Hae Joo berdiri menatap galangan kapal. Ia berada di tempat favoritnya ketika kecil dulu. Tempat yang bisa membuatnya melihat seluruh tempat pembuatan kapal. Chang Hee datang menghampirinya. Keduanya sudah janjian bertemu.
Chang Hee tersenyum tak menyangka ternyata Hae Joo datang lebih awal dari perkiraannya.
Hae Joo berkata kalau ia datang ke tempat seperti ini dengan Chang Hee itu mengingatkan dirinya akan kenangan masa kecil.
Hae Joo merasa kalau sekarang ia harus mulai meminta maaf pada Chang Hee, “Aku tak tahu seperti apa pikiranmu selama ini dan aku sudah banyak mengatakan hal buruk karena aku sudah salah paham. Aku benar-benar minta maaf.”
“Akulah yang banyak mengatakan hal buruk.” kata Chang Hee. Ia bisa mengerti bagaimana perasaan Hae Joo.
Hae Joo kembali menatap galangan kapal yang ada di depannya, “Aku ingat dulu Oppa memberitahuku kalau Oppa menginginkan semua Cheon Ji yang ada disana dari sini. Kurasa impianmu menjadi kenyataan.”
“Begitukah?” Chang Hee mengatakan kalau itu hanya sementara. Sekarang ini setelah ia memikirkannya ia merasa kalau itu bukan impian yang sebenarnya.
“Lalu apa itu?” tanya Hae Joo.
“Ambil ini!” Chang Hee menyerahkan tas map kecil pada Hae Joo.
“Apa ini” Hae Joo menerimanya.
Chang Hee mengatakan kalau itu hak dan uang yang Jang Do Hyun ambil dari Hae Joo dan biaya untuk membuat kapal pengeboran. Hae Joo tak mengerti kenapa Chang Hee memberikan ini padanya.
Chang Hee berkata kalau mengebor adalah impian ayah San dan ayah Hae Joo, “Kalian mendapatkan hak pengeboran karena teknologi kalian. Dengan ini, buatlah impian ayah-ayah kalian menjadi kenyataan.”
Hae Joo menolak ia tak bisa menerima ini. “Kalau itu milik Presdir Jang, aku bahkan tak mau menerimanya lagi.”
Chang Hee menegaskan kalau sekarang sudah jelas menjadi milik Hae Joo dan San. Bukankah Jang Do Hyun yang merampas Hae Poong dan membangun Cheon Ji. Chang Hee harap Hae Joo tak menolak diskusikan saja terlebih dahulu dengan San.
Hae Joo : “Kalau kau memberikan semua ini, apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Entahlah.” sahut Chang Hee. Ia kemudian tersenyum, “Mungkin aku akan kabur dari kegelapan.”
Ya Chang Hee menyerahkan Cheon Ji ke Hae Joo dan San. Keduanya kembali menatap galangan kapal Cheon Ji yang ada di depan mereka.
Presdir Jang menjenguk Il Moon di penjara. Il Moon tak suka mendapat kunjungan dari ayahnya. Ia mengingatkan bukankah ia sudah bilang supaya ayahnya tak datang menemuinya, kenapa sekarang datang lagi.
Presdir Jang tersenyum putranya sekarang memakai jaket. “Apa kau sudah terbiasa? (hidup di penjara)”
Il Moon menunduk, “Kalau aku membandingkan tempat ini dengan rumah. Tempat ini sedikit lebih nyaman.”
Presdir Jang terdiam mendengar jawaban putranya. Il Moon berkata kalau ia sudah mendengar berita karena di penjara juga ada koran. Ia tahu kalau ayahnya juga sebentar lagi akan masuk ke tempatnya berada sekarang. Ia memiliki permintaaan, “Karena ayah masih punya koneksi, kalau kau ditahan tolong menjauhlah dari penjara ini. Aku takut tinggal bersamamu. Kalau kau memukulku disini, apa yang akan terjadi padaku?”
“Hei, dasar kau ini.” Presdir Jang kesal, belum juga ia ditahan Il Moon sudah memintanya untuk di penjara di rutan lain.
Il Moon pun menyarankan hal lain, kalau ayahnya masuk ke rutan yang sama dengannya berpura-pura lah tak mengenalnya. Ia menebak sepertinya ayahnya ini akan dipenjara lebih lama daripada dirinya. Kalau ia dibebaskan nanti ia akan memberikan barang-barang miliknya pada ayahnya.
“Dasar kau ini, tolong dengarkan apa yang akan kukatakan!” pinta Presdir Jang. Il Moon pun diam mendengarkan.
Presdir Jang : “Seperti yang kau katakan, aku akan lama ditahan kalau aku masuk penjara. Karena itulah aku mengatakan ini. Kalau kau keluar dari sini, berbaikanlah dengan ibumu. Kalau kau tak menganggap ayahmu sebagai keluargamu, maka orang yang tersisa bagimu hanyalah ibumu dan In Hwa.”
“Sial..” seru Il Moon kesal. “Ayah masih saja memperhatikan wanita itu sampai akhir. Jangan khawatirkan aku, khawatirkan saja masa depan ayah sendiri.”
Il Moon pun akan masuk kembali ke ruang tahanannya. Presdir Jang memanggilnya. Langkah Il Moon terhenti sejenak tanpa berbalik menatap ayahnya. Ia tersenyum miris matanya berkaca-kaca.
Presdir Jang menarik nafas panjang dengan mata berkaca-kaca pula. Ia pun meninggalkan kantor polisi.
Hae Joo menyerahkan apa yang ia terima dari Chang Hee pada San. Hae Joo berkata kalau tadinya ia tak mau menerima ini tapi kisah tentang perusahaan kapal Hae Poong membuatnya tergugah. Jadi ia berfikir kalau itu milik San, jadi ia menerima dan membawanya ke sini. San terlihat kesal dengan tingkah Chang Hee.
Di kantor Presdir Cheon Ji, Chang Hee membereskan barang-barangnya. Asisten Yang dan Ketua Tim Jo berada disana. Asisten Yang berkata kalau mantan Presdir Jang akan ditahan dan sekarang Presdirnya (Park Chang Hee) akan keluar dari Cheon Ji. Apa yang harus ia dan Ketua Tim Jo lakukan kalau Chang Hee tiba-tiba berhenti seperti ini, padahal ia sudah sangat setia. Chang Hee tak menjawab ia menatap Asisten Yang dengan senyuman.
Ketua Tim Jo cemberut, “Lalu orang seperti apa yang akan menjadi Presdir selanjutnya?”
Chang Hee berkata kalau yang akan menjadi Presdir Cheon Ji yang baru adalah orang yang keduanya kenal dengan baik. Ketua Tim Jo Min Kyung berusaha berfikir siapa orang yang ia kenal dengan baik.
Chang Hee tak menjawab. Ada seseorang yang datang, siapa? Kang San.
Kang San datang dengan tampang kesal. “Kau sudah datang!” sapa Chang Hee penuh senyuman.
San meminta Chang Hee keluar dengannya. Ada yang ingin ia bicarakan dengan Chang Hee di luar.
Keduanya berada di tempat tadi Chang Hee bertemu Hae Joo. Tanpa mengucapkan sepatah katapun San langsung memukul wajah Chang Hee. Chang Hee tentu saja sempoyongan.
San : “Anak brengsek ini, melakukannya sendiri setelah menipuku seperti ini. Apa itu membuatmu merasa lebih baik? Setelah menikamku dari belakang seperti ini, kalau kau mengembalikan Hae Poong padaku apa kau pikir aku akan berterima kasih?”
Chang Hee tak menjawab ia malah membalas pukulan tepat di wajah San. San mengaduh, Chang Hee tersenyum. “Kalau aku ingin menipu musuh, aku harus menipu temanku terlebih dulu. Kenapa kau begitu bodoh seperti ini?”
San kaget tak percaya Chang Hee memukulnya, “Hei apa kau baru saja memukulku? Ah ya ampun, keterlaluan. Aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Dasar keterlaluan! Hei, apa kau sudah lupa kalau aku ini paling keren ketika di sekolah?” (hahaha)
“Aku akan ranking 29 mengingat apa yang kupelajari sebagai jaksa.” Sahut Chang Hee sambil memasang kuda-kuda dan kepalan tinjunya.
“Hei, aku ini si rangking 38.” San membanggakan peringkatnya (wakaka)
San meraih tubuh Chang Hee, mencekik, dan menjepit kepala Chang Hee di lengannya. Chang Hee berusaha melepaskan diri. Bagaimana caranya? Ia mengginggit tangan San, membuat San menjerit kesakitan. (wakaka)
“Hei apa kau ini seekor anjing? Kenapa menggigitku?” Teriak San (haha)
“Mau nggigit atau enggak, yang penting gue menang!” sahut Chang Hee (hahaha)
“Apa kau bilang?” wajah San terlihat meringis menahan kesakitan.
Kemudian keduanya tertawa dan merangkul satu sama lain menatap galangan kapal.
San berpesan agar Chang Hee jangan sampai berhenti, “Aku akan menerima proposal yang kau tawarkan pada Hae Joo. Tapi kami benar-benar tak tahu bagaimana menjalankan bisnis. Kami membutuhkan bantuanmu.”
Chang Hee tersenyum minta maaf ia tak mau. San bertanya kenapa. Chang Hee mengatakan kalau ia tak bisa bernafas berada di tempat ini. Ia akan meninggalkan tempat yang tak menyenangkan ini dan akan menjalani kehidupannya. San mengerti dan tak memaksa Chang Hee.
“Langitnya begitu cerah. Melihat ini membuat matamu iritasi dan berair!” seru Chang Hee sambil menatap langit.
Presdir Jang berada di hotel tempat istrinya menginap. Geum Hee datang menemui suaminya. Dengan wajah dingin tanpa memandang Presdir Jang, Geum Hee bertanya kenapa Presdir Jang datang menemuinya.
“Aku merindukanmu!” Ucap Presdir Jang tersenyum memandang istrinya. Ia pun menanyakan kabar istrinya.
Geum Hee diam tak menjawab apapun.
Presdir Jang bisa menebak walau hanya dengan melihatnya saja. Ia mengatakan kalau ia akan pergi ke kantor kejaksaan besok. Kalau ia pergi kesana dipastikan ia akan ditahan karena kasus Park Gi Chul. Karena itulah ia datang untuk melihat wajah Geum Hee untuk yang terakhir kalinya.
Masih dengan sikap dingin Geum Hee berkata kalau itu kesalahan Presdir Jang sendiri. Ia tak akan mengunjungi suaminya di penjara nanti. Presdir Jang tahu kalau itu kesalahannya tapi ia memiliki permintaan.
Presdir Jang : “Il Moon. Anak itu, kalau kau punya waktu tolong urus dia. Dia begitu bodoh dan banyak membuat kesalahan, In Hwa juga. Kau sudah membesarkan mereka selama 27 tahun. Meskipun kau tak bisa memaafkanku tolong maafkan anak itu dan rangkullah dia.”
“Apa kau kesini hanya untuk mengatakan itu?” tanya Geum Hee tanpa memandang wajah suaminya.
Presdir Jang : “Dan juga tentang Hae Joo...”
Mendengar nama Hae Joo, Geum Hee mengangkat wajahnya.
Presdir Jang : “Sekarang ini kalau kupikir dia memang keturunanku. Jujur saja aku ingin membesarkan Il Moon seperti itu. Anak yang ditelantarkan tumbuh begitu baik tapi pada akhirnya dia mengalahkanku. Meskipun dia tak mengakuiku sebagai ayahnya aku sangat bahagia. Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini.”
Geum Hee masih terdiam tak merespon ucapan suamianya.
Presdir Jang sadar kalau ia tak seharusnya mengatakan apapun. “Bahkan sekarang dengan melihat wajahmu aku sangat bahagia.” Presdir Jang berharap agar Geum Hee melupakan luka yang Geum Hee dapatkan darinya dan hiduplah dengan baik bersama Hae Joo. Dan sekali-kali ia berharap agar Geum Hee mengunjungi Il Moon dan In Hwa.
“Aku pergi.” Presdir Jang pamit. “Istriku, meskipun kau kesal, kau makanlah dengan baik. Wajahmu terlihat semakin mengecil.”
Presdir Jang tak sanggup lagi mengatakannya. Ia sesegara mungkin pergi dari sana tak sanggup jikalau air matanya tumpah.
Geum Hee yang mendengar perkataaan suaminya dengan seksama menangis sesenggukan.
“Yeobo...!” panggil Geum Hee sambil menangis. Langkah Presdir Jang terhenti.
Geum Hee berdiri menatap suaminya. Air matanya mengalir deras, “Aku akan menunggumu bebas dari penjara!”
Presdir Jang mengangguk berbalik menatap istrinya dan tersenyum. Sesaat kemudian ia pun segera pergi dari sana meninggalkan Geum Hee yang terus menangis.
(huwaaaa sumpah nangis nih)
Malam harinya Presdir Jang berdiri menatap pabrik galangan kapal. Pabrik galangan kapal yang dulu bernama Hae Poong. Tangannya mencengkeram pagar pembatas (ah iya, tempat ini dimana dulu Kakek Kang menangis setelah dia kehilangan Hae Poong)
Presdir Jang mengingat masa lalu. Saat itu Kakek Kang memberikan nasehat padanya.
“Jangan menjalankan bisnis dengan cara seperti ini. Kalau kau membuat seseorang menangis darah, kau akan menyesalinya suatu hari nanti. Kalau kau melihat ke belakang ketika kau tua, tidakkah kau ingin sedikit berbangga pada dirimu sendiri?”
Saat itu Presdir Jang tertawa mendengar nasehat kakek dan menyuruh kakek segera pensiun dari bisnis perkapalan. Dengan penuh kesombongan menurutnya untuk menyesali masa lalu itu tak akan pernah terjadi padanya.
Dan sekarang sepertinya Presdir Jang menyesal karena sudah menganggap remeh nasehat Kakek Kang. Untuk melampiaskan semuanya ia berteriak sekencang-kencangnya melantangkan namanya. “JANG DO HYUN!” Presdir Jang tertawa terbahak-bahak dan tanpa terasa air matanya menetes.
Keesokan harinya, saatnya kencan di hutan.
Hae Joo dan San jalan-jalan di hutan bergandengan tangan. “Bukankah rasanya menyenangkan?” Tanya San sambil menghirup udara segar hutan.
“Aku lebih menyukainya karena aku bisa kemari bersamamu, Oppa!” seru Hae Joo tersenyum sumringah.
“Apa?” San heran dengan pernyataan Hae Joo yang tiba-tiba. “Hei Chun Hae Joo apa kepalamu terluka?” San menengak-nengokan kepala Hae Joo. “Ada apa denganmu? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?”
Hae Joo melingkarkan tangannya ke lengan San dan menyandarkan kepalanya ke bahu San, “Aku selalu bicara dari hatiku.” Ucapnya mesra.
San mengganggam tangan Hae Joo dan kembali berjalan menyusuri hutan. San menyarankan bagaimana kalau keduanya menerima proposal yang ditawarkan Chang Hee. “Ini bukan karena aku serakah. Kakekku, ayah-ayah kita dan ayah yang membesarkanmu. Ini semua kita lakukan untuk mencapai impian mereka.”
Hae Joo berkata kalau ia juga sudah memikirkannya semalam. “Oppa dan aku sudah bekerja keras dalam meneliti teknologi baru. Aku ingin memakai kapal pengeboran itu. Akan bagus sekali kalau kita bisa menggunakannya untuk mengebor minyak di negeri ini. Aku tak mau rumah seperti istana. Kalau aku memuaskan diriku dengan begitu banyak materi, aku tak akan bisa bermimpi lagi. Uang yang kudapatkan dari impianku, aku ingin membaginya pada orang lemah dan miskin.”
“Tentu saja!” sahut San. “Aku juga tak mau rumah yang besar. Selama aku bersamamu, tak masalah kalau kita tinggal di dalam tenda.”
San menatap nakal, “Akan lebih baik lagi kalau kita tinggal di tempat yang sempit karena kita bisa berpelukan di malam hari.” San menarik Hae Joo ke pelukannya.
Hae Joo tersenyum dan menyandarkan pipinya ke pipi San, “Apa seperti ini?”
San kaget Hae Joo begitu agresif, karena ini tak seperti biasanya. Ia mendorong Hae Hoo. “Hei, kau tidak benar-benar terluka kan? Kenapa kau bertingkah seperti ini?”
Hae Joo berkata kalau selama ini ia tak bisa menunjukannya, jadi mulai sekarang ia akan menunjukannya pada San. “Seperti ini.” kata Hae Joo sambil memeluk San erat. Hae Joo bermanja-manja menempelkan pipinya ke pipi San.
“Apa itu yang kau pikirkan?” San melepas pelukan Hae Joo. “Kalau begitu aku akan mulai menunjukan perasaanku.”
Cup, San mengecup bibir Hae Joo dan lari. “Tangkap aku kalau kau bisa!”
“Ah apa itu? Ya ampun itu kekanak kanakan.” seru Hae Joo tersenyum mengejar San yang lari.
San celingukan kesana kemari mencari keberadaan Hae Joo. Ia berteriak memanggil Hae Joo. “Hae Joo kau dimana? Aku yang salah. Aku tak akan melakukannya lagi. Keluarlah!” San tampak khawatir karena tak jua menemukan Hae Joo.
Hae Joo tersenyum muncul dari balik pohon, “Kau tak serius kan?”
Hae Joo berdiri di depan San dan tersnyum.
San yang khawatir langsung memeluknya erat. “Kemana kau pergi?” tanya San melepas pelukannya. Hae Joo berkata kalau ia ada di belakang pohon.
San : “Berjanjilah padaku untuk tak menghilang dariku lagi!”
Hae Jo : “Aku tepat berada di belakangmu. Bagaimana kau bisa melihatku kalau kau hanya melihat kiri dan kanan.”
San : “Tidak boleh. Kau harus berdiri tepat di depan mataku. Jangan berdiri di belakangku.”
“Baik.” sahut Hae Joo kemudian mengecup bibir San dan lari, “Tangkap aku kalau kau bisa!”
“Apa? Kalau aku bisa menangkapmu, aku akan menciummu 10 kali lho ya!” San berlari mencoba mengejar Hae Joo.
Udah kayak film india kejar-kejaran haha.
Di satu kesempatan San berhasil menangkap Hae Joo. Ia akan menciumnya. Tapi Hae Joo melepaskan diri. “Karena kau menangkapku maka kau akan kucium!” sahut Hae Joo.
Cup cup cup di pipi kiri. Cup cup cup di pipi kanan. Dan cup di bibir haha.
San klenger dicium berkali-kali haha. Ia tergeletak di tanah.
Hae Joo tertawa, “Oppa apa kau baik-baik saja? Oppa sadarlah!” Hae Joo menepuk-nepuk wajah San. San langsung memeluknya dan keduanya bergulingan di tanah.
Keesokan harinya Hae Joo dan San sampai di kantor pabrik. Di sana sudah ada Sek Kim. San melihat di meja ada bingkisan ia bertanya pada Sek Kim bingkisan apa itu. Sek Kim mengatakan kalau bingkisan ini untuk Hae Joo.
Hae Joo pun membukanya. Ia terkejut karena kotak bingkisan itu berisi mikrofilm dan sepucuk surat. Ia dan San berpandangan bingung. Keduanya bisa menebak siapa pengirimnya. Hae Joo membaca suratnya.
‘Hae Joo, aku khawatir kalau kau mungkin akan merobek surat ini tanpa membacanya. Kau terlihat persis seperti aku. Kau orang yang aktif. Jadi aku akan memberimu mikrofilmnya.’
Presdir Jang berjalan sendirian di sekitar galangan kapal. Ia naik ke kapal pengebor yang belum selesai dibuat.
‘Ketika aku lahir dan tumbuh besar aku melihat perang setiap hari. Aku melihat kelaparan, kemiskinan dan tragedi yang mengubah motif kekuasaan orang. Kami tak malu-malu saling membunuh untuk bertahan. Kami tak pernah merasa malu ketika kami membunuh orang untuk bertahan. Itulah yang ingin kukatakan. Masa mudaku, seharusnya sejak awal aku tak memulainya dengan gaya hidup binatang. Di masaku, semuanya bisa dimaafkan kalau kau menang. Hal yang paling keji bisa dilupakan selama kau punya kekuasaan. Agar tak kehilangan kekuasaan bahkan konspirasi dan saling fitnah pun dilakukan. Kami mencari segala cara untuk mengalahkan musuh. Dengan begitu kami bisa hidup.’
Hae Joo dengan kecepatan tinggi mengendarai sepeda motornya menuju galangan kapal. Ia menitikan air mata.
‘Kemudian aku bertemu denganmu. Ketika aku bertemu denganmu, itu pertama kalinya aku merasa dikalahkan dan aku putus asa. Dan kau sama sekali tak menggunakan cara yang kami lakukan pada waktu itu. Kau meneliti, pengembangan teknologimu sendiri dan mengalahkanku.’
Presdir Jang sampai di pagar pembatas kapal. Perlahan ia melompati pagar pembatas. Ia berada di sisi luar pagar. Ia berniat mengakhiri hidupnya.
‘Kita sama-sama hidup susah, tapi kau mengalahkanku dengan caramu sendiri. Era yang baru sekarang dimulai. Aku mengerti apa yang kau inginkan. Hae Joo, kau mungkin tak mengakuinya tapi aku akan mengingat kalau aku bangga bahwa putriku-lah yang mengalahkan era gelap ayahnya. Aku sudah berakhir sekarang sesuai impian dan era-mu. Untuk impianmu yang ingin membuat kapal pengeboran pada akhirnya ayahmu akan menghilang dengan berpegang teguh pada prinsipnya sendiri.’
Dengan berlinang air mata Hae Joo memarkir motornya dan berlari secepat mungkin naik ke atas kapal pengebor.
‘Ini menakjubkan. Ini adalah sinar matahari tercerah dalam hidupku.’
Presdir Jang akan melepas pegangan tangan dari pagar pembatas dan terjun ke laut tapi tepat saat itu Hae Joo datang dan berteriak, “Berhenti!” Presdir Jang yang terkejut kembali berpegangan pada pagar pembatas. Ia tak menyangka kalau Hae Joo akan datang kesini menyusulnya.
Perlahan Presdir Jang menoleh menatap Hae Joo yang menangis.
Hae Joo : “Jangan pergi dengan cara pengecut seperti itu, tidak benar kalau era mu tak menawarkan apapun.”
Presdir Jang tersenyum melihat kedatangan Hae Joo dan membenarkan ambisinya.
Hae Joo : “Hanya cara yang digunakan pada masa itulah yang salah. Ambisimu sama sekali tak salah. Sama seperti kau yang melangkah ke depan, jadi jangan berhenti. Tak bisakah kau membantuku dari samping?”
Hae Joo berjalan perlahan mendekat tapi Presdir Jang meminta Hae Joo jangan mendekat ke arahnya.
“Kau bukan orang yang mudah menyerah,” Mulut Hae Joo gemetaran dengan tatapan penuh air mata, “A a a ayah....” sebut Hae Joo.
Presdir Jang tersenyum bahagia Hae Joo menyebutnya ayah, “Terima kasih. Terima kasih untuk memanggilku ayah.” Presdir Jang menangis, “Hae Joo, benar (aku ayahmu)!”
Presdir Jang berusaha tersenyum menguatkan dirinya. “Kalau begitu tidak apa-apa.”
Keputusannya sudah bulat dan dia pun melompat ke laut.
Hae Joo berteriak, “Kau tak boleh melakukan itu, ayah...”
Terlambat, tubuh Presdir Jang sudah jatuh ke dalam lautan dalam.
Hae Joo berlari ke pagar pembatas berteriak memanggil, “Ayah ayah ayah...” Hae Joo terduduk lemas menangis dengan tubuh gemetaran melihat tubuh ayahnya menghilang dari permukaan laut.
1 Tahun Kemudian
Di rumah, keluarga Chun dan San tampak membereskan barang-barang (mau pindahan, pindah kemana ya) mereka kelelahan membawa barang-barang berat. Hae Joo melihat sekeliling rumah dan merasa sedih karena harus meninggalkan rumah itu.
Ibu menatap San dan berkata kalau ini sudah 6 bulan sejak lamaran pernikahan, kapan upacara pernikahannya. San berkata kalau itu beberapa hari setelah konstruksi kapal pengeboran selesai, “Segera kami akan melakukannya. Segera!” tegas San.
Ibu pun mengancam, “Kalau kau merubah pikiranmu karena keberhasilanmu jangan salahkan aku kalau tak memaafkanmu.”
San berkata kalau ia ini seorang Presdir tapi gajinya lebih rendah dari siapapun jadi ya ga berhasil-berhasil amat gitu. “Aku harus memohon seperti ini dan waktunya tidak cukup.” Kata San sambil melingkarkan tangan ke lengan Hae Joo.
“Hei kau ini jangan lemah begitu!” sahut Sang Tae. “Cukup ya cukup.” Kata sang Tae menilai penghasilan San yang sudah cukup sebagai Presdir.
Mereka tertawa. Hae Joo tak melihat bibinya. Ia bertanya dimana Bibi Bong Hee.
Bong Hee yang tengah hamil besar menemui suaminya di kantor kejaksaan. Siapa suaminya, siapa lagi donk ya Jung Woo Samchoon lah haha. Jung Woo terkejut melihat Bong Hee datang mengirim makanan untuknya. Ia segera membantu istrinya duduk. “Kalau tubuhnya terasa tak enak kenapa tak menyuruh Young Joo atau Jin Joo saja.” kata Jung Woo.
Bong Hee tahu kalau Jung Woo tak akan pulang ke rumah, jadi ia sengaja datang. Jung Woo kesal apa Bong Hee sebegitu tak percaya padanya. Bong Hee tampak kepayahan dengan perut besarnya. Ia berteriak-teriak membuat Jung Woo khawatir, “Ada apa? Ada apa?”
“Dia menendang begitu keras!” sahut Bong Hee. “Lihat kan, bayinya juga emosian.” Jung Woo malah menyalahkan Bong Hee, bayinya menendang itu kan karena Bong Hee, katanya.
Bong Hee : “Kalau dia lahir, kau akan menjadi mata banteng. Jadi hati-hati.”
Jung Woo membuka kotak makanan yang dibawa Bong Hee. Ada banyak makanan disana. Ia mencoba sesuap dan hoeeek ia berasa ingin memuntahkannya. Tapi ia tahan dan berusaha menelan makanan itu. hahaha.
Bong Hee ingin tahu bagaimana rasa masakan buatannya. Ia mengatakan kalau bahan makanan di rumah hampir habis jadi ia membuat makanan itu. “Ini benar-benar enak, kan?”
Berhubung Bong Hee sudah datang, Jung Woo pun akan mengajak istrinya makan di luar. Ia akan membelikan sesuatu yang enak.
Penyelidik Lee masuk ke ruangan Jung Woo. Ia menyampaikan kalau informasi yang Jung Woo minta sudah ada. Penyelidik Lee melihat disana ada Bong Hee, ia pun menyapanya dengan sopan.
Jung Woo menerima laporan bawahannya. “Karena kami akan pergi makan siang istriku sudah membuat ini. Bagikan pada yang lainnya.”
Penyelidik Lee bilang tak usah karena yang lain juga sudah menunggunya untuk pergi makan siang.
Bong Hee memaksa Penyelidik Lee untuk mencoba makanan buatannya. Ia benar-benar lupa seharusnya ia menyiapkan lebih banyak lagi. “Jangan sungkan, ayo makan yang banyak!”
Jung Woo pun mengajak Bong Hee makan di luar. Bong Hee berkata kalau lain kali ia akan membawakan makanan lagi.
Penyelidik Lee mewek-mewek menerima makanan yang sudah bisa ia tebak rasanya haha. “Apa aku harus memakan makanan ini lagi?”
Di rumah Keluarga Jang. Geum Hee menyiapkan banyak makanan. Pelayan datang melapor kalau Tuan Muda baru saja datang. Geum Hee panik dan segera menyambut kedatangan si tuan muda. Siapa lagi, Il Moon.
Geum Hee menggenggam tangan Il Moon, ia tersenyum bahagia. Senang akhirnya Il Moon bisa kembali ke rumah ini lagi usai menjalani masa tahanannya.
“Ibu, apa kabarmu?” Tanya Il Moon penuh senyuman.
Geum Hee menyuruh Il Moon lekas duduk. Ia sudah menyiapkan makanan untuk putranya. Ia tak tahu makanan apa yang kira-kira Il Moon inginkan untuk dimakan. Ia juga tak tahu apakah yang ia siapkan ini cocok dengan selera Il Moon atau tidak.
Keduanya duduk berhadapan di meja makan. Il Moon tak menyangka kalau penyambutan kedatangannya ini dijamu dengan banyak makanan. Ia terdiam menatap ibunya.
“Kenapa?” tanya Geum Hee. “Apa kau pikir aku akan meracunimu?”
Il Moon tertawa, “Ah ibu kau selalu menggodaku. Tapi bagaimana pun pertama kalinya aku bertemu denganmu katika aku masih kecil aku benar-benar ketakutan.”
Geum Hee menyuruh Il Moon cepat makan, “Ayo makan dan temui ayahmu!” Il Moon terdiam menunduk sedih. Ia kemudian bertanya dimana In Hwa.
Di sebuah desa (apa ini masih di Ulsan) Chang Hee membuka biro hukum kecil-kecilan. Ada kliennya yang sudah tua dan membutuhkan bantuan Chang Hee. Tapi ia tak memiliki biaya untuk menyewa pengacara. Chang Hee bilang tak apa-apa.
Tapi si kakek tak enak kalau tak membyar biayanya. Ia pun membayarnya dengan seekor ayam yang dimilikinya. (haha)
Chang Hee sampai di rumah membawa ayam pemberian klien-nya. Ia memanggil ayahnya. Di depan rumah juga ada seekor anjing peliharaan. Tak ada sahutan dari dalam rumah, “Ayah aku membawa seeokor ayam lagi untuk dipelihara.”
Chang Hee heran karena tak melihat keberadaan ayahnya. Ia celingukan kesana kemari. “Apa dia pergi ke suatu tempat?” gumamnya.
Chang Hee berbalik dan melihat seseorang datang, In Hwa mendorong kursi roda Park Gi Chul.
Chang Hee terkejut melihat kedatangan In Hwa yang tiba-tiba.
“Lama tak bertemu!” sahut In Hwa menatap Chang Hee yang bingung melihat kedatangannya. “Kenapa kau memandangku seperti itu? Apa ini pertama kalinya kau melihat wanita cantik?”
“Bagaimana kau bisa datang kesini?” tanya Chang Hee masih dalam kebingungannya dari mana In Hwa tahu kalau dirinya berada di tempat ini.
In Hwa berkata kalau menemukan seseorang adalah bakat alami yang dimilikinya. Apalagi kalau itu orang yang ia sukai. Ia akan pergi menemui orang itu bahkan kalau ke neraka sekalipun. “Kenapa? Apa kau suka hidup tanpa aku? Apa kau bahagia?”
Gi Chul ikut menyahut, “Aigoo bahagia apanya, apa kau tak bisa bilang hanya dengan melihatnya? Dia begitu tak nyaman menjadi jomblo.”
“Ayah?” Chang Hee protes dengan pernyataan ayahnya.
Gi Chul memberi nasehat agar Chang Hee berhentilah keras kepala. Coba pikir, dimana Chang Hee bisa menemukan wanita baik sepertiIn Hwa.
Chang Hee : “Apa kau bodoh? Kau kutinggalkan agar kau bisa hidup dengan baik.”
In Hwa berlari berhambur memeluk Chang Hee erat. Chang Hee yang terkejut terdiam berdiri mematung. “Aku mencoba begitu keras untuk melupakanmu, tapi aku merasa seperti mau mati. Apa yang harus kulakukan? Aku datang kesini untuk diselamatkan. Kalau kau tak menerimaku, aku akan mati disini.” Jelas In Hwa.
Chang Hee tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia menatap ayahnya, Park Gi Chul memberi kode agar Chang Hee mengambil keputusan yang tepat dengan menerima In Hwa kembali.
Dan tanpa pikir panjang Chang Hee mendekap erat In Hwa. In Hwa tersenyum karena Chang Hee mau menerimanya kembali. Keduanya tersenyum bahagia.
Hae Joo berada di tempat dimana ia menabur abu Hong Chul. “Ayah!” teriak Hae Joo. “Aku menepati janjiku. Bukankah aku berjanji padamu kalau aku akan membuat kapal? Disana ada kapal pengeboran yang bernama May Queen.” Ucap Hae Joo sambil menunjuk kapal May Queen yang berlayar di tengah lautan.
“Disana bukan hanya ada impian ayah. Kapal itu menjadi impian semua orang. Ayah, putrimu ini berhasil melakukannya. Ayah, apa kau juga bahagia?”
Hae Joo menitikan air mata bahagianya, “Ayah aku merindukanmu.” Hae Joo mempersembahkan kapal ini untuk ketiga ayahnya.
Berita di TV menyebutkan kalau pengembangan tambang minyak nomor 7 setelah 27 tahun ditulis ulang dan ditandatangani oleh Korea Selatan dan Jepang. Kapal pengeboran pertama yang diproduksi oleh teknologi kita, yang diberi nama May Queen diberangkatkan dari Ulsan untuk mengebor minyak. Seluruh negeri berharap minyak akan keluar di tempat tambang yang dimaksud.
San membuka pintu kapal dan melihat Hae Joo berdiri di tepi pagar menatap laut. Tanpa menyapa lagi San langsung memeluk Hae Joo dari belakang. Hae Joo kaget, “Apa ini? aku benar-benar terkejut.”
San berkata kalau ada sesuatu yang ingin ia berikan pada Hae Joo. San menyerahkan gulungan kertas yang ia siapkan. Oh blue print hehe.
“Tambang no 7 tadinya impian ayah-ayah kita. Untuk mencapai impian itu, kita membuat kapal pengeboran seperti ini. Dan impianku adalah tantangan ini.”
San menunjukan blue print rancangannya. Hae Joo melihat blue print kapal yang San buat. Ia terkesan.
San : “Lautan yang luas. Lautan yang dalam. Untuk menciptakan kapal pengeboran yang bisa mendapatkan minyak dari laut artik.”
Hae Joo menilai ini sangat keren. San kembali berkata kalau untuk mencapai itu ia membutuhkan bantuan Hae Joo. “Apa kau punya keyakinan?”
Hae Joo melirik menjawab tentu saja. “Dengan tanganku yang dari Tuhan dan kau, aku yakin terhadap apapun.”
San berkata kalau ia juga mempunyai 1 impian lagi. Hae Joo ingin tahu apa lagi.
San : “Karena aku sendirian sejak masih kecil aku ingin membuat banyak bayi. Dan untuk anak-anak itu dibandingkan memberikan uang, bagaimana mencintai seseorang dan bagaimana memiliki impian yang bisa dicapai, aku ingin mewariskan itu untuk mereka. apa kau mau mewujudkan impian itu bersamaku?”
Hae Joo tak bisa berkata-kata mendengar pernyataan lamaran dari San. San mengeluarkan cincin dan menyematkannya ke jari manis Hae Joo. Hae Joo tersenyum bahagia menatap cincin itu.
“Hei, untuk membeli ini aku hidup hemat setahun penuh lho!” ucap San. “Ini bukan berlian sintetik, ini asli, Coba saja lihat!” Kata San menunjukan keaslian cincin berlian pemberiannya.
Hae Joo tertawa, “Aku meragukannya. Aku akan me-ngetes-nya sekali untuk menguji kekerasannya.” (haha)
“Apa?” San kaget. “Hei, apa kau ini Sang Tae? Di momen penting seperti ini haruskah kau terus bercanda?”
“Oh tunggu sebentar.” Hae Joo menyela. “Tapi kalau lamaranmu dan membuat kapal pengeboran dilakukan sekaligus kapan kita bisa punya anak?”
“Apa?” San berfikir, “Iya juga ya, ini agak sedikit kontradiksi,”
San merebut tas yang berisi blue print, “Ini tak bisa dilakukan. Akan ada orang lain selain aku yang akan membuat ini. Kita fokus saja pada tugas kita untuk punya anak banyak. Kita berikan kontribusi kita pada negara dengan meningkatkan tingkat kelahiran.” (haha ga ada KB ya haha)
Hae Joo tak setuju, ia berusaha merebut kembali tas blue print nya. Tapi San melarang tak boleh, “Ini harus dilempar jauh-jauh. Kita tak bisa memproduksinya.”
“Ah kalau begitu tarik kembali lamaranmu,” seru Hae Joo sambil merebut blue print.
San menarik Hae Joo mendekat padanya. “Kalau begitu, kau akan mewujudkan impian itu bersamaku, kan?”
Hae Joo tersenyum melingkarkan tangan kanannya ke leher San, ia mengangguk. “Aku pasti akan mewujudkan impian itu menjadi kenyataan bersamamu.” Hae Joo mengecup cepat bibir San.
San tersenyum dan keduanya pun saling mengungkapkan cinta dengan berbagi ciuman hangat.
E N D
Komentar :
Akhirnya sampai juga di ending. Lama banget ya selesainya. Mood menulis yang kadang naik turun menghambat proses penyelesainnya. Tapi selesai juga, walaupun masih punya hutang episode 10-17, ya itu sambil jalan deh.
Mungkin masih ada sebagian yang tak bisa menerima Hae Joo harus menjadi putri kandung dari Jang Do Hyun. Tapi kalau dilihat dari sifat keduanya ya memang mirip sih, aku pernah baca komentar reader bahwa ambisi Hae Joo tidak serakah/jahat seperti Jang Do Hyun karena dia sejak kecil dididik oleh Chun Hong Chul penuh kasih sayang.
Awalnya saya mikir kalau San akan lama menerima Hae Joo setelah ia mengetahui kenyataan bahwa Hae Joo putri kandung Jang Do Hyun. Tapi ternyata tidak. Ini mengingatkanku pada K-Drama ‘The Equator Man’ dimana Han Ji Won kembali menerima Kim Sun Woo setelah tahu bahwa Sun Woo adalah putra dari orang yang menghancurkan keluarganya. Rasa cinta yang begitu besar dan tahu bahwa orang yang mereka cintai hampir dihancurkan oleh ayah kandung sendiri dan itu membuat mereka bisa saling menerima kembali.
Sudah beberapa kali saya menonton episode 38 ini dan always air mata merembes keluar. Apalagi adegan dimana Jang Do Hyun pamitan sama istrinya dan adegan di kapal sebelum Jang Do Hyun bunuh diri. (suratnya itu lho bikin nangis)
Chang Hee - In Hwa keduanya kembali rujuk (kayaknya, bersatu lagi sih) In Hwa yang tak bisa melupakan Chang Hee berusaha keras menemukan pria yang dicintainya. Melihat kesungguhan In Hwa, hati Chang Hee luluh dan menerima kembali wanita itu.
Il Moon, meskipun ia tak bersatu dengan Young Joo tapi melihat dirinya bisa menerima Geum Hee sebagai ibunya itu sudah cukup membuat saya puas. Il Moon yang tak pernah tersenyum dengan tulus memperlihatkan senyum tulusnya di ending, huwaaaaa kalau senyum Il Moon cakep wakaka.
Jung Woo – Bong Hee, akhirnya pasangan ini bersatu juga. Kayaknya tante sampai kapan pun ga bisa masak ya hahaha. Kasian tuh bawahannya Jung Woo jadi korban makanan ga enaknya Bong Hee.
Dulu, saya sempat mikir adegan endingnya akan seperti apa ya. Jujur waktu itu saya berandai-andai mereka semua berdiri di kapal pengebor bersama-sama. Sambil berpesta minum dan makan, tentu saja saling memaafkan, tapi saat itu saya berandai-andai kalau Jang Do Hyun bakal kena stroke setelah menyadari kesalahannya, kemudian dengan penuh kasih Geum Hee merawatnya. Tapi yang di kapal hanya San dan Hae Joo saja. hahaha
Thanks buat readers yang sudah setia menanti sinopsis May Queen ini. Setia menemani mood saya yang naik turun karena pihak yang tak bertanggung jawab. Semuanya trims ya. Ok sekarang saatnya melanjutkan Yawang.
akhirnya selesai juga baca sinopsis may queen. makasih banyak mbak anis udah buat sinopsisnya dengan bagus dan menyeluruh. tetap semangat ya :)
ReplyDeletegomawo
terimakasih banyak ya mbak anis atas jerih payahnya membuat sinopsis may queen.. sangat menghibur :)
ReplyDeletegomawo atas sinopsissnya.. udah nunggu lama finalnya akhirnya keluar jg (baru juga beberapa hari hhe..)
ReplyDeleteallkhmdllh,akhrx slsai.trmksh jeng Anis...dtnggu untk klnjtnx queen of ambition dan proyek slnjtx hahahah ha...
ReplyDeletemakasih yach mbak anis buat sinopsis_y....
ReplyDeleteslama ne Aqu jd silent reader maka_y g' prnah comment..
joengmal2 gomawo...
^_^
Hae joo emang berhati baik, bapaknya yg udh mau bunuh dia aja msh dipanggil ayah :( sedih nontonnya.. Kasihan juga sama jang do hyun mati bunuh diri :( tapi seneng ngeliat hae joo sama san :) aku kira tadinya hae joo sama chang hee ternyata gak.. Its oke lah :) finally ceritanya seru !! :)
ReplyDeleteMakasih ya mba udh nulis sinopsis may queen sampe abis :) aku selalu baca sinopsis dari mba anis.. Hanya saja terkadang jadi silent reading .. Maaf ya mba :)
"Anis unnie, Kamsha Hamnida^^"
ReplyDeleteSelesai juga may queennya..
ReplyDeleteTerima kasih mba anis yg sdh sabar nd penuh pengorbanan membuat sinopsis ini..
Ditunggu lanjutan sinop yawangnya..
Kamsha.... ^^
akhirnya final jg may queen nya thx u mb anis dah bikin sinopisnya smp akhir.
ReplyDeleteblognya tmbh keren hijau nya cerah.^^
(fe)
Mba Anies... terima kasih banyak atas segala jerih payahnya .... akhirnya May Queen tuntas juga.
ReplyDeleteterima kasih Mba Anies
akhirnya ending juga.., terima kasih..
ReplyDeleteMakasih mba anis.Akhirnya selesai jg sinopnya MQ.Endingnya ckp memuaskan hatiku.APRY
ReplyDeleteberharap ada ending ilmoon ma young jo, seru kaya'nya. happy ending ^^ cuma (menurutku) matinya jang do hyun kurang ekstrim mengingat apa yang telah dibuatnya. ya sudahlah,,,di tunggu drama kim jae won selanjutnya. makasih banyak buat mbak anis, slalu semangat buat nulis ya ^^, o,,ya,,,blognya tambah rame dengan munculnya si adek" qute.
ReplyDeleteSelesai juga May Queen. Terima kasih. Tetap semangat menulis sinopsis drama2 selanjutnya. ^_^
ReplyDeletepuas bget sma endingnya... drama ini komplit bget smua unsur ada di sni.. padahal tadinya cuma iseng2 baca sma ni drama eh gk tahunya malah suka bget ma nie drma.. beribu2 trima kasih buat mbk anis yg dah nyelesain ni drma... ya meskipun tdinya sempet kesel krena nie sinopsis sempet berhenti,kdang gk bisa dibuka.. aq berharap sih mood mbk anis selalu baik.. agr bisa nulis sinopsis lain.. kwaiting...
ReplyDeletenunggu drama kim jae won selanjutnya..
ReplyDeleteAkhirnya baca sampe end :)
ReplyDeleteMakasi sinopsisny^^
slesai. trim's
ReplyDeleteMakaciiiii mb anis atas sinopsisny ...seruu ..berkah ya mba
ReplyDeleteUdah ntnt tp suka jalan ceritanya ,jd baca lagii wlw abisan waktu 4hari hahaha
ReplyDeleteSangat membantu. Lihat yg versi "bajak sawah", liat yg terjemahan pk subtl indo/english sama2 belepotan. Jd biar ngerti ceritanya lg pasti bc blog ini. Thx banget buat jerih payahnya
ReplyDelete