Monday 20 August 2012

Sinopsis A Gentleman's Dignity Episode 17

Do Jin, Tae San dan Yoon duduk santai menonton pertandingan sepak bola di rumah Tae San. Pertandingannya Park Ji Sung.
Do Jin memuji kalau pergerakan permainan Park Ji Sung sangat cepat. Ia pun bertanya apa kedua temannya ini masih ingat bahwa sudah 10 tahun berlalu sejak piala dunia 2002 berakhir. Park Ji Sung mencetak gol semata wayang Korea Selatan ke gawang portugal. (saya lupa karena yang saya ingat Ahn Jung Hwan mencetak gol ke gawang Italia dan itu menyebabkan dia didepak dari salah satu klub Italia yang dibelanya ketika itu)

Tae San mengatakan kalau ia sempat menangis ketika Tim Korea Selatan masuk babak 16 besar.

(Tim Korsel ternyata bisa mencapai babak 4 besar lho dan saat itu gagal menembus final karena dikalahkan Jerman 0-1 dan akhirnya Jerman juga harus mengakui keunggulan Brazil 0-2, hehe masih ingat donk gaya rambut Ronaldo yang menurut saya ga bagus. Sampai2 gaya rambut ini diikuti oleh sinetron indonesia KECIL2 JADI MANTEN yang mendongkrak nama artis (Almh) Sukma Ayu yang jadi Rohaye---yah jadi ngelantur kemana-mana)

Do Jin : “Waktu itu siapa yang menyangka atlit dari negara kita akan berlaga di EPL, aku sangat bangga padamu, Kak Ji Sung!”

Yoon heran Do Jin menyebut Park Ji Sung dengan sebutan Kakak. Do Jin mengatakan kalau pemain EPL (Liga Inggris) adalah kakak. Karena akhir-akhir ini Park Ji Sung itu pahlawannya.
Jung Rok datang membawa kue. Dan taraaaaa.... kue dengan miniatur robot diatasnya. “Taekwon V. Daebak kan?” Seru Jung Rok bangga. (Taekwon V : karakter anime robot Korea)
Tae San tak menyangka kalau Jung Rok masih kecanduan pada robot itu. Jung Rok tanya robot apa, dia itu pahlawan masa kecilnya. Melihat itu Yoon jadi teringat sesuatu, “Ketika kita kecil bukankah mereka mengatakan begitu sinar laser ditembakan dari Namsam, 63 bangunan akan memantulkannya. Lalu kubah terbuka dan dari sana Taewon V keluar.”

Jung Rok berkata kalau ia masih menantikan saat itu dengan sungguh-sungguh, kalau dunia dalam bahaya Taekwon V akan keluar. Ia mempercayainya 100%. Tae San menyahut kalau ketika kecil dulu mereka mempercayai hal yang seperti itu dan juga berfikir kalau Taekwon V benar-benar bisa melindungi bumi. Do Jin berkata itulah yang namanya cita-cita anak kecil ketika itu. Karena mereka laki-laki sedikitnya yang mampu dilakukan adalah menyelamatkan bumi.
Yoon mengagumi pahlawan idolanya, menurutnya kalau Superman bukan hanya bisa menyelamatkan bumi dia bahkan mengelilingi dunia demi menyelamatkan wanita yang dia cintai. “Ah... aku hampir pingsan,” kata Yoon mengagumi Superman.

Do Jin : “Hei... tetap saja baju ketat biru dan celana dalam merah tidak serasi. Aku menyukai penampilan hitam-hitam Batman yang modis.”

Tae San tak sependapat, “Hei... Batman tidak melindungi bumi. Dia hanya melindungi lingkungan sekitarnya. Nama daerahnya Gotham. Tak ada bedanya dengan polisi dari Pos polisi Samseong-dong. Pahlawan yang sesunggunya adalah Spiderman!” Kata Tae San sambil menunjukan gaya Spiderman.

Hei ketiga temannya tak setuju. Menurut Jung Rok Spiderman itu terlalu bodoh. Pasti dia akan membuat anak dan istrinya kelaparan. “Taekwon V adalah yang terbaik.”
Hei...Temannya tak setuju.

Yoon : “Taekwon V hanya terbuat dari besi tahan karat, kan? Tetap Superman yang terbaik. Dengan sinar laser yang terpancar dari matanya.”
Tae san : “Hei... Batman hanya sampah kalau dia tanpa mobil dan senjatanya. Semuanya berkat perangkat teknologi. Dia pura-pura kesepian begitu dia berubah kembali.”

Do Jin membela pahlawannya, “Senjata terkuat Batman adalah kesepiannya. Nuansa gelap berasal dari kesendiriannya. Sampai Superman dan Spiderman yang hanya tahu bagaimana cara mengejar keadilan tak bisa menang atasnya.”

Jung Rok mengeraskan suaranya, “Hei kelelawar, laba-laba dan alien semuanya minggir. Taekwon V tetap nomor satu.” Seru Jung Rok sambil menunjukkan jempolnya untuk Taekwon V.

“Mesin besi tahan karat, pergilah!” seru mereka bertiga. Keempatnya terus memperdebatkan pahlawan mereka masing-masing.
Suara Do Jin : “Hari itu kami tak menemukan pahlawan siapa yang terbaik. Dan juga diusia 41 tahun kami bahkan tak bisa menyelamatkan wanita yang kami cintai, apalagi menyelamatkan bumi. Kami memang bukan pahlawan hanya sibuk mencari nafkah dari hari ke hari. Kemanakah pahlawan impian masa kecil itu akan pergi? Akan menjadi pahlawan siapakah kami?”

Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 17
Do Jin akan kembali ke aparteman. Di depan gedung aparteman ia berpapasan dengan Yi Soo yang membawa bingkisan kado. Ia bertanya apa Yi Soo sedang menunggunya. Yi Soo menjawab ya. Do Jin kembali bertanya apa Yi Soo menunggunya dalam waktu yang lama lagi. Yi Soo juga menjawab ya maka dari itu ia minta Do Jin berhenti bersikap keras kepala.

Yi Soo berkata kalau saat Do JIn mengalami cinta bertepuk sebelah tangan dengannya, ketika itu ia mengabaikan perasaan Do Jin. Bahkan ia mengatakan pada Do Jin kalau ia menyukai pria lain. Jadi kalau ini adalah hukumannya karena sudah menyakiti hati Do Jin, ia berfikir hukuman yang ia terima sudah cukup. Do Jin menyanggah sama sekali bukan seperti itu yang ia fikirkan.
Yi Soo : “Kalau bukan datanglah padaku. Kakak yang mencintai Seo Yi Soo, Kim Do Jin. Datang menyelamatkanku tanpa kuketahui....”

Do Jin meminta Yi Soo jangan mempertaruhkan hidup dengan kata-kata yang tak berarti itu. Yi Soo menilai Do Jin pembohong. Haruskah Do Jin sekejam ini. Do Jin berkata kalau bersikap kejam bisa menyelesaikan masalah maka ia akan memilih jalan ini. Yi Soo mengingatkan bukankah sudah ia katakan tak apa-apa. Meskipun Do Jin adalah ayah anak itu, tak masalah untuknya. Do Jin menyela dan berkata kalau untuknya itu masalah. Karena ia tak ingin membuat Yi Soo tak bahagia. Ia tak ingin menghancurkan hidup orang lain lagi. karena itu...

Yi Soo menyela, “Baiklah aku akan pergi.” Kalau itu yang Do Jin inginkan, ia akan melakukannya tapi itu akan terjadi dalam kehidupan selanjutnya karena dikehidupan sekarang ia tak bisa melakukannya.
Yi Soo membuka kotak kado yang dibawanya, sepasang sepatu pria. Ia meletakkan sepatu itu di bawah. Do Jin terkejut melihat apa yang dilakukan Yi Soo karena ini sama seperti yang pernah dilakukannya dulu. Yi Soo menatap Do Jin. Pandangan Do Jin beralih dari sepatu ke Yi Soo.

Yi Soo : “Kalau kau datang menemuiku, pakailah ini!”
Yi Soo berdiri masih tetap memandang Do Jin, “Ketika cuaca cerah berdandanlah yang tampan!” Ucap Yi Soo sambil tersenyum.
Tae San makan malam setengah melamun. Meari menyuguhkan minum untuk kakaknya. Ia heran karena sudah malam begini kakaknya masih belum makan malam, apa saja yang kakaknya lakukan. Tae San tak menjawab. Meari tanya apa kakaknya sangat sibuk di tempat kerja.

Tae San teringat apa yang dikatakan Meari di depan rumah abu Jung Ah. ‘Tak bisakah kakak mengizinkan aku menyukai Kak Yoon?’

Tae San tak nafsu makan, ia menghentikan makan malam dan naik ke kamarnya. Meari semakin heran dengan sikap kakaknya ia bertanya apa ada masalah. Tae San kembali tak menjawab, ia menuju kamarnya.
Di depan rumah Tae San, Yoon datang. Ia melihat kalau mobil Tae San terparkir disana dan menebak kalau Tae San ada di rumah. Tapi ia ragu apakah ia harus menekan bel atau tidak. Pikirannya bimbang.
Do Jin di kamarnya duduk di ranjang menatap bingkisan kado yang ia terima dari Yi Soo. Kemudian Do Jin pindah berbaring di lantai sambil memandang sepatu pemberian Yi Soo. Setelah itu ia tiduran di ranjang sambil memakai sepatunya. Do Jin duduk di tepi ranjang kembali menatap sepatu pemberian Yi Soo. ia tampak memikirkan sesuatu.
Yi Soo di rumah berfikir apakah yang dilakukannya tadi akan membuahkan hasil. Ia menuliskan sesuatu di buku catatannya. Se Ra datang dan menyampaikan kalau tisu toilet sudah habis. Yi Soo tengah meminum yogurt. Se Ra heran apa sekarang Yi Soo sedang diet bukankah Yi Soo sekarang tak punya pacar jadi kenapa harus diet. Yi Soo mengatakan kalau pacarnya itu akan kembali, ia sangat yakin dan percaya itu.

Se Ra ingin tahu kalau pacar Yi Soo kembali apa Yi Soo akan benar-benar memilih jalan itu. Yi Soo malah balik bertanya apa lagi yang bisa ia lakukan karena ia sangat merindukannya. Se Ra bisa memaklumi itu, ia berkata kalau ia dulu menentang yang namanya pernikahan haruskah sekarang ia mempertimbangkannya lagi.
Yi Soo menebak jangan-jangan... Se Ra mengiyakan ia mengatakan kalau Tae San dengan semangat berkata ‘kesini’ jadi ia langsung masuk saja ke pelukan Tae San. Yi Soo mengucapkan selamat karena Se Ra bisa balikan lagi sama Tae San jadi mulai sekarang ia berharap Se Ra jangan...

Se Ra menyela kalau ia akan melakukan yang terbaik jadi Yi Soo jangan mengkhawatirkannya. Ia menyarankan Yi Soo minum saja supaya tambah cantik. “Berikan Kim Do Jin kejutan yang besar saat dia kembali.”
Pagi hari, Do Jin menyiapkan kopi. Tepat saat itu Yoon datang setelah berolah raga. Yoon memberi tahu kalau Colin sudah berangkat sekolah. Do Jin berkata Colin masih canggung kalau berdua saja dengannya. Do Jin menawarkan apa Yoon mau kopi Yoon mau dan Do Jin membuatkannya.

Do Jin menyampaikan kalau kemarin ia menerima sepasang sepatu. Yoon tak menyangka dan bergumam apanya yang bagus dari Do Jin sampai menerima hadiah sepatu. Do Jin berkata benar karena itulah ia sudah memutuskan akan mempertahankan Seo Yi Soo. Yoon kaget campur senang, “Benarkah?”
Do Jin : “Aku tahu aku ini agak tamak, tapi kalau aku bisa menghargainya seumur hidupku aku yakin bisa membahagiakannya.”

Yoon memuji kalau ini pagi yang indah. Ia berharap semoga Do Jin bernasib baik. Do Jin berkata kalau ini bukan hanya untuknya saja, Yoon dan Meari juga membutuhkannya.
Yoon : “Gunung itu terlalu tinggi untuk di daki. Im Tae San kita.” (gunung yang tinggi maksudnya Tae San)
Do Jin : “Kau hanya bisa mendengar gema (Meari) begitu kau mencapai puncaknya.”
Yoon : “Mengawali pendakian ke gunung itupun aku dilarang.”
Yoon bilang kalau ia sudah hampir terlambat ia akan langsung mandi dan berterima kasih atas kopinya.

Hmmm... mau mengutip kata-kata Yoon, ‘Mengawali pendakian ke gunung itupun aku dilarang’ apa ini bisa diartikan mencintai Meari itupun ia dilarang karena gunungnya yang terlalu sulit didaki. Apa ini mencerminkan kalau Yoon juga tak memungkiri perasaannya pada Meari. Hmmm...
Tae San menyerahkan materi akhir untuk presentasi proyek Qualze Island (wahahah aku kemarin nulisnya Court island hihi diganti ya) Tae San mengatakan kalau Manajer Choi sedang menyiapkan video presentasinya. Ia juga mengatakan kalau meraka sudah memesan 20 kursi untuk tamu undangan.

Do Jin memperkirakan siapa saja yang akan hadir, “Kau, aku, 9 orang dari tim desain, Yoon, Rok, Min Suk, Hong Pro, Meari.”

Tae San menyela kalau Hong Pro sedang menyiapkan diri untuk pertandingan dan juga dia sedang menghindari alkohol jadi tak bisa datang dan Meari juga tak bisa datang karena sibuk mengerjakan hal lain. Do Jin tanya mengerjakan apa. Tae San tak memberi tahu dan menyarankan lebih baik mengundang staf lain kalau mereka punya waktu.

Staf Do Jin datang membawakan contoh undangan. Tae San heran apa meraka juga harus menyiapkan undangan segala. Do Jin bilang pada staf-nya kalau undangannya cukup bagus dan menyuruh untuk mencetaknya. Tae San pamit ia harus mengunjungi lokasi proyek. Sebelum Tae San pergi Do Jin mangungkapkan sebuah permintaan.
Do Jin : “Sebelum pestanya dimulai beritahu penyelenggara Qualze kalau aku pintar bermain drum.”
Tae San : “Bukankah permainanmu jelek?” (hahahaha)
Do Jin kesal, “Mereka kan tidak tahu? Katakan saja aku pandai memainkannya, ya? Aku mengundang seseorang yang sangat penting.”

Tae San bertanya siapa orang yang sangat penting itu. Do Jin tak mengatakannya ia cuma senyum-senyum hihi.
Jam sekolah usai, Yi Soo akan pulang tapi ia dikejutkan oleh seseorang yang memakai kostum boneka beruang sedang membagikan balon ke sejumlah siswanya. Yi Soo melarang kalau tak boleh berjualan di depan sekolah. Siswanya bilang kalau dia bukan sedang berjualan, dia hanya memberikan balon. Yi Soo jelas heran.
Kemudian orang yang memakai kostum boneka beruang itu memberikan sesuatu pada Yi Soo. Yi Soo menerimanya dan penasaran siapa dibalik kostum beruang ini. Dia juga memberikan balon untuknya dan melambaikan tangan padanya sebelum pergi.

Orang yang berada di dalam kostum pun pergi dan kelihatannya ia benar-benar sangat tak nyaman dengan kostum yang dipakainya.

Yi Soo membuka amplop yang baru saja diterimanya, sebuah undangan pameran Qualze Island. Ia pun berfikir keras.
Do Jin berada di dalam mobilnya menyusuri jalan raya dengan peluh membasahi tubuhnya. Ternyata yang di dalam kostum boneka beruang itu dirinya hehe.
Se Ra membantu Yi Soo memakai gaun untuk datang ke acara pameran Qualze Island. Se Ra bertanya apa Yi Soo yakin kalau itu Do Jin. Yi Soo bilang kalau ia sangat yakin, walaupun dia memakai kostum boneka beruang tapi ia masih bisa merasakannya hehe.

Se Ra memuji kalau pinggul Yi Soo bagus jadi gaun ini an terlihat cantik ketika Yi Soo memakainya. Gaun ini dibuat hanya untukmu sahut Se Ra.
Yi Soo : “Apa aku benar-benar boleh memakainya? Kau bahkan tak bisa pergi.” (wahaha jadi itu pinjem ya)
Se Ra : “Memangnya pesta itu sangat penting? Pertandinganku jauh lebih penting. Jadi aku bisa segera menikah.”

Se Ra memuji kalau Do Jin sangat romantis. Tapi Yi Soo sendiri merasa cemas. Se Ra berpesan lebih baik Yi Soo menikmati saja pestanya dan juga harus tetap disana sampai lewat jam 12 karena Cinderella ini sudah tak muda lagi. Yi Soo mengangguk dan kembali berkaca melihat dirinya.
Meari merengek-rengek ingin ikut ke pesta pameran dengan kakaknya tapi Tae San melarang karena menurutnya ini bukan acara untuk anak-anak. Meari kesal ia bukan anak-anak ia juga ingin menghadiri pesta itu.

Ada SMS masuk di ponsel Meari. Kartu kredit dari bank : ‘peringatan atas tunggakan kepada Meari’
Ohoho... ternyata kartu kredit Meari nunggak. Ia cemas dan Tae San merebut ponselnya. Meari marah kenapa kakaknya melihat ponselnya itu privasinya. Tae San jelas marah, “Apa kau menunggak pembayaran kartu kreditmu?” Meari bilang kalau jumlahnya tak banyak. Ia berjanji akan langsung membayarnya begitu ia gajian. Tae San mendesah dan menyuruh adiknya duduk. Meari cemas kenapa.
Tae San mengambil sesuatu dari laci. Ia meletakkannya diatas meja sebuah tiket pesawat. Meari bingung kenapa dengan tiket pesawat itu.

Tae San tak mengerti untuk apa Meari bekerja kalau membayar kartu kredit saja tak bisa. Kalau adiknya terus seperti ini, lebih baik kembali ke Amerika. Meari heran kenapa kakaknya ini membesar-besarkan masalah sepele karena hal seperti ini (nunggak bayar kartu kredit) sering terjadi pada kebanyakan orang.
Tae San berkata kalau ia melihat Meari di makam Jung Ah. Ia melihatnya sendiri jadi adiknya jangan mencoba menyembunyikan atau menyangkalnya. Meari kaget dan mengaku salah tapi Tae San tak mau lagi mendengar, “Kau benar-benar tak tahu apa kesalahanmu. Aku tak punya pilihan lain.”

Tae San meninggikan suaranya bukankah ia sudah mengingatkan Meari berulang kali. Ia meminta Meari segera mengemasi tas, ia sudah menghubungi Bibi yang di Amerika. Meari memohon ia tak mau ke Amerika, “Kakak aku bersalah aku tak mau ke sana!”
Di tempat pesta. Tae San menemani para tamu. Do Jin berdiri di pintu masuk menunggu seseorang. Ia celingukan kesana-kemari gelisah menunggu.
Jung Rok, Min Suk dan Yoon datang bersamaan. Jung Rok memuji penampilan Do Jin terlihat tak buruk. Yoon menambahkan kalau penampilan Do Jin cukup tampan. Ia memberi selamat. Do Jin menyuruh ketiganya untuk duduk karena tempatnya sudah disediakan.

Staf Do Jin datang menghampirinya dan mengatakan kalau semuanya sudah siap. Do Jin bisa naik ke atas panggung setelah Presdir Qualze memperkenalkan Do Jin.
Dan inilah Presdir Qualze, dia adalah orang yang ditemui Do Jin di Chuncheon ketika kesana bersama Yi Soo. Ia pun memperkanalkan dua orang bujangan yang membangun resort ini, Kim Do Jin dan Im Tae San.
Semua tepuk tangan, Do Jin dan Tae San memberi hormat pada tamu undangan kemudian keduanya melakukan tos.
Dan inilah presentasi yang disampaikan Kim Do Jin. Ia mengatakan kalau resor Qualze dirancang sebagai tempat dimana orang-orang bisa menikmati 4 musim kapan saja (wow keren)

Dan disela-sela presentasi Do Jin, Yi Soo muncul di tengan-tengah kerumunan tamu undangan. Do Jin melihatnya dan diam terpaku sejenak. Yi Soo tersenyum padanya. Do Jin berusaha menguasai diri dan melanjutkan presentasi.

Riuh tepuk tangan menyambut setelah Do Jin menyelesaikan presentasinya dengan baik. Tak terkecuali Yi Soo.
Yi Soo melihat Do Jin tengah sibuk berbincang dengan Presdir Qualze. Do Jin melambaikan tangan memberi tanda agar Yi Soo menunggu sebentar.
Yi Soo menyapa Min Suk dan Jung Rok. Min Suk jelas tak menyangka Yi Soo ada disana, Jung Rok menebak apa Yi Soo dan Do Jin menjalin hubungan lagi. Yi Soo tak menjawab ia cuma tersenyum. Min Suk bersyukur Yi Soo dan Do Jin bersama lagi tapi ia heran kenapa Yi Soo bersama mereka disini seharusnya Yi Soo bersama Do Jin.

Min Suk mengambilkan dua gelas minuman dan memberikanya pada Yi Soo, “Pergilah! Sebelum wanita lain merebutnya, cepat tangkap dia lebih dulu! Kelihatannya Presdir Kim sangat populer.” Kata Min Suk. Yi Soo menerima dua gelas minuman itu dan berterima kasih.
Yi Soo mencari keberadaan Do Jin, ia celingukan kesana-kemari tapi tak melihat sosok pria itu. Ternyata Do Jin juga sama mencari keberadaan Yi Soo sambil membawa dua gelas minuman. Keduanya bertemu pandang dan saling melempar senyum.

Karena keduanya masing-masing membawa dua gelas minuman maka Do Jin dan Yi Soo bersulang dari kejauhan meminum satu gelasnya. Setelah meneguk habis satu gelas keduanya saling menghampiri.
Do Jin mengamati penampilan Yi Soo dari atas sampai bawah, “Siapa yang menyuruhmu berpenampilan begitu cantik? Kau hampir mengacaukan presentasiku.”
Yi Soo tersenyum dan berkata kalau presentasi Do Jin sangat bagus dan juga sangat mengesankan. Keduanya kembali saling tersenyum dan meminum minuman mereka.
Yoon akan mengambil makanan ia berpapasan dengan Tae San keduanya terlihat canggung. Yoon mengatakan kalau Jung Rok dan Min Suk juga ada disini. Tae San bersyukur karena sudah lama sekali rumah tangga mereka tak damai seperti ini. Ia bertanya apa Yoon sudah makan. Yoon bilang kalau ia baru mau makan.

Yoon bertanya apa karena dirinya Meari tak datang. Tae San tak menjawabnya ia minta maaf karena Meari sudah sangat tak sopan datang ke makam Jung Ah. Ia sudah mengatakan pada Meari agar berhenti mengganggu dan membuat Yoon kesal. Ia kembali minta maaf atas semua itu. Yoon berkata kalau semua itu tak seburuk yang Tae San bayangkan jadi ia berharap Tae San tak terlalu keras pada Meari.

Ponsel Yoon berdering, Meari yang meneleponnya. Ia tak segera menjawab karena tak enak di depannya ada Tae San. Tae San menebak apa itu dari Meari. Yoon mengiyakan. Tae San heran kenapa Yoon tak menyangkal saja kalau itu bukan dari Meari. Yoon berkata bagaimana mungkin ia berbohong pada Tae San. Tae San menyuruh Yoon menjawabnya karena pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan Meari pada Yoon dan mungkin juga ada sesuatu yang ingin Yoon sampaikan pada Meari.
Yi Soo masih bersama dengan Do Jin. Pandangannya beralih ke bawah, ia melihat sepatu yang Do Jin kenakan ternyata bukan sepatu pemberiannya. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.

Do Jin memperhatikan sikap Yi Soo yang tiba-tiba berubah, ia bertanya kenapa Yi Soo datang terlambat. Yi Soo minta maaf karena ia terlalu lama bercermin. Do Jin mengartikan pernyataan Yi Soo ini, menurutnya ada pria yang menarik perhatian Yi Soo disini. Ia pun bertanya siapa pria itu.
Yi Soo tak menanggapi malah memberanikan diri bertanya kenapa Do Jin tak memakai sepatu itu hari ini. Do Jin malah balik bertanya, “Sepatu apa? Apa sepatu yang kubelikan?”
Yi Soo bingung, “Bukankah aku... dua hari yang lalu...”
“Dua hari yang lalu? Ah, apa aku mengatakan hal yang bodoh lagi?” tanya Do Jin.

Tatapan Yi Soo berubah menjadi kecemasan, jangan-jangan.... Do Jin mengiyakan, “Aku kehilangan memoriku beberapa hari terakhir ini.” Yi Soo heran apa Do Jin tak mendengarkan rekaman karena disana ada banyak kenangan. Do Jin mengatakan kalau ia juga kehilangan recordernya. “Kau... apa mengatakan sesuatu yang penting padaku?”

Yi Soo tak tahu harus bilang apa, “Bagaimana? Tidak bagaimana? Lalu kenapa kau mengundangku? Apa yang di dalam boneka beruang itu bukan kau?” Do Jin malah balik bertanya, “Memangnya aku mengundangmu?”

Yi Soo : “Lalu menurutmu kenapa aku datang kesini hari ini?”
Do Jin : “Apa karena kau merindukanku? Sebenarnya ada apa dengan sepatu? Jangan-jangan... apa kau memberinya sebagai hadiah untukku?”

Yi Soo kecewa dan bilang kalau Do Jin tak perlu tahu. Do Jin setengah tersenyum dan berkata kalau ia benar-benar penasaran.
Presdir pemilik resor Qualtz menyapa Do Jin. Ia mendengar kalau Do Jin pintar bermain drum. Do Jin tersenyum dan bertanya siapa yang bilang ia mengatakan kalau permainannya belum selevel dengan pemain drum profesional. Presdir Qualtz meminta Do Jin mencobanya dulu, bagus atau tidak itu tak masalah karena ini hanya untuk bersenang-senang.

Do Jin memberi tahu Yi Soo kalau ia akan bermain drum. Ia minta Yi Soo mendekat dan memperhatikan baik-baik. Yi Soo diam saja dan mendesah kesal.
Park Min Suk melihat suaminya tengah berbincang dengan seorang wanita. Keduanya tampak senang dan tertawa-tawa. Ia menahan marah jelas ini karena ia cemburu. si wanita itu pergi, Min Suk menghampiri suaminya dan bertanya siapa wanita tadi apa Jung Rok tak ingin mengenalkan wanita itu padanya.

Jung Rok mengatakan kalau wanita itu hanya bertanya dimana tempat parkir jadi kenapa ia harus mengenalkan wanita itu pada istrinya. Min Suk jelas tak percaya ia akan bertanya pada wanita itu langsung.

Benar saja ia pun bertanya pada wanita itu apa yang ditanyakan wanita itu pada pria yang ada disana. Wanita itu mengatakan kalau ia tadi bertanya dimana tempat parkir. Wanita itu pergi Min Suk terdiam karena ia sudah berfikiran negatif tentang suaminya.
Jung Rok merangkul istrinya dan bergumam apa sebesar itu rasa suka Min Suk terhadap dirinya. Apa yang dikatakan wanita tadi apa dia mengatakan sesuatu yang tak masuk akal. Min Suk berkata kalau yang paling tak masuk akal sekarang adalah dirinya.
Dan inilah aksi Kim Do Jin bermain drum (mikir-mikir dulu nih coz irama lagunya mirip sama lagunya Krisdayanti – Pilihlah aku jadi pacarmu)
Yi Soo memperhatikan permainan drum Do Jin dengan perasaan kesal karena Do Jin tak mengingat kejadian ketika ia memberikan sepatu.

Karena sudah terlanjur kesal Yi Soo tak menikmati permainan musik yang dimainkan Do Jin dkk. Ia pun meninggalkan tempat dan pergi begitu saja. Do Jin jelas heran melihatnya tapi ia tetap meneruskan permainannya sampai selesai. Yi Soo pergi meninggalkan gedung tempat acara berlangsung.
Permainan musik Do Jin dkk selesai dan mendapat tepuk tangan. Do Jin dkk berdiri di depan memberi hormat pada semuanya dan lihat oh oh.. sepatu pemberian Yi Soo dipakainya. Do Jin segera lari keluar menyusul Yi Soo, tapi sayang wanita itu sudah pergi. Ia celingukan tapi tak menemukannya.
Yi Soo di rumah menangis meraung-raung marah sambil mengemasi pakaian dan memasukannya ke koper, “Kenapa dia tega melakukan ini? Kenapa dia tega melakukan ini padaku? Huhuhu.... aku sudah mengatakan padanya dengan jelas ketika aku memberinya sepatu itu hohoho.. ketika cuaca cerah. Sudah selesai. Selesai. Hohoho... memangnya kau siapa berani menyimpulkan kalau aku menyukaimu setengah mati? Brengsek!”
Yi Soo terus menangis (nangisnya bikin ketawa haha) Do Jin meneleponnya. Yi Soo marah-marah memandang ponselnya, “Aku tak mau menjawab dasar brengsek. Dasar orang jelek. Huhuhu... aku mau pergi!”
Yi Soo mengendarai mobilnya. Ia melewati kafe dimana kemarin ia janjian bertemu dengan dua kakak beradik anak tiri ibunya dan disana Do Jin dan ketiga temannya datang. Ia menatap sinis kafe itu, “Apa? Kakak yang mencintai Seo Yi Soo. Apa kau tahu apa itu cinta?”
Yi Soo berhenti di depan kafe dan menemui kasir wanita yang kemarin. Yi Soo ingin meminta video yang kemarin. Si kasir bertanya kenapa, apa Yi Soo membutuhkan video itu untuk barang bukti atau untuk apa. Yi Soo bilang kalau ia ingin mengutuknya.
Yoon menunggu Meari di tempat keduanya pernah janjian dulu. Yoon mengingat ketika ia mengusap rambut Meari di tempat ini.
Meari datang dan tersenyum pahit menatap Yoon. Yoon bertanya apa Tae San memarahi Meari, apa Tae San marah besar. Meari mengatakan kalau karena itulah ia diusir dari Korea. Meari memberi tahu kalau kakaknya menyuruh dirinya pergi ke Amerika bahkan kakaknya sudah membelikan tiket pesawat untuknya. Ia melihat kalau kakaknya ini sungguh-sungguh dengan keputusannya. Meari berkata kalau ia sengaja datang kesini janjian dengan Yoon untuk bertanya yang terakhir kalinya, apa benar-benar tak bisa. Yoon diam.

Meari meninggikan suaranya, kenapa tak bisakah Yoon melawan kakaknya. Tak bisakah Yoon menyingkirkan persahabatan dengan kakaknya.

“Pergilah!” Yoon menyuruh Meari pergi ke Amerika. Meari dengan tegas menolak pergi, ia ingin Yoon mempertahankannya supaya tetap tinggal.
Meari mulai menangis, “Bagaimana mungkin aku pergi? Kalau aku pergi sekarang kita tak akan pernah saling melihat lagi.”
Yoon : “Dasar gadis ini, sudah kubilang bicaralah yang sopan padaku!”
Meari : “Kakak mengatakannya karena tak ada yang bisa kakak katakan,”
Yoon : “Inilah yang ingin kukatakan, apa kau tahu usia kita terpaut sangat jauh?”
“Aku tahu. Kubilang aku tahu kan? Aku... mencintai Kakak. Kakak, kau lah tujuan hidupku. Aku sangat menyukaimu. Tolong pertahankan aku!” Meari menangis keras.

Yoon berkata kalau di dunia ini tak ada orang yang lebih memperhatikan Meari daripada Tae San. Kalau Tae San menyuruh pergi maka Meari harus patuh karena Tae San tahu apa yang terbaik untuk Meari. Ia berpesan agar Meari belajar yang baik begitu tiba disana, ia juga berpesan agar Meari menjaga diri. Yoon pergi meninggalkan Meari yang terus menangis.
“Baiklah. Kubilang baiklah. Dengarkan aku sekali lagi. Dengarkan apa yang kukatakan sebelum kakak pergi!” Pinta Meari membuat Yoon menghentikan langkahnya membelakangi Meari.

“Aku tak bisa menjamin kalau aku bisa melupakan kakak. Tapi kalau aku tak bisa, kalau aku benar-benar tak bisa, Kakak pergi dan lupakanlah aku!”
Mata Yoon berkaca-kaca. Ia tak kuasa menahan air matanya, persaannya sedih mengetahui kalau Meari akan berada jauh darinya. Meari mengucapkan selamat tinggal dengan perasaan sedih. Yoon mendengarnya dengan perasaan terluka dan air mata yang menetes deras. Tapi ia tak menunjukan air matanya di depan Meari, ia berlalu meninggalkan Meari yang terus menangis keras.
Yoon sampai di kamarnya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan dan keputusan apa yang harus ia ambil. Air matanya terus menetes deras menyadari kalau Meari akan pergi lagi dari sisinya. Hatinya semakin terluka. Yoon berusaha menahan kesedihannya tapi itu membuat dadanya semakin terasa sesak dan air mata yang terus mengalir deras.
Yi Soo mabuk di sebuah kamar hotel. Ia sudah menghabiskan dua botol minuman dan akan minum lagi. Ternyata Yi Soo membawa banyak minuman di kopernya. Ia meminum semua itu untuk melampiaskan kekesalan sekaligus kekecewaannya. Yi Soo membongkar pakaian yang dibawanya, setelah tahu kalau yang dibawa hanya pakaian atasan ia mengumpat dirinya sendiri. Ia pun kembali meminum minumannya.
Yi Soo melihat rekaman yang ia dapatkan dari kasir kafe tadi. Ia kembali memutar rekaman dimana Do Jin mengatakan kalau Do Jin adalah kakak yang mencintai Seo Yi Soo.

Yi Soo berteriak marah, “Berhenti membodohiku brengsek. Apa ini cinta? Berhenti. Pergilah dari hidupku!” Yi Soo melempar ponselnya ke tempat tidur.
Do Jin mencari Yi Soo ke rumah. Se Ra heran kenapa Do Jin mencari Yi Soo ke rumah karena yang ia tahu Yi Soo datang ke pesta, apa Do Jin tak bersama Yi Soo tadi. Do Jin mengatakan kalau tadi ia bermaksud memberi Yi Soo kejutan dan membuat sedikit lelucon tapi Yi Soo pergi tanpa melihat bagian akhirnya (hoho jadi Do Jin tadi pura-pura)

Do Jin juga mengatakan kalau Yi Soo tak menjawab panggilan teleponnya. Ia mengira Yi Soo akan menjawab kalau Se Ra yang menelepon. Se Ra menyahut kalau Yi Soo pasti sudah membesar-besarkan masalah lagi, ia pun segera menghubungi Yi Soo. Se Ra melihat sepatu yang dikenakan Yi Soo ada di rumah. Ia menebak kalau tadi Yi Soo pasti pulang ke rumah.
Se Ra bertanya dimana Yi Soo. Ia mendengar suara Yi Soo yang kacau dan menebak kalau Yi Soo sedang minum-minum, “Kata Kim Do Jin kau menghilang dia mencarimu kemana-mana.”

Dengan suara yang sudah mabuk Yi Soo bertanya untuk apa Do Jin mencarinya, “Di kota tepi danau indah ini haruskah aku mendengar nama si brengsek itu? aku sedang dalam perjalanan perpisahan.”

Se Ra tak mengerti danau apa dan Yi Soo pun menutup teleponnya. Se Ra mengatakan pada Do Jin kalau Yi Soo sedang dalam perjalanan perpisahan di sebuah kota tepi danau. Ia bertanya apa Do Jin tahu dimana itu. Do Jin berfikir sejenak dan ia tahu dimana tempat itu, Chuncheon. Ia sadar kalau mobil Yi Soo tak ada dan pasti Yi Soo menyetir kesana.
Do Jin sampai di tempat parkir sebuah hotel di Chuncheon. Ia mengamati setiap mobil disana siapa tahu ada mobilnya Yi Soo. Ia pun melihat mobil Yi Soo terparkir disana. Do Jin bergumam, “Sepertinya aku tak boleh membiarkannya menyetir, Ny Seo-ku!”
Do Jin ke resepsionis menanyakan tamu yang bernama Seo Yi Soo apa ada di daftar tamu karena ia melihat mobilnya di tempat parkir. Tapi petugas resepsionis menolak memberi tahu siapa tamu yang menginap di hotel karena itu privasi.

Do Jin menunjukan foto Yi Soo yang tersimpan di dompetnya. Petugas itu bilang kalau wanita itu cantik tapi yang namanya kebijakan hotel tetap tak boleh dilanggar. Do Jin berkata apa petugas itu tak percaya padanya, ia pun minta maaf dan akan menunggu sampai Yi Soo keluar sendiri.
Do Jin menunggu Yi Soo di lobi hotel. Ia berusaha menghubungi Yi Soo tapi ponselnya tak aktif. Mata Do Jin tetap terjaga mengamati siapa saja yang keluar dari lift. Sampai hari mulai terang Yi Soo tak juga muncul. (bosan, ngantuk, lelah campur aduk menjadi satu donk ya)
Sampai akhirnya Do Jin melihat Yi Soo keluar dari lift dengan langkah gontai menuju meja resepsionis. Ia tersenyum menatap Yi Soo dan akan menghampirinya tapi ia terkejut karena ada seorang pria bersama Yi Soo membawakan barang-barang dan masuk lift bersama. Do Jin menatapnya curiga.
Do Jin langsung bergegas ke tempat parkir dan disana pria itu naik mobil bersama Yi Soo. Pria itu bahkan membukakan dan menutup pintu mobil untuk Yi Soo. Do Jin jelas kesal campur cemburu. keduanya pergi dari tempat parkir, Do Jin pun segera masuk ke mobil dan mengikuti mereka.
Mobil Yi Soo sampai disebuah tanah lapang. Mobil Do Jin ikut berhenti disana tak jauh dari mobil Yi Soo. Yi Soo dan pria itu keluar dari mobil. Do Jin mengamati keduanya penuh kecurigaan. Yi Soo memberikan sejumlah uang ke pria tadi dan saling membungkuk memberi hormat tanda terima kasih, kemudian pria itu pergi. Melihat itu Do Jin tertawa ternyata pria itu hanya menjadi supir pengganti untuk Yi Soo. Ia heran berapa banyak sebenarnya yang diminum Yi Soo sampai tak bisa menyetir sendiri seperti ini.
Yi Soo berjalan menyusuri tempat yang dulu pernah ia kunjungi bersama Do Jin. Do Jin mengikutinya dari belakang. Yi Soo berjalan lemas, “Dasar brengsek. Apa kau pikir aku ke sini untuk mengingat kenangan bodoh bersamamu? Lucu sekali.”
Ponsel Yi Soo berdering, Meari yang menelepon. Meari bicara dengan nada sedih dan karena terlalu banyak minum Yi Soo sendiri hampir muntah. Meari bertanya dengan suara sedih bagaimana caranya mengetahui kalau cinta sudah berakhir. Yi Soo kaget karena hal yang ditanyakan Meari itu yang ia alami sekarang. Ia bertanya siapa yang menyuruh Meari meneleponnya sekarang bagaimana Meari tahu kalau hal itu ia juga sedang mengalaminya.

Meari hampir menangis ia mengatakan kalau ia dan Yoon sudah benar-benar putus dan berakhir. Yi Soo pun ikut sedih ternyata Meari juga bernasib seperti dirinya. Meari mulai menangis, “Guru aku masih tak mempercayainya.”

Yi Soo mendesah pelan karena ia pun belum mempercayai apa yang di alaminya. Ia melihat sekeliling tempat yang pernah ia datangi bersama Do Jin. Terlintas dalam benaknya kebersamaannya dengan Do Jin di tempat itu, “Sekarang kau juga ingin menangis kan?”

“Ya...” jawab Meari sambil menangis.
“Kenangan yang ada semakin jelas kan?”
“Ya....” Meari terus menangis.
“Dan kau merindukannya setengah mati kan?”
“Ya....”
“Kalau begitu memang sudah berakhir. Orang-orang menyebutnya sebagai perpisahan yang pedih. Tapi sebenarnya kita dicampakkan.” Kata Yi Soo pelan. Suara tangis Meari semakin menjadi. Keduanya menutup telepon menangisi nasib masing-masing.
Yi Soo mulai mengumpat lagi, “Dasar brengsek. Brengsek kalian semua. Kim Do Jin kau brengsek!” teriak Yi Soo.

Do Jin berjalan mendekat ke arah Yi Soo. Ia kini berdiri di samping Yi Soo, “Lebih baik kau maki aku di depanku. Kenapa kau memaki di belakangku?”
Yi Soo menoleh dan kaget bukan main, sampai-sampai saking kagetnya ia terjatuh terduduk. Ia terpacaya dengan apa yang dilihatnya. Ia mengira kalau ia berhalusinasi karena minum terlalu banyak.
Do Jin tersenyum memandang Yi Soo dan mengulurkan tangan untuk membantu Yi Soo berdiri. Yi Soo masih berfikiran kalau itu hanya halusinasinya. Tapi berulang kali ia menggeleng-gelengakan kepala Do Jin tetap berdiri di depannya tersenyum sambil mengulurkan tangan padanya.
Yi Soo diam saja masih tak percaya dengan yang dilihatnya. Do Jin terpaksa menarik Yi Soo untuk berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di baju Yi Soo karena terjatuh tadi. Yi Soo masih terdiam sambil memandang Do Jin. Do Jin bergumam kalau wanita ini kelihatannya selalu bemasalah dengan pantatnya.
Do Jin : “Aku Kim Do Jin mempunyai anak berumur 19 tahun, masa lalu yang rumit dan pacar yang tak terhitung jumlahnya. Aku bukan pria yang baik. Kalau kau tak keberatan dengan pria sepertiku, mau-kah kau pacaran denganku?”

Yi Soo mulai sadar kalau yang ada di depannya ini benar-benar Do Jin, “Pacaran apa maksudmu? Tidak mau! Aku tak mau pacaran sialan apapun lagi. Aku mau menghabiskan hidupku sendirian.”
Yi Soo akan pergi tapi kemudian langkahnya terhenti dan berbalik lagi menatap sepatu yang dikenakan Do Jin. Ia melihat sepatu pemberiannya dipakai oleh Do Jin, “Sepatu itu....” Do Jin mengatakan kalau ia juga memakainya ketika menabuh drum. Yi Soo tak paham apa maksud Do Jin.

Do Jin : “Ketika kukatakan aku kehilangan memoriku, sebenarnya aku berbohong. Sebenarnya aku ingin memberi kejutan padamu diatas panggung makanya aku berbohong. Siapa sangka kau tak bisa menunggu bahkan sebentar saja? Dan kau benar-benar pergi.”

“Benarkah?” Yi Soo masih tak percaya.
Do Jin : “Kalau tidak untuk apa aku jauh-jauh datang kesini? Kemarin aku memperlakukanmu dengan lembut, menurutmu apa itu tak aneh?”

Yi Soo hampir menitikan air mata tapi ia tiba-tiba membentak keras, “Hei Kim Do Jin kau mau mati ya?” Yi Soo pun menangis keras, “Kenapa kau membuat lelucon seperti itu pada orang bodoh sepertiku? Meskipun kau memberitahuku aku juga tak akan mengerti. Semalaman aku sangat... huhuhu....”
Do Jin menyadari kesalahannya dan langsung memeluk Yi Soo, “Aku minta maaf.” Ucapnya. Yi Soo menangis keras dan berpesan lain kali Do Jin harus memberi tahunya. Do Jin berjanji lain kali ia akan melakukannya ia benar-benar minta maaf. Yi Soo terus menangis, “Kau datang memakai sepatu itu,”
Do Jin mencium sesuatu di tubuh Yi Soo yang sangat menyengat ia pun menutup hidungnya hehe. “Berapa banyak sebenarnya yang kau minum?” Yi Soo ngamuk-ngamuk memukul di pelukan Do Jin dan berkata kalau ia minum karena Do Jin. Yi Soo memuji sambil menangis kalau sepatunya sangat bagus.

Do Jin : “Melihat siapa yang memberikannya bagaimana mungkin tak bagus? Dan aku memakainya.”
“Kau berisik sekali dasar brengsek!” kata Yi Soo terus menangis. Do Jin tersenyum. Yi Soo terus menangis, keduanya terus berpelukan erat.
Park Min Suk keluar dari ruangan dokter kandungan dengan wajah tampak sedih. Terdengar suara dokter tadi berkata padanya, ‘Walaupun peluang kehamilan menurun seiring bertambahnya usia tapi itu bukanlah persoalan yang penting karena kondisi setiap orang berbeda-beda, semangatlah!’

Min Suk duduk di bangku dekat ruangan dokter ia melamun sendirian. Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di dekatnya. Min Suk geser sedikit tanpa menoleh siapa yang duduk di sampingnya yang ternyata Jung Rok, suaminya.
Min Suk jelas terkejut melihat Jung Rok ada disana. Jung Rok menggenggam tangannya kemudian meraih kepala Min Suk agar bersandar di dadanya. Ia berkata seharusnya mereka pergi bersama dan ia pun bertanya apa yang dikatakan dokter. Min Suk mengatakan kalau keduanya harus tetap berharap. Jung Rok membenarkan bukankah ia sudah bilang tapi Min Suk tak pernah mempercayai ucapannya malah lebih percaya apa perkataan dokter. Min Suk menyangkal kalau ia juga tak mempercayai perkataan dokter, tapi menurutnya berharap adalah sesuatu yang hanya dilakukan saat sudah tak ada harapan.

Jung Rok berkata bukan. Mereka pasti bisa punya anak. “Kalau saja aku tak diusir dari rumah kita pasti sudah punya anak. Karena itu, meskipun kau membenciku setidaknya izinkan aku tidur di rumah. Meskipun kau membenciku, kau harus tetap selalu tidur denganku!”
Min Suk mengatakan kalau akhir-akhir ini ia tak membenci Jung Rok. Jung Rok tahu itu ia juga akhir-akhir tak takut pada Min Suk. Min Suk menatap tajam suaminya, “Kau tak takut padaku?” Jung Rok terbata-bata menjawabnya, mulai besok katanya.

Jung Rok mengajak istrinya pulang. Keduanya berdiri, Min Suk mengingatkan lebih baik Jung Rok itu takut padanya kalau tidak bagaimana mungkin ia bisa membuat Jung Rok hidup dengannya.
Jung Rok : “Segalanya. Mulai sekarang akan kuberikan segalanya untukmu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hanya kalau kau bersedia menerima, hatiku juga akan kuberikan padamu.”

“Pertama-mari kita mulai dengan bergandengan tangan,” Jung Rok mengulurkan tangan Min Suk masih ogah-ogahan. Jung Rok tersenyum dan meraih kedua tangan istrinya kemudian ia memeluknya erat-erat.
Tae San dan Se Ra makan bersama di restouran. Tapi Tae San tampak melamun tak nafsu makan. Se Ra memperhatikan kegalauan Tae San dan bertanya apa Tae San tak selera makan kalau seperti ini kenapa Tae San mengajaknya makan di luar. Tae San berkata kalau Se Ra harus makan karena Se Ra seorang atlit jadi Se Ra tidak boleh tidak makan. Se Ra penasaran apa ada sesuatu yang terjadi. Tae San mengatakan kalau ada masalah keluarga. Ia akan menceritakannya pada Se Ra ketika Se Ra sudah menjadi anggota keluarganya.

Tae San ingat bukankah ada hal yang ingin Se Ra sampaikan padanya. Se Ra meminta Tae San memberi tahu nomor rekening karena ia akan membayar hutangnya walaupun belum semua paling tidak separuhnya. Tae San tanya dari mana Se Ra mendapatkan uang. Se Ra mengatakan kalau ia menjual rumahnya. Tae San jelas terkejut kenapa Se Ra melakukannya. Se Ra berkata kalau semuanya bisa Tae San tanyakan pada agensinya, ia melihat jam tangan dan berkata kalau ia harus pergi ke agen penjualan untuk tanda tangan kontrak.
Tae San ingin tahu apa Se Ra sekarang sangat sedih. Se Ra berusaha tersenyum dan berkata kalau sekarang perasaannya campur aduk, “Aku lebih suka mengatakannya dengan 2 langkah maju, 1 langkah mundur.” Tae San setuju ia akan menerima uangnya.

Tae San mengatakan kalau ia akan melakukan perjalanan bisnis ke Chuncheon. Se Ra heran memangnya ada yang bagus disana karena kemarin Yi Soo juga pergi ke Chuncheon. Tae San meminta Se Ra menunggu sampai ia selesai menata semuanya dan mereka berdua juga akan melakukan perjalanan ke sana.

Se Ra tersenyum dan bersyukur untungnya ia memutuskan untuk tidak putus dengan Tae San. Tae San menyerahkan kunci mobil tapi Se Ra tak mau menerimanya, tunggu sampai ia membayar semuanya setelah itu Tae San boleh mengembalikan mobilnya.

Se Ra : “Apa kau pikir aku orang yang mudah mengubah gaya hidupku hanya karena seorang laki-laki? Kalau kau benar-benar mencintaiku jangan mengasihaniku, semangatilah aku.”

Tae San tersenyum, “Kau luar biasa Hong Se Ra!” Tae San menggenggam tangan Se Ra menatapnya dan tersenyum.
Do Jin memapah Yi Soo yang masih mabuk ke kamar. Yi Soo menyanyi-nyanyi tak karuan. Do Ji membaringkannya ke tempat tidur. Ia heran kenapa Yi Soo semakin mabuk saja. Yi Soo bergumam tak karuan, “Ah bagusnya ini kamarku dan aku sudah di rumah bersama dengan Kim Do Jin.”

Do Jin meminta Yi Soo tidur saja karena Yi Soo tak bisa tidur nyenyak di mobil. Do Jin akan keluar kamar tapi Yi Soo melarang, “Kau mau kemana? Cepat datang kesini!” kata Yi Soo membuka kedua tangannya agar Do Jin menghampirinya ke tempat tidur. haha.
Yi Soo menarik Do Jin tiduran di sampingnya, “Aku akan menepuk-nepukmu sampai kau tertidur,” Ucap Yi Soo. Yi Soo memejamkan matanya sambil menepuk-nepuk Do Jin. Do Jin juga melakukan hal yang sama. Lama-kelamaan Yi Soo sendiri terlelap. Yi Soo terlihat sangat nyaman tidur di samping Do Jin.
Keduanya terlihat memejamkan mata bersama. (aih nyaman banget deh liat scene ini hihi)
Yi Soo terbangun dan merasakan sakit di kepalanya. Perlahan ia membuka mata dan terkejut melihat Do Jin tidur di sampingnya sambil memeluk dirinya. Yi Soo berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Sadar kalau ia sudah melakukan sesuatu yang memalukan ia berusaha untuk menyingkir.

“Bulu matamu menggelitik wajahku.” sahut Do Jin sambil tetap memejamkan matanya. “Apa kau mau terus berkedip-kedip seperti itu?”
Sadar kalau ia sudah ketahuan Yi Soo pura-pura ngelindur dan kembali memejamkan mata sambil membalikkan tubuh membelakangi Do Jin. Do Jin membuka matanya. “Aku tahu kau sudah bangun,” kata Do Jin. Yi Soo sedikit melirik ke belakang dan bergumam pura-pura ngelindur, “Aku belum bangun.”

Do Jin langsung memeluk Yi Soo. Yi Soo jelas terkejut dan membuka mata tapi ia masih membelakangi Do Jin.

Do Jin : “Kalau kau merasa malu pura-pura tidur saja. Dengarkan aku saat kau pura-pura tidur!”
Pelukan Do Jin semakin erat, “Karena pura-pura tak mencintaimu padahal aku mencintaimu, aku minta maaf. Karena pura-pura merasa sanggup putus denganmu padahal sebenarnya aku tak sanggup, aku minta maaf. Karena membiarkanmu menangis terus-menerus, aku minta maaf. Hari ini akan menjadi hari terakhirku mengatakan ‘aku minta maaf’. Mulai hari ini aku hanya akan mengatakan ‘aku mencintaimu’. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Seo Yi Soo.”

Yi Soo terdiam mendengar apa yang diucapkan Do Jin. Do Jin pamit ia harus ganti baju dan berangkat kerja. Do Jin melepas pelukannya dan bangkit dari tempat tidur Yi Soo pelan-pelan.
Terdengar suara pintu Yi Soo langsung bangkit dan mengumpat dirinya sendiri. Ia mencium tubuhnya yang penuh dengan aroma alkohol. Ia mewek-mewek karena biasanya Do Jin pergi diam-diam ketika ia tidur tapi kenapa kali ini Do Jin harus memeluknya dari belakang.
Dan ternyata Do Jin masih berada di kamar Yi Soo hahaha. Yi Soo jelas kaget karena ia mengira Do Jin sudah keluar dari kamarnya. Do Jin tersenyum berusaha menahan tawa.
Yi Soo langsung merebahkan badannya kembali pura-pura ngelindur. Do Jin berkata “Aku hanya pura-pura mendengarkan saat kau berbicara dalam tidurmu.”

Do Jin keluar dan menutup pintu kamar Yi Soo. Setelah Do Jin benar-benar keluar Yi Soo menutup tubuhnya dengan selimut saking malunya. Terdengar suara pintu kamarnya terbuka, Yi Soo panik dan membuka selimutnya ternyata itu Se Ra. Yi Soo menarik nafas lega.
Se Ra heran kenapa Yi Soo tak mengantar Do Jin keluar, apa Yi Soo terlalu sibuk memakai baju kembali (wekeke emang menurut Se Ra keduanya abis ngapain haha) Yi Soo bilang bukan begitu, ia bertanya apa Do Jin sudah benar-benar pergi. Se Ra menyampaikan kalau Do Jin sudah pergi tapi ia mencium aroma tak enak di kamar Yi Soo. Yi Soo kembali mewek-mewek, “Karena itulah apa yang harus kulakukan? Memalukan sekali.”

Se Ra meminta Yi Soo sadar. Ia memberi tahu kalau ia sudah menandatangani kontrak dan rumah ini sudah terjual. Yi Soo kegat secepat itu rumah ini terjual. Se Ra menyarankan mulai besok lebih baik Yi Soo mencari rumah baru. Yi Soo masih tak percaya, ia mengamati sekeliling kamar yang akan ia tinggalkan.
Do Jin bersama stafnya merancang bangunan. Ia menyeduh suplemennya. Do Jin memberi beberapa saran pada anak buahnya tentang rancangan yang sedang mereka kerjakan.
Staf Do Jin menebak apa Presdirnya ini baru mengalami kejadian yang membahagiakan karena beberapa hari ini terlihat begitu depresi. Do Jin bertanya memangnya ada yang membahagiakan di tempat kerja, “Kalau kalian semua seperti ini...” staf-nya langsung paham dan mengkerut tak bertanya lagi. hehe.

Do Jin bertanya apa Presdir Im Tae San masuk kerja hari ini. Staf wanitanya mengatakan kalau Tae San pergi ke Chuncheon, katanya ingin memandu tamu VVIP. Do Jin heran apa Tae San sendirian.
Tae San sibuk memandu tamu VVIP menjelaskan konsep desainnya (weheh sorry aku ga tulis apa yang disampaikan Tae San ckckck)
Meari menemui Jung Rok di Mango Six membawa sebuah tas. Jung Rok mengaku kaget kalau ada tas seperti yang Meari bawa. Ia menebak apa Meari memutuskan untuk kabur dari rumah, kalau mau kabur lebih baik sembunyikan hal ini darinya dan jangan pernah memberi tahu dirinya dimana Meari akan tinggal. Kalau tak begitu misal Tae San tahu Meari kabur ia pasti akan memberi tahu Tae San.

Meari mengatakan kalau tas ini untuk kakaknya. Katanya dia melakukan perjalanan bisnis ke Chuncheon tapi kakaknya tak membawa pakaian atau perlengkapan mandi sama sekali. Jung Rok mengerti jadi apa Meari memintanya untuk mengantar semua ini pada Tae San. Meari mengangguk. Jung Rok heran sejak kapan Meari peduli pada kebersihan Tae San.

Meari berkata kalau kakaknya melakukan perjalanan bisnis itu karena dia sedang marah padanya dan ia merasa bersalah, “Walaupun Kak Min Suk tak ingin aku menjadi mata-matanya lagi tapi kami masih berhubungan.”

Jung Rok : “Hei kakak perempuanmu itu dan aku berhubungan dan juga kalau aku pergi siapa yang akan menjaga kafe?”
Manajer kafe menawarkan kalau ia bersedia menjaga kafe. Jung Rok ngomel-ngomel memangnya ia menggaji agar manajer kafe menjaga kafe saja, “Aku menggajimu supaya kau bisa mendukungku.”

“Aku selalu mendukung wanita.” sahut Manajer kafe. Meari senang dan memuji kalau manajer kafe-nya ini yang terbaik.

Meari memohon agar Jung Rok pergi sekali ini saja dan juga ini permintaan terakhirnya. Jung Rok bertanya apa Meari yakin kalau ini permaintaan terakhir. Meari berkata ya karena nanti pasti tak akan ada satu kesempatan sekalipun. Jung Rok heran apa Meari mau berhenti kerja dari sini.

Jung Rok pun menyanggupi membawakan perlengkapan pakaian dan mandi Tae San. Ia pergi ke hotel dimana Tae San menginap. Ia melewati pintu tempat parkir dan membuat bagian atas mobilnya kotor.
Jung Rok mengingatkan bukankah Meari masih memikirkan Tae San, “Untuk gadis berusia 24 tahun apa baiknya seorang kakak menghalangi cinta adik perempuannya? Dia sudah membantumu menyiapkan semua ini. Wajahnya sangat sembab, entah sudah berapa lama dia menangis. Hanya ada kita berda disini, ceritalah padaku. Kenapa tak boleh Yoon?”

Tae San kesal Jung Rok membahas masalah ini, apa Jung Rok tak akan pulang. Jung Rok terus membicarakan masalah ini, “Ketika aku memikirkan Yoon kuharap dia dan Meari akan berakhir bahagia. Tapi ketika aku memikirkanmu, kuharap meraka tak akan jadian.”

Tae San meminta Jung Rok memikirkan saja diri Jung Rok sendiri, perlakukanlah Min suk dengan baik.
Jung Rok : “Tapi Yoon adalah pria yang cukup baik. Walaupun aku tak tahu siapa yang akan ditemui Meari kelak, tapi pasti dia tak akan bisa menemukan yang lebih baik daripada Yoon.”
Tae San : “Apa kau pikir aku tak tahu? Kenyataan bahwa aku menentang Yoon sudah membuatku marah. Kenyataan bahwa aku harus menentang pria seperti Yoon membuatku sangat sedih.”

Jung Rok mendesah pelan ia bisa melihatnya. Ia minta maaf karena tak bisa melegakan hati Tae San. Dalam hal ini ia tak bisa memihak siapapun, ia juga tak tahu apa yang harus ia katakan. Tae San menyarankan lebih baik teman-temannya mendukung Yoon karena dalam pertarungan ini Yoon yang paling lemah.

Jung Rok : “Kenapa?”
Tae San : “Karena Yoon.... sudah jatuh cinta!”
Meari dikamarnya membereskan pakaian yang akan dibawa ke Amerika. Ia mengamati gelang yang ia kenakan.

Yoon di kantornya juga mengeluarkan gelang yang ia ambil setelah Meari membuangnya. Ia menggenggam erat gelangnya, perasaannya bimbang.
Colin memainkan gitar berusaha menciptakan sebuah lagu. Ada yang mengetuk pintu kamarnya, Do Jin masuk ke kamar putranya. Ia bilang ada yang ingin disampaikannya pada Colin. Colin mempersilakan ayahnya duduk di kursi yang dibeli Do Jin. Do Jin memuji kalau kursinya tak jelek.
Colin berkata dalam bahasa jepang kalau ayahnya ini adalah semacam ayah jenis baru. Do Jin sepertinya tak mengerti apa yang diucapkan Colin, “Apa kau memakiku?”
“Apa itu boleh?” tanya Colin tersenyum dan mempersilakan ayahnya bicara.
Do Jin menyampaikan kalau ia ingin pacaran dengan wali kelas Colin. Colin terdiam haruskah ayahnya ini meminta persetujuannya. Do Jin mengatakan kalau ini pemberitahuan, Colin tersenyum dan memberikan selamat untuk ayahnya. Ia berkata kalau ia tulus mengatakannya.

Colin tertunduk sedih dan berkata kalau ia selalu merasa bersalah atas hubungan ayahnya dengan gurunya. Do Jin mengingatkan kalau semua kemalangan yang terjadi pada dirinya dimasa depan jangan pernah lagi menganggapnya sebagai kesalahan Colin. Dan yang ia sampaikan ini juga pemberitahuan. Colin kembali tertunduk kalau ayahnya menginginkannya pergi dari sini, ayahnya boleh mengatakannya kapan saja. Do Jin berkata kalau hal itu tak akan terjadi.
Tes.. tes.. air mata Colin menetes ia menangis haru dengan rasa bersalahnya. Do Jin menghampiri putranya dan menepuk pundak Colin memberi kekuatan untuk menyemangati kalau semua ini terjadi bukan karena kesalahan Colin.

Saatnya nge-date hihi...
Do Jin dan Yi Soo jalan bersama dengan sepatu pemberian masing-masing hihi... keduanya tampak penuh senyuman.
“Tangan!” Do Jin meminta Yi Soo memberikan tangannya. Yi Soo menatap heran. Do Jin berkata bukankah Yi Soo memintanya untuk memberitahu apa adanya. Yi Soo tersenyum mengerti dan keduanya pun bergandengan tangan. Yi Soo mengatakan kalau keduanya sudah lama kita tak berpegangan tangan sekarang ia gemetaran.

Do Ji menawarkan apa Yi Soo ingin ia membuat Yi Soo lebih gemetar. Yi Soo spontan menutup mulutnya. (wekeke Yi Soo ngira Do Jin bakal nyium dia kali) Do Jin bergumam, “Ah wanita ini benar-benar bernafsu, (wakakaka) lengan!”

Keduanya pun saling mengaitkan lengan. “Apa kau tak gemetaran lagi?” tanya Do Jin. Yi Soo tersenyum. “Ok, bahu!” Do Jin merangkul bahu Yi Soo. Sedangkan Yi Soo melingkarkan tangannya ke pinggang Do Jin. “Jadi seperti ini. kau tak gemetaran lagi?” tanya Do Jin, “Kalau begitu tak ada cara lain, apa kau mau melakukan perjalanan?”

Yi Soo : “Ah keterlaluan. Kim Do Jin yang asli sudah kembali.”
Do Jin : “Artinya akan lebih banyak kebahagiaan yang akan menghampiri kita.”
Yi Soo : “Oh beautiful man!”
Do Jin : “Apa yang kau katakan tadi?”
Yi Soo : “Aku baru saja mengatakan kalau kau adalah milikku,”
Do Jin : “Apa kau sungguh-sunguh? Kau sudah merayuku di siang bolong, bagaimana aku bisa bekerja sekarang?”
Yi Soo : “Karena itulah. Kalau aku seperti ini di siang hari bayangkan apa yang akan terjadi kalau hari sudah gelap?”
Do Jin : “Aku tak mau bekerja lagi. Aku tak akan mengizinkanmu pergi sampai hari menjadi gelap.”

Hahaha keduanya tertawa riang saling merangkul.
Meari sudah siap berangkat ke bandara. Terlebih dulu ia menghubungi kakaknya yang berada di Chuncheon. Dengan perasaan sedih Meari mengatakan kalau ia akan pergi sekarang. Tae San menanyakan apa Meari sudah mengemasi barang-barang Meari dan juga apa sudah memanggil taksi.

Meari : “Kakak? Aku minta maaf karena membuatmu sedih. Aku akan pergi dengan selamat. Lain kali kalau aku kembali datanglah ke bandara untuk menjemputku. Kita akan saling menyapa dan tersenyum satu sama lain.”

Tae San setuju dan ia akan menghubungi Meari lagi nanti. Tae San menutup teleponnya ia pun sedih harus mengirim Meari jauh lagi darinya.
Meari menatap sedih rumah yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Taksi sudah datang dan supir memasukan barang-barangnya ke bagasi.
Yi Soo menerima SMS dari Meari. Ia dan Do Jin membaca SMS yang dikirim Meari.

‘Pertama-tama ini adalah SMS perpisahanku. Ketika Guru menerima SMS ini aku sudah berada di bandara. Handphone-nya juga akan kumatikan. Meari akan kembali ke Amerika. Aku minta maaf karena tak mengucapkan selamat tinggal. Guru, jaga kesehatan. Dan juga tolong kabulkan permintaanku ini. Kalau Kak Yoon menanyakanku, tolong sampaikan ini padanya dalam waktu 2 bulan. Katakan padanya kalau Meari sudah mempunyai pacar yang sangat tampan, katakan padanya aku sangat bahagia.’
Yoon melamun di kantornya berusaha menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan dan keputusan apa yang harus diambilnya.
Meari sampai di bandara ia menengok ke belakang siapa tahu ada seseorang yang di kenalnya mencegah kepergiannya. Berulang kali ia menengok tak seorang pun datang. Ia pun memutuskan dengan hati mantap kalau ia akan meninggalkan Korea.
Tapi tiba-tiba ada tangan yang menariknya. Ia berbalik dan terkejut Yoon datang menyusulnya. “Kakak?”
Tanpa berkata-kata lagi Yoon segera menarik Meari meninggalkan bandara. Meari menurut mengikuti kemana Yoon membawanya. Ia menatap tajam Yoon dan tersenyum penuh haru.
Yoon meletakan barang-barang Meari di mobilnya. Keduanya bertatapan, Meari cemas bagaimana kalau kakaknya tahu tentang hal ini.
Yoon tak kuasa menahan perasannya. Ia pun segera menarik Meari ke dalam pelukannya. Sontak Meari terkejut ia hanya bisa terdiam terpaku. Yoon memeluknya erat.

Comment :
Sebelumnya saya ucapkan Minal Aidin Wal Faidzin Mohon maaf lahir batin ya buat semuanya. Maaf karena peng-update-tan episode 17 ini agak lama, karena memang penulisannya pun rada lama hehe. Saya masih asyik menonton ending drama ini. Saya pikir ga ada yang nungguin kelanjutannya karena masing-masing mungkin sudah menonton di DVD yang sudah beredar dilapak-lapak jadi kesan penasarannya kan berkurang.

Untuk episode kali ini Yi Soo - Do Jin sudah baikkan lagi, senengnya hihi... scene-nya sweet pula ckckck. Huwa adegan Do Jin - Colin bikin saya mewek, bagaimana tidak kayaknya semua anak pasti akan merasa bersalah seperti dia melihat hubungan kasih ayahnya berantakan. tapi Do Jin bersikap bijaksana, ia meminta Colin tak menyalahkan diri atas apa yang menimpa dirinya, Wow... melihat sikap Do Jin yang seperti ini jadi pengen punya karakter bapak yang seperti ini.

Tae San - Se Ra, ga ada yang bisa dikatakan untuk hubungan dua orang ini di episode kali ini. yang jelas Se Ra menegaskan agar Tae San selalu mendukung keputusan yang ia ambil. Dan Tae San bangga atas keputusan Se Ra itu. 

Jung Rok - Min Suk, huwaaa.. sedih saya liat  tante mengharapkan seorang anak diusia senja. tapi memang beresiko kok tante mengandung di usia diatas kepala 4 bahkan tante ini mungkin menjelang kepala 5. tapi semangat Om Jung Rok bener-bener menguatkan hati tante Min Suk.

Yoon - Meari, huwaaaaa.... nangis saya liat adegan perpisahan mereka. Seperti yang dikatakan Tae San kalau Yoon sudah jatuh cinta, jelas ia tak mau kehilangan Meari. Tapi untungnya ia bergerak cepat menghalangi Meari pergi. Terus bagaimana kalau Tae San tahu ini.

32 comments:

  1. Meski baru kali ini kasi komentar,,, selama ini sy slalu mengikuti sinopsis2 yg sista buat,,, Θȋ̝̊̅ tunggu kelanjutan sinopsisx yah! ^_^

    ReplyDelete
  2. sebelumnya mohon maaf lahir dan batin juga ya.. maaf klu ada komen yg tdk berkenan...

    sinopsisnya tetap dinanti loh..jadi jgn lama2 yak..hehehe (dvdnya blum sempet ditonton nih.. lebaran msh byk tamu..)

    akhirnya yi soo - do jin bersatu lagi .. ^_^

    ReplyDelete
  3. ini episode yang sweet buat masing pasangan.... tetep tunggu kelanjutannya ka anis... :)

    ReplyDelete
  4. huwawawa dah gak sabar nunggu sinopsis lanjutannya ni,yoon so sweet

    ReplyDelete
  5. huwawawa dah gak sabar nunggu sinopsis lanjutannya ni,yoon so sweet

    ReplyDelete
  6. Lanjut mba sinopsisnya ..... ku sll menunggu lanjutannya .... terimakasih !!!

    ReplyDelete
  7. akhirnya yang kutunggu datang juga terimakasih mba anis...
    lanjutnya ya mba.....

    ReplyDelete
  8. minal aidin wal fa izin juga mba anis, maaf klo ada salah2 kata dlm comment aq,

    aq juga scene yi soo- do jin di episode ini so sweet bgt, lucu bgt lihat yi soo nangis n salh tingkah.

    walaupun aq selesei nonton dvd nya tp tetep mau baca sinop nya mba anis..

    aq juga msh suka ngererun eps 20 nya habs seru bgt lihat cara do jin ngelamar, jdi kepengen seprti itu romantis mba anis,, lucu juga lhat mereka joget2, kasiha ya dong hyub n colin tampang nya melas bgt wkwkwkw :D

    TETEP SEMANGAT MBA ANIS AQ TUNGGU SINOP NYA
    GOMAWO

    ReplyDelete
  9. minal aidin wal faizin mbak,akhirnya do jin balikan lg.
    ditunggu kelanjutannya,
    semangat3

    ReplyDelete
  10. mba anis aq baca jg sinopsis arang and the magister...tapi ko rasa'nya beda ya ga kya bkn pnya mba anis gt...bener ga....??????aq bca'nya dr blog ini jg lohh tapi ko kya'nya beda
    sebelumnya aq mw ngucapin MINAL AIDIN WAL FAIZIN MOHON MAAAF LAHIR BATIN
    _AMY_

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya kan kalau beda penulis beda karakter tulisan hehe... aku belum nonton Arang jadi ga bisa komentar banyak.

      Delete
    2. oh jd bner tu bkn mba anis yg bkn sinopsisnya...ko bisa bkn mba anis yg nulis sinopsisnya,kan aq bacanya dr blognya mba anis...
      _amy_

      Delete
    3. mungkin dari blog lain say... aku sama sekali belum nonton Arang... di blog ini juga ga ada recaps tentang Arang...

      Delete
  11. Saya masih nunggu kelanjutan sinopsisnya, tiap hr sy buka blog ini buat liat ada update sinopsisnya
    Thx ya buat susah payahnya menulis
    selamat lebaran
    -yantie-

    ReplyDelete
  12. daebak...!

    di tunggu lanjtn sinopsisnya yeah...Semangat!
    walaupun aku ska bngt bka blog ini, tp baru kali ini ksh komentarnya, ^-^
    mhon mf lahir btin, slm knl yeah..

    _Icha

    ReplyDelete
  13. Semangat y.....
    Aku selalu tunggu kelanjutannya, walaupun aku sudah nonton smpe episode akhir.... tapi aku tetap tunggu sinopsisnya.

    ReplyDelete
  14. mba anis mana nih episode 18 nya..... jangan lama-lama dong yaaa...makasih

    ReplyDelete
  15. lanjut mb anis,,,sangat menanti ep selanjutnya,
    btw,,,minal aidzin wal faidzin mb anis,,

    ReplyDelete
  16. sebelumnya aq mo ngucapin minal aidzin wal faizin bwt kak anis n temen2 penggemar setia AGD ...
    seneng bgt akhrnya masa2 sedih telah terlewati..
    masalahnya tinggal nunggu hubungan maeri n yoon bkalan d setujui ma tae san pa gak ea??.kakak hrs ttp semangat bwt ngelanjutin eps slnjutnya,,jgn smpe males ea kak walau DVDnya dah ada d lapak2,,
    ayo kak aq tunggu 3 eps terakhir AGD nya...
    makasih bwt sinopsisnya kak,,

    ReplyDelete
  17. aq mau ucapin met lebaran buat penggemar AGD yg merayakan...
    episodfe 18 nya kok lama keluarnya anis....
    sdh ditunggu ama temen2 yg lain nih sampe jadi penasaran
    semangat ya...

    ReplyDelete
  18. mba anis mana nih episode-episode terakhirnya kog lama siiiih..... ayo dong diselesaikan..terimakasih

    ReplyDelete
  19. Kemarin ak liat blog ini telah trhapus ? Ko bisa gitu ya ka anis.... Oya d tunggu sekali ni lnjutan AGD nya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fransiska : iya... kemarin sempet terhapus... mungkin google mengira kalau ini blog spam... tapi setelah konfirmasi ulang normal kembali.

      Delete
  20. sedih bgt liat yoon ama meari...:(...tpi untungny yoon udh sdar ama prasaanny... Cpt d lanjutin yha eonni...

    ReplyDelete
  21. sinopsis yg Anis bikin bener2 lengkap banget, sama persis runtutan adegan dan dialog nya ga ada yg kebuang.. salut buat Anis *two thumbs up*
    ini episode favoritku, dan cerita pembuka nya juga yg paling aku suka.. kocak tp berbobot isi candaan nya, bikin ngakak.. top bgt yah penulis cerita drama ini ^^

    ReplyDelete
  22. keren onni aku sampe nangis lagi padahal udah nonton tapi ada yang ngga ada teksnya jadi aku baca sinopsisnya aja daebak :D

    ReplyDelete
  23. keren eonni aku sampe nangis lagi bacanya padahal udah nonton filmnya tapi gara" ada yang ngga ada teksnya aku baca lagi aja sinopsisnya daebak :D

    ReplyDelete
  24. Ending episode ini dead-end buatku. *mengubur dukungan buat Colin-Maeri ...* QAQ Kalo di drama remaja, ini udah jadi OTP pasti.

    Hihi, tapi untung DoSeo udah rujuk. ^^
    Tenks buat sinopsisnya.

    ReplyDelete
  25. keren banget ceritanya...terima kasih buat sinopsisnya

    ReplyDelete
  26. iya bener banget, waktu pesta, waktu main musik, arasemennya mirip kayak lagunya KD yang pilihan aku...
    aku kira perasaanku aj, banyak yang merasa gitu
    ^_^

    ReplyDelete
  27. sampai sekarang aku masih belum bisa move on dari drama ini... rerun baca n nonton...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.