Seorang wanita mengenakan
kacamata hitam bernama Yoo Se Young (Choi Ji Woo) keluar dari mobil.
Ditempat yang sama
sepasang suami istri Cha Seok Hoon (Kwon Sang Woo) dan Na Hong Joo (Park Ha
Sun) keluar dari bus dan mengambil koper dari bagasi. Keduanya tampak sumringah.
Hmmm siapa lagi ya?
Seorang pria berkacamata
hitam keluar dari mobil, dia adalah Kang Min Woo (Lee Jung Jin)
Kempat orang itu akan
menuju Hong Kong.
Di dalam pesawat, tepatnya
di kabin VIP dimana Yoo Se Young berada, ia menyempatkan diri membaca dokumen-dokumen
perusahaan. Terdengar olehnya suara orang yang ia kenal. Ia pun menoleh, itu Kang
Min Woo.
Min Woo mulai tebar pesona
ia menanyakan makanan apa saja yang ada selama penerbangan ini pada seorang
pramugari. Pramugari mengatakan kalau ia bisa menyediakan daging dan ikan.
“Bisakah kau membawakan
aku menu favoritmu? Dan juga segelas wiski.” Pinta Min Woo (wehehehehe)
Se Young sepertinya paham
betul sifat Min Woo itu, ia pun cuek.
Seorang pria disebelah
tempat duduk Se Young, Pengacara Choi menyahut bukankah itu Tn Kang. Se
Young tahu itu, ia menilai apa yang Min Woo katakan itu sebuah cara yang menyenangkan
untuk mengawali hari.
Pengacara Choi mengatakan
Min Woo tak akan bisa melihat keduanya disini jika dari tempat duduk Min Woo yang
ada di belakang. Se Young mengingatkan kita tak boleh hanya memikirkan
keuntungan lebih baik hentikan saja pesawatnya. Pengacara Choi menyahut haruskah ia mengatakan ‘ada teroris
di pesawat?’ Se Young tersenyum simpul menambahkan lebih baik katakan juga ada
bom.
Pengacara Choi tak
membahasnya lebih lanjut candaan itu. Ia kemudian mengatakan kalau dirinya akan
memeriksa dan mem-booking ulang hotel dimana keduanya akan menginap.
Se Young tak menjawab, ia
mengambil obat tetes mata dan meneteskan itu ke kedua matanya. Ia memejamkan
matanya sekejap dan ketika membuka mata ia pun teringat akan kejadian sebelum
kepergiannya ke Hong Kong ini.
Flashback
Se Young menemui temannya
yang seorang dokter. Dokter mengatakan bahwa Se Young sedang mengalami awal
menopouse. Ia menyadari bahwa ini tidak terlalu nyaman bagi para wanita di usia
40 tahunan. Tapi Se Young menjawab lain, ia senang mendengar tentang dirinya
memasuki menopouse karena datang bulan sudah menganggunya setiap bulan.
Dokter terdiam, agak sulit
mengatakan selanjutnya. Se Young menyadari kalau ada hal lain yang ingin
temannya katakan padanya. Dokter serba salah haruskah ia bicara dengan Se Young
sebagai dokter ataukah memberi saran sebagai teman. Se Young bilang yang mana
saja.
“Kau memiliki kista di
rahimmu. Jika kistanya terus tumbuh kita harus melakukan hysterectomy.” Jelas
dokter (rahimnya dia angkat gitu)
Se Young walaupun terkejut
tapi nampak tak khawatir, operasinya tidak mendesak kan. Ada transaksi baru
yang harus ia lakukan di Hong Kong dan itu akan membutuhkan waktu beberapa bulan.
Bisakah membicarakan tentang operasinya setelah ia menyelesaikan semuanya.
Se Young kemudian bertanya
apa ada lagi yang ingin temannya sampaikan padanya mengenai kesehatannya.
Dokter malah bertanya apa Se Young baik-baik saja. Se Young tersenyum dan balik
bertanya haruskah ia tidak baik-baik saja.
Dokter mengatakan jika
rahim Se Young diangkat itu artinya Se Young tak akan pernah bisa mengandung
anak. Se Young seolah tak peduli bahkan sampai sekarang pun ia tidak hamil
karena memang ia tidak mau.
Se Young pun mengatakan
kondisi sebenarnya tentang kista yang ada di rahimnya dan akibat buruk yang
akan ia alami nanti.
“Apa itu membuatmu senang
mengetahui kau tidak akan pernah bisa menjadi seorang ibu? Kebahagiaan sejati
seorang wanita......”
“Memangnya kenapa?” Se Young
menyela ucapan ayahnya. “Kenapa aku harus bahagia? Ayah, aku mungkin tidak
terlihat bahagia di mata ayah tapi aku bahagia dengan caraku sendiri.”
Tn Yoo kesal karena
putrinya selalu ngejawab kalau dia lagi ngomong, ckckckckckckc....
Se Young di kamarnya
melakukan olahraga sambil membuka dokumen laporan keuangan di tab-nya.
Ponselnya bunyi, telepon
dari Pengacara Choi. Pengacara Choi bertanya kenapa tadi Se Young meneleponnya.
Se Young ingin tahu apa CEO Jang Gang Hyun dari SD Consulting dan wakilnya
sedang di hotel Dong Sung. Pengacara Choi berkata ia mendengar CEO Jang yang
bertanggung jawab atas bisnis mereka di Hong Kong, Singapura, Macau, dan sebagian
besar Asia Timur.
Se Young merasa ada sedikit
kekurangan dalam laporan keuangan yang ia lihat. Jadi ia perlu bertemu sendiri
dengan CEO Jang. Pengacara Choi menyahut kita memang perlu menemui CEO Jang. Se
Young bisa pergi kapan saja setelah pukul 3 siang nanti. Pengacara Choi
mengerti dan akan mengurus semuanya.
Se Young menyudahi
olahraganya dan melihat dirinya di cermin. Ia meraba perutnya dimana ada kista
disana. (Benarkah Se Young tak peduli akan hal itu?)
Flashback end
Cha Seok Hoon masuk ke kabin
VIP, seorang pramugari menegurnya karena Seok Hoon bukan penumpang VIP. Seok Hoon
tanya dimana toiletnya. Pramugari menunjukan toilet yang seharusnya digunakan
oleh penumpang kelas 1 yang ada di belakang.
Sebelum menuju toilet Seok
Hoon memberi tahu Hong Joo kalau di kabin VIP ada toiletnya sendiri. Hong Joo
terkejut, benarkah? Seok Hoon pun menuju toilet.
Hong Joo kemudian terdiam
mengingat hal yang menjadi alasan dirinya dan Seok Hoon menuju Hong Kong.
Flashback
Hong Joo melihat Seok Hoon
dibentak oleh orang-orang yang datang mencari pimpinan tempat Seok Hoon
bekerja. Mereka marah-marah karena pimpinan perusahaan itu menggelapkan uang
mereka. Seok Hoon membela diri ia tak tahu apa-apa tentang ini, tapi mereka tak
peduli bukankah Seok Hoon disini sebagai wakil. Mereka meminta uang mereka
dikembalikan atau paling tidak bawa kembali pimpinan itu (Hwang Do Shik) kesini.
Seok Hoon melihat
kedatangan istrinya di luar pintu. Hong Joo prihatin melihat keadaan tempat
suaminya bekerja.
Setelah mereka pergi Seok Hoon
pun mengatakan semuanya pada Hong Joo bahwa Hwang Do Shik membawa uang senilai 9
juta won. Hong Joo tanya apa Seok Hoon bisa mengurus itu. Seok Hoon bilang yang
harus ia lakukan adalah menemukan Hwang Do Shik terlebih dahulu.
Hong Joo menilai Hwang Do
Shik sudah menyembunyikan diri dengan baik hingga tak bisa dilacak dimanapun,
jadi bagaimana Seok Hoon akan menemukan orang itu. Seok Hoon berpikiran
positif, ia yakin Hwang Do Shik tidak akan menggelapkan uang perusahaan, ia yakin
sekali kalau Do Shik pasti punya alasan
yang jelas. “Yang terpenting temukan dia dulu, baru kemudian mendengarkan apa
yang harus dia katakan.”
Hong Joo mengeluh
apartemen tempat tinggal keduanya sudah disita. Orang-orang dari pengadilan
tadi datang dan memasang stiker dimana-mana. Seok Hoon meminta Hong Joo lebih
baik pulang ke rumah ayah Hong Joo untuk sementara. Tapi Hong Joo tak bisa
kesana, bukankah Seok Hoon tahu rumah ayahnya juga sekarang sudah dijadikan
jaminan. Hanya rumah itu yang ayahnya miliki, kalau ayahnya kehilangan itu, ia pasti
akan membenci Seok Hoon.
Seok Hoon menggenggam
tangan Hong Joo, ia mengatakan itu tak akan pernah terjadi. Ia akan menemukan Hwang
Do Shik dan uang itu. “Kau percaya padaku, kan?” Hong Joo mengangguk percaya dan
ia juga mencintai Seok Hoon. Hati Seok Hoon merasa terhibur, ia kemudian
memeluk erat istrinya.
Dari jauh Hong Joo melihat
ayahnya bekerja sebagai apa ya... ga tahu. hehehe. ia tak tahu harus minta
bantuan pada siapa. Ia tak mungkin mengatakan hal ini pada ayahnya, yang bisa
membuat ayahnya khawatir.
Hong Joo menerima telepon
dari Seok Hoon yang mengabarkan kalau suaminya itu baru saja mendapatkan
telepon dari Hwang Do Shik. “Dia sekarang ada di Hongkong. Dia bilang semua
masalah keuangan kita bisa terselesaikan sekarang. Dia menyuruhku untuk terbang
kesana besok.” Hong Joo senang mendengarnya. Ia benar-benar lega. Seok Hoon
berkata lagi Hong Joo juga harus datang ke Hong Kong bersamanya.
Flashback end
Hong Joo memandang sedih
wajah suaminya yang terlelap. Ia membetulkan letak selimut Seok Hoon.
Tak lama kemudian
terdengar suara Kapten Pilot yang mengatakan kalau mereka akan segera mendarat
di Bandara Hongkong.
Se Young segera merapikan
dokumen-dokumen dan menyerahkannya pada Pengacara Choi. Pengacara Choi menoleh
ke tempat duduk Min Woo yang duduk sendirian.
Min Woo tampak melamun
memegang cincin yang melingkar di jari kelingkingnya. (kayak cincinnya Jae Kyung
hahaha)
Flashback
Min Woo menghampiri istrinya
yang baru saja melahirkan di rumah sakit. Ia menggenggam tangan istrinya yang sudah
melahirkan bayi perempuan dengan selamat. Ia bilang putrinya ini pasti menjadi
model karena dia sangat cantik.
Tapi raut wajah istrinya
yang bernama Ji Sun ini tidaklah senang. Ia menarik kasar tangannya dari
genggaman Min Woo. Ia pun dibawa ke ruang perawatan oleh dua orang perawat.
Min Woo menerima telepon
dari ibunya, Ny Lim. Ibunya marah-marah karena Ji Sun lagi-lagi melahirkan bayi
perempuan. Apa Ji Sun ini sedang berusaha mengakhiri garis keturunan keluarga
Kang. Bukankah Min Woo tahu apa yang ayah Min Woo katakan sebelum meninggal.
Min Woo tanya kapan ibunya
akan datang menjenguk Ji Sun. Ibu yang marah menjawab ia tak akan pernah
menemui Ji Sun. “Sekarang bayi itu tidak akan pernah memiliki apa yang
seharusnya dia miliki.”
Min Woo menemani istrinya,
ia melihat sekeliling banyak sekali tempelan yang dibuat oleh putri-putrinya,
Yoon Ah dan Song Ah. Ia menilai kedua putrinya ini mirip seperti Ji Sun, berbakat.
Ji Sun diam saja.
Min Woo mengenggam tangan Ji
Sun, ia mengerti bagaimana perasaan Ji Sun yang hidup ditengah-tengah keluarga
dimana anak laki-laki lebih disukai. Ji Sun mengatakan kalau sekarang ia tak
bisa punya anak lagi. Min Woo menyahut tentu saja, mereka bisa menghentikan
kapanpun Ji Sun mau. Ia akan memberi tahu ibunya.
Ji Sun menyela untuk
menegaskan bahwa sekarang ia sudah tak bisa mengandung lagi bahkan jika ia
sangat ingin memiliki anak. Min Woo tanya apa dokter yang mengatakan itu. Ji Sun
mengatakan kalau rahimnya sudah tak sehat lagi, jika ia melahirkan lagi maka
pertaruhannya adalah nyawa. Ia harap Min Woo bisa mengatakan pada ibu Min Woo
untuk berhenti bersikap tamak, dan Min Woo juga harus menyerah untuk
mendapatkan anak laki-laki
Didalam mobil Min Woo menerima
telepon dari ibunya. Ibu bilang setelah Ji Sun pulang dari rumah sakit, mereka
akan mencari rumah sakit lain untuk program kehamilan lagi supaya dapat anak
laki-laki. Ia meminta putranya ingat apa yang ia katakan sebelumnya, Putri
menantu wakil menteri itu memliki dua anak laki-laki berturut-turut setelah
pindah berobat kesana. Min Woo jengah mendengar itu-itu terus dari ibunya. Ia
pun beralasan ada panggilan telepon lain masuk dan menyudahi telepon dengan
ibunya.
Min Woo menyuruh Supir Kim
agar menghubungi Sekretarisnya untuk menyiapkan perjalanan bisnis. Ia benar-benar
suntuk dengan semuanya, ia akan pergi sekitar 5 hari. Supir Kim mengerti.
Min Woo melihat-lihat
surat-surat yang ada di tangannya. Ia membuka sebuah surat yang didalamnya
terdapat brosur sebuah Bar di Hongkong. Moon River Bar. Ia mengatakan pada
supirnya kalau Hongkong tujuan dia akan pergi 5 hari itu.
Fashback end
Mereka sampai di Bandara Hongkong.
Kang Min Woo keluar lebih dulu dan langsung menyetop taksi. Se Young dan Pengacara
Choi melihatnya namun Min Woo tak menyadarinya.
Pengacara Choi mengatakan
Kang Min Woo tidak berada didalam daftar tamu di hotel tempat ia dan Se Young
akan menginap. Se Young senang mendengar itu, keduanya pun segera pergi ke
hotel tujuan.
Di belakangnya Seok Hoon
dan Hong Joo keluar dari bandara. Seok Hoon mencoba menghubungi Hwang Do Shik
sambil celingukan siapa tahu Do Shik menjemputnya. Hong Joo tanya apa Do Shik
bilang akan menjemput di bandara. Seok Hoon menjawab tentu saja bahkan Do Shik
sudah tahu jadwal penerbangannya. Tapi sayang ponsel Hwang Do Shik tak bisa
dihubungi.
Hong Joo menebak jangan-jangan
terjadi masalah. Seok Hoon beranggapan Do Shik hanya terjebak macet karena di Hongkong
jam sibuk itu seharian. Ia punya alamatnya, jadi tunggu 10 menit lagi dan jika
tidak datang kira langsung ke rumahnya saja. Hong Joo setuju.
Karena yang ditunggu tak
kunjung datang, Seok Hoon dan Hong Joo mendatangi langsung rumah Hwang Do Shik.
Ia mengetuk pintu rumah sewaan itu dan memanggil-manggil Do Shik, tapi tak ada
sahutan dari dalam. Hingga membuat tetangga di sebelah merasa terganggu.
Seok Hoon bicara menggunakan
bahasa inggris bahwa ia datang dari Korea dan mencari pria yang tinggal di
rumah itu. Paman itu tahu siapa pria yang dimaksud. Ia menyuruh Seok Hoon ke
kantor polisi saja. Seok Hoon heran untuk apa. Paman itu tak menjawab, dia malah
masuk kembali ke rumahnya.
Seok Hoon dan Hong Joo
keluar dari kantor polisi dengan langkah lunglai.
Tn Hwang Do Shik bunuh
diri dengan melompat. Dia meminta untuk memberikan barang-barang miliknya pada
temannya dari Korea.
Seok Hoon tak tahu lagi
harus bagaimana. Ia membawa tas peninggalan Do Shik. Langkahnya sampai di tepi
pantai. Hong Joo yang sudah lelah terduduk lemas.
Seok Hoon membuka tas
peninggalan Do Shik. Tas itu berisi baju, buku yang di dalamnya terselip pesan
singkat dari Do Shik.
Aku tak bisa menemukan
uang dimanapun. Maafkan aku.
Air mata Hong Joo menetes.
Dari mana ia dan Seok Hoon mendapatkan uang pengganti perusahaan.
Seok Hoon menangis marah,
“Kau sudah kabur dengan uang kami. Seharusnya kau hidup mewah. Kenpa kau mati?”
Teriaknya.
Hong Joo mengerti
bagaimana perasaan suaminya sekarang. Ia berusaha menghibur dengan memeluk Seok
Hoon.
Kang Min Woo sampai di Moon
River Bar. Ia melihat seorang wanita paruh baya tengah menyanyi di panggung.
Ia pun teringat akan
wanita muda yang pernah menyanyi di tempat itu.
Saat itu Min Woo langsung akrab
dengan si penyanyi muda yang bernama Jenny. Hubungannya pun semakin dekat.
Kencan di pantai, menyatakan cinta bahkan Jenny menyanyikan lagu ketika ia
bangun tidur.
Ketika wanita itu selesai
menyanyi Min Woo menghampirinya. Wanita itu terkejut melihat kedatangan Min Woo.
“Ny Tina, benar kan?”
Tebak Min Woo.
Si penyanyi bar bernama Tina
itu pun mengangguk. Min Woo yang sumringah bertanya dimana Jenny. Tina
mengatakan Jenny sudah tidak menyanyi disini. Min Woo tidak percaya karena
Jenny mengundangnya kesini. Min Woo menunjukan brosur yang didapatnya. Tina
bilang dirinya-lah yang mengirim itu pada Min Woo bukan Jenny.
“Dia sedang menyanyi di
surga sekarang.” Jelas Tina.
Min Woo terpukul sekali
mendengar kabar Jenny sudah meninggal. Tina menjelaskan kalau Jenny menderita
kanker payudara. “Dia meninggal 4 bulan yang lalu. Setidaknya dia tidak sendirian.
Pemuda ini yang mengurusnya sampai akhir. Jenny tak suka itu, tapi kupikir kau
harus bertemu dengannya, setidaknya sekali.” Jelas Tina seraya menangis.
Min Woo merasa ia tak
memiliki alasan bertemu dengan suami Jenny.
Tina menegaskan kalau Jenny
tidak menikah, pemuda yang dimaksud adalah putra Jenny. “Tn kang itu adalah
anakmu, Roy.”
Tina menunjukan foto Jenny
bersama Roy. Min Woo shock melihat foto itu.
Di dalam taksi Min Woo
terus menatap foto yang ia terima dari Tina. Foto wanita yang pernah ia sukai
sesaat dan sekarang ia ketahui wanita itu melahirkan putranya. Ia marasa
bersalah pada Jenny.
Se Young dan Pengacara Choi
selesai menjamu tamu bisnis mereka. Tepat setelah tamu itu pergi, keduanya
melihat kedatangan Min Woo di hotel. Se Young yang tidak suka menyahut kalau
hotel ini jelas-jelas buruk karena salah satu tamunya adalah Min Woo yang tidak
menggunakan identitas asli. Min Woo yang melihat Se Young ada disana tak
menyangka akan bertemu dengan Se Young.
Min Woo mendengar Se Young
sedang membeli hotel ini, apa kedatangan Se Young ini untuk menandatangani itu.
Se Young tertawa kecil dan berkata jika seseorang mencoba makanan di supermaket
bukan berarti orang itu akan membelinya. Ia menegaskan dirinya sedang pikir-pikir
tentang hal itu. Min Woo menyahut itu bagus.
Min Woo kemudian
mengatakan ia perlu teman untuk minum-minum, apa malam ini Se Young sudah tak
ada kerjaan. Se Young minta maaf, ia sudah lelah. Min Woo bilang jangan begitu,
“Pikirkan masa lalu kita. Berikan aku satu jam. Siapa tahu si brengsek Kang Min
Woo ini mungkin bisa membawamu mendapatkan bisnis bagus.” Se Young berterima kasih
atas tawaran Min Woo, ia akan menghubungi Min Woo nanti jika memang dirinya
memerlukan bantuan.
Se Young dan Pengacara Choi
akan pergi tapi ucapan Min Woo tentang CEO Jang menghentikan langkah Se Young.
Se Young melihat kalau Min Woo sepertinya mengetahui sesuatu yang tak ia ketahui.
Ia pun meminta Pengacara Choi untuk istirahat lebih dulu.
Suasana malam di Hongkong
saat itu benar-benar indah. Kembang api bertabur menghiasi langit malam disana.
Namun tidak menyenangkan bagi Seok Hoon dan Hong Joo yang dilanda kebingungan.
Hong Joo tak tahu apa yang
harus dilakukannya sekarang dengan uang-uang yang hilang itu. “Apartemen kita
menjadi milik bank sekarang. Kita tidak akan mendapatkan banyak uang walaupun
menjual mobil dan barang-barang milikmu.”
Tapi sebagai seorang pria
apapun yang terjadi Seok Hoon akan berusaha memastikan ayah Hong Joo tak
kehilangan rumah. Hong Joo tanya bagaimana caranya, bukankah ini penggelapan
dana publik. “Kau akan di kirim ke penjara begitu kita kembali ke Korea. Apa
yang bisa kau lakukan di penjara?” Ia bahkan lebih takut membayangkan Seok Hoon
dalam penjara.
Seok Hoon memasukkan
kembali barang-barang Do shik ke dalam tas. Namun ia menemukan sesuatu yang
tersimpan di dalam kaoskaki. Seok Hoon mengambil benda itu yang tak lain adalah
uang.
Seok Hoon mengatakan pada Hong
Joo kalau Do Shik masih memiliki hati nurani juga karena meninggalkan mereka
uang 3 juta won.
Hong Joo berkata kalau
hati nurani Seok Joo bernilai lebih dari itu. Seok Joo yang mempercayai Hwang Do
Shik bahkan tak pernah meragukan Do Shik sekalipun. Bukankah tidak semua orang
bisa melakukan itu. “Itu sebabnya aku menghagaimu dan mencintaimu.”
Seok Hoon : “Kita tak akan
pernah tahu apa yang mungkin terjadi saat kita kembali ke Korea. Kita simpan
uang ini untuk keadaan darurat.”
Hong Joo menolak, “Kita
lakukan apa yang disarankan Tn Hwang. Dia bilang, dia menginginkanku pesiar di
sekitar Hongkong karena merasa bersalah padaku. Kita lakukan ucapannya. Kita
habiskan semua uang ini.”
“Hong Joo-ya?” Seok Hoon
heran.
Hong Joo mengajak Sek Hoon
menginap di hotel terbaik kemudian makan di restouran paling bagus. Belanja. Ia
ingin pergi belanja. Ia akan membeli produk mahal, terbaik, bukan yang murahan.
Seok Hoon tanya apa Hong
Joo benar-benar ingin melakukan itu. Hong Joo tersenyum sedih mengangguk. Seok Hoon
pun menyetujuinya.
Keduanya sampai di depan
hotel mewah dan memutuskan akan menginap disana.
Se Young menemani Min Woo
minum. Min Woo mengatakan yang sebenarnya bahwa ia baru saja mengetahui
kenyataan dirinya memiliki seorang putra. Bukankah Se Young tahu bahwa di
keluarganya lebih suka anak laki-laki. Jika ia menelepon sekarang, ibunya Ny
Lim Jung Soon pasti akan mencari ke seluruh dunia. Ibunya pasti akan
membangunkan sebuah menara untuk merayakan ini.
Min Woo bahkan menunjukan
foto Roy pada Se Young, Bukankah dia anak yang manis? Tapi Se Young tak melihat,
ia malas karena tak ada lagi yang membuatnya lebih bosan daripada melihat anak
orang lain. Min Woo menyadari Se Young tak mau mendengar ceritanya. Se Young
meminta Min Woo mengatakan saja apa yang ingin Min Woo dengar, apakah itu
nasehat, simpati, hiburan atau bimbingan. Mi Woo bilang semuanya.
Se Young : “Jika aku
adalah kau, aku akan melakukan 2 hal. Meminta nomor rekening wali itu. Kemudian
mengirim sejumlah yang akan membuat mereka shock tapi masih layak untukmu
sebagai dana pendukung anak.”
Min Woo jadi teringat sesuatu
setelah mendengar ucapan Se Young, itu bukan karena ia tak bisa mendapatkan Se
Young. Aku tak pernah mengejar Se Young. Jika aku punya, hidupku akan jadi
sesingkat dan sekering itu. Ia tak ingin itu terjadi.
Se Young tersenyum dan
merasa seharusnya Min Woo berusaha lebih keras lagi dari sebelumnya. Jika
segalanya berhasil ia bisa menjalani suatu kehidupan yang penuh dengan cinta.
Min Woo tertawa menilai itu menarik, ia tak pernah berpikir bahwa Se Young tahu
tentang cinta. Se Young pamit akan pergi karena menurutnya pembicaraan ini
sudah selesai. Tapi Min Woo memanggilnya.
Min Woo : “hidup itu
seperti perkalian. Jika kau adalah angka nol maka kau akan berakhir diangka nol
tanpa melihat siapa pria yang bersamamu.”
Se Young tersenyum tipis
dan berterima kasih atas nasehat Min Woo. Ia juga mengingatkan agar Min Woo
jangan terlalu banyak minum.
Seok Hoon dan Hong Joo
sudah mendapatkan kamar hotel. Hong Joo berada di kamar mandi menelepon adiknya,
Na Hong Gyu (Lee Jung Shin CN Blue) Hong Joo menanyakan kabar ayahnya. Hong Gyu
bilang ayah sudah tidur setelah menonton berita. Hong Gyu iri sekali pada
kakaknya yang bisa bepergian ke Hongkong, seharusnya kakak iparnya itu mengajak
dirinya juga, adik ipar satu-satunya.
Karena mendengar suara
putranya, ayah keluar dari kamar. Ayah tanya apa itu telepon dari Hong Joo.
Ayah langsung merebut ponsel Hong Gyu dan bicara dengan putrinya.
Ayah yang khawatir kenapa Hong
Joo menelepon jarak jauh bukankah biayanya mahal. Hong Joo bilang tidak mahal.
Ayah ingat bukankah Hong Joo bilang padanya akan menemui seseorang di Hongkong,
apa semuanya sudah beres. Mendengar ayahnya mengungkit hal itu Hong Joo berubah
sedih dan air matanya menetes. Tapi ia berusaha sebisa mungkin agar tak
terdnegar oleh ayahnya bahwa ia menangis. Hong Joo pun mengatakan semuanya
sudah beers. Ayah senang karena memang ia tak seharusnya mengkhawatirkan Seok
Hoo, menantunya. Karena menantunya itu sudah pasti bisa mengurus semuanya.
Hong Joo tanya apa ayahnya
sudah makan malam. Bukannya menjawab ayah meminta Hong Joo jangan
mengkhawatirkannya, lebih baik bersenang-sennag saja di Hongkong. Hong Joo
mengerti ia akan melakukannya.
Hong Joo keluar dari kamar
mandi dan melihat Seok Hoon sudah terlelap. Ia duduk di samping suaminya tidur.
Ia melihat disana ada buku catatan berisi daftar hutang. Hong Joo menatap
sedih, ia harus ikut melakukan sesuatu untuk membantu suaminya. Ia mengusap
lembut wajah suaminya.
Hong Joo berpikir keras,
apa yang harus dilakukannya untuk membantu suaminya. Ia berdiri di tepi jendela
menatap tajam keluar.
Keesokan harinya, Yoo Se
Young menanyakan jadwal pertemuan dengan CEO Jong. Pengacara Choi mengatakan
kalau waktunya itu pukul 1.30 siang. Se Young berkata ia perlu menemui beberapa
investor sebelum pertemuan itu. Ia perlu mengkonfirmasi sesuatu yang dikatakan
Kang Min Woo semalam padanya.
Tak jauh dari Se Young
lewat, lewat pula Seok Hoon dan Hong Joo. Seok Hoon terus memperhatikan Se Young
yang berjalan menjauh. Hong Joo melihat ke arah pandang suaminya dan bertanya
siapa, apa Seok Hoon mengenal orang itu. Seok Hoon berkata mana mungkin ia
kenal seseorang di Hongkong, ia hanya mengenal HOng Joo. Hong Joo tertawa
mendengarnya.
Seok Hoon tanya keduanya
akan pergi kemana dulu. Hong Joo menunjukan daftar tempat yang ingin ia
kunjungi selama di Hongkong.
Keduanya pun menikmati
banyak tempat di Hongkong dan mengabadikannya dengan kamera. Pergi ke tempat
wisata, jajan makanan, bahkan belanja. Keduanya sangat menikmati.
Keduanya masuk ke sebuah
toko. Hong Joo tertarik ketika melihat sepasang sepatu yang terpajang disana. Seok
Hoon tanya apa Hong Joo menyukai sepatu itu. Hong Joo menjawab tidak dan
mengajak Seok Hoon pergi dari sana. Seok Hoon menyarankan kalau suka lebih baik
beli saja, tapi Hong Joo tak mau karena itu sangat mahal. Seok Hoon
mengingatkan bukankah Hong Joo ingin barang-barang bagus.
Seok Hoon pun meminta
pelayan untuk membungkus sepatu yang disukai Hong Joo. Tapi pelayan minta maaf
karena sepatu itu sudah dipesan oleh seseorang. Seok Hoon heran kalau sudah
dipesan kenapa masih dipajang disana. Pelayan bilang pasti ada kesalahan sepatu
itu masih terpasang. Seok Hoon memohon karena istrinya sangat ingin memiliki
sepatu itu. Tapi kembali pelayan minta maaf, lebih baik melihat produk yang
lainnya saja. Seok Hoon pun bilang ia akan membayarnya tunai. Tapi pelayan
tetap tak bisa menjualnya. Hong Joo mengajak Seok Hoon segera pergi dari sana.
Seok Hoon meminta Hong Joo
menunggu di luar toko sebentar, ia akan kembali ke dalam.
Seok Hoon kembali memohon
pada pelayan agar diperbolehkan dirinya-lah yang membeli sepatu itu. Ia benar-benar
membutuhkannya. Pelayan kembali menegaskan kalau ia tak bisa menjual sepatu itu
pada Seok Hoon karena sudah ada yang memesan.
Seok Hoon langsung pasang
muka memelas, “aku tak tahu bagaimana mengatakannya tapi sepatu itu akan
menjadi sepatu terakhir dalam hidup istriku. Aku rasa kau mengerti apa yang
terjadi kan? Dia sedang sekarat.”
Pelayan terkejut, ikut
merasa iba. Seok Hoon menambahkan kalau perjalanan wisata ini adalah keinginan
istrinya jadi ia harap dirinya diperbolehkan membeli sepatu itu. Seok Hoon
memohon penuh harap dengan wajah memelas. Pelayan pun akhirnya luluh juga
karena kasihan. Hahaha
Hong Joo mencoba sepatu
bagus itu dan sangat menyukainya. Ia melihat dirinya di cermin mengenakan
sepatu itu. Seok Hoon memuji sepatu itu terlihat bagus ketika Hong Joo yang
memakainya.
Pelayan berbisik pada Hong
Joo, memberi semangat. Setelah mengatakan itu pelayan berlalu dari sana membuat
Hong Joo terheran-heran, apa yang dikatakan pelayan itu. Seok Hoon bilang tidak
tahu. Ia kemudian memeluk istrinya.
Bersambung ke part 2
*****
Sudah jelas kelihatan kalau Seok Hoon
dan Hong Joo sepasang suami istri yang kena sial karena Boss Seok Hoon
menggelapkan uang perusahaan akibatnya Seok Hoon pun yang harus bertanggung
jawab. Ok bagaimana cara suami istri ini mendapatkan uang untuk membayar
hutang-hutang itu?
Yoo Se Young, wanita yang
hanya mengejar karir karir dan karir. Dia sukses di pekerjaan tapi memasuki
usia 40 dia bahkan belum bersuami. Apakah dia memang tidak pernah jatuh cinta. Atau
dia malah pernah sakit hati karena cinta, jadi dia tak mau menjalin cinta. Bahkan
dia pun tak peduli dirinya kelak akan memiliki anak atau tidak. Tapi sepertinya
dia cukup was-was mengetahui ada kista di rahimnya. Semoga tidak sampai
diangkat deh rahimnya. Keliahatan sekali kalau Se Young dan Min Woo memiliki
masa lalu.
Kang Min Woo, si pria tepe
(tebar pesona hahaha) dia sudah menikah dan memiliki putri. Istrinya melahirkan
anak perempuan lagi. Tapi hal itu tidak dikehendaki ibu Min Woo yang
menginginkan cucu laki-laki. Dan tak disangka, hubungan singkatnya
dengan penyanyi bar di Hongkong memberikan padanya buah cinta seorang putra. Akankah
Min Woo mengenalkan Roy pada ibunya. Bagaimana jika Ji Sun, istrinya mengetahui
ini. pasti bakalan sakit hati banget. Huwaaa sedih banget sama nasibnya Jenny. Lagu ost yang mengiringi bagus banget. Yang nyanyi Fei 'Miss A' sendiri lho bareng Jo Kwon 2AM. huwaaa.. keren banget, manis gitu lagunya.
Oh iya, yang jadi Han Ji
Sun disini juga main bareng Lee Jung Jin di A Hundred Year’s Inhertance, itu
lho yang jadi Joo Ri, cewek yang suka benget sama Se Yoon. Di AHYI keduanya tidak
dijadikan pasangan suami istri tapi di drama ini jadi suami istri. Hehehe.
Pertemuan kembali Kwon
Sang Woo n Choi Ji Woo di drama, pada awalnya berharap di ending nanti keduanya akan bersatu
bahagia. Tapi kalau liat Cha Seok Hoon yang sudah menikah agak ga enak juga
kalau dia mesti pisah sama istrinya hehehe.
kayaknya ini jadi next drma yg diikuti...
ReplyDeleteaq suka scene MIn Woo ..uwahhh Min woo cakep banget yakkk...eh ternyata Min woo dah pnya anak 2 tambah 1 ...duh jadi ayah muda...Kepo bangt MW nikah ama istrinya krna cinta apa di jodohkan ya???...trus scene Se young ma Min Woo jg keren meskipun saling sindir....
ditunggu part 2nya...
ditunggu pula Triangle 22...
Fightinggg!!!
Huwa... akhirnya keingian Joo Ri nikah sama Se Yoon terkabul juga.. hehehe... Anis, salam ya sama abang Lee Jung Jin. Sepertinya peran dia disini rada-rada playbo... gak apa dech asal tetap baik hati seperti Se Yoon. Semangat untuk sinopsisnya...
ReplyDelete