Da Hae berada di kantornya, ia duduk cemas. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang basah mengalir di kepalanya. Bibi Ji Mi mengguyur Da Hae dengan air vas bunga. Da Hae menatap diam Bibi Ji Mi.
“Kau telah mengkhianatiku kan?” Ujar Bibi Ji Mi terus mengguyur kepala Da Hae. “Untuk menyelamatkan diri sendiri beraninya kau mengkhianatiku? Kupikir semuanya berjalan dengan baik, kenapa kau bisa kalah dengan sekali serangan?”
Bibi Ji Mi terus mengguyur Da Hae yang diam saja. Ia penasaran siapa yang membuat Da Hae jadi seperti ini. Bukankah Da Hae tahu betul kalau ia bisa membunuh Da Hae kapanpun ia mau. Ia benar-benar tak bisa memahaminya kenapa Da Hae tiba-tiba jadi seperti ini.
Da Hae yang dari tadi diam saja berkata kalau ia akan melakukan apa pun yang Bibi Ji Mi minta. Ia mohon Bibi Ji Mi menyelamatkannya. Bibi Ji Mi tertawa remeh dengan sikap Da Hae. ia tak heran karena yang namanya manusia tak akan pernah puas. Bibi Ji Mi akan keluar tapi Da Hae menahan tangannya. Da Hae memohon pada Ji Mi.
Bibi Ji Mi heran kenapa Da Hae masih memanggilnya dengan sebutan Bibi menurutnya sama sekali tak menyenangkan bermain keluarga dengan Da Hae. Bibi Ji Mi kembali akan keluar dari ruangan Da Hae tapi sesaat kemudian ia berbalik menatap Da Hae, “Bagi Do Hoon kau mungkin sebuah bunga yang cantik tapi kau tak pantas menjadi akar bagi Baek Hak.” Bibi Ji Mi memandang remeh dan meninggalkan ruangan Da Hae.
Ha Ryu dan Do Kyung makan malam bersama. Ketika keduanya selesai makan Ha Ryu bertanya-tanya apa keduanya makan terlalu cepat. Do Kyung membenarkan. Ha Ryu berkata kalau sebenarnya ada yang ingin ia katakan pada Do Kyung.
Ha Ryu menyampaikan kalau ada sesuatu yang belum ia katakan pada Do Kyung. Ia merasa telah menipu Do Kyung karena tak memberitahu apapun pada Do Kyung. Ia tak bisa tenang seharian ini. Ia bimbang untuk mencari waktu yang tepat agar bisa menjelaskannya pada Do Kyung. Karena sekarang sudah ada makanan penutup maka ia pun akan menjelaskannya. “Sebenarnya aku.…..”
Tiba-tiba Do Kyung menyela meminta Ha Ryu menahan hal yang ingin Ha Ryu jelaskan padanya. “Aku juga memiliki sesuatu yang belum aku katakan padamu, tapi aku masih tak punya keberanian untuk memberitahumu.” Do Kyung tak tahu kapan ia akan mengatakan ini pada Ha Ryu. Tapi sebelum Ha Ryu menceritakan kisah Ha Ryu ia ingin dirinya lah yang menceritakan kisah hidupnya lebih dulu pada Ha Ryu. “Sampai aku mengumpulkan keberanianku, bisakah kau menunggu?”
Ha Ryu mengerti ia tak akan menjelaskan apapun tentang dirinya sebelum Do Kyung yang menceritakan lebih dulu. (huwaaaa Do Kyung sendiri masih belum berani cerita tentang perasaannya jadi Do Kyung ingin Pengacara Cha ini menahan diri untuk tak cerita dulu)
Do Kyung mengantar Ha Ryu pulang. Keduanya turun dari mobil, Ha Ryu berterima kasih karena Do Kyung sudah mengantarnya pulang. Do Kyung melihat-lihat daerah sekitar tempat tinggal Ha Ryu. Ha Ryu menunjukan dimana rumahnya. Do Kyung mempersilakan Ha Ryu masuk ke rumah tapi Ha Ryu ingin Do Kyung masuk ke mobil dulu. Hahaha.
Ha Ryu membukakan pintu mobil untuk Do Kyung. Do Kyung akan masuk ke mobilnya tapi ia berhenti sejenak dan berbalik badan menatap Ha Ryu.
Soo Jung berdiri tak jauh dari sana, ia berniat mengunjungi Ayah Cha. Ia melihat keduanya.
Do Kyung berkata kalau Ha Ryu pernah mengatakan padanya agar ia jujur pada perasaannya. “Bagiku, perasaan yang datang itu aku ingin menerimanya. Sejujurnya, akhir-akhir ini semuanya menjadi sulit bagiku. Karena kau ada di sisiku aku bisa melewatinya.”
Do Kyung ragu tapi ia memberanikan dirinya mendekat pada Ha Ryu. Ia menyandarkan tubuhnya untuk memeluk Ha Ryu.
Soo Jung yang melihat keduanya tentu saja sangat terkejut. Ia tak menyangka kalau hubungan keduanya sedekat itu. Ha Ryu pun mengangkat tangannya untuk mendekap Do Kyung erat. Do Kyung merasakan kenyamanan ketika ia memeluk Ha Ryu. Do kyung melepas pelukannya, ia permisi pulang.
Setelah Do Kyung pergi, Soo Jung memanggil Ha Ryu. “Hei, kau!” Ha Ryu tentu saja kaget melihat Soo Jung berdiri disana memperhatikan dirinya. Ia menebak kalau Soo Jung pasti sudah melihat semuanya.
Keduanya bicara di taman bermain. Soo Jung meminta penjelasan atas apa yang dilihatnya tadi. Tapi Ha Ryu diam saja. Soo Jung marah kenapa Ha Ryu tak bisa menjawab pertanyaannya. “Balas dendam Jae Woong yang kau rencanakan, apakah termasuk mempermainkan perasaan seseorang? Atau, apa kau sungguh menyukainya?”
“Bukan begitu…!” kata Ha Ryu menyanggah tuduhan Soo Jung.
Soo Jung : “Kalau bukan begitu kau seharusnya tak memberikan harapan padanya.”
Ha Ryu diam menunduk. Soo Jung berkata bahwa yang namanya cinta itu akan terjadi hanya ketika kau merasakannya dengan hati. “Kau bisa memendamnya dalam hati, tapi sekali kau mengucapkannya emosi yang tak terkendali akan tumbuh. Apa kau tak tahu itu? Cinta, hanya akan menjadi indah ketika itu tulus. Hanya ketika itu tulus.”
Ha Ryu terdiam mendengarkan ucapan panjang lebar Soo Jung. Soo Jung pun berlalu meninggalkan Ha Ryu.
Do Kyung terkejut mendengar dari ayahnya bahwa Da Hae mengungkapkan kelahiran Do Hoon. Ia marah dan akan melabrak Da Hae karena sudah mengatakan ini pada ayahnya. Tapi Presdir Baek manahan Do Kyung dan meminta putrinya untuk tenang.
Presdir Baek meminta Do Kyung duduk mendengarkan penjelasannya. Presdir berkata yang menjadi masalahnya sekarang adalah agar masalah itu tak diketahui publik (kenyataan bahwa Do Kyung ibunya Do Hoon, jangan sampai publik tahu) Presdir berharap agar Do Kyung jangan sampai gelisah karena hal ini. Do Kyung mengerti jadi ia harap ayahnya melepaskannya.
Presdir yang tahu sifat Do Kyung tak bisa membiarkan putrinya melabrak Da Hae. Ia berjanji kalau dirinya akan membereskan masalah ini. Jadi Do Kyung tak usah ikut campur. Tapi Do Kyung tak bisa kalau hanya berdiam diri saja karena ini mengenai putranya. Do Kyung melepaskan genggaman tangan ayahnya dan segera keluar kamar.
Do Kyung ke lantai atas menuju kamar Da Hae. Da Hae sendirian di kamar. Do Kyung yang sudah marah berkata bukankah ia sudah mengatakannya pada Da Hae kalau Da Hae tak boleh mengatakan apapun tentang kelahiran Do Hoon. “Sudah kubilang kalau aku akan membunuhmu kalau kau melakukannya.”
Do Kyung menarik tangan Da Hae, ia menyeretnya keluar kamar. Da Hae memohon Do Kyung mendengarkan penjelasannya. Do Kyung tak mau tahu, ia melarang Da Hae bicara. Da Hae menarik paksa tangannya. Ia mengatakan kalau dirinya bukanlah ingin melukai perasaan Do Hoon. Ia sungguh mencintainya.
Do Kyung tak percaya dengan omongan Da Hae. Ia kembali menarik Da Hae keluar rumah, mengusir Da Hae agar keluar dari rumah keluarga Baek Hak. Pintu rumah pun tertutup.
Da Hae berada di jalanan malam. Ia merasakan betapa udara malam sangat dingin menusuk hingga ke tulangnya. Da Hae berdiri di sebuah kios di pinggir jalan. Ia menatap kaca melihat pantulan dirinya di dalam kaca.
Keesokan harinya di Baek Hak. Do Hoon menemui petugas pengelola parkir. Ia meminta rekaman CCTV yang tempo hari ia minta untuk bersihkan. Petugas memberikan rekaman CCTV itu pada Do Hoon.
Do Hoon kembali ke kantornya dan membanting marah rekaman itu ke mejanya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya ia pun membuka rekaman itu di laptopnya. Kualtas rekaman itu lebih baik dari sebelumnya, gambarnya lebih terlihat jelas.
Dalam rekaman CCTV itu terlihat kalau Da Hae tengah melintas di area parkir dan ada mobil yang datang. Ha Ryu keluar dari mobil dan menarik paksa Da Hae masuk ke mobil. Do Hoon tercengang melihat rekaman CCTV itu, ternyata dugaannya selama ini benar bahwa Pengacara Cha yang menyekap Da Hae di gudang dan keduanya memiliki hubungan. Do Hoon terlihat sangat marah dan kecewa.
Da Hae masuk ke ruangannya. Buru-buru Do Hoon menutup laptopnya. Melihat kedatangan Da Hae, Do Hoon masih bersikap dingin. Da Hae bertanya apa Do Hoon sedang melihat sesuatu di laptop. Kalau yang dilihat itu tak penting lebih baik melihatnya nanti saja. Ia ingin mengajak Do Hoon keluar karena ia ingin bicara dengan Do Hoon.
Do Hoon menatap Da Hae dengan tatapan tajam. Ia mengatakan kalau dirinya ada janji jadi tak bisa pergi keluar dengan Da Hae. Dengan penuh kekesalan Do Hoon keluar dari ruangannya meninggalkan Da Hae.
Da Hae makin heran kenapa Do Hoon masih bersikap dingin padanya. Ia menatap laptop Do Hoon dengan tatapan penasaran. Da Hae pun membukanya dan terlihat rekaman dirinya ketika bersama Ha Ryu di area parkir. Da Hae menebak kalau Do Hoon pasti sudah melihat ini dan sudah tahu tentang siapa yang menyekapnya di gudang.
Da Hae tergesa-gesa menuju parkiran. Ia bergegas ke mobilnya menuju suatu tempat. Do Hoon yang ternyata ada di parkiran memperhatikan gerak-gerik Da Hae dan membuntutinya.
Da Hae cemas Do Hoon mengetahui sesuatu tentang dirinya yang di sekap di gudang. Ia khawatir Do Hoon tahu siapa yang melakukan itu. Karena saat itu Do Hoon bertanya padanya, apa seseorang yang menyekap Da Hae itu orang yang Do Hoon kenal. Tapi saat itu Da Hae berbohong kalau ia tak tahu siapa yang menyekapnya. Da Hae cemas kalau-kalau Do Hoon akan segera menemuinya Ha Ryu.
Sam Do di depan gedung kantor pengacara. Tak jauh dari sana ia melihat mobil Da Hae datang. Da Hae tak melihat keberadaannya. Sam Do melihat Da Hae masuk menuju kantor pengacara. Ia heran untuk apa Da Hae menemui Ha Ryu tergesa-gesa seperti itu.
Keheranan Sam Do berubah menjadi keterkejutan tatkala ia melihat mobil Do Hoon juga berhenti tak jauh dari mobil Da Hae terparkir. Ia pun segera sembunyi. Do Hoon tetap di mobilnya, Sam Do memperhatikannya dari jauh.
Di kantor Pengacara, Da Hae tiba-tiba berlutut di depan Ha Ryu. Ia menunduk dan mengaku salah, “Maafkan aku. Aku minta maaf untuk segalanya. Aku akan hidup dengan tenang seperti orang mati. Jadi, lupakan semua yang pernah terjadi.”
Ha Ryu mencibir apa yang dilakukan Da Hae, “Kenapa? Apa Baek Do Hoon sudah tahu tentang kita?”
Mata Da Hae berkaca-kaca, ia memohon agar Ha Ryu mengatakan pada Do Hoon kalau ia dan Ha Ryu tak memiliki hubungan apapun.
Ha Ryu mendapatkan SMS dari Sam Do. ‘Baek Do Hoon mengikuti Joo Da Hae, dia ada di lantai bawah sekarang.’
Ha Ryu tentu saja tak mengatakan pada Da Hae kalau Do Hoon tak jauh dari sana.
Da Hae sadar betul kalau Ha Ryu begitu membencinya sampai ingin membunuh dirinya. Tapi ia tak bisa kalau harus berhenti sampai disini. Da Hae menitikan air mata, “Aku diperlakukan seperti anjing di rumah mereka, aku baru saja berhasil masuk ke dalam rumah itu. Untuk melakukan itu aku melukai kau dan Eun Byul. Aku akan menerima hukumannya. Jadi kali ini, tolong aku. Aku mohon. Aku akan melakukan apapun yang kau minta.”
Ha Ryu menatap Da Hae yang masih berlutut dan memohon, “Benarkah? Temui Eun Byul dan buatlah janji seperti itu. Kau tak akan berbohong di depan Eun Byul kan?”
Ha Ryu pun keluar mengajak Da Hae menemui Eun Byul.
Do Hoon masih di dalam mobilnya menunggu Da Hae keluar. Ia teringat hari dimana ia mengenalkan Pengacara Cha pada Da Hae. Saat itu Da Hae tercengang ketika melihat Pengacara Cha. Dan juga beberapa kesempatan dimana Do Hoon selalu memergoki Da Hae dan Pengacara Cha terlihat berdua. Ia semakin yakin kalau keduanya pasti memiliki hubungan.
Ha Ryu keluar gedung bersama Da Hae. Do Hoon melihat keduanya keluar dam kecurigaannya pun semakin menjadi kenyataan kalau keduanya memiliki hubungan. Ia menahan marah mencengkeram setir mobilnya.
Da Hae dan Ha Ryu masuk di mobil yang sama. Do Hoon membuntuti keduanya. Ha Ryu tentu saja tahu kalau Do Hoon mengikutinya tapi Da Hae tak menyadarinya.
Ha Ryu dan Da Hae sampai di rumah abu tempat abu Eun Byul disemayamkan. Do Hoon heran kenapa keduanya kesini. Do Hoon berusaha mencari keduanya. Ha Ryu dan Da Hae berdiri di depan abu Eun Byul dan Jae Woong. Tak jauh dari sana Do Hoon melihat keduanya. Ia penasaran rumah abu siapa yang keduanya kunjungi. Ha Ryu terlihat mengucapkan sesuatu pada Da Hae tapi Do Hoon tak tahu apa yang diucapkan oleh Ha Ryu.
Ha Ryu menatap sedih foto Eun Byul dan kakaknya. “Eun Byul-ah, ayah datang!” ucap Ha Ryu dengan mata berkaca-kaca. Ha Ryu mempersilakan Da Hae mengatakan janji yang diucapkan tadi padanya.
Da Hae menunduk sedih tak berani menatap foto putrinya, “Eun Byul, maafkan ibu. Ibu minta maaf.” Air mata Da Hae tumpah.
Ha Ryu meletakan foto dirinya bertiga dengan Da Hae dan Eun Byul di samping foto Eun Byul. Ha Ryu menoleh sedikit ke belakang ia tahu kalau Do Hoon ada di luar sebrang sana memperhatikan dirinya dan Da Hae. Do Hoon berlalu dari sana agar tak terlihat oleh keduanya. Ha Ryu dan Da Hae meninggalkan rumah abu Eun Byul dan Jae Woong.
Setelah keduanya pergi Do Hoon masuk ke sana mencari tahu rumah abu siapa yang keduanya kunjungi.
Do Hoon tercengang kaget bukan main melihat foto pengacara Cha Jae Woong ada disana. Di sebelahnya ada foto pengacara Cha bertiga dengan Da Hae dan seorang anak kecil.
“Ha Ryu, Ha Eun Byul.” Ucap Do Hoon membaca tulisan yang tertera di sana. Ia tak mengerti bagaimana bisa foto Da Hae juga berada disana.
Do Hoon berada di mobilnya. Kini ia pun tahu kalau di masa lalu, Da Hae memiliki hubungan dengan seseorang yang bernama Ha Ryu dan Ha Eun Byul adalah putri keduanya.
Untuk melampiaskan emosinya Do Hoon ke atap gedung. Di sana ia berteriak kencang untuk mengeluarkan semua kemarahan di hatinya. Do Hoon mengepalkan tangannya penuh amarah.
Do Hoon yang marah menemui Ha Ryu yang masih ia ketahui sebagai Pengacara Cha. Do Hoon mencengkeram baju Ha Ryu. Ha Ryu yang sudah tahu kalau ini akan terjadi bersikap tenang.
Do Hoon membentak kenapa Ha Ryu tak memberitahunya. “Kenapa kau tak memberitahuku?”
Da Hae duduk seorang diri di bangku taman. Ia tampak gelisah atas apa yang terjadi. Ia tak tenang.
Do Hoon duduk mendengarkan penjelasan Ha Ryu mengenai keluarga saudara kembarnya. Ha Ryu berkata kalau ia tak punya pilihan selain melakukannya dengan cara ini. Apapun yang ia katakan, ia yakin Do Hoon tak akan percaya padanya. Do Hoon terdiam tatapan matanya kosong.
Ha Ryu : “Adikku, Ha Ryu, adalah pria yang hidup dengan Joo Da Hae. Dia mencari uang untuk mengiriminya kuliah. Dia yang membiayai studi Da Hae di Amerika. Si bodoh yang dikhianati oleh Da Hae adalah adikku. Dia sekarang sudah meninggal. Putri antara Joo Da Hae dan Ha Ryu adalah Eun Byul. Ketika dia mengikutimu ke Amerika, Eun Byul berusia 4 tahun. Sekarang, Eun Byul juga sudah meninggal. Di tempat rumah pemakaman tadi, bukankah kau melihat foto mereka bertiga? Joo Da Hae satu-satunya yang masih hidup sekarang. Dia meninggalkan adikku dan putrinya. Menyembunyikan identitasnya. Dia mendekatimu. Dia itu wanita yang sekarang menjadi istrimu, Joo Da Hae.”
Do Hoon tak tahu harus berkata apa, “Kenapa kau tak langsung memberi tahu padaku?”
Ha Ryu berkata kalau Do Hoon tak mau mempercayai apapun, “Aku mengirimimu buku tabungan dan foto tapi kau mengabaikannya. Kau hanya mempercayai Joo Da Hae.”
Do Hoon ingin tahu hal lainnya, apa masih ada yang lain yang belum ia ketahui tentang istrinya. Ha Ryu berkata kalau itu tugasnya lebih baik Do Hoon tak tahu. Tapi Do Hoon mendesak ia perlu tahu semuanya.
Ha Ryu pun berkata kalau kematian adiknya ada hubungannya dengan Da Hae. Ia sangat yakin kalau Da Hae lah yang membunuh saudaranya. Do Hoon yang mendengar itu jadi lemas. Ia tak menyangka kalau wanita yang selama ini ia nikahi ternyata seperti itu. Tanpa terasa air mata Do Hoon menetes. Ha Ryu berkata kalau Da Hae adalah seorang wanita yang sanggup membunuh pria yang sudah dikhianatinya.
“Hentikan!” Do Hoon tak sanggup lagi mendengar semua keburukan tentang istrinya. Air matanya semakin deras berlinang. “Kubilang hentikan!” bentak Do Hoon kemudian keluar dari kantor pengacara Cha dengan penuh emosi.
Ha Ryu terlihat puas sudah menceritakan itu pada Do Hoon.
Do Hoon menyusuri jalanan taman dengan langkah lunglai. Ia duduk di bangku taman menangis seorang diri menumpahkan segala kekecewaannya. Isak tangisnya membuat dadanya terasa sesak setelah mengetahui semuanya.
Do Hoon menemui Da Hae yang duduk di bangku taman. Do Hoon berkata kalau sekarang Da Hae terlihat sangat terluka. Da Hae juga mengatakan kalau ia melihat Do Hoon sepertinya sangat kelelahan. Do Hoon mengajak Da Hae untuk tidak lagi melalui hal yang sangat menyakitkan seperti ini. Selama ia dan Da Hae bahagia seharusnya semuanya baik-baik saja. Da Hae mengangguk setuju (Da Hae belum tahu kalau Do Hoon sudah tahu semuanya)
Do Hoon berkata kalau ia bisa mengerti semua tentang Da Hae. Jadi ia harap Da Hae tak berbohong lagi padanya dan mengatakan yang sebenarnya padanya. Da Hae kembali mengangguk.
“Apa kau pernah hidup bersama pria yang bernama Ha Ryu?” tanya Do Hoon.
Da Hae yang terkejut dengan pertanyaan Do Hoon menggeleng, “Tidak.”
“Apa kau memiliki seorang anak?” tanya Do Hoon lagi berusaha bersikap tenang menahan emosi.
Da Hae kembali menjawab tidak. Itu tak benar. Kalau Do Hoon tak percaya padanya tanyakan saja pada Pengacara Cha Jae Woong, karena dia kakaknya Ha Ryu.
“Jangan bohong padaku. Aku akan bertanya lagi. Apa ini sungguh tak benar?” tanya Do Hoon lagi.
“Sudah kubilang itu tak benar.” tegas Da Hae.
Plak, Do Hoon yang sudah emosi menampar Da Hae keras. Da Hae jelas kaget dengan tamparan yang diterimanya. Do Hoon menatapnya marah karena Da Hae tak juga bicara jujur padanya. Do Hoon memohon agar Da Hae mengatakan yang sebenarnya. Ia membentak meminta Da Hae jangan lagi membohonginya.
“Tidak, itu tak benar!” Da Hae tak juga mengaku.
Do Hoon menitikan air mata kekecewaannya. Da Hae melihatnya dan menyadari sepertinya Do Hoon sudah mengetahui semuanya. Do Hoon yang kecewa dengan sikap Da Hae meninggalkan wanita itu sendirian disana.
Ha Ryu ke rumah lamanya yang dulu ia tempati bersama Da Hae dan Eun Byul. Ia bertemu pemilik rumah dan membeli rumah itu dari sang pemilik.
Ha Ryu melihat sekeliling rumah yang penuh dengan kenangan indahnya bersama Eun Byul. Ha Ryu melihat ke arah pintu masuk dan terlihat bayangan putrinya masuk berlari melalui pintu menuju ayunan. Mata Ha Ryu berkaca-kaca melihat bayangan putrinya yang tampak riang bermain di ayunan. Tapi semua bayangan itu hilang sekejap dari pandangan matanya. Eun Byul dan mainannya menghilang.
Ha Ryu mulai merenovasi rumah kecilnya. Ia mengganti wallpaper agar terlihat lebih rapi. Usai mengganti wallpaper Ha Ryu merebahkan tubuhnya di lantai kamar. Ia merasakan ketenangan di rumah ini. Ia juga merinduan kehangatan di rumah ini. Tanpa terasa air matanya menetes.
Ha Ryu menemui Presdir Baek di Baek Hak. Presdir mengungkapkan kalau ia memiliki permintaan pribadi pada Ha Ryu. Presdir menyerahkan sebuah dokumen pada Ha Ryu. Surat Perceraian. Wohoho Ha Ryu kaget begitu membaca dokumen itu.
Presdir ingin Do Hoon dan Da Hae bercerai. Ia menebak kalau Da Hae pasti tak akan setuju dengan perceraian ini. Tapi ia tak peduli bagaimanapun caranya ia ingin Ha Ryu memastikan Da Hae untuk menandatangani surat perceraian ini. Ha Ryu berkata kalau ia akan memastikan Joo Da Hae menandatangani surat perceraian ini.
Ha Ryu berjalan di lorong perusahaan. Ia tampak memikirkan suatu cara.
Di tepi jalan raya di dalam sebuah mobil. Do Hoon menyarankan kalau Da Hae ingin tetap bertahan hidup ia harap Da Hae melakukan seperti apa yang ia katakan. “Ini akan menjadi ucapan terakhir dari seseorang yang pernah menyayangimu.”
Do Hoon menyerahkan sebuah tiket pesawat pada Da Hae, “Entah itu di Amerika atau Eropa hiduplah di tempat dimana ayahku tak bisa menemukanmu!”
Da Hae menerima tiket pesawat itu dan tanpa berkata kata lagi ia keluar dari mobil Do Hoon. Dengan penuh kesedihan Da Hae berjalan semakin menjauh dari Do Hoon.
Do Hoon berada di atap gedung. Ia menatap langit melihat pesawat yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Do Hoon sudah memantapkan hatinya untuk meninggalkan wanita yang pernah ia cintai.
Huwaaaaa nangissssss.... apalagi endingnya disuguhi Ice Flower menyayat banget nih...
“Ha Ryu, Ha Eun Byul.” Ucap Do Hoon membaca tulisan yang tertera di sana. Ia tak mengerti bagaimana bisa foto Da Hae juga berada disana.
Do Hoon berada di mobilnya. Kini ia pun tahu kalau di masa lalu, Da Hae memiliki hubungan dengan seseorang yang bernama Ha Ryu dan Ha Eun Byul adalah putri keduanya.
Untuk melampiaskan emosinya Do Hoon ke atap gedung. Di sana ia berteriak kencang untuk mengeluarkan semua kemarahan di hatinya. Do Hoon mengepalkan tangannya penuh amarah.
Do Hoon yang marah menemui Ha Ryu yang masih ia ketahui sebagai Pengacara Cha. Do Hoon mencengkeram baju Ha Ryu. Ha Ryu yang sudah tahu kalau ini akan terjadi bersikap tenang.
Do Hoon membentak kenapa Ha Ryu tak memberitahunya. “Kenapa kau tak memberitahuku?”
Da Hae duduk seorang diri di bangku taman. Ia tampak gelisah atas apa yang terjadi. Ia tak tenang.
Do Hoon duduk mendengarkan penjelasan Ha Ryu mengenai keluarga saudara kembarnya. Ha Ryu berkata kalau ia tak punya pilihan selain melakukannya dengan cara ini. Apapun yang ia katakan, ia yakin Do Hoon tak akan percaya padanya. Do Hoon terdiam tatapan matanya kosong.
Ha Ryu : “Adikku, Ha Ryu, adalah pria yang hidup dengan Joo Da Hae. Dia mencari uang untuk mengiriminya kuliah. Dia yang membiayai studi Da Hae di Amerika. Si bodoh yang dikhianati oleh Da Hae adalah adikku. Dia sekarang sudah meninggal. Putri antara Joo Da Hae dan Ha Ryu adalah Eun Byul. Ketika dia mengikutimu ke Amerika, Eun Byul berusia 4 tahun. Sekarang, Eun Byul juga sudah meninggal. Di tempat rumah pemakaman tadi, bukankah kau melihat foto mereka bertiga? Joo Da Hae satu-satunya yang masih hidup sekarang. Dia meninggalkan adikku dan putrinya. Menyembunyikan identitasnya. Dia mendekatimu. Dia itu wanita yang sekarang menjadi istrimu, Joo Da Hae.”
Do Hoon tak tahu harus berkata apa, “Kenapa kau tak langsung memberi tahu padaku?”
Ha Ryu berkata kalau Do Hoon tak mau mempercayai apapun, “Aku mengirimimu buku tabungan dan foto tapi kau mengabaikannya. Kau hanya mempercayai Joo Da Hae.”
Do Hoon ingin tahu hal lainnya, apa masih ada yang lain yang belum ia ketahui tentang istrinya. Ha Ryu berkata kalau itu tugasnya lebih baik Do Hoon tak tahu. Tapi Do Hoon mendesak ia perlu tahu semuanya.
Ha Ryu pun berkata kalau kematian adiknya ada hubungannya dengan Da Hae. Ia sangat yakin kalau Da Hae lah yang membunuh saudaranya. Do Hoon yang mendengar itu jadi lemas. Ia tak menyangka kalau wanita yang selama ini ia nikahi ternyata seperti itu. Tanpa terasa air mata Do Hoon menetes. Ha Ryu berkata kalau Da Hae adalah seorang wanita yang sanggup membunuh pria yang sudah dikhianatinya.
“Hentikan!” Do Hoon tak sanggup lagi mendengar semua keburukan tentang istrinya. Air matanya semakin deras berlinang. “Kubilang hentikan!” bentak Do Hoon kemudian keluar dari kantor pengacara Cha dengan penuh emosi.
Ha Ryu terlihat puas sudah menceritakan itu pada Do Hoon.
Do Hoon menyusuri jalanan taman dengan langkah lunglai. Ia duduk di bangku taman menangis seorang diri menumpahkan segala kekecewaannya. Isak tangisnya membuat dadanya terasa sesak setelah mengetahui semuanya.
Do Hoon menemui Da Hae yang duduk di bangku taman. Do Hoon berkata kalau sekarang Da Hae terlihat sangat terluka. Da Hae juga mengatakan kalau ia melihat Do Hoon sepertinya sangat kelelahan. Do Hoon mengajak Da Hae untuk tidak lagi melalui hal yang sangat menyakitkan seperti ini. Selama ia dan Da Hae bahagia seharusnya semuanya baik-baik saja. Da Hae mengangguk setuju (Da Hae belum tahu kalau Do Hoon sudah tahu semuanya)
Do Hoon berkata kalau ia bisa mengerti semua tentang Da Hae. Jadi ia harap Da Hae tak berbohong lagi padanya dan mengatakan yang sebenarnya padanya. Da Hae kembali mengangguk.
“Apa kau pernah hidup bersama pria yang bernama Ha Ryu?” tanya Do Hoon.
Da Hae yang terkejut dengan pertanyaan Do Hoon menggeleng, “Tidak.”
“Apa kau memiliki seorang anak?” tanya Do Hoon lagi berusaha bersikap tenang menahan emosi.
Da Hae kembali menjawab tidak. Itu tak benar. Kalau Do Hoon tak percaya padanya tanyakan saja pada Pengacara Cha Jae Woong, karena dia kakaknya Ha Ryu.
“Jangan bohong padaku. Aku akan bertanya lagi. Apa ini sungguh tak benar?” tanya Do Hoon lagi.
“Sudah kubilang itu tak benar.” tegas Da Hae.
Plak, Do Hoon yang sudah emosi menampar Da Hae keras. Da Hae jelas kaget dengan tamparan yang diterimanya. Do Hoon menatapnya marah karena Da Hae tak juga bicara jujur padanya. Do Hoon memohon agar Da Hae mengatakan yang sebenarnya. Ia membentak meminta Da Hae jangan lagi membohonginya.
“Tidak, itu tak benar!” Da Hae tak juga mengaku.
Do Hoon menitikan air mata kekecewaannya. Da Hae melihatnya dan menyadari sepertinya Do Hoon sudah mengetahui semuanya. Do Hoon yang kecewa dengan sikap Da Hae meninggalkan wanita itu sendirian disana.
Ha Ryu ke rumah lamanya yang dulu ia tempati bersama Da Hae dan Eun Byul. Ia bertemu pemilik rumah dan membeli rumah itu dari sang pemilik.
Ha Ryu melihat sekeliling rumah yang penuh dengan kenangan indahnya bersama Eun Byul. Ha Ryu melihat ke arah pintu masuk dan terlihat bayangan putrinya masuk berlari melalui pintu menuju ayunan. Mata Ha Ryu berkaca-kaca melihat bayangan putrinya yang tampak riang bermain di ayunan. Tapi semua bayangan itu hilang sekejap dari pandangan matanya. Eun Byul dan mainannya menghilang.
Ha Ryu mulai merenovasi rumah kecilnya. Ia mengganti wallpaper agar terlihat lebih rapi. Usai mengganti wallpaper Ha Ryu merebahkan tubuhnya di lantai kamar. Ia merasakan ketenangan di rumah ini. Ia juga merinduan kehangatan di rumah ini. Tanpa terasa air matanya menetes.
Ha Ryu menemui Presdir Baek di Baek Hak. Presdir mengungkapkan kalau ia memiliki permintaan pribadi pada Ha Ryu. Presdir menyerahkan sebuah dokumen pada Ha Ryu. Surat Perceraian. Wohoho Ha Ryu kaget begitu membaca dokumen itu.
Presdir ingin Do Hoon dan Da Hae bercerai. Ia menebak kalau Da Hae pasti tak akan setuju dengan perceraian ini. Tapi ia tak peduli bagaimanapun caranya ia ingin Ha Ryu memastikan Da Hae untuk menandatangani surat perceraian ini. Ha Ryu berkata kalau ia akan memastikan Joo Da Hae menandatangani surat perceraian ini.
Ha Ryu berjalan di lorong perusahaan. Ia tampak memikirkan suatu cara.
Di tepi jalan raya di dalam sebuah mobil. Do Hoon menyarankan kalau Da Hae ingin tetap bertahan hidup ia harap Da Hae melakukan seperti apa yang ia katakan. “Ini akan menjadi ucapan terakhir dari seseorang yang pernah menyayangimu.”
Do Hoon menyerahkan sebuah tiket pesawat pada Da Hae, “Entah itu di Amerika atau Eropa hiduplah di tempat dimana ayahku tak bisa menemukanmu!”
Da Hae menerima tiket pesawat itu dan tanpa berkata kata lagi ia keluar dari mobil Do Hoon. Dengan penuh kesedihan Da Hae berjalan semakin menjauh dari Do Hoon.
Do Hoon berada di atap gedung. Ia menatap langit melihat pesawat yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Do Hoon sudah memantapkan hatinya untuk meninggalkan wanita yang pernah ia cintai.
Huwaaaaa nangissssss.... apalagi endingnya disuguhi Ice Flower menyayat banget nih...
HIIIKKKZ...MASIH penasaran dgn tembakan di awal episode... ditunggu kelanjutannya., ya. makasih
ReplyDeleteditunggu lanjutannya ya mb anis. makasih :)
ReplyDelete