saja. Karena aku akan melanjutkannya sampai sakhir,”
Ji-won : “Lalu akhirnya apa?”
Sun-woo : “Dimana tak ada harapan, itulah akhir. Aku ingin mengirim mereka semua kesana. Mereka sudah mengirimku sampai kesana.”
Ji-won : “Akhir itu dimana kita bertemu.”
Sun-woo : “Akan lebih baik kalau kita bertemu ditempat lain.”
Pandangan mata Sun-woo kabur, ia tak bisa melihat dengan jelas botol minuman di depannya. Ia berusaha menggapainya tapi tak berhasil meraihnya. Ji-won memperhatikan dan tahu kalau mata Sun-woo kembali bermasalah. Ia menawarkan akan mengambilkan minuman untuk Sun-woo. Tapi Sun-woo menolak ia akan istirahat saja.
Sun-woo bertemu dengan staf acara TV show kemarin. Staf TV menanyakan apakah yang Sun-woo sampaikan di TV show itu benar. Sun-woo malah berkata untuk apa dia berbohong. Staf TV kembali bertanya siapa nama teman Sun-woo itu. Sun-woo mengatakan staf TV lebih baik mencari tahu selama penyelidikan terbuka nanti.

Staf TV berusaha menebak-nebak nama yang disampaikan Sun-woo antara Lee Jang xxx atau Lee Kang xxx. Sun-woo beralasan kalau ia tak yakin dengan ingatannya jadi ia memutus telaponnnya. Sementara saat ini ia tengah menunggu telepon permintaan maaf itu pun kalau dia menonton acaranya (haha jelas menontonlah. Bukan hanya menonton tapi ikut berpartisipasi ke acara itu)

Jang-il menerima telepon dari staf TV. Staf TV mengira kalau orang yang dimaksud Sun-woo adalah Lee Jang-il. Jang-il berkelit kalau itu tak masuk akal. “Kau bilang catatan rumah sakit. Dia jatuh dari tebing dan tak sadarkan diri lebih dari satu tahun. Ingatannya tak dapat diandalkan, dia bisa mengarang masa lalu yang salah saat dia melihat lukisan. Saat itu aku masuk ke sekolah hukum dan penuh harapan. Kenapa aku mencoba membunuh temanku?”

Sun-woo menginginkan agar Lee Jang-il yang menangani kasus ini seandainya kasus ini dilaksanakan penyelidikan terbuka. Sun-woo akan pergi tapi ia teringat sesuatu. “Oh ya jika dibandingkan kenyataan temanku memukulku dari belakang, apa kau sungguh tak mau tahu sebabnya? Akan lebih menyenangkan untuk mencari tahu kenapa dia mencoba membunuh temannya,”
“Apa orang dalam lukisan itu?” tanya staf TV.
“Kita akan mencari tahu dalam penyelidikan terbuka.” Ucap Sun-woo.
Penyelidikan terbuka sudah dibuka secara online. Koon mengeceknya di internet. Koon berpendapat kalau ini hanya masalah waktu sebelum Lee Jang-il benar-benar kehilangan pekerjaannya dan akan buruk kalau Jang-il mencoba untuk bertahan. Geum-jool mendesah kenapa Jang-il tak berlutut saja dan minta maaf.
Lee Young-bae bertemu dengan Sun-woo. Ia ingin bertemu dengan Choi Kwang-chun. Sun-woo tanya untuk apa. Lee Young-bae mengatakan kalau Kwang-chun sudah salah menilainya ia ingin mengatakan kalau yang Kwang-chun katakan pada Sun-woo itu semuanya tidak benar.

Sun-woo menyarankan Young-bae bisa mengatakan itu dengan datang ke kantornya tapi Young-bae ingin bertemu berdua saja dengan Kwang-chun. Sun-woo pun memberikan nomor telepon Choi Kwang-chun. Tapi menurut Lee Young-bae, Kwang-chun tak akan datang kalau ia yang menelepon. Ia minta Sun-woo yang mengatakannya kalau ia ingin bertemu, Sun-woo mengerti.

Sekali lagi Lee Young-bae minta maaf. Ia hanya mengikuti apa yang diperintahkan Jin No-sik padanya dan anggap saja ia yang memukul Sun-woo dari belakang.

“Bagaimana dengan lukisan Soo-mi?”
“Itu hanya imajinasinya,” sahut Young-bae.
“Paman tahu kalau Jang-il sekarang terpojok kan?”
“Aku akan menanggung semua kesalahanku, aku yang memukulmu dari belakang.”
“Paman sungguh kejam.”

Sebelum pergi ada hal lain yang ingin Lee Young-bae sampaikan pada Sun-woo. Kira-kira apa yang disampaikannya.
Choi Kwang-chun mendatangi peramal. Karena kehidupannya menyedihkan ia ingin semuanya kembali baik-baik saja (masa datang ke peramal ya) Kwang-chun memlilih 3 kartu. Semua kartu menunjukan hal baik, ia pun tersenyum kegirangan.

Kwang-chun mendapat panggilan telepon dari Sun-woo. Sun-woo ingin agar dirinya menemui Sun-woo malam ini. Ia tanya untuk apa lagi karena ia tak mau kalau harus menemui orang itu lagi. Sun-woo berpesan agar Kwang-chun menemui orang itu di dekat sungai Han.
Sun-woo mengingat ucapan Lee Young-bae yang didengar ketika Jin No-sik dan ayahnya bertengkar, “Saat itu aku mendengar ayahmu bertengkar dengan Jin No-sik. Anak tunangannya masih hiudp itu anak Tae-joo. mereka merebutkan sesuatu,”

Sun-woo pun jadi teringat malam terakhir ia bersama ayahnya. Ayahnya ingin Sun-woo menemuinya dan keduanya akan bertemu dengan seseorang yang penting. Orang itu nantinya yang akan mengurus Sun-woo.
Suara Lee Young-bae : “Aku rasa ayahmu pergi kesana untuk meminta dia mengurusmu.
Ternyata itu yang disampaikan Lee Young-bae.
Jaksa Joon-ho memutar rekaman percakapan antara Jin No-sik dengan Choi Kwang-chun. Jang-il masuk ke ruangan. Ia jelas terkejut mendengar rekaman itu. Setelah mendengar rekaman itu Joon-ho ingin memulai kasus ini dari awal lagi.

Jang-il menutupi dengan mencoba bersikap seolah tak peduli tapi Joon-ho yang sekarang lain. Sekarang ia bukan lagi teman Jang-il. Ia sekarang adalah jaksa.

Joon-ho mengatakan kalau ia sudah membaca berita di internet dan ia merasa kalau ia juga perlu menyelidiki Jang-il untuk kasus percobaan pembunuhan terhadap Kim Sun- woo. Jang-il menilai kalau Joon-ho itu iri padanya.
Joon-ho : “Apa sebenarnya yang terjadi? Katakan dengan jujur!”
Jang-il : “Kim Sun-woo berkhayal, jangan bicarakan ini lagi.”

Joon-ho jelas tak percaya, batas waktu untuk percobaan pembunuhan belum berakhir. Jang-il berkata kalau ia akan berada di samping Joon-ho kalau temanya ini mendapat tuduhan seperti itu. Joon-ho merasa kalau ini bukan hanya sekedar tuduhan. Ia akan memberikan rekamannya pada kepala kejaksaan.
Joon-ho keluar dari ruangan. Tangan Jang-il meraih papan nama yang bahannya terbuat dari kayu. Apakah ia akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Apakah ia akan memukul Joon-ho dari belakang seperti yang ia lakukan pada Sun-woo dulu untuk menghalangi Joon-ho mengatakan pada kepala kejaksaan. Tapi Joon-ho sudah keluar ruangan dan Jang-il tak mengejarnya.
Jin No-sik datang ke kantornya (perusahaan Jinseung Grup) Lee Young-bae mengawasi dari lantai atas. Ia sudah menyiapkan senjata tajam yang akan ia gunakan untuk mengahabisi Jin No-sik.

Jin No-sik naik lift, pintu lift terbuka di luar Lee Young-bae sudah menunggu untuk ikut masuk ke dalam lift. Young-bae langsung mengancam dengan senjata yang dibawanya. Young-bae menutup pintu lift.
Petugas keamanan melihat kejadian di lift melalui CCTV mereka melihat Lee Young-bae berusaha menusuk Jin No-sik. Mereka bergegas menuju lift. Apa berhasil dilakukan Lee Young-bae. Sepertinya tidak.

Ji-won mangajak Sun-woo makan malam di luar dan nonton film. Sun-woo mau tapi ia ingin noton film seperti terakhir kali dia nonton bersama Ji-won.
Di gedung bioskop. Mata sun-woo terpejam. Ji-won menonton sambil menceritakan apa yang terjadi dalam film yang ia tonton. Tapi Ji-won minta Sun-woo menontonnya sendiri karena tiap adegannya sulit untuk dijelaskan.
Sun-woo : “Hemingway-ssi berapa lama lagi kau akan menggunakan bahasa formal padaku? orang akan berfikir kalau kita baru bertemu seminggu yang lalu atau setidaknya aku lebih tua 10 tahun darimu.”
Ji-won : “Kau terlihat jauh lebih tua dariku,” (wakakaka)

Sun-woo langsung merengut. Ji-won berkata kalau ia akan menunggu sampai Sun-woo menyelesaikan semuanya dan kembali tenang baru ia akan menyebut Sun-woo secara normal.
Ada tempat yang ingin Sun-woo datangi dengan Ji-won. Keduanya menyusuri jalanan rumah kontrakan Sun-woo yang dulu. Ji-won mengatakan kalau sekarang sudah banyak berubah banyak gedung-gedung dan ia juga menunjukan dimana Sun-woo dulu tinggal. Keduanya bergandengan tangan hihihi.

Sun-woo : “Aku pasti berjalan di jalanan ini setiap hari menggunakan tongkat. Aku mungkin memikirkanmu setiap hari,”
Ji-won : “Apa kau sungguh memikirkanku setiap hari?”
Sun-woo : “Itu sudah lama. aku tak ingat,”

Ji-won melihat ada minimarket tempat ia dan Sun-woo dulu sering membeli makanan ringan. Keduanya ke sana.

Lee Young-bae menyelipkan sarung tangan ke saku pakaiannya. Ia juga menyiapkan tongkat kayu.
Choi Kwang-chun celingukan di jalanan malam. Ia heran kenapa menemuinya di tempat gelap seperti ini. Tanpa diketahui olehnya seseorang mengikutinya dari belakang. Orang itu Lee Young-bae. Young-bae membawa tongkat kayu yang sudah disiapkannya tadi.
Ji-won mengenang masa lalu mereka di depan minimarket. Sun-woo tak fokus mendengarnya ia melamunkan sesuatu. Ji-won menatapnya heran dan bertanya apa yang tengah Sun-woo pikirkan. Sun-woo tak menjawab ia hanya mengatakan kalau ia harus menelepon seseorang.
Sun-woo menghubungi Kwang-chun. Kwang-chun tanya dimana Sun-woo karena ia sama sekali tak melihat kedatangan Sun-woo. Akhirnya Sun-woo mengatakan kalau yang ingin menemui Kwang-chun itu Lee Young-bae. Ia bertanya apa sudah bertemu dengan Lee Young-bae. Kwang-chun celingukan ia tak melihat siapa-siapa. Young-bae sembunyi di balik semak-semak.
Usai Kwang-chun menelpon Sun-woo, Lee Young-bae langsung berjalan setengah berlari mendekat ke arah Kwang-chun dan buk... ia memukul kepala bagian belakang Kwang-chun. Kwang-chun menoleh melihat siapa yang melakukan itu padanya.
Setelah tahu siapa yang melakukannya. Ia sempoyongan dan terduduk buk... Lee Young-bae sekali lagi memukul kepala Choi Kwang-chun hingga membuatnya terkapar tak sadarkan diri.
Lee Young-bae menyeret tubuh Kwang-chun untuk disembunyikan di balik semak-semak tapi sial baginya ada beberapa anak muda yang lewat. Ia pun sembunyi dan meninggalkan tubuh Kwang-chun.

Anak muda itu segera membawa Kwang-chun ke rumah sakit dan mereka menemukan tongkat pemukul yang berlumuran darah. Lee Young-bae cemas kalau perbuatannya akan ketahuan.
Soo-mi langsung menuju rumah sakit setelah mendengar kabar tentang ayahnya. Geum-jool ikut dengannya. Soo-mi langsung bertanya pada ayahnya siapa yang melakukan ini. Ia mengira kalau Sun-woo sudah merencanakan semua ini. Tapi Geum-jool menyangkal karena sekarang Sun-woo sedang pergi berkencan dengan Ji-won. Dengan suara terbata-bata dan setengah sadar Kwang-chun mengatakan kalau semua ini perbuatan ayah Jang-il.
Polisi langsung mendatangi rumah Jang-il. Jang-il merasa ini ada kesalahpahaman ia akan menanyakannya langsung pada ayahnya nanti. Jang-il mencoba menghubungi ayahnya tapi ponsel ayahnya tak aktif.
Sun-woo pun akhirnya mendapatkan kabar dari Geum-jool kalau Lee Young-bae memukul kepala bagian belakang Choi Kwang-chun. Sun-woo merasakan pusing dan sakit di matanya.
Lee Young-bae minum-minum di warung tenda. Ia teringat kejadian dimana ia menggantung Kim Kyung-pil yang pada saat itu masih hidup dan meminta pertolongan. Ia benar-benar kacau dan terlihat panik ketika dua orang polisi datang ke warung tenda. Ia segera pergi dari sana.
Lee Young-bae berdiri di jembatan. Ia menerima telepon dari putranya yang menanyakan dimana keberadaannya. Putranya benar-benar khawatir. Young-bae mengatakan kalau ia ada urusan. Jang-il menanyakan kenapa polisi datang ke rumah dan mencari ayahnya. Young-bae kaget. Jang-il penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Young-bae tak mengatakannya ia hanya minta Jang-il tak perlu mencemaskannya.
Setelah menutup telepon Lee Young-bae kembali menatap ke depan. Ia naik ke pembatas pagar jembatan ia berniat terjun dari sana. Tapi ia ragu melakukannya. Ia pun mengurungkan niatanya dan menangis karena ia sudah melakukan kejahatan yang besar bahkan kali ini untuk yang kedua kalinya.
Jang-il tergesa-gesa datang ke rumah sakit dan bertanya apa yang terjadi. Geum-jool yang masih berada di sana langsung bertanya apa Jang-il bisa menghubungi ayah Jang-il. Jang-il bilang kalau barusan ia bicara dengan ayahnya tapi kemudian ponselnya mati.

Geum-jool menjelaskan kalau ini masalah ayah Jang-il dengan Choi Kwang-chun wartawan sudah tahu dan segera mencari tahu. (wah cepet ya)
Jang-il langsung masuk ke dalam. Ia membuka tiap tirai untuk mencari Choi Kwang-chun. Bukannya simpati atas kejadian yang menimpa Choi Kwang-chun, Jang-il malah mempertanyakan trik apa lagi yang sedang Kwang-chun mainkan.

Dengan sifat emosi yang labil, Jang-il mencengkeram baju Kwang-chun yang masih lemah tak berdaya dan berteriak-teriak. Dokter dan perawat berusaha melepasnya.
Soo-mi masuk ke ruang rawat ayahnya dan menatap marah Jang-il. Jang-il kembali mempertanyakan trik apa lagi yang sudah dimainkan Choi Kwang-chun untuk menjebak ayahnya.
Plok.. Jang-il mendapat tamparan dari Soo-mi, “Sekarang kau sudah tamat,”

Sun-woo mendapat kabar kalau ada seorang pria paruh baya berusia sekita 50-an tahun datang ke perusahaan Jinseung. Dia mengancam Jin No-sik tapi melarikan diri dari kejaran polisi. (kayaknya polisi datang ke rumah Jang-il mencari Young-bae tadi karena masalah ini)
Dengan tubuh sempoyongan Jang-il pulang ke rumahnya. Lee Young-bae memperhatikannya dari jauh. Ia tak berani menemui putranya.
Dalam forum rapat untuk mendapatkan hak pertambangan di Indonesia Jin No-sik membanggakan dirinya yang berasal dari keluarga miskin tetapi mampu membuat resort di luar negeri. Koon dan Sun-woo mencibir kalau Jin No-sik itu aktor yang hebat.

Jin No-sik mengatakan kalau pertambangan sudah menjadi impian lamanya. Ia ingin perusahaan pertambangannya (Jin seung) bisa mendapatkan hak atas pertambangan di Indonesia.
Kini giliran Sun-woo yang menyampaikan bahwa ia sudah berhasil mengembangkan tambang di Kalimantan. Ia membutuhkan waktu 13 tahun untuk melakukan penelitian kalau ia mendapatkan hak atas pertambangan itu ia akan melakukannya yang terbaik. Tapi kalaupun ia tak mendapatkan hak atas tambang ini ia berharap kalau yang mendapatkannya itu perusahaan yang bebas dari korupsi.
Rebutan nih ceritanya.

Jin No-sik kembali melakukan suap agar perusahannya terpilih.
Jin No-sik tersenyum lebar ketika berita di koran memberitakan keberhasilannya. Sekarang ia hanya menunggu penghargaan dan bertanya bagaimana dengan sahamnya. Sek Cha menyampaikan kalau saham Jinseung terus naik.
Ma Hee-jung tersenyum memandang keramik-keramiknya. Yoon-joo berkata kalau keramik itu terlalu mahal dan keuangan mereka jadi menipis. Tapi Ma Hee-jung yakin kalau ini akan berhasil jadi putrinya tak perlu cemas. Ia minta Yoon-joo lebih baik menjual saham saja. Yoon-joo heran bukankah sahamnya tengah naik kenapa harus menjualnya. Ma Hee-jung berkata kalau saham Jin No-sik hanya naik sedikit demi sedikit mereka tak tahu kapan Jin No-sik akan jatuh.
Lee Young-bae berkeliaran di jalan tak tentu mau kemana. Ia menatap layar besar yang menayangkan tayangan TV show kemarin.
Sun-woo bertemu kembali dengan staf TV. Staf TV memberitahukan kalau Lee Jang-il tak bisa memproses kasus yang diajukan Sun-woo. Ada jaksa lain yang akan melakukannya. Sun-woo tanya kenapa bukan dia. Staf TV mengatakan kalau sekarang ayah Lee Jang-il menjadi buronan karena kasus penyerangan.

Staf TV mengatakan kalau ia juga sudah meminta seorang analis untuk mengamati ekspresi wajah Jang-il ketika TV show dan hasil penelitian menunjukan kalau ekspresi wajah Jang-il terlihat tegang dan cemas.

Jang-il menemui atasannya. Ia memberikan sebuah surat dan menjelaskan kalau semua yang diberitakan itu hanyalah rumor. Ia sama sekali tak bersalah.
Jang-il berpapasan dengan Joon-ho. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut keduanya.
Han Ji-won menemui Soo-mi. Soo-mi bertanya pada Ji-won apa Sun-woo mengatakan kalau ia adalah yang selanjutnya (korban selanjutnya) ayahnya bilang Sun-woo akan menemui ayahnya di taman. Soo-mi minta Ji-won menghentikan semua yang akan dilakukan Sun-woo. Ia merasa dendam Sun-woo sudah lebih dari cukup.
Ji-won : “Kalau aku jadi dia itu belum cukup. Sun-woo kehilangan ayahnya dan dia juga hampir mati,”
Soo-mi : “Seseorang harus mati dan ada orang yang buta untuk mengakhiri ini.”

Ji-won tak mau melakukan apa yang diminta Soo-mi. Kalau mau Soo-mi bisa memohon sendiri pada Sun-woo. Tidakkah Soo-mi pikir itu tak adil untuk mendapatkan semuanya kembali tanpa melakukan apapun. Ji-won juga tak habis pikir padahal Soo-mi melihat semuanya tapi kenapa tak mengatakan itu pada Sun-woo.
Mengingat itu ucapan Soo-mi menjadi lemah. Ia berkata bahwa ketika ia menginginkan sesuatu ia akan menjadi seperti itu. Ia akan menjadi gila. Ji-won menilai Soo-mi sangat menyedihkan.

Soo-mi menitikan air mata. Ia sadar ia lahir dari keluarga yang tak mampu. Tapi sekarang sudah tak ada bedanya dan Ji-won hanya seorang putri dari keluarga yang perusahannya bangkrut. Ji-won sadar diri ia mengakui itu tapi saat ada yang ia inginkan ia akan mencoba yang terbaik dan tak akan serakah seperti Soo-mi. Ia menilai Soo-mi belum berpengalaman mendapatkan sesuatu dengan usaha.

Soo-mi : “Aku ingin tahu. Seandainya Sun-woo masih buta, apa kau akan mencintainya?”
Ji-won : “Tak masalah dia buta atau tidak. Aku mencintainya karena dia Kim Sun-woo. aku harap kau bisa mencintai seseorang dengan cara seperti itu.”
Sun-woo kembali mengisi rubrik bisnis di radio. Ia mengatakan kalau pertambangan global akan mendapatkan hak pertambangan di Indonesia dan saham Jin Seung terus naik. Sun-woo merasa kalau mereka sudah mencoba untuk memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan terhadap tambang permata dulu. Tapi ada persaingan ketat yang harus diperhatikan.
“Apa anda menyerah Tuan Kim?”
“Ya. Aku rasa perusahaan yang lebih kompeten harus mendapatkan hak itu. Aku menyerah kali ini.”

Jin No-sik tertawa lebar mendengar siaran radio wawancara Sun-woo. Ia memerintahkan Sek Cha untuk mengawasi pergerakan dananya kalau dirinya kehilangan ini ia akan menyesalinya seumur hidup. Ia juga harus meningkatkan sahamnya di perusahaan.

Sun-woo diwawancarai oleh beberapa wartawan ketika ia siaran di radio ia tak bisa mengatakan rencana selanjutnya tapi yang pasti ia sekarang tertarik dengan pertambangan hijau.
Tangan Lee Young-bae gemetaran. Ia menatap foto ketika putranya wisuda. Ia tersenyum bangga Jang-il sudah mendapatkan kesuksesannya.

Lee Young-bae menilis surat untuk jaksa Shin Joon-ho, “Aku ayah Lee Jang-il. Semuanya kesalahanku Jang-il tak melakukan kesalahan. Aku mohon padamu dia tak perlu menghadapi kesulitan karena kesalahanku.”

Jang-il pulang kerja. Ia tampak lesu. Jang-il melihat ada selembar kertas tergeletak di meja. Surat dari ayahnya.
“Anakku aku pikir keserakahanku untuk membesarkanmu terlalu besar. Langit sedang menghukumku. Maafkan aku, aku harus meninggalkanmu. Tapi Nak, aku sudah membuatmu menanggung beban berat tapi aku tak menyesal. Bahkan kalau aku terlahir kembali aku ingin terlahir kembali sebagai ayahmu.”

Jang-il langsung panik. Ia mencari ayahnya kesana kemari. Setiap ruangan ia buka untuk mencari ayahnya.
Jang-il menoleh menatap balkon apartemannya dan melihat ayahnya gantung diri disana.
Jang-il langsung berteriak sambil menurunkan tubuh ayahnya yang sudah tak sadarkan diri. Ia manangis dan menelepon meminta bantuan mengatakan kalau ayahnya sedang sekarat. Saking panik dan tak tahu harus berbuat apa ia membanting ponselnya.
Jang-il segera membawa ayahnya ke rumah sakit. Di dalam mobil ambulans ia terus menggenggam tangan ayahnya. Ia jadi teringat kejadian dimana dulu Sun-woo menemukan Kyung-pil tergantung di pohon. Sekarang ia pun merasakan perasaan Sun-woo saat itu.
Di rumah sakit Jang-il duduk menyendiri, pikirannya kosong. Ia hanya bisa melamun matanya berkaca-kaca. Ia teringat kelanjutan surat yang ditulis ayahnya.

“Jangan lahir sebagai anakku dikehidupan yang akan datang. Terlahirlah di keluarga yang baik. Jin No-sik, aku tak akan melupakan Jin No-sik yang sudah menghancurkan hidup kita bahkan sampai ke neraka. Aku akan mengambil semua beban. Aku akan pastikan tak akan ada yang terjadi padamu, aku sama sekali tak takut mati. Tapi sekarang aku tak akan pernah melihatmu lagi, aku merasa lelah. Hiduplah dengan baik anakku,”
Soo-mi melihat kesedihan yang dialami Jang-il.
Sun-woo membaca berita di koran yang memberitakan kalau hak pertambangan batu bara dikonfirmasi sebagai pertambanagn hijau. Sun-woo tersenyum menang.
Tapi tidak dengan Jin No-sik. Saking shock-nya ia hampir jatuh membaca berita di koran. Yoon-joo membantunya berdiri dan memberikan minum untuk ayah tirinya.

Istrinya yang mengetahui masalah ini menyalahkan Jin No-sik karena tak pernah berkonsultasi dulu dengannya. Jin No-sik jelas tak bisa menerima ini harus ada jalan keluar yang harus ia tempuh.
Sun-woo dan Koon melihat tayangan berita di televisi dan itu membuat keduanya tersenyum. Moon Tae-joo meletakan sebuah sapu tangan di meja. Sun-woo penasaran dan melihatnya lebih dekat.
“Berikan ini pada ibumu!” pinta Moon Tae-joo.
Sun-woo mengajak Ayah angkatnya ini untuk pergi bersama berziarah ke makam ibunya. Tapi Tae-joo tak mau, ia tahu kalau ibu Sun-woo hanya ingin bertemu dengan putranya saja. Sun-woo mengerti ia akan memberikan sapu tangan itu pada ibunya.

Tae-joo : “Saat aku bertanya apa yang dia inginkan untuk ulang tahunnya dia bilang dia ingin sapu tangan untuk musim panas. Ibumu selalu mengatakan itu.”
Sun-woo : “Berapa banyak sapu tangan yang kau berikan untuknya?”
Tae-joo : “Ini yang pertama. Aku bukan orang yang bisa memberinya hadiah,”
Sun-woo : “Ibuku akan menyukainya. Kado ulang tahun darimu.”
Sun-woo meletakan karangan bungan di pusara ibunya. Ia membersihkan rumput-rumput kering yang ada disana. Sun-woo tak kuasa menahan kesedihannya setelah sekian tahun ia baru berkunjung ke makam ibunya.
“Ibu...” sebutnya lirih sambil menitikan air mata. “Ibu.. aku akan datang lagi.”

Sun-woo pergi dari makam ibunya tapi ia melupakan sesuatu sapu tangan titipan Moon Tae-joo belum ia sampaikan. Ia pun kembali.
Jin No-sik juga mengunjungi makam Eun Hye. “Apa itu hadiah ulang tahunmu untukku? Aku tak akan pernah datang lagi kesini. Aku tak kan pernah menemui lagi, Eun Hye. Aku tak akan jatuh seperti ini. Bahkan kalau aku membunuh ayahmu, aku akan bangkit kembali,”
Sun-woo jelas terkejut melihat Jin No-sik berdiri di dekat makam ibunya. Ia menatap heran. Jin No-sik menyadari kehadiran orang lain selain dirinya, ia pun terkejut melihat Sun-woo ada disana.

“Apa yang anda lakukan disini?” tanya Sun-woo.
“Apa yang kau lakukan disini?” Jin No-sik pun bertanya.
“Dia ibuku...” ucap Sun-woo. “Apa yang anda lakukan disini?”
“Dia tunanganku.”

Oh oh... Sun-woo mengerutkan dahinya tak mengerti dengan semuanya. Ia mencoba berfikir dan mencerna semuanya.
Sun-woo meletakan sapu tangan titipan dari Moon Tae-joo dan di sebelahnya sudah ada satu sapu tangan yang kemungkinan dari Jin No-silk. Sambil meletakan sapu tangan ia terus berfikir.

“Apa dia anakmu?” Jin No-sik menatap kuburan Eun Hye. “Anak yang kau dapatkan dari pria lain setelah mengkhianatiku.”
Sun-woo hanya menatapnya diam.
Kemudian Jin No-sik menoleh ke arah Sun-woo, “Kau. Semuanya hancur karena kau. Hidupku, hidup Moon Tae-joo dan hidup ibumu aku tak pernah memaafkan siapaun yang menusukku dari belakang. Tak peduli betapa aku mencintainya, aku akan membunuhnya. Bahkan kalau aku menyesalinya seumur hidupku, aku akan membunuhnya,”

Sun-woo mengatakan kalau yang dicintai ibunya itu Moon Tae-joo. Jin No-sik menilai kalau Eun Hye itu wanita yang tak setia. Sun-woo tak terima ibunya dihina seperti itu dan meminta Jin No-sik menjaga ucapannya.

Jin No-sik : Tanyakan pada ayahmu. Tanyakan pada ayahmu siapa yang merebut tunanganku. Ibumu, aku akan menggali kuburannya dan mengkremasinya. Bahkan kalau dia melahirkan orang sepertimu dengan pria lain tapi dia tetap wanitaku.”
Sun-woo : “Menyingkirlah dari ibuku.”

Jin No-sik mencibir, “Kau bahkan tak tahu apakah ayahmu itu Moon Tae-joo atau Kim Kyung-pil kan?”
Sun-woo : “Ayahku adalah Kim Kyung-pil dan Moon Tae-joo.”
Jin No-sik tertawa terbahak-bahak.
Ma Hee-jung makin kesal setelah ia mendapatkan foto Jin No-sik dengan Sun-woo yang bersama-sama ziarah ke makam Eun Hye. Ia terus berfikir ada hubungan apa antara Eun Hye dengan Sun-woo.
Sun-woo langsung menemui ayah angkatnya untuk menanyakan siapa ayah kandungnya. Ia mengatakan kalau ia melihat Jin No-sik mengunjungi kuburan ibunya, “Apa ibu tunangan Jin No-sik?”

Moon Tae-joo membenarkan. Sun-woo jelas terkejut mendnegarnya. Kenapa Ayah angkatnya tak mengatakan ini padanya. Moon Tae-joo tak tahu bagaimana mengatakannya karena Sun-woo mencurigai Jin No-sik sebagai pembunuh Kyung-pil.

Sun-woo ingin tahu apa lagi yang ayah angkatnya ini sembunyikan darinya. Ia tahu kalau Moon Tae-joo belum mengatakan semuanya. Dulu Ayahnya bilang kalau dia sedang mencari seseorang yang akan mengasuhnya tepat di hari ulang tahunnya. Kemudian dia pergi ke villa Jin No-sik.

Moon Tae-joo menyerahkan surat yang ia terima dari Kim Kyung-pil yang pernah ia katakan kalau surat itu hilang ternyata ia masih menyimpannya. Sun-woo membaca surat yang selama ini ia cari, “Tae-joo anak siapa dia? Apakah dia anak Jin No-sik atau anakmu?”
Sun-woo gemetaran, “Jawab aku, aku anak siapa?”
Tae-joo : “Kau putra Jin No-sik, Jin No-sik adalah ayah kandungmu.”

Sun woo jelas tak percaya ia minta ayah angkatnya ini jangan berbohong.
Tae-joo : “Kau sangat terluka setelah kematian Kim Kyung-pil. Tapi aku menunggu hari ini untuk memberitahumu. Kau mungkin tak mau mengakuinya. Tapi dia tetap ayahmu.”
“Hentikan!” Sun-woo berteriak seraya menatap tajam ayah angkatnya. Ia tak mau mendengar kenyataan kalau musuh besarnya itu ternyata ayah kandungnya.

6 comments:

  1. sun woo bingung apa yg harus diperbuat....apa di epi selanjutnya, akan ditayangkan yg awal episode itu ya mb anis, dimana jang il mau membunuh jin non sik tp dihalangi sun woo...

    nie yg paling antagonis kok jang il ma soomi ya bukannya jin non sik, menurutku

    ReplyDelete
  2. betul... betul kya nya yg antagonis parah jang il sama so mi, seneng nya lhta sun woo n ji won kencan,,

    aq ga bis komen byk coz baca sinop di kantor takut ketauan
    aq tunggu kelanjutannya nya mba anis
    hehehee

    ReplyDelete
  3. ahh kasian sun won orang yang mulai kekacauan hidupnya malah bapak kandungnya !! dan bapaknya gak nyadar lagi !!

    Jang Il bersiaplah mengahadapi kehancuran :)

    ReplyDelete
  4. Yeaaah,,, akhirna soo mi sadar jg (bc: tampar jang il)
    Walaupun jang il jahat, tp ko bc sinop ini jd melas ya ma jang il...

    Gomawo anis ssi,,
    Semangat^^

    ReplyDelete
  5. ud ga sabar nih nunggu sinopsis 19 sama 20 nya
    aly di blok yg lain ga nak bacanya
    nakan di sini

    fihgting,,,,,,

    ReplyDelete
  6. kasihan...sun woo...takdi akui presjin...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.