Ha Ryu sampai di gedung
perusahaan, ia tampak tergesa-gesa.
Do Kyung dan Da Hae berada
di ruang rias. Do Kyung sangat marah pada Da Hae. Fakta bahwa Da Hae telah
menipu dan mempermainkan Do hoon, ia akan membuat Da Hae membayar semuanya. “Kau
akan mati di tanganku.”
Da Hae tak takut dengan
ancaman Do Kyung, “Kau dan aku, kita berdua telah menipu Do Hoon.” Da Hae mengambil tas-nya dan keluar dari
ruang rias.
Do Kyung benar-benar
marah, ia melihat di meja rias ada gunting yang tergeletak. Ia mengambil gunting
itu dengan tangan gemetaran dan menyusul Da Hae.
“Joo Da Hae!” panggil Do Kyung
yang sudah tepat berada di belakang Da Hae.
Da Hae menoleh terkejut, Do
Kyung mendekat ke arah Da Hae dengan posisi pisau siap menusuk pada Da Hae.
Ha Ryu sampai di ruangan
tempat Seok Tae Il mendeklarasikan diri akan ikut pemilu presiden. Tapi tempat
itu kosong tak ada siapa pun. Ha Ryu cemas.
Tas yang semula ada di
tangan Da Hae terjatuh. Do Kyung berhasil menusuk perut Da Hae dengan gunting.
Da Hae memegangi perutnya yang mengeluaran darah. Ia tampak menahan skait.
Ha Ryu menemukan keduanya,
ia menahan tubuh Do Kyung agar tak berbuat nekat tapi terlambat ia terkejut
melihat Da Hae sudah tertusuk. Ha Ryu mengajak Do Kyung pergi dari sana.
Gunting di tangan Do Kyung pun terjatuh. Da Hae sendirian menahan sakit luka
tusukan di perutnya.
Ha Ryu membawa Do Kyung ke
ruang rias. Ia benar-benar tak mengerti apa Do Kyung akan membunuh Da Hae. “Jika
kau membunuh Joo Da Hae apa kau pikir ini akan membuat hatimu tenang?”
Do Kyung yang masih marah
berkata kalau membunuh Da Hae saja itu tak akan cukup membuat hatinya tenang.
Ia meminta Ha Ryu minggir jangan ikut campur. Ha Ryu semakin tak mengerti
kenapa Do Kyung ingin membuat kotor tangan sendiri, ia meminta Do Kyung jangan
lakukan ini.
Do Kyung tanya lalu apa
yang harus ia lakukan, apa Ha Ryu menyuruhnya untuk diam saja seolah tak
terjadi apapun. Memangnya siapa yang akan meredakan amarahnya. Siapa yang akan
membalaskan ketidakadilan ini.
Ha Ryu : “Jadi, apa kau
ingin tanganmu berlumuran darah? Apa Do Hoon ingin kau melakukan ini? apa Do Hoon
memintamu untuk membunuh Joo Da Hae? Apa menurutmu ini yang diinginkan Do Hoon?
Kau harus berpikir rasional.”
Do Kyung : “Bagaimana aku
bisa bersikap rasional? Apa kau tahu bagaimana perasaan seorang ibu setelah
kehilangan anaknya? Do Hoon itu putraku. Do Hoon bukan adikku, tapi dia
putraku.”
Ha Ryu terdiam terkejut,
ia pun mengerti kenapa Do Kyung semarah ini pada Da Hae. Do Kyung berkata kalau
ia akan membunuh Da Hae, “Sebelum Joo Da Hae mati aku tak akan berhenti.”
Dua orang polisi masuk ke
ruang rias, mereka menerima laporan dan meminta Do Kyung ikut ke kantor polisi.
Da Hae yang terluka dibawa ke ambulans untuk dilarikan ke rumah sakit. Do Kyung yang akan masuk mobil polisi menatap Da Hae yang masuk ke
mobil ambulans dengan tatapan benci. Ha Ryu mengatakan pada polisi kalau ia
pengacaranya Do Kyung. Ia minta ijin ikut ke kantor polisi. Polisi pun mengijinkannya.
Da Hae menjalani perawatan
di rumah sakit. Dokter mengatakan jika saja gunting itu menembus ke samping
sedikit saja maka itu akan sangat berbahaya dan bisa merusak organ dalam tubuh Da
Hae. Da Hae menyentuh pelan luka di perutnya. Dokter juga mengatakan kalau sekarang
Da Hae tak akan merasakan sakit karena pengaruh obat bius tapi setelah efek
obat bius itu habis maka Da Hae akan merasakan sakit.
Dokter bertanya adakah
keluarga Da Hae yang datang. Da Hae menjawab kalau ia tak punya keluarga.
Seorang polisi masuk ke
ruang rawat Da Hae. Dokter pun permisi dan berpesan kalau Da Hae membutuhkan
sesuatu tinggal tekan tombol saja.
Kedatangan polisi ini
untuk meminta beberapa keterangan dari Da Hae. Sebelum polisi bertanya Da Hae
berkata kalau ia tak ingin mengajukan tuntutan apapun. Ia tak mau membuat
keributan, ia tak ingin menuntut Baek Do Kyung. Polisi tentu saja kaget, tapi
apa boleh buat korban sudah meminta demikian.
Bahkan pak polisi yang ada
di kantor polisi pun terkejut. Ia memberi tahu Do Kyung yang sekarang duduk di
depannya bahwa si korban yang bernama Joo Da Hae tak ingin mengajukan tuntutan
pada Do Kyung terkait kasus penusukan ini. Ia mempersilakan Do Kyung pergi.
Ha Ryu akan menemani Do Kyung,
tapi Do Kyung yang masih marah menolaknya. Ia menepis tangan Ha Ryu.
Do Kyung sampai di rumah. Bibi
Jimi yang khawatir bertanya apa Do Kyung tak apa-apa. Do Kyung tak menjawab
pertanyaan Bibinya. Ia mengabaikan sapaan dan ucapan bibinya yang memintanya
makan dulu di hari sial ini.
Amarah Do Kyung belum juga
mereda, “Joo Da Hae kau akan mati di tanganku. Aku tak akan melepaskanmu.”
Da Hae merasakan sakit di
perutnya karena pengaruh bius yang sudah hilang. Ia sekuat tenaga berusaha menahan
sakit. Ia mengingat saat-saat Do Kyung menusuknya. Ia melihat sekeliling
ruangan rumah sakit dimana hanya ada ia senidri. Tak ada siapa-siapa. (ngenes
juga liatnya)
Presdir Baek berterima
kasih pada Ha Ryu karena sudah mengurus Do Kyung hari ini. Ha Ryu bilang itu
bukan masalah. Presdir Baek menanyakan berapa usia Ha Ryu. Ha Ryu menjawab 34
tahun. Presdir Baek berkata kalau Ha Ryu 5 tahun lebih tua dari Do Hoon. Jika
ia tahu Do Hoon akan meninggal dengan cara seperti itu seharusnya ia membiarkan
Do Hoon bermain olah raga yang Do Hoon sukai. Akhir akhir ini ia merasa kalau
dirinya sedang menebus dosa.
Presdir Baek menggenggam
tangan tangan Ha Ryu, “Pengacara Cha. Do Kyung-ku, kumohon jaga dia.” pinta Presdir
Baek.
Da Hae yang sudah sehat
berada di kantor baru Seok Tae Il. Ia mengatakan kalau kantor pusat untuk
pemenangan capres sudah siap, bukankah sekarang mereka resmi memulai kampanye. Mulai
sekarang kita harus meningkatkan pendukung kita.
Seok Tae Il mengerti itu
tapi ia melihat Baek Hak masih tidak suka kalau ia membuat kantor sendiri. “Presdir
Baek, mengadakan rapat dengan para anggota Baek Hak. Beliau mencoba untuk menghentikan
mereka yang mendukungku.”
Da Hae meminta Seok Tae Il
jangan khawatir karena ia yakin Presdir Baek tak akan bisa menghentikan Seok Tae
Il. Seok Tae Il tanya apa Da Hae punya rencana. Da Hae tersenyum menunjukan tab-nya.
Ia memiliki dokumen rahasia Baek Hak di tangannya. Ia tahu bahwa tak ada
anggota Baek Hak yang tidak terlibat, terlebih lagi setiap dari mereka tak mau
rahasia mereka terbuka untuk umum.
Ha Ryu mendatangi kantor
polisi, ia kesal melihat detektif hanya duduk saja di kantor. Kalau duduk saja
seperti ini akankah pelakunya datang sendiri. Akankah bukti datang begitu saja,
bukankah seharusnya detektif melakukan penyelidikan. Detektif mengatakan kalau
dalam pekerjaannya ada istilah yang namanya proses. Dan itulah yang sedang ia
kerjakan jadi ia meminta ha ryu lebih baik kembali dan tunggu saja kabar
darinya.
Ha Ryu : “Menunggu? Untuk
apa? Pembunuh itu ada di depanku. Joo Da Hae adalah pelakunya. Bahkan saat aku
memberitahumu, kau malah melepaskan dia. Kau juga tak melakukan penyelidikan. Berapa
lama lagi kau ingin aku menunggu?”
Detektif mengingatkan
kalau ini tak akan menguntungkan Ha Ryu sama sekali. “Hanya kau saksi mata
kejahatan itu. Itu juga berarti kau salah satu tersangkanya.”
Ha Ryu membenarkan, itu
yang ia inginkan. Ia melihat ledakan itu dari awal sampai akhir. Bahkan ia-lah
yang menghubungi ambulans. Ia ingin detektif melakukan investigasi terhadapnya.
Selidiki semua pernyataannya dan temukan bukti bahwa Joo Da Hae adalah
pelakunya.
Detektif menyadari Ha Ryu
emosi karena ingin sekali menyeret Da Hae ke penjara sebagai tersangka. Ia
mengajak Ha Ryu minum di warung soju agar Ha Ryu lebih tennag. Selama 19 tahun
ia bekerja, ia sudah bertemu semua jenis orang. Tapi ia belum pernah bertemu
orang yang bersikeras seperti Ha Ryu. Ha Ryu minta maaf seharusnya ia tak marah
pada detektif.
Detektif mengatakan kalau
alibi Joo Da Hae pada saat kecelakaan berada di Gwang Hwa Min itu sudah
dikonfirmasi kebenarannya. Ha Ryu menilai itu tidak mungkin, karena pada saat
itu Da Hae ada ditempat kejadian. Da Hae-lah yang menyuruhnya datang kesana. “Ketika
dia ada disana denganku bagaimana mungkin dia ada di tempat lain? Itu tak masuk
akal. Itu pasti dipalsukan.”
Ha Ryu tanya bagaimana
dengan mobilnya, pasti ada seseorang yang membeli mobil itu. Detektif
mengatakan kalau mobil itu dijual melalui penyalur mobil bekas. Menurut si
penjual, mobil itu dibeli oleh seorang tuna wisma. Dia tak ingat wajah
pembelinya. Kami sudah mencari pasar terdekat yang menjual bahan peledak, tapi
karena pasar itu gelap mencari pembeli itu akan sulit.
Ha Ryu menatangi sebuah
toko menanyakan pada pelayan toko apa pernah melihat orang yang ada di foto
(fotonya Da Hae). Pelayan menebak apa Ha Ryu seorang detektif lagi. Ha Ryu
bilang bukan, ia seorang pengacara dan memberikan kartu nama Cha Jae Woong. Ha
Ryu tanya lagi apa pelayan itu ingat dengan wanita yang ada di foto. Pelayan menjawab
ya, ia sudah mengatakannya pada detektif bahwa ia sangat ingat pada wanita ini.
“Dia datang kesini untuk menukar pena merah yang pernah dia beli sebelumnya.
Dia sangat rewel meminta menukar beberapa kali.”
Ha ryu bertanya lagi apa itu
benar-benar wanita yang ada di foto. Pelayan itu menjawab yakin. “Terakhir kali
detektif mengambil catatan transaksi kartu kreditnya dan telah dikonfirmasi
namanya.”
(alibi Da Hae benar-benar
sudah dipersiapkan dengan baik ya)
Ha Ryu menghubungi Sam Do
mengatakan kalau apa yang Detektif Nam sampaikan entang alibi Da Hae itu sangat
tepat. Ia bertanya bagaimana dengan mobilnya. Sam Do mengatakan kalau ia sudah
bertemu dengan penjualnya tapi si penjual tak ingat apapun selain fakta bahwa
pembelinya itu seorang tuna wisma. Ha Ryu meminta Sam Do terus menelusuri
tempat tuna wisma berkumpul yang dekat dengan penjualnya.
Presdir Baek mengadakan
jamuan pada beberapa anggota Baek Hak bersama Ha Ryu. Tapi ada beberapa yang
belum hadir, ia bertanya pada sekretarisnya kenapa mereka belum datang. Ia
meminta sekretarisnya untuk menghubungi mereka. Presdir Baek mengajak dua tamunya
untuk makan lebih dulu tapi keduanya menolak lebih baik menunggu yang lainnya.
Salah satu dari keduanya
bernama Direktur Lee menerima telepon dari seseorang. Ternyata Da Hae yang
menelepon. Da Hae mengatakan kalau ia mendengar Direktur Lee membeli rumah di New
York atas nama cucu Direktur Lee tahun lalu. “Apakah aman untuk mengatakan
bahwa uang itu dari dana rahasia konstruksi Chang Tae Dong?” (dari duit korupsi
gitu) Direktur Lee tergagap-gagap terkejut, ia pun mengerti.
Presdir Baek heran melihat
tingkah Direktur Lee. Direktur Lee berbohong kalau ia tak apa-apa. Ia pun
permisi akan ke toilet sebentar.
Presdir bertanya pada
sekretarisnya kenapa mereka belum juga datang. Sekretaris mengatakan kalau Menteri
Kim sedang dalam perjalanan tapi anggota yang lain tak bisa datang dan bahkan
ada yang tak bisa dihubungi. Presdir marah dan bisa menebak ini ulah siapa.
Menteri Kim yang baru
sampai di restoran menerima kiriman foto dirinya sedang bersenang-senang dengan
seorang wnaita. Menyadari kalau ini sebuah ancaman, ia pun mengajak supirnya
untuk putar balik. Ga jadi masuk restouran.
Mereka malah menerima
undangan Seok Tae Il, bahkan Direktur Lee dan Menteri Kim pun ada disana. Tujuan
Seok Tae Il mengumpulkan mereka untuk mendapatkan dukungan (Membentuk koalisi
gitu hahaha. Ya ampun koalisi yang bermula dari ancaman)
Da Hae yang ada disana mengatakan
kalau mereka bukan lagi anggota Baek Hak melainkan sudah menggantinya dengan
nama Asosiasi Pendukung Seok Tae Il.
Presdir Baek masih di restouran,
ia benar-benar marah. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada Komisaris Cho dan
berkata kalau mereka akan mengadakan pertemuan di lain kesempatan. Komisaris Cho
mengerti.
Dalam acara pertemuan itu,
Da Hae mengenalkan Soo Jung yang merupakan putri Seok Tae Il pada anggota
asosiasi. Soo Jung menyapa mereka dan menyebutkan namanya. ia terlihat tak
nyaman berada disana.
Da Hae keluar dari ruang
pertemuan. Ia berpapasan dengan pria misterius. Pria itu mendekat padanya, Da Hae
mundur tapi di belakangnya muncul pria misterius lain. Da Hae dibekap dengan obat
bius dan pingsan. Dompetnya terjatuh, Da Hae dibawa oleh dua orang itu.
Soo Jung yang juga keluar
ruang pertemuan menemukan dompet Da Hae di lantai. Ia celingukan mencari siapa
pemilik dompet itu. Ia keluar gedung dan melihat Da Hae dibawa oleh dua orang asing
naik mobil dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia terkejut dan cemas.
Soo Jung pun menghubungi Ha
Ryu dan mengatakan apa yang dilihatnya. Ia bingung apa yang harus dilakukannya.
Ha Ryu tanya apa Soo Jung melihat plat mobil yang membawa Da Hae. Soo Jung
menjawab tidak.
Ha Ryu teringat ucapan Do Kyung
yang berencana membunuh Da Hae.
Ha Ryu mengatakan pada Soo
Jung kalau kejadian ini mungkin ada hubunganya dengan Do Kyung. Soo Jung tanya
lalu apa yang harus ia dan Ha Ryu lakukan. Ha Ryu bilang akan mengurusnya jadi Soo
Jung tak perlu khawatir, lebih baik pura-pura tak tahu saja.
Ha Ryu mencoba menghubungi
Do Kyung tapi ponsel Do Kyung tak aktif. Ia pun menghubungi Presdir Baek
mengabarkan kalau Do Kyung menculik Da Hae. Ha Ryu mengatakan kalau ia harus
menemukan mereka sebelum sesuatu terjadi. Ia harap Presdir Baek menggunakan semua
infroman yang dimiliki untuk mencari mereka. Presdir mengerti ia menggerutu
kenapa Do Kyung melakukan ini.
Soo Jung kembali ke ruang
perjamuan dan mencoba bersikap biasa. Seok Tae Il heran Da Hae tak juga
kembali. Ia mengatakan pada semua tamunya kalau mereka akan merubah sejarah Korea
dengan menjadi anggota asosiasi pendukung Seok Tae Il. Ia berterima kasih atas
dukungan mereka.
Agar semuanya cepat
selesai Soo Jung berbisik pada ayahnya menilai kalau ayahnya sudah terlalu lama
menahan tamu-tamu itu. Seok Tae Il bertanya apa yang terjadi dengan Da Hae. Soo
Jung tak menjawab.
Da Hae diikat pada sebuah
kursi di dalam gudang. Pintu gudang terbuka dan masuklah Do Kyung. Dengan
tatapan benci Do Kyung meminta Da Hae jangan menutup mata, dan jangan melihat
ke arah lain juga. “Lihat mataku dan matilah!” Da Hae menegang namun ia
berusaha untuk terlihat tenang.
Do Kyung mengeluarkan ponselnya
dan terlihat panggilan telepon dari ayahnya. Tapi ia mengabaikan panggilan
telepon ayahnya. Ia malah mendekat pada Da Hae meminta Da Hae menatapnya.
Presdir Baek terus
berupaya menghubungi Do Kyung. Ia benar-benar khawatir Do Kyung akan berbuat nekat.
Do Kyung menatap tajam Da Hae,
“Lihat dengan baik. Inilah wajah seorang ibu yang putranya telah dibunuh.”
“Jangan lakukan ini!” ucap
Da Hae yang juga menatap Do Kyung.
Do Kyung : “Rasa sakit
yang kau berikan pada putraku, Do Hoon, aku akan memberimu balasan yang
setimpal. Bagaimana rasanya terbakar sampai mati, akan kubuat kau merasakan hal
yang sama.”
Do Kyung mengambil dirigen
yang berisi bensin dan menumpahkannya disekitar Da Hae. Da Hae cemas dan meminta
Do Kyung jangan melakukan ini. Ia sekuat tenaga berusaha melepaskan ikatannya.
Do Kyung tak peduli dan
tetap menumpahkan bensin ke lantai. Ia bahkan mempersilakan Da Hae berteriak
lebih keras lagi dan lebih baik mati saja, karena itu akan membuat semuanya
lebih setimpal.
Da Hae mengingatkan kalau Do
Kyung akan menyesal melakukan ini. Do Kyung menatap Da Hae, “Kau bilang aku
akan menyesal?” Do Kyung mengeluarkan korek dan menyalakannya.
Wajah Da Hae semakin
tegang, takut kalau Do Kyung benar-benar akan membakarnya hidup-hidup. Do Kyung
menilau kalau Da Hae adalah wanita gila.
Ponsel Do Kyung bergetar
lagi, panggilan telepon dari ayahnya. Kali ini ia menjawabnya. Presdir tanya
dimana Do Kyung sekarang. Do Kyung mengatakan kalau ia akan menghubungi ayahnya
lagi nanti.
Presdir yang cemas meminta
Do Kyung jangan membunuh Da Hae, “Hanya tinggal kau yang kumiliki. Jika terjadi
sesuatu padamu, bagaimana ayahmu ini bisa hidup? Tidak Do Kyung, jangan
lakukan. Tolong selamatkan ayahmu kali ini. Jika terjadi sesuatu padamu, aku
lebih dulu yang akan mati. Kau harus menyelamatkanku. Do Hoon juga pasti akan
melarangmu.”
Mata Do Kyung berkaca-kaca
mendengar ayahnya memohon seperti itu. Hati Do Kyung goyah mendengar ucapan
ayahnya. Mata Da Hae yang tegang terus melihat ke arah korek yang masih menyala.
Ha Ryu yang dalam
perjalanan mencari Do Kyung menerima telepon dari Presdir baek yang memberi tahu lokasi keberadaan Do Kyung.
Ha Ryu mengerti ia akan kesana sekarang. Ha Ryu menghubungi sekretaris Nam dan
mengatakan kalau mereka sudah menemukan keberadaan Do Kyung.
Ha Ryu dan Sekretaris Nam
sampai di depan gudang. Ha Ryu masuk ke dalam gudang dan menemukan keduanya. Ia
melihat Da Hae yang duduk terikat dan Do Kyung yang duduk melamun.
Ha Ryu menatap sinis
keadaan Da Hae yang terikat. Ia beralih ke Do Kyung yang menunduk sedih. Ia
membawa Do Kyung keluar dari sana. Ia menyerahkan Do Kyung pada Sekretaris Nam
agar segera pulang dan mengatakan kalau ia yang akan mengurus sisanya.
Ha Ryu kembali ke dalam
gudang, “Aku sama sekali tak merasa kasihan padamu. Kau malah terlihat seperti
orang bodoh.” Ucapnya pada Da Hae.
“Kenapa kau tak
membunuhku?” tantang Da Hae. “Apa kau takut?”
Ha Ryu berkata kalau ia sangat
yakin bisa membunuh Da Hae. Tapi ia berbeda dari keluarga Baek. Ia meminta Da Hae
mengembalikan dokumen rahasia Baek Hak yang sudah Da Hae curi, sebagai
imbalannya ia akan mengampuni Da Hae kali ini.
Da Hae menatap sinis meminta
Ha Ryu jangan membuatnya tertawa. Ha Ryu berkata lagi kalau ia bercanda atau
tidak itu bisa Da Hae lihat nanti. “Sudah kubilang aku berbeda dari keluarga Baek.”
Ha Ryu menyiramkan sisa
bensin ke lantai sebagai ancaman. Tubuh Da Hae kembali menegang takut kalau-kalau
Ha Ryu akan membakarya di gudang ini.
Ha Ryu duduk di depan Da Hae
menatap tajam, “Kuhitung sampai lima,” Ha Ryu mengeluarkan korek sebagai
ancaman. “Satu, dua, tiga, empat.” Ia menyalakan korek.
“Baiklah.” Da Hae pun
menyerah, ia akan menyerahkan dokumen rahasia itu.
Dari gudang Ha Ryu menghubungi
Sam Do mengatakan dimana dokumen rahasia itu berada. Sam Do mengatakan kalau ia
sudah menemukan brangkasnya. Ia membuka brangkas menggunakan password sesuai
yang Ha Ryu katakan. Ia menemukan tab yang berisi dokumen rahasia Baek Hak. Ha
Ryu meminta Sam Do memberikan tab itu padanya nanti.
Ha Ryu melepaskan ikatan
di tangan Da Hae. Da Hae berkata bukankah Ha Ryu tak membutuhkan dokumen
rahasia itu. “Kenapa kau tak membunuhku?”
“Membunuh itu caramu. Aku
tak membunuh orang.” ucap Ha Ryu.
Da Hae : “Jika kau tak
membunuh....”
Ha Ryu menyela, “Aku akan
membuatmu mengakui kejahatanmu dan memohon pengampunan sambil menangis. Itulah
cara membalas dendam sesungguhnya. Kau akan segera meneteskan air matamu. Kau
akan segera menyadari betapa sulitnya meminta pengampunan. Menurutku, kau ingin
seseorang untuk membunuhmu sebagai gantinya.”
Ha Ryu meninggalkan Da Hae
sendirian di gudang. Da Hae akan pergi dari sana tapi ia merasakan sakit di
perutnya dibekas luka tusukan. Ia berjalan tertatih keluar dari gudang sambil
menahan rasa sakit di perutnya.
Bersambung ke episode 19 part 2
Makasih mbaaaaaaaak....... Udah dlanjut.... Banyak jempol buat mbak
ReplyDeletecie cie udah ngumpul lagi mud buat nerusinnya mbak? hehe ga hanya ini tapi AAMR juga hihi
ReplyDeletebtw udah lama gak denger mbak anis bicara bola eh ke sini udah ada bolanya wkwkwk
mbak anis FIGHTING XD
dukung siapa nih mbak? :P
btw kenapa cat rumahnya mbak anis, mbak mumu, dan mbak irfa kompak jadi lebih simple ya? LOL keponya kambuh nih, mian mian...