Di sebuah ruangan yang tidak begitu terang, Park Bok Nyeo (Choi Ji Woo) seorang pembantu rumah tangga duduk berhadapan dengan seseorang.
“Apa Kau bisa melakukan apapun yang disuruh?” tanya orang itu.
“Ya!” Bok Nyeo menjawab pendek dengan tatapan lurus nan tajam.
“Tak peduli apapun itu?”
“Ya.”
“Kalau begitu, bisakah kau membunuh seseorang?”
Bok Nyeo tak segera menjawab, ia menatap lurus orang yang ada di depannya.
Sang Chul mengenalkan Song Hwa pada putra-putrinya. Eun Han Gyul (Kim So Hyun) menatap heran keakraban ayahnya dengan wanita itu. Sang Chul mengatakan pada anak-anaknya kalau Song Hwa itu rekan kerjanya di kantor.
Song Hwa bergabung dengan para pelayat yang lain. Disana juga ada teman satu kantornya yang lain. Mereka bertanya apa Song Hwa baik-baik saja, ia khawatir karena Song Hwa tak hadir di kantor dua hari terakhir ini. Pria yang ada di sebelah Song Hwa bertanya apa terjadi sesuatu. Song Hwa bilang tak ada, ia hanya terkena flu.
Eun Doo Gyul (Chae Sang Woo) anak kedua Sang Chul tak terima adik kecilnya dibilang seperti itu, “Siapa yang memanggilmu seperti itu?”
Sang Chul berkata untuk menghibur putri kecilnya tentu saja tidak begitu, bukankah Hye Gyul memiliki dirinya dan kakak-kakak Hye Gyul. Tapi Hye Gyul tetap menangis. Ia menangis memanggil ibunya. Sebagai putri tertua Han Gyul berusaha menghibur adik kecilnya disaat hatinya pun diliputi kesedihan karena kehilangan sosok ibu.
Seorang wanita muda datang memanggil Hye Gyul. Woo Na Young (Shim Yi Young) membawakan boneka kesayangan Hye Gyul. Ia yang tak lain adalah adik sang almarhumah berusaha menghibur keponakan tercintanya. “Apa kau mau bermain bersama boneka ini?” Hye Gyul memeluk bonekanya tapi ia tetap menangis keras. Ia mengatakan kalau ibu yang membuatkan boneka ini untuknya. Ibu ibu ibu tangis Hye Gyul.
Sebagai ayah, Sang Chul tak tahu harus menghibur putrinya bagaimana. Para pelayat yang hadir juga ikut sedih melihat kesedihan keluarga ini. Sang Chul menatap ke arah rekan kerjanya, hmm lebih tepatnya ia menatap ke arah Song Hwa.
Rekan kerja Sang Chul merasa kalau Sang Chul pasti akan melalui masa sulit. Mereka menebak kalau hal ini akan mempengaruhi proyek baru yang sedang Sang Chul kerjakan. Ia meminta pendapat Song Hwa, bukankah Song Hwa juga berfikiran sama dengannya. Song Hwa juga memikirkan hal itu, ia juga merasa itu hal yang sulit terutama fakta bahwa Manajer Eun Sang Chul adalah ayah dari empat anak.
Park Bok Nyeo melintas di sebuah jalan kompleks perumahan. Ia mengenakan jaket, topi dan membawa tas besar di tangannya.
Di depan sebuah rumah Bok Nyeo berdiri diam menatap rumah itu. Ia melihat jam tangannya, pukul 6.30 pagi.
Alarm jam weker di kamar Han Gyul berdering. Ia segera bangun untuk menyiapkan segala keperluan di pagi hari. Langkahnya terhenti sesaat di depan foto mendiang ibunya.
Han Gyul membuka rice cooker, toeng.. ada nasi sisa yang seuprit. Kondisi dapur berantakan, sampah berserakan disana sini. Han Gyul bingung mana dulu yang harus ia bereskan akhirnya tidak ia bereskan sama sekali.
Han Gyul membuka rice cooker, toeng.. ada nasi sisa yang seuprit. Kondisi dapur berantakan, sampah berserakan disana sini. Han Gyul bingung mana dulu yang harus ia bereskan akhirnya tidak ia bereskan sama sekali.
Han Gyul melihat dari jendela seorang wanita berdiri diam di depan rumahnya. Ia heran siapa wanita itu.
Doo Gyul membuka kulkas, tak ada makanan apapun disana. ia mengeluh, “Ini bukan kulkas. Ini lemari kosong. Apa kau tak bisa berperan sebagai putri sulung?”
Han Gyul : “Ada apa? apa kau tak melihatnya? Aku menyiapkannya tadi malam.”
Doo Kyul kesal melihat bungkusan plastik hitam di kulkas.
Han Gyul masuk ke kamar Hye Gyul yang masih terbaring pulas memeluk sweater ibu. Dengan suara pelan Han Gyul membangunkan adiknya. Perlahan Hye Gyul membuka mata. Han Gyul menyimpan sweater yang menemani adiknya tidur. Ia menyuruh adiknya lekas bangun karena harus segera berangkat ke TK. Hye Gyul meminta sweater itu kembali diberikan padanya karena aromanya sama seperti parfum ibu.
Di meja makan, Han Gyul meminta adik-adiknya menyebutkan makanan yang mereka inginkan dan tentu saja yang bisa ia buat. Doo Gyul ingin Jeon Joo Bibimbab. Seo Gyul ingin ayam BBQ. Han Gyul berkata kalau ia sendiri akan makan kerang BBQ yang diasinkan. Ia bertanya pada Hye Gyul, apa yang Hye Gyul inginkan.
Hye Gyul menunjuk makanan yang ada di tayangan TV. Han Gyul menarik nafas karena tak bisa membuatkannya. Kedua Oppa Hye Gyul juga hanya bisa menarik nafas, ayolah... Hye Gyul ingin Han Gyul membuatkan telur kukus untuknya. Doo Gyul berkata kalau Han Gyul tak bisa membuat makanan seperti itu. Se Gyul menilai keinginan adiknya ini sungguh kekanak-kanakan (namanya juga anak-anak)
Hye Gyul : “Eonni, kau bilang akan menjadi seorang ibu, apa tidak bisa membuatkan itu? aku bosan makan dengan kimbab berbentuk segitiga itu.”
Doo Gyul mengambil bungkusan yang ada di plastik hitam. Ia mengeluh menatap makanan yang menjadi sarapannya kali ini.
Se Gyul heran dimana ayahnya karena ada sesuatu yang harus ia beritahukan pada ayahnya. Doo Gyul merasakan perutnya mulas. Ia bergegas ke kamar mandi.
Tapi sayang ada orang di dalam kamar mandi.
Sang Chul duduk bersila diatas WC, dia ga buang air, cuma duduk-duduk doank. Doo Gyul mengetuk pintu kamar mandi. “Ayah keluarlah!” Sang Chul masih berdiam diri, wajahnya terlihat bingung. “Ayah ngapain sih? Apa ayah tidur?” omel Doo Gyul mengetuk pintu kamar mandi. Sang Chul pun menyahut kalau ia akan segera keluar.
Kelimanya mengitari meja makan. Mereka sarapan seadanya. Han Gyul heran melihat ayahnya tak segera sarapan, "Apa ayah tak sarapan?” Sang Chul pun akan memakan makanannya.
Se Gyul menyampaikan kalau ayahnya ini harus bertemu dengan gurunya. Sang Chul tanya kenapa. Se Gyul berkata kalau ketika ia masih di Filipina, ia mendapatkan beasiswa untuk Sekolah International tapi sekarang ada persyaratannya. Sang Chul tak mengerti lalu apa ada hubungannya. Se Gyul berkata kalau ini untuk masuk ke SMP Internasional. Ia harus mendapatkan surat rekomendasi dari guru dan menulis surat lamarannya dengan benar. ia menilai itu sangat sulit tapi ayahnya malah tak tahu bagaimana melakukannya. Sang Chul mengerti, ia berjanji akan menyesuaikan jadwalnya untuk menemui gurunya Se Gyul. (Bisa ga ya gurunya Se Gyul ini Guru Ma hahaha)
Sang Chul ingin tahu keadaan sekolah Han Gyul, apa Han Gyul sudah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekolah. Han Gyul tak menjawab ia malah menyodorkan minuman untuk adiknya. Doo Gyul harap kalau hal itu prioritas kedua, ia menyindir kalau kakaknya harus bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dulu.
Mendengar hal itu Sang Chul mengatakan kalau ada sesuatu yang akan ia sampaikan pada anak-anaknya. Ia mengerti kalau Han Gyul mengalami masa sulit dan ia juga sibuk dengan proyek baru. Jadi mulai hari ini....
Belum sempat Sang Chul mengatakannya tiba-tiba bel rumah berbunyi bersamaan dengan suara jam yang menunjukan pukul 7 tepat.
Sang Chul yang belum tahu siapa Bok Nyeo bertanya apa ada yang bisa dibantu. Bok Nyeo dengan tatapan dingin mengatakan kalau ia adalah pembantu dari Happy Company.
Sang Chul paham karena ini adalah yang ia tunggu. Bok Nyeo bertanya apa ia boleh masuk. Sang Chul minta maaf dan mempersilakan Bok Nyeo masuk. Ia mengira Happy Company akan mengirimkan orang yang lebih tua.
Sang Chul mengambilkan sandal untuk Bok Nyeo. Ia mengatakan kalau dirinya punya banyak anak jadi harap maklum kalau disini berantakan.
Bok Nyeo tetap dengan tatapan tajam tanpa ekspresinya ia tahu tentang keluarga ini. Ia mengambil sandalnya sendiri dari dalam tas.
Sang Chul mengenalkan Bok Nyeo pada anak-anaknya. “Dia akan menjadi pembantu di rumah kita dari pukul 7 sampai pukul 9 malam. Dia yang akan mengurus pekerjaan rumah tangga.” Doo Gyul heran kenapa harus pakai pembantu. Ia bertanya pada kakaknya apa tahu tentang rencana ayahnya ini. Han Gyul geleng-geleng.
Sang Chul berkata kalau ini sudah 49 hari sejak meninggalnya ibu. Hye Gyul yang tak mengerti bertanya apa ada yang istimewa di hari ke 49. Apa itu? Sang Chul bingung menjelaskannya bagaimana. Ia malah menyuruh Han Gyul untuk menjelaskannya. Han Gyul geleng-geleng kepala alias ga mau.
Hye Gyul terus bertanya, ada apa dengan hari ke 49 setelah kematian? Sang Chul benar-benar tak tahu harus menjelaskannya bagaimana, “Apa ada yang bisa menjelaskan agar dia mengerti?”
Bok Nyeo tiba-tiba menjelaskan, “Hari ke 49 adalah Untuk 49 hari, sebelum orang yang meninggal pergi keatas sana, dia akan pergi dan melihat keadaan keluarganya. Karena biasanya keluarga yang ditinggalkan akan bersedih. Dengan begitu orang yang meninggal itu tidak akan merasa terlalu bersalah.”
Penjelasan yang disampaikan Bok Nyeo membuat anggota keluarga ini melongo. Penjelasan yang tak ada titik komanya.
Hye Gyul : “Melupakan ibu? Tidak. Ibu masih ada di sampingku.”
Sang Chul berkata kalau Hye Gyul masih terlalu kecil untuk mengerti ini. Ia memberi tahu Bok Nyeo kalau istrinya meninggal karena mengalami kecelakaan di sungai.
Bok Nyeo menoleh manatap tajam Sang Chul, “Kalau begitu bisakah saya melihat keadaan rumah anda?” Sang Chul bilang tentu saja.
Hye Gyul bertanya ia dan keluarganya harus memanggil Bok Nyeo bagaimana. Se Gyul berkata bukankah biasanya orang-orang memanggil dengan nama Immo. Sang Chul setuju-setuju saja. Tapi Bok Nyeo tak mau karena Immo adalah sebutan untuk saudara perempuan dari ibu anak-anak. Tapi dirinya disini bukan saudara perempuan ibu anak-anak jadi ia tak bisa dipanggil Immo.
Doo Gyul mengusulkan bagaimana kalau memanggilnya dengan sebutan Ahjumma. Sang Chul ingin tahu siapa nama Bok Nyeo.
Bok Nyeo : “Aku.. Park Bok Nyeo.”
Huwahahahahaha Doo Gyul tertawa terbahak-bahak mendengar nama Bok Nyeo. Ia menilai nama itu terdengar sangat kuno.
Bok Nyeo mulai melihat-lihat kondisi rumah Sang Chul. Kamar mandi yang kurang bersih. Kelima ayah dan anak ini ngikutin kemana Bok Nyeo melihat-lihat. ‘Aku harus membeli alat pembersih, tisu kamar mandi dan juga membersihkan WC nya.’
Bok Nyeo ke serambi rumah, tanaman dalam pot layu semua bahkan kering. ‘Aku akan mengganti tanah di pot dan memberinya pupuk.’
Bok Nyeo masuk ke kamar Sang Chul yang berantakan. Ke kamar Han Gyul dan kamar si dua jagoan, “Apa kau ingin aku membersihkan semua kamar dan membershkan perabot perabotanya?” Sang Chul mengangguk, Ya silakan.
Bok Nyeo membuka pintu kamar tempat Hye Gyul tidur. “Apa yang harus kulakukan dengan kamar ini?” tanya Bok Nyeo. Sang Chul garuk-garuk kepala, ia bingung tapi bagaimanapun mereka akan membersihkan kamar ini.
Doo Gyul melarang Bok Nyeo menyentuh apapun di kamar ini. Se Gyul heran memangnya kenapa, apa Hyung-nya ini mau tinggal di kamar ini. Doo Gyul berkata kalau mereka tak bisa menghilangkan sesuatu di kamar ini, bukankah ini kamarnya ibu.
Han Gyul menyuruh kedua adiknya diam.
Doo Gyul tanya pada kakaknya apa yang akan Han Gyul lakukan terhadap kamar ini. Han Gyul tak menjawab, malah Hye Gyul yang bicara, “Eonni, kita tak usah menyingkirkan ruangan ini. Kumohon.”
Sang Chul pun meminta Bok Nyeo agar membiarkan ruangan ini untuk sementara. Bok Nyeo menjawab mengerti dengan tatapan tajam nan dingin. Doo Gyul segera menutup pintu kamar itu.
Bok Nyeo bersiap menjalankan tugasnya. Ia melepas topi dan jaketnya. Ia mengenakan celemek hitam miliknya dan mengikat rambutnya. Sang Chul dan keempat anaknya memperhatikan dengan tatapan penasaran apa yang Bok Nyeo lakukan.
Sambil bergegas bekerja Bok Nyeo mengingatkan kalau majikannya ini akan terlambat jika tidak cepat, karena ada lintasa kereta api jalanan akan macet. Mereka pun bergegas berangkat.
Dalam perjalanan menuju sekolah Doo Gyul berkata kalau ia merasa heran kenapa dia tidak tersenyum. Se Gyul tak mengerti apa maksudnya tidak tersenyum. Han Gyul tanya siapa yang tidak tersenyum.
Doo Gyul : “Pembantu itu, kenapa dia tak pernah tersenyum? Maksudku dia sangat aneh. Dia itu pembantu rumah tangga, bukankah seharusnya dia harus bersikap baik pada kita dan bukankah setidaknya dia harus tersenyum?”
Han Gyul tahu kalau adiknya ini sedang malas ke sekolah, “Yang ingin kau katakan sebenarnya, kau tak mau ke sekolah, kan?”
Doo Gyul heran apa hanya dirinya yang merasa demikian. Ia marasakan perasaan yang tak enak pada pembantu di rumahnya ini. Ia bertanya pada adiknya, apa Se Gyul tak merasakan apapun pada pembantu itu.
Se Gyul berkata kalau pembantu rumah tangga itu adalah seseorang yang mengurus rumah. “Yang dia lakukan hanya mengikuti perintah. Apa perlu untuknya mengambil alih keluarga kita? Hyung, kecurigaanmu ini tak beralasan.”
Doo Gyul terbata-bata berkata kapan ia pernah melakukan sesuatu tidak beralasan. Tapi walaupun dia hanya pembantu rumah tangga dan aku mencurigainya, apa yang kau katakan? Doo Gyul menjitak kepala adiknya, kenapa kau menggunakan kata-kata yang berlebihan.
Ahjumma tetangga sebelah muncul. Mulutnya menganga karena terkejut melihat ada seorang wanita yang merapikan dasi Sang Chul. Begitu Sang Chul menoleh ke arahnya, ia tersenyum. “Selamat pagi ayah Han Gyul.” sapa ibunya Eo Jin (Oh Eo Jin ini anak yang seumuran dengan Hye Gyul, teman Hye Gyul di TK yang sama)
Ibu Eo Jin heran melihat ada wanita asing di rumah Sang Chul, apalagi wanita itu merapikan dasi Sang Chul.
Sang Chul mengenalkan pada Bok Nyeo kalau ahjumma itu ibunya Eo Jin yang tinggal di sebelah rumah mereka.
Bok Nyeo menoleh bak robot, belum sempat Sang Chul mengatakan siapa Bok Nyeo. Bok Nyeo sudah menyebutkan namanya, “Gajeongbu, Park Bok Nyeo imnida.” Dalam benak ibunya Eo Jin mungkin muncul pemikiran, oh... pembantu toh.
Di rumah keluarga Eo Jin. Ayahnya Eo Jin tengah menyaksikan acara TV dimana dirinya menjadi MC berita. (ahay ini yang jadi Reporter Go di Incarnation of Money, apa disini dia juga jadi reporter. Ah sepertinya begitu)
Ibu Eo Jin menyampaikan pada sumianya kalau hal itu tidak dibenarkan. Ayah Eo Jin tanya tentang apa. Ibu Eo Jin memberi tahu kalau seorang wanita muda ada di rumah sebelah. Ayah Eo Jin tanya lagi apa dia (Sang Chul) menikah lagi. Ibu Eo Jin menjelaskan kalau wanita muda itu seorang pembantu, tapi dia sangat aneh, ia merasa tak nyaman dengannya. Ayah Eo Jin heran Kenapa istrinya merasa tak nyaman dengan pembantunya Sang Chul. Istrinya bilang tak tahu.
Ayah Eo Jin : “Kau merasa dia aneh karena dia masih muda dan tidak nyaman karena dia cantik.”
Ibu Eo Jin : “Apa kau pernah melihat pembantu merapikan dasi majikannya?”
Ayah Eo Jin menilai kalau itu bukan hal yang aneh.
“Ibu...” panggil Eo Jin keluar dari kamar. Ia sudah mengenakan seragam TK-nya. Ibu Eo Jin berkata pada putranya kalau hari ini Eo Jin harus pergi ke sekolah dengan Hye Gyul.
Ayah Eo Jin yang sedang minum melihat dari jendela rumahnya Bok Nyeo yang sedang beres-beres rumah.
“Apa kau tak pergi ke stasiun TV?” suara istrinya tiba-tiba mengegetkan dirinya. Ayah Eo Jin pun segera berangkat kerja.
Ibu Eo Jin melihat apa yang Bok Nyeo lakukan. Bok Nyeo tahu kalau dirinya sedang diperhatikan. Ia menatap balik ibu Eo Jin dengan tatapan tajam. Sadar kalau dirinya sudah ketahuan ibu Eo Jin membuka tirai jendelanya.
Ketika sedang bersih-bersih tiba-tiba Bok Nyeo mendengar sesuatu. Ia masuk ke kamar ibu. Ia mengamati setiap sudut mencari sesuatu.
“Berhenti disana!” Doo Gyul kembali ke rumah. “Apa yang kau lakukan di kamar ini?”
Bok Nyeo berbalik ke arah Doo Gyul dan bet... tangan Bok Nyeo mengepal di depan wajah Doo Gyul seperti akan memukul padahal ia baru saja menangkap sesuatu. “Ada lalat!” seru Bok Nyeo. “Lalat masuk jadi aku mau menangkapnya.”
Doo Gyul mengingatkan bukankah ia sudah bilang jangan menyentuh apapun di kamar ini. Bagaimana pun juga Bok Nyeo harus mengikuti perintahnya. Bok Nyeo berkata kalau ia harus menangkap lalatnya. Ia menegaskan kalau dirinya tak menyentuh apapun.
Bok Nyeo membuka jendela dan ia menerbangkan lalat itu keluar.
Doo Gyul melihat keadaan rumah masih terlihat berantakan, “Apa ini? Apa kau bolos bekerja?” Bok Nyeo berbalik menatap tajam dan itu membuat Doo Gyul sedikit mengkerut. “Aku rasa kaulah yang bolos sekolah tuan muda Doo Gyul.”
Doo Gyul mengelak beralasan kalau ia kembali ke rumah untuk mengambil sesuatu. Ia mengambil bola basketnya dan segera pergi kembali ke sekolah.
Di kantor, Sang Chul tengah mendengarkan penjelasan dari bawahannya tentang proposal mereka. Tapi sepertinya Sang Chul tak menyimaknya dengan baik. Matanya selalu tertuju pada Song Hwa yang berada di luar ruangan. Bawahannya tiba-tiba menanyakan pendapat Sang Chul. Sang Chul pura-pura terlihat kalau ia menyimak semuanya. “Oh ya kedengarannya bagus.”
Bawahannya mengatakan kalau proyek ini berhubungan dengan hidup dan mati perusahaan. Ia merasa ini kesempatan yang bagus untuk menunjukan kemampuan tim. Kalau proposal ini terpilih sepertinya promosi Sang Chul menjadi Direktur itu akan terjadi.
Sang Chul melihat kalau Song Hwa pergi keluar. Ia memotong omongan bawahannya, “Tunggu dulu. Aku akan segera kembali. Maaf ya.”
Sang Chul menyusul Song Hwa. Ia tersenyum ramah di depan wanita itu. “49 hari itu rasanya lama sekali kan?” Song Hwa merasa tak enak ia melihat sekeliling takut kalau kalau ada yang mendengar. Sang Chul berkata kalau ia akan ke rumah Song Hwa, “Sejak upacara pemakaman itu kita sudah lama tak bicara. Dan 49 hari setelah kematiannya kita juga perlu mendiskusikan hubungan kita ke depannya.”
Song Hwa menyela bukankah Sang Chul seharusnya cepat pulang ke rumah. “Kau seharusnya merawat anak-anakmu.” Sang Chul mengatakan kalau di rumahnya sudah ada pembantu jadi tidak masalah. Ia ingin tahu apa hari ini Song Hwa ada janji. Song Hwa bersikap dingin menjawab ya. Sang Chul jelas kecewa mendengarnya. Ponsel Sang Chul bunyi, Song Hwa permisi.
Sang Chul menjawab telepon yang tak lain berasal dari ahjumma penyalur pembantu. Ny Hong. Ny Hong memberi tahu kalau ia ini Manajer dari Happy Company. Sang Chul tanya ada apa.
Ny Hong bilang kalau ini bukan sesuatu yang istimewa, ia hanya ingin menanyakan pendapat Sang Chul tentang pembantu baru di rumah Sang Chul, apa ada komplain dengan pembantu itu.
Ny Hong tertawa-tawa kalau ini bukan masalah serius, ia mengatakan kalau terkadang ada klien yang ingin mengganti pembantu mereka. Sang Chul berkata kalau ia hanya agak terkejut dengan pembantu yang ternyata masih muda. Ny Hong bersyukur Sang Chul tak memiliki komplain. Ia mengatakan kalau Bok Nyeo memang terlihat sangat dingin tapi dia melakukan pekerjaannya dengan baik.
Sang Chul akan menutup telepon tapi Ny Hong berkata kalau ada sesuatu yang tidak ia beritahukan pada Sang Chul. “Kau perlu berhati-hati.” Ucap Ny Hong memberi peringatan. Sang Chul tak mengerti apa maksudnya ia harus berhati-hati.
Bok Nyeo berada di kamar majikannya. Ia membuka lemari pakaian. Ia mengambil satu jas dan menemukan sesuatu disana. Sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun.
Ny Hong memberi tahu kalau Park Bok Nyeo melakukan semua yang ingin dia lakukan. Sang Chul makin tak mengerti apa hal itu bisa menjadi sebuah masalah.
Ny Hong : “Itulah maksudku, kalau dia diminta untuk membunuh seseorang dia mungkin akan melakukannya.”
Sang Chul kaget mendengarnya, “Apa yang anda katakan?”
Ny Hong tiba-tiba tertawa, “Itu adalah contah yang ekstrem. Kau tidak akan menyuruh dia melakukan itu kan? Kalau begitu, sampai jumpa!” Ny Hong segera menutup teleponnya. Sang Chul benar-benar tak mengerti, contoh ekstrem apa itu. Ia akan kembali ke ruangannya tapi ponselnya kembali berdering. Telepon dari rumah, dari Bok Nyeo.
Bok Nyeo berkata kalau ada yang ingin ia tanyakan pada Sang Chul. “Apa aku boleh membersihkan setelan jas lama anda yang kotor?” Sang Chul mengijinkannya. Bok Nyeo bertanya lagi apa yang harus ia lakukan dengan benda yang ada di saku jas Sang Chul. Sang Chul tanya benda apa itu. Bok Nyeo berkata kalau itu sebuah kartu ucapan ulang tahun. Sang Chul heran kartu ucapan dari siapa. Bok Nyeo tak tahu karena dia hanya melihat bagian depannya saja. Ia belum membaca isinya. Sang Chul meminta Bok Nyeo memeriksa kartu ucapan itu dari siapa. Bok Nyeo membaca tulisan yang tertera disana itu dari Sun Young. Ia tampak terkejut, “Ini kartu ucapan dari istri anda!”
Sang Chul yang baru saja sampai di ruangannya terdiam terkejut. Bok Nyeo tanya apa yang harus ia lakukan dengan kartu ucapan ini. Sang Chul melihat Song Hwa juga masuk ruangan. Ia menyuruh Bok Nyeo meletakan kartu itu di mana saja.
Bok Nyeo menempelkan kartu ucapan itu di pintu kulkas berdampingan dengan tulisan ibu yang lain.
Bok Nyeo menempelkan kartu ucapan itu di pintu kulkas berdampingan dengan tulisan ibu yang lain.
Bok Nyeo berdiri di depan foto Sun Young. Ia menatap tajam foto itu. (hmmm kira-kira apa ya isi ucapan di kartu itu sepertinya bukan hanya sekedar ucapan ulang tahun)
Sang Chul mengambil air minum dari kulkas. Ia memperhatikan Bok Nyeo yang sedang memotong sayuran. Ia teringat ucapan Ny Hong.
‘Kalau dia diminta untuk membunuh seseorang, dia mungkin akan melakukannya’
Bok Nyeo tahu ada seseorang di belakangnya. Ia berhenti memotong sayuran, “Maaf tuan, tapi bisakah anda tidak berdiri di belakang saya.” Ucap Bok Nyeo dengan posisi pisau seperti mengancam.
Bok Nyeo tahu ada seseorang di belakangnya. Ia berhenti memotong sayuran, “Maaf tuan, tapi bisakah anda tidak berdiri di belakang saya.” Ucap Bok Nyeo dengan posisi pisau seperti mengancam.
Mendengar itu Sang Chul tersedak. Ia terkejut Bok Nyeo tahu dirinya mengamati di belakang. Sang Chul minta maaf ia beralasan kalau dirinya hanya terkejut melihat rumahnya begitu bersih. Bok Nyeo melanjutkan memotong sayurannya.
Hye Gyul menarik ayahnya untuk ikut dengannya. Hye Gyul menunjukan kamar mandi yang sudah bersih dan wangi. Tisu toilet pun sudah ada. “Bukankah ini bersih sekali? Bukankah ini terlihat seperti kamar sebuah hotel? Bukankah Bok Nyeo-nim yang terbaik.” sahut Hye Gyul
Sang Chul ke kamarnya. Ia membuka lemari pakaian, disana kemeja dan jas-nya sudah tertata rapi dan bersih. Kamarnya juga sudah terlihat lebih rapi. Hye Gyul menyentuh betapa lembut selimut yang terpasang di tempat tidur.
Sang Chul masuk ke kamar dua jagoannya. Disana juga sudah bersih dan rapi. “Ayah bukankah kamarnya bersih sekali?” Seru Se Gyul.
Hye Gyul menunjukan bunga-bunga yang berada di serambi rumah. Bunga-bunga yang tadinya mati dan kering sekarang sudah berganti menjadi bunga yang segar dan cantik. Taman bunga mini itu terlihat lebih indah. “Bunganya cantik, kan?” ujar Hye Gyul.
Saatnya makan malam. Wahhh menu makannya sangat mewah, tidak seperti biasanya yang makan seadanya karena tak bisa masak. Ayah dan keempat anak ini tak percaya dengan makanan yang terlihat sangat enak itu. Bok Nyeo berdiri diam di samping mereka.
“Bok Nyeo-nim, apa kau tak makan dengan kami?” tanya Hye Gyul. Bok Nyeo dengan sopan bilang kalau ia baik-baik saja. Sang Chul merasa kalau Bok Nyeo tak perlu bicara menggunakan kata-kata formal pada anak-anak. Bok Nyeo bilang kalau bicara seperti ini membuatnya merasa nyaman. Sang Chul pun tak memaksa. Karena tak cepat makan, Doo Gyul mengeluh kalau ia sudah kelaparan. Mereka pun makan.
Doo Gyul mencicipi setiap masakan, ia merasa heran. Ayahnya tanya ada apa, apa tidak enak. Doo Gyul bilang bukan begitu, ia menatap Bok Nyeo sejenak dan bicara pelan kalau ini benar-benar aneh, rasanya sama seperti masakan ibu.
“Dasar bodoh, resep ibu tertulis disana. Itu sebabnya rasanya sama.” Han Gyul menunjukan resep tulisan ibunya di pintu kulkas. Han Gyul bertanya pada Bok Nyeo, apa Bok Nyeo melihat resep masakan ibunya ketika sedang memasak. Bok Nyeo mengiyakan. Han Gyul berkata ini sangat bagus kalau rasa masakannya sama seperti masakah ibu, jadi kenapa Doo Gyul protes terus.
Doo Gyul berkata kalau resep boleh saja sama, tapi bukan berarti rasanya akan sama juga karena setiap orang masakannya memiliki rasa yang berbeda. Ia berbangga diri kalau dirinya memiliki indera perasa yang bagus. Karena yang lain mengabaikan perasaan aneh yang dirasakannya terhadap Bok Nyeo ia pun akan membiarkannya.
Se Gyul menunjukan pada ayahnya soal matematika yang tak bisa ia selesaikan. Sang Chul menarik nafas, ia sudah lama sekali ketika bisa menyelesaikan soal seperti ini, sekarang sudah lupa. Ia meminta tolong pada Han Gyul untuk membantu menyelesaikannya. Tapi Han Gyul tak mau, bukankah ayahnya tahu kalau ia kurang pintar dalam pelajaran matematika. Se Gyul mengeluh, jadi tak ada dari kita yang bisa menyelesaikanya.
Tiba-tiba Bok Nyeo menjawabnya, Persegi B dikurangi 4Ac sama dengan -5 Persegi dikurangi 4 dikali 3 dengan daya sama dengan -47. Itu kurang dari nol, jadi tak ada jawabannya.
Se Gyul melihat lagi soal itu, “Wah daebak. Dia benar.” Doo Gyul sangat yakin kalau Bok Nyeo pasti nyontek.
“Sampah...!” ucap Bok Nyeo mengagetkan Doo Gyul. “Hari ini adalah membuang sampah. Aku akan memisahkan jenis sampahnya.” Bok Nyeo keluar untuk membuang sampah.
Doo Gyul heran dengan pembantunya itu, “Apa dia baru saja memanggilku sampah?” Han Gyul tanya kenapa, apa itu menyinggung Doo Gyul.
Se Gyul berkata kalau soal tadi berasal dari soal olimpiade matematika. “Dia lebih cepat dari guruku. Apa dia lulus dari Universitas Nasional Seoul?” Han Gyul merasa itu tak mungkin kenapa dia bekerja disini kalau dia lulusan dari sana.
Doo Gyul tak peduli Bok Nyeo lulusan dari mana tapi yang jelas baginya Bok Nyeo itu mencurigakan. “Ayah apa kau tak merasakan apa-apa padanya? apa ayah akan mempertahankannya sebagai pembantu rumah tangga disini?” Hye Gyul tanya memangnya kenapa, ia sangat menyukai Bok Nyeo.
Sang Chul berkata kalau ia juga merasakan seperti yang Doo Gyul katakan. Ia memberi tahu kalau dirinya mendapat telepon dari Happy Company dan setelah menerima telepon itu ia merasa sedikit gelisah. Han Gyul dan yang lainnya penasaran, gelisah tentang apa.
Sang Chul : “Maksudku dia melakukan pekerjaannya dengan baik bahkan semuanya. Tapi ayah mendengar kalau dia akan melakukan apapun yang diperintahkan padanya dan sepertinya itu akan menjadi masalah.”
Doo Gyul makin penasaran, “Apapun yang diperintahkan padanya?” ia tampak tersenyum.
Se Gyul melihat senyum kakaknya yang mencurigakan. “Hyung, kau tak memikirkan sesuatu yang aneh kan?” Doo Gyul terbata-bata menjawab tentu saja tidak.
Se Gyul melihat senyum kakaknya yang mencurigakan. “Hyung, kau tak memikirkan sesuatu yang aneh kan?” Doo Gyul terbata-bata menjawab tentu saja tidak.
Sang Chul mengingatkan anak-anaknya agar mereka berhati hati. Ia melihat sekeliling takut kalau disana ada Bok Nyeo. “Jika dia disuruh untuk membunuh seseorang, dia mungkin akan melakukannya.”
Putra putri Sang Chul terkejut, membunuh?
Doo Gyul tak percaya, memangnya Bok Nyeo itu seorang pembunuh. Dia tak mungkin melakukan itu.
Komentar :
Yup secara keseluruhan hampir sama dengan versi doramanya tapi lebih banyak penambahannya hingga penggambarannya lebih jelas dan saya suka itu.
Tuh kan ada apa-apa antara Sang Chul dan Song Hwa (hubungan gelap, bahasa kerennya selingkuhan). Sang Chul sepertinya ingin melanjutkan hubungan asmara diam-diam mereka tapi sepertinya Song Hwa enggan. Setelah tahu Sang Chul pria yang sudah memiliki anak, dia kayaknya berusaha buat menjaga jarak deh. Hmm penasaran, awal ketika Song Hwa menjalin hubungan dengan Sang Chul, apa dia tahu kalau Sang Chul itu pria beristri dan punya anak.
Beberapa backsound di drama ini mengingatkan saya ke The Queen's Classroom hahaha....
Beberapa backsound di drama ini mengingatkan saya ke The Queen's Classroom hahaha....
kerenn, lanjutin ya Mbak Sinopsisnya, makin penasaran aja, ini sampai berapa episode mbak?
ReplyDeletesecara keseluruhan sih emng mirip sama yang doramanya, tp kyknya ini lbh seru deh :D
Menurut rencana katanya 20 episode. Iya mirip, namanya juga drama remake hehe
Deleteoh, Makasih Infonya :) iya hhehehe
Deletesemangat.......semangat.........semangat ........teruskan sinopsisnya aku akan setia membaca.
ReplyDeletelia bandung
semangat.......semangat.........semangat ........teruskan sinopsisnya aku akan setia membaca.
ReplyDeletelia bandung
Aku sdh lihat sampai ep 2 streaming tapi nggak tau artinya karena nggk ada subtitlenya. Lanjutin terus ya! Aza aza Fithing!!!
ReplyDeletemb Anis.....saya jadi beli dvd queen of office loh....haha...ketawa ga berhenti2...nontonnya....
ReplyDeleteHahaha iya kan.... Bagus kan ya... Saya aja nontonnya sampai sakit perut coz ketawa mulu....
DeleteKomentar dulu sebelum baca...Hahaha ketawa senang keluar juga sinopnya....semangat..semangat....
ReplyDeleteKayaknya seru mbak anis... Lanjutkn mbak, fighting! Aku ngikutin sinopnya aj deh..
ReplyDeleteMba Part 2 kapan diposting?
ReplyDeleteMba Anis makasih sinopnya ^^
ReplyDeleteMasih belum apal nama anak-anaknya. Jadi suka ke tuker.hehe... Di tunggu kelanjutannya. Fighting!
-Yumenas-
ternyata adaptasi dari dorama kaseifu no mitta ya :D
ReplyDeletepantes aja lurnya sama
ternyata hasil adaptasi dari kaseifu no mitta ya :D
ReplyDeletepantes aja alurnya bener2 mirip
Paz Baca Sinopsis Part I, aku ngerasa de javu... aku kira udah pernah aku baca sebelumx, ternyata ceritax persis J-Drama "Kaseifu No Mita"... :D
ReplyDelete