Wakasek masuk ke ruang guru. Karena terkejut Guru Goo spontan menutupi dokumen yang tadi ia baca dengan buku.
Wakasek berkata kalau guru-guru kelas 6 pasti sudah mendengar tentang tindakan pendisiplinan yang diberikan pada Guru Ma. Ia harap para guru berusaha supaya tidak mengacaukan suasana kelas dan khususnya orang tua di setiap kelas. Ia juga berharap para wali kelas menjelaskan pada orang tua perihal yang positif tentang sekolah.
Guru Yang protes, “Kurasa tidak beralasan Guru Ma mendapatkan hukuman pendisiplinan ini. Bukankah sekolah seharusnya membela dan menyelamatkannya?”
Wakasek : “Sekolah saja tidak meminta ganti rugi atas kerusakan yang dia perbuat, kenapa sekolah harus melakukan hal itu?” (kerusakan apa pak?)
Wakasek meminta para guru tak perlu membicarakan hal yang tidak perlu bahkan disaat seperti ini. Wakasek pun keluar dari ruang guru.
Guru Jung mengingatkan kalau masalah ini bukanlah sesuatu yang bisa Guru Yang tentang. Guru Yang hanya bisa menarik nafas kesal.
Wakasek yang menuju kelas 6-3 menghubungi ibu Na Ri. Ia menyampaikan kalau Guru Ma sudah mendapatkan hukuman larangan mengajar selama setahun karena kejadian ini.
Ibu Na Ri memuji kalau wakasek sudah bekerja keras. Wakasek berkata kalau ini juga berkat ibu Na Ri dan juga anggota dewan pendidikan itu melakukan pekerjaannya dengan baik jadi semuanya berjalan lancar.
Ibu Na Ri meminta tolong menuntaskan masalah ini hingga akhir. Ia menyampaikan kalau ayah Na Ri ingin bertemu dengan wakasek. Ia bertanya kapan wakasek ada waktu. Wakasek tertawa lebar, kapan pun sepulang sekolah ia bisa.
Wakasek masuk ke kelas 6-3, Bo Mi akan memimpin teman-temannya memberi salam tapi wakasek bilang tidak usah. Ia melihat jadwal pelajaran hari ini, Budi Pekerti. “Budi pekerti, seberapa banyak perkembangan kalian?” (haha lha waktu pelajaran Rakyat Korea bertanya seberapa tahu jumlah rakyat Korea)
Anak-anak diam... wakasek bertanya lagi, kubilang seberapa banyak perkembangan kalian, ia pun bertanya pada ketua kelas.
Bukannya menjawab Bo Mi malah bertanya, “Pak Guru, guru kelas kami tidak bisa ke sekolah karena mereka memberikan hukuman. Apa itu benar?”
“Dia dilarang mengajar selama setahun, apa itu benar?” Na Ri juga ikut bertanya.
Wakasek : “Karena kalian sudah tahu semuanya jadi aku akan bilang. Karena hukuman pendisiplinan dari dewan pendidikan, Guru Ma akan meninggalkan sekolah ini. Tentang guru baru, sekolah akan mengurusnya dengan cepat jadi tidak akan menganggu kalian. Karena kalian sudah tahu, jangan terpengaruh kondisi, teruslah belajar dengan giat.”
Mereka jelas tak bisa menerimanya, “Kami hanya ingin belajar dengan guru kami yang sekarang.” protes Dong Goo.
Seo Hyun berdiri, “Menggantikan guru kelas adalah masalah yang penting bagi kami. Bukankah pak wakasek seharusnya mendengarkan pendapat para siswa?”
Do Jin : “Aku setuju. Kami menentangnya. Bukankah begitu teman-teman?”
Soo Jin mengangkat tangan setuju kalau ia menentang pergantian guru kelas mereka. Yang lain pun ikut angkat tangan setuju.
Wakasek mengingatkan bukankah pendapat anak-anak sudah sepenuhnya diterima saat anggota dewan pendidikan mewawancarai anak-anak. Kenapa sekarang malah mengatakan hal yang berbeda. “Hal yang paling penting dipertimbangkan untuk hukuman Guru Ma adalah pendapat dari kalian. Kami orang dewasa yang mempertimbangkan dan memutuskannya. Bukankah semuanya sudah jelas.”
Wakasek pun menyuruh anak-anak membuka buku pelajaran. Tapi ponsel wakasek bunyi, ia pun menyuruh anak-anak belajar sendiri dan menugaskan ketua kelas untuk mencatat nama anak-anak yang ribut. Ia sendiri keluar menerima telepon.
Bo Mi terlihat cemas, “Jadi apa Guru Ma dihukum karena kita?” Dong Goo menyangkal hukuman itu pasti bukan terjadi karena wawancara pada anak-anak.
Sun Young berkata kalau pada saat wawancara ibunya yang banyak bicara ia sendiri tidak bisa berkata apa-apa.
Tae Sung menilai kalau dewan pendidikan itu hanya mendengar apa yang ingin dia dengar bukan pendapat mereka yang sebenarnya. Na Ri heran siapa yang mengusulkan penyelidikan ke departeman pendidikan. Hwa Jung merasa berhubung bukan mereka pasti itu dilakukan ibu-ibu mereka.
Jung Soo kesal, “Apa akan berakhir seperti ini? Dengan pemecatan Guru Ma? Bukankah kita seharusnya melakukan sesuatu? Menolak untuk belajar gitu atau semacamnya?”
Lee Da In mengeluh, “Kita harus menerima pelajaran dulu sebelum kita menolak. Tapi wakasek selalu membuat kita belajar sendiri.”
Hyuk Pil : “Bukankah kita harus mencari solusinya?”
Soo Jin : “Apa kita harus berubah menjadi anak bandel?”
Ga Eul : “Aku ragu akan ada yang peduli.”
Anak-anak mengeluh kesal.
Ha Na dan ketiga temannya berada di taman sekolah. Ha Na mengira kalau mereka akan memiliki kelas yang bagus bersama Guru Ma tapi ternyata begini. Seo Hyun merasa kalau keadaan kelas sekarang kembali kacau. Ia juga merasa kalau anak-anak lain tidak akan tinggal diam.
Bo Mi mengeluh apa yang harus mereka lakukan. Seo Hyun tak tahu apa yang akan dikatakan guru kelas pada mereka. Ha Na mengajak teman-temannya menemui Guru Ma untuk meluruskan masalah ini.
Ha Na dan teman-temannya menemui Guru Yang. Ia meminta Guru Yang memberi tahu di rumah sakit mana Guru Ma dirawat. Bo Mi menanyakan apa Guru Ma akan pergi begitu saja seperti ini. Seo Hyun berkata kalau ia dan teman-teman masih memiliki banyak hal yang ingin ditanyakan pada Guru Ma.
Guru Yang pun mengajak mereka berempat ke rumah sakit tempat Guru Ma dirawat. Tapi ruang rawat itu kosong, si pasien sudah tak berada disana lagi.
Guru Yang mengajak keempatnya ke rumah kontrakan Guru Ma. Guru Yang heran melihat pintu rumah itu tidak terkunci. Ia pun masuk ke rumah dan menyalakan lampu.
Betapa terkejutnya Guru Yang melihat rumah itu kosong. Tak ada buku-buku yang sebelumnya ia lihat tersusun rapi. Seo Hyun bertanya apa Guru Yang yakin kalau ini rumah Guru Ma. Guru Yang sangat yakin karena beberapa hari yang lalu ia kesini.
Ha Na menemukan sesuatu disana, tulisan bertuliskan nama Oh Dong Goo dengan nama barang rampasan Miss Rosa lengkap dengan tanggal merampasnya. (ya jelas hanya label-nya saja, kan bonekanya sudah diberikan ke Rosa)
Mereka keluar dari rumah itu. Ha Na mencoba menghubungi ponsel Guru Ma tapi tidak aktif. Dong Goo yang mencoba mengirim sms juga tidak dibalas. Guru Ma juga tidak menjawab telepon dari Guru Yang.
Bo Mi menunduk sedih, “Apa artinya kita tidak akan bertemu lagi dengan Guru Ma?”
Dong Goo : “Jadi apa Guru Ma pergi begitu saja? meninggalkan kita? tanpa salam perpisahan atau semacamnya?”
Seo Hyun : “Aku tahu, Guru Ma mungkin berpikir kalau perpisahan hanya buang-buang waktu.”
Ha Na : “Tapi tetap saja kita telah melewati banyak hal bersama Guru Ma. Dimana dia sekarang?”
Tak jauh dari sana di lantai atas Guru Ma memperhatikan mereka. Mereka tak menyadari kalau Guru Ma melihat mereka.
Guru Yang menghibur meminta anak-anak tak perlu khawatir. Ia akan mencari tahu. Ia mengajak semuanya pulang.
Keempatnya berjalan lemas. Seo Hyun berkata kalau mereka tidak tahu banyak tentang Guru Ma. Bo Mi berkata tapi kalau Guru Ma hampir tahu segalanya tentang mereka. Dong Goo sampai hafal apa yang selalu Guru Ma ucapkan, ‘berhenti mengeluh’.
Bo Mi penasaran apa Guru Ma marah karena mereka mengatakan hal yang buruk tentang Guru Ma saat wawancara. Seo Hyun merasa kalau alasannya bukan karena itu.
Bo Mi heran melihat Ha Na dari tadi diam, “Apa yang kau pikirkan dari tadi?” Ha Na yang dari tadi berfikir mengatakan kalau sepertinya ia tahu dimana mereka bisa menemukan Guru Ma.
Ha Na mengajak ketiga temannya ke tempat ia pernah melihat Guru Ma. Tempat di sekitar klub malam tempat Rosa bekerja. Dong Goo melihat Na Ri, Sun Young dan Hwa Jung juga datang. Ha Na terkejut bagaimana bisa Na Ri dkk datang. Bo Mi mengatakan kalau ia yang menghubungi teman lainnya, yang ikut maka mereka akan datang.
Na Ri memperhatikan sekeliling tempat, “Apa kita akan menemukan Guru Ma disini?” Ha Ha yang tak yakin menjawab mungkin saja.
Ternyata masih ada yang datang lagi, Do Jin dan Jung Soo. Melihat hanya sedikit teman yang datang Seo Hyun menebak kalau waktunya terlalu malam jadi mereka jarang yang diperbolehkan keluar. Do Jin bertanya dimana Guru Ma akan muncul.
Ha Na menoleh ke tempat dia melihat Guru Ma berdiri. Anak-anak ikut melihat ke depan Klub malam. Banyak pria mabuk keluar masuk tempat itu. Na Ri heran, apa Guru Ma pergi ke tempat seperti itu. Sun Young bisa menebak kalau tempat itu adalah bar. Dong Goo juga masih tak mengerti apa Guru Ma itu minum alkohol. Ha Na berkata kalau ia juga tak yakin tentang itu. Tapi setiap hari di jam segini Guru Ma selalu datang ke sana. Ia pernah melihatnya ketika pulang.
Ha Na memeriksa jam di ponselnya pukul 10.11. Ia mengatakan kalau di jam segini ia melihat Guru Ma, jadi kalau mereka menunggu sedikit lebih lama Guru Ma pasti akan muncul.
Tapi waktu terus berjalan jam di ponsel Ha Na menunjukan kalau sekarang sudah pukul 10.47 tapi mereka tak juga melihat kemunculan Guru Ma.
Mereka mengeluh kelelahan, Sun Young yang sudah kelelahan bertanya apa Ha Na yakin Guru Ma pergi ke tempat itu. Hwa Jung juga sudah lelah berapa lama lagi mereka harus menunggu. Na Ri mengajak kedua temannya berstirahat ditempat yang nyaman. Kalau Guru Ma muncul panggil saja.
Petugas parkir yang ada disana menegur anak-anak, “Hei kalian, ini bukan tempat untuk anak-anak. Pergilah!”
Ha Na teringat pada petugas parkir yang tempo hari, itu orang yang sama. Ha Na pun bertanya, “Ahjussi setiap malam di jam segini di depan sana apa kau pernah melihat wanita tinggi dengan pakaian gelap? Apa dia menemui perempuan yang datang dengan taksi setiap hari?”
Petugas parkir berusaha mengingat-ingat, “Oh itu, orang yang mencari Rosa ya? Oh Guru itu? Perempuan itu sudah tidak datang kesini lagi. Rosa juga sudah berhenti.”
Mendengar nama Rosa disebut Dong Goo terkejut. Tapi ia diam karena masih belum yakin, apa itu Rosa yang sama.
Karena dirasa Guru Ma tak akan datang ke tempat itu mereka pun memutuskan untuk pergi dari sana. Tapi sebelum pergi mereka mendengar Na Ri berteriak. Mereka langsung lari menuju sumber suara.
Na Ri, Sun Young dan Hwa Jung ternyata diganggu dua pemuda nakal. Ketiganya ketakutan. Salah satu dari pemuda itu membelai rambut Na Ri. Na Ri yang ketakutan menepis tangan pemuda itu. Pemuda itu marah dan akan memukul tapi itu hanya menggertak saja dan mengajak Na Ri cs ke karaoke bersama.
Ha Na dkk sampai disana. Dong Goo berteriak, “Hei siapa kalian mengganggu teman-teman kami?” Na Ri, Sun Young dan Hwa Jung akan lari tapi salah satu pemuda menarik tangan Na Ri. Na Ri menjerit ketakutan.
Dong Goo tak terima melihat temannya diganggu seperti itu. Ia maju melawan dua pemuda itu untuk menolong Na Ri. Jung Soo dan Do Jin juga ikut membantu.
Terjadilah perkelahian diantara mereka. Mereka bergantian memukul. Seo Hyun secepatnya menghubungi polisi. Mereka bertiga sekuat tenaga melawan dua pemuda yang secara usia dan postur tubuh lebih dari mereka.
Polisi datang, dua pemuda itu akan kabur tapi polisi berhasil menangkapnya. Dong Goo, Do Jin dan Jung Soo terluka, wajahnya babak belur.
Semuanya dibawa ke kantor polisi. Ibu-ibu dipanggil ke kantor polisi, ibu Ha Na juga datang. Ibu Ha Na yang cemas bertanya pada putrinya apa yang terjadi. Ibu Sun Young berkata kalau anak-anak mencari Guru Ma jadi mereka ada disekitar sini malam-malam.
Ibu Hwa Jung mengumpat kesal, “Karena guru yang jahat itu mereka harus mengalami hal seperti ini.” Ibu Sun Young pun semakin setuju untuk melayangkan surat keluhan yang diusulkan ibu Na Ri. Anak-anak hanya menunduk diam.
Ibu Na Ri yang sudah ada disana bertanya pada ibu Ha Na, “Apa ini masih menjadi hal yang baik dengan mendengarkan perkataan anak-anak, ibu Ha Na?” Ibu Ha Na yang semula mendukung keinginan anak-anak jadi tak bisa berkata apa-apa.
Pak polisi berkata kalau ini baru terjadi sepanjang hidupnya, ia sering melihat seorang guru mencari siswanya tapi siswa mencari guru ia baru melihatnya sekarang. Ibu Sun Young minta maaf ini semua terjadi karena anak-anak masih belum dewasa.
Dua pemuda nakal tadi juga orang tuanya datang. Mereka yang khawatir dengan keadaan anak mereka tapi juga memarahi kenakalan anak mereka. Kedua pemuda itu diam saja diomeli orang tua mereka.
Pak polisi bertanya siapa diantara ibu-ibu ini yang orang tuanya Go Na Ri. Ibu Na Ri yang berdiri di depan Pak polisi mengatakan kalau ia ibunya Go Na Ri. Pak polisi berkata kalau ia sudah menerima panggilan telepon dari Jaksa Park atas penyelesaian kasus ini. Pak Polisi meminta petugas polisi lain untuk meminta tanda tangan orang tua dan memberi mereka peringatan secara lisan. Polisi itu pun memberikan kertas menyuruh anak-anak menuliskan nama. Ibu Ha Na menatap marah atas tindakan putrinya.
Keesokan harinya di sekolah. Semua siswa yang terlibat kejadian semalam berdiri tanpa disuruh. Wakasek heran apa yang mereka lakukan. Ha Na mewakili teman-teman meminta maaf untuk kejadian semalam karena ia yang meminta teman-teman untuk datang.
Dong Goo : “Bagaimana pun kami sudah salah karena menggunakan kekerasan.”
Semuanya mengucapkan permintaan maaf. Na Ri berkata kalau mereka akan membuat surat refleksi diri dan bersedia mendapatkan hukuman apapun.
Wakasek mengingatkan bukankah sudah jelas akan ada masalah kalau anak-anak bermain saat larut malam. Karena mereka sudah menyesali perbuatan dan orang tua pun berjanji akan lebih berhati-hati mengawasi, wakasek pun memaafkan dan tak menghukum mereka. Anak-anak dipersilakan duduk.
Bo Mi menyampaikan pada wakasek bahwa ia dan teman-temannya sudah mengadakan diskusi kelas. Mereka menyatakan banding atas hukuman yang diberikan pada Guru kelas mereka. “Kami memutuskan untuk menyerahkan banding pada dewan pendidikan!”
Wakasek terkejut, “Apa yang kalian serahkan?”
Seo Hyun : “Saat wawancara terakhir kami, sepertinya pendapat kami disalahartikan. Tolong dengarkan pendapat kami sekali lagi dan putuskan ......”
Wakasek menyela, “Bukankah aku sudah menjelaskan pada kalian? Orang dewasalah yang akan mengurus masalah Guru Ma!”
Ha Na protes, “Bapak tidak bisa mengusir guru kelas kami begitu saja. Tolong bantu kami menyampaikan hal ini pada dewan pendidikan.”
Wakasek berkata kalau posisi sekolah itu sama dengan dewan pendidikan. “Kami setuju kalau guru yang bermasalah seperti Guru Ma tidak pantas mengajar siswa.”
Tae Sung : “Kami telah mengumpulkan pendapat semua siswa di kelas ini. Tolong berikan kami kesempatan untuk mengemukakan pendapat kami tentang guru kelas kami.”
Wakasek marah dan membentak, “Pendapat kalian itu tidak penting. Apa menurut kalian guru kelas adalah hal yang diputuskan dengan pendapat siswa?”
Ponsel wakasek bunyi, ia akan menjawab telepon di luar. Ia menyuruh siswa jangan memikirkan hal tak berguna. Ia melihat jadwal pelajaran hari ini matematika dan menugaskan siswa untuk belajar sendiri. Ia pun keluar kelas menerima telepon. Anak-anak menahan kesal.
Soo Jin marah, “Kenapa mereka selalu mengabaikan pendapat kita? Bukankah ini guru kelas kita?”
Na Ri : “Orang dewasa selaau memutuskan sendiri, tapi kenapa mereka bilang kalau itu untuk kita? Mereka bahkan tidak mendengarkan apa yang kita inginkan.”
Bo Mi menunduk lesu, “Lalu sekarang bagaimana?”
Dong Goo : “Apa kita hanya akan melihat saja?”
Sun Young tak semangat, “Ya mau bagaimana lagi?”
Na Ri punya ide, “Kita langsung pergi saja ke dewan pendidikan!”
Siswa kelas 6-3 akan demo langsung ke dewan pendidikan. Mereka berbondong-bondong membawa tulisan yang menyuarakan aspirasi mereka.
Kami ingin belajar dengan Guru Ma Yeo Jin
Tolong kembalikan Guru Ma Yeo Jin
Bu Guru kami merindukanmu
Guru Ma Yeo Jin tidak bersalah, kami merindukanmu
Guru Ma Yeo Jin tolong kembalilah TT
Guru Yang menuju ruang guru bersama Justin. Ia masih merasa khawatir, “Kau pikir tidak ada sesuatu yang terjadi pada Guru Ma, kan? Aku bahkan tak bisa menghubunginya.”
Justin : “Dia juga keluar dari rumah sakit lebih awal.”
Guru Yang : “Dokter bilang akan berbahaya kalau dia kelelahan lagi.”
Justin hanya bisa menarik nafas panjang.
Tiba-tiba keduanya terkejut melihat rombongan siswa kelas 6-3. “Bukankah mereka itu siswa dari kelasnya Guru Ma? sahut Justin. Guru Yang mengejar mereka, “Anak-anak kalian mau kemana?”
Wakasek kembali ke kelas 6-3 dan ketika ia membuka pintu. Toeeenggggg.... kelasnya kosong tak ada satu pun siswa, “Kemana mereka pergi?”
Guru Yang dan Justin mencegat siswa kelas 6-3 yang akan pergi. Na Ri mengatakan kalau ia dan teman-temannya ingin menyuarakan pendapat langsung ke dewan pendidikan.
Guru Yang mengingatkan kalau anak-anak berbuat begini, itu hanya akan membuat masalah semakin sulit. Ia meminta anak-anak kembali ke kelas.
Do Jin : “Orang dewasa bilang akan mengurusnya tapi orang dewasa selalu melakukan apapun yang mereka inginkan.”
Soo Jin : “Benar, kalian meremehkan apa yang kami sampaikan.”
Justin mengingatkan anak-anak, “Apa kalian pikir bisa melakukannya saat jam pelajaran?” Ia mengajak semuanya kembali ke kelas, tapi anak-anak tak mau.
Dong Jin : “Wakil kepala sekolah hanya menyuruh kami belajar sendiri.”
Bo Mi : “Kami harus cepat menyatakan pendapat kami, jadi guru kelas kami bisa kembali.”
Mereka membenarkan dan suasana pun gaduh. Guru Yang dan Justin bingung bagaimana menghadapi mereka.
Wakasek melihat kegaduhan ini dan berteriak, “Apa yang kalian lakukan?” suara wakasek terdengar sangat keras. “Apa kalian mau melakukan demo?”
Seo Hyun : “Kami akan menyampaikan banding yang berisi pendapat kami tentang guru kelas dan meminta wawancara ulang. Itu yang ingin kami lakukan.”
Seo Hyun menyerahkan pada wakasek pernyataan banding dan persetujuan tanda tangan seluruh siswa kelas 6-3.
Dong Goo : “Saat wawancara terakhir ada banyak hal yang tidak kami sampaikan.”
Na Ri : “Kami tidak ingin guru kami berhenti.”
Wakasek tentu saja marah, dari mana anak-anak belajar bersikap buruk seperti ini. “Apa kalian bilang akan bolos sekolah dan pergi demo?”
Ha Na : “Kami hanya ingin menyampaikan pendapat kami.”
“Sudah kubilang kami tidak butuh pendapat kalian.” Wakasek yang marah merobek kertas pernyataan banding yang dibuat anak-anak. Ia menyuruh anak-anak kembali ke kelas. “Apa Guru Ma mengajarkan ini pada kalian?” bentak wakasek.
Guru-guru melihat keributan ini. Wakasek menyuruh para guru untuk mengamankan anak-anak ke kelas.
Guru-guru pun membujuk anak-anak untuk ke kelas tapi anak-anak tak mau. Mereka ingin pihak sekolah membiarkan mereka menyampaikan pendapat ke dewan pendidikan. Mereka tak bisa membiarkan Guru Ma pergi dengan cara seperti ini.
Terjadilah aksi saling dorong. Anak-anak yang ingin pergi sementara para guru yang menahan mereka.
Ha Na melihat seseorang datang ke sekolah. “Bu Guru!” teriak Ha Na melihat Guru Ma tiba di sekolah. Anak-anak pun berhenti saling mendorong. Semuanya melihat ke arah pintu masuk.
Guru Ma menghampiri mereka, “Apa yang terjadi disini?” ucapnya menatap tajam anak-anak. Ia menyuruh anak-anak kembali ke kelas. Anak-anak terdiam terharu melihat guru mereka kembali.
Guru-guru berkumpul di ruang guru. Wakasek menayakan kenapa Guru Ma datang ke sekolah, hal ini pasti akan membingungkan anak-anak. Guru Ma tak ingin bicara dulu, ia sudah terlambat masuk kelas. Ia akan bicara lagi dengan wakasek nanti.
Wakasek mengingatkan kalau dewan sekolah sudah melarang Guru Ma mengajar selama setahun, bukankah Guru Ma juga sudah tahu itu. Dan untuk sementara guru kelas 6-3 adalah dirinya sedangkan Guru Ma sudah tak boleh masuk ke kelas lagi. wakasek juga marah, apa saja yang Guru Ma ajarkan pada anak-anak karena kemarin ada kejadian luar biasa yang terjadi karena Guru Ma. Apa Guru Ma sudah mendengar kejadian itu, bahkan setelah dipecat pun kejadian di kelas 6-3 tidak pernah berhenti.
Guru Ma tak mempedulikan ocehan marah wakasek. Ia pergi ke kelas untuk mengajar. Wakasek tentu saja emosi Guru Ma mengabaikan ucapannya begitu saja.
Guru Yang menenangkan, tidakkah wakasek lebih baik memberi waktu pada Guru Ma untuk mengucapkan perpisahan pada anak-anak. Guru Jung membenarkan, anak-anak sudah gelisah jadi lebih baik biarkan Guru Ma bicara sendiri secara langsung pada anak-anak.
Guru Ma berdiri di depan pintu kelas 6-3. Ia melihat dari luar anak-anak yang duduk tersenyum sambil bersenda gurau. Ia pun menguatkan hati untuk bersikap seperti biasa di depan anak didiknya. Melihat Guru Ma masuk kelas anak-anak langsung duduk rapi.
Semua diam menatap Guru Ma. Guru Ma menegur, “Apa yang kalian lihat? Ketua kelas?” Bo Mi gugup dan langsung berdiri memimpin memberi salam.
Guru Ma : “Siapa anak bodoh yang terlibat perkelahian di jalan kemarin malam?”
Mereka yang terlibat berdiri. Guru Ma menatap tajam Ha Na, “Shim Ha Na kudengar kau yang memimpin, apa itu benar?” Ha Na menunduk membenarkan.
Guru Ma : “Kau yang mengajak mereka mencari ibu. Apa kalian berkeliaran di jalan tempat hiburan saat larut malam?”
Ha Na minta maaf.
Guru Ma : “Aku paham karena semua anak yang paling buruklah yang membuat masalah.”
Seo Hyun menyadari kesalahan itu dan menilai kalau mereka kurang berfikir panjang, ia minta maaf. Bo Mi dan yang lain juga minta maaf.
Guru Ma : “Go Na Ri, apa kau sudah memutuskan untuk hidup seperti temanmu yang paling buruk? Kalau ibumu tahu, dia akan kecewa.”
Na Ri minta maaf, tapi ia dan teman-temannya sangat ingin menemui Guru Ma.
Guru Ma : “Apa kalian pikir alasan seperti itu akan dimaafkan?”
Tepat saat itu wakasek berdiri di luar pintu kelas memperhatikan mereka.
Soo Jin ikut berdiri dan berkata kalau mereka benar-benar ingin menemui Guru Ma.
Bit Na : “Kami pikir Ibu akan meninggalkan kami begitu saja!”
Guru Ma : “Tentu saja, jangan kira kalian akan bebas dari ini. Sampai akhir semester ke dua, semua siswa membersihkan ruang kelas!”
“Ya,...!” jawab anak-anak serempak sambil tersenyum menerima hukuman.
Do Jin : “Bu guru, kalau begitu apa ibu sudah kembali?”
Guru Ma diam.
Tepat saat itu wakasek masuk ke kelas, “Guru Ma apa yang anda lakukan?” Guru Ma menjawab sambil tetap menatap anak-anak kalau ia sedang mengajar. Wakasek kesal karena Guru Ma menajwab pertanyaan tanpa memandang ke arahnya. “Guru Ma anda bukan lagi guru mereka. Keluarlah!”
“Kurasa aku sudah bilang sedang mengajar.” ucap Guru Ma tanpa menatap ke arah wakasek. “Jangan mengganggu, dan anda tolong pergilah!”
“Apa anda benar-benar ingin melakukan ini?” wakasek yang marah mempersilakan Guru Ma melakukannya. Ia sendiri keluar kelas dan membanting pintu.
Ha Na kembali menanyakan pertanyaan yang diucapkan Do Jin tadi, “Ibu sudah kembali kan?” ia dan teman-temannya menyadari sudah melakukan kesalahan pada Guru Ma.
Seo Hyun berkata kalau mereka akan pergi ke dewan pendidikan dan mengatakan pada mereka. Ha Na berkata kalau mereka ingin bersama Guru Ma sampai upacara kelulusan.
Guru Ma tetap bersikap tegas, “Jangan mengeluh. Kenapa kalian menyia-nyiakan waktu terhadap masalah yang tidak perlu? Kalian punya hal yang harus dilakukan dan banyak hal yang bisa kalian lakukan.”
Dong Goo : “Kami tidak ingin guru selain Ibu,”
Ha Na : “Aku senang ibu terus mengajar kami.”
Bo Mi : “Kalau tanpa ibu, aku tak tahu apa yang harus dilakukan.”
Guru Ma : “Berhenti bertingkah seperti anak kecil yang hanya bisa bertanya pada guru untuk suatu jawaban. Sampai kapan kalian terus mencariku dan bilang ‘Bu Guru Bu Guru?’ Jawabannya sudah ada pada diri kalian. Sangat wajar bila takut terhadap ketidaktahuan dihari esok. Tapi menyia-nyiakan hari ini karena rasa takut itu, itu adalah hal yang paling bodoh.
Apa aku harus bilang apa yang akan terjadi besok pada anak-anak seperti kalian? Kalian akan hidup setiap harinya dengan ketakutan. Ketika kalian masih hidup, bisikan tidak pernah lelah, menanam ketakutan, dan teror pada kalian, kalian akan menemui banyak orang yang melakukan hal itu.
‘Kalau kalian tidak lulus dari sekolah yang bagus, kalian akan gagal’ ‘kalau tidak melakukan operasi plastik dan menjadi cantik, semua orang akan membenci’ Kalian akan takut itu, 'kalian harus mengorbankan hari ini untuk hari esok'
Tapi ingatlah, kalian tidak sedang hidup di hari kemarin atau besok. Hari ini, itulah waktu yang kalian miliki sekarang. Saat kalian khawatir, rasakan bagaimana kalian bernafas. Jika kalian menutup mata, udara akan masuk. Jika kalian meletakan tangan kalian di dada, jantung kalian berdetak. Dan jika kalian mendengarkan, maka kalian akan mendengar tawa teman kalian. Karena takut akan masa depan jangan pernah melakukan hal bodoh seperti membuang hal yang paling berharga yang kalian miliki hari ini.”
Wakasek kembali masuk ke kelas bersama dua guru pria yang akan menyeret Guru Ma keluar kelas. Wakasek memperingatkan kalau ini bukan lagi tempat Guru Ma mengajar. Ia menyuruh Guru Ma segera keluar. Tampak pula guru-guru lain di luar kelas.
Tapi Guru Ma tetap berdiri di tempatnya, “Apa kalian tidak punya impian?” ucapnya pada anak-anak. “Apa Kalian tidak tahu kalian akan jadi apa? Kalau begitu lakukan apa yang kalian bisa dan yang kalian inginkan seperti anak berusia 13 tahun. Lakukan yang terbaik yang kalian bisa. Tidak apa-apa melakukan kesalahan, tidak apa-apa kalau kalian gagal. Kalau kalian berusaha sebaik mungkin hari ini, kalian akan menemukan diri kalian dan kalian akan melihat mimpi di hari esok.”
Dua guru pria dengan sopan meminta Guru Ma berhenti dan segera keluar tapi Guru Ma menolak ia masih belum selesai.
Mata anak-anak sudah berkaca-kaca mendengar masehat Guru Ma dan tanpa terasa air mata mereka menetes.
Guru Ma kembali menatap seluruh siswanya, “Jangan lari dari apa yang harus kalian lakukan sebagai anak kelas enam, temukan kebahagiaan kalian sendiri dan nikmati kebahagiaan hidup kalian sepenuhnya. Dan saat kalian bahagia, teman kalian juga harus bahagia, jangan lupakan itu. Anggaplah diri kalian sangat berharga dan anggaplah teman kalian juga berharga. Dengan kemampuan terbaik kalian, bersama teman kalian, seperti sekarang, kalian bisa hidup dengan bahagia.”
Anak-anak menunduk terdiam menitikan air mata yang semakin lama semakin deras mengalir.
Guru Ma merapikan buku-bukunya dan dengan memantapkan hati ia berjalan keluar meninggalkan kelas.
Bersambung ke episode 16 (episode terakhir)
Nasehat perpisahan dari Guru Ma di episode ini benar-benar maknyus untuk kita semua. Drama ini benar-benar pesannya menusuk ke hati. Ga tahu deh kapan lagi ada drama yang akan menusuk hati seperti ini.
Berlinang air mata bacanya. :') thanks mb buat sinop nya, ditunggu kelanjutannya, semangat ya mb, tinggal 1 eps lagi tuh
ReplyDelete#rahma
Wah... Setuju mba. Pesan guru Ma,menginspirasi banget. TT terharu. Drama ini banyak makna penting yang bagus buat di resapi. Mba anis, ditunggu kelanjutannya. Semangat!
ReplyDeleteNb : Kayaknya para pemainnya juga enjoy pas shootingnya n meresapi, sampai-sampai yg peran jadi dong goo minta season 2. hehe... Setuju deh klo ada lanjutannya nanti pas mereka udah SMP.hehe...
-Yumenas-
Sama berlinang air mata juga membacax... Hiks...hiks..
ReplyDeleteHiks hiks hiks... Sedih banget :'( pengen liat Ha na cs besar bersama guru ma
ReplyDeletemengharu biru bacanya
ReplyDeleteKata2.a trsmpaikn k hti ank2 ;(
ReplyDeleteguru Ma emang TOP deh,, aku baca aja sampe nangis sesenggukan...hiks hiks
ReplyDeletedramanya bener-bener menusuk hati
Nangis lgi :'( ni drama tiap episode bikin nangis trus huhuhu
ReplyDeleteHuaaa :'( guru ma sini aku peluk *eh?
ReplyDeleteSeason 2 boleh juga nih pengen liat anak2 gedenya kaya gimana :) tapi biasanya kalo korea season 2 itu suka berubah baik pemain maupun cerita'a alias udh cerita baru lagi bukan ngelanjutin ..
huaaaaaaaaaaa
ReplyDeleteaaaaaa...... T.T
nangis lagi...
ReplyDeleteNangis bacanya :'(
ReplyDelete-Drama korea yg sangat menginspirasi kita semua :)
Yumenas, Rosalina : iya saya juga baca tuh yg interview sama Dong Goo. Hehe Queen's Classroom season 2. Bagus juga... Tapi.....
ReplyDeleteSaya pengennya tetep sama Guru Ma. Tapi ga mungkin dengan anak2 yg sekarang karena mereka sudah masuk SMP. Pengennya sih selepas setahun kemudian Guru Ma kembali mengajar di sebuah SD negeri lain dan bertemu dg anak2 lain yg memiliki masalah berbeda-beda. Pengen liat juga usaha Guru Ma untuk kembali masuk lagi di dunia pendidikan selepas hukuman larangan dia mengajar.
All : trims ya komentar n kunjungannya.
setuju ^^
ReplyDeletewajib di tonton guru-guru ne.......!
ReplyDelete