Monday 23 September 2013

Sinopsis Queen of Ambition Episode 17 Part 2

--------------------------------------------------------
Ha Ryu berada di kantor pengacara. Sam Do mengambilkan air minum untuknya. Sam Do bertanya apa Ha Ryu tak bisa menebak dimana Joo Da Hae bersembunyi. Ia menilai kalau Da Hae itu tak takut pada apapun. Kalau dia tertangkap Baek Hak tak akan membiarkannya. Kalau dia punya rasa takut, dia tak akan hidup seperti ini.

Ha Ryu tak bisa membiarkan Da Hae ditangkap oleh Baek Hak, “Sebelum dia dibunuh oleh Presdir Baek kita harus menemukanya lebih dulu dan membuatnya membayar atas kejahatannya.”

Sam Do ingin tahu bagaimana caranya. Ha Ryu menunjukan bukti foto Yang Hoon yang berada di tepi sungai. “Kita tak perlu bergerak lebih dulu. Kita harus membuat Joo Da Hae datang sendiri pada kita. Aku akan menemui Joo Yang Hoon dengan foto ini.”
Da Hae membuka file rahasia Baek Hak yang ia curi dari kamar Presdir Baek. Disana ada video. Da Hae melihatnya. Video itu rekaman perbincangan antara Presdir dengan Walikota Seok Tae Il.
Saat itu Seok Tae Il masih menjadi pengacara. Presdir memuji kerja bagus yang ditunjukan Seok Tae Il padanya. Seok Tae Il yang cemas bertanya apa adik Presdir tak merasa curiga. Presdir bilang tidak karena Ji Mi percaya kalau suaminya meninggal karena bunuh diri. Seok Tae Il masih cemas bagaimana kalau terungkap hal itu bukan bunuh diri dan bagaimana kalau terungkap bahwa Presdir Baek juga ada kaitannya dengan kematian tersebut.

Presdir marah menggebrak meja, bukankah itu ide Seok Tae Il untuk membuat suami Ji Mi terlihat seperti bunuh diri. “Apa sebenarnya maksudmu menyinggung hal itu sekarang?”
Seok Tae Il menatap tajam, “Presdir aku ingin menjadi walikota Seoul!” Presdir tertawa dengan keinginan Seok Tae Il. Seok Tae Il berkata bukankah setidaknya Presdir bisa melakukan itu untuknya. Presdir berkata Seok Tae Il mungkin berfikir sudah menggenggam kelemahannya tapi percakapan keduanya sekarang terekam.

Presdir menunjukan pena perekamnya. (Kenapa yang dijadikan rekaman pena ya, di CYHMH, AGD dan sekarang di Yawang) Presdir mengingatkan kalau keduanya akan membawa masalah ini sampai ke liang kubur masing-masing. “Disaat kau membicarakannya kau tak akan selamat!”
Da Hae tersenyum puas mengetahui rahasia besar ini. Ia mengcopy dokumen Baek Hak. Ia juga mem-fotocopy semua file rahasia Baek Hak. Ia juga membakar dokumen (dokumen apa ya yang dibakar).
Ha Ryu menemui Yang Hoon di bar. Yang Hoon malas bicara dengan Ha Ryu, “Apa yang kau inginkan?” tanya Yang Hoon. Ha Ryu melihat wajah Yang Hoon babak belur seperti dipukuli, tapi ia tak menanyakan alasannya. “Pada tanggal 19 Februari apa kau pergi ke sungai Wol San di Paju?”

Yang Hoon marah dan memukul meja dengan keras, berapa kali ia harus memberi tahu, “Sudah kubilang aku tidak kesana. Aku bahkan tak tahu itu dimana!” bentak Yang Hoon.

Teriakan Yang Hoon tak membuat Ha Ryu gentar. Ia mengeluarkan bukti kebenaran kalau Yang Hoon berada di tempat yang ia maksud. Yang Hoon melihat foto-foto itu dan tercengang dirinya tertangkap kamera berada disana.
Ha Ryu : “Pada tanggal 19 Februari hari dimana Hyung-ku meninggal kau bilang kau tak pergi ke sungai itu atau bahkan tak tahu itu dimana. Bagaimana kalau aku pergi ke kantor polisi sekarang? apa yang akan terjadi kalau aku menyerahkan ini sebagai bukti? Aku tak berfikir kalau kaulah orang yang membunuh Hyung-ku. Pembunuh sebenarnya adalah Joo Da Hae.”

Yang Hoon terlihat melunak, “Apa kau akan membicarakan itu lagi?”
Ha Ryu berkata kalau waktu itu ia sudah memberi tahu Yang Hoon. “Kalau kau tetap berada di samping Da Hae maka kau akan melakukan lebih banyak kejahatan.”

“Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?” tanya Yang Hoon.

Ha Ryu : “Kalau kau mengaku dan menunjukan bukti bahwa kau mendapat perintah membunuh dari Joo Da Hae, aku akan membantu mengurangi hukumanmu.”

Ha Ryu meminta Yang Hoon memikirkan penawarannya dengan baik, “Entah kau ingin membusuk di penjara lebih dari 10 tahun atas pembunuhan atau membuat pembunuh yang sebenarnya membayar kejahatannya sendiri. Dengan begitu kau bisa segera mendapatkan hidup yang baru.” Yang Hoon tampak berfikir dan menimbang-nimbang keputusan apa yang harus diambilnya.
Yang Hoon menuju suatu tempat. Di belakangnya tanpa diketahui oleh Yang Hoon, Sam Do dan Taek Bae mengikutinya. Yang Hoon masuk ke sebuah kafe. Karena Yang Hoon tak begitu mengenal Taek Bae maka Taek Bae yang masuk ke kafe untuk mencari tahu, Sam Do menunggu diluar.
Yang Hoon menunggu kedatangan seseorang. Taek Bae menghampiri Yang Hoon, ia berpura-pura mengatakan kalau Yang Hoon seperti teman sekolahnya. “Apa kau alumni SMA Dae Bong?” tanya Taek Bae sambil menempelkan perekam di bawa meja Yang Hoon. Yang Hoon bilang bukan. Taek Bae mina maaf dan berlalu dari sana.
Taek Bae duduk di meja belakang Yang Hoon. Ia mengenakan topi untuk menyamarkan keberadaannya. Ia mulai menyalakan alat perekamnya.

Orang yang ditunggu Yang Hoon adalah Da Hae. Da Hae tanya apa kakaknya bertemu dengan Ha Ryu. Apa kakaknya diancam lagi. Yang Hoon mengatakan kalau sekarang Ha Ryu memiliki bukti foto. “Di hari Hyung-nya Ha Ryu dibunuh foto mobilku di dekat sungai dan aku yang keluar dari mobil yang terfoto. Foto itu bahkan punya tanggal.” Jelas Yang Hoon.

Da Hae : “Apa siapapun yang pergi ke sungai itu pembunuh? Itu tidak benar. Ha Ryu melakukan itu hanya untuk menakutimu. Sudah kubilang padamu jangan terpancing.”
Yang Hoon yang cemas kembali mengatakan kalau dirinya ada di foto itu. “Sekarang kita mungkin akan masuk penjara karena membunuh.”

Da Hae : “Yang Hoon Oppa, apa maksudmu dengan kita? Kenapa kau membawa-bawa aku dalam hal ini?”

Yang Hoon terkejut kenapa Da Hae mau lepas tangan begitu saja, “Kau memintaku untuk membunuh Ha Ryu.”

Da Hae mengingatkan kalau ia hanya meminta Yang Hoon untuk mengurus Ha Ryu. “Bahkan kalau memang begitu, apa kau akan mengaku dan memasukanku ke penjara?”

Yang Hoon berkata memangnya ia gila mengatakan itu. Da Hae menyuruh Yang Hoon pergi dan memberi tahu polisi kalau Yang Hoon tak tahu apapun tentang foto itu. “Memangnya apa yang bisa mereka lakukan dengan sebuah foto? Ha Ryu hanya mempermainkanmu dengan sebuah foto. Jangan terpancing.”

Yang Hoon : “Kau tahu apa? aku tak seharusnya membiarkannya begitu.”

Taek Bae yang dari tadi mendengarkan sambil merekam melirik ke arah Sam Do yang berada di luar kafe. Sam Do bertanya dengan kode apa sudah berhasil. Taek Bae mengangguk.
Sam Do dan Taek Bae kembali ke kantor pengacara. Disana Ha Ryu sudah menunggu, “Apa semuanya berjalan lancar?” tanya Ha Ryu. Sam Do berkata kalau kali ini mereka sudah mendapatkannya. Taek Bae menyerahkan hasil rekaman dan meminta Ha Ryu mendengarkan bagian yang penting.
 
Ha Ryu mendengarkan perekam itu dan terdengarlah suara Da Hae dan Yang Hoon mengenai apa yang keduanya bicarakan tadi. Ha Ryu menilai kalau rekaman ini seharusnya sudah cukup untuk mengirim Joo Da Hae ke penjara karena membantu pembunuhan. Menurut Sam Do yang namanya membantu pembunuhan itu bisa diartikan dengan melakukan pembunuhan.

Taek Bae : “Hyung, sekarang saatnya kita mendapatkan Joo Da Hae.”

Sam Do : “Joo Da Hae ditendang keluar dari rumahnya Presdir Baek dan bersembunyi dengan dokumen rahasia Baek Hak.”

Ha Ryu : “Aku akan membuatnya bertemu dengan kita dan menukar antara dokumen dengan rekaman ini. Kalau dia datang dengan koper itu, kita berikan itu pada Baek Hak sebagai hadiah. Aku akan menyerahkan Joo Da Hae dan rekaman ini pada polisi dan membuatnya dihukum secara hukum.”
Ha Ryu yang sekarang sendirian di kantor menatap perekam yang ada di tangannya. “Joo Da Hae sepertinya kita sudah hampir mengakhiri perjalanan ini. Joo Da Hae, ketika kau dihukum aku ingin kau menangis menyesali atas apa yang sudah kau perbuat. Itu akan menjadi isyarat terakhirmu untuk Eun Byul dan Hyung-ku.” batin Ha Ryu.
Ha Ryu menghubungi Da Hae. Ketika terdengar suara Da Hae menjawab panggilan teleponnya, Ha ryu memutar hasil rekaman pembicaraan Da Hae dengan Yang Hoon. Da Hae yang mendengar suaranya sendiri terkejut bukan main. Ia mematikan ponselnya.
Menyadari kalau dirinya dalam bahaya Da Hae menghubungi Ha Ryu. Ia ingin bertemu secara langsung dengan Ha Ryu. Ha Ryu tentu saja bersedia, “Tapi bukankah ada barang yang perlu kita tukarkan?” ucap Ha Ryu. Ia akan membawa rekaman yang baru saja Da Hae dengarkan dan Da Hae harus membawa koper yang berisi dokumen Baek Hak.
Do Kyung menamani Presdir di rumah sakit. Ia meminta ayahnya bersikap lebih tenang kalau tidak itu akan membuat tekanan darah ayahnya naik lagi. Presdir yang masih emosi berkata bagaimana ia bisa tenang, ini krisis terbesar sejak berdirinya Baek Hak. Kita sudah salah membawa Joo Da Hae masuk. Ia sudah mempertaruhkan semua seumur hidupnya demi Baek Hak, bagaimana ini bisa terjadi.
Do Hoon sampai di depan pintu ruang perawatan Presdir, ia tak segera masuk melainkan mendengarkan apa yang Presdir dan Do Kyung bicarakan tentang Da Hae.
Presdir heran bukankah Do Kyung yang paling keras menentang Da Hae. Apa alasan Do Kyung tiba-tiba menerima Da Hae masuk ke keluarga Baek. Do Kyung berkata kalau ia tak punya pilihan lain. Presdir tak mengerti apa maksud putrinya dengan tak punya pilihan lain. “Apa ada sesuatu yang ayahmu ini tidak tahu? Sebenarnya apa itu? beritahu aku!”

Do Kyung : “Joo Da Hae memberikan hasil tes DNA antara Do Hoon dan aku. Jika aku menentang pernikahan mereka, pada Do Hoon, fakta bahwa aku bukan kakak melainkan ibunya, dia bilang dia akan memberi tahukan itu pada Do Hoon.”
Do Hoon yang berada di luar terkejut mendengar apa yang dikatakan Do Kyung.

Presdir marah, “Apa dia mengancammu? Berani-beraninya dia? Joo Da Hae.” Presdir geram.
“Karena itu kenapa aku setuju. Aku tak ingin menyakiti Do Hoon. Do Hoon akan hancur.” Do Kyung menitikan air mata, “Sejak melahirkannya, selama ini aku sudah hidup sebagai kakaknya. Jadi dari anak itu, aku sudah menarik hak dipanggil dengan sebutan ibu.” Do Kyung menangis berkata kalau ia tak punya hak untuk menyakiti Do Hoon.
Do Hoon yang tak menyangka kalau Do Kyung ibu kandungnya hanya bisa menitikan air mata terkejutnya. Tubuhnya tiba-tiba lemas, ia sudah banyak berbuat salah pada seseorang yang ternyata ibu kandungnya.
Do Hoon berjalan setengah melamun, hingga seseorang yang bertabrakan dengannya pun ia abaikan. Pandangannya kosong.
Do Hoon menyendiri di tangga rumah sakit. Ia meluapkan semua kesedihan dan rasa bersalahnya pada Do Kyung. Ia mengingat bagaimana Do Kyung begitu sayang padanya, sayang yang melebihi seorang kakak pada adiknya. Menemani dirinya disaat impiannya hancur karena kecelakaan. Kasih sayang itu Do Kyung tunjukan karena dia adalah ibu kandungnya. Tapi ia malah membuat wanita yang begitu menyayanginya itu menangis, ia menyesal karena lebih mempercayai Da Hae yang sekarang menusuk keluarganya dari belakang.
Do Kyung yang membawa bunga melihat Do Hoon duduk sendirian di depan ruang rawat ayahnya. Ia bertanya kenapa Do Hoon ada di luar, ia mengatakan kalau Presdir akan pulang ke rumah besok.
Do Hoon menatap lekat-lekat wajah wanita yang sekarang ia ketahui sebagai ibu kandungnya. Do Kyung heran kenapa Do Hoon terlihat begitu letih. Ia bertanya haruskah ia pulang untuk memasakan nasi goreng kimchi yang Do Hoon suka. Do Hoon tetap diam menatap Do Kyung. Do Kyung semakin heran kenapa Do Hoon menatapnya seperti itu.

Do Hoon tersenyum, “Itu karena kau cantik.”

“Omong kosong.” sahut Do Kyung.

Do Kyung menggenggam tangan Do Hoon. Ia mengajak Do Hoon masuk ke ruang rawat Presdir. Do Hoon terdiam menatap sedih genggaman tangan Do Kyung. Ia kemudian tersenyum dan keduanya masuk ke ruang rawat Presdir.
Presdir Baek terlelap, Do Hoon memasukan tangan Presdir ke balik selimut. Do Kyung memperhatikan apa yang dilakukan Do Hoon. Puk puk puk, Do Kyung menepuk pelan pantat Do Hoon, “Aigoo... kau menjadi putra yang baik sekarang.” sahut Do Kyung.

Do Hoon ingin Do Kyung membuatkan nasi goreng kimchi double untuknya malam ini. Do Kyung berjanji akan membuatkannya. Keduanya tersenyum. Do Hoon diam tak mengatakan kalau ia sudah mengetahui bahwa Do Kyung ibu kandungnya.
Ha Ryu masuk ke ruang rawat Presdir. Do Hoon tak senang melihatnya. Do Kyung mengatakan pada Ha Ryu kalau ayahnya sedang tidur. Ketiganya pun keluar.
Ha Ryu ikut senang presdir sudah bisa pulang ke rumah. Do Kyung tanya apa Ha Ryu sudah menemukan kopernya. Ha Ryu mengangguk. Ia akan menemui Joo Da Hae untuk mendapatkan kopernya.

“Kau akan menemui Da Hae?” tanya Do Hoon terkejut. Ha Ryu mengangguk. Do Hoon tampak memikirkan sesuatu. Ia pun permisi beralasan kalau dirinya harus mengurus sesuatu. Do Kyung tanya bagaimana dengan makan malamnya. Do Hoon berkata kalau ia akan pulang untuk makan nasi goreng kimchi bersama Do Kyung.

Ha Ryu juga harus segera pergi. Do Kyung mengerti, ia berharap Ha Ryu mengurus masalah koper itu. Sebelum Ha Ryu pergi, Do Kyung mengundang Ha Ryu untuk makan malam bersama keluarganya. Ha Ryu tersenyum menerima undangan Do Kyung.
Ha Ryu menuju mobilnya yang ada di parkiran. Tanpa ia ketahui Do Hoon juga ada disana mengamati dan membuntuti Ha Ryu.
Ha Ryu menepikan mobilnya di tepi jalan. Ia keluar dari mobil dan menerima sms dari Da Hae yang meminta dirinya untuk menelepon ke sebuah nomor ponsel. Ha Ryu menurutinya, ia menghubungi nomor ponsel yang Da Hae kirimkan. Da Hae yang menjawab, hmm nomor ponsel lain nih.

Ha Ryu yang tak melihat keberadaan Da Hae bertanya dimana Da Hae. Da Hae yang sudah ada disana menyuruh Ha Ryu berjalan beberapa langkah ke depan dari tempat Ha Ryu berdiri. “Jika kau berjalan ke depan kau akan melihat mobil di parkiran kosong.”

Ha Ryu mengikuti apa yang Da Hae instruksikan. Ia pun melihat Da Hae berada di tengah lapang dengan sebuah mobil yang ada di sebelahnya. Tak jauh dari sana mobil Do Hoon pun terparkir. Do Hoon tetap berada di mobilnya mengamati situasi.
Sambil tetap menelepon, Da Hae menyuruh Ha Ryu berhenti berjalan. Ha Ryu menyindir tipu muslihat seperti apa lagi yang akan Da Hae mainkan. Da Hae berkata kalau ia akan melakukan pertukaran dengan adil. Ha Ryu heran kalau begitu kenapa Da Hae berdiri jauh disana. Da Hae berkata jika ia dan Ha Ryu berdekatan, ia tak tahu apa yang akan ia dan Ha Ryu lakukan nanti karena ia dan Ha Ryu berkeinginan untuk saling membunuh. Ha Ryu tertawa, ia merasa kalau Da Hae masih ingin hidup. “Mungkin karena itu kenapa kau mencuri barang milik Presdir Baek. Apa kau benar-benar ingin terus menyedihkan seperti itu? Bukankah sudah waktunya untuk menyerah?”

Da Hae : “Seperti dirimu yang berpura-pura menjadi pengacara, jika aku hidup di belakang orang lain, aku mungkin sudah lama mengakhiri hidupku.”

Ha Ryu : “Begitu? Apa yang bisa kukatakan adalah kau menyedihkan. Tak peduli betapa aku berusaha untuk mengucapkan hal baik, kau tak tahu bagaimana menerimanya. Kau memang menyedihkan.”
Ha Ryu akan berjalan mendekat tapi Da Hae melarang menyuruh Ha Ryu tetap berdiri dimana Ha Ryu berada. Ha Ryu curiga apa yang akan Da Hae lakukan, bukankah Da Hae bilang ingin melakukan pertukaran yang adil. Apa Da Hae membawa koper dokumen milik Presdir Baek. Da Hae memberi tahu kalau 2 koper dan USB semuanya ada di dalam mobil. Ia bertanya apa Ha Ryu membawa rekamannya.

Ha Ryu menunjukan rekaman yang dibawanya. Da Hae menyuruh Ha Ryu meletakan rekaman itu di kursi supir. “Kau ambil 2 koper dan USB-nya dan silakan pergi.” Da Hae menutup teleponnya. Ha Ryu perlahan melangkah menuju mobil untuk meletakan perekam sekaligus mengambil koper dan USB tapi seseorang datang memanggilnya, “Pengacara Cha!” panggil orang itu yang ternyata Do Hoon. Ha Ryu dan Da Hae terkejut melihat kedatangan Do Hoon.
Do Hoon : “Jae Woong hyung, jika kau punya sesuatu untuk ditukarkan, aku yang akan mengambilnya. Kau tetaplah disini.”

Ha Ryu ragu, “Apa kau mengikutiku sejak dari rumah sakit?” Da Hae terlihat cemas karena disana ada Do Hoon.

Do Hoon berkata pada Ha Ryu kalau ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Da Hae. Ha Ryu berkata kalau ia juga ada sesuatu yang perlu ia lakukan dengan Da Hae. Do Hoon memohon, ia meminta Ha Ryu kembali ke mobil saja dan menunggu, ada sesuatu yang perlu ia katakan pada Da Hae. Do Hoon meminta rekaman itu diberikan padanya dan ia sendiri yang akan mengambil koper ayahnya. Melihat kesungguhan hati Do Hoon, Ha Ryu menyerahkan rekaman itu pada Do Hoon. Sekali lagi Do Hoon meminta Ha Ryu menunggu di mobil. Ia berjanji kalau ini tak akan lama. Ha Ryu mengerti ia pun akan pergi dari sana.
Do Hoon berjalan mendekat ke arah Da Hae. Da Hae terlihat cemas dan berjalan mundur. Ha Ryu berbalik badan melihat Do Hoon yang mendekat ke arah Da Hae.

Da Hae meminta Do Hoon jangan mendekat ke arahnya. Keduanya berdiri terhalangi mobil yang terparkir disana. Do Hoon ingin Da Hae mendekat padanya. Ia perlu menanyakan sesuatu pada Da Hae.
“Apa itu?” tanya Da Hae.

“Aku tak bisa mendengarmu dengan baik. Mendekatlah!” pinta Do Hoon. “Kau ingin pertukaran ini kan?” Do Hoon menunjukan rekaman yang sekarang ada di tangannya. “Kau perlu mengambil ini, kenapa kau berdiri disana? aku akan meletakan ini di mobil.” (Do Hoon kan ga tahu apa isi rekaman itu)

“Jangan buka pintu mobilnya!” teriak Da Hae melarang Do Hoon yang akan membuka pintu mobil. “Menjaulah dari mobil!”

Ha Ryu berdiri diam tak jauh dari sana memperhatikan keduanya.

Da Hae mendekat ke arah Do Hoon. Do Hoon berkata kalau ia harus menanyakan sesuatu pada Da Hae. Da Hae berkata kalau ia sengaja membawa koper Presdir Baek untuk bertahan.
“Apa kau mencintaiku?” tanya Do Hoon dengan tatapan sedih. Da Hae diam. Aku datang untuk mendengar jawabannya langsung darimu. Apa kau menikahiku karena kau juga mencintaiku? Aku bertanya padamu untuk terakhir kalinya. Tolong jawab dengan jujur. Aku mencintaimu. Apa kau menikah denganku karena mencintaiku juga?”

“Tentu saja!” jawab Da Hae.

“Aku menikahimu karena aku mencintaimu!” Do Hoon menunduk sedih, “Kalau kau menikahiku karena mencintaiku, kau tak seharusnya mengancam ibuku.” Do Hoon kemudian menatap tajam Da Hae, “Fakta bahwa kakakku adalah ibuku, kau mengancam akan menyebarkannya pada publik. Kau mengancamnya untuk mendapatkan persetujuan kita menikah.”
Do Hoon terlihat sedih campur marah, “Apa kau bisa membayangkan betapa terlukanya kakakku? Baek Do Kyung, kakakku, hah? Betapa menyakitkannya itu? Karena dia diancam oleh wanita yang ingin dia bunuh. Dia harus menerima wanita itu sebagai menantu perempuannya. Betapa menyakitkannya itu? Dia pasti sangat ingin membunuhmu.”
Do Hoon yang hatinya penuh kemarahan dan kesedihan berjalan mendekat ke arah Da Hae. Da Hae mundur ketakutan.

Do Hoon : “Larilah Da Hae. Aku.... akan membunuhmu sekarang. Aku tak akan pernah bisa memaafkanmu. Kau pantas mati di tanganku!”

Da Hae yang mundur ketakutan lari menjauh. Ha Ryu yang berdiri diam akan mendekat ke arah mereka.
Melihat Da Hae lari, Do Hoon akan mengambil koper berisi dokumen Baek Hak. Do Hoon membuka pintu mobil dan bledarrrr.... terdengar suara ledakan dahsyat disusul api yang membumbung membakar mobil. Do Hoon terpental dan langsung tak sadarkan diri. Da Hae berbalik terkejut mendengar suara ledakan. Ia ketakutan gemetaran.
Ha Ryu yang juga terkejut langsung lari ke arah Do Hoon yang terkapar. Da Hae yang ketakutan kabur dari sana. Ha Ryu mengguncang-guncangkan tubuh Do Hoon yang tak sadarkan diri. Ia berulang kali berteriak memanggil nama Do Hoon.
Do Kyung berada di rumah menyiapkan makan malam dengan menu nasi goreng kimchi yang menjadi kesukaan Do Hoon. Ponselnya berdering, Do Kyung menjawabnya. Tak lama kemudian terdengar suara benda jatuh dari arah dapur. Hmm sepertinya Do Kyung menjatuhkan sesuatu karena terkejut mendengar kabar yang mengejutkan. Do Kyung langsung lari gemetaran sambil berulang kali menyebut nama Do Hoon.
Do Kyung sampai di rumah sakit. Ia melihat di luar ruang UGD, Ha Ryu bersama seorang dokter. Ia yang cemas dan ketakutan bertanya apa yang terjadi pada Do Hoon, “Dia baik-baik saja kan?” Ha Ryu dan dokter diam. Do Kyung bertanya sekali lagi pada Ha Ryu, “Do Hoon ku baik-baik saja kan? Dia hanya terluka sedikit kan?” Ha Ryu diam tak bisa menjawab.

Do Kyung bertanya pada dokter, “Itu tidak serius kan? Dia akan baik-baik saja kan? Apa aku bisa menemuinya sekarang? Tolong tunjukan padaku bagaimana keadaan Do Hoon. Dokter, tolong katakan padaku, Do Hoon yang terluka sekarang, dia akan pulih kan?”

Dokter pun akhirnya bicara, “Kita akan tahu keadaannya setelah melewati malam ini.”
Kaki Do Kyung lemas. Ia seolah tak bisa menyangga tubuhnya. Jikalau Ha Ryu tak menangkapnya ia mungkin ambruk ke lantai. Do Kyung menangis di pelukan Ha Ryu mengetahui keadaan buruk yang menimpa Do Hoon.
Di pesawat, dimana Da Hae dan Walikota Seok berada. Walikota Seok berkata kalau ia terkejut karena Da Hae mengiriminkan tiket pesawat secara tiba-tiba. “Kenapa kau ingin bertemu di pesawat yang menuju Amerika?”

Da Hae : “Tempat ter-aman sekarang adalah 14 jam penerbangan menuju New York. Disana tempat dimana Presdir Baek tak akan pernah bisa ikut campur.”

Walikota Seok membenarkan. Da Hae tahu kalau akhir-akhir ini Walikota Seok pasti sedih karena Presdir Baek meminta Walikota Seok untuk mundur dari kursi pencalonan bakal presiden.

Walikota Seok : “Apa sebenarnya yang harus kita bicarakan selama 14 jam penerbangan ini?”
Da Hae berkata kalau ia akan langsung ke inti utamanya. “Presiden Korea yang berikutnya adalah Seok Tae Il. Lakukan pemilihan presiden tahun ini. Jika kau menyerah pada Baek Hak sebagai harga yang kau bayar, tentu kau akan menang pada pemilihan.”

Walikota Seok : “Apa kau menyuruhku untuk mengkhianati Baek Hak?”

Da Hae : “Kenapa kita tidak langsung saja? Jauh di dalam hatimu, kau sebenarnya membenci Presdir Baek Chang Hak.”

Walikota Seok tersenyum simpul, “Sebagai menantu perempuan yang ditendang keluar dari keluarga Baek Hak, apa itu cara terbaik melampiaskan kemarahanmu?”

Da Hae tertawa, “Di dalam rumah mereka menyebutmu anjingnya Baek Hak. Diantara kau dan aku, kita punya banyak persamaan.”
Walikota Seok tentu saja tak bisa percaya begitu saja pada Da Hae. Da Hae berkata kalau ia memiliki beberapa dokumen yang bisa menghancurkan Baek Hak. Da Hae membuka dokumen di tab-nya. Walikota Seok tekejut begitu melihat dan membacanya.

Da Hae : “Ketika kita tiba di New York, kau segera hubungi wartawan luar negeri. Kau bukannya mengundurkan diri pada pemilihan Presiden tapi sedang melakukan persiapan. Kau menyerang Baek Hak dari belakang dan kau bisa memulai lagi semuanya.”
Walikota Seok menatap terkejut dengan semua rencana yang sudah dipersiapkan Da Hae.
Da Hae tersenyum penuh keyakinan.

3 comments:

  1. da hee mengerikan!!thanx dipost lagi,sudah ditunggu lama..

    ReplyDelete
  2. Jujjr,gw salut am da hae.hebat n top bgt actingny berhsl

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.