Wednesday 17 April 2013

Sinopsis Queen of Ambition Episode 13

Pagi hari di rumah keluarga Baek, sebelum Da Hae melihat Ha Ryu memeluk Do Kyung. Mereka masih di rumah bersiap-siap akan berangkat ke kantor bersama. Do Kyung merapikan pakaian ayahnya. Do Hoon dan Da Hae turun bersama-sama. Ji Mi menanyakan apa semalam Da Hae tidur nyenyak. Da Hae menjawab pendek ya.
Bibi Ji Mi berkata kalau Da Hae ini sungguh luar biasa karena bisa mengumpulkan seluruh keluarga di pagi hari. Ia juga melihat kalau Da Hae dan Do Hoon terlihat seperti pengawal bagi Presdir Baek. “Oppa kau pasti merasa aman!”

Presdir Baek membenarkan sekarang ia merasa aman. Ia memiliki semua pemimpin Baek Hak di rumah ini. “Pagi ini, ayah kalian ini merasa sangat senang!” ucap Presdir Baek sambil tertawa. Ia pun mengajak semuanya berangkat ke kantor bersama.

“Hei kalian jangan kerja lembur lho ya. Pulang lebih awal untuk menemaniku!” seru Bibi Ji Mi. Setelah semuanya pergi raut wajah Ji Mi berubah dingin. Ia berteriak menyuruh pembantu untuk cepat membuka jendela untuk ventilasi udara.
Mereka sampai di depan gedung Baek Hak. Banyak pegawai yang menyambut kedatangan mereka. Anggota keluarga Baek menggunakan tiga mobil yang berbeda. Mobil pertama digunakan oleh Presdir Baek, yang kedua Do Kyung dan yang ketika Do Hoon dan Da Hae.
Mereka masuk ke kantor penuh senyuman disambut banyak pegawau yang memberi hormat. Ha Ryu menatap dingin memperhatikan mereka dari lantai atas.
Ha Ryu akan masuk ke ruangan Do Kyung. Di depan ruangan ia berkata pada Sek Moon kalau kedatangannya untuk janji makan siang dengan Do Kyung. Ia meminta tolong bisakah Sek Moon memanggilkan Direktur Joo Da Hae untuk datang kesini. Sek Moon mengerti ia akan memanggilkan Da Hae.
Ha Ryu pun masuk ke ruangan Do Kyung. Do Kyung terkejut dengan kedatangan Ha Ryu yang tanpa pemberitahuan. Apalagi wajah Ha Ryu menampakan kesedihan. Do Kyung mengerti hati Ha Ryu pasti sedih karena pamakaman saudara kembar Ha Ryu.
Tanpa berkata-kata lagi Ha Ryu langsung menarik Do Kyung ke pelukannya. Do Kyung tentu saja kaget dengan pelukan yang tiba-tiba ini. Ia berusaha melepaskan diri. Tapi Ha Ryu mendekapnya erat, ia meminta Do Kyung membiarkan dirinya memeluk sebentar saja. Sejenak Do Kyung pun terdiam, ia mengerti suasana hati Ha Ryu yang baru saja ditinggalkan oleh saudaranya. Ia mengerti kalau Ha Ryu tengah membutuhkan tempat bersandar untuk menghilangkan kesedihan. (Tapi itu bukanlah niat yang dilakukan Ha Ryu)
Tepat saat Ha Ryu memeluk Do Kyung, Da Hae masuk ke ruangan itu. Da Hae tentu saja kaget melihatnya. Do Kyung tak menyadari kehadiran Da Hae, tapi Ha Ryu tentu saja tahu karena ia yang merencanakan ini, ia yang sengaja mamanggil Da Hae. Ha Ryu menoleh menatap Da Hae yang baru saja datang. Ia menatap Da Hae tanpa melepaskan pelukannya pada Do Kyung. Da Hae menatap sinis dan segera keluar meninggalkan ruangan Do Kyung.
Karena dirasa pelukan ini terlalu berlebihan Do Kyung melepaskan diri dari pelukan Ha Ryu. “Pengacara Cha apa yang kau lakukan?”

“Maafkan aku!” ucap Ha Ryu dengan wajah penuh penyesalan karena sudah memeluk Do Kyung. “Bisakah kita makan siang?” Ajak Ha Ryu. Ia ingin berterima kasih karena Do Kyung sudah hadir ke pemakaman saudaranya. Ia juga mengundang Do Hoon dan Da Hae untuk makan siang bersama. Karena bukan makan siang berdua Do Kyung pun setuju.
Da Hae masih di depan ruangan Do Kyung, ia bertanya pada Sek Moon siapa yang memanggilnya untuk datang kesini. Sek Moon menjawab kalau yang menyuruhnya itu Pengacara Cha. Da Hae tersenyum sinis, ternyata itu sengaja dilakukan di depannya.
Da Hae berada di lorong akan menghubungi seseorang tapi tepat saat itu Do Kyung dan Ha Ryu sampai disana. Da Hae pun tak jadi menelepon. Ha Ryu berkata bukankah Da Hae sudah mendengar dari Do Hoon tentang janji makan siang bersama. Ia mengajak Da Hae pergi bersama.
Mereka berempat berada di restouran tradisional. Do Hoon mengungkapkan duka citanya pada Ha Ryu. Ia ikut sedih karena Jae Woong Hyung nya ini baru menemukan saudara setelah 30 tahun tapi akhirnya tak bisa bersama. Ha Ryu berkata kalau ia juga sangat terpukul dengan kematian saudaranya tapi berkat Do Hoon dan semuanya ia baik-baik saja.
Do Hoon ingin tahu apa yang terjadi dengan kasus kematian saudara Ha Ryu. Ia mendengar kalau ditemukan bukti adanya pembunuhan. Ha Ryu menjawab ya sambil menatap Da Hae, ia mengatakan kalau hal itu juga membuatnya sedih. Da Hae diam saja. Do Kyung juga ingin tahu apa semua bukti sudah ditemukan. Ha Ryu menjawab belum, ia merasa kalau kasus ini akan berakhir menjadi kasus yang tidak terselesaikan. Do Hoon tak mengerti apa maksudnya apa bukti-bukti masih belum cukup untuk menangkap dan menghukum si pembunuh. Ia ingin tahu apa yang akan Ha Ryu lakukan selanjutnya. Ha Ryu berkata kalau ia tak akan menyerah untuk terus mencari bukti itu. Ia meminta semuanya tak perlu membahas masalah ini karena ini bukanlah topik yang menyenangkan untuk dibahas.
Untuk mengalihkan pembicaraan Da Hae bertanya pada Do Kyung apa yang akan Do Kyung dan Ha Ryu lakukan terhadap hubungan keduanya. Do Kyung jadi mati kutu ia tak bisa menjawab. Ia dan Ha Ryu berpandangan. Melihat kepanikan Do Kyung maka Ha Ryu pun menjawab. Ia merasa kalau sebentar lagi pasti akan ada kabar baik tentang keduanya. Do Hoon tersenyum senang, ia merasa kalau sekarang ia harus memanggil Jae Woong Hyung nya ini dengan sebutan kakak ipar. Ha Ryu hanya tersenyum dan Da Hae kembali bersikap dingin.
Usai makan Do Hoon berterima kasih atas traktiran makan siangnya. Ha Ryu pun mengajak mereka segera pergi dari sana. Ha Ryu melihat Da Hae lupa membawa ponsel dan meninggalkannya begitu saja di meja makan.
“Da Hae-ya!” panggil Ha Ryu dan itu membuat Da Hae berhenti berdiri mematung karena terkejut mendengar panggilan yang begitu familiar di telinganya. Tubuh Da Hae menegang, matanya membesar karena terkejut. Ia pun segera menoleh ke arah Ha Ryu yang tadi memanggilnya. Ha Ryu mengambil ponsel Da Hae dan berjalan mendekat ke arah Da Hae. Da Hae yang shock dengan panggilan itu mundur ketakutan.
“Da Hae-ya!” sapa Ha Ryu lagi dengan nada suara yang tak asing di telinga Da Hae. “Kau tak boleh meninggalkan ponselmu!” Ha Ryu menyerahkan ponsel pada Da Hae. Tatapan mata Da Hae yang membesar tak pernah lepas dari pandangan Ha Ryu. Ia begitu terkejut dan gemetaran menerima ponselnya. Ia berusaha mengusai dirinya.
Ha Ryu menatap tajam, “Ini jadi tak akan menyenangkan kalau yang seperti ini saja sudah membuatmu terkejut. Aku baru saja melakukan pemanasan.” Ha Ryu keluar dari restouran lebih dulu meningalkan Da Hae yang berdiri terdiam terkejut. Ya ia mulai berfikir kembali kalau pria itu adalah Ha Ryu.
Do Kyung, Do Hoon dan Ha Ryu sudah berada di luar menunggu Da Hae. Do Kyung heran kenapa Da Hae belum juga keluar. Mereka pun melihat Da Hae keluar dari restoran dengan langkah gontai mendekati ketiganya.

Angin yang berhembus membuat debu masuk ke mata Do Kyung. Ha Ryu melihatnya, “Coba kulihat!” Ha Ryu berusaha melihat mata Do Kyung yang kelilipan. Tapi Do Kyung bilang kalau ia tak apa-apa.
“Mungkin ada yang masuk ke matamu!” ucap Ha Ryu kemudian meniup mata Do Kyung perlahan nan lembut. “Apa sudah lebih baik?” tanya Ha Ryu usai meniup mata Do Kyung. Do Kyung mengangguk. Do Hoon tersipu melihat sikap perhatian yang ditunjukan Ha Ryu pada kakaknya. Da Hae hanya menatap sinis dan masih berusaha menguasai keterkejutannya di dalam restouran tadi.

Sebelum pergi Do Hoon mengajak Ha Ryu datang ke kantornya karena ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan ha ryu selaku seorang pengacara.
Ha Ryu pun ada di ruangan Do Hoon. Do Hoon mengatakan kalau perusahaannya sekarang sedang mengupayakan untuk perubahan dari Komite Beasiswa Baek Hak menjadi Yayasan Baek Hak. “Aku sangat merekomendasikan dirimu sebagai konsultan pengacara untuk ayahku. Kau akan membantu kami, kan?”

Ha Ryu tersenyum dan berkata kalau itu suatu kehormatan kalau dirinya bisa membantu. Do Hoon menganggap kalau Ha Ryu ini menyetujui tawarannya. Ha Ryu pun setuju. Ia segera pergi karena ada janji. Karena Ha Ryu sudah setuju, Do Hoon akan memberi tahu ayahnya kalau Ha Ryu sudah menyetujui akan mengambil posisi konsultan pengacara di Yayasan Baek Hak.
Da Hae menunggu kedatangan Ha Ryu di lorong kantor. Ketika melihat Ha Ryu akan masuk lift, Da Hae menghampirinya. “Pengacara Cha, apa kau ada waktu sebentar?” Ha Ryu tak terkejut dengan ajakan bicara Da Hae, “Tentu saja. kenapa tidak?” katanya sambil menatap sinis.
Keduanya bicara di atap gedung perusahaan. “Ha Ryu, menjalani upacara pemakaman palsu apa alasan dia berpura-pura menjadi orang lain.” ucap Da Hae dengan lantang setelah meyakini kalau pria yang di depannya ini Ha Ryu.

Ha Ryu tak kaget Da Hae mengetahui identitas aslinya, “Itu karena kau, kau membunuhku.”

Da Hae meninggikan suara, “Siapa yang membunuh siapa?”
Ha Ryu mengingatkan agar Da Hae memelankan suara karena itu membuat Da Hae terlihat ketakutan. Da Hae tak mengerti bukankah selama ini Ha Ryu sudah berperan sebagai Cha Jae Woong, “Kenapa tiba-tiba kau mengatakan yang sebenarnya?”

Ha Ryu : “Karena aku menjadi Cha Jae Woong kau terlihat tenang. Aku tak masalah orang lain menganggapku Cha Jae Woong tapi kau harus melihatku sebagai Ha Ryu. Ha Ryu yang kau bunuh.”

Da Hae geram, “Omong kosong. Aku tak membunuh siapapun.”

Ha Ryu menatap marah, “Berbicara dengan seseorang yang membunuhmu secara langsung seperti ini, apa kau tahu betapa aku harus mengendalikan diriku? Meskipun sekarang aku ingin membunuhmu tapi aku menahan diriku.”

Da Hae : “Apa kau pikir aku akan membiarkanmu melakukan apa yang kau inginkan? Meskipun kau mendekati Direktur Baek dengan berpura-pura menjadi Cha Jae Woong, itu tak ada gunanya. Dirimu yang sebenarnya, aku akan mengungkapkannya pada semua orang.”
Ha Ryu tertawa menantang, “Kalau begitu kau harus memberi tahu mereka kalau aku ini suamu juga. Itulah yang kuinginkan. Kalau kau bersedia melakukannya, kita bisa mati bersama. Aku tak takut mati. Apa kau bisa melakukannya?”

Da Hae terdiam. Ha Ryu bisa menebak kalau Da Hae tak akan bisa melakukan itu, karena mengingat sudah sejauh apa yang Da Hae raih hingga seperti sekarang. Da Hae yang marah menanyakan apa yang Ha Ryu inginkan. “Apa kau sungguh ingin mati bersama?”

Ha Ryu berkata kalau hanya ada satu cara untuk mengakhiri ini, “Tinggalkan Baek Hak dan kembali ke tempat kumuh tempat tinggalmu dulu. Kalau tidak, aku akan terus menghantuimu.” Ha Ryu meninggalkan Da Hae sendirian di atas gedung. Da Hae menatap ha ryu yang menjauh dengan tatapan marah.
Da Hae berjalan melamun di lorong usai berbincang dengan Ha Ryu. Do Hoon memanggilnya, Da Hae kaget dengan panggilan Do Hoon yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Do Hoon menanyakan darimana saja Da Hae. Da Hae tak menjawab ia malah bertanya apa yang Do Hoon bicarakan tadi dengan Pengacara Cha tadi. Do Hoon mengatakan kalau Jae Woong hyung baru saja memberikan kepastian untuk menjadi konsultan pengacara di Yayasan Baek Hak. Da Hae kaget, apa maksud Do Hoon Pengacara Cha akan menjadi konsultan pengacara di Yayasan mereka.

Do Hoon membenarkan ia berfikir akan lebih mudah bekerja dengan Jae Woong hyung-nya daripada pengacara lain jadi ia mengusulkan Pengacara Cha. Da Hae yang masih terkejut mangerti ia kemudian mengatakan kalau dirinya ada rapat. Da Hae pun kembali ke ruangannya.
Da Hae sampai di ruangannya. Tubuhnya gemetaran setelah mengetahui kalau Cha Jae Woong itu benar-benar Ha Ryu. Ditambah lagi Ha Ryu akan bekerja di Baek Hak. Ia berjalan semopoyongan menuju tempat duduknya, ia berpegangan pada ujung meja. “Aku tak akan membiarkan Ha Ryu menginjakan kaki di Baek Hak.” Batin Da Hae.
Da Hae ke ruangan Presdir Baek. Presdir Baek terkejut mendengar apa yang Da Hae katakan, “Apa kau ingin pengacara lain selain Pengacara Cha Jae Woong?”

Da Hae beralasan itu karena Cha Jae Woong belum menjadi bagian dari keluarga. Ia berfikir kalau itu tak akan aman menjadikan Pengacara Cha bekerja di Yayasan Baek Hak. Ia akan meninjau kembali pengacara yang sudah lama bekerja untuk Baek Hak.

Presdir Baek menilai apa yang dikatakan Da Hae tak sepenuhnya salah. Tapi masalah konsultan pengacara harus diputuskan oleh ketua yayasan, jadi serahkan saja semua keputusan pada Direktur Baek Do Kyung. 
Presdir Baek akan keluar dari ruangannya tapi masih ada yang ingin Da Hae katakan, “Ayah mertua sebenarnya aku ingin bertanggung jawab atas Yayasan Baek Hak.” Presdir Baek terkejut mendengar keinginan Da Hae yang menginginkan posisi ketua Yayasan. Ia menilai berhubung yang bertanggung jawab atas Komite Beasiswa adalah Do Kyung jadi ketua Yayasan juga menjadi tanggung jawab Do Kyung.

Da Hae : “Dengan merubah komite beasiswa menjadi yayasan, kupikir bukankah anda mempunyai tujuan yang lebih besar? Itu semua bukan hanya untuk memberikan beasiswa, kan? Untuk menjalankan yayasan sesuai keinginanmu, dibandingkan dengan kakak ipar yang berprinsip keras bukankah kalau aku yang mengambil posisi ketua yayasan itu akan mempermudah bagimu?”

Presdir Jang tertawa dengan keberanian Da Hae. Ia akan mempertimbangkan posisi Da Hae yang ingin menjadi ketua Yayasan Baek Hak. Da Hae tersenyum puas.
Ha Ryu meminta Soo Jung menemuinya di suatu tempat. Soo Jung terlihat canggung bertemu dengan Ha Ryu. Ha Ryu berterima kasih karena Soo Jung sudah mau datang. Ia tak tahu lagi harus minta tolong pada siapa selain pada Soo Jung. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukannya. Itu sebabnya ia memanggil Soo Jung untuk bertemu, Ha Ryu minta maaf.

Soo Jung bilang tak apa-apa. Apa yang bisa ia bantu. Ha Ryu berkata kalau ia kemungkinan bisa bekerja sebagai konsultan pengacara untuk Yayasan Baek Hak tapi ia tak tahu banyak tentang pengacara. Ia minta tolong Soo Jung membantunya. Untuk membalas dendam pada Joo Da Hae, ia harus bekerja di Baek Hak. 
Ha Ryu dan Soo Jung sampai di kantor pengacara. Soo Jung menyerahkan buku dan banyak dokumen yang menjelaskan tentang pendirian dan pengelolaan sebuah yayasan. Ha Ryu juga harus membaca beberapa dokumen lainnya. Ha Ryu kaget ternyata banyak yang harus dipelajarinya, “Ini semua?”
“Tidak. Ini belum semuanya.” kata Soo Jung. “Kau bisa melihat sebanyak ini untuk hari ini, apa kau pikir berpura-pura menjadi pengacara itu akan mudah?”

Ha Ryu menunduk minta maaf, “Hanya kau satu-satunya orang yang bisa kumintai tolong. Kau juga sudah belajar tentang hukum dan kau sudah lama bekerja dengan kakakku!”

Soo Jung berkata kalau Ha Ryu tak perlu terus mengatakan maaf padanya, pelajari saja apa yang ia berikan hari ini. Kalau ada pertanyaan tanyakan saja padanya. Ha Ryu mengerti ia pun mulai konsentrasi mempelajari buku-buku yang ia terima dari Soo Jung.
Soo Jung memperhatikannya lekat-lekat dengan mata berkaca-kaca. Ia melihat Jae Woong di diri Ha Ryu. 

Flash Back
Jae Woong dan Soo Jung berada di perpustakaan. Jae Woong konsentrasi mempelajari buku-buku yang ada di depannya. Soo Jung yang duduk di depannya heran, ia berusaha menghalangi pandangan mata Jae Woong ketika membaca dengan tangannya tapi Jae Woong mengabaikannya, ia tetap berkonsentrasi pada buku-buku yang ia baca.
Soo Jung pun pindah duduk di sebelah Jae Woong. Tapi Jae Woong tetap cuek tak memandang Soo Jung. Soo Jung cemberut.
Soo Jung kemudian menuliskan sesuatu di buku yang sedang Jae Woong pelajari. Jae Woong memperhatikan apa yang Soo Jung tulis. Soo Jung (love) Jae Woong
Pletak, Jae Woong melentikan jarinya ke kepala Soo Jung. Soo jung cemberut menatap marah memegangi kepalanya yang sakit. Ia kesal dan akan pergi dari sana.

Tapi Jae Woong menahan tangan Soo Jung sebagai isyarat bahwa Soo Jung tak boleh pergi kemanapun. Soo Jung tersenyum dan kembali duduk di samping Jae Woong.
Soo Jung menyandarkan kepalanya ke meja sambil menatap Jae Woong yang konsentrasi membaca. Ia terus tersenyum menatap Jae Woong. Tangan keduanya saling mengganggam. Jae Woong pun tersenyum menatap ke arah Soo Jung.

Flash Back End

Ha Ryu masih konsentrasi membaca semua dokumen yang Soo Jung berikan padanya. Ia melihat Soo Jung tertidur di kursi. Melihat Soo Jung yang tidur pulas Ha Ryu mengambil jaket akan menyelimutkannya pada Soo Jung.
Soo Jung merasakan sentuhan lembut di tubuhnya. Ia terbangun dan menatap Ha Ryu.

“Apa aku membangunkanmu?” Tanya Ha Ryu. Ia mengatakan kalau dirinya akan menyelimutkan jaketnya pada Soo Jung.
Melihat sesosok yang mirip dengan Jae Woong, Soo Jung langsung memeluk Ha Ryu. Ia menangis, “Jae Woong, kau dari mana saja?” Ha Ryu terdiam mengerti perasaan Soo Jung yang sangat kehilangan kakaknya, tangan Ha Ryu terangkat untuk memeluk Soo Jung dan menepuk pelan.
Soo Jung terhenyak menyadari kalau yang ia peluk bukanlah Jae Woong. Ia segera melepaskan pelukannya. “Aku minta maaf!” air mata Soo Jung berlinang. Ia mengambil tasnya dan segera meninggalkan kantor pengacara.
Soo Jung ke perpustakaan tempat yang pernah ia kunjungi bersama Jae Woong. Ia mencari buku yang pernah dibaca Jae Woong. Ia menemukan buku itu. Soo Jung membuka halaman buku tepat dimana ia menuliskannya. Tulisan itu masih ada disana. Soo Jung menyentuh lembut tulisannya, air matanya kembali menetes semakin lama semakin deras. Soo Jung terduduk terisak mengenang Jae Woong.
Do Kyung ke ruang kerja ayahnya memberikan obat yang biasa Presdir Baek minum sebelum tidur. Presdir Baek selalu minum obatnya dengan teratur setiap malam dan Do Kyung lah yang menyiapkan obatnya. Setelah memberikan obat itu pada ayahnya Do Kyung permisi keluar. Tapi ada yang ingin Presdir Baek bicarakan dengan Do Kyung.
Presdir Baek membahas tentang posisi ketua yayasan, “Aku ingin memberikan posisi itu pada Joo Da Hae.” Do Kyung tentu saja tak setuju usul ayahnya, “Apa Joo Da Hae yang memintanya?” Presdir Baek menilai tak ada salahnya memberikan jabatan itu pada Da Hae karena untuk wanita seusia Da Hae, dia cukup memiliki pengetahuan untuk menduduki posisi itu dan dia juga sangat yakin bisa melakukannya. Dia juga sangat cocok untuk menduduki posisi ketua.
Do Kyung tetap tak setuju, itu pekerjaannya. Presdir Baek mengingatkan kalau ini semua dilakukan demi Baek Hak jadi Do Kyung tak boleh egois. Ia harap Do Kyung bisa melihat sesuatu yang lebih besar, ditambah lagi sekarang ini Da Hae merupakan anggota keluarga Baek. Bukankah akan lebih mudah untuk Da Hae kalau dia memegang posisi itu.

Do Kyung mengatakan kalau posisi Da Hae yang sekarang sudah terlalu bagus untuk Da Hae. Presdir Baek berkata ketika makan siang tadi Da Hae menghubunginya, “Dia bertanya apakah aku sudah makan siang atau apakah kami bisa makan bersama. Baik kau ataupun Do Hoon, pernahkah melakukan itu?”

Do Kyung menunduk, Presdir Baek tertawa dan merasa kalau dirinya sudah tua. “Aku suka ketika diperhatikan oleh menantuku. Sudah saatnya kau mengakui dan menerima Da Hae. Dia itu istrinya Do Hoon. Dialah yang akan bertanggung jawab atas rumah tangga dan juga untuk semua urusan keluarga yang selalu kau tangani biarkan Da Hae yang menanganinya mulai sekarang.” Dengan menahan kekesalan Do Kyung berkata kalau ia mengerti apa yang ayahnya katakan.
Do Kyung di kamarnya membaca catatan. Da Hae masuk ke kamarnya, “Apa kau memanggilku kakak ipar?” Do Kyung menyerahkan catatan itu pada Da Hae. Da Hae heran apa ini. Do Kyung mengatakan kalau ia menyerahkan semua urusan keluarga pada Da Hae. Mulai sekarang Da Hae-lah yang harus bertanggung jawab atas seluruh urusan keluarga. Da Hae menerima catatannya.

Do Kyung mengatakan kalau minggu depan akan ada upacara peringatan paman mereka. Ia harap Da Hae menghubungi keluarga paman dan jangan lupa mengirimkan uang pada mereka. Do Kyung juga meminta Da Hae ikut dengannya.
Di ruang tamu para pelayan sudah berbaris rapi. Bibi Ji Mi juga ada disana. Do Kyung menjelaskan kalau mulai hari ini mengenai urusan rumah tangga, para pelayan harus membicarakannya dengan Da Hae. Da Hae tersenyum puas mendapatkan kepercayaan mengurus rumah tangga. Do Kyung mengingatkan Da Hae agar jangan membuat kesalahan dalam menjalankan urusan rumah tangga. Da Hae tersenyum mengerti. Do Kyung kemudian menyuruh pelayan untuk kembali bekerja. Mereka pun bubar.
Bibi Ji Mi tak menyangka kalau sekarang Da Hae-lah yang akan bertanggung jawab mengelola rumah tangga. Ia merasa kalau dirinya harus mendekati Nyonya rumah kata Bibi Ji Mi kemudian berlalu dari sana. Da Hae masih tersenyum sumringah dan berterima kasih pada Do Kyung atas kepercayaan yang diberikan padanya. Ia berjanji akan melakukan yang terbaik.
Do Kyung : “Tentu saja, lakukan yang terbaik. Kau harus mengurus urusan rumah tangga dan berhenti mengurusi urusan perusahaan. Terutama jangan pernah berfikir untuk bekerja di yayasan.”

Senyum Da Hae langsung menghilang ternyata ini tujuan Do Kyung memberikan semua pekerjaan rumah tangga agar ia tak bekerja di perusahaan. Da Hae melirik kesal Do Kyung yang berlalu.
Da Hae melamun di kamarnya teringat ucapan Ha Ryu ketika di atap gedung. Ha Ryu mengatakan kalau ada cara untuk mengakhiri semua ini, Da Hae harus meninggalkan Baek Hak dan kembali ke tempat tinggal yang kumuh, tempat tinggal Da Hae yang dulu. Kalau tidak Ha Ryu akan terus menghantui Da Hae.

Da Hae meyakinkan dirinya kalau ia harus menjadi ketua Yayasan Baek Hak dan menghentikan Ha Ryu yang akan bekerja sebagai konsultan pengacara.
Do Hoon masuk ke kamar dan menanyakan pada istrinya apa semuanya baik-baik saja. Karena ia melihat Da Hae seperti sedang memikirkan sesuatu. Da Hae merasa kalau keduanya harus pindah rumah. Do Hoon heran kenapa Da Hae tiba-tiba mengusulkan pindah rumah.

Da Hae : “Kita bisa meninggalkan semuanya, hanya kau dan aku. Bagaimana kalau kita kembali tinggal di Amerika?”

Do Hoon makin heran, “Ada apa? Apa terjadi sesuatu?”

Da Hae menunduk mengatakan kalau ia tahu dirinya tak cukup baik bagi Do Hoon jadi ia mencoba segalanya yang terbaik, entah itu di kantor ataupun di rumah. “Aku ingin menjadi seseorang yang pantas bagimu.”

Do Hoon merasa kalau sekarang Da Hae sudah cukup baik untuknya bahkan lebih dari cukup. Tapi Da hae merasa kalau itu menurut Do Hoon lain hal nya dengan Do Kyung, kakak iparnya ini bahkan tak pernah memandangnya. “Dia menyuruhku berhenti bekerja dan hanya mengurus rumah tangga saja!” Do Hoon terkejut.
Da Hae mengatakan kalau ini terjadi karena dirinya meminta pada ayah mertuanya untuk membiarkan dirinya bekerja di Yayasan. Jadi sepertinya Do Kyung marah padanya. Ia ingin sekali masuk menjadi ketua yayasan karena ia berfikir itu akan bermanfaat bagi perusahaan. Do Hoon berkata kalau pekerjaan itu sudah lama dikerjakan oleh kakaknya. Kakaknya mungkin berfikir kalau Da Hae akan merampas posisi itu. Ia minta Da Hae tak perlu khawatir ia akan mencoba meyakinkan kakaknya.

Da Hae memperlihatkan wajah khawatirnya, “Apa dia akan berubah pikiran?” Do Hoon menjawab tentu saja, jadi ia harap Ha Hae tak perlu memikirkan hal itu lebih baik sekarang tidur saja. Da Hae tersenyum setelah mendengar kepastian kalau dirinya tetap akan bekerja di Baek Hak.
Do Kyung di kamarnya mengingat pelukan Ha Ryu yang tiba-tiba. Do Kyung masih merasakan pelukan itu di tubuhnya. Setelah sekian lama, sekarang ia kembali merasakan pelukan seorang pria selain keluarganya.
Keesokan harinya dalam perjalanan menuju kantor Do Kyung tampak terdiam. Ia pun menghubungi Ha Ryu, “Pengacara Cha, hari ini apa kita bisa bertemu?”
Do Kyung menunggu kedatangan Ha Ryu di sebuah kafe. Ha Ryu datang sesudahnya tergesa-gesa. Do Kyung minta maaf karena tiba-tiba meminta Ha Ryu menemuinya. Ha Ryu juga sebenarnya ingin menghubungi Do Kyung. Ha Ryu mengajak Do kyung untuk nonton film bersamanya. Do Kyung tak menjawab ajakan Ha Ryu, ia pun mulai membicarakan tujuannya bertemu Ha Ryu.
Do Kyung : “Pengacara Cha, kurasa lebih baik kita hentikan sampai disini saja!”

“Hentikan apa?” Tanya Ha Ryu.

Do Kyung : “Kau dan aku, menghentikan kita yang seolah-olah pacaran.”

Ha Ryu terdiam mendengar ajakan Do Kyung yang meminta menghentikan kepura-puraan hubungan mereka. Do Kyung mengatakan kalau sejak awal, hubungan itu dimulai hanya untuk menghentikan pernikahan Do Hoon. Tapi sekarang Do Hoon sudah menikah jadi ia dan Ha Ryu sudah saatnya untuk menghentikan ini.

Ha Ryu mengingatkan kalau Do Kyung-lah yang berkata membutuhkan bantuannya, apa Do Kyung tak ingat. Do Kyung berkata kalau ia mengingatnya.

Ha Ryu : “Aku tetap di sampingmu bukan sekedar untuk menghentikan pernikahan mereka. Aku berfikir, kau dan aku memiliki perasaan satu sama lain.”
Apa yang dikatakan Ha Ryu membuat Do Kyung terdiam. Ia pun berusaha menyangkal perasaannya, “Aku tak memiliki perasaan apapun padamu!”

Ha Ryu : “Benarkah?”

Do Kyung yang mencoba mengingkari perasannya menjawab dengan pasti ya. “Dan lagi aku mendengar kalau Do Hoon memintamu untuk bekerja sebagai konsultan pengacara, maafkan aku tapi aku akan meminta pengacara lain. Kalau kita terus bertemu di kantor, kita berdua akan merasa tak nyaman.”

Ha Ryu : “Kalau kau tak memiliki perasaan padaku kenapa kau merasa tak nyaman bekerja denganku?”

Do Kyung tak mau memperlebar perbincangan ini pokoknya bagaimana pun juga ia tak ingin bertemu dengan Ha Ryu lagi. Do Kyung permisi meninggalkan Ha Ryu sendirian di kafe. Ha Ryu jadi kesal karena jalan ia masuk ke Baek Hak jadi gagal. Ia harus memikirkan cara lain.
Di kantor pengacara Ha Ryu dan Sam Do bingung mengikirkan cara lain agar Ha Ryu berhasil masuk ke perusahaan Baek Hak. Soo Jung datang membawa banyak tumpukan buku. Ia tampak kepayahan membawanya. Ha Ryu membantunya.
Soo Jung mengatakan kalau ia sudah membawa buku-buku dan dokumen yang bisa Ha Ryu pelajari untuk hari ini. Ha Ryu minta maaf sudah membuat Soo Jung membawakan buku-buku ini tapi sepertinya sekarang ia sudah tak membutuhkannya lagi. Soo Jung tak mengerti apa maksudnya.
Sam Do memberi tahu kalau sepertinya bekerja untuk Baek Hak bukan lagi suatu pilihan tapi kita memang harus masuk ke sana dan berada di samping Joo Da Hae untuk balas dendam. Ia bertanya pada Ha Ryu apa yang harus dilakukan.
Ha Ryu juga belum tahu apa yang harus dilakukannya. Ia minta maaf pada Soo Jung karena sudah ikut repot karena dirinya. Ia meminta Soo Jung tak perlu khawatir. Ia berjanji akan mencari cara lain.
Do Kyung berada di ruangan Presdir Baek meminta tanda tangan untuk laporan. Setelah mendapatkan tanda tangan, Do Kyung meyakinkan ayahnya kalau posisi ketua Yayasan ia yang akan meneruskannya. Ia mengatakan kalau Komite Beasiswa adalah sesuatu yang diberikan ibu padanya. Ia tak bisa memberikan itu pada orang lain.

Presdir pun mengambil jalan tengah ia menyuruh Do Kyung dan Da Hae yang mengurus yayasan. Presdir Baek kemudian bertanya kapan Pengacara Cha mulai bekerja. Do Kyung bingung menjawabnya bagaimana, “Tentang Pengacara Cha dia mungkin tak bisa.” Ia akan mencari pengacara lain.

Presdir heran memangnya kenapa. “Apa terjadi sesuatu? Apa kalian putus?” Do Kyung tak menjawab ia mengatakan kalau dirinya ada rapat. Do Kyung permisi untuk menghindari pertanyaan yang lebih jauh. 

Presdir Baek bergumam kesal, “Ya ampun memikirkan dia akhirnya bertemu seorang pria, seharusnya aku sudah menduganya.”
Da Hae masuk ke ruangannya dan terkejut melihat Ha Ryu duduk santai di kursinya. “Apa yang kau lakukan di kantorku?”

Ha Ryu menatap santai, “Kenapa? Apa kau kecewa? Kenapa kau terkejut?”

Da Hae marah menyuruh Ha Ryu keluar dari kantornya sebelum ia memanggil seseorang. Ha Ryu tak takut dengan ancaman Da Hae, “Aku sudah melakukannya. Do Hoon sedang dalam perjalanan kesini.”
Da Hae mencibir, “Apa kau pikir aku akan diam saja kau melakukan ini?” Ha Ryu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Da Hae. Da Hae mundur perlahan terpojok di dinding. Da Hae mulai ketakutan.
“Benarkah?” dengan tatapan marah Ha Ryu menahan tubuh Da Hae di dinding. “Kalau begitu bisakah aku melihat ekspresi ketakutan di wajahmu?”

“Apa yang kau lakukan? keluar!” usir Da Hae mendorong Ha Ryu.
Tapi dengan sigap Ha Ryu menahan tangan Da Hae di dinding. Tatapan matanya lebih marah lagi. Da Hae semakin ketakutan.
Dan benar saja Do Hoon dalam perjalanan menuju kantor Da Hae.
Ha Ryu menjatuhkan tangan kiri Da Hae ke bawah. “Da Hae-ya!” suara Ha Ryu berubah lirih dengan tatapan memohon. “Mari kita ungkapkan semuanya dan kembali ke tempat kita yang dulu.”

Do Hoon semakin dekat ke kantor Da Hae.
Perlahan Ha Ryu meremas jemari kiri Da Hae. Ia mendekatkan wajahnya akan mencium Da Hae. Tapi Da Hae memalingkan wajahnya, “Apa kau sudah gila? Keluar!” usir Da Hae.
Tok tok tok, pintu ruangan di ketuk dari luar. Da Hae panik dan berdiam diri di tempatnya berdiri. Pintu dibuka Do Hoon yang masuk. Ha Ryu dan Da Hae berada dibalik pintu. Do Hoon berdiri di depan pintu celingukan mencari keberadaan Da Hae tapi ia tak menemukan siapapun di ruangan itu.
Do Hoon Tak juga menoleh ke samping tempat dimana Ha Ryu dan Da Hae berdiri. Da Hae berusaha setenang mungkin tak bersuara. Ha Ryu berdiri santai di depan Da Hae. Tubuh Da Hae menegang ketika Do Hoon hampir melihat dirinya.

Tapi beruntung karena Do Hoon tak melihat keduanya. Do Hoon pun keluar ruangan dan kembali menutup pintu. Da Hae yang marah mendorong Ha Ryu. Ia segera mengambil tas dan jaketnya meninggalkan ruangan dengan penuh kemarahan. Ha Ryu hanya tersenyum sinis melihat ketakutan dan kepanikan Da Hae.
Di kantor pengacara, Bibi Hong menyiapkan banyak makanan. Sam Do mendapatkan porsi makanan yang lebih banyak, itu membuat Ha Ryu dan Taek Bae terheran-heran. Sam Do tersenyum senang dan bertanya apa Bibi Hong tak ikut makan bersama. Bibi Hong berkata kalau ia juga akan makan bagiannya. Ia pun kembali ke dapur untuk mengambil makanan lain. Melihat porsi makan yang banyak Sam Do merasa kalau ia baru saja dilamar. Ha Ryu bengong ga ngerti.

Sam Do : “Ketika dia memberiku makanan sebanyak ini, itu maksudnya pernikahan. Kalau tidak, dia tak mungkin memberiku sebanyak ini.”

Taek Bae malas mengomentari bualan Sam Do. Bibi Hong keluar dari dapur membawakan makanan yang lain. Taek Bae meminta Bibi Hong cepat menyajikan makanan yang lainnya. Ia memuji masakan Bibi Hong benar-benar enak. Ia merasa kalau Bibi Hong ini bisa memulai bisnis menjual masakan seperti ini.
Ha Ryu setuju, kalau Bibi Hong membuka bisnis restouran pasti akan laku. Bibi Hong merasa kalau ia membuka bisnis ia membutuhkan uang untuk modal. Ia meratapi nasibnya yang hanya bisa bekerja untuk orang lain selama sisa hidupnya.
Sam Do juga memuji kalau masakan Bibi Hong sangat enak, ”Ahn Shim-ssi, ini sangat enak.” Bibi Hong hanya mengangguk saja mendengar pujian Sam Do. Ia cuek dan mulai menikmati mie buatannya haha.

Sam Do : “Ahn Shim-ssi, aku akan membuka restouran mie jadi tolong kau jadi kokinya ya?”

“Iya iya aku sudah mendengarnya. Jadi selesaikan saja makanmu.” Ucap Bibi Hong menilai ucapan Sam Do hanya bualan semata.

“Hei, aku akan membuka restouran mie!” Sam Do mengulangi ucapannya lagi.

“Iya iya iya.” sahut Bibi Hong cuek dan tetap mengunyah makanannya. 
Bibi Hong kemudian bertanya pada Ha Ryu kenapa menginginkan bertemu dengannya dan Taek Bae disini. Ha Ryu memberikan buku rekening miliknya pada Bibi Hong. Bibi Hong heran melihat buku rekening yang sudah usang tak bersampul. Ia membukanya. Taek Bae ikut melihat dan tahu kalau berdasarkan tanggal pengiriman uang bukankah ini ketika Da Hae kuliah di Amerika. Ha Ryu diam tak menjawab.
Taek Bae kesal, “Kau sudah bekerja seperti anjing, buku rekening ini menunjukan pengiriman uang untuk Da Hae,”

Bibi Hong turut sedih, Ha Ru sudah mengirim uang pada Da Hae ketika di Amerika secara rutin, 2 minggu sekali, 3 minggu sekali. 250 rb won, 500rb won dan 350rb won. 2 kali dalam setahun Ha Ryu juga pernah mengirimnya sekaligus 5 juta won, 7 juta won. Bibi Hong tak menyangka, “Aigoo apa dia tahu bagaimana uang ini dihasilkan.”
Ha Ryu membutuhkan bantuan Bibi Hong, “Apa kau bisa mengirimkan buku rekening ini pada suaminya Joo Da Hae?”

Bibi Hong kaget, “Apa kau mau aku mengirimkan ini pada suaminya Da Hae?” Ha Ryu mengangguk.
Tengah malam, Sam Do berada disuatu tanah di belakang gudang yang sepi. Ia menggali tanah di belakang gudang itu. Dan apa yang ia ambil, se-ember uang kertas. Haha. Rupanya ada harta Sam Do yang sengaja di sembunyikan ya. Haha.
Benar saja Sam Do pun berniat membuka restouran. Ia mengajak Ha Ryu, Bibi Hong dan Taek Bae ke restouran barunya. “Hong Ahn Shim-ssi, apa kau menyukai restourannya?” tanya Sam Do.

Bibi Hong tersenyum senang, “Tentu saja. Kapan kau mau aku mulai bekarja?” Sam Do berkata kalau mulai sekarang Bibi Hong sudah bisa bekerja. Bibi Hong pun ingin tahu pekerjaan apa yang harus dilakukannya. Apa yang harus ia lakukan lebih dulu.

Sam Do mendekatkan wajahnya ke arah Bibi Hong. Bibi Hong spontan memundurkan wajahnya. “Tetaplah berdiri disana!” kata Sam Do. (hahaha)
Taek Bae masih bingung ada apa dengan Sam Do. “Begitu dia selesai membicarakannya restouran langsung dibuka. Apa dia punya banyak uang?”

Ha Ryu mengatakan kalau beberapa orang bilang Sam Do punya simpanan uang yang terkubur disuatu tempat.

“Apa? Terkubur?” mata Taek Bae terbelalak saking kagetnya.

Bibi Hong teringat pada buku rekening milik Ha Ryu, haruskah ia menyuruh orang untuk mengantar buku rekening ini pada suaminya Da Hae. Taek Bae langsung merespon apa akan menyuruh dirinya untuk mengantar itu. Ha Ryu bilang tentu saja bukan, Ha Ryu meminta Bibi Hong menggunakan jasa pengiriman cepat saja. Ha Ryu juga mengingatkan agar ketika Bibi Hong mengirimnya pastikan menuliskan alamat dan nama Bibi Hong disana.
 
Buku rekening itu pun kini sudah berada di tangan Do Hoon. Do Hoon membuka buku rekening yang tak bersampul itu. “Tranfer dana internasional untuk Joo Da Hae.” Do Hoon membaca siapa pengirimnya, Hong Ahn Shim. Ia tentu saja heran kenapa mengirim buku rekening ini padanya.
Pintu ruangan Do Hoon diketuk, seseorang datang. Ha Ryu. Ha Ryu bertanya apa Do Hoon sibuk. Do Hoon bilang tidak. Ha Ryu melihat kegelisahan Do Hoon yang melihat buku rekening. Ia pun ingin tahu dan pura-pura bertanya apa ini. Do Hoon bilang bukan apa-apa.

Ha Ryu mengambil buku rekening itu, “Ini buku rekening tapi kenapa sampulnya robek? Transfer dana internasional untuk Joo Da Hae? Apa ini berarti ada seseorang yang mengirimkan uang untuk Joo Da Hae? Kalau ini transfer dana internasional berarti ketika dia di luar negeri seseorang di Korea mengirimkan uang padanya.”

Do Hoon yang tak mempercayai buku rekening itu menilai kalau ada seseorang yang sedang membuat lelucon dengannya. Ia pun bertanya kenapa Jae Woong Hyung-nya ini datang. Ha Ryu tak menjawab ia malah berkata kalau siapapun orangnya mereka tak seharusnya membuat lelucon seperti ini. Ha Ryu membaca amplop pengirim dan melihat siapa pengirimnya. “Disini ada nama pengirimnya, haruskah aku mengambil langkah hukum?”

Do Hoon bilang tak perlu, “Apa buku rekening seperti itu sebenarnya benar-benar ada? Seseorang pasti sedang membuat lelucon. Aku tak seharusnya merespon sesuatu yang seperti ini. Jangan khawatirkan soal ini.”

Do Hoon pun mengajak Ha Ryu ngobrol sambil minum teh. Wah ternyata Ha Ryu sudah salah tebak nih, Do Hoon ternyata ga terpengaruh sama buku rekening itu.
 Opening restourannya Sam Do. Namanya Restouran Pho Bay (salah satu sponsornya Yawang, sama seperti Droptop hehe) openingnya rame. Do Hoon berada di mobil di depan restouran itu. (hmm sepertinya Bibi Hong menggunakan alamat restouran ini di paket yang ia kirim pada Do Hoon dan Do Hoon ingin tahu kenapa ada orang yang mengirim buku rekening itu padanya)
Ha Ryu juga ada disana menikmati mie restouran Pho Bay. Taek Bae jadi pelayan disana. Seorang pelanggan meminta diambilkan air minum. Melihat Taek Bae yang sibuk Ha Ryu pun bersedia mengambilkan air minum untuk si pelanggan. Taek Bae bilang tak usah lebih baik Ha Ryu makan saja dan cepat pergi. “Hei kau itu sedang sibuk, itu disana ambil pesanan mereka di sebalah sana!” perintah Ha Ryu hehe. Ia pun mengambilkan air minum untuk pelanggan.
Do Hoon memutuskan untuk masuk ke restouran Pho Bay. Sam Do melihat Do Hoon masuk ke restouran, ia tercengang tak menyangka kalau Do Hoon akan datang. “Bagaimana ini, itu Baek Do Hoon. Ha Ryu ada di dalam. Bukankah dia bilang kalau Baek Do Hoon tak akan pernah datang ke alamat ini?”

Bibi Hong yang belum pernah melihat Do Hoon mempersilakan masuk. Ia mengira kalau Do Hoon ini salah satu pelanggan yang ingin mencoba menu di restouran baru.
Do Hoon melihat-lihat sekeliling restouran. Disana ada Ha Ryu yang tengah membantu Taek Bae. Untung saja pandangan mata Do Hoon tak terarah pada Ha Ryu. Ha Ryu yang terkejut melihat kedatangan Do Hoon langsung bersembunyi. Taek Hae heran, ada apa. Ha Ryu memberi kode kalau disana ada Baek Do Hoon.
Bibi Hong melihat Do Hoon yang hanya berdiri di pintu masuk. Ia pun mempersilakan Do Hoon masuk ke restouran.

“Hong Ahn Shim!” teriak Sam Do mengagetkan Bibi Hong. Bibi Hong heran kenapa bosnya ini memanggil sekaras itu. Sam Do sengaja menyebut nama Bibi Hong untuk menarik perhatian Do Hoon. Ia mengucapkan selamat atas dibukanya restouran BibiH Hong.
Mendengar nama Hong Ahn Shim disebut, Do Hoon teringat nama si pengirim buku rekening. Do Hoon pun memberianikan diri bertanya, “Apa mungkin kau ini Hong Ahn Shim?” Bibi Hong membenarkan.

Do Hoon pun menunjukan buku rekening yang dikirim padanya. “Apa kau mengirimkan ini padaku. Namaku Baek Do Hoon.” Bibi Hong pun mengajak Do Hoon bicara berdua di ruangan lain.
Ha Ryu dan Sam Do bersembunyi dibalik tembok memperhatikan Do Hoon. Ha Ryu tak menyangka ternyata Do Hoon akan datang padahal waktu itu ia melihat kalau Do Hoon seolah tak peduli pada buku rekening itu.
Do Hoon bertanya pada Bibi Hong apa mengenal Joo Da Hae. Bibi Hong menjawab kalau ia sangat mengenal Da Hae. Bibi Hong pun balik bertanya apa Do Hoon memberi tahu Da Hae kalau ia mengirim buku rekening itu pada Do Hoon. Do Hoon tak menjawab ia malah bertanya apa alasan Bibi Hong mengirim buku rekening itu padanya. Bibi Hong berfikir kalau Do Hoon seharusnya tahu mengenai detail dari buku rekening itu.

Do Hoon : “Kenapa aku harus tahu?”
Bibi Hong menjelaskan bahwa seperti yang Do Hoon lihat dari transaksi bank, itu menunjukan kalau ada uang yang dikirimkan pada Da Hae ketika dia kuliah di Amerika. Termasuk biaya tiket pesawat ke Amerika. Dia mendapatkan uang dari rekening itu untuk membayar semua biaya disana. Ia bertanya apa Da Hae tak memberi tahu Do Hoon tentang itu di Amerika. Dia memiliki seorang pria di Korea yang mengirimi dia uang.
“Berapa banyak yang yang dikirimkan padanya?” tanya Do Hoon dingin. “Aku akan membayarnya sekarang!” Bibi Hong menegaskan kalau ia bukan meminta kembali uang itu. “Aku mencoba memberi tahumu wanita seperti apa Joo Da Hae.”

“Joo Da Hae itu wanitaku!” Do Hoon menyela ucapan Bibi Hong. Ia mulai emosi. “Kalau aku mengatakan dia baik-baik saja maka dia baik-baik saja. Kenapa kau mencoba menuntut penilaian dariku? Kenapa kau mencoba mempengaruhiku dengan hal seperti ini? Tak masalah kalau dia kuliah dengan uang orang lain. Kalau kau menginginkan uang itu kembali, katakan saja. Aku tak peduli kalau dia memiliki pria lain ketika itu, karena yang terpenting adalah sekarang dia wanitaku. Sekarang karena kita tak ada masalah jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi,”
Do Hoon menggebrak meja mengembalikan buku rekening itu. “Kalau kau melakukan hal seperti ini lagi, aku akan membuka 100 restouran yang sama di dekat restouranmu. Jangan pernah membuatku datang mencarimu lagi!”
Do Hoon keluar dari sana dengan kemarahan membuat Bibi Hong terheran-heran tak menyangka. Melihat Do Hoon keluar ruangan Ha Ryu panik dan menyembunyikan wajahnya menggunakan buku menu. Ha Ryu menarik nafas ternyata cara ini tak berhasil mempengaruhi Do Hoon.
Dalam perjalanan kembali ke rumah, Do Hoon memikirkan semuanya. Ia tampak kesal.
 
Sampai di rumah Do Hoon langsung ke kamarnya. Da Hae heran melihat raut wajah Do Hoon yang terlihat kesal. Da Hae tersenyum bertanya kenapa. Wajah Do Hoon berubah menjadi kekhawatiran. Ia langsung memeluk istrinya. Da Hae heran kenapa Do Hoon tiba-tiba seperti ini.

“Aku merindukanmu!” ucap Do Hoon.
Da Hae tertawa heran, kenapa tiba-tiba. Do Hoon semakin erat memeluk Da Hae. Ia tak mau kehilangan Da Hae. Da Hae pun berkata bukankah Do Hoon tahu kalau hanya Do Hoon satu-satunya untuknya.

“Kau juga satu-satunya bagiku!” Do Hoon semakin erat memeluk Da Hae.
Do Kyung menyiapkan obat untuk ayahnya. Sebelum ia ke kamar ayahnya ia teringat ucapan ayahnya bahwa ayahnya merasa senang kalau diurus oleh menantu perempuan. Do Kyung meletakan kembali obat ayahnya di meja.

Do Kyung ke kamar Da Hae, sebelum mengetuk pintu ia mendengar canda tawa Do Hoon dan Da Hae. Do Kyung menahan kesal dan tetap mengetuk pintu kamar Da Hae. Da Hae keluar kamar. Do Kyung mengajak Da Hae ke dapur karena ada yang ingin ia ajarkan pada Da Hae. Da Hae nurut dan mengikuti Do Kyung ke dapur.

Di dapur juga ada Bibi Ji Mi yang minum sambil duduk santai. Do Kyung mengajarkan Da Hae menyuguhkan obat untuk ayahnya. Karena mulai sekarang ia akan menyerahkan tugas itu pada Da Hae. Ia menunjukan dimana letak menyimpan obatnya, menaruh air di obat. Dan tak lupa kalau ayahnya juga selalu mengunyah licorice (akar manis) setelah minum obat. Da Hae tersenyum mengerti.
Bibi Ji Mi heran apa sekarang Da Hae juga bertugas memberikan obat untuk kakaknya. “Selama 10 tahun terakhir bukankah kau yang mengurus itu semua sendiri. Ini rasanya seperti mengalihkan kekuasaan atau sesuatu yang seperti itu.” Do Kyung berkata kekuasaan apa yang Bibinya katakan. Ia hanya mengatakan tentang obat ayahnya. Untuk hari ini ia yang akan membawakannya dan mulai besok Da Hae lah yang melakukannya. Ia mengingatkan agar Da Hae jangan sampai lupa melakukannya.
Presdir Baek makan bersama dengan Walikota Seok di sebuah restouran. Tapi Presdir Baek tampak tak nafsu makan. Walikota Seok bertanya kenapa, apa yang disediakan ini tak sesuai dengan selera Presdir. Walikota Seok berniat memanggil manajer restouran untuk menyiapkan menu lain. Tapi Presdir bilang tak usah. Ia mengatakan kalau dirinya sedang tak berselara makan.
Presdir Baek meminta bantuan pada Walikota Seok, “Bisakah kau mencarikan seseorang untuk menjadi konsultan pengacara untuk yayasan.”

Walikota Seok mengira kalau Presdir sudah memiliki seseorang untuk dicalonkan. Presdir Baek berkata kalau orang pilihannya sepertinya tak bisa. Ia membutuhkan seseorang yang pantas untuk bisnis seperti ini dengan citra yang bersih dan juga dapat diandalkan. Ia ingin Walikota Seok mencari seseorang yang masih muda untuk posisi itu. Walikota Seok mengerti ia akan mencarikannya.

Presdir Baek : “Dan untuk kepentingan dari mendirikan yayasan ini kau seharusnya tahu dengan baik. Begitu yayasan ini didirikan kita bisa mendapatkan dana kampanye pemilihan dari sana. Tak banyak waktu yang tersisa sampai pemilihan Presiden.”
Dalam hati Walikota Seok bahagia sekali tapi ia menyembunyikan kegembiraannya itu. Ia berterima kasih pada Presdir Baek. Presdir Baek berkata kalau Walikota Seok tak perlu berterima kasih padanya, “Ketika kau menjadi Presiden kau bisa berterima kasih padaku melalui tindakanmu!” Walikota Seok pun siap melakukannya. Presdir Baek pamit karena ia ada janji dengan Menteri Park.
Walikota Seok memberi hormat dan berpesan pada Presdir agar hati-hati di jalan. Presdir menepuk pundak Walikota Seok. Ia berjanji akan kembali menemui Walikota Seok lain waktu. Walikota Seok melihat ada kotoran di sepatu Presdir Baek, “Presdir tunggu sebentar!” cegahnya. Walikota Seok langsung jongkok membersihkan sepatu Presdir Baek menggunakan lengan bajunya.

Tatapan Walikota Seok lain, huwaaaa sepertinya ia terpaksa merendahkan diri seperti ini untuk mendapatkan bantuan yang berguna baginya. Presdir Baek meminta Walikota Seok berdiri karena hal itu bisa membuat pakaian Walikota Seok bisa kotor. Walikota Seok menunduk memberi hormat mengatakan kalau itu tak apa-apa. Presdir Baek tersenyum senang dengan bentuk perhatian yang ia dapatkan. Ia pun berterima kasih.  Setelah Presdir Baek pergi, Walikota Seok kembali menegakan tubuhnya. Ia merapikan bajunya.
Walikota Seok berada di rumah bersama Soo Jung yang tengah mengupas apel. Ia kemudian bertanya apa putrinya ini ingin bekerja di Yayasan Baek Hak. Soo Jung terkejut mendengar tawaran pekerjaan dari ayahnya, “Yayasan Baek Hak? Kenapa tiba-tiba?”
Walikota Seok : “Bukankah kau bilang berhenti bekerja di kantor pengacara. Karena ini masih baru didirikan mereka masih membutuhkan orang. Coba pikirkan dulu!”

Soo Jung mengerti. Walikota Seok berkata kalau Soo Jung berhasil melalui tes maka akan lebih mudah bagi Soo Jung untuk menjadi konsultan pengacara di Yayasan Baek Hak.
Soo Jung bertanya apa di Yayasan Baek Hak masih belum ada konsultan pengacara. Walikota Seok menjawab belum. Soo Jung teringat ucapan Ha Ryu yang menginginkan masuk ke Baek Hak untuk membalas dendam pada Da Hae. Soo Jung punya ide, “Ayah apa aku bisa merekomendasikan seorang pengacara untukmu?”
Soo Jung dan Ha Ryu janjian bertemu. Soo Jung mengatakan kalau sebentar lagi Ha Ryu akan menerima panggilan telepon dari ayahnya. “Aku merekomendasikan dirimu untuk mengisi posisi konsultasn pengacara di Yayasan Baek Hak.”

Ha Ryu masih belum paham, apa masksud Soo Jung ini dari ayah Soo Jung. Soo Jung memberi tahu kalau mantan Walikota Seok Tae Il adalah ayahnya. Dia sepertinya dekat dengan Presdir Baek.”
Ha Ryu senang, “Benarkah? itu benar-benar bagus.” Tapi ia sedikit khawatir, “Apa ayahmu tak tahu hubungan antara kau dengan kakakku?” Soo Jung mengatakan kalau ayahnya hanya tertarik pada pekerjaan. Ayahnya bahkan tak mengingat hal lain, jadi ha ryu tak perlu khawatir karena ayahnya belum pernah bertemu dengan Jae Woong. Ayahnya bahkan mungkin tak mengingat nama Jae Woong.

Soo Jung mengingatkan bagaimanapun kalau ayahnya menelepon katakan padanya kalau Ha Ryu akan melakukan yang terbaik. “Aku sangat memujimu di depan ayahku.” Ha Ryu berterima kasih atas bantuan Soo Jung.

Soo Jung juga mengatakan kalau di kantor ada brankas. Disana ada file kasus penting yang ditangani Jae Woong dan juga ada beberapa data pribadi itu bisa membantu Ha Ryu untuk berperan sebagai Cha Jae Woong. Ha Ryu kembali mengucapkan terima kasih. Soo Jung menyerahkan secarik kertas bertuliskan password brankas. “Demi Jae Woong kali ini tolong jangan gagal!” pinta Soo Jung. Ha Ryu mengangguk berjanji.
Ha Ryu pun membuka brankas dengan password pemberian Soo Jung. 780517 (tanggal lahirnya si kembar ya hehe berarti Ha Ryu juga donk ya) Ha Ryu mengambil buku-buku yang ada di brankas kakaknya.
Sam Do terkejut mendengar apa yang Ha Ryu beritahukan padanya, “Apa yang baru saja kau katakan? Ayahnya Seok Soo Jung adalah mantan Walikota Seok Tae Il?” Ha Ryu dengan santai membenarkan tadi Soo Jung mengatakan itu padanya.
“Oh ya ampun aku bisa pingsan!” gerutu Sam Do. “Ayahnya Seok Soo Jung itu walikota Seok Tae Il. Mantan Walikota Seok itu dulunya seorang pengacara.” Ha Ryu tahu itu, makanya kenapa sekarang ia mempelajari semua tentang pengacara Cha Jae Woong. Sam So mengingatkan kalau Ha Ryu masuk ke Baek Hak maka akan ditesting oleh Walikota Seok, “Berpura-pura menjadi pengacara, kau bisa segera ketahuan!”
Ha Ryu : “Kalau aku tak bisa membodohi Walikota Seok aku juga tak akan bisa membodohi Presdir Baek. Itu artinya aku tak bisa bekerja di Baek Hak. Tak peduli apapun aku harus bekerja di Baek Hak.”

Sam Do menilai ini sungguh gila. Cara yang mudah masuk ke Baak Hak adalah melalui Direktur Baek Do Kyung. Dia yang seharusnya memberikan posisi itu pada Ha Ryu, “Kenapa kau harus ditolak oleh Do Kyung?”

Ha Ryu juga tampak mengerutkan kening. Ia bingung dokumen mana dulu yang harus dibaca. Ha Ryu akan membaca sebuah buku, Sam Do mengingatkan kalau sekarang tak ada waktu untuk melihat buku ini. Cobalah untuk menghubungi teman sekelasdi Institute sebelum kau bertemu Walikta Seok. Cepat cepat!”
Walikota Seok menemui Presdir Baek di kantor Baek Hak. Disana juga ada Do Kyung selaku ketua Yayasan. Walikota Seok berkata kalau ia tengah mengharapkan seorang pengacara untuk bekerja di Yayasan Baek Hak. Presdir ingin tahu apa dia seseorang yang bisa dipercaya. Walikota Seok mengatakan kalau yang ia rekomendasikan ini berasal dari Institute penelitian dan peradilan dengan nilai tertinggi. Ditambah lagi sepertinya dia masih belum terjun ke dunia politik. Dia sudah banyak membela kasus untuk sipil dan hak buruh. Jadi dia punya reputasi yang baik.

Presdir menilai itu kriteria yang bagus. Tapi menurut Walikota Seok bagaimana pun juga Presdir Baek harus bertemu dengan pengacara yang ia rekomendasikan dulu baru bisa memutuskan mau menerima atau tidak.
Sekretaris Presdir melapor kalau ada tamu. Presdir mempersilakan masuk dan tamu itu adalah Ha Ryu. Presdir Baek dan Do Kyung terkejut ternyata pengacara yang direkomendasikan oleh Walikota Seok adalah Pengacara Cha Jae Woong. Walikota Seok tak menyangka ternyata Presdir Baek sudah mengenal Pengacara Cha.
Presdir Baek merasa kalau ini jodoh diantara ia dan pengacara Cha. Ha Ryu berkata kalau ia juga terkejut dengan penawaran itu. Presdir Baek pun tak perlu mempertimbangkannya lagi, ia langsung menerima Pengacara Cha sebagai konsultan pengacara di Yayasan Baek Hak. Presdir bertanya pada Do Kyung selaku ketua Yayasan apa Do Kyung bisa menjelaskan dengan baik pada Pengacara Cha mengenai pekerjaannya. Do Kyung yang masih terkejut menjawab ya.
Do Kyung dan Ha Ryu menuju kantor ruangan Do Kyung. Keduanya berada di dalam lift. Do Kyung tak mengerti bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana bisa pengacara Cha ini menjadi konsultan pengacara di yayasannya. Ha Ryu berkata kalau melalui mantan Walikota Seok ia datang bekerja secara resmi sebagai konsultan pengacara di Yayasan Baek Hak, tak ada tujuan lain. Jadi Do Kyung tak perlu khawatir.
Keduanya berada di ruangan Do Kyung. Ha Ryu memeriksa beberapa dokumen tentang Yayasan Baek Hak. Ia ingin tahu kenapa Do Kyung memperluas Komite Beasiswa menjadi yayasan. Do Kyung mengatakan kalau itu untuk memenuhi ideologi perusahaan yang berkontribusi dalam mensejahterakan rakyat.

Ha Ryu tak menginginkan alasan jawaban seperti dari buku teks tapi alasan yang sebenarnya. Ia mengingatkan kalau dirinya ini bukanlah wartawan yang ingin mengorek kasus korupsi di Baek Hak. Ia adalah konsultan pengacara untuk Yayasan Baek Hak jadi katakan saja semua yang sebenarnya karena ia tahu yang Do Kyung sampaikan itu bukan jawaban sebenarnya.

Do Kyung : “Kalau kau merasa itu bukan alasannya menurutmu apa alasan yang sebenarnya?”

Ha Ryu : “Kau harus menjawab pertanyaan itu. Aku hanya konsultan pengacara yang mencoba memahami pekerjaanku disini!”

Do Kyung pun mulai menjelaskan alasan yang sebenarnya, salah satunya adalah untuk memperkuat pengaruh dari perusahaan.
 “Kenapa kau berusaha menjaga jarak denganku?” tiba-tiba Ha Ryu mengalihkan ke pertanyaan lain dengan tatapan sendu.

Do Kyung pun membalas tatapan Ha Ryu, “Apa kau bisa hanya menanyakan pertanyaan tentang konsultan pengacara denganku?”

“Kenapa kau mengunci dirimu di belakang dinding?” Tanya Ha Ryu lagi.
“Apa alasanmu bekerja di Baek Hak grup?” Do Kyung balik bertanya. “Kau bekerja sebagai konsultan pengacara, aku tahu kalau ini pasti bukan kebetulan.”
“Itu karena aku tak bisa mendekatimu!” ucap Ha Ryu.
Do Kyung berusaha menghindari kontak mata dengan Ha Ryu, “Apa kau bisa keluar sekarang?”

Ha Ryu tetap duduk menatap Do Kyung. Do Kyung kembali memerintahkan Ha Ryu untuk keluar dari ruangannya sekarang. Ha Ryu mengerti ia akan membahas tentang pekerjaan di lain waktu.
Presdir Baek menonton TV di kamarnya. Da Hae masuk ke kamarnya membawakan obat yang selalu ia minum. Presdir Baek tersenyum sumringah, “Mulai hari ini apa kau yang membawakan obat ku?” Da Hae tersenyum mengiyakan. Presdir merasa karena Da Hae yang membawakan obatnya, ia merasa obat yang dimakannya hari ini terasa lebih baik. Ia pun berpesan agar Da Hae bekerja dengan baik lagi.
Malam harinya, Presdir Baek merasakan tubuhnya tak enak, ia muntah-muntah di kamarnya. Tubunya lemas, perutnya sakit, keringat dingin keluar. Ia berusaha bangun dari tempat tidurnya berjalan berpegangan pada dinding kamarnya.

Presdir berteriak memanggil putra-putrinya. Sakit di perutnya semakin menjadi, Presdir Baek tak kuat berdiri dan tergeletak di lantai. Mendengar teriakan Presdir Baek. Semua keluar kamar dan menuju kamar presdri yang ada di lantai bawah. Bibi Ji Mi panik, suara apa itu. Do Kyung juga ikut panik, itu suara ayah, katanya.
Do Kyung membuka pintu kamar dan mendapati ayahnya tergeletak di lantai. Seluruh tubuh Presdir Baek berkeringat. Da Hae ikut cemas, kenapa tiba-tiba mertuanya jadi seperti ini.
Presdir Baek langsung dilarikan ke rumah sakit. Do Kyung bertanya pada Dokter apa yang terjadi pada ayahnya. Dokter menduga kalau Presdir Baek pasti memakan sesuatu yang salah. Do Hoon menebak apa ini semacam inveksi virus. Dokter belum tahu penyebabnya, itu akan segera diketahui setelah hasil pemeriksaannya keluar.
Kabar sakitnya Presdir Baek sampai ke telinga Dewan Direksi. Para Dewan Direksi berbondong-bondong menjenguk Presdir yang sudah dibawa pulang ke rumah. Karena kesehatan yang belum pulih, Presdir tak bisa menemui tamu. Do Hoon menggantikan ayahnya menemui Dewan Direksi. Mereka ingin tahu keadaan Presdir Baek. Do Hoon mengatakan kalau ayahnya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia berterima kasih karena Dewan Direksi sudah menjenguk ayahnya. Mereka mengerti dan mendoakan Presdir agar lekas sembuh.
Do Hoon ke kamar ayahnya, disana sudah ada Do Kyung, Da Hae, Bibi Ji Mi dan dokter. Do Kyung ingin tahu apa hasil pemeriksaan ayahnya sudah keluar. Dokter mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan terdeteksi adanya zat beracun Etilen Glikol.

Mendengar kata racun Presdir Baek membuka matanya. Ia tentu saja kaget, mereka yang ada di ruangan itu juga ikut terkejut. Dokter bertanya pada Presdir, apa mungkin semalam Presdir makan sesuatu. Presdir berusaha mengingat-ingat. Bibi Ji Mi berkata bukankah semalam kakaknya ini makan malam bersama, apa ada makanan lain yang dimakan ketika sendirian.

“Obat. Bukankah ayah semalam makan obat!” seru Do Hoon.
Do Kyung langsung menoleh menatap Da Hae. Da Hae yang tak mengerti juga menatap Do Kyung. Tatapan mata Do Kyung menuduh Da Hae lah yang melakukan ini.
Keduanya pun bicara di kamar Do Kyung. Dengan tatapan menuduh Do Kyung berkata kalau ketika ia mengurus obat ayahnya hal seperti ini tak pernah terjadi, bukankah itu aneh.

Da Hae : “Aku setuju, di hari pertama aku memberi ayah mertua obat, kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa kau memberiku tugas yang tak pernah kau biarkan orang lain melakukannya selama 10 tahun terakhir ini?”
Do Kyung : “Apa?”
Da Hae : “Tak peduli bagaimana aku melihatnya, hal ini sungguh mencurigakan.”

Do Kyung menatap marah Da Hae menuduhnya, “Untuk bisa menuduhku, apa kau menaruh sesuatu yang beracun di obat ayah?”

Da Hae : “Bukankah kau yang sengaja merencanakan ini? Kau ingin memfitnahku agar aku tak bisa menjadi ketua yayasan, apa itu tidak benar?”

Do Kyung pun akan melakukan tes terhadap sisa obat-obat yang lain. “Selain obat yang ayah minum semalam kalau terbukti tidak ada zat yang berbahaya di obat lain maka aku tak akan membiarkannya. Kau bersiaplah!”

Da Hae tak takut, “Aku juga ingin mencari tahu siapa sebenarnya yang melakukan ini.”

Do Kyung mencibir ia pasti akan mencari tahu bisnis kotor apa yang Da Hae rencanakan dibalik wajah malaikat itu. Da Hae berusaha menahan emosi, untuk penghinaan yang ia dapatkan hari ini ia akan memastikan kalau dirinya akan membuat Do Kyung minta maaf padanya.
Keesokan harinya, berita sakitnya Presdir Baek muncul di TV dan menurut berita sakitanya Presdir ini karena zat beracun. Ha Ryu yang menonton berita ini segera ke rumah Keluarga Baek.
Bibi Ji Mi kesal masalah ini muncul di televisi, ia mematikan TV. Ia mengatakan kalau hasil tes menyatakan bahwa obat lain tidak mengandung zat berbahaya. “Kalau begitu, bukankah sudah jelas ada seseorang yang melakukannya dengan maksud tertentu?” Bibi Ji Mi mengulang ucapan kaliamat dalam berita. Ia kesal sebenarnya apa yang terjadi.
Do Kyung marah meminta Da Hae mengaku, “Kenapa kau tak memberitahuku yang sebenarnya? Masuk diantara ayahku dan aku. Kau menginginkan posisi ketua yayasan dicabut dariku. Kalau memang begitu katakan saja. Dengan begitu aku akan turun dari posisiku.”
Da Hae menegaskan kalau bukan dirinya yang melakukan itu. Do Hoon kesal mendengar kakaknya menuduh Da Hae yang bukan-bukan. Bagaimana bisa kakaknya mengatakan hal seperti itu. Bibi Ji Mi tambah jengkel mendengar keributan ini. “Apa yang kalian lakukan, ayah kalian bisa mendengar keributan kalian. Cepat hentikan!”

Do Kyung tak menyangka kalau Do Hoon masih saja membela Da Hae, “Apa kau tak tahu apa yang terjadi? Apa kau begitu bodoh?”
Do Hoon meninggikan suaranya, “Lalu bagaimana dengan kakak? Tanpa bukti, kenapa kau menuduh Da Hae atas apa yang terjadi? Apa motifmu? Tak peduli betapa keras aku mencoba berfikir yang sebaliknya, tapi melihat kakak menuduh Da Hae seperti ini aku juga tak bisa menghindar dari pikiran seperti itu?”

Do Kyung terkejut mendengar ucapan Do Hoon. Da Hae membenarkan apa yang dikatakan Do Hoon, kenapa Do Kyung terus menuduhnya.
Do Kyung tambah marah ia akan melayangkan tamparan ke wajah Da Hae. Tapi Da Hae menangkap tangan Do Kyung. Do Kyung berusaha melepaskan tangannya secara paksa, tapi pipinya malah tergores kuku tajam (Kuku sapa ya? Kuku Da Hae atau kuku Do Kyung sendiri)
Melihat ada darah, Do Kyung yang marah berniat akan memukul lagi. Tapi kali ini tangan Do Hoon yang menangkap tangannya. Tepat saat itu Ha Ryu sampai disana. Do Hoon meminta kakaknya menghentikan keributan ini.
Melihat Do hoon mencengkeram tangan Do Kyung, Ha Ryu membalikan tubuh Do Hoon secara paksa, “Apa yang kau lakukan pada kakakmu?”
Do Hoon marah, ia menarik kerah baju Ha Ryu. Ha Ryu pun melakukan hal yang sama. Keduanya saling mencengkeram baju menatap marah.

5 comments:

  1. Drama ini seru banget, kebetulan udh nonton ampe habis.... Soalnya penasaran.... Ternyata ada yg buat sinopsisnya.... Semangat ya......!

    ReplyDelete
  2. lanjut terus ya...!!!!
    semangat...

    ReplyDelete
  3. Do hon melindungi wanita srigala,haus akan darahhhhhhhhh
    Samdo n ahjuma cinta datang dari rasa makanan hehehe. Mini

    ReplyDelete
  4. Semangat, ini tak tunggu2 mbk. kelanjutannya... Semangat

    ReplyDelete
  5. Jadi penasaran hubungan da hae sama presiden. Semangat mbak anis!!!

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.