Saturday 1 June 2013

Sinopsis Queen of Ambition Episode 17 Part 1

Di ruang konferensi pers terpampang sebuah spanduk bertuliskan, ‘Sebuah negara untuk rakyat, Seok Tae Il’

Itu adalah tempat yang akan digunakan oleh Walikota Seok untuk mengumumkan pada masyarakat bahwa ia akan mendeklarasikan diri untuk mengikuti pemilihan Presiden mendatang. Wartawan sudah berkumpul disana.
Walikota Seok masuk ke ruangan itu diikuti oleh Da Hae di belakangnya. Wartawan sibuk mengabadikan momen ini.

Walikota Seok berdiri di podium, memberi hormat pada semua yang datang atau lebih tepatnya memberi hormat pada rakyat Korea. Da Hae dengan tegap berdiri di sampingnya.
“Rakyat tercinta, aku Seok Tae Il ingin mengumumkan pencalonanku sebagai Presiden. Dengan doa dan harapan dari setiap rakyat negeri ini, aku berdiri disini dengan hati penuh semangat. Sebuah negara untuk rakyat, aku akan membangun negara yang adil. Republik Korea yang kokoh. Aku akan berjuang demi masa depan kalian. Aku tak akan menyerah."

Dalam pidatonya ini Seok Tae Il terlihat berapi-api. Semua yang hadir memberikan tepuk tangan. 

“Sebuah negara tanpa masalah pengangguran, sebuah negara tanpa masalah anak terlantar, sebuah negara tanpa masalah keuangan di bidang pendidikan, sebuah negara tanpa perlu khawatir tentang pelayanan kesehatan. Melalui dukungan semuanya, aku akan membuat Korea menjadi negara yang maju.”

Suara gemuruh tepuk tangan kembali terdengar. Da Hae yang berdiri di samping Seok Tae Il tersenyum bangga.

Dan kita pun akan kembali ke masa 1 tahun yang lalu.
Do Hoon menemui Da Hae yang berada di taman. Do Hoon berkata kalau sekarang ia melihar Da Hae begitu terluka. Da Hae juga melihat Do Hoon yang tampak kelelahan. Do Hoon mengajak Da Hae agar keduanya jangan menjalani hal yang menyakitkan lagi. Selama ia dan Da Hae bahagia maka semuanya akan baik-baik saja. Da Hae mengangguk setuju. Do Hoon berkata kalau ia bisa mengerti semuanya tentang Da Hae. Jadi ia harap Da Hae jangan berbohong padanya dan mengatakan yang sebenarnya. Da Hae kembali mengangguk setuju.
“Apa kau pernah hidup bersama pria yang bernama Ha Ryu?” tanya Do Hoon.

Da Hae tampak terkejut dengan pertanyaan Do Hoon. Tapi sepertinya ia sudah menduga kalau Do Hoon akan menanyakan itu. Da Hae menggeleng, “Tidak.”

“Kau tak punya anak dengannya?” tanya Do Hoon.

Da Hae kembali berbohong menjawab kalau itu tidak benar. “Kalau kau tak percaya tanyakan saja pada Pengacara Cha Jae Woong. Karena dia Hyung-nya Ha Ryu.”

Do Hoon yang sudah tahu kebenarannya meminta Da Hae jangan berbohong. “Aku bertanya sekali lagi, apa itu sungguh tak benar?”

“Itu tak benar.” tegas Da Hae tetap ngotot tak mengatakan yang sebenarnya.
Do Hoon emosi karena terus dibohongi, ia pun menampar Da Hae keras. Da Hae tentu saja kaget dengan tamparan keras yang begitu tiba-tiba. Do Hoon menatap marah, “Kumohon, katakan yang sebenarnya.” pinta Do Hoon yang ingin mendengar pengakuan langsung dari Da Hae. “Kubilang jangan bohong padaku!” bentak Do Hoon.

“Tidak,” Da Hae tetap meyangkal tuduhan itu. “Itu tak benar.” suara Da Hae juga meninggi.

Air mata Do Hoon menetes mendengar ucapan bohong Da Hae. Da Hae yang melihat Do Hoon menangis kecewa menyadari kalau sepertinya Do Hoon tahu segalanya. Do Hoon yang kecewa sudah tak percaya lagi pada Da Hae. Ia berlalu dari sana meninggalkan Da Hae seorang diri.
Da Hae berjalan sendirian di sepanjang jalan. Tiba-tiba ada sebuah mobil datang. Pria itu bertanya apa benar kau Joo Da Hae. Da Hae yang melihat gelagat tak baik dari orang-orang itu bertanya siapa mereka. Mereka meminta Da Hae ikut dengannya. Da Hae tentu saja tak mau dan berniat kabur tapi mereka menarik paksa Da Hae untuk masuk ke mobil.
Pria yang menyupir mengatakan kalau Presdir Baek sekarang sedang menunggu jadi Da Hae tak perlu khawatir.
Da Hae sampai di sebuah tempat dimana Presdir Baek dan Ha Ryu menunggunya. Da Hae masih menyebut Presdir dengan sebutan ayah mertua tapi sesaat kemudian ia meralatnya mengganti dengan sebutan Presdir.
Presdir meminta Ha Ryu untuk mengeluarkan dokumen yang sudah disiapkan. Ha Ryu mengeluarkan surat perceraian yang sudah dicap oleh Do Hoon. Tangan Da Hae gemetaran mengambil surat itu. Presdir berkata kalau mulai sekarang hubungan Da Hae dengan Baek Hak sudah berakhir. Da Hae tercengang mendengarnya.
Ha Ryu : “Semua yang kau lihat dan kau dengar di Baek Hak, hapuslah itu dari ingatanmu. Semua yang terjadi di rumah dan kantor kau tak boleh membicarakannnya dengan orang lain.”
Ha Ryu mempersilakan Da Hae untuk menandatangani dokumen itu. Da Hae menatap marah Ha Ryu. Ha Ryu menagtakan kalau surat perceraian ini menunjukan bahwa Da Hae setuju untuk bercerai dengan Baek Do Hoon. Isinya bahwa tunjangan keuangan akan diberikan pada Da Hae secara terpisah.

Da Hae diam tak segera tanda tangan. Ha Ryu pun terpaksa menarik tangan Da Hae untuk membubuhkan cap jari ke dokumen perceraian.

Ha Ryu : “Sampai saat ini semua tentang perceraianmu dengan Baek Do Hoon akan diurus oleh kantor pengacaraku.”
Presdir Baek memuji Ha Ryu sudah melakukan hal yang bagus. Presdir memberi tahu Da Hae kalau harta gono gini akan Da Hae dapatkan setelah Da Hae meninggalkan negara ini dengan tenang. Kau mengerti?
Da Hae kaget dirinya harus meninggalkan negara ini.

Presdir bertanya, “Apa kau tak mengerti apa yang kukatakan?”

Ha Ryu juga sama kagetnya, ia baru tahu kalau Presdir akan menyuruh Da Hae untuk meninggalkan Korea.

Presdir : ”Joo Da Hae, apa kau masih berani menghirup udara yang sama dengan Do Hoon dan Do Kyung? Tentang sisa hidupmu, kecuali kau ingin membuatnya lebih singkat, jangan sampai terlihat olehku dan pergilah dengan tenang. Kalau kau tak menuruti ucapanku, kau akan dikubur hidup-hidup.”

Da Hae bergidik mendengarnya. Ha Ryu diam mendengarkan. Presdir merasa kalau Da Hae pasti mengerti dengan peringatannya. Ia pun keluar lebih dulu.
Di luar ruangan Presdir berpesan pada anak buahnya. “Selama beberapa hari ke depan, sampai masalah ini dibereskan pastikan dia tak keluar dari villa. Awasi dia dengan hati-hati. Jangan biarkan siapapun bertemu dengan Joo Da Hae. Tangani dia tanpa ada kesalahan.”
Di dalam ruangan Da Hae menatap tajam Ha Ryu yang tengah membereskan dokumen perceraian. Da Hae mencibir, apa Ha Ryu senang melihatnya menjadi seperti ini.

Ha Ryu : “Kau mungkin tak tahu karena kau belum pernah kesana tapi saat pertama kali kau masuk penjara, mereka mengambil sidik jarimu satu per satu. Hanya karena kau menandatangani surat cerai, apa kau pikir aku akan puas?”

Da Hae :”Bukankah diantara kita sudah berakhir? Mari kita akhiri disini. Aku sudah muak.”
Ha Ryu tertawa, “Sangat mudah bagimu untuk mengatakannya. Ini belum berakhir sampai aku yang mengatakan kalau ini berakhir. Orang yang telah membunuh Hyung-ku harus menebus kejahatannya, baru ini akan berakhir, bukankah begitu?”

Da Hae menantang, “Kalau kau ingin menyelesaikannya, bawalah bukti!”

Ha Ryu menerima tantangan Da Hae, “Ketika aku membawa bukti, kita lihat apa kau masih bisa menghadapiku.”

Ha Ryu keluar dari ruangan itu terlebih dulu. Anak buah Presdir Baek masuk ke ruangan siap membawa Da Hae ke tempat yang aman. Da Hae ingin tahu akan dibawa kemana dirinya nanti. Mereka mengatakan akan membawa Da Hae ke villa sesuai perintah Presdir.
Di mobil menuju villa, Da Hae mengingat perbincangannya dengan Presdir tentang rencana Baek Hak yang akan membantu pencalonan Seok Tae Il menjadi Presiden. Saat itu Presdir berpesan padanya dan Ha Ryu agar jangan sampai terungkap kalau Baek Hak membantu salah satu calon dalam pemilihan Presiden. Kalau itu terungkap maka Baek Hak akan berakhir dalam sekejap.

Da Hae teringat pada dokumen yang ia baca. Ia harus mendapatkan dokumen itu. Ia mengamati situasi. Perlahan tangannya meraba pintu mobil dan secepat kilat ia membuka pintu dan melompat ke luar.
Da Hae jatuh gempulingan ke jalan raya. Ia segera berdiri dan menyebrang jalan. Anak buah Presdir yang melihat tindakan nekat Da Hae segera keluar mengejar. Tapi sayang Da Hae sudah naik taksi. 
“Kalau aku bisa mendapatkan dokumen itu, aku bisa bangkit lagi.” batin Da Hae. Ia meminta supir taksi lebih cepat mengemudi.
Di Baek Hak, Do Kyung dan Do Hoon menghadap Presdir. Presdir berpesan pada Do Hoon agar perceraian Do Hoon dengan Da Hae jangan sampai publik tahu, ceraikan secara diam-diam. Do Hoon yang menahan emosi berkata kalau ini masalah pernikahannya jadi serahkan saja padanya. Do Hoon meninggalkan ruangan Presdir. Do Kyung yang khawatir mengejarnya.
Presdir mendapat panggilan telepon dari anak buahnya yang memberi tahu kalau Da Hae berhasil kabur. Presdir tentu saja marah, ia tak peduli gunakan segala cara untuk membawa kembali Joo Da Hae padanya.
Di rumah Bibi Ji Mi menerima telepon dari kakaknya. Presdir berpesan pada Ji Mi kalau Joo Da Hae pulang ke rumah jangan biarkan dia melakukan apapun. Tahan dia agar tetap disana. Ji Mi tak mengerti apa maksud kakaknya, ia meminta penjelasan yang lebih jelas. Presdir tak mengatakan alasannya. Ia berkata kalau dirinya sekarang dalam perjalanan pulang. Ia tak peduli pokoknya kalau Ji Mi melihat Da Hae pulang ke rumah tahan dia agar tetap berada di rumah. Bibi Jimi menebak pasti Da Hae melakukan sesuatu lagi sampai kakaknya marah seperti ini.
Ternyata benar Da Hae menuju rumah besar. Ketika akan keluar dari taksi Da Hae membayar ongkosnya pake anting yang dia pakai. Supir taksi bengong-bengong ongkos taksinya dibayar pake anting. Da Hae bilang kalau itu sudah lebih dari cukup.

Penjaga gerbang yang belum tahu permasalahannya mempersilakan Da Hae masuk.
Di dalam rumah Da Hae melihat sekeliling. Ia langsung menuju kamar Presdir. Di kamar Presdir, Da Hae membuka setiap lemari dan laci untuk mencari dokumen Baek Hak. Tapi Da Hae tak menemukannya. Ia berusaha berfikir benda sepenting itu pasti disembunyikan Presdir disuatu tempat yang tak seorang pun tahu.
Da Hae bukan wanita yang mudah menyerah. Ia melihat sebuah lukisan di dinding. Ia pun menurunkan lukisan itu dan ternyata dugaannya benar dibalik lukisan ada brankas yang tersembunyi. Sebelum menekan password-nya terlebih dahulu Da Hae menyemprotkan cairan ke tombol-tombolnya (hmm sepertinya untuk menyamarkan sidik jari ya. Pinter nih Da Hae)

Sekali mencoba menekan password ia gagal. Da Hae mencoba berfikir kira-kira password apa yang dipakai Presdir. Da Hae mencoba dan berhasil. Koper yang berisi dokumen itu pun ada disana. (Ya ampun kok kayaknya gampang banget ya) Da Hae mengambil kedua koper itu.
Di luar kamar Bibi Ji Mi mencegatnya. Da Hae kaget setengah mati. Bibi Ji Mi bertanya apa Da Hae sudah selesai mengambilnya. “Oppa-ku memintaku untuk menahanmu disini!”

Da Hae : “Bukankah kau ingin melihat keluarga Baek berantakan? Meskipun kita memiliki perbedaan tapi kita menginginkan hal yang sama, kan?”

Bibi Ji Mi ingin tahu apa kedua koper itu begitu penting untuk Baek Hak. Da Hae tak menjawab, hanya menatap tajam. “Baik, ambillah. Tapi kalau aku membiarkan kau pergi, dia (Presdir) akan curiga.” Ucap Bibi Ji Mi. “Pukul aku sekali.” Bibi Ji Mi memerintahkan Da Hae untuk memukulnya sebagai alibi Da Hae berhasil lolos.
Bak... Tanpa segan-segan Da Hae memukul wajah Bibi Ji Mi dengan koper. Ji Mi mengerang kesakitan memegangi wajahnya. Terdengar suara Presdir Baek sampai di rumah dan berteriak memanggil adiknya. Da Hae segera sembunyi.
Bibi Ji Mi berteriak mengerang kesakitan. Presdir cemas melihat kondisi adiknya. Bibi Ji Mi mengatakan kalau Da Hae memukulnya. Presdir segera masuk ke kamarnya. Da Hae yang bersembunyi segera kabur.
Presdir melihat keadaan kamarnya. Ia membuka brankas dan ternyata dua koper yang berisi dokumen pentingnya hilang. Presdir Baek murka, “Joo Da Hae dasar kau wanita iblis!”
Mendadak kepala bagian belakang Presdir sakit. Ia pun tergeletak di lantai. Bibi Ji Mi yang menyusul kakaknya ke kamar terkejut melihat kondisi kakaknya tergeletak di lantai. Ia juga melihat brankas di kamar kakaknya terbuka.
Da Hae berhasil kabur ia sudah berada di dalam taksi. Da Hae menatap dua koper Baek Hak yang berhasil ia ambil. Da Hae tersenyum puas karena ini harapannya untuk kembali bangkit.
Do Hoon minum-minum di bar. Do Kyung datang karena Do Hoon yang memanggil meminta ditemani minum. Do Kyung mengerti betul kalau hal ini pasti berat bagi Do Hoon. Do Hoon berkata kalau ada yang ingin ia tanyakan pada Do Kyung. Ada yang sangat ingin ia ketahui.
Do Hoon : “Ketika aku masih TK, apa kau ingat anjing kita, Baek Gu? Ketika dia belum 1 tahun, dia keluar dan menghilang. Kau dan aku mencarinya seharian. Kira-kira apa yang terjadi pada Baek Gu? Apa dia hidup disuatu tempat? Aku yakin dia berumur panjang lalu mati. Saat SD ketika aku ke taman bermain denganmu, aku kehilangan topi baseball-ku ketika naik roller coaster. Aku menangis. Meskipun kau membeli topi yang sama aku mengamuk dan melemparnya di depanmu sambil menangis. Kira-kira apa yang terjadi pada topi itu?”
Mata Do Kyung berkaca-kaca.

“Noona, setelah dipikirkan aku selalu memberimu masalah. Di depanmu aku selalu menangis, marah. Aku tak mau mendengarkanmu dan melakukan apapun yang kuinginkan.” Do Hoon menggenggam tangan Do Kyung, “Aku benar benar minta maaf.” Ucap Do Hoon dengan linangan air mata.
Do Hoon menyandarkan kepalanya ke bahu Do Kyung, “Noona terima kasih. Aku merasa bersalah padamu dan terima kasih.”

Air mata Do Kyung pun tak tertahankan lagi. Ia memeluk erat Do Hoon. Ia menghibur dan mengatakan kalau Do Hoon terlalu banyak minum. Sekali lagi Do Hoon minta maaf karena malam ini ia agak mabuk. Do Kyung menggenggam tangan Do Hoon yang tengah dirundung kesedihan.

Do Hoon berkata kalau ia teringat ketika keduanya berpegangan tangan, ia ingin sekali kembali ke masa itu. Ponsel Do Kyung berdering. Kabar dari rumah yang mengabarkan kalau kesehatan Presdir menurun.
Do Kyung dan Do Hoon berlari di lorong rumah sakit. Presdir Baek dilarikan di rumah sakit. Do Kyung yang cemas bertanya apa ayahnya tak apa-apa. Presdir berkata kalau ia tak apa-apa. Sekretaris Nam masuk ke ruang rawat Presdir. Ia minta maaf karena belum bisa mendapatkan koper yang diambil Da Hae.
Presdir marah, apa saja yang dilakukan Sek Nam. Apa kalian tak bisa menemukan Joo Da Hae. Mendengar nama Da Hae disebut sebagai sumber masalah Presdir Baek masuk rumah sakit Do Hoon jadi merasa bersalah. Ia hanya bisa menunduk diam.
Presdir bertanya pada Do Hoon, apa Do Hoon tahu dimana keberadaan Da Hae. “Kau tak menyembunyikan dia, kan?” Presdir tak mau tahu pokoknya dengan cara apapun, ia minta Sek Nam menemukan Da Hae dan membawa koper itu kembali. “Joo Da Hae, bahkan kalau kau harus membunuhnya sekalipun.” Do Hoon kaget dengan kemarahan Presdir Baek.
Da Hae berada di tempat kerja Yang Hoon. Ia yang kelaparan makan ramen dengan lahapnya. Yang Hoon meminta Da Hae makan pelan-pelan. “Lihatlah kau sekarang ini, bagaimana bisa Baek Hak melakukan ini padamu?”

Da Hae khawatir bagaimana kalau ada orang-orang dari Baek Hak mencarinya. Yang Hoon meminta Da Hae tak perlu khawatir karena disini aman. Yang Hoon ingin tahu apa isi kedua koper yang dibawa Da Hae. Da Hae menatap tajam dua koper itu. Ia membutuhkan bantuan kakaknya, “Bisakah kau pinjamkan aku uang?” Yang Hoon heran untuk apa Da Hae meminjam uang.

Tak cukup hanya makan ramen, Da Hae bertanya apa kakaknya masih memiliki makanan lain untuk dimakan karena ia benar-benar kelaparan. Yang Hoon iba melihat Da Hae yang kelaparan.
Keesokan harinya di Baek Hak, Do Hoon melihat anak buah ayahnya berlari tergesa-gesa melapor pada Sekretaris Nam. Do Hoon mendengarkan apa yang mereka perbincangkan. Mereka sudah menemukan dimana keberadaan Da Hae. Mereka pun menuju tempat yang diyakini itu sebagai tempat persembunyian Da Hae.
Sekretaris Nam dan anak buahnya sampai di bar. Yang Hoon tanya siapa mereka. Sekretaris Nam bertanya dimana Joo Da Hae. Yang Hoon dengan santai berbohong mengatakan kalau ia tak tahu. “Memangnya siapa kalian ingin mencari Joo Da Hae?”

Sekretaris Nam tak percaya dengan jawaban Yang Hoon, “Aku tanya sekali lagi dimana Joo Da Hae?” Yang Hoon kembali menjawab kalau ia tak tahu.
Kemudian terjadilah perkelahian diantara mereka. Yang Hoon yang kalah jumlah, langsung tak bisa berkutik melawan mereka. Mereka kembali bertanya dimana Da Hae. Da Hae melihat dari kejauhan kakaknya dipukuli. Dengan wajah babak belur Yang Hoon tak mengatakan dimana keberadaan Ha Hae, ia bilang kalau ia tak tahu. Untuk menghindari dirinya ketahuan oleh mereka Da Hae pun akan segera pergi dari bar.
Seseorang meneleponnya, Do Hoon. Buru-buru Da Hae mematikan dan menonaktifkan ponselnya. Ia harus cepat pergi dari sana sebelum tertangkap. Do Hoon yang berada di luar bar heran panggilan teleponnya mailbox. Ia pun masuk ke bar dimana Da Hae berada.
Da Hae terkejut bukan main melihat Do Hoon ada disana. Do Hoon ingin Da Hae ikut dengannya. Do Hoon menarik tangan Da Hae untuk masuk ke mobilnya.
Keduanya berada di dalam mobil di tepi jalan raya. Do Hoon berkata kalau Da Hae ingin tetap hidup lebih baik lakukan apa yang ia katakan. “Ini akan menjadi ucapan terakhir dari seseorang yang pernah menyayangimu.”

Do Hoon memberikan tiket pesawat pada Da Hae, “Entah itu di Amerika atau Eropa tinggallah dimana ayahku tak bisa menemukanmu.”

Da Hae mengambil tiket itu dan keluar dari mobil Do Hoon. Langkahnya gontai, tatapan wajahnya mengisyaratkan kesedihan.
Do Hoon berada di atap gedung menatap langit memandang pesawat yang baru saja pergi. “Da Hae, jagalah dirimu. Pergilah ke tempat dimana aku tak bisa melihatmu dan hiduplah dengan baik.” Ucap Do Hoon dalam hati.
Apa Da Hae benar-benar pergi ke luar negeri seperti saran Do Hoon. Ternyata tidak. Di tengah perjalanan dia malah merobek tiket pesawat pemberian Do Hoon dan membuangnya. “Presdir Baek, apa kau ingin membunuhku?” Tanya Da Hae dalam hati. “Akulah yang punya kalimat terakhir itu.” Da Hae berjalan tegap memantapkan langkahnya.
Ayah Cha heran kenapa Ha Ryu tak menjawab teleponnya dan tak juga pulang ke rumah. Bersamaan dengan itu Soo Jung sampai disana. Ayah heran kenapa Soo Jung yang datang, kenapa bukan Jae Woong yang datang. Soo Jung mengatakan kalau Jae Woong sedang melakukan hal yang penting. Jadi Jae Woong meminta dirinya untuk mengantar Ayah Cha ke rumah sakit.
Ayah tak mengerti kalau memang begitu bukankah putranya ini bisa menelepon untuk memberi tahu. Jadi ia tak perlu menunggu seperti ini. Ayah Cha bertanya apa akhir-akhir ini Soo Jung tak merasa kalau sikap Jae Woong jadi aneh.
Soo Jung kaget dengan pertanyaan Ayah Cha. Ia pun balik bertanya kenapa ayah bertanya begitu. Ayah berkata kalau biasanya Jae Woong tak pernah lupa mengantarnya ke rumah sakit tapi belakangan ini dia bahkan tak ikut dengannya ke rumah sakit. Soo Jung mengatakan itu karena akhir-akhir ini Jae Woong bekerja dengan baik makanya dia sangat sibuk. Karena itu, ia juga jarang bertemu dengan Jae Woong.
Soo Jung bersedia mengantar Ayah ke rumah sakit dan berjanji sepulang dari rumah sakit ia akan mengajak Ayah makan malam dan nonton film. Soo Jung melingkarkan tangannya ke tangan Ayah, “Bisakah kita pergi kencan tanpa Jae Woong?” Keduanya tertawa. Ayah Cha merasa kalau calon menantunya ini memang yang terbaik.

Soo Jung : “Lalu, kau yang akan membayar makan malamnya kan?”
Ayah setuju, ia yang akan mentraktir. Soo Jung boleh memesan makanan yang mahal.
Di dekat sungai tempat Jae Woong meninggal, Ha Ryu dan Sam Do menurunkan spanduk yang sudah rusak. Sam Do heran kenapa spanduk ini gampang sekali robek. Ha Ryu berkata bahkan spanduk yang dipasang untuk mengungkapkan kebenaran kematian kakaknya saja bisa robek.
Sam Do menghibur mengatakan kalau Ha Ryu sudah mencoba yang terbaik, jadi jangan terlalu khawatir karena saksi pasti akan muncul. Ha Ryu berkata kalau ia tak punya banyak waktu lagi. Presdir Baek ingin mengirim Joo Da Hae ke luar negeri. Sam Do mengerti, setelah bercerai dengan Do Hoon, Presdir Baek pasti menginginkan Da Hae segera menghilang. Ha Ryu ingin mengungkapkan semua kejatahan Da Hae sebelum dia meninggalkan negara ini. Kemudian kakaknya bisa dikubur dengan layak da ia akan kembali menjadi Ha Ryu.
Keduanya pun memasang spanduk yang baru. ‘Dicari saksi insiden sesosok mayat di sungai Wol San, Februari 2011. Hubungi pengacara Cha Jae Woong. 021.....’
Ha Ryu dan Sam Do berdiri di tepi sungai. Tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh di kaki Ha Ryu. Sebuah tutup kamera milik fotografer yang sedang memotret disana.

Sam Do bertanya apa pria itu mengambil foto disini. Pria itu mengatakan kalau ia tengah melakukan penelitian tentang tempat ini. Ia menyiapkan kamera dan melakukan pengambilan gambar. Ha Ryu menilai kalau yang dilakukan pria itu pasti sulit. Tapi pria itu menilai yang dilakukannya tak sulit. Karena yang perlu ia lakukan hanya datang kembali dalam beberapa bulan untuk memeriksa kamera. 

Ha Ryu dan Sam Do terkejut keduanya saling berpandangan. Ha Ryu bertanya ke pria itu, “Apa kau mengambil foto di bulan Februari lalu?”
Pria itu mengajak Ha Ryu dan Sam Do ke tempatnya. Sam Do dan Ha Ryu minta maaf sudah merepotkan karena ingin tahu tentang foto-foto yang diambil si fotografer. Pria itu membuka file foto di komputernya. Ia mengatakan kalau terkadang gambar yang ia ambil seperti melihat orang dalam film. Ia juga mengatakan kalau foto yang ia miliki hanya didapat 10 gambar tiap 10 menit, jadi ia tak yakin apakah ia memiliki foto yang Ha Ryu dan Sam Do inginkan. Pria itu tanya tanggal berapa foto yang ingin Ha Ryu lihat. “Tanggal 19 Februari.” jawab Ha Ryu.

Ha Ryu bertanya apa tak apa-apa kalau ia memeriksa foto-foto ini. Fotografer itu tak masalah, silakan saja. Ha Ryu membuka tiap foto yang tertanggal 19 Februari. Sam Do mengatakan kalau sekitar pukul 7 pagi Jae Woong diculik dari depan penjara. Jadi lebih baik lihat foto yang dari pukul 7.30
Ha Ryu menemukan sesuatu, Joo Yang Hoon dan sebuah mobil hitam tertangkap kamera. Keduanya terkejut menyadari kalau ini adalah bukti keterlibatan Yang Hoon terhadap pembunuhan Jae Woong. Sam Do mengajak Ha Ryu untuk segera melaporkan ini ke polisi sekarang. Tapi menurut Ha Ryu saat ini masih belum bisa dilakukan. Kita harus menemukan bukti kalau Joo Da Hae lah yang menjadi kaki tangannya. Kalau hanya dengan foto ini, kita tak bisa membuktikan keterlibatan Joo Da Hae.

Ha Ryu menerima telepon dari Do Kyung.
Ha Ryu menemui Do Kyung di rumah sakit. Do Kyung menjelaskan semua kejadian yang menimpa ayahnya pada Ha Ryu. Ha Ryu bertanya apa Sekretaris Nam yang mencari Joo Da Hae. Do Kyung membenarkan, sebelaum kondisi ayahnya semakin memburuk ia harus segera menemukan koper itu. Ha Ryu ingin menemui Presdir Baek sebentar.
Di ruang rawat Presdir sudah ada Walikota Seok. Presdir meminta Ha Ryu untuk menjaga Yayasan Baek Hak agar menjauh dari pemilihan Presiden.
Walikota Seok jelas kaget, “Apa anda mau bilang untuk tak ikut mendukung dalam pemilihan presiden?”

Ha Ryu menebak apa ini karena dokumen rahasia yang dibawa kabur oleh Joo Da Hae. Presdir khawatir bagaimana kalau Da Hae bertemu wartawan dan mempublikasikan isi dokumen itu. Kalau itu terjadi maka semuanya akan berakhir. “Disaat seperti ini, bagaimana bita bisa mendukung pemilu?”
Presdir dengan tegas meminta Seok Tae Il memperhatikan ucapannya, “Jangan pernah memikirkan tentang pemilu ini.”

“Ya Presdir.” jawab Walikota Seok yang tentu saja kecewa karena tak jadi mencalonkan diri maju menjadi calon presiden.

Presdir berpesan pada Ha Ryu untuk mengurus yayasan dengan benar. Ha Ryu mengerti ia akan melakukannya.
Ha Ryu keluar dari kamar rawat Presdir. Di depan kamar ia berpapasan dengan Do Hoon. Ha Ryu ingin bicara dengan Do Hoon. Do Hoon tersenyum dingin menatapnya.
Keduanya pun bicara, “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Do Hoon. Ha Ryu menebak kalau Do Hoon pasti tahu dimana keberadaan Da Hae. Do Hoon bertanya lagi kenapa Ha Ryu mencari Da Hae. Ha Ryu berkata kalau antara dirinya dengan Da Hae masih ada masalah yang belum terselesaikan.

Do Hoon mencibir, “Apa masalah itu harus diselesaikan? Memangnya masalah apa? Apa masih ada masalah yang masih belum kuketahui?”

Ha Ryu : “Do Hoon-ssi?”
“Jangan sebut namaku!” bentak Do Hoon. Ia kini menyadari kalau Ha Ryu sudah sengaja mendekatinya, Ha Ryu bahkan sudah memperhitungkan segalanya. Itu semua sudah direncanakan sejak awal. Ia sadar kalau dirinya tak mengerti apapun. Ia bahkan memanggil Ha Ryu dengan sebutan ‘Hyung’ seperti orang bodoh. Ha Ryu berkata kalau tidak semuanya itu kebohongan.

Do Hoon : “Benarkah? Lalu bagaimana dengan kakakku? Apa kau tulus pada kakakku? Atau itu juga hanya sandiwara?”
Ha Ryu diam tak bisa menjawab dan itu jelas membuat Do Hoon semakin marah karena Ha Ryu sudah mempermainkan perasaan Do Kyung.
Do Hoon mencengkeram Ha Ryu sambil menatap marah, “Dasar brengsek. Jangan pernah mendekati kakakku lagi dan juga jangan pernah mencari Joo Da Hae atau bahkan memikirkannya sekalipun!”

Do Hoon yang marah berlalu dari sana.
Komentar :

Adegannya jadi bolak balik ya. Waktu nonton pertama sih bingung, tapi pas ada tulisan satu tahun yang lalu jadi ga bingung. Huwaaaa makin menegangkan, Do Hoon akhirnya tahu kalau Ha Ryu hanya memanfaatkan Do Kyung.

Joo Da Hae, wow ga bisa berkata-kata dengan karakter wanita ini. Dia cerdas, jelas. Ketika jatuh akalnya berputar bagaimana supaya dia bisa bangkit lagi, walaupun cara yang digunakan Da Hae, saya ga suka. Tapi inilah yang membuat saya suka dan memberikan jempol buat drama ini. Hahaha.

6 comments:

  1. In cwe yg prnah jd pacarx lee min woo nya Shinhwa itu kan? Jahat gini pantesan dputusin sama min woo!! wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Do Hoon hanya ingin Da Hae jujur,tdk ada lagi kebohongan diantara mereka,kalo saja Da Hae mau jujur saja soal dia pernah menikah n punya anak, pasti Do Hoon akan memaafkannya n mau hidup bersama Da Hae lagi,sayang Da Hae tetap mempertahankan kebohongannya.

    Sari

    ReplyDelete
  3. ditunggu ya mb anis lanjutanya. makasih :)

    ReplyDelete
  4. mana sambungannya nih,di tunggu ya :)

    ReplyDelete
  5. lanjut terus dong mba :D ditunggu loh

    Putri

    ReplyDelete
  6. Episode selanjutnya mana kak? Waaa. Gak sabar pgen tau kelanjutan ceritanya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.