Di tempat les kelas persiapan SMP Internasional. Hwa Jung mengeluhkan pelajaran yang sulit ia cerna. Ha Na juga mengeluh, ia tak paham satu pun materi yang disampaikan.
Hwa Jung berkata kalau ini sungguh berbeda dari kelas musim panas Guru Ma kemarin.
Na Ri heran yang mereka pelajari di tempat les ini dari kelas berapa. In Bo menjawab kelas 9. (What materi kelas 9 SMP. Haduh anak kelas 6 dikasih materi kelas 9)
Ha Na tak bisa ia dan teman-temannya stres seperti ini. “Kalau tidak sanggup ayo kita bolos.” Ajak Ha Na.
Ha Na mengajak teman-temannya ke tempat bermain (wah mainnya ke timezone hahaha) Mereka bermain basket dll. Pokoknya bersenang-senang deh. Ketawa-ketiwi. Bener-bener ngilangin stres.
Mereka juga mengunjungi toko aksesoris. Memilih ikat rambut dan jepit rambut yang lucu. Sun Young tampak memakaikan aksesoris ke In Bo. Ah sweetu hihi.
Mereka juga nonton film 3D. Popcorn Sun Young n In Bo barengan hehe. Ketika keduanya mengambil popcorn tangan keduanya bersentuhan, keduanya malu-malu hahaha.
“Shim Ha Na?” tebak Dong Goo.
Do Jin tersenyum, “Jung Soo yang memberitahu padaku.” (Dong Goo mengira kalau temannya itu Ha Na padahal banyak ya hahaha) Dong Goo tanya ada apa Do Jin memintanya datang.
Do Jin mentraktir Dong Goo makan jajanan di warung pinggir jalan. Dong Goo menilai traktiran ini agak berlebihan tapi ia memakannya juga hehehe.
Dong Goo heran apa Do Jin tak pergi les. Do Jin berkata kalau mulai sekarang ia tak ikut les manapun. “Ibuku menyuruhku agar bermain saja. Aku juga mendapatkan bimbingan konseling.”
Do Jin minta maaf karena sudah menghina Dong Goo sebagai anak yatim piatu. Dong Goo tak mempermasalahkannya, ia akan menerima permintaan maaf Do Jin.
Do Jin tak mengerti dengan sikap cuek Dong Goo yang tak masalah dihina seperti itu, “Apa kau baik-baik saja? kudengar Bu Guru mengatakannya pada semua orang.” Dong Goo berkata kalau itu sudah berlalu, ditambah lagi itu buka rahasia umum. Jadi ia tak perlu menyembunyikannya.
Do Jin : “Apa kau juga pernah merahasiakannya?”
Dong Goo mengangguk. Do Jin tersenyum bergumam bahwa sejak ia tak pergi les waktu berjalan terasa lambat.
Ha Na berada di rumah menonton TV tayangan Variety Show ‘Appa Eodiga’ haha (Ya ampun Kim Min Guk sama Kim Sung Joo ahjussi muncul di Queen’s Classroom hahaha. Itu episode berapa ya hahaha)
Tepat saat itu ibu dan Ha Yoon sampai di rumah. Ibu terkejut melihat Ha Na sudah ada di rumah. Ia heran apa yang terjadi, “Apa kau bolos les bersama teman-temanmu?”
Ha Na : “Sudah kukatakan aku tak mau pergi.”
Ibu tak mengerti kenapa Ha Na bersikap begini, kalau ada masalah bicarakan dengannya. Ha Na bilang tidak ada apa-apa. Ibu merebut remote TV dan mematikan TV-nya. Ibu berkata kalau ia belum bicara banyak tentang nilai pelajaran Ha Na yang menurun. Ha Na malas membahasnya, “Apa nilai-nilaiku penting?”
Ha Na akan ke kamar tapi ibu menghalangi. Ibu berkata karena nilai Ha Na yang menurun ia mengusahakan yang terbaik untuk Ha Na. Tapi Na Na menilai ini untuk ibu karena ibu tak ingin malu di depan ibu-ibu lainnya.
Ibu : “Shim Ha Na, kau ini mau jadi apa? Apa kau mau belajar piano seperti kakakmu? atau seperti Seo Hyun yang mendapatkan nilai 100 tanpa les? Tapi kau ini tipe yang bisa berusaha keras.”
Ha Na : “Aku ini tipe anak yang tak mengerti meskipun sudah berusaha. Aku juga tak mengerti apapun. Jadi ibu menyerah saja!”
Ha Na : “Apa ibu pikir aku tak tahu? Saat Eonni ikut ujian masuk SMP seni, aku mendengar semua yang ibu katakan bersama ayah. Kalau sulit sekali untuk keluarga kita membiayai keduanya kita fokuskan saja pada yang tertua karena mempunyai bakat. Karena aku tak berbakat, jadi hidup dan tumbuh dengan baik saja sudah cukup.”
Ibu marah mendengar itu, tiba-tiba ia melayangkan tamparan pada Ha Na. Ha Yoon yang masih ada disana terkejut melihat ibunya menampar Ha Na.
Ha Na menangis dan lari keluar rumah. Ha Yoon memanggil adiknya tapi Ha Na yang menangis kecewa pergi begitu saja. Ibu terdiam menyesal telah menampar Ha Na. Ia juga menangis.
Ha Na menenangkan diri di sebuah kafe. Ia melamun menatap jendela (huwaaaa ost nya past banget ‘Maybe tomorrow’)
Ha Na mendengar obrolan pengunjung disana membicarakan kesibukan les mereka. Mereka tergesa-gesa kembali ke tempat les. Mereka tak sempat makan santai karena harus kembali ke tempat les yang istirahatnya hanya 10 menit.
Ha Na melihat dua wanita yang pergi dari kafe. Ia memperhatikan dua wanita yang langsing tinggi semampai. “Aku tak bisa jadi model karena kakiku pendek.” Ha Na menyentuh hidungnya, “Kalau kunaikkan hidungku sedikit. Ada aktris yang hanya hebat berakting.” Ha Na mencoba melucu tapi sulit. Ha Na benar-benar tak tahu apa yang menjadi bakatnya.
Pelayan yang sedang bersih-bersih menegur Ha Na kalau kafe sebentar lagi akan tutup. Ia menyuruh Ha Na segera pulang.
Ha Na berada di tepi jalan mengecek ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Sun Young, Hwa Jung, Na Ri dan ibunya. (hmm sepertinya Ibu Ha Na mencoba mencari Ha Na dengan bertanya pada teman-teman Ha Na) tapi Ha Na mengabaikannya.
Ha Na melihat samar-samar seseorang yang dikenalnya. Seseorang yang berpakaian hitam berjalan semakin menjauh darinya, itu Guru Ma. Ha Na jadi ingin tahu apa yang dilakukan gurunya malam-malam begini. Ia pun membuntuti Guru Ma.
Ada taksi yang berhenti di depan klub malam dan keluarlah seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Wanita itu bertolak pinggang kesal karena Guru Ma lagi-lagi ada disana menunggunya.
“Ah Lu lagi, Lu lagi. Keterlaluan banget sih, stop nyari gue. Ini gak akan merubah apapun.” kata wanita itu.
“Jangan sia-siakan hidupmu seperti ini!” Guru Ma menasehati.
Wanita itu tak peduli, “Ini hidup gue, jadi suka-suka gue. Ah tante ini menjengkelkan sekali.”
Ha Na heran dengan siapa Guru Ma bicara tadi. Di belakang Ha Na ada dua orang petugas (mungkin petugas parkir) yang juga heran dengan Guru Ma, “Apa dia mencari seseorang?”
Dua petugas itu melihat Ha Na, “Hei bocah. Kenapa kau disini. Sana pulang! kalau kupanggil satpam kau akan dimarahi.” Ha Na mengerti tapi sebelum pergi ia kembali menoleh ke tempat Guru Ma berdiri tapi Guru Ma sudah tak ada disana. Ia heran kemana perginya Guru Ma.
Ha Na mendapat panggilan telepon dari Seo Hyun. Ia menjawabnya.
Ha Na menemui Seo Hyun di taman. Keduanya berada di ayunan. Seo Hyun heran apa Ha Na masih berada di luar hingga larut seperti ini. “Apa yang kau lakukan hingga selarut ini?” Ha Na hanya tersenyum miris.
“Aku sedang tak ingin pulang.” keluh Ha Na.
Seo Hyun berkata kalau ia ingin menjadi dewasa, “Kalau kau hidup mandiri maka kau tidak harus hidup dalam tekanan.”
Ha Na menilai bagi Seo Hyun mungkin seperti itu karena Seo Hyun hebat dalam semua hal. Seo Hyun bilang kalau ia juga bodoh. Ia mempelajari semuanya dari Ha Na dan Dong Goo bahwa jikalau kita sendiri itu akan kesepian.
“Shim Ha Na!” tiba-tiba ibu Ha Na sampai disana memanggil putrinya. Ha Na terkejut ibu mengetahui dimana ia berada. Ia menoleh ke arah Seo Hyun. Seo Hyun diam saja.
(ya sepertinya ibu menghubungi Seo Hyun untuk mencari Ha Na. Seo Hyun ngajak bertemu di taman n memberi tahu ibu dimana Ha Na berada)
Ibu yang khawatir mengajak Ha Na pulang dan membicarakan semua masalah di rumah.
Ha Na dan ibu sampai di rumah. Ibu minta maaf karena sudah memukul Ha Na. Ia mengajak putrinya bicara. Tapi suasana hati Ha Na sedang malas untuk bicara. Ia masuk kamar beralasan lelah dan ingin tidur. Ha Yoon yang ada disana merasa tak enak pada adiknya.
Ha Na sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur tap ia tak juga memejamkan mata. Ha Yoon membuka pintu kamar adiknya, “tok tok.” ucapnya. Ha Na yang malas bicara dengan siapapun memiringkan tubuhnya.
Ha Yoon duduk di tepi tempat tidur adiknya. “Dasar kau anak SD. Apa kau sedang puber? Memberontak memang hebat tapi kalau seperti itu apa yang harus aku lakukan?” Ha Na diam saja.
Ha Yoon : “Ibu hanya agak perhatian padaku ketika aku sakit. Dia tak pernah membeda-bedakan. Kau pergi ke tempat les yang aku inginkan dan kau tidak banyak mendapatkan hal yang tidak kau sukai. Setiap kali aku di rumah sakit, ibu merasa bersalah tidak mampu memberikanmu perhatian. Apa kau tahu itu? Tapi bagaimana pun, aku minta maaf padamu dan ibu. Apa kau suka melihatku bermain piano? Aku sangat iri dengan kesehatanmu.”
Setelah menumpahkan semua perasaannya, Ha Yoon keluar dari kamar adiknya. Ha Na terdiam merenungi ucapan kakaknya. Ya benar selama ini ibu tak pernah membedakan sesuatu hal untuk putri-putrinya.
Di sebuah gedung dewan pendidikan yang para anggotanya tengah melakukan rapat.
Salah satu anggota menyampaikan sebuah permasalahan yang situasinya sudah bisa dikendalikan. Jadi mereka tak perlu melakukan penyelidikan khusus karena itu hanya membuang-buang tenaga dan uang.
Tapi salah seorang anggota lain tak sependapat, “Namaku Choi Young Ho, anggota dewan pendidikan yang berperan sebagai penyelidik kasus. Seperti yang anda lihat dari penyelidikan kasus yang aku lakukan, ketidakadilan yang terjadi pada sekolah bukan karena alasan pribadi tapi karena korupsi yang berkaitan dengan lembaga yang memiliki bukti spesifik. Kalau membiarkan ini hanya dengan peringatan ini tidak bisa diterima tidak hanya bagiku tapi juga bagi rakyat yang sudah memilih kita.”
“Aku tanya apa penyelidikan khusus itu perlu?” tanya seorang anggota yang mengungkapkan ketidak perluan penyelidikan khusus. “Tak bisakah departemen pendidikan yang mengurusnya?”
Dewan Choi : “Kalau semuanya diurus dengan baik apa situasinya akan seperti ini?”
Dewan Moon : “Jadi, kita berikan peringatan khusus dan menutup kasus ini.”
Dewan Choi : “Anggota dewan, yang mana yang anda dukung? Apa anda mewakili orang tua yang mengakui ketidakadilan bagi anak mereka atau mewakili lembaga yang memberikan untung besar?”
Dewan Moon tak terima dibilang seperti itu, ia meninggikan suaranya, “Hei Choi Yeong Ho berani sekali kau bicara seeperti itu pada seniormu.”
Dewan Choi juga ikut meninggikan suara, “Anggota dewan Moon, aku harap anda menjaga perkataanmu. Selama aku bagian dari dewan pendidikan, tak ada yang namanya senior atau junior. Aku hanya peduli dengan rakyat yang memilihku.”
(Ok saya masih bingung posisi dewan pendidikan ini. Apa semacam anggota DPRD yang menangani bidang pendidikan atau apa ya. Dan yang dimaksud dengan departemen pendidikan itu apakah mungkin dinas pendidikan)
Dewan Choi berada di kantornya, ia menerima laporan dari sekertarisnya. Sekertaris mengatakan kalau Dewan Choi sudah mengalami masa sulit tapi ia senang penyelidikan kasus ini berjalan lancar. Ia memberikan selamat pada Dewan Choi.
Tapi Dewan Choi orang yang tak senang diberi ucapan selamat begitu saja, “Apa mengungkap kasus korupsi sekolah sesuatu yang harus diberi selamat? Itu hal yang seharusnya disayangkan.” (disayangkan karena ada kasus korupsi di sekolah)
Sekertaris menyerahkan surat petisi yang baru saja masuk. Ia menilai petisi itu tak ada yang spesial. Dewan Choi membacanya ia menemukan sesuatu yang menarik dari petisi itu. Ia minta tolong pada sekertarisnya untuk memberikan semua data yang berhubungan dengan petisi ini. Sekertaris mengerti.
Pengacara suruhan ibu Na Ri ternyata ada di gedung itu. Ia menghubungi Ibu Nari melaporkan bahwa ia sudah menyerahkan petisi ke dewan pendidikan. Ibu Na Ri bertanya supaya cepat diurus apa ia harus pakai uang.
Pengacara berkata kalau anggota dewan pendidikan yang satu ini tipe orang yang tidak bisa dibeli dengan uang. “Dia memiliki prinsip dan integritas, kasus seperti ini dia tidak akan menanganinya dengan cepat.” jelas pengacara.
Ibu Na Ri menilai tipe yang seperti itu sangat cocok untuk pekerjaan ini. Ia memuji pengacara sudah melakukan kerja yang bagus.
Di kelas, Guru Ma menyampaikan kalau besok akan ada kelas bersama orang tua. “Apa yang kita capai saat pertemuan terakhir mari kita tunjukan di depan orang tua dan semuanya kesempatan untuk berjanji. Mulai sekarang kita akan belajar keras seperti yang orang tua inginkan. Tujuan kita adalah untuk mendapatkan nilai bagus dan masuk universitas yang bagus.”
Anak-anak terlihat tak senang.
Guru Ma memperingatkan, “Kalau ada anak yang mengatakan hal tidak masuk akal besok atau melawan...” Guru Ma menunjukan laptopnya. “Maka semua kelemahan kalian akan diungkapkan. Jadi itu terserah kalian.”
Anak-anak terdiam tegang. Mereka takut kalau rahasia mereka diketahui orang tua.
Saat istirahat, Jo Yeon Hoo yang menjadi ketua kelas minggu ini memimpin diskusi kelas. Mereka mendiskusikan file di laptop Guru Ma yang digunakan untuk mengancam mereka. Diskusi ini dilaksanakan atas usul In Bo. Yeon Hoo pun mempersilakan In Bo mengungkapkan rencana yang akan mereka lakukan.
In Bo : “Kupikir kita tidak akan membiarkan Guru Ma menakuti kita dengan filenya. Jadi kurasa kita harus menghapus file yang ada di laptop itu.”
Mereka mengangguk setuju.
Yeon Hoo mengusulkan mereka akan membentuk tim khusus untuk melakukan ini.
Malam hari ketika Guru Ma baru saja keluar dari gedung sekolah. Yeon Hoo, In Bo dan Dong Goo menyelinap masuk ke gedung sekolah. Ketiganya sembunyi menghindari penjaga sekolah yang keliling memeriksa keadaan.
Ketiganya masuk ke kelas dan menemukan laptop Guru Ma ada di meja. In Bo yang paham komputer langsung menyalakan laptop dan mencari file yang digunakan untuk menakuti mereka. Ia menghapusnya. Tapi sebelum itu menyimpannya dulu di USB yang dibawanya. (kalau mau ngapus kenapa mesti bawa usb segala hahaha)
Tiba-tiba Guru Ma masuk ke ruangan itu, “Apa yang kalian lakukan?” suara dan kedatangan Guru Ma mengagetkan ketiganya. Guru Ma menatap marah, “Apa kalian pikir kelemahan kalian akan hilang hanya dengan melakukan ini?”
Ketiga anak ini ketakutan dan menutupi wajah mereka. Guru Ma mendekat. Dong Goo mengangkat wajah dan ternyata itu bukan Guru Ma melainkan Seo Hyun.
“Apa menurut kalian tidak ada backup-nya di suatu tempat?” Seo Hyun menunjukan DVD yang berisi copy-an file itu.
Tapi itu semua bukanlah hal nyata hanya khayalan rencana saja. hahaha.
Kembali ke kelas. Seo Hyun berkata kalau mereka ketahuan melakukannya hal ini pasti tidak akan dibiarkan begitu saja. Ini sebuah tindak kriminal.
Soo Jin : “Lalu apa kita hanya bisa duduk diam pasrah menerima seperti ini?”
Seo Hyun tak ada ide.
Mereka tampak mengangguk.
Ha Na : “Di pertemuan kemarin, Guru Ma bilang kalau kita tak mengikuti keinginan orang tua kita, maka kita harus bisa menjelaskan dan membuat mereka mengerti.”
Tiba saatnya hari dimana orang tua masuk ke kelas. Mereka berdiri di belakang. Baik yang datang ibunya, bapaknya, semuanya ada. Mereka menyapa satu sama lain.
Tepat bel berbunyi Guru Ma sampai di kelas. Yeon Hoo memimpin rekan-rekannya memberi salam pada guru. (asyik ya kalau ketua kelasnya gantian, mereka bisa belajar kepemimpinan)
Guru Ma : “Sebelum kita mulai kelas bersama orang tua, anak-anak memiliki hal yang ingin disampaikan pada orang tua. Siapa yang pertama?”
Ha Na memberanikan diri mengangkat tangan. Ia ingin mengungkapkan hal yang ingin ia sampaikan pada orang tuanya.
Ha Na berdiri menoleh pada ibunya, “Ibu aku minta maaf. Aku tahu ini karena Eonni sakit dan aku menganggap ibu tak peduli padaku, aku jadi sedih. Tidak seperti Eonni yang bisa bermain piano, aku tak punya bakat apapun. Jadi jika aku ingin disayangi. Kupikir aku harus selalu baik dan ceria. Kupikir cukup dengan begitu. Itu sebabnya ketika masalah datang, daripada mengatakan apa yang kuinginkan aku hanya pasrah melepaskannya begitu saja karena aku tak ingin dibenci. Tapi sekarang aku sudah punya banyak teman baik, aku mendapatkan sedikit keberanian. Ibu, karena aku tahu ibu menyayangiku aku menyesal telah berkata kasar. Dan juga ibu telah berusaha keras demi aku, terima kasih bu!”
Ibu Ha Na terharu mendengarnya.
Ha Na : “Ibu, aku belum tahu apa yang ingin kulakukan atau apa cita-citaku. Tapi aku tak ingin pergi les atau berusaha menjadi orang lain. Aku ingin menghabiskan masa kelas 6 ini dengan memiliki kenangan indah bersama teman-temanku. Kuharap ibu bisa mengerti perasaanku.”
Anak selanjutnya yang berdiri ingin mengungkapkan perasaan pada orang tuanya adalah Bo Mi.
Bo Mi : “Ibu, aku sangat menyukai kartun. Agar aku bisa menjadi kartunis yang sebenarnya aku akan berusaha keras. Tapi daripada menjadi pegawai hidup dengan menggambar kartun, aku lebih menyukainya. Ibu tolong mengerti aku dan kuharap ibu terus memperhatikanku.”
Ibu Bo Mi tersenyum terharu.
Berikutnya Na Ri, “Ibu... Seperti yang ibu tahu kesalahan yang sudah kulakukan pada Ha Na banyak sekali dan Ha Na sudah memaafkanku. Kita berteman seumur hidup. Teman-teman juga menerimaku apa adanya. Ini mungkin berbeda dari apa yang ibu harapkan tapi sekarang aku bahagia bisa bersama teman-temanku.”
Do Jin : “Ibu, maaf telah membuatmu khawatir. Aku takut jika tidak melakukan sesuatu dengan baik maka aku tidak akan disayangi. Jadi agar terlihat baik dari luar aku telah melakukan banyak hal yang buruk. Tapi teman-teman telah memaafkannya. Aku ingin lulus bersama teman-temanku.”
Ibu Do Jin mengangguk tersenyum.
Seo Hyun : “Ibu, aku belum tahu apa cita-citaku namun aku sudah memutuskan bagaimana aku harus hidup. Seperti temanku Ha Na, saling berpegangan tangan di waktu sulit, aku ingin hidup seperti itu.”
Ibu Seo Hyun tersenyum.
Sun Young : “Ibu, aku tahu ini sulit bagimu. Aku akan berusaha keras tapi aku tak ingin menyelesaikan kelas 6 ini hanya dengan pergi les.”
Tae Sung : “Aku akan giat belajar. Tapi kumohon ayah, jangan bandingkan aku lagi dengan saudara sepupuku.”
Semua anak berdiri mengungkapkan perasaan yang mereka harapkan. Mereka juga berjanji akan melakukan hal yang baik agar orang tuanya bangga. Diantara mereka hanya Dong Goo yang masih duduk di kursinya.
Seorang wanita yang Guru Ma temui di depan klub malam datang ke SD Sandeul. Ia berdiri di depan pintu kelas 6-3. Ya wanita itu tak lain adalah ibu Dong Goo yang selama ini meninggalkan putranya.
Guru Ma menoleh ke arah pintu dan melihat ibu Dong Goo berdiri disana. Ha Na melihat gurunya menoleh ke pintu. Ia juga ikut melihat wanita itu. Wajahnya mengisyaratkan pertanyaan, siapa wanita yang berdiri di pintu itu. Ibu Dong Goo tak berani masuk ke kelas.
“Oh Dong Goo..!!” panggil Guru Ma membuat ibu Dong Goo terhenyak kaget nama putranya disebut. Dong Goo merespon panggilan Guru Ma. Ibu Dong Goo terkejut melihat kalau anak lelaki itu putranya. (hmmm selama ini dia tahu ga ya tentang pertumbuhan Dong Goo) Guru Ma berkata bukankah ada sesuatu yang ingin Dong Goo sampaikan.
Dong Goo pun berdiri, tapi ia bingung mau bicara apa. “Aku, karena aku tak punya ibu.... Nyonya Oh...” sapa Dong Goo pada Nyonya Oh yang ada disana.
Ibu Dong Goo yang berdiri di pintu terlihat hampir menangis.
Dong Goo : “Nyonya Oh, aku sudah memikirkan apa yang kau katakan tapi aku belum menemukan jawabannya. Aku akan berusaha mencari tahu apa cita-citaku. Kalau teman-temanku malu padaku saat dewasa nanti, aku juga tidak menyukai itu. Jadi aku juga akan belajar giat.”
Dong Goo : “Nyonya Oh, jangan khawatirkan aku minum selalu saja obatmu. Selama kita masih bisa hidup bersama, mari kita hidup bahagia!”
Nyonya Oh menangis terharu, ia mengusap air matanya dengan sapu tangan.
Ibu Dong Goo berusaha menahan tangis agar suaranya tak terdengar. Guru Ma melihatnya. Tapi ia kemudian menyampaikan pada siswa dan orang tua kalau mereka akan segera memulai pelajaran bersama orang tua. Ibu Dong Goo segera pergi dari sana. Ha Na melihat ke arah pintu dan tak menemukan wanita yang tadi ia lihat.
Ketiga guru kelas 6 ngumpul. Guru Goo mengeluhkan kalau kelas bersama orang tua itu yang paling sulit. Guru Yang juga sudah kelelahan hingga tak punya tenaga lagi untuk bicara.
Ada tamu yang masuk ke ruang guru. Itu Dewan Choi dari Dewan Pendidikan. Ia bertanya apa kepala sekolah ada. Guru Goo mengira Dewan Choi ini orang tua siswa. Ia pun bertanya orang tua siswa kelas berapa. Dewan Choi memperkenalkan nama dan menyerahkan kartu namanya. “Aku Choi Yeong Ho dari Dewan Pendidikan.”
Guru Goo terkejut, kenapa perwakilan dari dewan pendidikan datang kesini. Dewan Choi berkata kalau ia menerima petisi yang ditujukan ke dewan pendidikan terkait guru kelas 6-3, Ma Yeon Jin. Semua guru yang ada disana terkejut.
Kelas bersama orang tua di kelas 6-3 usai. Anak-anak dan orang tua pulang bersama. Anak-anak tampak tersenyum sumringah.
Ha Na dan ibunya berada paling belakang.
Tiba-tiba langkah Ha Na terhenti, ia menoleh ke belakang dan melihat Guru Ma berdiri diam memandang seseorang. Ha Na mencoba mengikuti arah pandang Guru Ma, Oh Dong Goo. Ia jadi bertanya-tanya, apa Guru Ma tengah memperhatikan Dong Goo.
Bersambung ke episode 14
Komentar :
Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk putra putri mereka. Tapi terkadang itu tak sejalan dengan keinginan sang anak. Saling pengertian diantara mereka lah yang bisa menjadi jalan tengahnya. Orang tua harus mengerti apa keinginan anak dan si anak juga harus mengerti apa yang menjadi harapan orang tua.
Peran Guru Ma disini sebagai penghubung diantara anak dan orang tua. Entah apa yang terjadi pada anak-anak ini kalau pikiran mereka tidak dibuka oleh Guru Ma. Guru Ma memang tegas tapi terbukti bisa membuka pikiran anak-anak.
Ah sejak kapan Guru Ma mulai mencari ibu Dong Goo. Jadi yang dia lakukan hanya mengajar dan menyelami kehidupan anak didiknya. Sementara kehidupan pribadinya sudah tak ia perhatikan selepas kematian putra dan perceraiannya. Ia menjadi seseorang yang betul-betul menyerahkan dirinya untuk anak didiknya.
Oh ya, berhubung dramanya baru saja tamat, untuk yang sudah menonton mohon jika menuliskan komentar tidak mengandung spoiler ya. Trims....!!!
Oh ya, berhubung dramanya baru saja tamat, untuk yang sudah menonton mohon jika menuliskan komentar tidak mengandung spoiler ya. Trims....!!!
kok baca sinopnya jadi sedih.......
ReplyDeletekeren,, HWAITING HWAITING!!
ReplyDeletewalopun sudah tamat nontonnya, tetep nunggu recapnya mbak anis,,,lebih brasa gimanaaa gituu, meweknya lebih mengharu biru, en ketawa ketiwinya lebih heboh aja,,,heheee so, semangat ya mbak nyeleseinnya,, pokoknya HWAITING HWAITING... \^0^/
ReplyDeletejadi terharu...
ReplyDeletesedih apalagi waktu liat ibu nya dong goo !! :D
ReplyDeleteSerasa bisa ngearasain yg hana rasain ;'(
ReplyDeletesama" gak tau bakat dan cita-cita sendiri u.u
tolong dipercepat yaahh, bikin sinopny ._.
ReplyDeleteYa ampun say. Ga gampang ngetik2 cepet. Kalau baca 15 menit selesai, lain hal nya dengan menuliskannya. Berjam-jam. Jadi mohon pengertiannya ya...!!!
DeleteEmaknya Dong Goo cantik.....Setuju sis anis...buat sinopsis itu gak gampang, butuh waktu berjam-jam...Hwaiting...
DeleteMengharu biru...... Pengen kaya guru Ma.. Kerennn
ReplyDeleteMba anis smangat nulisnya.
.Boucye.
trims yaaa sy mewek ni baca nya!!!!
ReplyDeleteMengharukannnn... sekali .. baca sinop nya sampai berkaca2 nih mata.... :(
ReplyDeleteI Love My Mom.... :)
Semangat Anis... eps 14 nya 3 eps lagi :)
Wuiihh ampe nangis baca sinopsisnya...
ReplyDelete~Fighting :) :D
Bener banget mbak susah bikin sinopsis, aku udah pernah nyoba... ehh malah keteteran.. GaTot jadinya
Terima kasih mbak, semangat buat lanjutin sinopsisnya sampai eps terakhir. :)
ReplyDeleteMewwekk nich..
ReplyDeleteTerharu bgt pas kelas bersama orangtua T.T
Puasaaa (˘̩̩̩^˘̩̩̩ƪ) Ngk BataL KaN?!,,
ReplyDeleteMata dahh merah... Gegara mewek...
Aq suka banget ma donggo...
Mbak semangat yaa bikin sinopsisny,..!,
Makasiehh...
Sedih baca yg ini ...
ReplyDeletenyonya oh...
ReplyDelete