“Bok Nyeo-nim.” Hye Gyul menatap Bok Nyeo. “Apa kau benar-benar akan melakukan apapun yang kuperintahkan?”
Hye Gyul memandang sungai yang ada di depannya, “Aku merindukan ibu. Eo Jin bilang ibuku ada di surga. Jadi kalau aku meninggal aku bisa bertemu dengannya. Apa itu benar?” Bok Nyeo berkata kalau ada beberapa orang yang mempercayai hal itu.
Hye Gyul kembali menatap Bok Nyeo, “Apa kau mau ikut denganku menemui ibu?”
Bok Nyeo dengan tatapan dingin yang mengisyaratkan bahwa ia pun ingin mati menggenggam tangan Hye Gyul erat untuk masuk ke bagian tengah sungai yang dalam. Hye Gyul yang takut-takut membiarkan dirinya tenggalam agar mati untuk menemui ibunya.
“Hye Gyul-ah... Hye Gyul-ah.. Hye Gyul-ah..!” teriak Doo Gyul lari turun dari sepeda begitu melihat adiknya berada di tengah sungai. Ia berlari masuk ke dalam sungai untuk menyelamatkan adiknya. Ia membentak Bok Nyeo, “Apa yang kau lakukan?” Hye Gyul terdiam menatap kakaknya yang khawatir.
Bunuh diri ini pun tak jadi terlaksana. Di kamar, Bok Nyeo mengeringkan rambut Hye Gyul. Hye Gyul selalu memegang kotak kecilnya yang berisi batu keluarga.
Di kamarnya, Doo Gyul tak habis pikir dan menilai kalau Bok Nyeo itu seorang Psycho. “Siapa yang tahu apa yang akan terjadi disana kalau aku tak datang?”
Han Gyul yang sedang mengirim sms berkata bukankah Hye Gyul sudah bilang kalau mereka masuk ke sungai karena sepatu Hye Gyul hanyut. Tapi menurut Doo Gyul tidak seperti itu kejadiannya.
Se Gyul tak mempercayai apa yang Hyung-nya khawatirkan. “Kau bilang dia mungkin diculik tapi dia kembali dengan aman. Jadi tak ada masalah kan?”
Han Gyul berkata kalau sekarang ia tahu kenapa Doo Gyul tak suka pada Bok Nyeo. Ia menyuruh adiknya ini jangan terlalu berlebihan. Ia keluar dari kamar adiknya. Doo Gyul kesal, ia merasa dirinya seperti orang gila dengan prasangka yang tak dipercayai oleh saudaranya.
Kembali ke kamar Hye Gyul. Hye Gyul harap kejadian hari ini akan menjadi rahasia antara dirinya dengan Bok Nyeo. Bok Nyeo tak menanggapi ucapan Hye Gyul, ia mengingatkan kalau sekarang saatnya Hye Gyul tidur.
Hye Gyul ingin tahu, demi siapa Bok Nyeo melakukan itu (bunuh diri). Kalau dirinya, ia melakukan itu demi bertemu ibunya. “Bok Nyeo-nim, kau ingin menemui siapa?”
Bok Nyeo menatap Hye Gyul, “Aku akan membacakan buku cerita untukmu.” Hye Gyul melihat kalau buku yang dibawa itu sudah pernah dibacakan oleh kakaknya. Bok Nyeo minta maaf ia akan mengambil buku cerita yang lain.
“Bok Nyeo-nim apa kau bisa melakukan sulap?” Tanya Hye Gyul.
“Aku bisa.” jawab Bok Nyeo.
Hye Gyul senang, “Benarkah?”
Dimulailah aksi sulap dari Bok Nyeo. Tali dibakar berubah menjadi sapu tangan merah. Sapu tangan merah berubah menjadi origami. Origami berubah menjadi bunga mainan. Dan bunga mainan berubah menjadi bunga sungguhan. Hye Gyul terkagum-kagum melihatnya.
Sang Chul tergesa-gesa sampai di rumah. Ia bertanya pada Han Gyul bagaimana keadaan Hye Gyul. Han Gyul berkata kalau ayahnya benar-benar khawatir bukankah seharusnya cepat pulang. Sang Chul berkata kalau ia harus mampir dulu ke suatu tempat untuk membeli sesuatu. Han Gyul memberi tahu kalau sekarang Hye Gyul baru akan tidur. Setelah menyampaikan itu Han Gyul menuju kamarnya.
Sang Chul memperhatikan Hye Gyul dari luar kamar. Hye Gyul sedang memberi tahu Bok Nyeo menyebutkan nama keluarganya dengan batu keluarga. Ia memberi tahu kalau batu yang paling kecil itu dirinya, kemudian Se Gyul oppa, Doo Gyul oppa, Han Gyul eonni, ibu dan batu yang paling besar adalah ayahnya.
Hye Gyul menunduk sedih, “Aku menyukai ayah tapi aku merasa ayah tak menyukaiku. Benar, kan?” Bok Nyeo merasa kalau apa yang Hye Gyul katakan itu tidak benar.
Sang Chul tak ingin mengganggu istirahat putrinya. Ia meletakan sepatu baru untuk Hye Gyul yang baru dibelinya di depan pintu kamar.
Jam 9 malam, saatnya Bok Nyeo pulang. Sang Chul berkata kalau ada sesuatu yang harus ia beritahukan pada Bok Nyeo. “Aku dengar kau pergi ke sungai bersama Hye Gyul. Aku menghargai kau tetap ingin mencari sepatu disana walaupun berbahaya. Tapi aku lebih suka kalau kau tak kesana lagi. Istriku mengalami kecelakaan di tempat itu. Aku rasa aku sudah mengatakan padamu hal ini dihari pertama bekerja.”
Bok Nyeo : “Apakah itu.. yang seharusnya aku pikirkan?”
Sang Chul tak mengerti, apa?
Bok Nyeo : “Haruskah aku berpikir bahwa istrimu mengalami kecelakaan di sungai itu?”
Sang Chul sedikit terkejut dan berkata bahwa itu adalah yang sebenarnya. Bok Nyeo mengerti ia akan menganggap itu kejadian seperti yang Sang Chul maksudkan. Ia pun keluar dari rumah majikannya.
Sang Chul yang masih bingung dengan perkataan Bok Nyeo menyusul ke luar. “Apa maksud perkataanmu tadi? Apa itu tidak seperti yang kau pikirkan? Kau pikir aku mengatakan itu sebagai kecelakaan padahal bukan kecelakaan? Apa menurutmu istriku memang ingin bunuh diri? Kau tahu, kalau sesuatu yang buruk terjadi padaku. Dia rela bekerja di pasar untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Dia tidak masalah bekerja sebagai pembantu seperti dirimu. Tidak ada alasan bagi wanita seperti dia untuk bunuh diri. Kalau dia memang melakukannya, setidaknya dia harus mengatakan keinginannya.”
Bok Nyeo : “Jadi, kalau anda sudah selesai bicara, aku akan pergi sekarang.”
Bok Nyeo akan berbalik pergi tapi Sang Chul mencegah karena ia belum selesai bicara.
Sang Chul tak mengerti kenapa Bok Nyeo tiba-tiba menyimpulkan bahwa istrinya melakukan bunuh diri. “Apa kau membaca wasiat yang ditinggalkan istriku?” Bok Nyeo menjawab ya ia membacanya. Sang Chul terdiam terkejut.
Sang Chul bergegas masuk ke rumahnya. Ia segera menuju kulkas dimana Bok Nyeo menempelkan kartu ucapan ulang tahun. Ia membaca pesan itu di kamar. Ia mengunci pintu kamarnya. Sang Chul lemas setelah membaca pesan terakhir istrinya. Ia ingat saat itu Bok Nyeo menghubunginya perihal kartu ucapan ulang tahun yang ditemukan di saku jasnya. Ia tak menyangka kalau itu adalah pesan terakhir yang ditulis istrinya.
Sang Chul pergi ke tapi sungai malam-malam. Ia duduk di bangku seorang diri. Ia membayangkan malam itu istrinya menulis pesan terakhir di kartu ucapan ulang tahun. Meletakan kartu itu di saku jasnya dan berjalan di tengah malam menenggelamkan diri ke sungai. Mengetahui hal itu ia merasa sedih dan merasa bersalah.
Sang Chul berada di sekitar rumah seseorang (di depan rumah Song Hwa >_<) Ia menelepon Song Hwa. Song Hwa menjawab panggilan teleponnya tapi Sang Chul tak segera bicara. Song Hwa bisa menabak pasti telah terjadi sesuatu, apa ada masalah?
Sang Chul bilang tidak, ia akan ke rumah Song Hwa sekarang. Bisakah Song Hwa keluar sebentar untuk menemuinya. Song Hwa melihat dari dalam rumah Sang Chul berdiri di depan rumahnya. Song Hwa bilang kalau sekarang sudah terlalu malam. Ia pun menutup teleponnya.
Sang Chul benar-benar merasakan kesedihan malam ini. Ia heran dengan dirinya kenapa saat ini dirinya ingin dihibur oleh Song Hwa disaat situasi seperti ini.
Keesokan harinya Sang Chul sudah berdiri di depan rumahnya menanti kedatangan Bok Nyeo. Ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 7 kurang beberapa detik saja.
“Apa tidur anda nyenyak, Tuan?” sapa Bok Nyeo tiba-tiba.
“Tidak.” jawab Sang Chul. “Apa yang sedang kau pikirkan?”
Ibu Eo Jin datang menyapa, ia senang bertemu dengan Sang Chul pagi ini. Ada sesuatu yang ingin ia beritahukan pada Sang Chul. Ibu Eo jin mendengar kalau Hye Gyul masih belum lancar membaca tulisan Korea, apa itu benar.
Sang Chul membenarkan, itu karena Hye Gyul dulu sekolah di Sekolah Internasional ketika tinggal di Filpina.
Ibu Eo Jin berkata kalau putranya juga sedang mengalami masa yang sulit di sekolah ditambah lagi dia harus mengajari Hye Gyul karena keduanya duduk bersebelahan. Sang Chul minta maaf karena sudah menyusahkan Eo Jin.
Ibu Eo Jin harap Sang Chul jangan hanya diam saja, “Bukankah kau seharusnya melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah itu?” Sang Chul mengerti ia akan segera mengurusnya.
Bok Nyeo menyela, “Kalau begitu, aku akan masuk dan membuat sarapan.” Bok Nyeo meninggalkan keduanya begitu saja hahaha.
Ibu Eo Jin tak habis pikir kenapa ada orang yang dingin bin cuek bebek seperti Bok Nyeo. “Apa kau akan terus menjadiakan dia pembantu di rumahmu?”
Han Gyul melihat dari balik kaca Bok Nyeo yang sedang melepas jaket dan menggentinya menggunakan celemek. Tak lupa Bok Nyeo mengikat rambutnya. Bok Nyeo tahu kalau ia sedang diperhatikan, ia menoleh menatap tajam Han Gyul. Han Gyul kaget melihatnya. Bok Nyeo menyapa menanyakan apa Han Gyul tidur nyenyak. Han Gyul menjawab pendek ya.
Sang Chul masuk ke rumah dan terkejut melihat Han Gyul sudah bangun, “Apa tidurmu nyenyak?” Han Gyul menjawab ya, ia juga heran ayahnya ternyata bangun lebih cepat.
Hye Gyul yang baru bangun tidur bertanya pada ayahnya apa sepatu ini miliknya. Sang Chul mengiyakan, ia mendengar kalau sepatu Hye Gyul hanyut di sungai. Hye Gyul senang mendapatkan sepatu baru dari ayahnya. Ia akan menganggap sepatu itu bentuk perhatian dari ayahnya yang tidak membenci dirinya.
Bok Nyeo tak ikut mengomentari yang mereka obrolkan. Ia segera melaksanakan tugasnya menyiapkan sarapan. Sang Chul yang ingin bertanya pada Bok Nyeo tak jadi ia utarakan karena disana ada anak-anaknya.
Sang Chul yang sedang membaca koran sesekali menurunkan korannya untuk mengamati apa yang Bok Nyeo lakukan. Anak-anak sudah siap dengan seragamnya dan tinggal menunggu sarapan mereka. (hmmm TK pake seragam, SMP n SMA pake seragam kenapa SD ga pake seragam ya?)
Hye Gyul membawa kotak kecil tempat ia menyimpan batu keluarganya. “Ayah lihat ini!” ujarnya menunjukan isi kotak itu. “Aku meletakan batu yang kuberikan pada ibu dan harta karunku disini. Ini adalah kartu ucapan selamat ulang tahun yang ditulis Se Gyul oppa untukku dan ini adalah origami yang aku buat dengan ibu. Ayah, aku juga bisa membuat rumah dari benda ini.”
Hye Gyul menyusun kartu ucapan menjadi bentuk rumah. “Di halamannya ada pohon dan batu-batuan. Ayah bagaimana menurutmu? Keren kan?” Sang Chul menjawab ya itu keren sekali. Hye Gyul tersenyum senang. Kakak-kakak Hye Gyul tersenyum melihat apa yang Hye Gyul perlihatkan.
Saatnya sarapan. Se Gyul menilai kalau sarapan yang Bok Nyeo sajikan itu mirip dengan sarapan di hotel. Doo Gyul berkata kalau begitu seharusnya membuat buffet saja. Se Gyul berkata makanan inggris yang Hyung-nya makan di kamar hotel, apa hyung-nya lupa.
Han Gyul bertanya pada ayahnya kemana ayahnya pergi semalam. Sang Chul terbata-bata mengatakan kalau semalam ia keluar untuk jalan-jalan.
Tiba-tiba Bok Nyeo menuangkan jus ke gelas Sang Chul.
Sang Chul berkata kalau ada sesuatu hal yang harus ia katakan. Han Gyul tanya apa itu. Se Gyul heran melihat gelagat ayahnya sepertinya ayahnya ingin mengatakan sebuah pengakuan.
“Pengakuan itu apa?” tanya Hye Gyul. “Pengakuan itu apa Bok Nyeo-nim?”
Bok Nyeo : “Pengakuan adalah suatu pernyataan atau pengungkapan dosa pada pendeta. Beberapa orang mempercayai itu sebagai kesempatan terakhir mereka untuk dimaafkan oleh orang yang menjadi korban akibat kesalahan mereka.”
Sang Chul tak tahu harus mengatakan dari mana dulu hal yang akan ia sampaikan. Anak-anaknya menunggu apa yang akan ayah mereka sampaikan.
Tapi tiba-tiba Hye Gyul mengatakan pada kakak-kakaknya kalau Bok Nyeo bisa bermain sulap. Doo Gyul tak mau kalah ia juga bisa melakukan sulap kalau dirinya latihan dulu. Hye Gyul menyampaikan kalau Bok Nyeo bisa melakukan semuanya. “Dia hafal semua anak-anak di TK ku. Dia bahkan tahu semua karakter di Pororo. Kau menghafal mereka kan Bok Nyeo-nim?”
(hahahah Tadinya saya pikir Bok Nyeo bakal nyebutin anggota Super Junior hahahaha)
Hye Gyul : “Oppa kau juga, kalau ada sesuatu yang oppa butuhkan tanyakan saja padanya.”
Doo Gyul menantang, “Kalau begitu, bisakah kau melakukan juggling?”
Bok Nyeo ternyata bisa melakukannya. Bukan dengan 3 bola melainkan 4 bola. Wuih udah kayak orang profesional sirkus. Juggling robot ala Bok Nyeo berhasil membuat seluruh keluarga terbengong-bengong hahaha.
Se Gyul : “Wah dia begitu cepat.”
Hye Gyul tepuk tangan, “Bok Nyeo-nim kau yang terbaik.”
Doo Gyul masih tetap dalam kecurigaannya, “Tidakkah kalian berpikir kalau ahjumma itu seperti agen rahasia? Agen rahasia yang dilatih untuk melakukan semuanya.”
Se Gyul : “Aku tak tahu tentang itu tapi aku merasa dia seperti membaca pikiranku ketika dia melihat ke mataku.”
(Choi Ji Woo keren ya bisa melakukan juggling. Penasaran apa dia memang sudah bisa dari dulu apa karena syuting ini dia belajar dulu hehehe)
Anak-anak pun berangkat sekolah, Bok Nyeo mengantarnya sampai di depan rumah.
Ayah Eo Jin pun bersiap akan berangkat bekerja. Ibu Eo Jin meminta putranya memberi salam pada ayahnya. Eo Jin mengucapkan salam dan begitu melihat Hye Gyul, ia berteriak memanggil dan keduanya berangkat ke TK bersama.
Melihat ada Bok Nyeo disana ayah Eo Jin menyapa dengan melempar senyuman. Tapi Bok Nyeo tak membalas sapaan senyuman itu. Ia diam saja. (Wakakaka dikacangin) Ayah Eo Jin kesel dicuekin kayak gitu dan segera masuk ke mobilnya.
Bok Nyeo akan masuk ke rumah untuk melanjutkan pekerjaannya tapi ibu Eo Jin memanggilnya. “Bagaimana bisa kau tidak menundukan kepalamu ke orang yang menyapamu. Apa kau tahu siapa dia (suaminya)?”
Bok Nyeo : “Haruskah saya tahu?”
Ibu Eo Jin tak habis pikir ada ya orang seperti Bok Nyeo. Ia menilai Bok Nyeo terlalu sombong. Bok Nyeo tak menanggapi omongan ibu Eo Jin, “Jika anda sudah selesai bicara saya akan masuk!” ucap Bok Nyeo berlalu dari sana membuat ibu Eo Jin bengong (wekekeke)
Sang Chul yang sudah berpakaian rapi masih berada di kamarnya mondar-mandir sambil memegang kartu ucapan ulang tahun yang berisi pesan terakhir dari istrinya. Ia bingung akan meletakan kartu itu dimana, ditempat yang anak-anak tak bisa menemukannya.
Semula ia akan menyimpannya di laci meja. Tapi ia khawatir kalau-kalau anak-anak akan mudah menemukannya. Ia menyimpannya di tas, tapi ia takut kelupaan dan tiba-tiba ada yang menemukannya. Ia bingung akan menyimpan benda itu dimana. (Kenapa bingung, kalau ingin menghilangkan barang bkti buang aja yang jauh, ke sungai kek)
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Sang Chul terkejut dan langsung menyembunyikan kartu itu di belakang tubuhnya. Ternyata itu Bok Nyeo yang masuk ke kamar Sang Chul untuk mengambil pakaian kotor untuk dicuci.
Setelah mengambil pakaian kotor Bok Nyeo akan langsung pergi tapi Sang Chul bertanya apa Bok Nyeo tidak merasa bersalah atas apa yang telah Bok Nyeo lakukan. Ini bukan sembarangan benda, ini pesan terakhir istrinya. “Kenapa kau meletakannya di pintu kulkas yang bisa dilihat oleh semua orang? Apa kau memiliki semacam trauma dengan seseorang yang mengkhianati istrinya? Atau kau berencana mengancamku dengan banda ini? kenapa kau tidak meminta uang saja? kenapa kau malah...”
Bok Nyeo diam saja. Sang Chul berkata kalau setiap manusia itu memiliki perasaan cinta. Ada cinta yang sesungguhnya khusus diberikan terhadap orang tertentu. “Setelah istri dan anak-anakku pergi (hmm mungkin maksudnya Filipina), aku sama seperti sebuah mesin ATM. Apa kau bisa mengerti perasaan seseorang yang harus memasukan uang ke ATM setiap satu bulan sekali?”
Bok Nyeo : “Kalau begitu, aku akan mencuci pakaiannya sekarang!”
Bok Nyeo berbalik akan keluar dari kamar majikannya tapi Sang Chul berkata kalau ini kedengarannya murahan tapi ia tak akan memberi tahu anak-anak tentang hal ini. “Kalau kau bisa memikirkan bahwa anak-anak akan terkejutnya kalau tahu ibunya bunuh diri karena aku berselingkuh. Ini mungkin ide yang lebih baik.”
Ternyata Han Gyul kembali ke rumah dan tanpa sengaja mendengar apa yang ayahnya katakan pada Bok Nyeo.
Sang Chul menyuruh Bok Nyeo membakar kartu ucapan itu. Bok Nyeo menatap majikannya dan kartu itu bergantian, “Apa ini sebuah perintah?”
Sang Chul menyuruh Bok Nyeo membakar kartu ucapan itu. Bok Nyeo menatap majikannya dan kartu itu bergantian, “Apa ini sebuah perintah?”
“Ya itu perintah!” jawab Sang Chul.
“Aku akan mematuhi perintahmu!” Bok Nyeo menerima kartu itu dan mengambil korek api siap akan membakarnya.
“Hentikan!” Han Gyul masuk ke kamar ayahnya.
Bok Nyeo mematikan korek api tak jadi membakarnya.
Sang Chul terkejut putrinya masih ada di rumah.
“Bukankah kau pergi ke sekolah?” Sang Chul terbata-bata.
Han Gyul meninggikan suaranya, “Memangnya siapa yang peduli dengan hal itu sekarang?” Ia merebut kartu ucapan yang ada di tangan Bok Nyeo. Ia membacanya.
‘Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri untuk percaya kalau kau telah mengkhianatiku. Jika aku menjadi penghalang bagimu, aku akan pergi.’
Pesan terakhir itu ditulis oleh Sun Young. Hye Gyul menatap tak percaya, apa ini?
Belum sempat Sang Chul bicara Bok Nyeo sudah menyela, “Tuan, jika tak ada yang harus saya lakukan sekarang, saya akan melanjutkan pekerjaan saya.”
Bok Nyeo keluar dari kamar majikannya. Sang Chul tak bisa berkata-kata di depan putrinya yang terlihat marah.
Bok Nyeo memasukan baju kotor ke mesin cuci. Ia berdiri sambil menatap pakaian yang dicuci itu berputar-putar di dalam mesin.
Sang Chul mencoba mejelaskan semuanya, “Ketika kalian tinggal di Filipina aku jatuh cinta dengan seseorang. lalu...”
Sang Chul mencoba mejelaskan semuanya, “Ketika kalian tinggal di Filipina aku jatuh cinta dengan seseorang. lalu...”
Han Gyul : “Apa ibu ditemukan bunuh diri karena ayah berselingkuh dengannya? Bukankah ayah yang mengajaknya bercerai?”
Sang Chul bilang tidak, ia tak meminta bercerai. Han Gyul tak percaya ia menilai ayahnya berbohong. “Apa ayah berencana mencampakkan kami?” Sang Chul menegaskan kalau ia tak akan melakukan itu.
Han Gyul tak menyangka, “Ayah adalah orang yang membunuh ibu. Tapi ayah bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun. Apa ayah akan tetap membodohi kami selamanya?”
Sang Chul berkata kalau ia berencana merahasiakan itu untuk anak-anaknya. Han Gyul meminta ayahnya jangan membuat alasan karena baginya itu sangat murahan. Ia tak bisa mempercayai apa yang ayahnya katakan.
Han Gyul awalnya berpikir kalau ayahnya ini adalah pria yang paling menyedihkan di dunia karena tinggal berjauhan dengan keluarga. Di Filipina ia sedih memikirkan ayahnya makan sendirian dan pergi bekerja sendiran. “Kalau ayah merindukanku, ayah akan melakukan video chat denganku. Tapi itu tidak benar kan? Ayah mengirim kami dan ibu ke Filipina, dan disini ayah bersenang-senang dengan wanita lain. Ayah bahkan tak membutuhkan kami. Kau merindukan dan mencintai kami, itu semuanya bohong kan?”
Han Gyul yang marah akan keluar dari kamar ayahnya. Sang Chul berusaha mencegah dan berharap Han Gyul tak mengatakan ini pada adik-adik Han Gyul. Han Gyul menepis tangan ayahnya, “Ayah sangat menjijikan!” Han Gyul keluar dari kamar ayahnya dengan amarah yang memuncak.
Han Gyul menemui Bok Nyeo yang sedang mencuci piring. Ia menunjukan kartu yang berisi pesan terakhir ibunya, “Bagaimana bisa kau membakar semua yang penting seolah itu bukan apa-apa?”
Bok Nyeo berkata kalau hal itu bukan ia yang memutuskannya. “Melakukan yang diperintahkan majikan adalah pekerjaanku.”
Han Gyul yang marah segera pergi ke sekolah.
Sang Chul keluar dari kamarnya memperhatikan Bok Nyeo yang sedang mencuci piring.
Sang Chul mendatangi Happy Company untuk menemui Ny Hong. Ia ingin mengganti pembantunya, tapi Ny Hong mengatakan kalau tak ada yang menggantikan Bok Nyeo karena dari data yang ia miliki kebanyakan dari mereka tak mau bekerja di rumah orang yang memiliki 4 anak. “Kalau memang kau merasa tak nyaman dengannya, apa kau bisa menunggu sampai aku menemukan orang yang mau bekerja untuk keluargamu?” Sang Chul setuju, ia akan menunggunya.
Sebelum pergi ada sesuatu yang mengganjal tentang Bok Nyeo. Ny Hong mengerti ia akan menyampaikan pada Bok Nyeo perihal pemberhentian ini dengan baik-baik. Sang Chul ingin tahu orang seperti apa Bok Nyeo. Ia tahu ini aneh menanyakan pada Ny Hong tentang Bok Nyeo padahal ia ingin memberhentikannya.
Ny Hong minta maaf ia tak bisa memberitahukan hal itu pada Sang Chul karena itu rahasia. Bukankah Bok Nyeo mengerjakan pekerjaannya dengan sempurna, Kenapa Sang Chul ingin memberhentikannya.
Sang Chul membenarkan pekerjaan sempurna Bok Nyeo, lantai kamar mandi mengkilat dan tempat tidur kamar yang tampak seperti tempat tidur hotel.
Ny Hong : “Kalau begitu, apa kau tak suka dengan masakannya?”
Sang Chul berkata kalau Bok Nyeo itu seperti seorang koki profesional. Cukup aneh karena masakanya rasanya sama seperti masakan istrinya.
Ny Hong : “Kalau begitu, apa kau bisa memberitahuku kesalahan apa yang dia lakukan? Ini pasti bukan karena pekerjaannya melainkan pasti ada alasan khusus.”
Sang Chul tak mungkin mengatakan kalau Bok Nyeo mengetahui rahasia perselingkuhannya. Sang Chul pun mengatakan itu karena Bok Nyeo tak pernah tersenyum.
Sang Chul akan pergi tapi tiba-tiba Ny Hong mengatakan sesuatu sambil menatap tajam, “Sebenarnya dia bukannya tidak tersenyum. Itu karena dia tidak bisa tersenyum. Dia memutuskan untuk tak akan tersenyum.”
Sang Chul tak mengerti, “Dia memutuskan untuk tidak tersenyum?”
Ny Hong kembali tertawa, “Aku sudah bicara yang tak masuk akal, tolong lupakan apa saja yang kukatakan!”
Sang Chul benar-benar tak mengerti dan penasaran dengan sikap misterius dari pembantunya.
Han Gyul terlambat masuk ke kelas. Pak Guru menegur kenapa Han Gyul datang begitu terlambat. Han Gyul hanya mengucapkan permintaan maafnya karena datang terlambat.
“Aku tanya kenapa kau terlambat? ada apa dengan sopan santunmu?” tanya Pak Guru. Han Gyul diam saja. Pak Guru menyuruh Han Gyul ke ruangannya setelah kelas usai.
Dua teman pria yang duduk di belakang Han Gyul mengolok-olok, “Dia terlihat pucat sekali, apa dia menghabiskan malam bersama pria?”
“Dia pikir dia di luar negeri, jadi dia berfikir itu bebas.” Sahut teman yang lainnya.
Han Gyul yang hatinya lagi panas mendengar itu jadi tambah marah. Tanpa berkata lagi ia menampar wajah dan memukul kedua siswa itu menggunakan tasnya. Pak Guru melerai Han Gyul yang ngamuk. Han Gyul terlihat marah campur sedih.
Han Gyul dibawa ke ruang BP. Pak Guru tahu kalau Han Gyul sedang mengalami masa sulit usai kematian ibu Han Gyul dan ia juga tahu Han Gyul sulit menyesuaikan diri setelah kembali dari Filipina. Tapi menurutnya Han Gyul harus bisa menyadari itu ditambah lagi bukankah Han Gyul ini anak tertua. Apa kau tak peduli dengan saudara-saudaramu?
Pak Guru ingin memanggil ayah Han Gyul datang ke sekolah. Tapi Han Gyul ingin Pak Guru memberinya peringatan saja sebagai hukumannya. Pak Guru kesal apa Han Gyul pikir poin peringatan hukuman itu seperti permainan, itu tak baik kalau terus bertambah dan Han Gyul sudah diberi banyak peringatan.
Han Gyul keluar dari ruang BP. Di luar ruangan seorang siswa menunggunya. Choi Soo Hyuk. Siswa itu tersenyum menunggu Han Gyul, “Bukankah kau tak terlalu tua untuk merengek tentang ibumu yang sudah tak ada?” Han Gyul menatap diam Soo Hyuk.
Lee Dong Shik, bawahan Sang Chul yang berada satu tim dengannya mengatakan kalau hal ini tak begitu bagus. Ia merasa kalau tim 2 sudah menyelesaikan dokumen proyek mereka. Ia merasa kalau tim-nya (tim 1) harus memenangkan proposal ini supaya bisa membantu Sang Chul promosi jabatan.
Han Gyul sampai di rumah, di depan rumah ia melihat Bok Nyeo sedang menyiram tanaman. Bok Nyeo menghentikan pekerjaannya untuk menyapa Han Gyul yang baru saja datang. Han Gyul tak menanggapi, ia segera masuk ke rumah. Bok Nyeo melanjutkan pekerjaannya.
Han Gyul di kamarnya mengeluarkan kartu ulang tahun yang berisi pesan terakhir mendiang ibunya. Tiba-tiba ketiga adiknya masuk ke kamar. Han Gyul buru-buru menyembunyikan kartu itu.
Doo Gyul ingin Noona-nya ikut berpastisipasi juga. Han Gyul tak mengerti partisipasi apa. Doo Gyul mengatakan kalau ia dan adik-adiknya akan pergi mengikuti Bok Nyeo. Se Gyul meralat kalau ia masih belum setuju dengan apa yang akan Doo Gyul lakukan. tapi lain hal nya dengan Hye Gyul semangat, ia semangat ingin ikut. Han Gyul mempersilakan adik-adiknya melakukan itu. Ia sendiri tak ikut.
Doo Gyul : “Ini mencurigakan kalau dia menjadi pembantu rumah tangga di usianya dan masakannya sama seperti masakan ibu. Dia juga mencurigakan karena tak pernah tersenyum. Bagaimanapun juga kita perlu mengungkap identitasnya.”
Han Gyul berkata kalau ia tak punya waktu melakukan sesuatu yang tak berguna. Ia menyuruh adik-adiknya keluar dari kamar. Doo Gyul merengek ingin Noona-nya ikut bergabung. Han Gyul tak mau, ia menyuruh mereka keluar dari kamarnya karena ia harus berganti pakaian. Han Gyul menutup pintu kamarnya.
Sang Chul menelepon rumah mengabarkan kalau ia tak bisa pulang karena harus lembur. Bok Nyeo mengerti. Sang Chul bicara jujur kalau hari ini ia mengunjungi Happy Company. Ia minta maaf dan berharap Bok Nyeo masih tetap bekerja di rumahnya sampai ia menemukan orang lain pengganti Bok Nyeo. Ia juga akan memberi tahu anak-anak tentang hal ini.
Sang Chul ingin tahu apa Han Gyul mengatakan sesuatu pada yang lainnya. “Apa yang anak-anak lakukan sekarang?”
Bok Nyeo : Han Gyul dan Hye Gyul bermain balok susun. Doo Gyul bermain game online tapi kalah 13 kali berturut-turut. Se Gyul menyelesaikan soal matematika dan tertidur di sofa.”
Terdengar suara pintu dibuka dan kedubraggg... disusul dengan suara orang yang jatuh.
Na Young yang tersandung nyengir memegangi lututnya. Hahaha.
“Apa anda ingin bicara dengan mereka?” tanya Bok Nyeo. Sang Chul bilang tidak perlu katakan saja pada anak-anak kalau malam ini ia tak bisa pulang.
Han Gyul : “Kalau begitu aku ada permintaan untukmu. Besok, temukan wanita yang berselingkuh dengan ayahku. Dia juga ikut bertanggung jawab atas kematian ibuku. Aku perlu tahu orang seperti apa dia dan bagaimana tempat tinggalnya.”
Bok Nyeo minta maaf ia tak bisa mencari wanita itu besok. Han Gyul tanya kenapa bukankah Bok Nyeo bilang akan melakukan apapun yang diperintahkan. Bok Nyeo memberi tahu kalau besok adalah hari liburnya.
Bok Nyeo berbalik meninggalkan Han Gyul seorang diri.
Bersambung di part 2
Komentar :
Eun Sang Chul akhirnya tahu kalau istrinya meninggal karena bunuh diri bukan kecelakaan. Kelihatan deh kalau disini Sang Chul merasa bersalah. Dia ingin berkeluh kesah tantang masalah yang dihadapinya pada Song Hwa tapi Song Hwa sudah membulatkan keputusan untuk menghindar dari Sang Chul.
Perselingkuhan dan bunuh diri ini pun diketahui oleh Han Gyul. Sebagai anak jelas marah, kecewa dan sedih. Ia pun melampiaskan semuanya di sekolah dan sepertinya Han Gyul merupakan siswa yang bermasalah di sekolah. Makanya ketika ditanya oleh ayahnya apakah Han Gyul bisa beradaptasi di sekolah dan sepertinya belum bisa.
Yang jadi pertanyaan saya, apa yang menyebabkan istri dan anak-anak Sang Chul tinggal di Filipina. Kenapa mereka tinggal disana.
Pertanyaan mbak anis sama dgn ku nih... Knpa mereka tinggal d philipina... Knpa ga indonesia? Hhheee
ReplyDeleteAku nebaknya sih gara2 mertuanya... Hhee
penasaran sama background pembantunya itu.. Karena saya ga nonton versi jepangnya... Semangat mbak anis bikinnya di tunggi part 2nya <3
Wuaa bagus ceritanya..mba kalo versi jepangnya ada loveline gak antara bok nyeo dengan sang chul? Apakah mingkin nanti bok nyeo jadi ibu tiri anak2..hehehe..
ReplyDeleteMakasi mba
Versi jepangnya g ada love2nya.. si tante suka ma ayahnya..
DeleteMakasih mba Anis. Penasaran kenapa Bok Nyeo memutuskan untuk tidak tersenyum? Pahitkah masa lalunya? Jadi inget guru ma dgn teka-teki masa lalunya juga.he...
ReplyDelete-Yumenas-
klo versi jepang, masa lalunya sangat pahit sampe dia ga mau senyum lagi. aku aja merinding klo inget ceritanya.
ReplyDeleteya ampyuuun,,,seneng banget deh sama drama remake yg kayak gini,,,, ^^
ReplyDeleteaq nebaknya bok nyeo bkl nyebutin nama2 anggota girls generations cos yg versi jepang mita-san hapal nama2 akb48 eh tyt bkn :)
ReplyDeleteknapa ibu n anak2 tgl di filipina y?beda nih sm yg versi jepang...kl g salah yg versi jepang g tgl dluar negri deh...
Mungkin sang chul sengaja ngirim mereka ke philipina biar bisa selingkuh,,
ReplyDeleteHehe ngawur,tpi mungkin jga yaa
Mbk anis part 2x kpan
ReplyDelete