Sunday 29 September 2013

Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 1 Part 2

Bok Nyeo berada di luar rumah tengah memilah-milah sampah untuk dimasukan ke kotak sampah. Ibu Eo Jin datang membawa dua botol kosong yang juga akan ia buang. Si ahjumma rese ini, sepertinya hanya mencari alasan ingin buang sampah padahal sebenarnya mungkin dia cari bahan buat gosipnya. >_< 

Ibu Eo Jin berkata bukankah sulit bekerja di rumah dimana ibu dari keluarga itu sudah tidak ada. “Kau mungkin harus waspada dengan tangan jahil sang ayah.”

Bok Nyeo menoleh menatap ibu Eo Jin. Ibu Eo Jin harap Bok Nyeo tidak salah paham. Ia hanya khawatir kalau-kalau Bok Nyeo akan mendapatkan masalah karena keluarga itu. “Kau mungkin tak punya pilihan karena kebetulan kau bekerja di rumah seorang duda.” Bok Nyeo diam saja, ia mengabaikan ucapan ibu Eo Jin yang panjang lebar. (Mungkin Ibu Eo Jin ngira kalau Bok Nyeo ntar di rayu sama majikannya hahaha) 

Ibu Eo Jin tanya apa keluarga itu memberi tahu Bok Nyeo tentang kecelakaan itu. Bok Nyeo tak menjawab, ia terus memilah-milah sampah untuk dimasukan ke tempat sampah. Ibu Eo Jin mengerti dengan sikap diam Bok Nyeo, “Aturan pertama menjadi pembantu rumah tangga adalah jangan mengungkapkan rahasia sebuah keluarga.” Ia menilai kalau Bok Nyeo adalah seorang yang profesional karena bisa menjaga rahasia keluarga tempat bekerja.
Ibu Eo Jin meletakan sampah botol kosong itu di bawah. Ia meninggalkan benda itu begitu saja. Tapi tiba-tiba brakkkk.... ibu Eo Jin terkejut dan berbalik. Ia kaget melihat Bok Nyeo menginjak botol minuman itu. 
Woo Na Young berkunjung ke rumah kakak iparnya. Ia tampak kesulitan membawa dua plastik besar yang berisi belanjaan. Kedubraggggg.... karena membawa dua plastik yang berat itu, mata Na Young tak melihat lantai. Ia pun jatuh tersandung wakakakaka.
Sang Chul dan anak-anak yang tengah makan terkejut. Anak-anak bisa menebaknya, itu pasti... Si pengembara Tante Na Young. “Anak-anak, tante kalian ada disini. Apa kalian lapar?” Na Young memperlihatkan belanjaan yang ia bawa. Tapi sesaat kemudian ia melihat kalau mereka sedang makan malam. “Aku rasa kalian tak lapar.”

Na Young menghampiri Hye Gyul dan bertanya apa Hye Gyul sudah makan banyak. Hye Gyul menjawab ya dengan nada malas. “Bok Nyeo-nim!” sapa Hye Gyul ketika melihat Bok Nyeo baru saja masuk.
Na Young berbalik dan terkejut melihat sosok wanita asing yang baru pertama dilihatnya. “Siapa dia?” Sang Chul memberi tahu kalau Bok Nyeo adalah pembantu rumah tangga mereka mulai hari ini. Ia mengenalkan pada Bok Nyeo kalau Na Young ini tante-nya anak-anak.

Na Young tersenyum sumringah mengenalkan namanya. Tapi sapaan balasan yang didapat adalah ucapan dengan sikap dingin yang dimiliki Bok Nyeo. “Kalau begitu, kau ingin aku meletakan barang-barang yang kau beli ini?” Na Young berkata kalau Bok Nyeo bisa menyimpan dan menggunakannya lain waktu. Bok Nyeo pun menyimpan bahan makanan itu ke kulkas.
Na Young yang sifatnya ceria menyayangkan padahal ia sudah sengaja datang kesini karena akan membuatkan makanan yang enak untuk anak-anak. Anak-anak tertawa pelan, mereka sudah tahu sifat tante-nya ini bagaimana. Karena tak jadi masak, Na Young pun pamit pulang.

Setelah Na Young pergi, Doo Gyul bersorak senang. “Bagus sekali, bom-nya sudah pergi!” Tapi tiba-tiba si tante kembali lagi hahaha. “Oh iya aku lupa!” sahut Na Young. Ia lupa memberi tahu sesuatu yang penting. Besok adalah hari ulang tahunnya Hye Gyul. Kita harus mengadakan party. Party, party. (wakaka lucu liat Na Young jejogetan hahaha) Se Gyul merasa kalau itu bukan waktu yang tepat untuk mengadakan pesta. 

Na Young bertanya apa Hye Gyul ingin pesta, bukankah Hye Gyul suka mengadakan pesta. Hye Gyul mengangkat bahunya. Na Young pun berkata kalau Hye Gyul menginginkan pesta itu. Sang Chul bertanya apa ada hadiah yang Hye Gyul inginkan. Hye Gyul malah balik bertanya apa ia bisa mengatakan apapun permintaannya. Ayahnya tentu saja mempersilakan. Hye Gyul tersenyum, “Ibu. Aku ingin melihat ibu.”  Seluruh anggota keluarga terdiam.
Sang Chul bertanya lagi apa ada hal lain yang bisa ia lakukan untuk Hye Gyul. “Tidak mau. Aku tak butuh yang lainnya. Aku ingin ibu. Aku merindukan ibu.” Hye Gyul mulai menangis. Se Gyul mengeluh kesal melirik ke arah tantenya, kenapa tante menanyakan dia masalah itu?

Na Young jadi serba salah, ia melihat foto keluarga yang ada disana. Foto ketika Hye Hyul ulang tahun. Ia pun mendapatkan ide. “Tentu saja, aku akan membuatmu bertemu dengan ibu.” Sang Chul terkejut dengan ide gila Na Young. “Benarkah?” tanya Hye Gyul. Na Young bilang tentu saja. Se Gyul merasa kalau ide ini kedengarannya sangat berbahaya.

Sang Chul akan menarik Na Young untuk bicara dengannya di luar tentang ide gila ini. Sebelum keluar Na Young berkata kalau keponakan kecilnya ini tak usah khawatir, ia akan memastikan Hye Gyul bertemu dengan sang ibu. Setelah mengatakan itu Na Young pamit pulang.
Tepat pukul 9 malam Bok Nyeo menyudahi pekerjaannya untuk hari ini. Ia mengganti celemeknya dengan jaket yang tadi pagi ia kenakan. Tak lupa juga ia mengenakan topi dan menyimpan sandalnya. Sang Chul memperhatikan apa yang Bok Nyeo lakukan. Ketika Bok Nyeo akan keluar Sang Chul pura-pura melihat ke arah lain. Bok Nyeo berkata kalau ia akan pergi sekarang. Sang Chul berterima kasih karena hari ini Bok Nyeo sudah bekerja dengan bagus.

Ketika Bok Nyeo akan keluar rumah, Sang Chul memanggilnya, “Tunggu sebentar!” Sang Chul berkata kalau ini tentang tantenya anak-anak, menurut Bok Nyeo apa yang harus ia lakukan. “Apa kau bisa menanyakan pada Na Young, apa yang dia dipikirkan untuk besok?” Bok Nyeo berdiri diam menatap tajam Sang Chul.

Sang Chul menuliskan sebuah alamat pada secarik kertas. Ia menyerahkan tulisan alamat itu pada Bok Nyeo. Sang Chul berkata kalau pada awalnya ia ingin menanyakan sendiri pada Na Young tapi kalau ia pergi kesana dan ayah mertua melihat dirinya, ia yakin kalau ayah mertuanya itu akan marah-marah padanya dan berteriak ‘keluar dari sini’. Ayah mertuanya itu memiliki temperamen yang buruk.

Melihat Bok Nyeo diam saja, Sang Chul mengira kalau Bok Nyeo tak mau melakukannya. Bok Nyeo bertanya, apa ini sebuah perintah? Sang Chul terbata-bata mengatakan ya, bahwa ini sebuah perintah darinya. Bok Nyeo mengerti, ia pun akan mematuhi perintah yang diberikan Sang Chul.
Keesokan harinya, sesuai dengan perintah Sang Chul, Bok Nyeo bertandang ke kediaman ayah mertua Sang Chul untuk mengetahui rencana apa yang akan Na Young lakukan. Di depan pintu rumah yang bergaya tradisional itu Bok Nyeo akan menekan bel pintu. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang bertanya, “Siapa disana?”

“Kenapa kau berdiri di depan rumahku?” Tanya seorang kakek yang tak lain ayah mertua Sang Chul. “Siapa kau?” tanya Kakek.

Bok Nyeo : “Aku seorang pembantu, namaku Park Bok Nyeo.”
Kakek mempersilakan Bok Nyeo masuk. Ia ngomel-ngomel, “Apa si brengsek itu ingin tahu, sampai-sampai mengirimu kemari sepagi ini?”
Bok Nyeo : “Tante Na Young datang ke rumah tadi malam dan menyarankan untuk mengadakan pesta untuk Nona Hye Gyul. Jadi Tuan menanyakan pada Nona Hye Gyul apa yang dia inginkan sebagai hadiah dan Nona Hye Gyul bilang ingin bertemu dengan ibunya. Jadi satu keluarga bingung. Tante Na Young berjanji kalau dia akan membiarkan Hye Gyul bertemu ibunya. Hye Gyul percaya begitu saja apa yang di katakan tantenya. Jadi Tuan khawatir apa yang akan dilakukan Na Young untuk pesta ulang tahun Hye Gyul. Dia awalnya ingin datang kesini tapi dia pikir kalau ayah mertua melihatnya, Ayah mertua akan berteriak sambil bilang ‘keluar dari sini’ Dan dia juga bilang, kalau anda memiliki temperamen yang buruk.”
Kakek kaget, “Temperamen yang buruk? Katakan itu lagi.”

Bok Nyeo mengulangi lagi dari awal, “Tante Na Young datang ke rumah tadi malam dan.....”

“Ah bukan bagian itu 2 kalimat terakhir saja...” ucap Kakek kesal.

“Dia bilang anda akan berteriak ‘keluar dari sini’ dan juga bilang anda memiliki temperamen yang buruk.” (Hahaha entah kenapa ini bikin saya ketawa aja)

Kemarahan Kakek diubun-ubun, “Apa si brengsek itu mengejekku? Kalau dia ingin menanyakan sesuatu dia seharusnya datang kesini sendiri. Dasar tak punya pikiran. Yang dia punya hanya sua bola kecil saja.” Kakek berteriak memanggil Na Young.
Kakek yang kesal mewek-mewek menatap foto putrinya yang telah tiada, “Aigoo dasar putri durhaka. Kalau saja kau tak jatuh cinta pada pria brengsek itu dan mengandung, kau tak akan meninggal secepat ini dan aku tak akan diperlakukan seperti ini. Bagaimana kau bisa pergi secepat ini? Kalau ada sesuatu yang ingin kau katakan mengenai kematianmu, datanglah lewat mimpiku.”

(entah kenapa adegan ayah mertua mewek-mewek ini malah bikin saya ketawa. Omongan panjang lebar Bok Nyeo yang tanpa tikik koma aja sudah bikin saya ketawa ditambah lagi si ayah mertua yang mewek-meweknya lucu hahaha)
Mendengar suara keras ayahnya yang memanggil Na Yung datang dalam keadaan baru bangun tidur. Na Young bicara sambil nguap kalau pagi ini ia tak bisa membuatkan sarapan untuk ayahnya karena ia harus segera pergi bekerja. Na Young terkejut melihat Bok Nyeo ada disana, “Apa yang kau lakukan di rumah kami?” Bok Nyeo menyapa Na Young dengan sapaan dingin.

Kakek bertanya pada Na Young kenapa putrinya berjanji terhadap sesuatu yang tak bisa Na Young tepati pada Hye Gyul. Bukankah ia sudah bilang jangan pernah mengunjungi keluarga mereka.

Na Young kecewa dengan sikap ayahnya, “Ayah kau tak boleh berkata begitu. Kau tak pernah melakukan apapun terhadap keluarga mereka sebagai kakek.”

Kakek membentak, “Kenapa aku harus melakukannya untuk keluarga itu? aku sudah memutuskan hububungan dengan mereka.”

Na Young : “Bahkan seorang preman pun tak akan sepertimu terhadap cucu-cucunya. Apa ayah tahu betapa sulitnya Eonni membesarkan 4 orang dengan gaji kecil dari suaminya.”
Kakek yang jengkel mengepalkan tangan seperti akan memukul, “Jangan lagi berhubungan dengan mereka.” Na Young tak bisa, apalagi mereka itu keponakannya. Kakek makin jengkel bagaimana bisa Na Young tidak pernah bilang ‘ya’ padanya. Ia pun menyuruh Na Young mengulangi apa yang ia ucapkan, ‘Ya ayah’ (hahaha lucu)

Na Young malas melakukannya, “Itu sebabnya cucumu membenci dirimu. Ayah selalu berteriak dan bicara dengan nada memerintah. Tak heran bahkan pegawai ayah bilang kalau ayah ini punya temperamen yang buruk.”

“Dasar kau ini!” Kakek kembali mengacungkan tangan seperti akan memukul. Ia kemudian menyuruh Bok Nyeo pergi dari rumahnya sekarang juga. Bok Nyeo mengerti.
Sang Chul di kantor terkejut mendengar laporan dari Bok Nyeo. “Apa kau bilang pada ayah kalau ayah punya temperamen yang buruk?” Bawahan Sang Chul yang ada di ruangan ikut terkejut mendengar manajer mereka yang terkejut.

Bok Nyeo yang sedang menyetrika mengulangi ucapan ayah yang ia dengar tadi. “Kalau dia ingin menanyakan sesuatu dia seharusnya datang kesini sendiri. Dasar tak punya pikiran. Yang dia punya hanya sua bola kecil saja. ini yang beliau katakan.”

Sang Chul memelankan suaranya, “Apa beliau bilang begitu? Apa lagi yang beliau katakan?”
Bok Nyeo : “Kalau saja kau tak jatuh cinta pada si brengsek itu dan mengandung kau tidak akan meninggal dan aku tak akan diperlakukan seperti ini. Bagaiman kau meninggal secepat ini? Kalau ada yang ingin kau katakan mengenai kematianmu datanglah padaku lewat mimpi. Ini yang beliau katakan sambil memandangi foto keluarganya.”

Sang Chul tak tahu harus berkata apa lagi, ia merasa kalau Bok Nyeo tak perlu mengatakan semua secara detail seperti itu. “Lalu apa yang dikatakan Na Young?”

Bok Nyeo : “Dia bilang dia punya ide yang bagus untuk mempertemukan ibu dengan Hye Gyul, jangan khawatir.”

Sang Chul ingin tahu ide apa itu. Bok Nyeo bilang kalau Na Young masih merahasiakan ide itu. Bok Nyeo menyampaikan kalau ia akan ke TK untuk menjemput Hye Gyul.
Di TK, ketika sekolah usai Hye Gyul duduk sendirian di ayunan. Ia melihat teman-temannya dijemput oleh ibu-ibu mereka. Ia melihat tetangganya, Eo Jin dijemput oleh ibunya. Hye Gyul menunduk sedih.
Hye Gyul melihat seseorang datang dan sudah berdiri di dekatnya, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum. “Bok Nyeo-nim!” Bok Nyeo berkata kalau ia datang untuk menjemput Hye Gyul. Sebelum pulang, Hye Gyul minta ijin bolehkah ia menggandeng tangan Bok Nyeo. Bok Nyeo mengijinkannya. Hye Gyul heran, “Kenapa tanganmu dingin sekali?”. Bok Nyeo minta maaf.
Di jalan dalam perjalanan pulang, Hye Gyul berkata kalau ia senang Bok Nyeo ada bersamanya. “Apa menurutmu tante-ku akan membuatku bertemu dengan ibuku hari ini?” Bok Nyeo diam tak menjawab. Hye Gyul tersenyum sumringah membayangkan betapa bahagia jikalau keinginannya itu terwujud.
Sampai di rumah Hye Gyul melihat seorang wanita yang sedang memasak di dapur. Dari belakang wanita itu tampak seperti Sun Young, bahkan wanita itu mengenakan sweater milik Sun Young. “Ibu...!” panggil Hye Gyul tersenyum berlari memeluk wanita itu dari belakang. Hye Gyul menangis bahagia, “Ibu ibu ibu.” ucapnya sambil memeluk wanita itu.

“Hye Gyul, kau sudah pulang!” sahut wanita itu. Hye Gyul aneh mendengar suara wanita itu berbeda dengan suara ibunya.
Wanita itu berbalik dan.... “Hye Gyul selamat ulang tahun!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Na Young.

Hye Gyul kaget mendengar suara tantenya yang keras. “Tante?”

Na Young : “Bukankah aku terlihat seperti ibumu?”

Hyu Gyul menahan sedih dan kecewa. Dia ngambek dan langsung masuk kamar.
Malamnya, Bok Nyeo berdiri di luar rumah menatap bulan purnama. Wajahnya tampak sedih (ini nih yang beda, versi Mita benar-benar tanpa ekspresi, sedangkan Bok Nyeo ini lain, dari wajahnya masih terpancar kesedihan yang mendalam)
Na Young menyiapkan makan malam spesial untuk keponakannya yang berulang tahun. Ia yang menyiapkan semuanya dan Bok Nyeo tak melakukan apapun. Bok Nyeo berdiri diam tak jauh dari ruang makan. “Lihat, makanan disini bukankah sama dengan yang kau makan dengan ibumu?” Na Young memperlihatkan foto ketika Hye Gyul ulang tahun di tahun lalu. “Lihat salad ini bukankah ini benar-benar sama.”

Se Gyul berkata kalau itu ada tomat cherry-nya, sedangkan Hye Gyul tak suka dengan tomat. Na Young heran, benarkah, ia meletakan tomat itu karena di foto seperti itu. Hye Gyul menunduk diam. Na Young mendekatkan makanan lain dan berharap Hye Gyul mencoba makanan yang ia masak dengan sempurna, itu sama seperti masakan ibunya Hye Gyul. Hye Gyul yang marah karena tak bisa bertemu dengan ibunya di hari ulang tahun menumpahkan makanan itu dengan sengaja. “Aku tak mau itu bukan masakan ibu.”

Han Gyul berusaha bersikap lembut pada adiknya dan mengingatkan kalau Na Young sudah sengaja membuatkan itu untuk Hye Gyul. Hye Gyul tak mau tahu bukankah tante-nya ini berjanji akan membawa dirinya bertemu dengan ibunya.
Na Young : “Hye Gyul, apa kau tahu artinya seorang Immo? Immo artinya ibu yang lain. Itu disebut Immo karena berarti ibu kedua.”

Hye Gyul tetap tak mau, “Tante bukan ibuku.”

Na Young berusaha bersikap lembut pada keponakannya, “Hye Gyul mulai sekarang tak bisakah kau menganggapku sebagai ibumu? Kau dulu sangat menyukaiku.” 
‘Sekarang aku benci Tante, jangan duduk di kursi ibuku.” Hye Gyul mendorong Na Young dan menarik sweater milik ibunya yang dipakai Na Young. Ia menangis, “itu milik ibuku. Kenapa Tante memakai pakaian ibuku.” Karena menariknya terlalu keras sweater itu sobek.
Na Young ikut sedih tak bisa membahagiakan keponakannya. Ia menyadari kalau dirinya tak bisa menggantikan peran kakaknya di keluarga ini. Ia yang sedih segera pergi dari sana.

Hye Gyul menangis memeluk sweater ibunya yang sobek. “Pakaian ibu sobek karena aku, ibu...”
Untuk menghibur putri kecilnya, Sang Chul mengeluarkan boneka besar hadiah ulang tahun. “Ini beruang soon, bukankah dia sangat lucu? Bukankah kau menyukainya?” Hye Gyul tetap menangis.
Supaya adiknya berhenti menangis, Doo Gyul berkata kalau boneka itu terlihat sangat keren dan ia jadi iri. Doo Gyul menyenggol Se Gyul agar mengatakan sesuatu supaya Hye Gyul berhenti menangis.“Wah, aku berharap aku bisa memilikinya juga.” ucap Se Gyul.

“Aku tak mau ini,” tangis Hye Gyul menampik boneka pemberian ayahnya. “Aku mau bertemu ibu, ibu ibu ibu.” Hye Gyul berlari masuk ke kamarnya.
Hye Gyul menangis meratapi kerinduannya pada sang ibu, “Ibu ibu, kau dimana?” tangis Hye Gyul sambil memeluk sweater ibunya.

Han Gyul mulai kesal, ia meminta adiknya untuk berhenti menangis dan mengingatkan kalau ibu mereka sudah meninggal. “Bahkan kalau kau menangis ibu tak akan kembali.”

“Ibu ibu ibu...” Hye Gyul terus menangis.

“Hentikan itu!” bentak Han Gyul dengan mata berkaca-kaca. Han Gyul merampas paksa sweater milik ibu yang ada di tangan adiknya. Ia membuang benda itu ke lantai. “Membawa ini kemana-mana tidak akan membuatnya kembali.”
Han Gyul menatap Bok Nyeo, ia menyuruh Bok Nyeo untuk membuang barang-barang itu. Bok Nyeo tanya apa itu sebuah perintah. Han Gyul mengiyakan, dengan air mata kemarahan bercampur kesedihan ia memerintahkan Bok Nyeo untuk membuang barang-barang itu. Bok Nyeo pun melaksanakan perintah yang diberikan padanya. Ia mengambil baju yang Han Gyul buang ke lantai. Ia juga mengambil pakaian ibu yang lain. Ia membuangnya keluar.

Doo Gyul marah Bok Nyeo membuang barang-barang milik ibunya, “Apa kau gila? Ahjumma hentikan itu!” Bok Nyeo berhenti mendengar perintah Doo Gyul, tapi Han Gyul kembali memerintahkan Bok Nyeo untuk membuang semuanya. Bok Nyeo mengambil barang milik Sun Young yang lain.
Hye Gyul tak mau barang-barang milik ibunya dibuang. Ia menangis memohon pada kakaknya untuk tak melakukan itu. “Eonni aku minta maaf, aku menyesal, tolong jangan membuangnya. Jangan membuang barang-barang ibu!”

“Bakar semuanya!” perintah Han Gyul sambil menangis.
Se Gyul melihat ayahnya diam saja, “Ayah apa yang akan kau lakukan? kenapa kau tak menghentikannya?” Sang Chul tak tahu harus bersikap bagaimana.

Han Gyul menatap ayahnya dengan tatapan penuh air mata, “Ayah akan melakukan ini juga kan?” Sang Chul terbata-bata kebingungan, bukan seperti itu.
Han Gyul yang marah, sedih dan kecewa mengambil semua pakaian ibunya dari lemari. Ia membuang benda itu keluar bersama barang lainnya. “Apa gunanya menyimpan semua ini? Menyimpan semua ini tak akan membawa ibu kembali hidup. Ini hanya akan membuat kita semakin salah paham.”
“Noona?” Doo Gyul berusaha menghentikan kakaknya tapi Han Gyul mendorongnya hingga terjatuh.

“Kita tak butuh ini. Ini tak berguna.” Han Gyul menangis membuang semua barang-barang milik ibunya.
Han Gyul menangis bersandar di pintu, “Apa kau pikir aku tak merindukan ibu? Apa kau pikir aku tak membutuhkan ibu? Aku sudah mencoba untuk menjadi kakak tertua untuk keluargaku tapi tetap tak bisa. Bahkan sekolahku, bagaimana bisa aku yang harus mengurus pekerjaan rumah tangga. Bagaimana bisa aku menandingi siswa lain yang mengikuti pelajaran tambahan dan mendapatkan dukungan dari ibu mereka?” 
Bok Nyeo berdiri di luar menyalakan korek api dan membakar barang-barang Sun Young. Doo Gyul yang melihat itu marah dan memukul Bok Nyeo hingga membuat ujung bibir Bok Nyeo berdarah.
“Siapa kau berani melakukan ini? seberapa jauh kau akan melakukan ini?” bentak Doo Gyul. Bok Nyeo diam saja dipukul Doo Gyul. Doo Gyul menatap marah, “Kenapa? kenapa kau melakukan ini? apa keluarga ini terlihat murahan untukmu? Apa ibuku terlihat murahan untukmu?” Bentak Doo Gyul.
Sang Chul mengingatkan Doo Gyul agar bersikap sopan pada orang yang lebih tua. Doo Gyul giliran menatap marah ayahnya, “Kenapa? kenapa ayah hanya melihatnya saja? kenapa ayah diam saja dan tak melakukan apapun? Apa ayah bisa hidup tanpa ibu? benar begitu kan?”
Sang Chul menarik putranya untuk pergi dari sana tapi Doo Gyul menepis tangan ayahnya, “Hentikan ayah. Aku tak mau lagi melakukannya. Keluar dari sini!” Doo Gyul menangis, “Ini kalimat yang terus aku katakan pada ibu. Aku hanya mengingat disaat kecewa dan kesal pada ibu hingga di hari kematiannya. Orang selalu mengatakan kalau anak-anak tidak tahu tentang itu. Tapi aku tahu, aku tahu ini semua kesalahanku dan menghargai yang dia lakukan. Aku ingin mengatakan pada ibu kalau aku mencintainya. Tapi sekarang aku tak bisa melakukannya.”
Se Gyul kesal dengan sikap keluarganya yang berlebihan, ia tak suka dengan sikap orang yang berlebihan seperti ini.

“Jaga ucapanmu.” Doo Gyul mendorong adiknya. “Apa kau bukan anaknya ibu?”
“Kenapa kau menangis? Se Gyul berkata kalau ia ingin menangis juga. “Kalau menangis bisa membawa ibu kembali, aku akan menangis. Apa gunanya belajar giat, apa gunanya masuk Universitas Negeri Seoul? Ibu tidak ada lagi disini untuk memuji nilai ujianku yang bagus. Bagaimana ibu bisa pergi dengan begitu tiba-tiba? Dia bilang ingin mendiskusikan masa depan denganku satu persatu. Aku bahkan belum memulainya, bagaimana aku bisa melakukanya sendiri?” tangis Se Gyul.

Doo Gyul mencengkeram baju adiknya, “Memangnya ibumu itu pembantu atau manajer? Apa kau tak merasa bersalah pada ibu setelah dia mengurusmu dan pergi begitu saja?”
“Itu semua karena salahku.” ucap Hye Gyul sambil menangis. Hye Gyul menatap barang-barang ibunya yang dibakar. “Ibu meninggal karena aku.” Sang Chul tak mengerti apa yang putri kecilnya bicarakan.

Hye Gyul menangis, “Aku bilang pada ibu untuk pergi menghilang. Ibu marah karena aku tak mau makan tomat cherry jadi aku mengatakan ‘aku ingin ibu pergi’ Itu sebabnya dia pergi.”
Sang Chul berkata kalau itu bukan kesalahan Hye Gyul. Apa Hye Gyul tak tahu betapa ibu menyayangi Hye Gyul. Hye Gyul menangis memeluk ayahnya dan berulang kali menyebut ibunya, ibu ibu.
Ibu Eo Jin tiba-tiba ada disana dan terkejut begitu melihat api yang menyala di halaman rumah tetangganya, “Apa yang kalian lakukan? apa yang akan kalian lakukan kalau apinya sampai ke rumahku?” Sang Chul minta maaf, ia menyuruh Bok Nyeo untuk memadamkan apinya. Bok Nyeo segera melaksanakannya. Ia mengambil selang air dan menyiram api itu dengan air.
Ibu Eo Jin : “Aku tahu kalian sedang melalui masa sulit setelah kematian ibu kalian. Tapi sebagai tetangga kalian aku merasa hidupku tak nyaman. Ayah Han Gyul, cobalah untuk menjaga keseimbangan dalam keluargamu dan menjaga anak-anakmu. Sekarang ini, keluargamu berbeda dengan keluarga lain.”

Doo Gyul yang masih kesal meninggikan suara, apa bedanya, apa yang membuat keluarganya berbeda dengan keluarga lain.

Ibu Eo Jin mencibir apa ia perlu mengatakan hal itu. “Keluarga kalian itu tidak sempurna orang tuanya. Keluarga tanpa seorang ibu, itu keluarga yang berbeda dengan keluarga lainnya.”
Sroottttt.... tiba-tiba Bok Nyeo menyiram mulut cerewet ahjumma yang satu ini. hahahaha. Tuh ekspresi Bok Nyeo ketika nyiram, ajib diem wae hahaha. Hye Gyul dan kakak-kakaknya yang tadi menangis berusaha menahan tawa mereka.

“Apa yang kau lakukan?” teriak ibu Eo Jin yang mendapat semprotan air dari Bok Nyeo hingga membuat make up nya belepotan.

“Itu supaya apinya tidak sampai kesana!” sahut Bok Nyeo. wakakaka.
Se Gyul memberi tahu kalau make up ibu Eo Jin rusak. Keempat anak-anak ini berusaha menahan tawa mereka. Ibu Eo Jin jelas tak bisa menerima penghinaan ini, ia tak akan membiarkan ini begitu saja. Ia mengancam akan melaporkan hal ini ke Komnas perlindungan wanita. Ia yang kesal pergi dari sana. Bok Nyeo melanjutkan menyiram api yang masih menyala dengan air.
Ketika api sudah padam Doo Gyul melihat sesuatu diantara tumpukan barang ibunya yang terbakar. Doo Gyul akan mengambil kotak tapi tak bisa karena kotak itu panas. Bok Nyeo mengambil dengan dengan tangan kosong tanpa merasakan panas. Ia membuka kotak kecil yang ternyata berisi beberapa batu.

Sang Chul ingat bukankah itu batu keluarga kita. “Ibumu yang mengatakan ini, dia mengatakan Hye Gyul memberinya batu cantik saat di sungai. Dia masih menyimpannya karena itu hadiah pertama yang Hye Gyul berikan pada ibu.” Hye Gyul tersenyum melihat batu-batu itu. Sang Chul berkata bukankah ia benar, bukankah ibu sangat menyayangi Hye Gyul. Hye Gyul tersenyum mengangguk.
Bok Nyeo menyajikan kue ulang tahun untuk Hye Gyul yang dibeli Na Young. Mereka merayakan ulang tahun Hye Gyul dengan pesta sederhana. Se Gyul heran apa tidak ada lilinnya. Doo Gyul menjawab tentu saja tidak ada karena kue ini Tante Na Young yang membelinya. Sang Chul tanya ke Bok Nyeo apa punya lilin. Doo Gyul heran kenapa ayahnya menanyakan lilin pada Bok Nyeo. Bok Nyeo menjawab kalau ia punya. Bok Nyeo membuka tas besarnya dan benar saja lilinnya ada hehe.

Han Gyul bertanya pada Se Gyul yang biasanya mendapatkan tugas menulis kartu ulang tahun tapi Se Gyul lupa membuatnya. Se Gyul bertanya pada Bok Nyeo apa punya kartu ulang tahun juga. Doo Gyul menebak Bok Nyeo tak mungkin punya. Tapi ternyata Bok Nyeo punya itu juga hahaha. (Wahaaha tas ajaib yang menyediakan apa saja yang dibutuhkan hahaha)
Setelah memasang lilin dan menyalakan apinya. Mereka pun menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Hye Gyul dengan riang gembira. Perasaan sedih di hati mereka pun sejenak hilang. Bok Nyeo berdiri diam tak jauh dari sana.
Sang Chul berada di luar rumah. Ketika Bok Nyeo akan pulang ia menahannya. Ia berterima kasih atas pekerjaan Bok Nyeo hari ini. Ia mengatakan kalau putra-putrinya sudah menahan kesedihan mereka dan tak bisa menangis sebanyak yang mereka inginkan. Ia merasa kalau malam ini anak-anaknya masih bersedih. 

Bok Nyeo menyerahkan secarik kertas pada Sang Chul, “Ini tagihannya.” Sang Chul heran melihat kertas itu dan disana jari Bok Nyeo terluka karena panas. Bok Nyeo mengatakan kalau hari ini ia kerja lembur selama 2 jam jadi ini adalah tagihan atas kerja lemburnya. (Ya ampun udah kayak Miss Kim, kalau kerja lembur minta upah lemburnya hahaha)

Bok Nyeo akan pergi tapi Sang Chul memanggilnya, “Aku tak seharusnya mengatakan ini.” Bok Nyeo menatap majikannya yang sepertinya akan curhat padanya.
Doo Gyul mengambil susu di kulkas dan meminum langsung dari kotaknya. Han Gyul yang menuang air putih mengingatkan Hye Gyul untuk menggosok gigi sebelum tidur.
Hye Gyul berdiri, “Apa itu sebuah perintah?” Ucapnya seperti yang Bok Nyeo ucapkan ketika menerima perintah. “Aku akan mematuhi perintahmu.” Hye Gyul segera pergi untuk menggosok gigi.
Se Gyul terkekeh melihat tingkah adiknya, ia menilai adiknya ini meniru perkataan seseorang. Doo Gyul mengingatkan agar jangan meniru perkataan itu, apa Se Gyul mengerti.

“Apa itu sebuah perintah?” Ucap Se Gyul ikut-ikutan meniru hahaha.

Doo Gyul : “Kubilang jangan meniru apa yang dia lakukan.”

Se Gyul menggoda, “Aku akan mengikuti perintahmu.” (hahaha)

Doo Gyul kesal, ia akan memberi pelajaran pada adiknya. Se Gyul lari menghindar ke kamar, Doo Gyul mengejarnya. Han Gyul tersenyum-senyum melihat tingkah adik-adiknya.
Han Gyul akan ke kamar juga, ia berhenti sejenak tepat di depan foto ibunya. “Masih berantakan, tapi bukankah sudah lebih baik?” Han Gyul berlalu menuju kamarnya untuk istirahat.
Di luar rumah Sang Chul berkata pada Bok Nyeo bahwa untuk istri dan anak-anaknya ia masih tidak terlalu baik untuk menjadi suami ataupun seorang ayah.

“Sebenarnya aku belum siap untuk menjadi seorang ayah. Aku tidak seharusnya buru-buru untuk menikah. Sejujurnya aku lebih merindukan anak-anak ketika mereka jauh dariku. Setiap kali aku melihat anak-anak di pagi hari, aku selalu menghela nafas. Ketika aku memikirkan harus tinggal bersama mereka aku tak sanggup keluar dari kamar mandi. Terutama si bungsu, Hye Gyu, itu sangat menjengkelkan bagiku. Dia masih membutuhkan bantuan setiap kali bangun pagi. Dia selalu memanggil ibunya. Itu membuatku gila. Dia mulai hidup berjauhan denganku sejak usia 3 tahun, jadi aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Kalau saja Hye Gyul tidak terlalu kecil, aku pasti akan membuat keputusan yang berbeda.”
Bok Nyeo : “Kalau begitu, jika anda sudah selesai bicara, tolong biarkan aku pergi!”

Bok Nyeo berlalu dari sana, Sang Chul menatapnya terpaku. Segala keluh kesahnya tak ditanggapi oleh Bok Nyeo.

Tiba-tiba terdengar suara Han Gyul, “Hye Gyul kenapa kau masih disitu?” Sang Chul melihat pintu rumahnya tiba-tiba ditutup. (Oh tidak apa Hye Gyul mendengar apa yang ayahnya ucapkan)
Sang Chul membuka perlahan pintu kamar tempat Hye Gyul tidur. Ia melihat putrinya terbaring disana. “Hye Gyul, apa kau sudah tidur?” Hye Gyul memejamkan mata diam saja. Sang Chul menebak kalau putri kecilnya ini sudah tidur. Ia pun kembali menutup pintu kamar.
Hye Gyul membuka matanya, tanpa terasa air matanya metetes. Ia menggenggam erat kotak kecil yang berisi batu keluarga. (OMG, tentu saja pasti Hye Gyul mendengarnya hiks hiks)
Di TK, dimana Hye Gyul sekolah. Eo Jin terus menerus mengolok-olok Hye Gyul. “Hye Gyul bodoh, Hye Gyul bodoh. Kau itu tak bisa bertemu dengan orang yang sudah meninggal. Ibumu ada di surga, bagaimana kau bisa bertemu dengannya?” (yang jadi Eo Jin imut banget hihi. Itu kacamata ga ada kacanya, kayak kacamatanya Kanjeng Mami hahaha)
Hye Gyul : “Tidak. Aku dengar kalau aku menjadi anak yang baik, aku bisa bertemu dengan ibu.”

Eo Jin : “Apakah ibumu seorang santa yang bisa kau temui ketika kau menjadi orang baik?”

Eo Jin berulang kali mengolok-olok Hye Gyul dengan sebutan bodoh. “Hei apa kau benar-benar tak tahu bagaimana bertemu dengan orang yang sudah meninggal?”

“Bagaimana?” tanya Hye Gyul ingin tahu.

Eo Jin : “Apa kau ingin aku memberitahumu?”

Hye Gyul mengangguk.
Pukul 5 lebih 5 menit tapi Hye Gyul belum juga pulang. Han Gyul yang baru pulang dari sekolah bertanya dimana Hye Gyul, apa belum pulang. Se Gyul yang sedang belajar berkata kalau mungkin saja Bok Nyeo pergi menjemputnya.
Di kantor dimana Sang Chul dan Song Hwa bicara berdua. Song Hwa ingin hubungan antara dirinya dengan Sang Chul berakhir sampai disini. Sang Chul tak setuju, walaupun ia merasa bersalah pada istrinya tapi sekarang istrinya sudah meninggal. Ia ingin meresmikan hubungannya dengan Song Hwa. Setidaknya hubungannya dengan Song Hwa tidak bermasalah. Menurutnya memutuskan hubungan bukanlah cara yang terbaik.
Song Hwa berkata bukankah Sang Chul tahu kalau hubungan ini sudah tidak baik. Ia mengaku kalau dirinya masih memiliki perasaan pada Sang Chul tapi ia bukanlah wanita bodoh yang tidak tahu situasi yang sudah berubah. “Aku akan menangani masalah ini, aku bisa memotong rambutku kalau memang harus. Tapi sekarang istrimu sudah meninggal.”

Sang Chul berkata setelah beberapa waktu hubungan mereka bukankah pada akhirnya keduanya mungkin bisa...

Song Hwa menyela, “Seorang ibu yang kesepian meninggal mendadak karena kecelakaan. Apa yang akan dipikirkan orang-orang. Mereka akan menggosipkan kita siang dan malam. Apa kau bisa menangani itu?” Sang Chul menunduk tak bisa menjawab.
Ketika Bok Nyeo sedang pergi, Doo Gyul mencoba membuka tas milik Bok Nyeo. Tapi bagaimanapun sekuat tenaga ia berusaha membukanya tas itu tak bisa dibuka. Han Gyul terkejut melihat tindakan adiknya, “Hei apa yang kau lakukan?” Ia melihat sekeliling takut kalau Bok Nyeo melihatnya.

Se Gyul yang sedang belajar juga heran kenapa Hyung-nya ini mencoba membuka tas milik orang lain. Doo Gyul berkata kalau ia tidak akan mencuri apapun dari tas ini. Ia hanya ingin tahu apa yang ada di dalam tas milik Bok Nyeo. Tapi Doo Gyul tetap tak bisa membukanya.
Han Gyul melihat jam, sudah pukul 6 sore. Se Gyul merasa aneh, kenapa Bok Nyeo dan Hye Gyul belum pulang. Han Gyul juga mencemaskan hal yang sama. Doo Gyul menebak mungkin Bok Nyeo masih melakukan pekerjaan di tempat lain. Se Gyul meminta Noona-nya menghubungi Bok Nyeo. Tapi Han Gyul tak punya nomor ponselnya. Se Gyul menyarankan lebih baik bertanya ke Happy Company, perusahaan penyalur pembantu.

Telepon di ruangan Ny Hong berdering tapi tak ada yang menjawab karena Ny Hong tak berada di tempat. Han Gyul mulai cemas, Se Gyul menyarankan lebih baik menghubungi ayahnya.
Kembali ke kantor, Song Hwa berkata kalau ia tak memutuskan hubungan ini, apa Sang Chul bisa meninggalkan anak-anak demi dirinya. Sang Chul belum sempat menjawab tiba-tiba ponselnya berdering, telepon dari Han Gyul. Sang Chul tak menjawabnya.

Han Gyul merasa kalau mungkin ayahnya sedang melakukan hal penting hingga tak bisa menerima telepon darinya. Huwaaaaa padahal bapaknya lagi berduaan sama Song Hwa >_<
Doo Gyul menebak jangan-jangan Bok Nyeo menculik Hye Gyul. Se Gyul heran apa keluarganya terlihat kaya sampai ada yang ingin menculik anggota keluarganya. Han Gyul khawatir terjadi sesuatu pada adiknya. Ia mengajak Doo Gyul dan Se Gyul mencari Hye Gyul.
Berada dimanakah Hye Gyul dan Bok Nyeo? Keduanya duduk di bangku dekat sungai.
Hye Gyul menatap ke arah Bok Nyeo, “Bok Nyeo-nim apa kau benar-benar akan melakukan apapun yang kami minta?”
Se Gyul mencari adiknya di tempat bermain, ia tak menemukannya. Doo Gyul mencari adiknya menggunakan sepeda, ia berulang kali berteriak memanggil nama Hye Gyul. Han Gyul juga mencari adiknya di tempat bermain. Ketiga bersaudara ini tak menemukan dimana Hye Gyul berada. Ketiganya khawatir.
Hye Gyul meninggalkan tas sekolahnya di bangku. Ia dan Bok Nyeo masuk ke dalam sungai. Hye Gyul dan Bok Nyeo terus berjalan menuju tengah sungai yang dalam. Bok Nyeo menatap diam dan menggenggam erat tangan Hye Gyul. Keduanya semakin ke tengah dengan tubuh yang semakin tenggelam.

Komentar :

Beda Mita, beda pula Bok Nyeo. Mita, si misterius yang benar-benar tanpa ekspresi, itu sepertinya sedikit berbeda dengan Bok Nyeo, karena sesekali wajah Bok Nyeo terlihat memancarkan kesedihan. Tapi sikap seperti robotnya benar-benar sama, mau melakukan apapun yang diperintahkan dan tak melawan.

Eun Sang Chul, apa dia karakter ayah yang kurang bertanggung jawab. Ia sendiri mengakui bahwa dirinya belum bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarganya. Pernikahan yang terjadi karena kecelakaan (sepertinya begitu) membuatnya terpaksa menikah dan pada akhirnya membuat dirinya terpaksa menjalani rumah tangga disaat dirinya kemungkinan belum siap. Sungguh nyesek pas Sang Chul bilang kalau putra-putrinya membuatnya selalu menarik nafas setiap hari (seperti mengeluh karena mendapatkan tekanan). Sepertinya apa yang akan ia lalui kemudian akan membuka mata hatinya untuk menjadi lebih dewasa terutama bagi putra-putrinya.

8 comments:

  1. Thanks, ya mba anis buat sinop nya :) Fighting!! :)

    -Tsania-

    ReplyDelete
  2. Yey... Udah ada part 2 nya. Wah...wah penasaran itu adegan terakhir.... Segitunya kayak robot.hwa...
    Mba Anis ditunggu ep 2nya. Semangat!
    -Yumenas-

    ReplyDelete
  3. Dasaar ayah ƍäª tau diri udh selingkuh nganggap anak2nya sebagai beban. Tapi keren drama ini. Semangat mba....

    ReplyDelete
  4. kasihan ya sama anak2nya
    padahal mereka butuh banget kasih sayang dari ayahnya
    :/

    ReplyDelete
  5. entah knp akting se gyul kurang terlalu over acting cara mengekspresikannya ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau untuk adegan nangis iya masih kurang hihi. mungkin ke depan aktingnya akan lebih bagus lagi.

      Delete
  6. di ep 1 ini aq msh suka versi jepangnya lbh dpt feelnya..g tau ke dpnya
    thanks mba

    ReplyDelete
  7. q jadi ikutan mewek liat anak-anakny..T__T
    thank's y mba.. semangat^^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.