Tuesday 1 October 2013

Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 2 Part 2

 
Sang Chul bersama tim-nya lembur di kantor mengerjakan proposal tim 1.
Sang Chul mengingat apa yang Han Gyul ucapkan padanya. ‘Ayah adalah orang yang membunuh ibu. Tapi ayah bertingkah seolah tak melakukan kesalahan apapun.’

Sang Chul benar-benar terlihat stres. Song Hwa melihat kegundahan hati atasannya.
Keesokan harinya Sang Chul pulang ke rumah. Ia sejenak menatap foto mendiang istrinya. Ada rasa bersalah ketika ia menatap foto istrinya, ia tak berani menatapnya lama-lama. Sang Chul membuat kopi sendiri.
Han Gyul dan Hye Gyul sudah bangun. Sang Chul berkata kalau sekarang hari minggu jadi Hye Gyul bisa tidur sepuasnya. Hye Gyul dengan mata yang masih ngantuk bertanya apa ayahnya bekerja di hari minggu. Sang Chul bilang ya karena ia ada rapat penting.
Han Gyul ingin menanyakan sesuatu tapi tak jadi ia utarakan karena Hye Gyul ada disana dan tepat saat itu kedua adik laki-lakinya juga sudah bangun dari tidur.

Se Gyul menanyakan pada Han Gyul apa ada makanan yang bisa mereka makan. Doo Gyul mengeluh kalau ia juga lapar.
Han Gyul menyediakan makanan seperti ketika Bok Nyeo belum ada. Ia yang masih marah terus menekuk wajahnya. Se Gyul heran kenapa Noona-nya ini terlihat sangat menakutkan. Doo Gyul meminta Se Gyul membiarkan saja, Han Gyul sudah seperti itu sejak kemarin.
Han Gyul duduk memisahkan diri tak ikut bergabung sarapan dengan keluarganya. Se Gyul makin heran apa ayahnya tahu kenapa Han Gyul bersikap seperti itu. Sang Chul menggeleng tak tahu. Han Gyul duduk melipat tangan menatap tajam ayahnya penuh kebencian.

Mereka pun sarapan seadaanya. Se Gyul mengeluh ini kimbab segitiga yang sudah dingin. Hye Gyul merasa kalau ini seperti mereka kembali ke hari dimana Bok Nyeo belum datang.
Doo Gyul ingin tahu apa ayahnya mendapatkan informasi tentang Bok Nyeo. Ia mendengar ayahnya pergi ke Happy Company. Sang Chul berkata kalau ia memang pergi kesana.

Doo Gyul : “Apa ayah tahu dia tinggal dimana? Dia sudah menikah atau belum? Apa dia sudah bercerai?”

Sang Chul tak tahu. Doo Gyul heran jadi informasi apa yang ayahnya dapatkan. Sang Chul berkata kalau ia mengetahui sesuatu dari manajer disana. Anak-anak siap mendengarkan, apa itu.

Sang Chul : “Dia bukannya tidak mau tersenyum. Dia merasa kalau dia memang tak bisa tersenyum.” 

Se Gyul tak mengerti apa maksudnya.
“Aku tahu!” seru Doo Gyul. “Selingkuh!”
Mendengar kata selingkuh Sang Chul yang tengah minum jadi tersedak karena terkejut. Han Gyul tersenyum sinis melihat keterkejutan ayahnya.

Sang Chul mengingatkan putranya agar tak mengucapkan sesuatu yang sembarang karena Hye Gyul ada disana.
Hye Gyul berkata kalau ia tahu apa itu selingkuh. “Eo Jin bertanya pada Bok Nyeo-nim apa itu selingkuh karena ayahnya melakukan itu.”

Hye Gyul berdiri dan mulai menjelaskan arti selingkuh yang ia dengar dari Bok Nyeo. “Selingkuh adalah berbagi makanan dengan yang lain disaat dia harus berbagi makanan denganmu.” (hahaha Hye Gyul niru gaya Bok Nyeo)
Doo Gyul menegur adiknya bukankah ia sudah bilang jangan suka meniru apa yang Bok Nyeo lakukan.

Hye Gyul : “Apa itu sebuah perintah?”

Doo Gyul kesal, “Ya itu perintah!” (hahaha)

Hye Gyul : “Aku akan menuruti perintahmu!”

Hye Gyul cekikikan dan kembali duduk.
Han Gyul ikut mengomentari apa yang tadi Hye Gyul jelaskan, “Hei Eun Hye Gyul, kau harus mengetahui arti yang sebenarnya.”

Han Gyul melirik ke arah ayahnya, “Selingkuh adalah saat dimana seorang pria kepala rumah tangga membodohi istri dan anak-anaknya dengan berkencan bersama wanita lain dan mengkhianati keluarganya. Ibu Eo Jin mungkin saja bisa membunuh dirinya karena merasa terkejut.”

Sang Chul mengunyah pelan makanannya mendengar apa yang Han Gyul ucapkan.

Hye Gyul jadi takut, ia merasa bersalah pada Eo Jin. Sang Chul pura-pura sakit perut untuk menghindari pertanyaan yang mungkin tak bisa ia jawab. Ia bergegas ke kamar mandi.
Han Gyul yang hatinya masih diliputi kemarahan mengambil ponsel ayahnya. Ia masuk ke kamar Hye Gyul untuk mencari informasi di ponsel ayahnya.

Han Gyul membaca sms yang ada di ponsel ayahnya. SMS dari Yoon Song Hwa. sms yang bunyinya tentu saja berisi ucapan mesra dan ada tanda hatinya segala. Han Gyul ingat siapa wanita yang bernama Yoon Song Hwa. Dia adalah wanita yang hadir pada saat pemakaman ibunya dan pada saat itu ayahnya mengenalkan wanita itu sebagai rekan kerja. Han Gyul tak menyangka, “Dia tanpa malu-malu datang ke pemakaman ibu.”
Han Gyul ke rumah kakeknya untuk menemui tente-nya. Na Young heran kenapa Han Gyul tak masuk ke rumah. Han Gyul sedikit cemas dan bertanya apa kakek ada di rumah. Na Young bilang tak ada, kakek sedang pergi mengambil air mineral.

Han Gyul menyampaikan kalau ada sesuatu yang harus ia beritahukan pada Na Young. Na Young penasaran, apa itu apa ada yang bisa ia bantu. Han Gyul tak tahu mengatakannya bagaimana. Na Young menebak apa ini masalah sekolah, ia tahu itu memang berbeda dari saat Han Gyul di Filipina. Han Gyul bilang bukan masalah itu.

Na Young makin penasaran lalu masalah apa, “Apa kau sudah punya pacar?”

Han Gyul : Ah Tante!

Han Gyul ingin tahu pendapat tantenya mengenai ayahnya.
Na Young heran, “Kakak ipar? Apa yang aku pikirkan tentang kakak ipar?” Na Young tampak berfikir sejanak. “Dia pria baik. Dia baik dan tidak mengatakan apa-apa yang menyinggung. Dia kelihatan pemalu dan pendiam tapi itu artinya dia polos dan tulus. Pendeknya, dia itu seperti air mineral yang bersih.”

Han Gyul terkejut tak menyangka, ternyata seperti itu pendapat tentenya mengenai ayahnya. Benar-benar jauh berbeda dengan sikap ayahnya yang sebenarnya.
“Woo Na Young kau bilang apa tentang dia?” Tiba-tiba kakek datang dengan suara tinggi membuat Na Young dan Han Gyul terkejut. “Apa kau tahu kalau si brengsek itu sudah menghancurkan kehidupan kakakmu? apa? air mineral yang bersih? Dasar, jidatmu itu yang air mineral bersih.” kata kakek sambil mendorong-dorong kepala Na Young.

Han Gyul menunduk mendengar kakeknya begitu marah.

Na Young kesal, “Ah ayah hentikan. Bukankah kakak yang memilih kakak ipar, apa ayah akan marah selamanya?”
 Kakek menoleh ke arah Han Gyul. Ia menatap tak suka. Han Gyul menyapa kakeknya dengan sopan. “Jadi apa masakan pembantu barumu sangat enak untuk dimakan?” tanya kekek tanpa melihat ke arah Han Gyul. Han Gyul menjawab pendek ya.

Kakek menilai itu tidak mungkin, “Kenapa dia (Bok Nyeo) harus hidup seperti itu, padahal dia cantik dan juga punya kemampuan? Aku berani bertaruh ayahmu memilihnya karena penampilan.”

Na Young mengajak keponakannya sarapan di rumah. Ia tahu kalau Han Gyul pasti belum sarapan. Han Gyul menolak ia tak enak dengan kekek. Ia mengatakan kalau dirinya harus pergi. Ia pun permisi. Kakek menatap sendu kepergian Han Gyul huhu.
Na Young kesal kenapa ayahnya bersikap galak seperti itu pada Han Gyul, “Dia sudah capek-capek datang kesini. ‘Bagaimana pemakaman ibumu?’ ‘Sangat menghancurkan hatiku saat aku harus pergi ke pemakamannya’ ‘Aku sungguh minta maaf’ Ayah kau seharusnya mengatakan itu.”

“Kenapa aku harus minta maaf?” suara kakek tetap meninggi. “Karena Sun Young memiliki anak itu, dia harus menikah dengan si brengsek itu. Setiap kali aku melihat Han Gyul aku merasa marah sekali.”
Na Young benar-benar tak mengerti sampai kapan ayahnya akan bersikap seperti ini. Kakek berlalu dari sana sambil berkata, “Bawa Sun Young kembali dari kematian maka aku akan merubah pemikiranku.”
Seorang pria menemui Ny Hong di Happy Company mencari keberadaan Bok Nyeo. Pria itu menunjukan foto Bok Nyeo. Ny Hong berbohong kalau ia tak tahu wanita yang ada di foto. Ny Hong ingin tahu kenapa pria itu mencari wanita yang ada di foto itu. Ia tertawa mengatakan kalau di usianya seperti sekarang ia sangat mudah penasaran dengan suatu hal.
Pria itu mengatakan kalau wanita yang ada di foto adalah seseorang yang harus ia temukan. Kalau Ny Hong melihatnya ia harap Ny Hong segera menghubunginya. Pria itu memberikan kartu namanya pada Ny Hong.

(siapa pria ini? Apa hubungannya dengan Bok Nyeo? kenapa dia mencari Bok Nyeo?)

Disaat bersamaan Doo Gyul dan kedua adiknya sampai di Happy Company. Melihat ketiga klien ciliknya ia berharap kalau pria itu segera pergi agar dirinya bisa melayani kliennya. Pria itu pun permisi.
Ny Hong memberikan kue pada si kecil Hye Gyul. Ny Hong tak segera mengatakan apa yang diminta Doo Gyul. Doo Gyul berkata kalau kedatangannya ini karena ingin tahu lebih banyak tentang Bok Nyeo. Ny Hong heran bukankah ayah Doo Gyul sudah mengatakannya.
Doo Gyul berkata kalau ia mendengar dari ayah, “Bukannya dia tak mau tersenyum tapi tak bisa tersenyum.” Ny Hong membenarkan ia mengatakan kalau Bok Nyeo sudah melalui banyak hal. Jadi Bok Nyeo itu... Ketiga anak ini menatap penasaran.
Ny Hong segera menutup mulutnya, ia tak boleh keceplosan bicara. “Aku pernah menjadi seorang pembantu. Kalau aku memutuskan bicara dengan seseorang...” Ny Hong tertawa.
Doo Gyul sudah tak sabar lagi ingin tahu, ia mendekat ingin mendengar lebih jelas. Ny Hong sedikit melucu, “Ah ya ampun jantungku berdetak kencang saat anak muda mendekat padaku.” Doo Gyul kesal karena Ny Hong tak segera menjelaskannya.
 Se Gyul bertanya kenapa Bok Nyeo mengenakan jaket seperti itu. Saat ini bahkan bukan musim dingin.

Ny Hong : “Itu karena ada cerita dibalik jaket itu. Itu sebabnya dia selalu memakai jaket tak peduli panas atau dingin.”

“Apa dia memakainya sepanjang tahun? kenapa?” Doo Gyul semakin ingin tahu.

Ny Hong : “Kalau kau ingin tahu tanyakan saja langsung. Bok Nyeo akan segera kesini. Dia selalu tepat waktu.”

Se Gyul merasa kalau Bok Nyeo pasti akan marah kalau tahu mereka menyelidiki secara diam-diam.

Ny Hong mulai menghitung mundur, “5, 4, 3....”

Anak-anak bergegas mencari tempat sembunyi. Ketiganya sembunyi di bawah meja.

“2, 1...!” lanjut Ny Hong.
 Tepat pukul 2 siang Bok Nyeo sampai si Happy Company. Bok Nyeo menyerahkan amplop berisi komisi dari gajinya untuk perusahaan penyalur. Ny Hong berterima kasih, ia kagum karena Bok Nyeo tak pernah ingkar janji. Setelah menyerahkan itu Bok Nyeo akan pamit.
Nyo Hong : “apa kau sudah mau pergi? Apa kau tak suka kue? Makanlah!”

Bok Nyeo melihat kue yang ada di meja. Ia bilang tak usah. Ny Hong berkata kalau Bok Nyeo pasti merasa sulit bekerja di rumah itu karena disana banyak anaknya. Anak-anak terdiam mendengarkan. Ketiganya saling memandang heran. Bok Nyeo menjawab. “Tidak, itu tidak sulit.”
Hye Gyul tersenyum lega mendengarnya. Bok Nyeo pun pergi dari sana.
Ny Hong menyuruh anak-anak segera keluar dari persembunyian. Ia menyuruh anak-anak pergi mengikuti Bok Nyeo. “Cepat kalian pergi dan ikuti dia sekarang. Kalian bisa tahu dimana dia tinggal!” Ketiganya pun bergegas pergi.
Hihi lucu deh liat scene ini ketiga anak ini ngumpet buat ngikutin Bok Nyeo.
Di kantor Song Hwa menerima telepon dari seseorang. Ia terkejut menatap Sang Chul, “Kau bilang kau siapa?”
Song Hwa turun ke lobi kantor menemui seseorang yang meneleponnya. Itu Han Gyul.

“Bukankah kita bertemu di pemakaman?” ucap Song Hwa. “Kenapa kau ingin bertemu denganku?”

Han Gyul berkata kalau ada sesuatu yang harus Song Hwa lihat. Han Gyul menunjukan kartu ucapan ulang tahun yang berisi tulisan terakhir mendiang ibunya.

Song Hwa terkejut membacanya tapi ia berusaha bersikap tenang, “Kenapa kau menunjukan ini padaku?”

Han Gyul berkata kalau ini adalah wasiat ibunya. “Kau ikut bertanggung jawab atas kematian ibuku.” 
“Apa ayahmu juga tahu tentang hal ini?” Song Hwa menatap tajam, “Kau Han Gyul kan? Itu mungkin sulit untukmu, aku mengerti karena kau masih muda. Tapi setiap orang punya pilihan yang harus dibuat sendiri. Aku rasa kau datang kesini untuk memasang bom disini. Tapi ayahmu lah yang akan paling tersakiti.”

Han Gyul menahan marah, “Apa kau sedang mengatakan padaku untuk mengkhawatirkannya? Kau sebaiknya bersiap untuk hal lain. Aku sudah mengetahui hubungan kalian berdua.”

Song Hwa mengatakan kalau ia dan ayah Han Gyul sudah putus. Han Gyul tak percaya.
“Hei Eun Han Gyul!” Sang Chul terkejut melihat putrinya ada di kantornya bicara dengan Song Hwa. Ia menarik putrinya untuk segera pergi dari sana. “Bicara saja denganku, apa yang kau lakukan di tempat kerja ayah?”

Han Gyul meronta, “Lepaskan aku. Aku datang kemari untuk bicara dengannya. Lepaskan aku. Jangan menyentuhku. Ayah sangat menjijikan!” Sang Chul tetap menarik paksa Han Gyul keluar dari lingkungan kantor.
Doo Gyul dan kedua adiknya terus mengendap-endap mengikuti Bok Nyeo. Ketiganya terus mengikuti Bok Nyeo hingga ke taman bermain.
Bok Nyeo membeli tiket masuk. Doo Gyul berkata kalau ketiganya harus membeli tiket untuk masuk supaya bisa terus mengikuti Bok Nyeo. Hye Gyul bertanya apa Oppa-nya punya uang. Se Gyul mengusulkan bagaimana kalau membayarnya pakai jaminan ponsel. (hahaha)
Bok Nyeo membeli tiga paket makanan dan dua minuman soda. Ia duduk menatap diam makanan itu. Doo Gyul dan kedua adiknya sembunyi mengamati Bok Nyeo. Doo Gyul heran apa Bok Nyeo akan makan-makanan keluarga sebanyak itu sendirian. Hye Gyul berkata kalau ini pertama kalinya ia melihat Bok Nyeo makan. Tapi Bok Nyeo tak memakannya, ia diam saja.
Hye Gyul heran, apa Bok Nyeo tak memakan makanan itu. Se Gyul melihat ada dua gelas minuman cola ia menebak kalau Bok Nyeo pasti akan berkencan dengan seseorang disini.

Doo Gyul makin semangat ingin tahu, “Ayo kita lihat siapa yang akan dia temui. Akhirnya kita akan bisa mengungkap identitasnya.”

Se Gyul mengeluh, “Aku bahkan tak tahu kenapa harus ikut dalam permainan detektif-detektifan-mu ini.”

Doo Gyul : “Itu benar, karena kau asistenku jadi sekarang kau fokus saja.”
Bok Nyeo yang duduk diam mendengar suara tawa anak-anak yang sedang menikmati makan dengan keluarga mereka sambil bersenda gurau.
Di tempat lain, Sang Chul mengajak putrinya ke sebuah restouran. Han Gyul diam saja tak memandang wajah ayahnya. Sang Chul mengatakan kalau Song Hwa tak bersalah, dirinya lah yang melakukan kesalahan.

Han Gyul mencibir, “Ayah mengkhawatirkan wanita itu dan wanita itu mengkhawatirkan ayah. Ini kisah yang tragis dari kalian berdua.”
Sang Chul berkata bukan begitu maksudnya, ia sedang bekerja mengerjakan proyek yang sangat penting. Ia kemungkinan akan mendapatkan promosi kalau pekerjaan ini berhasil. Jadi kalau Han Gyul membongkar semuanya di kantor bisa-bisa ia dipecat dan ia tak akan bisa membiayai hidup Han Gyul dan yang lain. Apa Han Gyul mengerti itu.
Han Gyul tak habis pikir ayahnya masih membicarakan tentang promosi jabatan disaat seperti ini. Ia pun tak peduli lakukan saja apa yang ayahnya inginkan. Ia tak masalah walaupun dirinya dan saudara mati atau tidak.

Han Gyul berdiri akan pergi, “Bagi ayah wanita itu lebih penting dari kami.” Han Gyul berlalu dari sana. Sang Chul memanggil putrinya berkali-kali tapi Han Gyul yang marah mengabaikan panggilan ayahnya.
Waktu berlalu, hari pun sudah sore. Ketiga saudara ini tetap bersembunyi mengamati Bok Nyeo yang tetap duduk diam tak memakan makanan yang ada di depannya.
 Se Gyul yang kelelahan kesal dan mengeluh, “Apa ini? sekarang ini sainganku mungkin sudah menyelesaikan 10 soal olimpiade matematika.”

Doo Gyul meminta adiknya menunggu sebentar lagi.

Se Gyul : “Apa kau tahu sudah berapa jam ini berlalu? Kita punya konsep yang berbeda terhadap waktu.”

(ckckck Se Gyul sangat menghargai waktunya untuk belajar, beda dengan Hyung-nya yang selau bermain game hihi)
Hye Gyul juga terlihat lelah, “Doo Gyul oppa aku lapar!”

Bok Nyeo berdiri membawa makanannya dan memberikan itu kembali ke penjual. Bok Nyeo pun pergi dari taman bermain. Ketiga saudara ini pun kembali bergerak mengikuti Bok Nyeo.
(Adegan ngikutin Bok Nyeo ini mengingatkan saya pada adegan di Queen’s Classroom. Adegan ketika Ha Na, Seo Hyun dan Bo Mi mengikuti Guru Ma hehehe. Backsoundnya itu lho ngingetin ke Guru Ma n anak-anak hahaha)
Hingga malam hari ketiga anak ini terus mengikuti Bok Nyeo. Tapi sayang mereka kehilangan jejak. “Ah apa-apaan ini? kemana dia pergi?” keluh Doo Gyul.
Se Gyul juga ikutan ngeluh, “Ah ini hari yang sangat tak berguna bagiku.” Ia melirik kesal ke arah Hyung-nya yang membuat waktu sehariannya terbuang sia-sia.
Hye Gyul melihat ke arah langit, “Apa dia naik ke langit dengan menggunakan sulap?”
 ah gagal deh misi nya hehehe...

Sang Chul menemui Song Hwa yang masih berada di kantor sendirian. Ia bertanya apa Song Hwa baik-baik saja. Ia tahu kalau Song Hwa pasti terkejut. Song Hwa menanyakan kenapa Sang Chul tak memberitahu perihal Sun Young yang meninggal karena bunuh diri. Sang Chul merasa itu tak akan baik jika ia memberi tahu Song Hwa perihal bunuh diri karena ia bisa menyelesaikannya sendiri.

Menurut Song Hwa, seharusnya Sang Chul mengatakan itu padanya, bagaimana bisa Sang Chul membuatnya mendengar hal ini dari putri Sang Chul. Sang Chul minta maaf dan berkata kalau putrinya ini sedang mengalami puber. Ia harap Song Hwa bisa mengerti. “Kenapa dia menunjukan itu padaku. Kau seharusnya menghentikan dia.”
Song Hwa menatap rancangan bangunan yang menjadi proyek tim mereka sebelumnya. “Aku merasa seperti bangunan ini. Kelihatan bagus bagi orang lain tapi tetap tak bisa tinggal disana. Takdir itu mendadak hilang ketika kebenaran datang. Tapi aku juga suka dengan bangunan ini. Kita semakin dekat saat mengerjakan proyek ini tahun lalu.”

Sang Chul berkata kalau pada awalnya mereka berdua tidak melihat itu sebagai hal buruk. Song Hwa mengatakan kalau yang lebih penting adalah membuat sebuah penyelesaian yang lebih indah dibandingkan dengan ketika pada awalnya.
Sang Chul penasaran bagaimana istrinya bisa mengetahui hubungannya dengan Song Hwa karena yang ia tahu istrinya tak pernah menunjukan kemarahan apapun. Song Hwa terdiam terkejut. Sang Chul menebak apa ini yang dimaksud intuisi seorang wanita. Ia tak mengerti kenapa istrinya melakukan itu tanpa memberitahu padanya. Menurutnya Sun Young itu memang istrinya tapi ia benar-benar tak tahu apa yang Sun Young pikirkan. Ia menyadari kalau hal ini bukan sesuatu yang pantas ia katakan pada orang lain terhadap seseorang yang sudah meninggal tapi menurutnya Sun Young terlalu menyalahkan diri sendiri.
Song Hwa mengatakan kalau sebenarnya ia juga menyalahkan dirinya atas kematian Sun Young. “Saat aku melihat pakaian yang kubeli untukmu menjadi pakaian berkabung aku merasa seperti membunuh istrimu.”

Sang Chul : “Kenapa kau berfikiran seperti itu?”

Song Hwa terdiam sedih.
Song Hwa menyusuri jalanan malam. Langkahnya terhenti di depan kafe. Ia menatap ke dalam kafe tempat dimana ia pernah janjian bertemu dengan seorang wanita.

Flashback
Song Hwa : “Aku ingin menemuimu. Karena kau sudah datang aku akan mengatakan apa yang ingin kukatakan. Dia berjanji padaku akan bercerai. Jadi tolong jauhkan dirimu dan anak-anakmu demi hubungan kami. Kau tahu kalau Manajer Eun sedang bimbang kan? Kecuali aku yang mengambil langkah, dia akan tersiksa selamanya karena kau dan aku. Dia akan mengirimi uang dengan jumlah yang sama. Bukankah tak ada yang berubah? Aku mendapatkan pria yang kuinginkan dan kau mendapatkan sebuah mesin ATM.”
Wanita yang duduk di depan Song Hwa adalah Sun Young. Ternyata ketika menjalin hubungan dengan Sang Chul, Song Hwa tahu kalau pria itu sudah beristri dan mempunyai anak >_< Sun Young terdiam terkejut campur sedih mengetahui Sang Chul telah mengkhianatinya.
Song Hwa : “Saat kau pergi ke Filipina bersama anak-anak bukankah itu berarti kau telah menyerah dengan ketulusan suamimu?”

Song Hwa meminta Sun Young menelepon Sang Chul ketika pukul 12 nanti. Ia akan menjawab teleponnya dan membiarkannya sehingga Sun Young bisa mendengar apa yang Sang Chul katakan.
Di depan keduanya ada dua kotak yang berisi kue ulang tahun, yang satu milik Sun Young dan yang satunya milik Song Hwa. Song Hwa mencibir, “Kira-kira kue mana yang lilinnya akan dihidupkan malam ini?”
Di rumah Song Hwa. Ia sudah menyiapkan kue dan lilin ulang tahun untuk Sang Chul. Ia juga menghadiahkan setelah jas yang bagus.

Seperti yang ia inginkan Sun Young menelepon Sang Chul. Song Hwa tersenyum licik menjawabnya tapi ia tak bicara melainkan meletakan ponsel itu di sofa agar Sun Young mendengar kemesraan apa yang ia obrolkan dengan Sang Chul.
Sang Chul keluar dari kamar mandi mengenakan piyama. Ia terkejut melihat kejutan yang disiapkan Song Hwa. Song Hwa tersenyum mengucapkan selamat ulang tahun pada Sang Chul. Sang Chul tersenyum bahagia, ia memeluk erat Song Hwa. Keduanya pun menghabiskan malam bersama.
Sun Young yang sedang menelepon hanya bisa menangis diam. Hatinya hancur ternyata suaminya benar-benar menjalin hubungan dengan wanita lain. Kue ulang tahun dan masakan yang ia siapkan untuk suaminya pun menjadi tak berguna.
Flashback End

Song Hwa segera pergi dari depan kafe. Ia memantapkan hatinya bahwa ia sama sekali tak menyuruh Sun Young untuk bunuh diri.
Han Gyul yang hatinya sedang sedih duduk di tepi sungai tempat ibunya meninggal ditemani oleh Soo Hyuk. Han Gyul membaca sms yang sempat ibunya kirimkan padanya.

Han Gyul, maafkan ibu

“Apa itu sms terakhir dari ibumu?” tanya Soo Hyuk.
Han Gyul mengangguk, “Sebenarnya ketika kami tinggal di Filipina ibu mulai bertingkah aneh dalam beberapa bulan terakhir. Dia tidak tersenyum dan sering melihat ke langit. Dia sangat mudah salah paham, seperti ratu dalam sebuah drama. Jadi sehari sebelum kami kembali ke Korea, aku bertengkar hebat dengannya. Dia bertingkah aneh di Filipina karena ayah. Kalau saja aku membalas sms-nya, dia mungkin tak akan meninggal.”
Han Gyul mulai menangis, “Ibu biasa memanggilku ‘putri sulung’ di sms-nya. Aku penasaran kenapa dia tiba-tiba menyebut namaku. Aku merasa itu aneh.”
Soo Hyuk menghibur Han Gyul mengatakan kalau itu bukan kesalahan Han Gyul. Han Gyul menangis tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Soo Hyuk berusaha membantu menghibur kesedihan gadis itu dengan memeluknya.
Sang Chul melanjutkan pekerjaan kantornya di rumah. Ia yang kelelahan melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukan kalau sekarang tengah malam tapi Han Gyul belum pulang ke rumah. Ia berusaha menghubungi putrinya, tapi ponsel Han Gyul tak aktif.
Soo Hyuk mengajak Han Gyul ke rumahnya. Ia mengatakan kalau malam ini orang tuanya tidak ada di rumah. Soo Hyuk mengulurkan tangan pada Han Gyul. Han Gyul menerima uluran tangan pria yang tersenyum padanya dan Han Gyul pun bermalam di rumah Soo Hyuk. (kok bisa, apa yakin ga bakal terjadi apa-apa. Arghhh >_<)
Keesokan harinya, Sang Chul yang kelelahan usai menyelesaikan pekerjaannya tertidur di sofa. (Posisi tidurnya lucu asli kayak beneran tidur hahaha)
Sang Chul perlahan membuka matanya. Ia melihat seseorang ada di depannya. “Apa tidur anda nyenyak, Tuan?” Tanya Bok Nyeo yang sedang mengocok telur untuk membuat sarapan.
Sang Chul langsung bangun, ia merasa tubuhnya lemas dan sakit semua. “Apa kau punya minuman yang menyegarkan badan?”
Bok Nyeo membuka tas-nya. Ia mengambil minuman yang diinginkan majikannya. Sang Chul tak menyangka ternyata Bok Nyeo memiliki apa yang ia butuhkan sekarang.

Sang Chul bertanya apa Han Gyul sudah pulang. Bok Nyeo menjawab belum. Sang Chul cemas kemana putrinya pergi.
Tepat saat itu Han Gyul sampai di rumah. Wajahnya masih ditekuk sama seperti kemarin. Bok Nyeo melanjutkan pekerjaannya menyiapkan sarapan.

Sang Chul menanyakan dari mana saja Han Gyul semalam, apa yang Han Gyul lakukan sampai baru pulang sepagi ini, “Kau tidur dimana?” Han Gyul dengan ketus menjawab kalau ia tidur di rumah seorang pria. Sang Chul terkejut, apa kau...?

Han Gyul membenarkan apa yang ayahnya pikirkan sekarang. Sang Chul marah. Han Gyul meninggikan suaranya, “Kenapa? apa ayah merasa sedang dipermainkan? Ayah yang mencampakan kami. Ayah tak berhak mengatur apa yang harus kulakukan.”
Sang Chul mengangkat tangan akan menampar putrinya. Han Gyul menantang dengan suara masih tinggi, “Kenapa? apa ayah mau memukulku? Apa ayah berhak memukulku? Kesalahan apa yang kulakukan? Aku berbeda dengan ayah. aku tak akan pernah menyukai orang lain selain dia. Aku tak akan berselingkuh darinya dan menyia-nyiakan hatinya kemudian membaiarkan dia sendirian begitu saja.”

Han Gyul yang penuh emosi segera menuju kamarnya. Sang Chul berusaha menarik putrinya, tapi Han Gyul menyingkirkan tangan ayahnya. “Kau menjijikan. Menjauhlah!” Bentak Han Gyul.
Doo Gyul dan Se Gyul yang mendengar keributan segera keluar dari kamar, “Ada apa denganmu? Noona, Apa kau mendapatkan masalah puber lagi?”

“Aku rasa pria itu yang sedang mengalami masa puber. Bukan aku.” Han Gyul menuju kamarnya.

“Pria itu?” Doo Gyul heran noona-nya menyebut ayah dengan sebutan pria itu.

Se Gyul merasa itu adalah kata yang tidak wajar untuk memanggil ayah.

Bok Nyeo menyampaikan kalau sarapannya sudah siap. Sang Chul berkata kalau ia tak sarapan, ia harus bergegas ke kantor karena ada presentasi penting.
Di kamar Han Gyul menerima sms dari Soo Hyuk.

‘Apa kau baik-baik saja? aku merasa tak enak kau pergi seperti itu.’

Han Gyul membalas sms Soo Hyuk

‘Aku minta maaf tapi aku belum siap.’

(ok apa arti sms ini semalam tidak terjadi apa-apa?????)
Bok Nyeo mengetuk pintu dan masuk ke kamar Han Gyul. Ia membawakan sarapan untuk Han Gyul. Han Gyul heran melihat tatapan mata Bok Nyeo, “Ada apa dengan tatapan itu? kau bilang dirimu tak berhak mencampuri kehidupan orang lain.”

Bok Nyeo tak menanggapi apa yang Han Gyul katakan. Ia meletakan sarapan untuk Han Gyul di meja.
Bok Nyeo mengantar Sang Chul yang akan bekerja hingga ke depan rumah. Ia juga merapikan dasi majikannya lagi. Sang Chul yang terkejut diam saja. Han Gyul yang akan berangkat sekolah melihat apa yang Bok Nyeo lakukan pada ayahnya.
Setelah ayahnya pergi Han Gyul berkata kalau Bok Nyeo sudah tahu apa yang ayahnya lakukan pada ibunya, tapi bagaimana mungkin Bok Nyeo tetap merapikan dasi ayahnya seperti itu. “Karena kau juga seorang wanita kau seharusnya tahu untuk tak melakukan itu. Aku tak akan pernah memaafkan pria itu.” Han Gyul menatap mobil ayahnya yang berlalu penuh dengan kebencian.
“Ahjumma.... tidak maksudku Bok Nyeo-nim!” Han Gyul mengeluarkan kartu ucapan ulang tahun itu dari sakunya. “Pergilah ke tempat kerjanya dan katakan pada semua orang apa yang sudah dia lakukan pada ibuku.”

Bok Nyeo : “Apakah ini... sebuah perintah?”

Dengan tegas Han Gyul menjawab ya ini sebuah perintah. “Aku akan mematuhi perintahmu!” ucap Bok Nyeo tanpa ragu-ragu ia menerima kartu ulang tahun itu.
Di kantor, sebagai pimpinan Tim 2, Manajer Choi melakukan presentasi terlebih dahulu. Ia mengungkapkan bahwa ide tim-nya ini merupakan cara terbaik untuk melakukan ekosistem dalam perkotaan.
Berikutnya giliran tim 1 yang menyampaikan presentasi. Sebagai awal presentasi Sang Chul menjelaskan kalau yang terlihat di layar adalah kotak penyimpanan batu keluarga milik putri bungsunya. Itu merupakan simbol keluarganya. Walaupun istrinya telah tiada tapi istrinya masih bersama dengan keluarganya dalam kotak ini.
Pimpinan menyela kalau pengantar yang Sang Chul sampaikan ini sangat menarik jadi ia harap Sang Chul segera menuju ke presentasi utama. Sang Chul mengerti.

Sang Chul menjelaskan bahwa sensasi struktur batu alam merupakan simbol perusahaan dan memiliki fungsi estetika yang sama.
Bawahan Manajer Choi berbisik dan menilai apa yang Sang Chul sampaikan ini hanya menginginkan simpati dari pimpinan. Ia merasa kalau Sang Chul tak punya ide yang bagus. Manajer Choi tersenyum sinis mengatakan kalau Sang Chul ternyata lebih pintar dari yang ia pikirkan.
Sang Chul menjelaskan contoh rancangan yang menggunakan batu alami yang terkenal sebagai batu penyembuhan dan model seperti itu sangat disarankan untuk model bangunan yang bisa menunjang ekosistem perkotaan yang baru. Apa yang Sang Chul presentasikan mendapatkan tepuk tangan. Mereka menyukai apa yang Sang Chul sampaikan. Manajer Choi tak suka melihatnya.
Lee Dong Shik yang membawa miniatur rancangan proyek mereka mengatakan kalau tim-nya memenangkan Grandslam untuk mengalahkan pecundang. Song Hwa berkata kalau Sang Chul sudah bekerja sangat keras untuk proyek ini dan idenya juga sangat unik. Dong Shik yakin kalau Sang Chul pasti akan dipromosikan menjadi Direktur.

(ahai.. saya nebak ide ini muncul ketika Hye Gyul menunjukan batu dan kartu ucapan yang dibuat rumah-rumahan hehe)
Di ruangannya Sang Chul tersenyum bangga dengan proyek rancangan tim-nya. Tapi tiba-tiba seorang pegawai masuk ke ruangannya memberi tahu kalau ada seseorang membagikan selebaran di lobi. Sang Chul membaca selebaran itu dan terkejut.

Manajer Eun Sang Chul. Berselingkuh. Bunuh diri. Berbohong.

Itu beberapa tulisan yang ada di selebaran. Disana juga ada copy-an pesan tulisan tangan istrinya

Siapa yang menyebarkan selebaran itu. Park Bok Nyeo.
Bok Nyeo berdiri tegap di lobi kantor membagikan selebaran pada setiap orang yang lewat.

“Manajer Eun Sang Chul dari perusahaan ini berselingkuh dengan Yoon Song Hwa yang juga bekerja disini. Istrinya, Woo Sun Young pergi ke Filipina untuk pendidikan anak-anaknya. Dia ditemukan bunuh diri di sungai setelah mengetahui itu. Tapi Manajer Eun Sang Chul berbohong pada anak-anaknya dengan mengatakan kalau itu kecelakaan.”

Bok Nyeo berulang kali mengucapkan itu sambil membagikan selebaran. Petugas keamanan menyuruh Bok Nyeo keluar.
Bok Nyeo segera berbalik dan keluar dari lobi kantor. Ia pindah ke depan kantor dan kembali membagikan selebaran sambil mengucapkan apa yang ia ucapkan tadi.
Song Hwa yang mengetahui hal itu segara keluar untuk melihat. Semua orang yang lewat menatapnya sinis. Song Hwa akan mengambil satu selebaran yang jatuh tapi seseorang lebih dulu mengambilnya, Manajer Choi. Song Hwa mengambil selebaran lain yang ada di lantai, ia membacanya.
Sang Chul tiba di luar kantor dan melihat Song Hwa sudah memegang selebaran yang dibagikan Bok Nyeo. Song Hwa marah dan meninggalkan tempat itu. Manajer Choi tersenyum sinis melihat Sang Chul.
Sang Chul merebut paksa selebaran yang Bok Nyeo bagikan, “Apa kau sudah gila?” bentak Sang Chul marah.
Bok Nyeo hanya menatap diam.

komentar :

wushhh dah cuma berharap Song Hwa ga seperti dulu, berharap dia benar-benar sadar.

10 comments:

  1. Mba anissss.. Lagilagi nyebarin virus k drama ke aku niii... Ya ampunn baru ep 2 aja udh seru bgt.. Jd pengen nonton versi jepangnya dehh.. Di lapak2 ada ga yaa..

    ReplyDelete
  2. pria yg nyari bok nyeo ke happy company sambil bw foto itu siapa y?kyknya dversi jepang g ada deh...penasaran ...
    wanita selingkuhan ayah kl dversi jepang g slicik itu,dsni karakter song hwa sdikit nyebelin ...hehe

    ReplyDelete
  3. Celetukan 'selingkuh' yang keluar dari mulut anaknya Sang CHul itu 'Jleb' banget bwt dy. hehe...
    Mba Anis, sama...Pas adegan anak-anak ngebuntutin itu loh jadi inget guru Ma. Dari ep kemaren ngingetin terus ma TQCR.haha...
    Kemarahan Han Gyul ke ayahnya, sebagai anak seumuran dy cukup wajar, tapi semoga masih bisa berpikir jernih. Masih banyak penasaran, secara belum pernah liat versi jepangnya.he...
    Mba Anis, makasih sinopnya. Di tunggu ep selanjutnya. Fighting!
    -Yumenas-

    ReplyDelete
  4. Versi jepangnya bagus juga kok...

    Btw wajah mita sama bok nyeo

    ReplyDelete
  5. Iya bener pria yg nyari bok nyeo itu siapa ya? jadi penasaran, mungkinkah?? hehe ga boleh komen spoiler ya.. iya nih, karakter song hwa disini lebih jahat. jadi lebih dramatis drpd yg versi jepang. waktu song hwa nemuin sun young di cafe itu lho, asli jahat banget..
    Makasih sinopsisnya mba anis. Hani

    ReplyDelete
  6. kya~~ ketinggalan baca sinopsisnya, udh selesai 2 episode ternyata.. msh sibuk nulis master's sun kmrin..
    thanks ya mba anis.. aq gk nonton soalnya, baca ajah, hehe..

    ReplyDelete
  7. wah dah keliatan perbedaany,d versi jepang kayaknya g ada cowok yg nyari2 mita.kira2 dia sapa ya?

    ReplyDelete
  8. lanjutin ya mb...

    ReplyDelete
  9. mhak ditunggu episode 3-nya ya.....
    ditunggu,,,, TERIMA KASIH,,,,,,,

    ReplyDelete
  10. Lanjut oen, ditunggu episode selanjutnya ayo semangat

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.