Ha Ryu menyerahkan dokumen
rahasia Baek Hak pada Presdir. Presdir merasa kalau ia sudah berhutang budi
pada Ha Ryu. Ia akan membalas apa yang sudah Ha Ryu lakukan untuknya.
Ha Ryu akan pamit pergi
tapi Presdir Baek memberi tahu kalau sekarang Do Kyung ada di kamar dan sedang
tak sehat, dia bersama dokter. Bisakah Ha Ryu membantu Do Kyung agar merasa
lebih baik.
Do Kyung terdiam sedih di
kamarnya. Dokter ada di sampingnya memeriksa infus yang terpasang pada Do Kyung.
Dokter merasa kalau obat-obatan sepertinya tak berguna lagi bagi Do Kyung. Ia
meminta Do Kyung jangan memikirkan hal lain dan lebih baik beristirahat. Do Kyung
berterima kasih pada dokter.
Ketika dokter keluar dari
kamar giliran Ha Ryu yang masuk. Do Kyung malas bertemu orang lain dan
memalingkan wajahnya.
Ha Ryu mengerti bagaimana
perasaan Do Kyung. Tapi apapun itu, yang Do Kyung lakukan tidaklah benar. “Ketika
putriku meninggal, aku merasakan hal yang kau rasakan sekarang. Aku ingin
membunuhnya dengan tanganku sendiri. Aku ingin memutilasinya dengan tanganku
sendiri. Tapi itu tak akan membawa putriku kembali. Ketika aku kehilangan
pikiran karena begitu merindukan putriku, ketika aku merasa ingin mati karena
merasa bersalah karena kakakku, aku membayangkan Joo Da Hae tulus meminta maaf
dan memohon pengampunanku. Dengan begitu amarahku bisa mereda dan balas dendam
akan berakhir.”
Air mata Do Kyung menetes
mendengar ucapan Ha Ryu. Begitu pun Ha Ryu, ia menitikan air mata mengatakan semua
itu pada Do Kyung.
Soo Jung masih di depan
gedung pertemuan menunggu gelisah kedatangan Da Hae. Ketika melihat Da Hae
keluar dari taksi ia lega. Ia bertanya apa yang terjadi pada Da Hae karena tiba-tiba
menghilang. Da Hae melihat tas-nya ada di tangan Soo Jung. Soo Jung
menyerahkannya pada Da Hae. Da Hae berterima kasih dan tak mengatakan apapun.
Da Hae berjalan
sempoyongan dan hampir jatuh. Soo Jung membantunya dan bertanya apa Da Hae baik-baik
saja. Soo Jung membantu Da Hae masuk ke dalam kamar hotel.
Soo Jung menghubungi Ha Ryu
memberi tahu semuanya. Ha Ryu berterima kasih atas bantuan Soo Jung. Soo Jung
bilang Ha Ryu tak perlu berterima kasih begitu, ia tahu kalau Ha Ryu sudah
bekerja keras dan canggung bertanya apa Ha Ryu sudah makan.
Ha Ryu terkekeh mendengar
pertanyaan Soo Jung dan menjawab belum. Soo Jung bertanya lagi apa ia sudah melakukan
hal yang baik hari ini. Ha Ryu kembali terkekeh dan menjawab ya.
(Hahaha agak ngarep juga Kwon
Sang Woo dipasangin lagi sama Go Joon Hee. Masih gregetan gitu hahaha)
Disebuah taman dimana
dapur umum tempat makan gratis bagi para tuna wisma. Banyak tuna wisma makan
disana. Sam Do berada disana untuk mencari tuna wisma yang membeli mobil gelap.
Sam Do berusaha terlihat
akrab dengan seorang tuna wisma yang sedang makan. “Aku membutuhkan mobil gelap.”
sambung Sam Do menyelidiki dengan cara meminta bantuan. Tuna wisma itu cuek dan
tetap makan. Karena orang itu cuek Sam Do pun menebak bahwa bukan dialah
orangnya. Namun ada seorang tuna wisma yang tak sengaja mendengar ucapan Sam Do.
Sam Do terus berkeliling
bertanya ke tuna wisma satu ke yang lain. Bertanya namun menyelidiki. “Apa kau
mau uang? Aku hanya perlu membeli mobil.” Tuna wisma lain sebel makannya
diganggu oleh Sam Do.
Sam Do mengeluh kalau ini tidaklah
mudah, tidak mudah mencari tuna wisma yang ia cari. Ia pun berteriak lantang, “apa
ada orang yang bisa membantuku mendapatkan mobil gelap? Aku akan membayarmu dengan
pantas.”
Seorang tuna wisma terus
memperhatikan Sam Do. Orang itu tanpa sengaja menjatuhkan tempat makannya. Sam
Do mendekati pria itu, pria itu gugup dan memalingkan wajahnya. Sam Do tanya
apa pria itu tahu mobil gelap. “Jika kau meminjamkan aku namamu kau bisa
mendapatkan uang.” selidik Sam Do. Tuna wisma itu diam.
Sam Do pergi, si tuna
wisma terus melihat ke arah Sam Do. Tapi ketika Sam Do berbalik menatapnya, si
tuna wisma itu memalingkan wajah pura-pura tak melihat. Sam Do curiga.
Taek Bae berada di gedung
tua untuk menyelidiki tentang bom pesanan. Seorang pria datang menghampiri dan
bertanya apa Taek Bae datang karena iklan di internet. Taek Bae membenarkan dan
bertanya apa benar-benar bisa memungkinkan menyetelnya hanya dengan satu
tombol. Pria itu berkata kalau itu tergantung apa yang ingin Taek Bae ledakan,
yang mudah atau yang sulit.
Taek Bae berkata kalau akhir-akhir
ini ada ledakan mobil, seperti itulah yang ia inginkan. Pria itu tertawa dan
curiga, “kau siapa? Apa kau dari kepolisian? Atau kau bekerja untuk kepolisian?
Berani-beraninya kau mengaitkanku dengan ledakan itu?” Pria itu tak mau
berurusan dengan Taek Bae. Kalau Taek Bae masih mengganggunya, ia mengancam Taek
Bae akan terluka.
Taek Bae dan Sam Do
kembali ke restouran melaporkan apa yang keduanya dapatkan pada Ha Ryu. Sam Do
mengatakan kalau ia sudah memeriksa semua dapur tapi tak seorang pun yang datang.
“Kita seharusnya menggunakan kecantikan Bibi Hong.” Kelakarnya sambil melirik
ke arah Bibi Hong yang sedang mengelap meja. (hahaha)
Bibi Hong bertanya lalu
bagaimana dengan Taek Bae, apa yang didapatkan. Taek Bae bilang kalau pria itu
marah dan kabur. Bibi Hong heran kenapa marah, memangnya apa yang Taek Bae
katakan pada pria itu. Taek Bae berkata kalau ia meminta untuk dibuatkan bom
rakitan yang akhir-akhir ini meledakan mobil. Tapi pria itu malah bertanya apa ia
bekerja pada kepolisian atau semacamnya.
Plok plok Sam Do menabok Taek
Bae. “Hey, aku juga pasti akan kabur. Semua pembuat bom rakitan ilegal pasti
khawatir dengan kasus itu. Jika kau mengungkitnya mereka tentu saja akan
curiga. Bagaimana bisa kau mengacaukannya seperti ini?”
Sam Do mengambil makanan
yang ada di depannya, ia kesal apa Taek Bae tak bisa menukarnya dengan baik. “Ini
kan rasa kal bi, tukar sana dengan rasa kue ikan!” Perintahnya pada Taek Bae.
Taek Bae sewot kalau Sam Do
yang membelinya bukankah seharunya Sam Do sendiri yang menukar, kenapa
menyuruhnya. Bibi Hong membenarkan kenapa Sam Do malah menyuruh Taek Bae. Sam Do
bilang kalau pemilik toko membolehkan orang lain yang menukarnya, asalkan ia
punya bon-nya. Ia menyuruh Taek Bae menukarnya.
Ha Ryu memperhatikan bon
yang ada di tangan Sam Do. Ia mengambilnya. Sam Do heran, kenapa lagi.
Ha Ryu : “ini alibinya Joo
Da Hae.”
Ha Ryu mendatangi toko
yang tempo hari didatanginya. Toko yang merupakan albi Joo Ha Hae. Ha Ryu
kembali menunjukan foto Da Hae ke pelayan itu, “Kau bilang orang ini datang
menukar barang.” Pelayan membenarkan.
Ha Ryu tanya apa pelayan
itu juga ingat siapa yang membeli barang itu, bukan orang yang menukar tapi
orang pertama yang membelinya. Pelayan mengatakan karena orang ini (Da Hae)
yang datang menukar maka dia lah orang pertama yang membelinya.
Ha Ryu : “Kau memberi tahu
polisi bahwa kau mengingat wanita di dalam foto itu. Maksudmu itu orang yang
datang untuk menukarnya kan?”
Pelayan membenarkan, tapi
seharusnya wanita ini yang membelinya karena dia yang datang menukarnya. Di
samping itu, barangnya dibayar dengan kartu kredit.
Ha Ryu menilai bisa saja
orang lain yang membelinya. “Apa memungkinkan untuk menukar selama kau punya
bon-nya?”
Pelayan berkata kalau hal
itu mungkin saja bagi wanita itu menyuruh orang lain membeli dengan kartu
kreditnya dan wanita itu sendiri yang datang untuk menukarnya. Ha Ryu pun
mengambil kesimpulan kalau pelayan itu tak mengingat yang membeli barang itu
tapi si pelayan hanya ingat bahwa wanita itu datang untuk menukar. Pelayan
membenarkan. Ha Ryu tersenyum berterima kasih.
Ha Ryu menemui Detektif Nam
di kantor polisi. “Sekitar pukul 4 sore, diwaktu kami seharusnya bertemu Joo Da
Hae menyuruh orang lain yang membeli barang itu. Ketika kau melakukan transaksi
dengan kartu kredit maka akan terlihat waktu transaksinya. Karena itu kenapa
dia sengaja menggunakan kartu kreditnya. Alibi Joo Da Hae itu dipalsukan.
Detektif Nam, tolong lakukan investigasi ulang!”
Detektif Nam mengerti
sekarang ini pihak kepolisian sedang memeriksa rekaman CCTV di toko. Ia harap Ha
Ryu bersabar.
Seorang polisi menyerahkan
hasil rekaman CCTV pada Detektif Nam. Polisi itu mengatakan diselang waktu
antara 30 menit sebelum dan sesudah kecelakaan, Joo Da Hae tak ada di dalam
rekaman.
Detektif Nam terkejut, dia
tidak ada?
Ha Ryu menyahut tentu saja
tidak ada, karena saat itu Da Hae sedang berdiri tepat di depannya dan di depan
Do Hoon.
Detektif Nam : “Jika apa
yang kau katakan itu benar apa kau bermaksud mengatakan dia sendiri yang
menyiapkan ponsel ilegal, mobil gelap, dan bom rakitan? Itu sulit dipercaya?”
Ha Ryu berkata kalau ada
seseorang yang membantu Joo Da Hae. “Itu kakak tirinya, Joo Yang Hoon. Karena
dia juga memiliki catatan kriminal, kau bisa memeriksanya.”
Detektif Nam mengetik nama
Joo Yang Hoon di laptopnya, dan benar ada nama Joo Yang Hoon sebagai tersangka dengan
kasus tertentu.
Ha Ryu : “Demi Joo Da Hae,
orang ini bersedia melakukan apapun. Detektif Nam, kumohon percaya padaku dan
lakukan investigasi ulang.”
Di kantor pusat Seok Tae Il,
Da Hae meminta Soo Jung untuk memeriksa media yang berada dipihak oposisi dan
serahkan itu padanya. Soo Jung mengerti.
Da Hae tersenyum Soo Jung melakukan
itu, ia membolehkan Soo Jung merasa nyaman jika didekatnya. “Apa kita bisa
makan malam bersam ayahmu besok? Semakin sering kita bertemu kita akan saling
nyaman.” Soo Jung minta maaf ia sudah ada janji. Da Hae mengerti dan tak memaksa.
Da Hae menerima telepon
dan tampak terkejut mendengar sesuatu dari sebrang sana. Soo Jung heran
melihatnya.
Joo Yang Hoon saat ini sudah
berada di kantor polisi dan duduk di ruang interogasi bersama Detektif Nam. Detektif
Nam bertanya, “pada pukul 4 sore dihari ledakan terjadi anda ada dimana?”
Yang Hoon kesal, berapa
kali ia harus bilang kalau saat itu ia sedang tidur. “Aku tak punya kerjaan dan
aku bosan, jadi aku tidur siang.”
Kini giliran Da Hae di
ruang interogasi. “Anda dimana saat itu Joo Da Hae-ssi?”
Da Hae : “Kupikir alibi ku
sudah dikonfirmasikan. Aku berbelaja di toko stasionari dan kembali.”
Detektif Nam membenarkan Da
Hae sudah mengatakan itu, tapi saat itu Da Hae tak terekam kamera CCTV di toko
tersebut. “Anda ada di rekaman CCTV ketika pergi menukar barang di stasionari.
Bagaimana bisa kau tak ada di rekaman pukul 4 sore?”
Yang Hoon lagi yang
diinterogasi.
Detektif Nam : “Ponsel
ilegal, mobil gelap dan bom rakitan apa anda yang menyiapkan semuanya Joo Yang Hoon?”
Yang Hoon menolak tuduhan
itu. Detektif Nam meninggikan suaranya dan berkata kalau Yang Hoon juga
memiliki catatan kriminal.
Da Hae kesal karena Detektif
Nam memintanya datang kesini disaat ia ada jadwal kampanye. Apa Detektif Nam
memperlakukannya seperti kriminal. Ia akan meminta pengacara. Ia tak akan
mengatakan apapun hingga pengacara datang. Detektif Nam mempersilakan.
Da Hae dan Yang Hoon
berada diluar kantor polisi. Yang Hoon mengingatkan alibi yang Da Hae buat itu
kurang kuat, apa yang akan Da Hae lakukan selanjutnya.
Da Hae berkeyakinan dengan
alibinya ia bisa membuat alasan kalau itu keluar karena ia ketakutan. Ia yakin
ia akan menemukan cara yang ampuh. “Tanpa bukti maupun saksi mereka tak bisa melakukan
apapun. Karena itu, oppa kau pergi temui tuna wisma itu dan tutup mulutnya.” Yang
Hoon mengerti.
Ayah mengajak Ha Ryu makan
di restouran. Ha Ryu heran memangnya ada acara apa ayahnya ingin makan ditempat
seperti ini. Ayah juga heran memangnya kenapa apa ia tak bisa minta untuk makan
ditempat seperti ini, apa putranya ini berharap ia makan makanan rebusan setiap
hari. Ha Ryu tertawa menjawab bukan begitu.
Ayah mengatakan kalau Soo
Jung akan segera datang. Ha Ryu terkejut Soo Jung akan datang dan makan bersama
mereka. Ayah berkata kalau putranya dan Soo Jung sudah terlalu lama menunda
pernikahan. “Kalau terus begini, bagaimana jika ada pria yang lebih muda dan
tampan yang bisa bernyanyi dengan baik datang merebutnya? Apa yang akan kau lakukan?
Jadi kalian berkencanlah!”
Soo Jung pun sampai
disana. Ayah berkata pada Soo Jung kalau putranya akan mengatakan sesuatu pada
Soo Jung. Ayah akan pergi untuk membiarkan anak-anak berduaan. Soo Jung tanya
ayah mau kemana.
Ayah : “aku ini pria yang
lebih memilih rebusan pasta kacang dibandingkan dengan steak.” (hahaha)
Ayah pun pergi.
Soo Jung melihat kehadiran
ayahnya dan Da Hae di restouran yang sama. Ha Ryu menoleh ke arah pandang Soo Jung.
Ia terkejut melihat Seok Tae Il dan Da Hae ada di restouran itu.
Soo Jung menyusul ayah Cha.
Ayah heran kenapa Soo Jung malah menyusulnya. Soo Jung bilang kalau hari ini ia
akan mengantar ayah Cha pulang. Ayah semakin heran kenapa Soo Jung bertingkah
seperti ini. Ia menoleh ke belakang dan melihat Seok Tae Il (ayah Soo Jung) tengah
berbincang dengan putranya. Soo Jung menarik ayah Cha menjauh dari sana.
Di dalam mobil Soo Jung
mengusulkan pada ayah Cha tentang makan malam bersama lain kali. Lain kali ia
akan membawa ayah Cha ke restouran yang lebih baik dengan steak yang lebih
enak.
Ayah tersenyum dan berkata
kalau ia tahu apa yang terjadi. “Tadi aku melihat ayahmu disana. Kau tidak
merasa nyaman mengenalkan kami. Karena itu kenapa kau mengantarku pulang
sekarang, ya kan?” Ayah Cha mendengar kalau ayah Soo Jung punya kantor. Ia
menyadari kalau dirinya tak sepadan dengan ayah Soo Jung yang mantan walikota
dan calon presiden.
Soo Jung jadi tak enak
hati dan berkata bukan begitu. “Aku akan mengatur jadwal untuk kita bertemu
secara formal lain kali. Ayahku hanya terlalu sibuk dengan kampanye akhir-akhir
ini. Dan juga hari ini dia ada tamu. Jika aku mengenalkanmu padanya tiba-tiba,
kupikir akan sangat tidak nyaman bagi kalian berdua.”
Ha Ryu menjelaskan pada Seok
Tae Il kalau ia bertemu Soo Jung karena pekerjaan. Da Hae tak percaya,
pekerjaan? Ia penasaran pekerjaan apa itu. Seok Tae Il juga ingin tahu. Ha Ryu
bilang bukan apa-apa, karena persiapan kampanye Soo Jung menanyakan beberapa
hal tentang hukum padanya.
Seok Tae Il bertanya ditahun
berapa Ha Ryu masuk Institut Penelitian dan Pelatihan Peradilan. Ha Ryu
menjawab di tahun ke 38. Seok Tae Il bertanya lagi apa Ha Ryu di tahun yang
sama dengan Pengacara Kim dari Distrik Seoul. Ia penasaran tahun berapa
pengacara Kim masuk.
Da Hae tampak tersenyum mendengar pertanyaan Seok Tae Il yang pasti tak diketahui Ha Ryu karena Ha Ryu
bukan Jae Woong.
Ha Ryu teringat buku diary
kakaknya yang ia baca. Disana ada beberapa nama pengacara. Ada nama pengacara Kim
yang masuk institut di tahun ke 37.
Ha Ryu mengatakan pada
Seok Tae Il kalau pengacara Kim setahun diatasnya. Da Hae terdiam tak menyangka
Ha Ryu tahu tentang itu.
Seok Tae Il juga ingin
tahu bagaimana pengacara Cha Jae Woong bisa kenal dengan putrinya. Ha Ryu
mengatakan kalau ia dan Soo Jung kuliah ditempat yang sama.
Seok Tae Il merasa kalau
ia pernah mendengar itu dari Soo Jung. “Soo Jung pernah menyebut pria yang
ingin dia nikahi dan dia ingin mengenalkannya padaku. Dia bilang pria itu
seorang pengacara. Pengacara Cha, apa mungkin kau kenal siapa dia?”
“Entahlah aku tak tahu.”
jawab Ha Ryu gugup.
Soek Tae Il : “Kata Soo Jung,
mereka kuliah ditempat yang sama dan pria itu seniornya. Soo Jung juga bekerja
padanya. Pengacara Cha, apa mungkin....?”
Soo Jung tiba-tiba datang dan
menyela ayahnya, “Ayah kenapa kau membicarakan tentang itu? Sudah kubilang
kalau aku sudah putus dengan orang itu. Ah itu memalukan. Pengacara Cha bahkan
tak tahu siapa dia.”
Seok Tae Il heran kenapa Soo
Jung masih belum pergi, kenapa kembali. Soo Jung bilang rencananya dibatalkan,
ditambah lagi ada beberapa hal yang perlu ia tanyakan pada pengacara Cha. Seok
Tae Il bertanya apa itu tenang kampanye, bukankah Soo Jung bisa menanyakan itu
pada staf pengacara mereka.
Soo Jung bingung
menjawabnya bagaimana. Ia menoleh ke arah Ha Ryu. Ha Ryu memberi kode lewat
matanya.
Soo Jung mengatakan pada
ayahnya kalau ia harus tahu apa yang dipikrikan orang lain selain staf
kampanye. Kalau ayah ingin menjadi presiden tidakkah seharusnya ia mendengakan
beberapa opini dari orang lain.
Da Hae mengingatkan kalau
Seok Tae Il sekarang ada janji. Seok Tae Il pun pamit pada Ha Ryu. Sebelum pergi
Da Hae menoleh menatap Ha Ryu sebentar.
Setelah Seok Tae Il dan Da
Hae pergi, Ha Ryu bersyukur Soo Jung datang tepat waktu. Kalau tidak ia akan berada
dalam masalah besar. Soo Jung tanya lalu kenapa Ha Ryu malah bersama mereka,
bukankah Ha Ryu bisa pergi saja.
Ha Ryu bertanya kenapa Soo
Jung kembali. Soo Jung bingung menjawabnya, ia mengatakan kalau ia hanya
khawatir, itu saja. Ha Ryu berterima kasih.
Ha Ryu dan Soo Jung
sekarang berada di kantor pengacara. Soo Jung merasa tenang karena Ha Ryu tidak
ketahuan oleh ayahnya. Ha Ryu berkata kalau itu semua berkat buku diary Jae Woong.
Ia perlu mempelajarinya dengan seksama supaya bisa. Soo Jung berkata kalau ia
juga bersedia membantu Ha Ryu.
Ha Ryu akan mengambil diary
milik kakaknya di brangkas. Ia melihat disana ada dokumen tentang walikota Seok
Tae Il. Ia heran kenapa kakaknya memiliki dokumen itu. Soo Jung yang melihat Ha
Ryu terlalu lama mengambil buku bertanya ada apa. Ha Ryu berbohong mengatakan
kalau sepertinya ia meninggalkan diary Jae Woong di rumah.
Soo Jung lalu tanya mulai
dari mana ia akan membantu Ha Ryu. Ia mengusulkan Ha Ryu perlu membiasakan diri
dengan pemilu, Haruskah keduanya mulai dengan topik itu. Ha Ryu setuju, tapi ia
menilai hari ini bukan waktu yang tepat untuk mempelajari itu. “Kandidat Seok
melihat kita bersama-sama tidakkah lebih baik bagimu untuk pulang lebih awal hari
ini? untuk tidak membuatnya curiga.”
Soo Jung mengerti, ia pun
akan pulang. Ha Ryu duduk di kursi dan menyimbukan diri dengan dokumen-dokumen
yang harus ia pelajari. Soo Jung terlihat kecewa dan pergi dari sana. Ha Ryu
melihat dengan ekor matanya Soo Jung yang ke luar dari kantor.
Ha Ryu membuka kembali
brangkas kakaknya dan mengambil map bertuliskan dokumen Seok Tae Il. Ia pun
membaca apa isi dokumen itu.
Dokumen-dokmen itu berisi
tentang perusahaan Baek Hak. Sengketa manajemen buruh tekstil Baek Hak. Catatan
penerima sumbangan. Disana bahkan ada foto Seok Tae Il yang menerima suap.
Ternyata selama ini Cha Jae
Woong tahu apa saja tindak pelanggaran yang dilakukan oleh Seok Tae Il. Ha Ryu
tak mengerti, kenapa kakaknya melakukan ini. Ia membuka diary Jae Woong dan
membacanya.
Aku tersiksa, dugaanku
benar. Ayahnya Soo Jung, walikota Seok terlibat. Park Min Guk, perwakilan
persatuan buruh tekstil Baek Hak, sudah seminggu sejak kasus itu dinyatakan
sebagai bunuh diri. Aku menemukan bukti walikota Seok memberi keterangan pada
polisi.
Aku memutuskan untuk
melamar Soo Jung setelah menemukan adikku. Namun, sekarang aku tahu korupsi
yang dilakukan walikota Seok. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku membiarkan
dunia tahu tentang korupsinya? Lalu bagaimana dengan Soo Jung?
Aku putuskan setelah
melihat senyumnya Soo Jung. (Jae Woong melamar Soo Jung) Aku tak bisa
menghentikan wanita yang kucintai untuk tersenyum. Aku memilih Soo Jung. Aku
bahagia.
Ha Ryu ngenes membaca
diary kakaknya. Ternyata kakaknya dilema juga antara membongkar korupsinya Seok
Tae Il yang merupakan ayahnya Soo Jung atau membiarkan saja.
Ha Ryu dan Sam Do mencari
keberadaan tuna wisma yang membeli mobil gelap. Sam So mengeluh kalau ia
kelaparan. Ia mengajak Ha Ryu sebaikanya makan dan pulang saja. Ia menunjukan
disana ada restoran yang terkenal dengan mie pedas yang katanya sampai meneteskan
air mata. Ha Ryu berkata berhubung ia dan Sam Do ada diluar bagaimana kalau
pergi melihat di sekitar. Sam Do kesal.
Keduanya melihat seorang
tuna wisma dikeroyok beberapa tuna wisma lain. Si tuna wisma yang dikeroyok berteriak
mempertahankan uangnya. “Itu uangku kembalikan!”
Ha Ryu dan Sam Do
menghampiri mereka. Tuna wisma itu berebut uang milik si tuna wisma yang mereka
keroyok. Ha Ryu dan Sam Do memisahkan mereka. Mereka akan pergi membawa uang
tapi Ha Ryu dan Sam Do meminta mereka mengembalikan uang itu. Sebagai gantinya Har
Ryu memberi mereka uang. Mereka pun pergi.
Ha Ryu dan Sam Do
mengembalikan uang milik tuna wisma itu. Tuna wisma itu memiliki banyak sekali
uang dan berterima kasih. Sam Do menatap Ha Ryu, ia curiga apa tuna wisma yang
ia dan Ha Ryu cari adalah orang ini.
Sam Do menyahut, “ahjussi
kau ternyata kaya.”
Ha Ryu menunjukan foto Yang
Hoon ke tuna wisma itu, “ahjussi apa kau pernah melihat pria ini?”
“Aku tak tahu.” jawab tuna
wisma itu gugup. Ia segera kabur dari sana.
Ha Ryu dan Sam Do mengejarnya.
Keduanya berhasil menangkap si tuna wisma. Ha Ryu tanya kenapa ahjussi itu
lari, “Kurasa kita punya saksi.” Ha Ryu tersenyum.
“Hei saksi, apa kau mau
makan mie pedas meneteskan air mata yang terkenal itu bersama kami?” ajak Sam Do.
(hahaha)
Yang Hoon yang juga
mencari tuna wisma itu untuk meminta tutup mulut terkejut kalau si tuna wisma
sekarang bersama Ha Ryu. Ia cemas.
Da Hae sampai di halaman sebuah
gedung. Disaat yang sama Detektif Nam dan anak buahnya juga menuju gedung yang
sama.
Yang Hoon yang melihat
kedatangan Da Hae segera menarik Da Hae untuk bersembunyi. Keduanya melihat Detektif
Nam menuju hotel tempat tinggal Da Hae.
Da Hae dan Yang Hoon
memarkirkan mobil di tepi sungai. Yang Hoon memberi tahu Da Hae bahwa pria tuna
wisma yang namanya ia pinjam sudah tertangkap. Kita tak akan bisa keluar dari
masalah ini. Da Hae tanya apa maksudnya, bagaimana pun kita harus melakukan
sesuatu. Yang Hoon menyarankan lebih baik keduanya mengehentkan ini. Da Hae
merasakan sakit di bekas luka tusukannya. Yang Hoon khawatir.
Flashback
Ketika Da Hae menangis
karena ayah tirinya, Yang Hoon datang menolongnya. Yang Hoon memakaikan sepatu
pada Da Hae yang menangis. Ketika terdengar suara ayah tiri memanggil Da Hae, Da
Hae ketakutan. Yang Hoon membawa Da Hae pergi dari sana. Ia lebih memilih
menyelamatkan Da Hae walaupun itu ayah kandungnya sendiri.
Flashback end
Yang Hoon : “Ada begitu
banyak hal yang membuatku merasa bersalah padamu. Jika kau tak bertemu ayahku
yang lebih jahat dari binatang, kau akan dicintai dan tumbuh bahagia.”
Da Hae menegang mendengar
tentang ayah tirinya, kenapa kakaknya tiba-tiba membicarakan itu. Yang Hoon
berkata itu karena ia merasa bersalah. Ia mengajak Da Hae menghentikan semuanya
sampai disini saja. Ia juga mengajak Da Hae ke kantor polisi, “Jika kita
menyerahkan diri sebelum ditangkap......”
“Oppa...” sela Da Hae. “Cobalah
bertahan sedikit lagi. Meskipun aku melakukan hal yang menjijikan, oppa selalu
ada di pihakku. Tak bisakah kau dipihakku sekali lagi? Aku tak mau kembali.”
Yang Hoon : “Aku akan
menanggung semua dosanya. Kau bisa melanjutkan hidupmu. Kau tahu apa maksudku
kan?”
Da Hae tak bisa melakukannya,
ia tak bisa membiarkan kakaknya menyerahkan diri pada polisi begitu saja. “Tanpa
dirimu kau tahu aku tak bisa melakukan apapun.”
Yang Hoon berkaa meskipun
ada saksi yang menunjuk dirinya, maka Da Hae akan baik-baik saja. Ia khawatir
pada Da Hae. Mata Da Hae berkaca-kaca, untuk itulah maka kakaknya tak boleh
malakukan itu. Yang Hoon bilang tak ada jalan lain karena kali ini Ha Ryu benar-benar
akan mendapatkan mereka.
Da Hae : “Untuk mencapai
tahap ini kau tak tahu apa yang sudah kualami selama beberapa tahun terakhir. Pasti
ada cara. Semuanya akan segera berakhir. Jadi, oppa jangan lakukan hal yang
bodoh. Aku akan mengatasi semuanya.”
Yang Hoon pun tak bisa
memaksakan kehendaknya lagi. Da Hae berpikir keras pasti ada jalan keluar dari
masalah ini. Sama sekali mereka tak boleh menyerahkan diri begitu saja.
Malam hari Da Hae tak bisa
tidur. Ia mengambil dan meminum obatnya. Ia berpikir apa yang harus
dilakukannya.
Detektif Nam mendapatkan
pernyataan bahwa pembeli mobil gelap itu pria tuna wisma. Ia mengajak temannya
untuk menangkap Joo Yang Hoon. Tapi temannya mengatakan kalau Joo Yang Hoon
bersembunyi. Detektif Nam pun berkata kalau begitu kita dapatkan Joo Da Hae dulu.
Ia dan kedua temannya pun bergegas menuju hotel tempat tinggal Da Hae.
Detektif Nam dan kedua
temannya sampai di hotel tempat tinggal Da Hae. Da Hae yang baru saja selesai
menelepon terkejut melihat Detektif Nam datang menemuinya. Da Hae tanya ada apa
lagi. Detektif Nam menatakan kalau ia memiliki beberapa pertanyaan pada Da Hae
mengenai tuduhan pembunuhan terhadap Baek Do Hoon. Ia harap Da Hae ikut dengan
mereka ke kantor polisi.
Ha Ryu sudah ada di kantor
polisi. Da Hae datang bersama Detektif Nam. Keduanya bertemu pandang. Da Hae
menghampiri Ha Ryu dan keduanya saling menatap tajam.
Bersambung ye ke episode20
Kreeeeeen.... Mksh y mbk
ReplyDelete